Tumbuhan obat memilii peranan penting dalam mengatasi penyakit ini. Salah satu tanaman
obat yang dioercaya dapat mengobati penyakit kaner adalah Argentum conyzoides L.
Tumbuhan ini memiliki habitat di America, Asia Tenggara, dan Afrika. Masyarakat tradisional
banyak menggunakan tanaman ini untuk mengobati demam dan lainnya. Selain sebagai anti
kanker, Berdasarkan beberapa penelitian tumbuhan ini mengandung metabolit sekunder yang
salah satu manfaatnya adalah sebagai stimulan SSP. Oleh karena itu penting bagi kita sebagai
seorang farmasis untuk lebih memahami kandungan senyaw serta aktifitas tumbuhan ini .
Jamu, Obat Herbal Terstandart, dan
Fitofarmaka
Jamu adalah obat tradisional yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun
jamu tersebut. Jamu disajikan dalam bentuk serbuk, seduhan, pil atau cairan. Jamu harus
memenuhi standar keamanan dan standar mutu, tetapi tidak memerlukan pembuktian
ilmiah sampai uji klinis, cukup dengan bukti empiris. Obat herbal terstandar merupakan
obat tradisional yang disajikan dari hasil ekstraksi atau penyarian bahan alam, baik
tanaman obat, hewan, maupun mineral. Fitofarmaka merupakan obat tradisional yang
dapat disejajarkan dengan obat moderen. Proses pembuatan fitofarmaka telah
terstandarisasi yang didukung oleh bukti ilmiah sampai uji klinis pada manusia.
Pembuatannya diperlukan peralatan berteknologi moderen, tenaga ahli dan biaya yang
tidak sedikit (Sinaga, 2009).
Terna, Tumbuh Perseba
Bandotan berasal
dari Amerika
Tegak
rantropis. Di
Indonesia,
bandotan
Berbatang Bulat merupakan
tumbuhan liar
dan lebih dikenal
Daun sebagai
bertangkai,letakny tumbuhan
Anatomi Bandotan a saling pengganggu
berhadapan,ujung (gulma) di kebun
runcing, tepinya dan di ladang.
bergerigi Tumbuhan ini,
dapat ditemukan
juga di
Akar Tunggang pekarangan
rumah, tepi jalan,
tanggul, dan
Berbunga Majemuk, sekitar saluran
berkupul 3 atau air pada
lebih ketinggian l-
2.100 m di atas
Klasifikasi Tumbuhan
Plantae
Spermatophyta
Magnoliophyta
Magnoliopsida
Asteridae
Asterales
Asteraceae
Ageratum
Ageratum
conyzoides L.
Penggunaan Luas di Masyarakat
Sering di
anggap Sebagian Masyarakat
sebagai menggunakannya sebagai Obat
Hama Contohnya :
Sakit
Tenggorokan Demam
Perut
kembung,
mulas Diare
muntah
Budidaya Tumbuhan Bandotan
flavonoid,
steroid sterol, alkaloid Triterpeno
id
minyak
saponin, tannin fenolik, atsiri
borneol
1. Flavonoid
Flavonoid termasuk kelompok senyawa fenol terbesar yang ditemukan di
alam. Senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, dan biru, dan
sebagian zat warna kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan.
Flavonoid mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom
karbon. Dua cincin benzen (C6) terikat pada suatu rantai propan (C3)
sehingga membentuk suatu susunan C6-C3C6. Susunan ini dapat
menghasilkan tiga jenis struktur, yakni 1,3-diarilpropan atau flavonoid, 1-
2-diarilpropan atau isoflavonoid, dan 1,1-diarilpropan atau neoflavonoid
2. Tannin
Tannin disebut sebagai polifenol tanaman, yang mempunyai peran dalam pengikatan protein,
pembentuk pigmen, sebagai ion metal, dan mempunyai susunan molekul yang besar, serta
sebagai aktivitas antioksidan. Tannin memiliki rumus molekul C 76H52O46, ada yang tidak berwarna
tetapi ada juga yang berwarna kuning atau cokelat (Okuda & Ito, 2011). Dua kelas besar tannin
dikenal berdasarkan reaksi hidrolitik dan asal fenoliknya. Kelas pertama disebut sebafai
hydrolysable tannin dan yang lain disebut tannin terkondensasi. Disebut sebagai tannin
hydrolysable karena mudah larut dalam asam mineral atau enzim seperti tannase, strukturnya
diantaranya adalah gallat, hexahydrodiphenic atau ellagic acid. Sedangkan tannin terkondensasi
tidak dapat larut dalam asam mineral dan enzim sehingga disebut juga nonhydrolysable tannin,
salah satu contohnya adalah katekin
3. Saponin
Saponin merupakan glikosida dengan berat molekul yang tinggi, yang dikarakteristikkan
dengan strukturnya yang mengandung steroid dengan satu atau lebih rantai gula. Saponin
menunjukkan spectrum luas dala aktivitas biologis dan digunakan dalam obat-obatan
herbal . Beberapa saponin menunjukkan antibakteri, antifungal, dan dapat meningkatkan
sistem imun
4. Triterpenoid
Lebih dari 4000 jenis triterpenoid telah diisolasi dengan lebih dari 40 jenis kerangka dasar yang sudah dikenal
dan pada prinsipnya merupakan proses siklisasi dari skualen. Triterpenoid terdiri dari kerangka dengan 3
siklik 6 yang bergabung dengan siklik 5 atau berupa 4 siklik 6 yang mempunyai gugus fungsi pada siklik
tertentu (Lenny, 2006).
Toksisitas Bandotan
Menurut Rahim, Abdul dkk (2012) Menurut kinasi, ida., dkk (2013) pada
dengan judul SKRINING TOKSISITAS jurnal UJI TOKSISITAS EKSTRAK DAUN
EKSTRAK HERBA BANDOTAN BABADOTAN (Ageratum conyzoides
(Ageratum conyzoides L) DENGAN Linn) TERHADAP IKAN MAS ( Cyprinus
METODE BRINE SHRIMP LETHALITY carpio Linn.) SEBAGAI ORGANISME
TEST Didapatkan hasil NON-TARGET didapatkan hasil
Berdasarkan jurnal
Anticancer and Structure of kaempferol
antiradical
scavenging activity
of Ageratum
conyzoides L.
(Asteraceae)
Kandungan
metabolit utama
pada bandotan yang
berfungsi sebagai
anti kanker
Aktifitas bandotan Sebagai Antikanker
Berdasarkan Ekstrak yang
Daun bandotan,
Jurnal A.H telah
dikeringkankan selama Selanjutny
Adebayo yang didapatkan
2 minggu di lab lalu a dilakukan
berjudul kemudian
dibuat serbuk. Setelah uji khasiat
Anticancer diuji
itu larutan diekstraksi daun
and kromatografi
menggunakan etanol 95 bandotan
antiradical untuk
%, etil asetat dan pada sel
scavenging memastikan
petroleum eter serta di kanker
activity of kandungan
evavorasi dengan mesin
Ageratum kemferolnya
rotary evavorator
conyzoides
Berdasarkan penelitian ini diketahui bahwa kaemferol yang
L.
terdapat pada daun bandotan memiliki 2 mekanisme dalam
(Asteraceae)
menghambat sel kanker. Mekanisme pertama adalah
Dinyatakan
dengan memblok proses pertumbuhan sel kanker sehingga
bahwa
sel kanker tidak dapat tumbuh. Berdasrkan penelitian in
tumbuhan ini
juga kaemferol ini bersifat sitoprotektif. Maksudnya adalah
memiliki efek
zat ini memiliki kemampuan untuk melindungi tubuh dari
sebagai anti
radikal bebas serta melindungi tubuh dari virus HIV maupun
kanker
dari tumor. Pada penelitia uji in vitro pada sel kanker ekstrak
daun bandotan ini mampu membunuh 50 % sel kanker yang
From the preliminary anticancer screening, the petroleum ether extract of A.
conyzoides exhibited a significant inhibition (I > 50%) on SGC-7901, HT-29, and
P-388 cancer cell lines [Tables [Tables22 and and3].3]. Similarly, the ethylacetate
extract showed a significant inhibition on A-549, SGC-7901, HT-29, P-388,
MDA-MB-231, and DU-145 cancer cell lines. Furthermore, ethanol extract had a
significant inhibitory activity on HT-29 and P-388 cancer cell lines. n-Butanol
and water extracts showed no significant inhibition (I < 50%) on any of the
cancer cell lines. Table 4 shows the IC50 values of ethanol, petroleum ether, and
ethylacetate extracts. The ethanol extract showed an IC 50 value of 1.73 g/ml in
P-388 cell line, while petroleum ether extract had IC 50 values of 14.06, 13.77, and
0.71 g/ ml in A-549, SGC-7901, and P-388 cells, respectively. Similarly, the
ethylacetate extract showed IC50 values of 0.68, 9.97, 14.88, and 0.0003 g/ml in
A-549, DU-145, SGC-7901, and P-388 cells, respectively.
Aktifitas Bandotan Sebagai
Stimulan
Berdasarkan sebuah penelitian yang dilakukan oleh Sayid
Alpin P (2016) dengan judul UJI AKTIVITAS STIMULAN
EKSTRAK ETANOL DAUN BANDOTAN (Ageratum conyzoides
L.) PADA MENCIT PUTIH METODE HOLE-BOARD
Diperoleh
Hasil
Pengamatan dimulai dari
pemberian ekstrak etanol melihat aktivitas
lokomotorik mencit kemudian mencit diberi
daun bandotan (10 - 30 perlakuan dan didiamkan
mg/20gBB) dapat berdasarkan jumlah
jengukan mencit selama 1 jam untuk
meningkatkan memberi kesempatan dan
keingintahuan pada menggunakan hole-board
box selama 5 menit pada ekstrak bandotan bekerja
mencit putih. sebagai stimulan
pengamatan pertama
pretest)
hal ini didasarkan pada data waktu
Setelah itu dilakukan pengamatan yang kedua
dimana obat mulai berefek (onset
(posttest) di hole-board box selama 5 menit sama
time) adalah 30 menit dengan
seperti pengamatan yang pertama. Selanjutnay
waktu dimana kadar obat dalam
dilakukan uji paired sample t-test Analisis data
plasma sampai dipuncaknya
menggunakan Uji Paired Sample T-test menunjukkan
(tmaks) 2-3 jam dengan waktu
bahwa adanya aktivitas stimulan
paruh 4-9 jam