Anda di halaman 1dari 3

Sejarah dinkes

Dinas kesehatan kabupaten blitar merupakan instansi pemerintah yang terletak pada
Jl. Semeru No.50, Kepanjen Lor, Kepanjenkidul, Kota Blitar, Jawa Timur. Dinas ksehatan
kabupaten blitar berdiri sejak pemerintahan kabupaten blitar dibentuk. Dinas kesehatan terdiri
dari Kepala Dinas, Sekretariat, Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Bidang
Pelayanan Kesehatan, Bidang Sumber Daya Kesehatan, Bidang Kesehatan Masyarakat,
UPTD, dan Kelompok Jabatan Fungsional. Dinas kesehatan kabupaten blitar menaungi 24
puskesmas, yaitu puskesmas Bakung, Wonotirto, Margomulyo, Wates,Binangun, Sutojayan,
Kademangan, Kanigoro, Talun, Selopuro, Kesamben, Boro, Doko, Wlingi, Gandusari,
Slumbung, Garum, Nglegok, Sanankulon, Ponggok, Bacem, Srengat, Wonodadi, dan
Udanawu.
3.2 distribusi
Distribusi pada dinas kesehatan kabupaten blitar menggunakan sistem distribusi pasif,
dimana pihak puskesmas yang lebih aktif dari pada pihak dinas kesehatan kabupaten blitar.
Distribusi obat-obatan dinas kesehatan kabupaten blitar dilakukan secara 1 kali setiap bulan,
dengan perjanjian 2 kali dinas kesehatan mengantar ke puskesmas, dan 10 kali puskesmas
mengambil obat ke dinas kesehatan kabupaten blitar dalam setahun. Distribusi dinas
kesehatan meggunakan distribusi pasif dikarenakan jarak tempuh dinas kesehatan kabupaten
blitar luas, banyaknya puskesmas yang dikoordinasi oleh dinas kesehatan kabupateen blitar,
tepatnya 24 puskesmas dan 1 rumah sakit, prasarana yang minim pada dinas kesehataan
seperti contoh hanya terdapat 1 transportasi untuk distribusi obat-obatan, dan tenaga kerja
pada IFK dinas kabupaten blitar masih sedikit. Menurut UU no 36 tahun 2009 tentang
kesehatan disebutkan bahwa Pemerintah berkewajiban membina, mengatur, mengendalikan,
dan mengawasi pengadaan, penyimpanan, promosi, dan pengedaran sebagaimana dijelaskan
dalam ayat (3). Berdasarkan dasar tersebut seharusnya dinas kesehatan yang melakukan
distribusi secara aktif karena pada UU tersebut dijelaskan bahwa pemerintah berkewajiban
dalam masalah pegedaran. Untuk solusi yang bisa dilakukan yaitu bisa penambahan
prasarana agar bisa terjangkau untuk puskesmas di wilayah kabupaten blitar atau
penambahan tenaga kerja agar untuk pendistribusian dapat dilakukan secara merata.
Alur distribusi pada dinas kesehatan yaitu pertama lembar LPLPO disetujui oleh
kepala puskesmas dan pengelola obat puskesmas, selanjutnya diberikan kepada IFK dinas
kabupaten blitar, kemudian dievaluasi oleh IFK dinas kabupaten blitar, setelah itu disetujui
oleh pihak IFK dinas kabupaten blitar, selanjutnya dilakukan perencanaan pendistribusian
dan dilakukan pengaturan jadwal pengambilan obat, kemudian pada jadwal yang ditentukan
dilakukan pelayanan distribusi, kemudian pada saat gambilan obat pada IFK dinas kabupaten
blitar dilakukan Pengecekan kelayakan fisik, jumlah, dan ED, selanjutnya dilakukan
Pengecekan ulang oleh pihak puskesmas, dan yang terakhir di terima oleh puskesmas. Alur
tersebut sudah sesuai dengan standard operation prosedure (SOP) yang menjadi dasar dinas
kesehatan kabuaten blitar yaitu Prosedur kerja Pendistribusian Obat dan Perbekalan
Kesehatan tahun 2014.
Dokumen yang di butuhkan pada proses distribusi menurut Prosedur kerja
Pendistribusian Obat dan Perbekalan Kesehatan tahun 2014 adalah LPLPO, SBBK, Kartu
stock, Kartu Induk, dan Laporan Pengeluaran Obat, namun pada lapangan sekarang adalah
masih belum adanya SBBK, hal tersebut dikarenakan masih dilakukan upgrade pada sistem
informasi IFK dinas kesehatan kabupaten blitar, sehingga SBBK masih belum di keluarkan
lagi. Berdasarkan hal tersebut dikatakan bahwa dinas kesehatan kabupaten blitar belum
menerapkan salah satu dokumen yang dibutuhkan. Solusi yang bisa dilakukan yaitu
mempercepat ugrade pada sistem informasi IFK dinas kesehatan kabupaten blitar.

Anda mungkin juga menyukai