7.Bagaimana di Indonesia ?
Di negara kita diterjemahkan dengan "Persetujuan
Tindakan Medik."
10. Jika dilihat dari sudut dokter, informed consent itu merupakan
apa?
Menurut kepustakaan, informed consent merupakan pemba-tasan
otorisasi dari dokter terhadap pasiennya {Limit of authorization:
Holder).
16. Selain itu dari sudut factual dapat digunakan sebagai bukti
apa ?
Dari sudut factual dengan adanya tanda-tangan dari pasien
dan dokter, setidak-tidaknya dapat dipergunakan sebagai
bukti pembelaan (legal defence) bahwa mereka berdua itu
pernah berada di ruang yang sama pada waktu itu
(Donald H. Stewart)
18. Secara yuridis hak apa terdapat pada pasien dalam doktrin informed
consent ?
Hak untuk memperoleh informasi mengenai penyakitnya dan
tindakan apa yang hendak dilakukan oleh dokter terhadap dirinya,
Hak untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan yang diajukannya,
Hak untuk memilih alternatif lain, jika ada,
Hak untuk menolak usul tindakan yang hendak dilakukan.
26.Coba uraikan !
A. Bagian pertama adalah pengungkapan dan penjelasan (disclosure and explanation)
kepada pasien dalam bahasa yang dapat dimengerti oleh pasiennya tentang:
penegakan diagnosanya,
sifat dan prosedur atau tindakan medik yang diusulkan,
kemungkinan timbulnya risiko,
manfaatnya,
alternatif yang (jika) ada.
B. Bagian kedua menyangkut:
Memastikan bahwa pasien mengerti apa yang telah dijelaskan kepadanya
(harus diperhitungkan tingkat kapasitas intelektualnya).
Bahwa pasien telah menerima risiko-risiko tersebut,
Bahwa pasien mengizinkan dilakukan prosedur/tindakan medik tersebut.
C. Proses itu kemudian harus didokumentasikan
INFORMED Consent
(UMUM)
61.Mengapa demikian ?
Karena merupakan harapan bagi setiap pasien rata-rata bahwa dokter
akan menyembuhkan penyakitnya atau setidak-tidaknya dapat
meringankan penderitaan, sedangkan tindakan yang ber-sifat diagnostik
belum sampai ketahap pengobatan (terapeutik).
64.Beri contoh.
Misalnya untuk pemberian terapi dengan penyinaran, dimana bisa
mengakibatkan efek sampingan seperti: rambut rontok,rasa mual, lemas,
dan sebagainya. Atau pada pemeriksaan radiologis dengan memakai
kontras yang juga mengandung suatu risiko, atau pada prosedur tindakan
artrografi.
INFORMED Consent
(UMUM)
68. Bilamana suatu informed consent yang diberikan itu tidak sah ?
Apabila diperoleh :
dengan paksaan (duress, dwang),
karena memberikan gambaran yang salah atau berlainan,
dari seorang yang belum dewasa,
dari seorang yang tidak berwenang,
dalam keadaan tidak sepenuhnya sadar (non-lucidstate).
INFORMED Consent
(UMUM)
75. Apakah jika sudah ada informed consent tertulis, dokternya sama sekali bebas
dari tuntutan, dalam arti tidak bisa dituntut lagi ?
Tidak demikian halnya. Persetujuan yang ditandatangani -pasien atau
keluarganya tidak membebaskan dokter dari tuntutan jika dokternya melakukan
kelalaian.
76. Apakah surat persetujuan yang ditanda-tangani pasien itu menurut hukum
merupakan suatu perjanjian murni, dalam arti mengikat kedua belah pihak ?
Secara yuridis murni suatu Persetujuan Tindakan Medik (Operasi) sebenarnya
adalah suatu pernyataan kehendak sepihak (eenzijdige wilsuiting), yaitu dari
pihak pasien. Secara yuridis nilainya sama seperti pembuatan suatu testamen,
karena dapat dibatalkan atau ditarik kembali sepihak, dan tidak mungkin pihak
lainnya mengajukan keberatan. Karena suatu Surat Persetujuan Tindakan Medik
(Operasi) secara yuridis tidak memenuhi suatu perjanjian dalam arti kata yuridis
, maka dokter tersebut sebenarnya tidak perlu turut pula membubuhi tanda-
tangannya.
INFORMED Consent
(UMUM)
84. Apakah suatu Surat Pernyataan secara umum dari pasien sewaktu
masuk rawat di rumah sakit yang menyatakan: "Bahwa ia
menyatakan setuju atas segala tindakan medik yang akan dilakukan
dan akan membebaskan dokter dan rumah sakit dari segala
tuntutan hukum" mempunyai nilai yuridis ?
Tidak! Seorang dokter atau rumah sakit tidak dapat sebelumnya
secara umum sudah membebaskan dirinya dari segala tang-gung
jawab dan tuntutan hukum untuk kesalahan atau kelalaian yang
mungkin diperbuatnya.
(exoneration clausule, non-liability or exculpatory clause)
INFORMED Consent
(UMUM)
89.Apakah hak atas informasi dari pasien itu bersifat pribadi, dalam
arti tidak dapat dialihkan kepada orang lain ?
Pada prinsipnya demikian. Namun jika dikehendaki, pasien dapat
menunjuk seorang lain untuk menerima informasi tersebut, biasanya
salah-satu anggota keluarganya (suami/istri, anak, orang tua, saudara
atau keluarga lainnya). Di Indonesia mengenai persoalan ini mungkin
ada sedikit berlainan jika dibandingkan dengan negara-negara Barat,
dimana paham individualisme sangat kuat. Di negara kita apabila ada
orang sakit, maka dianggap sebagai urusan dari seluruh anggota
keluarga (besar) dan tidak begitu dirasakan sebagai rahasia.
102. Apakah foto dan video pasien yang direkam itu boleh
dipergunakan untuk bahan pendidikan ?
Foto dan rekaman video itu dibuat khusus untuk tindakan
pengobatan pasien dan bukan untuk tujuan lain. Dengan
demikian maka jika hendak dipergunakan untuk pendidikan,
publikasi atau penelitian, maka harus minta izin khusus kepada
pasiennya.
INFORMED Consent
(UMUM)
6. mengapa demikian ?
Karena beban pembuktian terletak pada pihak yang
menyatakan sesuatu dan dalam hal ini menjadi beban
dokternya. Maka jalan pembuktian yang mudah yang
dapat diberikan oleh dokternya adalah dengan suatu
Pernyataan Penolakan tertulis dari pasiennya.
INFORMED REFUSAL (PENOLAKAN)
8. Beri contoh ?
Misalnya seorang dokter telah menganjurkan pasiennya untuk
menjalankan Pap smear test. Jika pasien menolak, maka adalah
kewajiban dokter untuk memberi penjelasan: manfaat
dilakukannya pemeriksaan tersebut, risiko apa yang mungkin
timbul apabila tidak dilakukan.
(Lihat Bab X Yurisprudensi No. 12 kasus "Truman v. Thomas")
INFORMED REFUSAL (PENOLAKAN)
3. Beri penjelasan ?
Persetujuan atau izin pasien dianggap diberikan dengan
menarik kesimpulan dari sikap pasien.
5. beri contohnya.
Misalnya pasien datang ke Poliklinik untuk berobat dan untuk
mengetahui penyakitnya diperlukan: pengukuran tekanan darah,
pemeriksaan pernapasan dengan stetoskop. Atau pengambilan
darah pasien yang datang ke Laboratorium untuk pemeriksaan
darah atau air seni, dan lain-lainnya. Dianggap bahwa apa yang
akan dilakukan sudah diketahui umum (general knowledge)
sehingga seseorang yang datang ke tempat itu pun dapat dianggap
sudah mengetahuinya..
Demikian pula jika seseorang datang ke Poliklinik Bedah atau
Unit Gawat Darurat dengan suatu luka. Dengan datangnya
pasien itu sendiri tanpa disuruh, dapat ditarik kesimpulan bahwa
ia memang sudah menyetujui atau sudah memberika izin untuk
dilakukan suatu tindakan medik terhadap dirin Misalnya untuk
menghentikan perdarahan, penjahitan lukanya dan sebagainya.
IMPLIED CONSENT
(IZIN TERSIRAT)
24. Apa sudah ada consensus atau kesatuan pendapat dari para
penulis tentang hak privilese ini ?
Tidak, karena ada dua pendapat yang berbeda.
2. Beri penjelasan.
Misalnya sebelum melakukan operasi, seorang dokter bedah harus menjelaskan kepada pasien
tentang :
a. tindakan operasi apa yang hendak dilakukan, seperti misalnya: operasi usus buntu, Caesar,
amputasi, hernia atau lainnya,
b. manfaat jika dilakukan operasi,
c. risiko-risiko apa yang melekat pada operasinya,
d. alternatif lain yang ada (bila mungkin ada),
e. apa akibatnya jika tidak dilakukan operasi.
(the nature, purpose, risks, and benefits of any treatment they propose to perform, as well as
any alternative forms of treatment that may exist for the patients condition).
TINDAKAN BEDAH
5. Beri penjelasan ?
Misalnya segi finansial, segi prospek kehidupannya sesudah
operasi, segi agama, sosial budaya, dan lainnya yang bagi
pasien penting untuk juga turut dipertimbangkan.
7. Mengapa demikian ?
Karena pemberian informasi yang tidak dimengerti oleh pasien
tidak mempunyai nilai. Maka sesudah diberikan informasi,
dokter itu sebaiknya mengecheck lagi apakah yanq diterangkan
itu benar-benar dimengerti oleh pasien.
14. Jika tidak usaha, lantas apa saja yang dapat dibuat pengangan
oleh seorang dokter bedah ?
Yang harus diperhatikan oleh dokter bedah adalah unsur-unsur
risiko apa yang umumnya melekat pada kasus tersebut (inherent
risks).
TINDAKAN BEDAH
c. Contoh lain : tindakan terapi electro-shock yang bisa menimbulkan cedera yang
serius. Sifat risiko adalah penting dalam menentukan apakah pasiennya harus
diberikan informasi mengenai hal itu atau tidak.
d. Tingkat keseriusan (magnitude) dari suatu risiko berkaitan erat dengan sifat
risiko. Misalnya: hilangnya kemampuan gerak anggota tubuh, kebutaan,
amputasi atau kematian. Namun tentunya segala sesuatu ini masih harus dilihat
secaar kasuistis. Harus dilihat interaksi antara sifat dari pasien tersebut secara
individual. Sebagai contoh misalnya: suatu kemungkinan kehilangan rasa (sense)
kecil pada tangan seorang pensiunan yang melewatkan waktunya hanya dengan
menonton televisi, mungkin tidak merupakan sesuatu yang begitu serius
dirasakan, jika dibandingkan dengan tangan seorang pensiunan yang menjadi
seorang pemahat amatir atau seorang pemain biola / piano. Kemudian
besar/kecilnya presentase kemungkinan risiko itu timbul juga harus turut
dipertimbangkan pula. (Appelbaum, et al).
TINDAKAN BEDAH
17. Dengan demikian maka apa yang sekiranya dapat dibuat sebagai
pedoman secara konkrit ?
Apabila persentase kemungkinan timbulnya risiko itu sangat kecil, maka
tidak mengungkapkan hal-hal tersebut masih dapat dibenarkan. Demikian
pula apabila suatu risiko yang mungkin timbul sifatnya ringan, maka
tidak mengungkapkan juga masih dapat dibenarkan.
19. Apakah ada semacam pegangan lain yang dapat dipakai sebagai
pedoman untuk mempertimbangkan risiko-risiko apa saja yang
harus diinformasikan ?
Ada, yaitu dengan mengadakan perbedaan antara :
a. risiko yang melekat pada tindakan medik itu (inherentrisks),
b. risiko yang tidak bisa diperkirakan sebelumnya (unexpected
risks).
20. Di antara dua macam risiko itu, yang mana yang lebih penting
dan harus diinformasikan ?
Tentunya yang termasuk golongan pertama, yaitu risiko yang
inheren pada tindakan operasi yang hendak dilakukan. Mengenai
risiko semacam inilah yang harus diberikan informasi lengkap.
TINDAKAN BEDAH
29.Mengapa demikian ?
Tindakan pemberian anestesi juga membuat pasien dalam keadaan tidak
sadar, sehingga juga harus dimintakan persetujuan pasien. Kalau tidak
ada persetujuannya, dapat dianggap melanggar pasal hukum pidana
tersebut. Selain itu pada setiap tindakan medik-termasuk juga pemberian
anestesi - ada melekat risiko yang kadang-kadang bisa membawa akibat
fatal. Ingat saja misalnya kasus-kasus anafilaktik shock, hipoksia,
serangan jantung, dan sebagainya.
31. Apa tidak ada cara lain yang lebih baik dan secara yuridis
tidak menyalahi peraturan hukum ?
Lebih baik : Dokter spesialis anestesi sebelumnya juga datang
memeriksa pasien yang hendak dibedah dan ia juga harus
sendiri memberikan informasi langsung kepada pasien dan
sekaligus minta persetujuannya.
35. Bagaimana jika pasien tetap menolak, sedangkan hal ini akan
membawa akibat fatal bagi pasiennya ?
Minta pasien menanda-tangani formulir Surat Penolakan Tindakan Medik
(Bedah). Lihat Contoh Surat Penolakan.
36. Jika sudah ada Surat Persetujuan Medik (Bedah), apakah ini
berarti bahwa dokter itu akan bebas dari segala tuntutan hukum?
Tidak demikian halnya.
Surat tersebut hanya merupakan suatu bukti bahwa sudah ada persetujuan
dari pasien untuk melakukan operasi. Karena melakukan pembedahan tanpa
izin pasien dapat dipersalahkan telah melanggar hukum, kecuali dalam
keadaan emergensi. Walaupun pasien sudah menanda-tangani surat tersebut
apabila terdapat unsur kelalaian (negligence) pada pihak dokter, pasien masih
tetap dapat menuntut dokternya.
TINDAKAN BEDAH
52.Dengan demikian, apa peran apa saja sebuah rumah sakit dalam
kaitan informed consent ?
Rumah sakit hanya menyediakan formulir-formulir yang dibutuhkan.