Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Obat
Obat merupakan bahan atau zat yang dipergunakan oleh manusia untuk
mengobati suatu penyakit tertentu. Obat adalah racun atau zat kimia baik dari
alam maupun sintesis yang apabila salah dalam penggunaan atau tidak sesuai
dosis takaran dapat mengakibatkan hal hal yang tidak diinginkan tetapi dalam
dosis tertentu dapat menghilangkan, mengurangi atau mengobati penyakit
(Siregar, 2016).
Menurut Ansel (2006), obat adalah zat yang digunakan untuk diagnosis,
mengurangi rasa sakit, serta mengobati atau mencegah penyakit pada manusia
atau hewan. Defenisi yang lebih lengkap, obat adalah bahan atau paduan
bahan-bahan, yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem
fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi termasuk
produk biologi (Kemenkes RI, 2008).
2.2 Obat Esensial
Obat dan perbekalan kesehatan merupakan komponen yang tak
tergantikan dalam pelayanan kesehatan. Akses terhadap obat terutama obat
esensial merupakan salah satu hak azasi manusia. Dengan demikian
penyediaan obat esensial merupakan kewajiban bagi pemerintah dan lembaga
pelayanan kesehatan baik publik maupun swasta (Kemenkes RI, 2008).
Kriteria Obat Esensial
Adapun kriteria obat esensial menurut WHO dan telah diadopsi oleh
Indonesia adalah :
1. Memeliki rasio manfaat resiko (Benefit-risk rasio) paling menguntungkan
2. Mutu terjamin, termasuk stabilitas dan ketersediaan hayati (Bio avalibilitas)
3. Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan
4. Praktis dalam penggunaan dan penyerahan
5. Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan pasien
6. Memiliki ratio manfaat-resiko (Benefit-cost ratio) yang tertinggi
biaya langsung atau tidak langsung
Berikut adalah beberapa daftar obat esensial yang ada di Indonesia, yaitu:
1. Analgesic
Merupakan istilah yang digunakan untuk kelompok obat penahan rasa
sakit. Obat analgesic termasuk obat antiradang non-steroid (NSAID) seperti
salsilat, obat nartkotika seperti morfin, dan obat sisntesis bersifat narkotik
seperti tramadol. NSAID aspirin, naproksen, dan ibuprofen, bukan saja
meredakan rasa sakit tetapi obat ini juga dapat meredakan demam.
Analagesik yang bersifat narkotik seperti opioid dan opidium bisa menekan
system saraf utama dan merubah persepsi terhadap kesakitan (noesipsi).
Obat jenis ini lebih bisa mengurangi rasa sakit bila dibandingkan dengan
NSAID. Analgesic sendiri dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Analgesic opioid/analgesic narkotika merupakan kelompok obat yang
memiliki sifat seperti opium atau morfin. Golongan obat ini terutama
digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri.
Tetapi, analgesic opioid dapat menimbulkan adiksi atau ketergantungan,
maka usaha untuk mendapat sesuatu analgesic masih tetap diteruskan
dengan tujuan mendapatkan analgesic yang sama kuat dengan
morfin tanpa bahaya adiksi.
Ada tiga golongan obat ini yaitu:
1) Obat yang berasal dari opium-morfin
2) Senyawa semisintetik morfin, dan
3) Senyawa sintetik yang berefek seperti morfin
b. Analgesic lainnya, seperti golongan salisilat seperti aspirin, golongan
para amino fenol seperti paracetamol, dan golongan lainnya
seperti ibuprofen, asam mefanamat, naproksen dan masih banyak lagi.
2. Antipiretik
Antipiretik merupakan obat yang digunakan untuk menurunkan suhu
tubuh dalam keadaan demam. Namun, tidak mempengaruhi suhu tubuh
normal jika tidak dalam keadaan demam. Antipiretik bertindak pada
hipotalamus untuk mengurangi kenaikan suhu yang diprakarsai oleh
interleukin. Setelah itu, suhu akan berfungsi apda suhu yang lebih rendah
sehingga terjadi pengurangan demam. Antipiretik yang sering digunakan
adalah aspirin, asetaminofen, dan lainnya.
3. Anestetika
Obat-obatan yang dapat menimbulkan anesthesia atau narkosa yakni,
suatu keadaan depresi umum yang bersifat reversible dari berbagai pusat di
SSP, dimana seluruh perasaan dan keadaan ditiadakan. Jadi,
anestetika digunakan untuk menghilangkan rasa sakit ketika melakukan
pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit
pada tubuh. Anestesi dibedakan menjadi dua yaitu, anestesiumum dan
anestesi local. Anestesi umum adalah hilangnya rasa sakit disertai dengan
hilangnya kesadaran. Sedangkan, anestesi local adalah hilangnya rasa
sakit tanpa hilangnya kesadaran.
4. Antidotum
Antidotum merupakan obat penawar racun. Antidotum lebih
difokuskan terhadap over dosis atau dosis toksik dari suatu obat.
Kondisi suatu obat dapat menimbulkan keracunan bila melebihi
kondisi amannya. Selain itu metabolisme tubuh setiap orang terhadap
dosis obat juga mempengaruhi. Pada keracunan yang parah dibutuhkan
antidotum yang memang terbukti menolong terhadap efek keracunan obat
tertentu, missal asam folinat untuk keracunan metoxtrexat. Agent Nalkoson,
atropine, chelating, natrium tiosulfat, maetilen biru merupakan antidotum
spesifik yang sangat ampuh dan sering menimbulkan reaksi pengobatan
yang dramatis. Namun, sebagian terbesar kasus keracunan harus dipuaskan
dengan pengobatan gejalanya saja, dan inipun hanya untuk menjaga fungsi
vital tubuh, yaitu pernafasan dan sirkulasi darah.
Racun akan didetoksikasi oleh hepar secara ilmiah dan racun atau
metabolitnya akan diekskresi melalui ginjal dan hati. Selama keracunan
hanya perlu dipertahankan pernapasan dan system karidiovaskular (fungsi
vital).
5 .Antihistamin
Antihistamin atau atagonis histamine adalah zat yang mampu
mencegah penglepasan atau kerja histamine. Istilah anti histamine
dapat digunakan untuk menjelaskan antagonis histamine yang manapun.
Namun sering kali istilah ini digunakan untuk merujuk kepada antihistamin
klasik yang bekerja pada reseptor histamine H1. Antihistamin ini
biasanya digunakan untuk mengobati reaksi alergi, yang disebabkan
tanggapan berlebihan tubuh terhadap alergen atau penyebab alergi tubuh,
seperti serbuk sari tanaman. Reaksi alergi ini menunjukkan penglepasan
histamine dalam jumlah yang signifikan didalam tubuh. Terdapat beberapa
jenis anthistamin, yang dikelompokkan berdasarkan sasaran kerjanya
terhadap reseptor histamine. Antigonis reseptor histamine H1 secara klinis
digunakan untuk mengobati alergi. Contoh obatnya:
a. Difenhidramina
b. Loratadina
c. Desloratadina
d. Meclinzine
e. Quetiapine (khasiat antihistamin merupakan efek samping dari
obat antiseptic ini)
f. Prometazina
Antagonis reseptor histamine H2 ditemukan disel-sel parietal.
Kinerjanya adalah meningkatkan sekresi asam lambung. Dengan demikian
reseptor histamine H2 (antihistamin H2) dapat digunakan untuk mengurangi
sekresi asam lambung, serta dapat pula digunakan untuk menangani peptic
ulcer dan penyakit refluks gastroesofagus. Contoh obatnya adalah
simetidina, famotidina, ranitidina, nizatidina, roxatidina, dan lafuitidina.
6. Antimigrain
Antimigrain adalah obat yang dimaksudkan untuk mengurangi efek
atau intensitas migraine (sakit kepala sebelah). Obat antimigrain
diklasifikasikan sebagai “NO2C” dalam system klasifikasi kimia
anatomi terapi.
Contohnya:
a. Triptans
b. Zolmitriptan
7. Anti Inflamasi
Inflasmasi adalah respon normal terhadap cedera. Ketika
terjadi cedera, zat seperti histamine, brandikinin dan PG serta
serotonin. Anti inflamasi bekerja menghambat sintesis PG dan leokotrin.
Hambatan tersebut antara lain menyebabkan stabilisasi sel meningkat,
permeabilitas membrane menurun (mengurangi odem), dan nyeri berkurang.
Berdasarkan cara kerja diatas ada 2 jenis anti inflamasi yang digunakan
dalam klinik, yaitu golongan kortikosteroid dan nonsteroid. Dari 2 golongan
anti inflamasi yang sering digunakan adalah AINS, karena golongan steroid
dalam jangka panjang dapat menimbulkan efek samping seperti:
a. Irutasi lambung
b. Moon face
c. Menekan imunitas
d. Tulang keropos
8. Diuretic
Diuretic adalah obat yang dapat meningkatkan jumlah urin (duiresis)
dengan jalan menghambat reabsorbsi air dan natrium serta mineral lain pada
tubulus ginjal. Penggunaan diuretic terbanyak adalah untuk anti hipertensi
dan gagal jantung.
Penggolongan dan mekanisme kerja diuretic adalah sebagai berikut.
a. Golongan tiasid dan seperti tiasid
b. Golongan diuritik kuat (loop diuritik/high ceeling)
c. Diuritik hemat kalium
d. Menghambat anhidrase karbonik
9. Antikonvulasi
Antikonvulasi digunakan untu mencegah dan mengobati
bangkitan eppilepsi (epilepticseizure). Golongan obat ini lebih tepat
untuk gejala konvulsi penyakit lain. Bromide, obat pertama yang digunakan
untuk terapi eilepsi telah ditinggalkan karena ditemukannya berbagai anti
epilepsy baru yang lebih efektif.
10. Anti epileptika
Antiepileptika adalah obat yang dapat menanggulangi
serangan epilepsyberkat kasiat antikovulsinya, yakni meredakan
konvulsi (kejang klonus hebat). Disamping itu, kebanyakan obat juga
bersedatif (meredakan). Semua obat antikonvulsi memliki masa paruh
penggunaan kronis.
11. Antineoplastik
Obat-obatan ini mencapai hasil terapeutik dengan berbagai macam
cara, memiliki lebih banyak spesifikasi obat. Manfaatnya efektif terhadapa
leukemia limfatik, penyakit Hiodgkins, limfosarkoma, neuroblastoma,
tumor Wilms dan kanker payudara. Obat-obatan ini mempunyai
banyak reaksi sampingan sehubungan dengan cara pemberiannya, biasakan
dengan obat-obatan yang telah digunakan. Sebagian besar diberikan
pada lingkungan rumah sakit.
12. Psikofarma
Psikofarma adalah obat-obatan yang digunakan untuk klien dengan
gangguan mental. Psikofarmaka termasuk obat-obatan psikotropik yang
bersifat neuroleptika (bekerja pada system saraf). Pengobatan pada
gangguan mental besifat komprehensif, yang meliputi:
a. Teori biologis (somatic) mencakup pemberian obat psikofarmaka,
lobektomi dan elektro confulsi therapy (ECT)
b. Psikoterapeutik
c. Terapi modalitas
13 Antiseptic
Antiseptic dan desinfektan dgunakan untuk mencegah infeksi.
Keduanya berbeda dengan antimikroba karena selain bentuk umunya
larutan, pemakaiannya selalu diaplikasikan di tempat yang
kemungkinan terdapat mikroba (kontak langsung) dan bekerja tidak
selektif. Efeknya karena menyebabkan denaturasi protein menginaktifas
enzim dan merusak membrane sel pada konsentrasi tertentu. Efek diatas
juga dapat terjadi pada sel manusia, jadi selektifitasnya karena factor
konsentrasi. Antiseptic digunakan pada jaringan hidup, sedangkan
desinfektan untuk benda mati. Seperti digunakan pada peralatan medium,
ruang operasi untuk sterilisasi.
2.3 Perencanaan Obat
Perencanaan merupakan salah satu fungsi yang sangat penting dalam
manajemen, karena dengan adanya perencanaan akan menentukan fungsi
manajemen lainnya terutama pengambilan keputusan. Sedangkan
Perencanaan di bidang kesehatan pada dasarnya merupakan suatu proses
untuk merumuskan masalah kesehatan yang berkembang di masyarakat,
menentukan kebutuhan dan sumber daya yang harus disediakan, menetapkan
tujuan yang paling pokok dan menyusun langkah-langkah praktis untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan (Muninjaya, 2004 ).
Perencanaan obat dan perbekalan kesehatan merupakan awal yang
amat menentukan dalam perencanaan obat. Tujuan perencanaan obat
danperbekalan kesehatan yaitu untuk menetapkan jenis serta jumlah obat
danperbekalan kesehatan yang tepat, sesuai dengan kebutuhan
pelayanankesehatan dasar termasuk obat program kesehatan yang telah
ditetapkan. Keberhasilan perencanaan akan mempengaruhi tahap selanjutnya
dalam suatu manajemen pengelolaan obat. Perencanaan merupakan kegiatan
untuk menentukan jenis dan jumlah obat yang tepat dan sesuai kebutuhan
masyarakat (Depkes RI, 2006). Penentuan kebutuhan merupakan perincian
dari fungsi perencanaan, bilamana perlu semua faktor yang mempengaruhi
kebutuhan harus diperhitungkan terutama menyangkut keterbatasan
organisasi. Dalam penentuan kebutuhan adalah menyangkut proses memilih
jenis dan menetapkan dengan prediksi jumlah kebutuhan persediaan
barang/obat perjenisnya ( Seto, 2015).
2.3.1 Metode Perencanaan Pengadaan Obat
Perencanaan Pengadaan obat memiliki 2 metode, yaitu metode
konsumsi dan metode epidemiologi.
1. Metode Konsumsi
Metode konsumsi merupakan metode perencanaan berdasarkan
atas analisis konsumsi logistik periode sebelumnya. Metode konsumsi
yang bersifat reaktif ternyata tidak mengatasi masalah stok obat karena
pengadaan dilakukan bila ada kebutuhan. Selain menggunakan data
penggunaan sebelumnya pendekatan lain yang juga dilakukan yaitu
melalui Sistem Pendukung Keputusan Perencanaan Pengadaan Obat
berdasarkan ABC indeks kritis menunjukkan bahwa metode
perhitungan berdasarkan ABC indeks kritis hanya digunakan untuk
melihat jenis kekritisan obat yang jumlah jenis obatnya sudah diketahui.
Dalam menentukan Perencanaan Pengadaan obat masih dibutuhkan
metode perhitungan perencanaan pengadaan obat serta bentuk
penyajian data yang lengkap dan disertai grafik.
a. Kelebihan Metode Konsumsi
1. Tidak dibutukan data morbiditas dan standar pengobatan
2. Perhitungan lebih sederhana
3. Dapat di andalkan jika pencatatan baik
b. Kekurangan Metode Konsumsi
1. Data Konsumsi obat kontak dengan pasien sulit
2. Tidak dapat di jadikan dasar pengkajian penggunaan obat
3. Tidak dapat di andalkan jika terjadi perubahan pola penyakit
2. Metode Epidemiologi
Metode epodemiologi merupakan metode perencanaan berdasarkan
atas analisis jumlah kasus penyakit pada periode sebelumnya. Jumlah
kasus ini tergantung dari jumlah kunjungan, bor/los (hari perawatan)
frekuensi penyakit dan standar pengobatan. Metode epidemologi yang
bersifat proaktif memiliki peluang yang lebih besar untuk menyelesaikan
masalah stok obat, namun juga terdapat unsur ketidakpastian di dalamnya.
a. Kelebihan Metode Epidemiologi
1. Data konsumsi tidak di butuhkan
2. Data di gunakan untuk pengkajian pola pengobatan
3. Mendorong melakukan pencatatan morbiditas
b. Kekuranagan Metode Epidemiologi
1. Perlu waktu dan tenaga yang banyak
2. Ada penyakit yang tidak tercatat
3. Pola penyakit tidak sama, khusus wabah dan variasi obat lebih luas
2.3.3 Tahap Perencanaan Obat
Proses perencanaan pengadaan obat diawali dengan kompilasi data
yang disampaikan puskesmas kemudian oleh instalasi farmasi kabupaten/kota
diolah menjadi rencana kebutuhan obat dengan menggunakan teknik-teknik
perhitungan tertentu. Dalam perencanaan kebutuhan dimana kegiatan yang
dilakukan adalah :
1. Tahap Pemilihan Obat
Pemilihan obat berdasarkan pada Obat Generik terutama
yangtercantum dalam Daftar Obat Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD) dan
Daftar Obat Essensial Nasional (DOEN) yang masih berlaku
denganpatokan harga sesuai dengan Keputusan Menteri
KesehatantentangDaftar Harga Obat untuk Obat Pelayanan Kesehatan
Dasar (PKD) dan Obat Program Kesehatan (Kemenkes RI, 2010).
Fungsi pemilihan obat adalah untuk menentukan apakah obat
benar-benar diperlukan sesuai dengan pola penyakit yang ada.Apabila
dana tidak mencukupi,perlu dilakukan analisa kebutuhan sesuai anggaran
yang ada(denganmenggunakan metode perhitungan ABC) dan untuk
seleksi obat perlu dilakukan analisa Vital Esensial Nonesensial (VEN)
(Kemenkes RI, 2010).
Untuk mendapatkan perencanaan obat yang tepat, seleksikebutuhan
obat harus mempertimbangkan beberapa hal berikut :
1. Obat dipilih berdasarkan seleksi ilmiah, medik dan statistik yang
memberikan efek terapi jauh lebih baik dibandingkan resiko
efeksamping yang akan ditimbulkan
2. Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin, hal ini untukmenghindari
duplikasi dan kesamaan jenis.
3. Hindari penggunaan obat kombinasi kecuali jika obat tersebutmempunyai
efek yang lebih baik dibandingkan obat tunggal
4. Memiliki rasio manfaat/biaya yang paling menguntungkan (Kemenkes
RI, 2010b)
Sebelum melakukan perencanaan obat perlu diperhatikan kriteria
yang dipergunakan sebagai acuan dalam pemilihan obat, yaitu :
a. Obat merupakan kebutuhan untuk sebagian besar populasi penyakit
b. Obat memiliki keamanan dan khasiat yang didukung dengan bukti ilmiah
c. Obat memiliki manfaat yang maksimal dengan resiko yang minimal
d. Obat mempunyai mutu yang terjamin bak ditinjau dari segi stabilitas
maupun bioavailibilitasnya
e. Biaya pengobatan mempunyai rasio antara manfaat dan biaya yang baik
f. Bila terdapat lebih dari satu pilihan yang memiliki efek terapi yang serupa
maka pilihan diberikan kepada obat yang :
- Sifatnya paling banyak diketahui berdasarkan data ilmiah
- Sifat farmakokinetiknya diketahui paling banyak menguntungkan
- Stabilitas yang baik
- Paling mudah diperoleh
g. Harga terjangkau
h. Obat sedapat mungkin sediaan tunggal
Pemilihan obat didasarkan pada obat generik terutama yang
tercantum dalam Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dengan
berpedoman pada harga yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan yang
masih berlaku (Depkes RI, 2009).
2. Tahap Kompilasi Pemakaian Obat
Kompilasi pemakaian obat adalah rekapitulasi data pemakain obat
di unit pelayanan kesehatan, yang bersumber dari Laporan Pemakaian dan
lembar Permintaan Obat (LPLPO). Kompilasi pemakaian obat dapat
digunakan sebagai dasar untuk menghitung stok optimum (Depkes RI,
2009).
Informasi yang didapat dari kompilasi pemakaian obat adalah:
1. Jumlah pemakaian tiap jenis obat pada masing-masing UnitPelayanan
Kesehatan/ Puskesmas.
2. Persentase pemakaian tiap jenis obat terhadap total pemakaiansetahun
seluruh Unit Pelayanan Kesehatan/ Puskesmas.
3. Pemakaian rata-rata untuk setiap jenis obat untuk tingkatKabupaten/
Kota.
4. Pola penyakit yang ada (Kemenkes RI, 2010b)
Manfaat informasi yang didapat:
1. Sebagai sumber data dalam menentukan jenis dan kebutuhan obat.
2. Sebagai sumber data dalam menghitung kebutuhan obat untuk
pemakaian tahun mendatang (Kemenkes RI, 2010b).
3. Tahap Perhitungan Kebutuhan Obat
Menentukan kebutuhan obat merupakan salah satu
pekerjaankefarmasian yang harus dilakukan oleh Apoteker di Instalasi
FarmasiKabupaten/ Kota.Dengan koordinasi dan proses perencanaan
untuk pengadaan obatsecara terpadu (termasuk obat program), maka
diharapkan obat yangdirencanakan dapat tepat jenis, jumlah dan waktu
serta mutu yangterjamin. Untuk menentukan kebutuhan obat dilakukan
pendekatanperhitungan melalui metoda konsumsi dan atau morbiditas.
4. Tahap Proyeksi Kebutuhan Obat
Berdasarkan Kepmenkes No. 1121 Tahun 2008, proyeksi
kebutuhan obat adalah perhitungan kebutuhan obat secara komprehensif
dengan mempertimbangkan data pemakaian obat dan jumlah sisa stok
pada periode yang masih berjalan dari berbagai sumber anggaran.
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah:
a. Menetapkan rancangan stok akhir periode yang akan datang. Rancangan
stok akhir diperkirakan sama dengan hasil perkalian antara waktu
tunggu (lead time) dengan estimasi pemakaian ratarata/bulan ditambah
Stok pengaman (buffer stock).
d = (Lt x R ) + sp

Keterangan :
d = rancangan stok akhir
Lt = Waktu tunggu (Lead Time)
R = Estimasi pemakaian rata-rata perbulan
sp = Stok pengaman (Buffer Stock)
b. Menghitung rancangan pengadaan obat periode tahun yang akan datang.
Perencanaan pengadaan obat tahun yang akan datang dapat dirumuskan
sebagai berikut:
a=b+c+d-e–f

Keterangan:
a = Rancangan kebutuhan obat tahun yang akan datang
b = Kebutuhan obat untuk sisa periode berjalan (sesuai
tahunanggaran yang bersangkutan)
c = Kebutuhan obat untuk tahun yang akan datang
d = Rancangan stok akhir (jumlah obat yang dibutuhkanpada
periode lead time dan buffer stok tahun yang akandatang)
e = Perkiraan sisa stok akhir periode berjalan/ Stok awalperiode
yang akan datang di IFK
f = Rencana penerimaan obat pada periode berjalan (Januari–
Desember)
c. Menghitung rancangan anggaran untuk total kebutuhan obat,dengan
cara:
1. Melakukan analisis ABC – VEN
2. Menyusun prioritas kebutuhan dan penyesuaian kebutuhandengan
anggaran yang tersedia.
3. Menyusun prioritas kebutuhan dan penyesuaian kebutuhan
berdasarkan data 10 penyakit terbesar.
d. Pengalokasian kebutuhan obat persumber anggaran, denganmelakukan
kegiatan:
1. Menetapkan kebutuhan anggaran untuk masing-masing obat
persumber anggaran.
2. Menghitung persentase belanja untuk masing-masing obatterhadap
sumber anggaran.
3. Menghitung persentase anggaran masing-masing obat terhadaptotal
anggaran dari semua sumber (Kemenkes RI, 2010b).
5. Tahap Penyesuaian Rencana Pengadaan Obat
Dengan melaksanakan penyesuaian perencanaan obat dengan
jumlahdana yang tersedia, maka informasi yang didapat adalah
jumlahrencana pengadaan, skala prioritas masing-masing jenis obat
danjumlah kemasan untuk rencana pengadaan obat tahun yang akandatang
(Depkes RI, 2009)
Beberapa metoda untuk meningkatkan efektifitas danefisiensi
anggaran pengadaan obat:
1. Analisa ABC
Berdasarkan berbagai observasi dalam inventori manajemen,
yangpaling banyak ditemukan adalah tingkat konsumsi pertahun
hanyadiwakili oleh relatif sejumlah kecil item. Sebagai contoh,
daripengamatan terhadap pengadaan obat dijumpai bahwa
sebagianbesar dana obat (70%) digunakan untuk pengadaan 10% dari
jenis/ item obat yang paling banyak digunakan, sedangkan
sisanyasekitar 90% jenis/ item obat menggunakan dana sebesar
30%.Oleh karena itu analisa ABC mengelompokkan item
obatberdasarkan kebutuhan dananya, yaitu:
a. Kelompok A:
Adalah kelompok jenis obat yang jumlah nilai
rencanapengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekitar 70%
darijumlah dana obat keseluruhan.
b. Kelompok B:
Adalah kelompok jenis obat yang jumlah nilai
rencanapengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekitar 20%.
c. Kelompok C:
Adalah kelompok jenis obat yang jumlah nilai
rencanapengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekitar 10%
dari jumlah dana obat keseluruhan.
Langkah-langkah menentukan Kelompok A, B dan C.
a) Hitung jumlah dana yang dibutuhkan untuk masing-masing
obatdengan cara mengalikan kuantum obat dengan harga obat.
b) Tentukan peringkat mulai dari yang terbesar dananya
sampaiyang terkecil.
c) Hitung persentasenya terhadap total dana yang dibutuhkan.
d) Hitung akumulasi persennya.
e) Obat kelompok A termasuk dalam akumulasi 70%
f) Obat kelompok B termasuk dalam akumulasi >70% s/d 90%
(menyerap dana ± 20%)
g) Obat kelompok C termasuk dalam akumulasi > 90% s/d
100%(menyerap dana ± 10%) (Kemenkes RI, 2010b).
2) Analisa VEN
Salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi penggunaan dana
obat yang terbatas dengan mengelompokkan obat berdasarkanmanfaat
tiap jenis obat terhadap kesehatankedalam tigakelompok berikut:
a. Kelompok V:
Adalah kelompok obat-obatan yang sangat esensial (vital),
yang termasuk dalam kelompok ini antara lain:
1. Obat penyelamat (life saving drugs)
2. Obat untuk pelayanan kesehatan pokok (obat anti diabetes,vaksin
dan lain-lain)
3. Obat untuk mengatasi penyakit penyebab kematian terbesar.
b. Kelompok E:
Adalah kelompok obat yang bekerja kausal yaitu obat yang
bekerja pada sumber penyebab penyakit.

c. Kelompok N:
Merupakan obat penunjang yaitu obat yang kerjanya ringan
danbiasa dipergunakan untuk menimbulkan kenyamanan atau
untukmengatasi keluhan ringan.
Penggolongan obat sistem VEN dapat digunakan untuk:
a) Penyesuaian rencana kebutuhan obat dengan alokasi danayang
tersedia. Obat yang perlu ditambah atau dikurangi dapatdidasarkan
atas pengelompokan obat menurut VEN.
b) Penyusunan rencana kebutuhan obat yang masuk kelompok Vagar
diusahakan tidak terjadi kekosongan obat.Untuk menyusun daftar
VEN perlu ditentukan lebih dahulu kriteriapenentuan VEN yang
sebaiknya disusun oleh suatu Tim. Dalammenentukan kriteria perlu
dipertimbangkan kondisi dan kebutuhanmasing-masing wilayah.
Kriteria yang disusun dapat mencakup berbagai aspek antara lain:
a) klinis
b) konsumsi
c) target kondisi
d) biaya
Langkah-langkah menentukan VEN
a) Menyusun analisa VEN
b) Menyediakan data pola penyakit
c) Merujuk pada pedoman pengobatan (Kemenkes RI, 2010b).

Anda mungkin juga menyukai