TINJAUAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A
Umur : 53 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Buruh
Agama : Islam
Alamat : Jl. Naja Dg Nai No.51
Tanggal Masuk : 1 - 4 - 2018
No. RM : 172167
II. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama : Nyeri pada paha kanan.
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Luka dan nyeri pada paha kanan akibat tertimpa besi panjang yang
dialami sejak 3 jam sebelum masuk rumah sakit.
Kejadian bermula ketika penderita sedang bekerja untuk menurunkan
besi dari atas mobil tiba – tiba besi lepas dari ikatan kemudian
menimpa paha pasien.
Riwayat penurunan kesadaran tidak ada, riwayat nyeri kepala tidak
ada, riwayat mual dan muntah tidak ada. riwayat berobat ke tukang
urut tidak ada.
B. SECONDARY SURVEY
Status Lokalis : Regio femoris dekstra.
• Look : Luka robek dengan ukuran 5 cm x 1 cm x 0.5 cm pada
anterolateral aspect, hematom (+), swelling (+).
• Feel : Nyeri tekan (+).
• Move : Gerak aktif dan pasif hip dan knee joint sulit dievaluasi
karena nyeri.
• NVD : Sensibilitas baik, pulsasi A. dorsalis pedis dan A. tibialis
posterior teraba, CRT < 2 detik.
V.PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Laboratorium (1-04-2018)
B. Pemeriksaan Radiologi
Gambar 1.2
Foto Femur
dekstra AP
Hasil pemeriksaan
- Fragmented fraktur pada 2/3 distal os.femur kanan dengan displaced
dari fragmen distal fraktur.
- Mineralisasi tulang baik
- Soft tissue swelling
Kesan : - fragmented fracture 2/3 distal os.femur dekstra
VI. RESUME
Laki-laki berumur 53 tahun datang ke UGD RS Ibnu Sina dengan
keluhan nyeri dan luka pada paha kanan yang dialami sejak kurang
lebih 3 jam SMRS, akibat tertimpa besi panjang yang langsung
mengenai paha kanan pasien. Primary survey clear. Secondary survey:
status lokalis : Regio femoralis dextra. Look: Luka robek dengan
ukuran 5 cm x 1 cm x 0.5 cm pada anterolateral aspect, hematom (+),
swelling (+). Feel: nyeri tekan (+). Move: sulit dievaluasi karena nyeri.
NVD dalam batas normal. Pemeriksaan penunjang foto femur dextra:
tampak garis fraktur 1/3 distal os.femur dextra .
VII. DIAGNOSA KERJA
Fraktur terbuka 1/3 distal femur dextra fraktur komunitif grade IIIA
DISKUSI
I. DEFENISI
a. Fraktur :
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang.
b. Fraktur distal femur dextra :
Distal adalah bagian jauh dengan tubuh. Femur adalah kaki bagian
atas/paha. Dextra merupakan sisi tubuh bagian sebelah kanan.
Jadi fraktur distal femur dextra adalah terputusnya kontinuitas
tulang paha pada bagian jauh dari sumbu tubuh sebelah kanan.
II. ANATOMI
Batas-batas:
Anterior: pada bagian atas perjalanannya A. Femoralis terletak superficial
dan ditutup oleh kulit dan fascia. Pada bagian bawah perjalanannya a.
Femoralis berjalan di belakang M. Sartorius
Posterior: A. Femoralis terletak di atas M. Psoas, yang memisahkannya
dari articulatio coxae, M. Pectineus, dan M. Adductor longus. Vena
femoralis terletak diantara A. Femoralis dan M. Adductor longus
Medial: berbatas dengan V. Femoralis pada bagian atas perjalanannya
Lateral: N. Femoralis dan cabang-cabangnya
Cabang-cabang:
A. Circumflexa ilium superficialis adalah sebuah cabang kecil yang
berjalan ke atas ke regio spina iliaca anterior superior
A. Epigastrica superficialis adalah sebuah cabang kecil yang menyilang
ligamentum inguinale dan berjalan ke regio umbilicus
A. Pudenda externa superficialis adalah sebuah cabang kecil yang berjalan
ke medial untuk mempersyarafi kulit scrotum (labium majus)
A. Pudenda externa profunda berjalan ke medial dan mempersyarafi kulit
scrotum (labium majus)
A. Profunda femoris adalah sebuah cabang besar dan penting yang muncul
dari sisi lateral A. Femoralis kira-kira 1,5 inchi (4 cm) di bawah
ligamentum inguinale. Arteria ini berjalan ke medial di belakang A.
Femoralis dan masuk ke dalam ruang medial fascia tungkai bawah. Arteria
ini berakhir sebagai A. Perforans IV. Pada pangkalnya, arteria ini
mempercabangkan A. Circumflexa femoris medialis dan A. Circumflexa
femoris lateralis dan dalam perjalanannya mempercabangkan 3 buah aa.
Perforantes. A. Circumflexa femoris medialis, berjalan ke belakang di
antara otot-otot yang membentuk dasar trigonum femorale dan
memberikan cabang-cabang musculares di ruang fascial medial tungkai
atas, arteri ini ikut serta membentuk anstomosis cruciatum. A. Circumflexa
femoris lateralis berjalan ke lateral di antara cabang-cabang terminal n.
Femoralis. Arteri ini bercabang-cabang untuk mendarahi otot-otot di
daerah ini dan ikut serta membentuk anstomisis cruciatum. aa. Perforantes
I, II, III berasal dari cabang a. Profundus femoris; aa perforantes IV
merupakan bagian terminal dari a. Profundus femoris. Aa. Perforantes
berjalan ke belakang, menembus berbagai lapisan otot dan berakhir
dengan anastomosis bersama a. Glutes inferior dan a. Circumflexa femoris
di atas, serta rami musculares a.poplitea di bawah.
A. Genicularis descendens adalah cabang kecil yang dipercabangkan dari
A. Femoralis dekat ujung akhirnya. Arteria ini membantu mendarahi
articulatio genu.
Vena Femoralis
Vena femoralis masuk tungkai atas dengan berjalan melalui hiatus m. Di adductor
magnus sebagai lanjutan dari vena poplitea. Vena ini berjalan ke atas melalui
tungkai atas, awalnya di sisi lateral a. Femoralis, kemudian di sebelah posterior,
dan akhirnya di sisi medialnya. Pembuluh ini meninggalkan tungkai atas pada
ruang intermedia dari vagina femoralis dan berjalan di belakang ligamentum
inguinale untuk berlanjut sebagai v. Iliaca externa.
Cabang-cabang vena femoralis adalah vena saphena magna, dan venae
yang bersesuaian cabang-cabang a. Femoralis. Vena circumflexa ilim superficialis,
vena epigastrica superficialis, dan vv. Pudendae externae bermuara ke vena
saphena magna.
Nodi lymphoidei di ruang fascia anterior tungkai atas
Nodi lymphoidei inguinales profundi jumlahnya bervariasi, tetapi biasanya
berjumlah 3 buah, terletak disepanjang sisi medial bagian terminal vena femoralis,
dan yang paling atas biasanya terletak di canalis femoralis. Kelenjar-kelenjar ini
menerima cairan limfe dari nodi inguinales superficiales melalui pembuluh-
pembuluh limfe yang berjalan melalui fascia cribriformis pada hiatus saphenus.
Nodi ini juga menerima cairan limfe dari struktur-struktur dalam dari membrum
inferius yang berjalan ke atas di dalam pembuluh limfe yang berjalan bersama
arteria, bebrapa melalui nodi poplitei. Pembuluh limfe eferen dari nodi inguinales
profundi berjalan ke atas ke dalam rongga abdomen melalui canalis femoralis dan
bermuara ke nodi iliaci externi.
Persyarafan ruang fascia anterior tungkai atas. Nervus Femoralis. n.
femoralis merupakan cabang terbesar dari plexus lumbalis (L2,3,4). Saraf ini
keluar dari pinggir lateral m. Psoas di dalam abdomen dan berjalan ke bawah di
dalam celah antara m. Psoas dan m. Iliacus. Saraf ini terletak di belakang fascia
iliaca dan memasuki tungkai atas di lateral a. Femoralis dan vagina femoralis, di
belakang ligamentum inguinale 1,5 inchi (4cm) distal dari ligamentum inguinale,
saraf ini berakhir dengan bercabang 2 dalam divisi anterior dan divisi posterior n.
Femoralis mempersyarafi seluruh otot di ruang anterior tungkai atas. N. Femoralis
tidak berada di dalam selubung femoralis saat memasuki tungkai atas.
Cabang-cabang:
Divisi anterior memberikan 2 cabang kulit dan 2 cabang otot. Cabang kulit
yaitu n. Cutaneus femoris medialis dan n. Cutaneus femoris intermedius
yang masing-masing mempersyarafi kulit permukaan medial dan anterior
tungkai atas. Cabang-cabang otot mempersyarafi m. Sartorius dan
m.pectineus.
Divisi posterior memberikan 1 cabang kulit n. Saphenus dan cabang-
cabang ke otot ke m. Quadriceps femoris. N. Saphenus berjalan ke bawah
dan medial dan memnyilangi a. Femoralis dari sisi lateral ke medialnya.
Saraf ini muncul dari sisi medial lutut di antara tendo-tendo dari m.
Sartorius dan m. Gracilis. Kemudian saraf ini berjalan turun pada sisi
medial tungkai bersama dengan v. Saphena magna. N. Saphenus berjalan
di depan malleolus medialis dan sepanjang sisi medial kaki, dan saraf ini
akan berakhir pada daerah ibu jari kaki.
Ramus muscularis ke m. Rectus femoris juga mempersyarafi articulatio
coxae; cabang-cabang untuk ketiga mm. Vasti juga mempersyarafi
articulatio genu.
Trigonum Femorale
Adalah sebuah cekungan berbentuk segitiga yang terdapat pada bagian
atas aspek medial tungkai atas tepat di bawah ligamentum inguinale. Trigonum ini
dibatasi di atas oleh ligamentum inguinale, lateral: m. Sartorius, medial: pinggir
medial m. Adductor longus. Dasarnya berbentuk alur dan dibentuk dari lateral ke
medial oleh m. Iliopsoas, m. Pectineus, m. Adductor longus. Atapnya dibentuk
oleh kulit dan fasciae dari tungkai atas. Trigonum femorale berisi bagian terminal
n. Femoralis dan cabang-cabangnya, vagina femoralis, a, femoralis, beserta
cabang-cabangnya, v. Femoralis beserta cabang-cabangnya, dan nodi lymphoidei
inguinales profundi.
Persyarafan ruang posterior tungkai atas. Nervus Ischiadicus. n. ishiadicus,
sebuah cabang dari plexus sacralis (L4,5 dan S1-3), meninggalkan regio glutea
dengan baerjalan turun di garis tengah tungkai atas. Saraf ini di posterior tertutup
oleh pinggir M.biceps femoris dan m. Semimebranosus. Saraf ini terletak pada
aspek posterior. Adductor magnus. Pada sepertiga bagian bawah tungkai atas saraf
ini berakhir dengan bercabang menjadi 2: n. Tibialis dan n. Peroneus communis.
Kadang-kadang n. Ischiadicus membagi menjadi 2 bagian terminal di tingkat yang
lebih tinggi, yaitu pada bagian atas tungkai atas, di regio glutes, atau bahkan di
dalam pelvis.
pemeriksaan.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada kasus ini adalah
pemeriksaan laboratorium hematologi rutin, kimia darah. Pemeriksaan darah
pada kasus ini menjukkan hasil yang normal.
Menurut literatur pemeriksaan kimia darah dan fungsi ginjal pada
crush injury memegang peranan penting, hal ini karena efek sistemik yang
dihasilkan oleh trauma rhabdomyolisis (pemecahan otot) sehingga memicu
pelepasan komponen sel otot yang berbahaya dan elektrolit kedalam sistem
pembuluh darah yang dapat menyebabkan crush syndrome termasuk kelainan
metabolik, asidosis, hipekalemia, hipokalsemia, dan gagal ginjal melalui
mekanisme pelepasan mioglobin otot dimana mioglobin ini akan
menyebabkan nekrosis tubular ginjal.
Pemeriksaan X-rays ( AP/Lateral ) pada kasus dilakukan ini sebagai
diagnosis pasti adanya fraktur pada distal os.femur dekstra.
Dalam literatur diagnosis pada fraktur dapat dilakukan dengan tanda -
tanda klasik, sedangkan pemeriksaan radiologis tetap diperlukan untuk
melengkapi deskripsi fraktur dan dasar untuk tindakan selanjutnya. Sedangkan
untuk fraktur yang tidak memberikan tanda klasik memang diagnosisnya
harus dibantu dengan pemeriksaan radiologi, baik rontgen biasa ataupun
MRI. Foto rontgen minimal harus dua proyeksi yaitu Antero-Posterior (AP)
dan Lateral.
V. PENATALAKSANAAN
Penatalaksaan pada kasus sesuai dengan penatalaksaan fraktur terbuka
dimana diberikan ATS profilaktis, antibiotik ceftriaxone dan gentamisin,
analgesik ketorolak, sedangkan tindakan yang dilakukan yaitu debridement dan
open reduksi dengan fiksasi internal.
Dalam literatur sendiri tatalaksana untuk fraktur terbuka diawali dengan
pemberian ATS, kemudian antibiotik spektrum luas untuk kuman gram postif
dan negatif, kemudian dilakukan narkose untuk tindakan debridement dimana
sebelum luka dibersihkan dengan Nacl, dilakukan kultur pada dasar luka fraktur
terbuka. Pengobatan fraktur itu sendiri. Fraktur dengan luka yang hebat
memerlukan suatu fraksi skeletal atau reduksi terbuka dengan fiksasi eksterna
tulang. Fraktur grade II dan III sebaiknya difiksasi dengan fiksasi eksterna.
Sebelum dilakukan debridement, diberikan antibiotik profilaks yang
dilakukan di ruangan emergency. Yang terbaik adalah golongan sefalosforin.
Biasanya dipakai sefalosforin golongan pertama. Pada fraktur terbuka Gustilo tape
III, diberikan tambahan berupa golongan aminoglikosida, seperti tobramicin atau
gentamicin. Golongan sefalosforin golongan ketiga dipertimbangkan di sini.
Sedangkan pada fraktur yang dicurigai terkontaminasi kuman clostridia, diberikan
penicillin.
DAFTAR PUSTAKA
1. Nalyagam S. Principles of Fractures. In: Solomon L. Apley’s System of Orthopaedics
and Fractures. Ninth edition. UK: 2010. p. 687-693.
2. Koval, Kenneth J.; Zuckerman, Joseph D.Handbook of Fractures, 4th Edition. USA:
Lippincott Williams & Wilkins. 2010.p. 464-75.
3. Agur AMR, Dalley AF. Grant’s Atlas of Anatomy 12th edition. New York: Lippincott
William Wilkins. 2009. p. 422-5.
4. Thompson, John C. Leg and Knee in: Netter's Concise Orthopaedic Anatomy. 2th
Edition..Philadelphia: Saunders Elsevier. 2010.p. 294, 316-9.
5. Snell RS. The Lower Limb. Clinically Anatomy by Regions. 8th Edition. New York:
Lippincott Williams & Wilkins; p. 595-6.
6. Mostofi SB. Fracture Classification in Clinical Practice. London: Springer. 2010. 59-60.
7. Miller MD, Thompson SR, Hart JA. Review of Orthopaedics 6th Edition. Philadelphia;
Saunder Elsevier. 2012. p. 315-6.