Anda di halaman 1dari 29

oleh

Prof. Dr. Mudjiran, M.S.Kons.

KULIAH UMUM MAHASISWA


JURUSAN BK STKIP PGRI
2013
BIO DATA
Nama : Prof. Dr. Mudjiran, M.S. Kons.
Tmpt/Tgl L. : Yogyakarta/ 9 Juni 1949
Pekerjaan :1. Dosen Universitas
Negeri Padang (1978 - Sek)
2. Kepala Unit Pelayanan
Psikologis- UNP

Pangkat/Gol : Pembina Utama Madya/IV/D


Pendidikan : Magister Psikologi UGM
Doktor Ilmu Pendidikan
Alamat : Kuala Nyiur I. Blok: A. No. 4
Kota Padang
Telepon : (0751) 481783.
Hp. 08126612561
 Konseling adalah “profesi yang mulia dan
altruistik”

 Orang-orang yang bercita-cita menjadi


konselor sebaiknya memahami dirinya
sendiri terlebih dahulu apakah memang
cocok dengan tuntutan profesi konseling

 Pendidikan tidak dapat mengubah


karakteristik dasar seseorang (Gladdin)
 Seorang konselor
seharusnya memiliki
kedewasaan dalam
bertindak, ramah,
mampu berempati, sifat
altruistik, tidak mudah
marah atau frustasi.
 Terdapat sejumlah mahasiswa yang
“tertarik terhadap konseling profesional
ternyata mempunyai masalah yang
berkaitan dengan kepribadiannya dan
kemampuan adaptasi yang cukup serius
(Witner & Young, 1996) dalam Gladding,
2009:38).
1. Keingin tahuan dan kepedulian
2. Kemampuan mendengarkan
3. Suka berbincang
4. Empati dan penuh pengertian
5. Kemampuan menahan emosi
6. Mempu mengintrispeksi diri
7. Kapasitas menyangkal diri (altruistik)
8. Toleransi keakarban (kemampuan untuk
mempertahan kan keterdekatan emosi)

9. Mampu berkuasa (memegang kekuasaan dg


menjaga jarak tertentu)
 Kompetensi intelkektual
 Energi (aktif dan tahan)
 Keluwesan: kemampuan beradaptasi
dg apa yg dilakukan klien
 Dukungan: kemampuan mendorong klien
dalam mengambil keputusan
 Niat baik:keinginan membantu klien
 Kesadaran diri: memahami diri sendiri
(perilaku, nilai, perasaan, kemapuan)
 Kemampuan membangun hubungan
interpersonal dan kreativitas (mampu
menjual ide(Cohen, 2000; May, 1975)
 Tindakan
preventif untuk
menghindari burnout (Grosch &
Olsen , 1994)
 Bornout adalah masalah yg
paling sering dialami konselor,
(rata-rata 39%) konselor sekolah
mengalami hal ini
 Kepribadian seorang konselor
sangat penting menciptakan
perubahan klien dibanding
kemampuan mereka dalam
menguasai pengetahuan,
keahlian, atau teknik (McAuliffe & Lovell, 2006;
Rogers, 1961).

 .
 Menurut Auvenshine dan
Noffsinger (1984) Konselor yang
efektif adalah konselor yang
secara emosi dewasa, stabil, dan
obyektif .
Faktor pendukung kinerja konselor:
◦ Kepribadian dan latar belakang konselor
kehidupannya

◦ Pendidikan formal yang didapat oleh


konsenlor,
 Kemampuan konselor untuk terlibat
dalam kegiatan konseling profesional
seperti melanjutkan pendidikan,
supervisi,adfokasi, dan membangun
portofolio
 Etik
bersifat normatif dan
berfokus pada prinsip-prinsip dan
standar yang mengatur hubungan
antar individu seperti hubungan
antara konselor dan klien.
Beberapa tingkah laku yang tidak etis yang
paling sering terjadi dalam konseling
(ACA, 2005; Herlihy & Corey, 2006):

 Pelanggaran kepercayaan
 Melampaui tingkat kompetensi profesional
seseorang
 Kelalaian dalam praktik
 Mengklaim keahlian yang tidak dimiliki
 Memaksakan nilai-nilai konselor kepada
klien
 Membuat klien bergantung
 Melakukan aktivitas seksual dengan klien
 Persetujuan finansial yang kurang jelas,
misal. ada biaya tambahan
Terjadinyakonflik kepentingan seperti
hubungan ganda yaitu peran konselor
bercampur dengan hubungan lainnya
baik hubungan pribadi maupun
hubungan profesional (Moleski & Kiselica.,
2005)
 Penggunaan komputer dan teknologi dalam
konseling berpotensi menimbulkan
permasalahan etik.
 Misalnya :
 Timbulnya penyalahgunaan data oleh klien atau
konselor, Keabsahan data (Sampson et.al. 1997)
 Cyber counseling atau web counseling penuh
dengan dilema etik.
Sekarang menggunakan internet, E-mail,
telepon,dll. Tetapi praktek ini dihadang oleh
resiko etik dan legal (Pollock, 2006; Show &
show, 2006), misalnya:
 Kerahasiaan
 Bagaimana menangani situasi darurat
 Kurang informasi non-verbal
 Efektivitas pelayanan konseling online
 Kegagalan teknologi
 Kesulitan dalam menciptakan rapor
 Perubahan peran pria dan wanita
 Inovasi mendia dan teknologi
 Kemiskinan, tuna wisma,
 Trauma
 Kesepian
 Penuaan

 ( Lee & Walz , 1998; Wbber, Bass & Yep, 2005)


 Kekerasan
 Trauma
 krisis /konflik sosial
 Keadilan sosial
 Kekerasan ( di sekolah, KDRT,)
 Penembakan membabi buta
 (Gladding, 2009)
 Teknologi
 Perawatan teroganisir
 Kesejahteraan
 Konseling multi kultur
 Klinis sosial
 Masalah karir (akibat pengangguran,
kemiskinan)
 Budaya membentuk perilaku,
pemikiran, nilai, tujuan, moral,
dan proses kognitif kita (Cohen,
1988), hal ini terjadi baik pada
tahap sadar, maupun tidak sadar
 Overcukturalizing:salah
menagggapi reaksi masyarakat
terhadap kemiskinan dan
diskriminasi sbg pola kultural
 Akulturasi:masy. Meniggalkan cara
lama dan mengadopsi cara yg baru.
 Dalam hal ini individu ybs. Secara
bersamaan dipengaruhi oleh elemen-
elemen dari dua budaya berbeda
hingga tingkat tertentu
 Klien sulit menyeimbangkan nilai-nilai yg
saling bertolak belakang dari dua budaya
berbeda, termasuk “stres psikologis” , rasa
besalah, apatis, depresi, kesembrono-
an,rasa marah, disorientasi, dan rasa
percaya diri yg rendah (Yeh & Hwang,
2000).
 Menyiapkan konselor profesional (baik segi
akademik, kepribadian, dan komitmennya)

 Pengembangan kompetensi yang berupa


spesialisasi keprofesionalan

 Melakkukan pengembangan keilmuan dan


keterampilan melalui berbagai kegiatan seperti
seminar, workshop, diskusi profesional, studi
lanjut.
 Menjalin kolaborasi antar bidang keahlian

 Meningkatkan keterampilan dalam


meberikan layanan melalui kegiatan
praktikum (terhadap klien populasi khusus:
narkoba. Anak berkebutuhan khusus, lansia,
dsb.)

 Memperkuat kemampuan berbahasa asing


(konseling multi kultur)

Anda mungkin juga menyukai