KABUPATEN BANYUWANGI
(Studi kasus jalan Raya genteng Jalan Banyuwangi-Jember)
ABSTRAK
Jumlah lalu lintas pada suatu ruas jalan yang melebihi kapsitas akan menyebabkan kemacetan. Salah satu
cara yang dapat di lakukan untuk mengatasinya adalah dengan membuat jalan Alternatif dengan fasilitas
yang lebih baik dari jalan eksiting. sehingga jalan tersebut dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh
masyarakat sekitar terutama para pengguna jalan. Jalan Tembus Terminal merupakan jalur alternatif
sebagai jalur peralihan untuk kendaraan yang bermuatan besar dan bus sehingga pada jalan sebelumnya
lebih longgar dan tidak macet pada jam-jam tertentu. Dan jalan ini dirancang untuk mengaktifkan Terminal
Wiroguno yang dulunya tiddak bisa beroperasi dikarenakan jalur utama tidak menjangkau terminal tersebut.
Hasil penilitian menunjukan bahwa Jalan Tembus Terminal Wiroguno mampu menjadi jalur alternatif
karenabisa menerima limpasan volume kendaraan yang melewati jalur utama Jalan Raya Genteng. Tetapi
masih membutuhkan perencanaan ulang tebal perkerasan jalan dan merencanakan alinyemen, draenase
dan bangunan pelengkap jalan lainya di Jalan Tembus Terminal Wiroguno.
10
1. Survey dilakukan dijalan Raya Genten 2. Supaya bisa menerapkan ilmu yang
dan jalan Banyuwangi-Jember, untuk sudah perrnah di ajarkan oleh para
waktu survey hanya 12 jam Dosen untuk disalurkan ke proyek.
Kendaraan yang dihitung meliputi 3. Bagi Pemda Kota Banyuwangi dan para
semua jenis kendaraan bermotor dan perencana sebagai bahan masukan
tidak bermotor untuk merencankan Geomtrik jalan dan
2. Prencanaan alignment horisontal saja tebal Perkerasan Jalan.
pada Jalan alternatif di jalan Jalan
alternatif desa Setail Kecanatan 2.METODE PENELITIAN
Genteng kabupaten Banyuwangi.
3. Perencanaan tebal perkerasan Jalan 2.1. Diagram Metode Penelitian
alternatif desa Setail Kecanatan
Genteng kabupaten Banyuwangi.
4. Mengkaji kelayakan Draenase pada
jalan Alternatif desa Setail Kecanatan
Genteng kabupaten Banyuwangi.
5. Mengkaji sarana yang sudah ada
suapaya lebih lengkap lagi.
6. Tidak menghitung RAB untuk semua
kegiatan perhitungan.
13
4. Luas basah (A) adalah luas b. Rambu Lalu lintas
penampang melintang aliran yang Rambu lalu lintas adalah salah satu dari
tegak lurus dengan arah aliran. perlengkapan jalan, berupa lambang,
A =bxh huruf, angka, kalimat dan atau perpaduan
5. Keliling basah (P) adalah panjang diantaranya sebagai peringatan, larangan,
garis perpotongan dari permukaan perintah atau petunjuk bagi pemakai jalan.
basah saluran dengan bidang c. Bahu Jalan
penampang melintang yang tegak Bahu Jalan adalah bagian jalan yang
lurus arah aliran. terletak di tepi jalur lalu lintas dan harus
P = b + 2h diperkeras.
6. Jari – jari hidrolik (R) adalah rasio d. Median Jalan
luas basah dengan keliling basah Median jalan adalah bagian bangunan jalan
R = yang secara fisik memisahkan dua jalur
lalu lintas yang berlawanan arah.
7. Menentukan nilai koefisien
e. Trotoar
kekasaran manning sebesar n
Trotoar adalah jalor pejalan kaki yang
8. Dalam penelitian untuk mencari
terletak di daerah manfaat jalan, diberi
kecepatan aliran menggunakan
lapisan permukaan, diberi elevasi lebih
metode manning dengan persamaan
tinggi dari permukaan perkerasan jalan,
sebagai berikut :
dan pada umumnya sejajar dengan jalur
V = Kecepatan aliran dalam
lalu lintas kendaraan hal ini disesuaikan
saluran (m/dtk)
dengan penggunaan lahan disekitarnya.
n = Koefisien kekasaran manning
f. Kereb
R = Radius hidrolik
Kereb adalah bangunan pelengkap jalan
I = Kemiringan dasar saluran
yang dipasang sebagai pembatas jalur lalu
lintas dengan bagian jalan lainnya, yang
V = x R2/3 x I1/2 sangat membantu keamanan dan
9. Untuk menentukan jenis aliran kenyamanan para pemakai jalan.
adalah nisbah antara gaya gravitasi
dan gaya inertia, yang dinyatakan
dengan bilangan Froude (Fr). 3. HASIL DAN PEMABAHASAN
Bilangan Froude didefinisikan
sebagai berikut : 3.1. Analisa Kapasitas dan Derajat
V = kecepatan aliran (m/dtk) Kejenuhan
h = kedalaman aliran (m) Tabel Data lalu lintas selama 12 jam di jalan
g = percepatan gravitasi (m/dtk2) Banyuwangi-Jember Kabupaten Banyuwangi,
Fr = Senin 27 juli 2015 (SMP).
10. Untuk menentukan debit saluran
drainase digunakan rumus umum
yaitu
A = Penampang dasar saluran
V = Kecepatan aliran dalam
saluran
Q =VxA
- Tingkat Pelayanan
Untuk jalan Banyuwangi-Jember dari
perhitungan tabel diatas maka diperoleh
kapasitas jalan Banyuwangi-Jember tahun 2020
atau 5 tahun kedepan perencanaan sebesar
Q2020 1798,9 sehingga diketahui untuk
Sumber : Pengamatan Langsung, 2015 mencari DS 2015 maupun Ds 2020 yang mana
(diolah) nilai DS 2015 sebesa 0,36 dan DS pada 5 tahun
mendatang atau pada tahun 2020 sebesar DS
2020 sebesar 0,6.
15
Pada tingkat pelayanan DS2015= 0,36 Tabel Data Pengukuran Beda Tinggi Lokasi
dan Ds pada tahun 2020 sebesar 0,6 dapat Penelitian.
diketahu bahwa DS tersebut pada standar B
dilihat dari tabel standar Sumber : Warpani
1985 : 62.
Titik Panjang/Jarak
3.3.2. Perhitungan Sudut Simpangan (Δ)
(Meter)
Ditemukan sudut-sudut
1-2 98.00
tikungan/lengkungan yang tajam diperlukan
2-3 52.20 redesain kurve horizontal (full cuircle).
3-4 33.60 Tabel. Sudut-sudut Simpangan (Δ )
4-5 73.30
5-6 52.00
6-7 50.00
7-8 71.00
8-9 60.00
9-10 67.00
10-11 100
11-12 90 Sumber : hasil pengukuran, 2015 (analisa)
Jumlah 932.10
Sumber : Pengamatan Langsung, 2015 (diolah) ‒ Lokasi (A) ∆ = 83º39’50”
Tc = 160,1 meter
Ec = 61 meter
Lc = 261 meter
16
permukaan Laston berdasarkan tabel di atas - Lapisan pondasi bawah (subbase)
didapatkan IP0 ≥ 4 diperoleh IPt = 2,5, dengan menngunakan Sirtu/pitrun (kelas A)
Indek Permukaan Awal (Ipo) = 2,9-2,5 dan setebal = 10 cm (dari buku Pedoman
Nomogram diperoleh ITP (Indek Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya, Bina
Perkerasan) 5,2. Marga 1987).
Dalam perencanaan ini kami 3.4. Analisa Hidrolika Drainase Saluran
menggunakan LAPEN (maksimum) sebagai Dari data curah hujan yang di peroleh
surfes, Base pondasi macadam (kering)i base dari dinas pengairan Banyuwangi, ada 3 data
dan Sirtu/ptrun kelas A sebagai subbase, curah hujan meliputi data curah hujan
didapat bahwa: Karangdoro, Kebondalem dan Purwoharjo
- Lapisan surface menggunakan material maka perhitungan saluran drainase sebagai
LAPEN (maksimum) memiliki berikut:
kekuatan relatif (a1) 0,25 dan tebal
minimum(D1) =10 cm Tabel Perhitungan waktu konsentrasi (tc)
- Lapisan base menggunakan material
LASTON atas batu pecah, stabilitas,
tanah dengan semen, kapur, pondasi
macadam, LAPEN, memiliki kekuatan
relatif (a2) 0,12 dan tebal minimum(D2)
= 20
- Lapisan subbase menggunakan material
Sirtu/pitrun kelas A kekuatan relative
(a3) 0,13 dengan tebal minimum (D3) =
10.
Untuk menentukan tebal D1 didapat dengan
perhitungan ;
ITP = a1.D1 + a2.D2 +
a3.D3
3,70 = 0,25.D1 + 0,12.D2 +
0,13.D3
3,70 = (0,40xD1) Karena debit dimensi lebih besar dari
+(0,13x10) + (0,13 x20) debit banjir rancangan 0,0865 m3/dtk > 0,0356
3,70 = (0,40xD1) m3/dtk maka dimensi saluran dapa diterima atau
+(1,3)+(2,4) tidak perlu merencanakan kembali. Hasil
3,70 – 2,5 = 3,7 perhitungan perencanaan saluran bentuk persegi
D1 = 3,7/0.40 = 9,25 cm tanpa lubang resapan biopori.
Maka didapatkan tebal untuk D1 sebesar Tabel Data lebar dan tinggi Saluran
9,25 cm karena dalam perhitungan tersebut D1
kurang dari D1 minimum maka digunakan tebal
D1 sebesar 10 cm, sehingga didapat lapisan-
lapisan untuk tebal perkerasan sebagai berikut:
- Lapisan permukaan (surface)
menggunkan material LAPEN
(mekanis) sebesar = 10 cm
- Lapisan pondasi atas (base)
menggunakan LASTON atas batu
pecah, stabilitas, tanah dengan semen,
kapur, pondasi macadam, LAPEN
setebal = 20 cm
17
3.5. Sarana Jalan/ Bangunan Pelengkap Tc = 160,1 meter
Jalan Ec = 61 meter
Menurut buku Panduan Penentuan Lc = 261 meter
Fungsi Jalan di Wilayah Perkotaan. Jalan ‒ Lokasi (B) ∆2 = 88º59’50”
alternative desa Seatail kecamatan Genteng Tc 1 = 175,8 meter
kabupaten Banyuwangi merupakan jalan Lokal Ec = 71,9 meter
Primer dengan kriteria : Lc = 277,8 meter
3.5.1. Rambu Lalu Lintas ‒ Lokasi (C) ∆3 = 89º00’20”
Penempatan rambu dilakukan sedemikian Tc 1 = 175.9 meter
rupa, sehingga mudah terlihat dengan jelas bagi Ec = 64,8 meter
pemakai jalan dan tidak merintangi lalu-lintas Lc = 277,9 meter
kendaraan atau pejalan kaki ‒ Lokasi (D) ∆4 = 82º10’40”
3.5.2. Bahu Jalan Tc = 156 meter
Bahu jalan untuk jalan Alternatif desa Ec = 58,4 meter
Setail kecamatan Genteng Banyuwangi masih Lc = 256,6 meter
belum memenuhi syarat di karenakan ukuran Didapatkan Ls’ = 50 m
kuran dari ketentuan bina marga karena masih ¼ Ls = 12,5 m
tergolong jalan local atau alteri ¾ Ls = 37,5 m
3.5.3. Median Jalan 3 Dari hasil perhitungan data-data yang
Median jalan di jalan Alternatif desa diperoleh dan tabel tebal perkerasan jalan
Setail kecamatan Genteng Banyuwangi raya Bina Marga didapatkan untuk ITP
menggunakan tanda Permukaan Jalan atau garis selama 5 tahun kedepan yaitu:
marka adalah sebagian dari tanda-tanda jalan, ‒ LEP = 134,364 smp/kend/1jam
3.5.4. Lampu jalan ‒ LEA = 139,206 smp/kend/1jam
Sesuia dengan buku Spesifikasi Lampu ‒ LET = 165,044 smp/kend/1jam
Penerangan Jalan Perkotaan , di jalan Alternatif ‒ LER = 165.044
desa Setail kecamatan Genteng Banyuwangi ‒ CBR = 66.88 %
menggunakan lampu jalan tunggal. ‒ DDT = 9.4
‒ FR = 1.0
4. PENUTUP ‒ IP0 ≥ 4
Kesimpulan ‒ Ipt = 2.5
Dari data-data yang dperoleh kemudian ‒ Maka tebal perkerasan UR 5 tahun .
dihitung dengan seksama dengan rumus-rumus Lapisan permukaan menggunkan
yang digunakan hingga mendapat kesimpulan laston sebesar = 3,0 cm
dan saran sesuai perhitungan yang ada, adapun Lapisan pondasi atas menggunakan
beberapa kesimpulan yang diapat antara lain: material batu pecah, stabg. Tanah
1. Dari survey 24 jam pada hari mudik dengan semen, stab. Tanah dengan
didapatkan nilai Drajat kejenuhan Pada jalan kapur setebal = 15 cm
Raya Genteng sebesar 0,9 dan 1,4 untuk % Lapisan pondasi bawah
tahun kedepan yang mengakibatkan menngunakan 10 cm dari buku
kemacetan yang perlu dilakukan jalur Pedoman Perkerasan Lentur Jalan
alternative tersebut. Raya, Bina Marga 1987.
2. Alinyemen Horisontal jalan Alternatif 4. Dari hasil survey yang telah dilakukan
tembus terminal baru (Terminal Wiroguno) bahwa Salura Draenase pada jlan
didapatkan 4 titik tikungan tanjam yang alternatif ini sudah dan dilalukan kajian
harus direncanakan ulang pada lengkung ulang didapat Q saluran lebih besar dari
horisontal (LC) perencanaan tersebut Q banjir maka untuk saluran tersebut
menggunakan metode full cuircle (kurve tidak perlu perencanaan ulang, dengan
sederhana) dan didapatkan total panjang debit Qsal tiap saluran sebesar:
jalan sejauh 932,10 meter. ‒ Saluran 1 dengan Qsal sebesar :
‒ Lokasi (A) ∆ = 83º39’50” 0,08657 m²/s
18
‒ Saluran 2 dengan Qsal sebesar : beroperasi maksimal supaya kendaraan yang
0,60650 m²/s lewat tidak memilih jalur utama lagi.
‒ Saluran 3 dengan Qsal sebesar : 3. Perlunya perawatan yang ektra supaya
0,24543 m²/s draenase yang sudah ada bisa optimal.
‒ Saluran 4 dengan Qsal sebesar : Perlunya sarana atau bangunan pelengkap
0,07693 m²/s jalan yang baik dan indah supaya jalan
‒ Saluran 5 dengan Qsal sebesar : alternatif tersebut bisa dijadikan pengganti
0,03161 m²/s jalur pengganti yang lebih baik lagi, dan
‒ Saluran 6 dengan Qsal sebesar : pemberian rabu-rabu yang lengkap untuk
0,05961 m²/s para pengguna jalan supaya jalur alternatif
‒ Saluran 7 dengan Qsal sebesar : jauh lebih nyaman dan aman dari jalur
0,53295 m²/s sebelumnya.
‒ Saluran 8 dengan Qsal sebesar :
0,11997 m²/s DAFTAR PUSTAKA
‒ Saluran 9 dengan Qsal sebesar :
0,26694 m²/s 1. ------, 1997. Manual Kapasitas Jalan
‒ Saluran 10 dengan Qsal sebesar : Indonesia (MKJI), Direktorat Jenderal Bina
0,036927 m²/s Marga Departemen Pekerjaan Umum,
‒ Saluran 11 dengan Qsal sebesar : Jakarta.
0,11794 m²/s 2. ------, 1983, Pedoman Penentuan Tebal
5. Karena jalan Alternatif ini masih tahap Perkerasan Lentur Jalan Raya No :
perncanaan yang dulunya hanya jalan 01/PD/B/1983, Direktorat Jenderal Bina
arteri yang mana masih minimnya Marga Departemen Pekerjaan Umum,
bangunan pelengkap jalan seperti Jakarta.
lampu penerangan maupun rambu- 3. Noor Salim Ir, M.Eng, Cara Praktis
rambu lalu lintas, maka perlu dilakukan Perencanaan Geometrik Jalan Raya,
pembangunan untuk sarana bangunan Unmuh Jember, 2013.
pelengkap jalan yang sesuai dengan 4. Noor Salim Ir, M.Eng, Buku Diktat
ketentuan dari dinas Bina marga supaya Perencanan Jalan Raya I, Unmuh Jember,
jalan Alternatif ini bisa beroperasi 2013.
dengan maksimal. 5. ------, 1990, Pedoman Perencanaan
Lengkung Busur Lingkar full circle
Saran sederhana Metode Bina Marga Raya No :
Dari analisa kajian perencanaan Jalan 01/PD/B/1990, Direktorat Jenderal Bina
Alternatif Desa Setail Kecamatan Genteng Marga Departemen Pekerjaan Umum,
Kabupaten Banyuwangi sebagai jalur alternatif Jakarta.
untuk mengaktifkan Terminal Baru (Terminal 6. ------, Soemarto, C.D Soemarto,19991990,
Wiroguno), didapat beberpa analisa saran Hutchinson, 1970 ; Browning, 1987 dalam
supaya jalan alternatif tersebut bisa beroperasi Asdak C. 1995
semaksimal mungkin untuk para pengguna lalu 7. ------, 1990, Petunjuk Prencanaan Marka
lintas, diantaranya yaitu: Jalan No: 012/S/BNKT/1990, Direktorat
1. Diperlukan perencaan ulang untuk Jenderal Bina Marga, Direktorat Pembinaan
tikungang-tikungan tajam atau Anlinyemen Jalan Kota, Jakarta.
Horisontal supaya para pengguna jalan 8. ------, 1991, Tata Cara Pemasangan Rambu
mersasa nyaman dan aman pada saat Dan Marka Jalan Perkotaan NO.
mengemudi sebagai jalan alternatif yang 01/P/BNKT/1991, Direktorat Jenderal Bina
tidak boleh lebih baik dari jalan utamanya. Marga, Direktorat Pembinaan Jalan Kota,
2. Diperlukan perencanaan ITP yang baik dan Jakarta.
kuat supaya jalur alternatif tersebut bisa
19