Anda di halaman 1dari 10

EVALUASI JALAN ALTERNATIF DESA SETAIL KECAMATAN GENTENG

KABUPATEN BANYUWANGI
(Studi kasus jalan Raya genteng Jalan Banyuwangi-Jember)

Andi Purwanto*, Noor Salim*, Irawati*


*Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Jember

ABSTRAK

Jumlah lalu lintas pada suatu ruas jalan yang melebihi kapsitas akan menyebabkan kemacetan. Salah satu
cara yang dapat di lakukan untuk mengatasinya adalah dengan membuat jalan Alternatif dengan fasilitas
yang lebih baik dari jalan eksiting. sehingga jalan tersebut dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh
masyarakat sekitar terutama para pengguna jalan. Jalan Tembus Terminal merupakan jalur alternatif
sebagai jalur peralihan untuk kendaraan yang bermuatan besar dan bus sehingga pada jalan sebelumnya
lebih longgar dan tidak macet pada jam-jam tertentu. Dan jalan ini dirancang untuk mengaktifkan Terminal
Wiroguno yang dulunya tiddak bisa beroperasi dikarenakan jalur utama tidak menjangkau terminal tersebut.
Hasil penilitian menunjukan bahwa Jalan Tembus Terminal Wiroguno mampu menjadi jalur alternatif
karenabisa menerima limpasan volume kendaraan yang melewati jalur utama Jalan Raya Genteng. Tetapi
masih membutuhkan perencanaan ulang tebal perkerasan jalan dan merencanakan alinyemen, draenase
dan bangunan pelengkap jalan lainya di Jalan Tembus Terminal Wiroguno.

Kata kunci : Volume kendaraan, Lapisan tebal perkerasan, Alinyemen horisontal.

1. PENDAHULUAN 1. Bagaimana volume kendaraan pada jalur


utam atau jalan Raya Genteng kabupaten
1.1. Latar Belakang Banyuwangi.
Kabupaten Banyuwangi merupakan 2. Bagaimana kapasitas kendaraan dan
Kabupaten yang terletak di Propinsi Jawa tingkat pelayanan di jalan alternatif desa
Timur yang mana tingkat pertumbuhan Setail Kecanatan Genteng kabupaten
penduduk nya sangat tinggi dan perkembangan Banyuwangi pada 5 tahun kedepan?
ekonomi nya meningkat pesat dari tahun ke 3. Bagaimana perencanaan alignment
tahun. Secara langsung akan menyebabkan horisontal jalan alternatif desa Setail
mobilitas penduduk menjadi semakin tinggi. Kecanatan Genteng kabupaten
Perkembangan suatu daerah akan sangat Banyuwangi?
ditentukan oleh ketersediaan transportasi yang 4. Bagaimana perencanaan tebal perkerasan
ada, karena transportasi memegang peranan Jalan alternatif desa Setail Kecanatan
penting sebagai penopang mobilitas aktifitas Genteng kabupaten Banyuwangi?
masyarakat pada daerah tersebut. 5. Mengkaji drainase saluran di jalan Jalan
Dalam studi kasus ini, akan membahas alternatif desa Setail Kecanatan Genteng
tentang akses transportasi darat daerah kabupaten Banyuwangi.
Banyuwangi tepatnya di Kec,Genteng Desa 6. Mengkaji sarana yang tersedia demi
Setail yang mana jumlah lalu lintas pada kota kenyamanan jalan alternatif desa Setail
yang melebihi kapasitas akan menyebabkan Kecanatan Genteng kabupaten
kemcetan lalu lintas. Salah satu cara yang dapat Banyuwangi.
di lakukan adalah dengan mebuat jalan
alternative. 1.3. Batasan Masalah
Agar tugas ini tidak meluas dan dapat
1.2. Rumusan Masalah terarah sesuai dengan tujuan dari penelitian,
Permasalahan yang akan dibahas dalam maka permasalahan dibatasi pada:
tugas ini meliputi:

10
1. Survey dilakukan dijalan Raya Genten 2. Supaya bisa menerapkan ilmu yang
dan jalan Banyuwangi-Jember, untuk sudah perrnah di ajarkan oleh para
waktu survey hanya 12 jam Dosen untuk disalurkan ke proyek.
Kendaraan yang dihitung meliputi 3. Bagi Pemda Kota Banyuwangi dan para
semua jenis kendaraan bermotor dan perencana sebagai bahan masukan
tidak bermotor untuk merencankan Geomtrik jalan dan
2. Prencanaan alignment horisontal saja tebal Perkerasan Jalan.
pada Jalan alternatif di jalan Jalan
alternatif desa Setail Kecanatan 2.METODE PENELITIAN
Genteng kabupaten Banyuwangi.
3. Perencanaan tebal perkerasan Jalan 2.1. Diagram Metode Penelitian
alternatif desa Setail Kecanatan
Genteng kabupaten Banyuwangi.
4. Mengkaji kelayakan Draenase pada
jalan Alternatif desa Setail Kecanatan
Genteng kabupaten Banyuwangi.
5. Mengkaji sarana yang sudah ada
suapaya lebih lengkap lagi.
6. Tidak menghitung RAB untuk semua
kegiatan perhitungan.

1.4. Tujuan Penelitian


Adapun beberapa tujuan dari tugas ini
yaitu diantaranya:
1. Mengetahui kinerja di Jalan raya
Genteng dan di Jalan Banyuwangi-
Jember kabupaten Banyuwangi.
2. Mengetahui perencanaan alignment
horisontal pada Jalan alternatif desa
Setail Kecanatan Genteng kabupaten
Banyuwangi.
3. Mengetahui perencanaan tebal
perkerasan lentur (metode Binamarga
1987) di alternatif desa Setail 2.2. Pengambilan Data Penelitian
Kecanatan Genteng kabupaten a. Data Sekunder
Banyuwangi. Data sekunder merupakan data yang
4. Merencanakan drainase saluran di jalan diperoleh dari sumber yang telah ada baik
Jalan alternatif desa Setail Kecanatan dari sumber tertulis maupun dari instansi
Genteng kabupaten Banyuwangi. pemerintahan. Data-data tersebut antaranya:
5. Mengkaji sarana yang tersedia demi ‒ Data California Bearing Ratio (CBR).
kenyamanan di jalur alternatif desa ‒ Data curah hujan.
Setail Kecanatan Genteng kabupaten ‒ Data MKJI (manual Kapasitas Jalan
Banyuwangi. Indonesia).
‒ Data curah hujan.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari tugas ini b. Data Primer
yaitu diantaranya: Data primer merupakan data yang
1. Bagi akademik, makalah ini dapat diperoleh dari pengamatan atau surve
dijadikan sebagai bahan informasi bagi dilokasi penelitian. Data-data yang diperoleh
yang mendalami bidang tehnik sipil antaranya adalah:
transportasi khususnya jalan raya. ‒ Data LHR (Lalulintas Harian Rata-rata)
11
- Untuk mendapatkan data LHR dilakukan CO = Kapasitas dasar (smp/jam)
survey secara manual di tik yang dianggap
sesuai sehingga data yang didapatkan bisa FCW= Faktor penyesuaian lebar jalan
kongkrit, adapun metode penelitian jumlah FCSP= Faktor penyesuaian pemisah arah
kendaraan ada dua arah yaitu dari arah (hanya untuk jalantak terbagi).
Jember-Banyuwangi dan sebaliknya dari FCSF= Faktor penyesuaian hambatan
arah Banyuwangi-arah Jember. Dan untuk samping danbahu jalan
jalan Raya Genteeng sama dengan FCcs= Faktor untuk ukuran kota.
pengambilan data pada jalan Banyuwangu- Sedangkan perhitungan derajat kejenuhannya
Jember. dapat dihitung dengan rumus.
- Data DCP (Dinamic Cone Penetrometer)
- Untuk menentukan besaran CBR lapangan DS = Q / C
menngunakan alat berupa DCP, ada 10 titik Dengan :
pengambilan data dilokasi survey lalu data C : Kapasitas
tersebut diolah sehingga ditemukan besaran DS : Derajat Kejenuhan
CBR lapangan yang mewakili untuk Q : Volume Kendaraan
menentukan DDT untuk perhitungan ITP.
- Data Geometrik Jalan. 2.3.2. Perhitungan Lalu-Lintas
Dalam mencari data geometrik jalan terdapat  Perhitungan Lalulintas Masa Perencanaan
beberapa langkah sebagai berikut: Rumus umum = LHR ( n ) = LHR ( 0 ) *
a. Menentukan setting dan stationing. n
b. Mengukur jarak antara titik satu ketitik ( 1 + I ) . Dengan perkembangan lalu-
lainnya . lintas ( I ) = 10 % n = 1 tahun. Dalam hal
c. Mengukur beda tinggi secara long section ini Σ kendaraan tahun 2013 = Σ kendaraan
dan cross section. tahun 2012 * ( 1 + 0,04 ) 1
d. Mengukur sudut-sudut horisontal.  Perhitungan Lalulintas Masa Pelaksanaan
‒ Data Saluran Drainase Rumus umum= LHR ( n ) = LHR ( 0 ) *
n
Untuk data draenase masuk kedalam data (1+I) . Dengan perkembangan lalu-
geometric jalan untuk menentukan beda lintas ( I ) = 10 % n = 1 tahun.
tinggi antara hulu dan hilir salurn yang akan Dalam hal ini Σ kendaraan tahun 2014 = Σ
di evaluasi. kendaraan tahun * ( 1 + 0,05 ) 1
 Perhitungan Lalulintas Masa Umur
2.3. Pengolahan dan Analisa Data Rencana Rumus umum = LHR(n) = LHR (
2.3.1. Menghitung Kapasitas Dan Drajat
0 ) * ( 1 + I ) n . Dengan perkembangan
kejenuhan
lalu-lintas ( I ) = 10 % n = 5 tahun. Dalam
Data pada penelitian ini lebih ke data
hal ini Σ kendaraan tahun 2034 = Σ
primer karena untuk mengkaji kelayakan dan
kendaraan tahun 2014 * ( 1 + 0.06 ) 20
peren canaan jalan tembus Terminal Wiroguno
LHR ( n ) : Lalulintas Harian
terhadap Alinyemen Horisontal serta
Rencana pada tahun
menentukan tebal perkerasan dan untuk
(5 Th)
penambahan sarana dan prasarana yang
I : Perkembangan lalulintas
diperlukan di jalan Tembus Terminal
Pada umur rencana, masa
Wiroguno. Kapasitas jalan di Indonesia dapat
perancanaan atau masa
dihitung menggunakan persamaan :
pelaksanaan
n : Umur rencana
C = CO X FCW X FCSP X FCSF
(Untuk luar Kota)
i. Menghitung Alinyemen Horisontal
C = CO X FCW X FCSP X FCSF x FCcs
Untuk menghitung Alinyemen horisontal
(Untuk Perkotaan).
menggunakan Metode Full Circle (Metode
Dengan :
kurve sederhan) dengan metode Bina Marga
C = Kapasitas (smp/jam)
1987.
12
‒ Lapisan Tanah Dasar
Dimana : ‒ Lapisan Pondasi Bawah
R : Radius / jari-jari minimum ‒ Lapisan Pondasi Atas
∆ : Sudut simpangan / belokan ‒ Lapisan Permukaan
. d. Penentuan Tebal Perkerasan
B : Titik akhir lengkungan 1. Indeks Tebal Perkerasan
C : Titik perpotongan kedua Indeks tebal perkerasan ( ITP )
tangent ( T ) dinyatakan dalam rumus :
0 : Titik pusat / origin ITP = a1. D1 + a2. D2 +a3.D3
Penggunaan Rumus : a1, a2, a3 : Koefisien
LC : πR∆ / 180 kekuatan relative bahan-bahan
C : 2RSin ( ∆ /2 ) perkerasan.
T : R tan ( ∆ / 2 ) D1, D2, D3 : Tebal
ES : T tan ( ∆ / 4 ) masing-masing lapisan
Dari data diatas tersebut ditentukan 4 perkerasan (cm).
titik tikungan tajam yang perlu dilakukan 2. Koefesien Kekuatan Relatif a)
evaluasi ulang. Koefisien kekuatan relatif (a)
ii. Dasar Perencanaan Perkerasan Lentur masing-masing bahan dan
a. Penentuan Besaran Rencana kegunaannya sebagai lapis
1 Umur Rencana ( UR ) permukaan, pondasi atas, pondasi
2 Persentase Kendaraan Pada bawah.
Jalur Rencana 3. Batas-batas Minimum Tebal Lapisan
3 Angka Ekivalen ( E ) Perkerasan
b. Lalu Lintas Harian Rata-rata dan ‒ Lapis permukaan
Rumus Lintas Ekivalen ‒ Lapis pondasi atas
1. Lalu lintas harian rata-rata ( ‒ Lapisan pondasi bawah
LHR ) setiap jenis kendaraan
ditentukan pada awal umur iii. Analisa Hidrolika Drainase
rencana, yang dihitung untuk a. Kemiringan Dasar Saluran
dua arah pada jalan tanpa Perbandingan selisih tinggi antara
median atau masing-masing tempat terjauh (∆H) dan tempat
arah pada jalan dengan median. pengamatan terhadap panjang saluran (L),
2. Lintas Ekivalen Permulaan ( yaitu ∆H/L. Penentuan kemiringan dasar
LEP ), rumus: saluran diusahakan mengikuti kemiringan
LEP = LHR awal x C x E permukaan kontur tanah didaerah
3. Lintas Ekivalen Akhir ( LEA ), pengamatan.
rumus: I=
LEA = LHR ( 1 + I )URxCxE
b. Debit saluran
4. Lintas Ekivalen Tengah ( LET ),
Untuk menentukan debit saluran jalan
rumus:
alternatif yang berbentuk persegi antara
LET = ½ x ( LEP + LEA )
lain :
5. Lintas Ekivalen Rencana ( LER
1. Lebar dasar saluran (b)
), rumus:
2. Kedalaman aliran (h) adalah jarak
LER = LET x FP
vertikal titik terendah pada suatu
FP = UR / 10
penampang saluran sampai ke
‒ Daya Dukung Tanah Dasar
permukaan bebas
( DDT )
3. Lebar puncak (T) adalah lebar
‒ Faktor Regional ( FR )
penampang saluran pada
‒ Indeks Permukaan ( IP )
permukaan bebas,
c. Konsturksi Perkerasan Lentur (
Metode Bina Marga )

13
4. Luas basah (A) adalah luas b. Rambu Lalu lintas
penampang melintang aliran yang Rambu lalu lintas adalah salah satu dari
tegak lurus dengan arah aliran. perlengkapan jalan, berupa lambang,
A =bxh huruf, angka, kalimat dan atau perpaduan
5. Keliling basah (P) adalah panjang diantaranya sebagai peringatan, larangan,
garis perpotongan dari permukaan perintah atau petunjuk bagi pemakai jalan.
basah saluran dengan bidang c. Bahu Jalan
penampang melintang yang tegak Bahu Jalan adalah bagian jalan yang
lurus arah aliran. terletak di tepi jalur lalu lintas dan harus
P = b + 2h diperkeras.
6. Jari – jari hidrolik (R) adalah rasio d. Median Jalan
luas basah dengan keliling basah Median jalan adalah bagian bangunan jalan
R = yang secara fisik memisahkan dua jalur
lalu lintas yang berlawanan arah.
7. Menentukan nilai koefisien
e. Trotoar
kekasaran manning sebesar n
Trotoar adalah jalor pejalan kaki yang
8. Dalam penelitian untuk mencari
terletak di daerah manfaat jalan, diberi
kecepatan aliran menggunakan
lapisan permukaan, diberi elevasi lebih
metode manning dengan persamaan
tinggi dari permukaan perkerasan jalan,
sebagai berikut :
dan pada umumnya sejajar dengan jalur
V = Kecepatan aliran dalam
lalu lintas kendaraan hal ini disesuaikan
saluran (m/dtk)
dengan penggunaan lahan disekitarnya.
n = Koefisien kekasaran manning
f. Kereb
R = Radius hidrolik
Kereb adalah bangunan pelengkap jalan
I = Kemiringan dasar saluran
yang dipasang sebagai pembatas jalur lalu
lintas dengan bagian jalan lainnya, yang
V = x R2/3 x I1/2 sangat membantu keamanan dan
9. Untuk menentukan jenis aliran kenyamanan para pemakai jalan.
adalah nisbah antara gaya gravitasi
dan gaya inertia, yang dinyatakan
dengan bilangan Froude (Fr). 3. HASIL DAN PEMABAHASAN
Bilangan Froude didefinisikan
sebagai berikut : 3.1. Analisa Kapasitas dan Derajat
V = kecepatan aliran (m/dtk) Kejenuhan
h = kedalaman aliran (m) Tabel Data lalu lintas selama 12 jam di jalan
g = percepatan gravitasi (m/dtk2) Banyuwangi-Jember Kabupaten Banyuwangi,
Fr = Senin 27 juli 2015 (SMP).
10. Untuk menentukan debit saluran
drainase digunakan rumus umum
yaitu
A = Penampang dasar saluran
V = Kecepatan aliran dalam
saluran
Q =VxA

iv. Prasarana Jalan dan Bangunan Pelengkap


Jalan
a. Marka jalan
Marka jalan adalah suatu tanda yang
berupa garis, simbol, angka,huruf atau
tanda-tanda lainnya yang digambarkan. Sumber : Pengamatan Langsung, 2015 (diolah)
14
Sedangkan untuk volume jalan Raya genteng
Sedangkan untuk nilai mobil penumpang (smp) sebai berikut;
untuk jalan raya Genteng di peroleh sebagai Tabel Volume kendaraan jalan Raya Genteng
berikut: 2015-2020

Tabel Data lalu lintas selama 12 jam di jalan


Raya Genteng Kabupaten Banyuwangi, senin
13 juli 2015 (SMP).

Sumber : Pengamatan Langsung, 2015


(diolah)

Dari tabel perhitungan diatas didapat Q


2015 sebesar 1117 dan Q pada tahun 2020
(Jember-Banyuwngi dan arah sebaliknya
Banyuwangi-Jember) =1799 smp/jam/lajur.
Dan untuk Q 2015 jalan Raya Genteng senilai
Sumber : Pengamatan Langsung, 2015 (diolah) 2688 sedangkan pada 5 tahun kedepan sebesar
4324 smp/jam/ lajur.
Pada perhitungan diatas didpatkan Q
2015 sebesar 1117 smp/jam/2lajur untuk jalan 3.2. Kapasitas dan Derajat Kejenuhan dan
Banyuwangi-Jember dan untuk Q 2015 jalan tingka pelayanan
Raya Genteng sebesar 2687 smp/jam/2 lajur, Tabel Perhitungan DS dan Q tahun sekarang
sedangkan untuk menentukan Q masa rencana dan 5 tahun kedepan untuk jalan Banyuwangi-
atau 5 tahun kedepan dibutuhkan nilai Jember.
perkembangan lalulintas yang mana
perkembangan lalu lintas (i) didapat dari data
GAKINDO (Gabungan Kendaraan Indonesia)
yang menunjukan bahwa perkembangan
lalulintas di Banyuwangi sebesar 10 %. Sumber : Pengamatan Langsung, 2015 (diolah)
- Maka perkembangan lalu-lintas (i) = 0.1 Tabel Perhitungan DS dan Q tahun sekarang
Qn = Q0 ( 1 + I )^n dan 5 tahun kedepan untuk jalan Raya Genteng.
Q2020 = Q2015 ( 1 + I )^n

Tabel Volume kendaraan jalan Banyuwangi-


Jember 2015-2020
Sumber : Pengamatan Langsung, 2015 (diolah)

- Tingkat Pelayanan
Untuk jalan Banyuwangi-Jember dari
perhitungan tabel diatas maka diperoleh
kapasitas jalan Banyuwangi-Jember tahun 2020
atau 5 tahun kedepan perencanaan sebesar
Q2020 1798,9 sehingga diketahui untuk
Sumber : Pengamatan Langsung, 2015 mencari DS 2015 maupun Ds 2020 yang mana
(diolah) nilai DS 2015 sebesa 0,36 dan DS pada 5 tahun
mendatang atau pada tahun 2020 sebesar DS
2020 sebesar 0,6.
15
Pada tingkat pelayanan DS2015= 0,36 Tabel Data Pengukuran Beda Tinggi Lokasi
dan Ds pada tahun 2020 sebesar 0,6 dapat Penelitian.
diketahu bahwa DS tersebut pada standar B
dilihat dari tabel standar Sumber : Warpani
1985 : 62.

3.3. Data Geometri Jalan dan Pembahasan


Pada data Geometrik Jalan di peroleh
dari hasil survey langsung dilapangan yaitu
Terminal Genteng baru (Terminal Wiroguno)
sampai Jalan Tegalasari Setail Genteng
sepanjang 932,10 meter dengan 12 titik dan
mendapatkan 4 titik tikungan tajam yang perlu
dikaji ulang.

3.3.1. Data Jarak dan Beda Tinggi


Pada data dan jarak (m) penelitian Tugas
akhir ini dillakukan pengukuran langsung
dilapangan (primer) pada tanggal 29 April
2015. Adapun data Jarak dan hasil pengukuran
sebagai berikut :
Tabel Data Jarak dilapangan Lokasi Penelitian

Titik Panjang/Jarak
3.3.2. Perhitungan Sudut Simpangan (Δ)
(Meter)
Ditemukan sudut-sudut
1-2 98.00
tikungan/lengkungan yang tajam diperlukan
2-3 52.20 redesain kurve horizontal (full cuircle).
3-4 33.60 Tabel. Sudut-sudut Simpangan (Δ )
4-5 73.30
5-6 52.00
6-7 50.00
7-8 71.00
8-9 60.00
9-10 67.00
10-11 100
11-12 90 Sumber : hasil pengukuran, 2015 (analisa)
Jumlah 932.10
Sumber : Pengamatan Langsung, 2015 (diolah) ‒ Lokasi (A) ∆ = 83º39’50”
Tc = 160,1 meter

Ec = 61 meter

Lc = 261 meter

3.3.3. Mencari Indeks Tebal Perkerasan


(ITP)
Dengan grafik korelasi DDT dan CBR,
dimana CBR tanah dasar rata-rata 66.88%
diperoleh DDT = 9.5 dengan tabel di atas
didapat faktor regional (FR) = 1,0 ntuk lapisan
perkerasan direncanakan memakai jenis

16
permukaan Laston berdasarkan tabel di atas - Lapisan pondasi bawah (subbase)
didapatkan IP0 ≥ 4 diperoleh IPt = 2,5, dengan menngunakan Sirtu/pitrun (kelas A)
Indek Permukaan Awal (Ipo) = 2,9-2,5 dan setebal = 10 cm (dari buku Pedoman
Nomogram diperoleh ITP (Indek Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya, Bina
Perkerasan) 5,2. Marga 1987).
Dalam perencanaan ini kami 3.4. Analisa Hidrolika Drainase Saluran
menggunakan LAPEN (maksimum) sebagai Dari data curah hujan yang di peroleh
surfes, Base pondasi macadam (kering)i base dari dinas pengairan Banyuwangi, ada 3 data
dan Sirtu/ptrun kelas A sebagai subbase, curah hujan meliputi data curah hujan
didapat bahwa: Karangdoro, Kebondalem dan Purwoharjo
- Lapisan surface menggunakan material maka perhitungan saluran drainase sebagai
LAPEN (maksimum) memiliki berikut:
kekuatan relatif (a1) 0,25 dan tebal
minimum(D1) =10 cm Tabel Perhitungan waktu konsentrasi (tc)
- Lapisan base menggunakan material
LASTON atas batu pecah, stabilitas,
tanah dengan semen, kapur, pondasi
macadam, LAPEN, memiliki kekuatan
relatif (a2) 0,12 dan tebal minimum(D2)
= 20
- Lapisan subbase menggunakan material
Sirtu/pitrun kelas A kekuatan relative
(a3) 0,13 dengan tebal minimum (D3) =
10.
Untuk menentukan tebal D1 didapat dengan
perhitungan ;
ITP = a1.D1 + a2.D2 +
a3.D3
3,70 = 0,25.D1 + 0,12.D2 +
0,13.D3
3,70 = (0,40xD1) Karena debit dimensi lebih besar dari
+(0,13x10) + (0,13 x20) debit banjir rancangan 0,0865 m3/dtk > 0,0356
3,70 = (0,40xD1) m3/dtk maka dimensi saluran dapa diterima atau
+(1,3)+(2,4) tidak perlu merencanakan kembali. Hasil
3,70 – 2,5 = 3,7 perhitungan perencanaan saluran bentuk persegi
D1 = 3,7/0.40 = 9,25 cm tanpa lubang resapan biopori.

Maka didapatkan tebal untuk D1 sebesar Tabel Data lebar dan tinggi Saluran
9,25 cm karena dalam perhitungan tersebut D1
kurang dari D1 minimum maka digunakan tebal
D1 sebesar 10 cm, sehingga didapat lapisan-
lapisan untuk tebal perkerasan sebagai berikut:
- Lapisan permukaan (surface)
menggunkan material LAPEN
(mekanis) sebesar = 10 cm
- Lapisan pondasi atas (base)
menggunakan LASTON atas batu
pecah, stabilitas, tanah dengan semen,
kapur, pondasi macadam, LAPEN
setebal = 20 cm

17
3.5. Sarana Jalan/ Bangunan Pelengkap Tc = 160,1 meter
Jalan Ec = 61 meter
Menurut buku Panduan Penentuan Lc = 261 meter
Fungsi Jalan di Wilayah Perkotaan. Jalan ‒ Lokasi (B) ∆2 = 88º59’50”
alternative desa Seatail kecamatan Genteng Tc 1 = 175,8 meter
kabupaten Banyuwangi merupakan jalan Lokal Ec = 71,9 meter
Primer dengan kriteria : Lc = 277,8 meter
3.5.1. Rambu Lalu Lintas ‒ Lokasi (C) ∆3 = 89º00’20”
Penempatan rambu dilakukan sedemikian Tc 1 = 175.9 meter
rupa, sehingga mudah terlihat dengan jelas bagi Ec = 64,8 meter
pemakai jalan dan tidak merintangi lalu-lintas Lc = 277,9 meter
kendaraan atau pejalan kaki ‒ Lokasi (D) ∆4 = 82º10’40”
3.5.2. Bahu Jalan Tc = 156 meter
Bahu jalan untuk jalan Alternatif desa Ec = 58,4 meter
Setail kecamatan Genteng Banyuwangi masih Lc = 256,6 meter
belum memenuhi syarat di karenakan ukuran Didapatkan Ls’ = 50 m
kuran dari ketentuan bina marga karena masih ¼ Ls = 12,5 m
tergolong jalan local atau alteri ¾ Ls = 37,5 m
3.5.3. Median Jalan 3 Dari hasil perhitungan data-data yang
Median jalan di jalan Alternatif desa diperoleh dan tabel tebal perkerasan jalan
Setail kecamatan Genteng Banyuwangi raya Bina Marga didapatkan untuk ITP
menggunakan tanda Permukaan Jalan atau garis selama 5 tahun kedepan yaitu:
marka adalah sebagian dari tanda-tanda jalan, ‒ LEP = 134,364 smp/kend/1jam
3.5.4. Lampu jalan ‒ LEA = 139,206 smp/kend/1jam
Sesuia dengan buku Spesifikasi Lampu ‒ LET = 165,044 smp/kend/1jam
Penerangan Jalan Perkotaan , di jalan Alternatif ‒ LER = 165.044
desa Setail kecamatan Genteng Banyuwangi ‒ CBR = 66.88 %
menggunakan lampu jalan tunggal. ‒ DDT = 9.4
‒ FR = 1.0
4. PENUTUP ‒ IP0 ≥ 4
Kesimpulan ‒ Ipt = 2.5
Dari data-data yang dperoleh kemudian ‒ Maka tebal perkerasan UR 5 tahun .
dihitung dengan seksama dengan rumus-rumus  Lapisan permukaan menggunkan
yang digunakan hingga mendapat kesimpulan laston sebesar = 3,0 cm
dan saran sesuai perhitungan yang ada, adapun  Lapisan pondasi atas menggunakan
beberapa kesimpulan yang diapat antara lain: material batu pecah, stabg. Tanah
1. Dari survey 24 jam pada hari mudik dengan semen, stab. Tanah dengan
didapatkan nilai Drajat kejenuhan Pada jalan kapur setebal = 15 cm
Raya Genteng sebesar 0,9 dan 1,4 untuk %  Lapisan pondasi bawah
tahun kedepan yang mengakibatkan menngunakan 10 cm dari buku
kemacetan yang perlu dilakukan jalur Pedoman Perkerasan Lentur Jalan
alternative tersebut. Raya, Bina Marga 1987.
2. Alinyemen Horisontal jalan Alternatif 4. Dari hasil survey yang telah dilakukan
tembus terminal baru (Terminal Wiroguno) bahwa Salura Draenase pada jlan
didapatkan 4 titik tikungan tanjam yang alternatif ini sudah dan dilalukan kajian
harus direncanakan ulang pada lengkung ulang didapat Q saluran lebih besar dari
horisontal (LC) perencanaan tersebut Q banjir maka untuk saluran tersebut
menggunakan metode full cuircle (kurve tidak perlu perencanaan ulang, dengan
sederhana) dan didapatkan total panjang debit Qsal tiap saluran sebesar:
jalan sejauh 932,10 meter. ‒ Saluran 1 dengan Qsal sebesar :
‒ Lokasi (A) ∆ = 83º39’50” 0,08657 m²/s

18
‒ Saluran 2 dengan Qsal sebesar : beroperasi maksimal supaya kendaraan yang
0,60650 m²/s lewat tidak memilih jalur utama lagi.
‒ Saluran 3 dengan Qsal sebesar : 3. Perlunya perawatan yang ektra supaya
0,24543 m²/s draenase yang sudah ada bisa optimal.
‒ Saluran 4 dengan Qsal sebesar : Perlunya sarana atau bangunan pelengkap
0,07693 m²/s jalan yang baik dan indah supaya jalan
‒ Saluran 5 dengan Qsal sebesar : alternatif tersebut bisa dijadikan pengganti
0,03161 m²/s jalur pengganti yang lebih baik lagi, dan
‒ Saluran 6 dengan Qsal sebesar : pemberian rabu-rabu yang lengkap untuk
0,05961 m²/s para pengguna jalan supaya jalur alternatif
‒ Saluran 7 dengan Qsal sebesar : jauh lebih nyaman dan aman dari jalur
0,53295 m²/s sebelumnya.
‒ Saluran 8 dengan Qsal sebesar :
0,11997 m²/s DAFTAR PUSTAKA
‒ Saluran 9 dengan Qsal sebesar :
0,26694 m²/s 1. ------, 1997. Manual Kapasitas Jalan
‒ Saluran 10 dengan Qsal sebesar : Indonesia (MKJI), Direktorat Jenderal Bina
0,036927 m²/s Marga Departemen Pekerjaan Umum,
‒ Saluran 11 dengan Qsal sebesar : Jakarta.
0,11794 m²/s 2. ------, 1983, Pedoman Penentuan Tebal
5. Karena jalan Alternatif ini masih tahap Perkerasan Lentur Jalan Raya No :
perncanaan yang dulunya hanya jalan 01/PD/B/1983, Direktorat Jenderal Bina
arteri yang mana masih minimnya Marga Departemen Pekerjaan Umum,
bangunan pelengkap jalan seperti Jakarta.
lampu penerangan maupun rambu- 3. Noor Salim Ir, M.Eng, Cara Praktis
rambu lalu lintas, maka perlu dilakukan Perencanaan Geometrik Jalan Raya,
pembangunan untuk sarana bangunan Unmuh Jember, 2013.
pelengkap jalan yang sesuai dengan 4. Noor Salim Ir, M.Eng, Buku Diktat
ketentuan dari dinas Bina marga supaya Perencanan Jalan Raya I, Unmuh Jember,
jalan Alternatif ini bisa beroperasi 2013.
dengan maksimal. 5. ------, 1990, Pedoman Perencanaan
Lengkung Busur Lingkar full circle
Saran sederhana Metode Bina Marga Raya No :
Dari analisa kajian perencanaan Jalan 01/PD/B/1990, Direktorat Jenderal Bina
Alternatif Desa Setail Kecamatan Genteng Marga Departemen Pekerjaan Umum,
Kabupaten Banyuwangi sebagai jalur alternatif Jakarta.
untuk mengaktifkan Terminal Baru (Terminal 6. ------, Soemarto, C.D Soemarto,19991990,
Wiroguno), didapat beberpa analisa saran Hutchinson, 1970 ; Browning, 1987 dalam
supaya jalan alternatif tersebut bisa beroperasi Asdak C. 1995
semaksimal mungkin untuk para pengguna lalu 7. ------, 1990, Petunjuk Prencanaan Marka
lintas, diantaranya yaitu: Jalan No: 012/S/BNKT/1990, Direktorat
1. Diperlukan perencaan ulang untuk Jenderal Bina Marga, Direktorat Pembinaan
tikungang-tikungan tajam atau Anlinyemen Jalan Kota, Jakarta.
Horisontal supaya para pengguna jalan 8. ------, 1991, Tata Cara Pemasangan Rambu
mersasa nyaman dan aman pada saat Dan Marka Jalan Perkotaan NO.
mengemudi sebagai jalan alternatif yang 01/P/BNKT/1991, Direktorat Jenderal Bina
tidak boleh lebih baik dari jalan utamanya. Marga, Direktorat Pembinaan Jalan Kota,
2. Diperlukan perencanaan ITP yang baik dan Jakarta.
kuat supaya jalur alternatif tersebut bisa

19

Anda mungkin juga menyukai