Anda di halaman 1dari 120

Prof. DR.dr. Johanna Mantu Kandouw, Sp.PA., SpF, DFM.

BAGIAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL FAKULTAS


KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
Are Your Patients Informed ?
Rules of Thumb
The Informed Consent should be obtained by the person
who will perform the procedure.
The patient must be capable of giving Informed Consent.
The patient must be free from coercion or undue influence
when giving consent.
The consent should be granted for a specific procedure or
treatment.
The patient must be sufficiently informed.
The patient is given the chance to ask questions and get
answers.
INFORMED CONSENT
(UMUM)
1. Apa arti "consent"?
Asal mula istilah ini adalah dari bahasa Latin : "consensio,
consentio." Kemudian di dalam bahasa Inggris menjadi
"consent" yang berarti: persetujuan, izin, menyetujui,
memberi izin (persetujuan, wewenang) kepada seseorang
untuk melakukan sesuatu.

2. Apa arti "informed consent"?


Informed Consent berarti suatu izin {consent) atau
pernyataan setuju dari pasien yang diberikan dengan bebas
dan rasional, sesudah mendapatkan informasi dari dokter dan
yang sudah dimengertinya.
INFORMED Consent
(UMUM)

3. Ada berapa bentuk informed consent!


Bentuk bisa :
a) dengan dinyatakan {express),
secara lisan {oral),
secara tertulis {written).
b) tersirat atau dianggap diberikan {implied or tacit consent):
dalam keadaan biasa {normalor constructive consent),
dalam keadaan gawat darurat {emergency}

4. Apa ada istilah lain yang suka dipergunakan juga untuk


informed consent ?
Ada, yaitu "real consent", dalam arti konsen yang sunguh-sungguh benar. Hal ini
berarti bahwa antara dokter dan pasien sudah terdapat suatu temu pikiran
{consensus, meeting of minds) dan persetujuan mengenai tindakan medik yang
hendak dilakukan serta pasien mengerti apa yang diinformasikan oleh dokternya.
INFORMED Consent
(UMUM)

5. Di negeri Belanda dipakai terjemahan apa ?


Di sana diterjemahkan dengan "geinformeerde
toetemming" yang terjemahannya berarti: izin atau
persetujuan yang diberikan sesudah memperoleh
informasi.

6. Di Jerman informed consent dinamakan apa ?


"Aufklarungspflicht atau kewajiban dokter untuk
memberikan penerangan.
INFORMED Consent
(UMUM)

7.Bagaimana di Indonesia ?
Di negara kita diterjemahkan dengan "Persetujuan
Tindakan Medik."

8. Perkembangan apa yang akhir-akhir ini timbul di


Amerika dan Jerman mengenai informed consent?
Di kedua negara timbul kecenderungan untuk membuat
penjelasan-penjelasan secara tertulis; bahkan dalam hal-
hal tertentu informasi tertulis diwajibkan oleh hukum.
INFORMED Consent
(UMUM)

9. Apa fungsi informed consent?

Fungsinya adalah antara mana :


Promosi dari hak otonomi perorangan,
Proteksi dari pasien dan subjek,
Mencegah terjadinya penipuan atau paksaan,
Menimbulkan rangsangan kepada profesi medis untuk mengadakan
introspeksi terhadap diri sendiri {self-secrunity),
Promosi dari keputusan-keputusan yang rasional,
Keterlibatan masyarakat (dalam memajukan prinsip otonomi
sebagai suatu nilai sosial dan mengadakan pengawasan dalam
penyelidikan bio-medik (Alexander Capron).
INFORMED Consent
(UMUM)

10. Jika dilihat dari sudut dokter, informed consent itu merupakan
apa?
Menurut kepustakaan, informed consent merupakan pemba-tasan
otorisasi dari dokter terhadap pasiennya {Limit of authorization:
Holder).

11. Apakah ada anggapan lain tentang arti Informed Consent ?


Ya, ada sementara pendapat yang masih menganggap bahwa
'informed consents hanyalah sekedar formalitas yang harus
dipenuhi. Caranya adalah dengan meminta tanda-tangan pasien
pada formulir sebagai tanda mengizinkan dilakukan suatu
tindakan medik atau prosedur tertentu.
INFORMED Consent
(UMUM)

12. Mengapa perbedaan antara "consent" dan "informed consent


sangat penting ?
Karena jika tidak diketahui perbedaan ini, maka dokter akan bisa
memperoleh kesan keliru bahwa mereka sudah dibebaskan dari
tanggungjawab hukum.

13.Ukuran apa yang telah dipegang Pengadilan pada kasus-kasus


yang menyangkut tentang cara pemberian penjelasan ini ?
Bahwa penjelasan itu harus diberikan sedemikian rupa, sehingga
pasien dapat mengerti apa yang dijelaskan kepadanya. Adalah
termasuk kewajiban dokter untuk bertindak secara hati-hati dalam
hal ini. Hal ini berarti ia harus benar-benar yakin bahwa pasien
itu dapat menangkap apa yang telah diterangkan kepadanya.
INFORMED Consent
(UMUM)

14. Bagaimana jika menurut dokter ia sudah menjelaskan, namun ia


mengetahui bahwa pasien tidak memahaminya apa yang dijelaskan?
Jika dokter itu mengetahui bahwa pasiennya tidak mengerti apa yang
diterangkan kepadanya, maka kelak jika ada gugatan dokter itu tidak
dapat memakai sebagai pembelaan dengan mengatakan bahwa ia
telah menjelaskan prosedur itu kepada pasien.

15. Kalau begitu apakah gunanya suatu tanda-tangan yang dibubuhi


pada formulir Informed Consent ?
Suatu tanda-tangan yang dibubuhi pada formulir itu setidak-
tidaknya merupakan tanda bukti bahwa pasien itu sudah memberikan
persetujuannya, tetapi hanya belum berwujud dalam bentuk bukti
yang sah (validconsent).
INFORMED Consent
(UMUM)

16. Selain itu dari sudut factual dapat digunakan sebagai bukti
apa ?
Dari sudut factual dengan adanya tanda-tangan dari pasien
dan dokter, setidak-tidaknya dapat dipergunakan sebagai
bukti pembelaan (legal defence) bahwa mereka berdua itu
pernah berada di ruang yang sama pada waktu itu
(Donald H. Stewart)

17.Secara yuridis kewajiban apa dibebankan kepada dokternya?


Kewajiban untuk memberikan informasi kepada pasien.
Kewajiban untuk memperoleh persetujuan sebelum ia
melakukan tindakannya.
INFORMED Consent
(UMUM)

18. Secara yuridis hak apa terdapat pada pasien dalam doktrin informed
consent ?
Hak untuk memperoleh informasi mengenai penyakitnya dan
tindakan apa yang hendak dilakukan oleh dokter terhadap dirinya,
Hak untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan yang diajukannya,
Hak untuk memilih alternatif lain, jika ada,
Hak untuk menolak usul tindakan yang hendak dilakukan.

19.Mengapa proses komunikasi tersebut adalah penting ?


Karena di dalam proses komunikasi tersebut akan ditimbulkan faktor
"kepercayaan" (trust) yang akan mempererat hubungan antara dokter
dan pasien. Lagipula hubungan antara dokter-pasien adalah berdasarkan
kepercayaan (fiduciary relationship).
INFORMED Consent
(UMUM)

20. Selain itu dari segi hukum apa manfaatnya ?


Bahwa sewaktu terjadi pengungkapan dengan pemberian
informasi tentang risiko-risiko yang miungkin bisa timbul,
maka beban komplikasi / risiko yang mungkin timbul itu
akan beralih dari dokter kepada pasien.

21. Apa ada manfaat lain untuk dokternya ?


Ya, jika hubungan dokter-pasien sudah erat, maka seorang
pasien tidak akan begitu mudah mau menuntut dokternya,
jika timbul sesuatu negatif yang tidak diharapkan.
INFORMED Consent
(UMUM)

22. Apakah seorang pasien dapat menuntut dokternya apabila


tindakan medik yang dilakukan itu tidak meminta
persetujuannya terlebih dahulu ?
Ya, dapat, karena tindakan medik yang dilakukan tanpa izin
pasien dapat digolongkan sebagai tindakan melakukan
penganiayaan berdasarkan KUHP pasal 351 (trespass, battery,
bodily assault).

23.Selain berdasarkan itu, apakah pasien mempunyai alasan lain


untuk menuntut ?
Ada, yaitu jika persetujuan yang diberikan itu tidak didasarkan
atas pemberian informasi yang cukup dan adekuat.
INFORMED Consent
(UMUM)

24. Dasar tuntutan ini dinamakan apa ?


Tuntutan atas dasar "kurangnya informasi" yang
diberikan (lack of informed consent).

25.Proses informed consent terdiri atas berapa bagian ?


Informed consent terdiri atas 3 bagian dimana terdapat
pertukaran informasi antara dokter dan pasien.
INFORMED Consent
(UMUM)

26.Coba uraikan !
A. Bagian pertama adalah pengungkapan dan penjelasan (disclosure and explanation)
kepada pasien dalam bahasa yang dapat dimengerti oleh pasiennya tentang:
penegakan diagnosanya,
sifat dan prosedur atau tindakan medik yang diusulkan,
kemungkinan timbulnya risiko,
manfaatnya,
alternatif yang (jika) ada.
B. Bagian kedua menyangkut:
Memastikan bahwa pasien mengerti apa yang telah dijelaskan kepadanya
(harus diperhitungkan tingkat kapasitas intelektualnya).
Bahwa pasien telah menerima risiko-risiko tersebut,
Bahwa pasien mengizinkan dilakukan prosedur/tindakan medik tersebut.
C. Proses itu kemudian harus didokumentasikan
INFORMED Consent
(UMUM)

27. Bilamana dan informasi apa yang harus diberikan kepada


pasien sewaktu terjadi proses komunikasi tersebut ?
Sedapat mungkin diskusi tersebut terjadi dalam waktu yang
cukup sebelum prosedur atau tindakan medik dilakukan.
Tidak dibenarkan jika diberikan sewaktu mau dibawa ke
Kamar Bedah. Hal ini untuk memberi kesempatan kepada
pasien untuk memikir-mikir dahulu dan
mempertimbangkannya serta mengajukan pertanyaan-
pertanyaan. Hendaknya penjelasan itu diberikan dalam
bahasa yang dapat dimengerti pasien dan dihindarkan untuk
memakai istilah medik (medicaljargon).
INFORMED Consent
(UMUM)

28. Kesimpulan apa yang dapat ditarik dari doktrin informed


consent ini ?
Kesimpulannya dari doktrin ini adalah bahwa keputusan
yang diambil oleh pasien mengenai suatu tindakan medik
atau perawatan medik harus dilakukan secara kolaboratif
antara pasien dengan dokternya (Jay Katz, 1984).
INFORMED Consent
(UMUM)

29. Mengapa demikian ?


Karena pada prinsipnya informed consent adalah suatu proses,
bukan hanya sekedar meminta pasien untuk menandatangani suatu
formulir. Penandatanganan oleh pasien hanya merupakan suatu
kelanjutan atau pengukuhan apa yang sebenarnya sudah
disepakati sebelumnya antara dokter dan pasien. {Appelbaum's
delineation of "informed consent as a process, not an event: Loren
H. Roth, viii}.

30. Doktrin informed consentsebenarvya adalah prinsip di bidang


apa ?
Informed consent adalah suatu prinsip di bidang etika yang
direfleksikan ke dalam peraturan hukum.
INFORMED Consent
(UMUM)

31. Dilihat dari segi hukum kedokteran, apa kaitannya


informasi dengan hubungan terapeutik antara dokter dan
pasien ?
Memperoleh informasi adalah suatu hak dari pasien, sebaliknya
merupakan kewajiban bagi dokter untuk memberikannya. Pasien
berhak tanpa harus diminta untuk memperoleh informasi mengenai
penyakitnya serta tindakan medik apa yang hendak dilakukan oleh
dokter terhadap dirinya.
INFORMED Consent
(UMUM)

32. Mengapa demikian dan antara lain apa alasannya ?


a. Seorang dokter pada umumnya melihat pasien hanya dari
segi medik saja, sedangkan bagi pasien mungkin ada faktor-
faktor lain yang tidak kalah penting untuknya yang harus
dipertimbangkan juga. Misalnya segi : keuangan, rencana
keluarga, agama, psikis, sosial, dan lain-lainnya.
b. Adalah hak asasi pasien (HAM) untuk menentukan apa
yang hendak dilakukan terhadap dirinya (Hakim Benyamin
Cordozo di dalam kasus "Schloendorff v. Society of New
York Hospital, 1914).
INFORMED Consent
(UMUM)

33. Kepada siapa dokter harus memberikan informasi ?


Pada prinsipnya harus kepada pasien itu sendiri.

34. Jika pasien ditangani oleh beberapa orang dokter berbagai


spesialisasi, dokter yang mana yang harus memberikan
informasi ?
Yang harus memberikan informasi adalah dokter yang akan
melakukan tindakan mediknya {treating physician), misalnya
dokter ahli bedah yang akan membedah, atau dokter radiolog
yang akan memberikan suatu kuur radioterapi, atau dokter
ahli jantung yang akan melakukan katerisasi jantung.
INFORMED Consent
(UMUM)

35. Bagaimana dengan seorang dokter yang dirujuk ?


Seorang dokter rujuk {referring physician) yang hanya
dimintakan pendapatnya {consult) di bidang spesialisasi lain,
tetapi tidak melakukan suatu tindakan medik apa-apa tidak
diwajibkan untuk memberikan informasi (Appelbaum, 120)

36.Bagaimana jika seorang spesialis berhubung jadwalnya tidak


cocok, lalu atas persetujuan pasien menyerahkannya kepada dokter
spesialis lain di bidang yang sama. Apakah dokter yang pertama
harus juga memberikan informasi kepada pasiennya ?
Tidak, yang harus memberikan informasi adalah dokter spesialis
yang kedua.
INFORMED Consent
(UMUM)

37. Apakah alasannya ?


Dengan menyerahkan kepada teman sejawat spesialis sama dan yang juga
disetujui oleh pasien, maka hubungan dokter pertama dengan pasien sudah
berakhir. Dengan demikian maka hak dan kewajibannya beralih ke dokter
spesialis kedua.

38. Apakah ada syarat kapasitas dari pasien (decision-making


capacity) untuk memberi informed consent?
Ada, pasien harus dapat mengerti prosedur atau tindakan medik yang
hendak dilakukan, dan dapat secara suka-rela memberikan persetujuannya,
ataupun menolaknya.
Boleh saja, bahkan sebaiknya pasien juga dianjurkan untuk bertanya.
Sesudah member informasi kepada pasien, dokternya sebaiknya bertanya
lagi kepada pasien : apakah ia sudah mengerti apa yang diterangkan,
apakah semua sudah jelas dan apakah ia masih hendak bertanya lain lagi.
INFORMED Consent
(UMUM)

40. Apakah perlu dokternya untuk menjelaskan setiap detil dari


prosedur atau tindakan medik yang akan dilakukan ?
Tidak perlu sampai sedetil-detilnya. Hanya perlu diberi
penjelasan sedemikian rupa sehingga seorang pasien yang
wajar berdasarkan informasi yang diberikan akan dapat
mempertim bangkan dan memberi keputusannya.

41.Apakah ada syarat bagi dokter dalam pemberian informasi ?


Ya ada, bahwa pemberian informasi itu harus memenuhi
standar penjelasan tertentu.
INFORMED Consent
(UMUM)

42.Bagaimana bunyinya standard tersebut ?


Standar ini mensyaratkan bahwa seorang dokter di dalam
memberikan penjelasan harus berdasarkan pengetahuan yang
diketahui atau seharusnya diketahuinya, bahwa seseorang dalam
kedudukan pasien secara wajar ingin mengetahuinya sebelum
memberi keputusan terhadap prosedur atau tindakan medik tertentu.

43.Apakah minta tanda-tangan pasien dapat didelegasikan


kepada suatu tim atau tenaga lainnya ?
Boleh saja, tetapi hanya boleh dilakukan apabila sebelumnya sudah
ada pemberian penjelasan kepada pasien terlebih dahulu oleh
dokternya. Jadi permintaan tanda-tangan itu hanya sekedar untuk
melengkapi proses yang sudah dijalankan.
INFORMED Consent
(UMUM)

44. Bagaimana jika pasiennya buta huruf ?


Apabila pasien mempunyai kapasitas untuk memberikan
consent, tetapi karena buta huruf atau secara fisik tidak
dapat membubuhi tanda-tangannya, maka ia dapat
memberikan tanda-silang atau dengan "cap jempol".
Sebaiknya pem-ubuhan tanda-silang atau cap jempol
tersebut disaksikan juga oleh lain orang.

45.Bagaimana jika pasien dalam keadaan tidak sadar, kepada


siapa informasi itu harus diberikan ?
Informasi harus diberikan kepada anggota keluarga terdekat
INFORMED Consent
(UMUM)

46.Bagaimana dengan seorang anak yang belum dewasa ?


Informasi diberikan kepada orang-tuanya.

47.Bagaimana dengan seorang dewasa yang berada di bawah


pengampuan {onder curatele) ?
Informasi diberikan kepada walinya {curator).

48.Apakah pemberian persetujuan melalui telpon dari seorang wali


diperbolehkan apabila pasien itu sendiri dalam keadaan tidak
dapat memberikan konsennya ?
Dalam keadaan sangat terpaksa boleh saja, tetapi yang pasti sedapat
mungkin persetujuan itu diberikan oleh pasien itu sendiri atau oleh
walinya secara langsung.
INFORMED Consent
(UMUM)

49.Apakah ada syaratnya ?


Ada, jika sangat diperlukan dan dalam keadaan mendesak
untuk memperoleh persetujuan melalui telpon, maka
pembicaraan itu harus disaksikan (didengarkan) juga oleh
seorang tenaga medik lain. Kemudian pembicaraan itu harus
direkam atau dicatat di dalam berkas rekam medik. Selain itu
saksinya juga harus turut menandatanganinya.

50.Apakah ada pemberian informasi cara lain ?


Ada, yaitu penjelasan dengan cetakan atau audio-visual.
INFORMED Consent
(UMUM)

51.Apakah cara ini bisa menggantikan cara pemberian informasi


yang lazim dilakukan dengan lisan secara dialog ?
Tidak ! Pemakaian cetakan, diagram dan cara audio-visual dapat bermanfaat
sebagai bahan tambahan dalam mempertimbang-kan untuk memberi
keputusannya. Namun hal ini tidak bisa dipakai sebagai pengganti hubungan
interaksi antar dokter-pasien. Bahan cetakan hanya dapat dipakai sebagai
pelengkap untuk dibaca terlebih dahulu.

52.Apa masalah rahasia kedokteran mengenai penyakit pasien di


Indonesia sama dengan negara-negara Barat ?
Ada sedikit berlainan. Di negara Barat hal rahasia kedokteran adalah masalah
prinsip yang harus dipegang teguh. Di Indonesia soal kerahasiaan penyakit
tampaknya tidak begitu ketat di antara anggota keluarga. Hal ini mungkin
disebabkan karena falsafah dan sosial-budaya yang berlainan. Antara pasien
dengan pasien atau antara keluarga pasien di rumah sakit sering di-bicarakan
penyakit yang dideritanya sebagai bahan pembicaraan.
INFORMED Consent
(UMUM)

53. Di Indonesia soal rahasia penyakit apa selalu demikian ?


Tidak selalu, masih ada kecualinya, misalnya yang menyang-
kut penyakit kelamin. Karena mengutarakan langsung kepada
pasangan lainnya bisa mengakibatkan timbulnya perceraian.

54. Apa akibat hukumnya bagi dokternya ?


Dokternya bisa dituntut karena membocorkan rahasia
kedokteran (baca: pasien).
INFORMED Consent
(UMUM)

55.Apa yang harus dilakukan oleh dokter jika berhadapan dengan


kasus semacam ini ?
Jika seorang dokter hanya berhadapan dengan salah satu pasangan
saja (suami atau istri) ia harus hati-hati. Memberitahukan
kepada pasangan lainnya harus dengan persetujuan pasiennya.
Atau lebih baik menyerahkan kepada pasien itu sendiri untuk
menjelaskan sendiri kepada pasangannya.

56.Bagaimana jika pasangan suami-istri datang menghadap


bersama?
Dalam hal ini sebenarnya dapat dianggap sudah ada persetujuan
dari kedua belah pihak untuk saling mengetahui masalah penyakit
tersebut (Leenen, 177)
INFORMED Consent
(UMUM)

57.Dalam kasus semacam ini apakah dokter boleh dengan bebas


langsung mengungkapkan segalanya ?
Pada prinsipnya demikian.' Namun dalam hal-hal tertentu ia harus ekstra hati-hati
misalnya di dalam hal keguguran. Karena bisa kejadian bahwa antara suami-isteri
sudah lama tidak campur (Leenen), karena suami berada lama di luar negeri dan
baru pulang. Atau jika menyangkut penyakit kelamin, tidak dapat dianggap sudah
ada persetujuan untuk mengungkapkan kepada pasangan lainnya (Speller, 358).
58.Bagaimana dengan pemberian obat-obat, apakah juga harus
diberikan informasi?
Ya, harus. Teristimewa apabila ada efek sampingan yang dapat ditimbulkan oleh
obat-obat tersebut. Misalnya Diazepam (Valium) dan Iain-Iain semacam ini yang
bisa menimbulkan rasa mengantuk dan berkurangnya reaksi. Dokter harus
menjelaskan adanya efek sampingan tersebut dan memberitahukan agar tidak
mengendarai sendiri kendaraan sesudah meminum obat itu.
INFORMED Consent
(UMUM)

59. Selain itu apa lagi yang harus diinformasikan kepada


pasien mengenai obat ?
Jika ada larangan untuk meminum suatu obat sekaligus dengan obat
lain yang bisa menimbulkan efek sampingan lainnya. Atau jika ada
larangan untuk meminum alkohol berbareng dengan obat tersebut.

60.Mengenai tindakan medik apa lagi yang harus


diperhatikan dalam pemberian informasi kepada pasien ?
Apabila suatu tindakan medik yang hendak dilakukan sifatnya
diagnostik, maka lebih-lebih diperlukan pemberian informasi yang
jelas.
INFORMED Consent
(UMUM)

61.Mengapa demikian ?
Karena merupakan harapan bagi setiap pasien rata-rata bahwa dokter
akan menyembuhkan penyakitnya atau setidak-tidaknya dapat
meringankan penderitaan, sedangkan tindakan yang ber-sifat diagnostik
belum sampai ketahap pengobatan (terapeutik).

62.Apakah dokter selalu berkewajiban untuk memberikan jawaban


atas pertanyaan pasien tentang penyakitnya ?
Pada umumnya "wajib", kecuali :
a. Pada pemberian placebo,
b.Jika informasi diberikan, bahkan akan merugikan atau memperburuk
keadaan pasien itu sendiri.
c. Apabila pasien belum dewasa, atau
d. Pasien berada di bawah pengampuan (onder curatele). (Leenen).
INFORMED Consent
(UMUM)

63.Apa hanya pada tindakan operasi saja harus dimintakan per-


setujuan (tertulis) pasien ?
Tidaklah demikian halnya. Selain tindakan operatif, juga pada tindakan-
tindakan lain yang bersifat invasif atau yang ada me-lekat risiko juga
harus dimintakan persetujuan (tertulis) lebih dahulu. Hal ini juga demi
kepentingan dan perlindungan hukum dokter yang melakukan.

64.Beri contoh.
Misalnya untuk pemberian terapi dengan penyinaran, dimana bisa
mengakibatkan efek sampingan seperti: rambut rontok,rasa mual, lemas,
dan sebagainya. Atau pada pemeriksaan radiologis dengan memakai
kontras yang juga mengandung suatu risiko, atau pada prosedur tindakan
artrografi.
INFORMED Consent
(UMUM)

65.Di mana diatur materi tentang in formed consent!


Di dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.585/Menkes/Per/
IX/1989 tanggal 4 September 1989 tentang Persetujuan Tindakan
Medik.

66.Selain Peraturan Menteri Kesehatan tersebut, dimana lagi


terdapat peraturannya ?
a. Undang-Undang No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan, pada
Pasal 53 ayat 2 dan pada Penjelasannya.
b. Di dalam Peraturan Pemerintah No. 18 No. 1981 tentang Bedah
Mayat anatomis serta Transplantasi Alat atau Jaringan tubuh
manusia pada Pasal 15 yang mengatur mengenai Donor hidup.
INFORMED Consent
(UMUM)

67.Selain itu dimana lagi diatur soal informed consent?


Di dalam kepustakaan dan yurisprudensi, baik dari dalam maupun dari
luar negeri. Tentunya kepustakaan yang dari luar negeri harus
diselaraskan terlebih dahulu dengan situasi-kondisi, falsafah, adat-
istiadat serta kebiasan yang berlaku di negara kita.

68. Bilamana suatu informed consent yang diberikan itu tidak sah ?
Apabila diperoleh :
dengan paksaan (duress, dwang),
karena memberikan gambaran yang salah atau berlainan,
dari seorang yang belum dewasa,
dari seorang yang tidak berwenang,
dalam keadaan tidak sepenuhnya sadar (non-lucidstate).
INFORMED Consent
(UMUM)

69. Dengan demikian maka hal-hal apa saja harus


dipertimbangkan oleh dokternya ?
Kewajiban untuk memberikan informasi harus dipertimbangkan agar
faktor rasa takut dari pasien jangan sampai menggagalkan tindakan
tempi yang sangat dibutuhkan.
INFORMED Consent
(UMUM)

70. Apa yang merupakan dasar hukum informed consent?


Hubungan dokter-pasien berdasarkan atas kepercayaan. Hal ini
mengandung arti bawah yang diberikan kepercayaan harus berlaku
jujur dan tidak menyalahgunakannya. Ia pun berkewajiban untuk
mengungkapkan fakta yang sebenarnya. Seorang dokter yang dengan
sengaja dan tanpa alasan yang sah tidak mengungkapkan hal-hal yang
akan menjadi dasar pertimbangkan untuk mengambil keputusan
pasien, bisa dipersalahkan oleh hukum.
Hak pasien untuk menentukan apa yang dikehendaki terhadap dirinya
sendiri. (Lihat Bab X - Yurisprudensi kasus No.l: Schloendorf v.
Society of New York Hospital, 1914; kasus No. 6 : Natanson v.
Kline, 350 P.2d 1093, Kan. 1960).
Adanya hubungan kontrak terapeutik antara dokter dan pasien.
Dengan demikian maka sudah logis bila pasien sebagai salah satu
pihak juga harus mengetahui tindakan medik apa yang hendak
dilakukan terhadap dirinya.
INFORMED Consent
(UMUM)

71. Apa yang menjadi tujuan doktrin informed consent!


Memberi perlindungan pasien terhadap tindakan dokter yang
sebenarnya tidak diperlukan dan secara medik tidak ada dasar
pembenarannya yang dilakukan tanpa sepengetahuan pasiennya.
Memberi perlindungan hukum kepada dokter terhadap suatu kegagalan
dan bersifat negatif, karena prosedur medik modern tidak tanpa risiko
dan pada setiap tindakan medik ada melekat suatu risiko (inherentrisk:
Solis, 61).

72. Apakah semua informed consent harus dibuat secara tertulis ?


Tidak, karena tidak praktis dan tidak mungkin untuk setiap kali
membuatnya secara tertulis pada setiap tindakan medik yang hendak
dilakukan.
INFORMED Consent
(UMUM)

73.Bagaimana jika menyangkut tindakan bedah ?


Jika menyangkut tindakan bedah, sebaiknya dipakai surat
persetujuan tertulis.

74.Kalau demikian, apa sebenarnya fungsi suatu informed


consent tertulis ?
Fungsi suatu informed consent tertulis adalah untuk lebih
memudahkan pembuktiannya kelak, apabila ada tuntutan.
INFORMED Consent
(UMUM)

75. Apakah jika sudah ada informed consent tertulis, dokternya sama sekali bebas
dari tuntutan, dalam arti tidak bisa dituntut lagi ?
Tidak demikian halnya. Persetujuan yang ditandatangani -pasien atau
keluarganya tidak membebaskan dokter dari tuntutan jika dokternya melakukan
kelalaian.
76. Apakah surat persetujuan yang ditanda-tangani pasien itu menurut hukum
merupakan suatu perjanjian murni, dalam arti mengikat kedua belah pihak ?
Secara yuridis murni suatu Persetujuan Tindakan Medik (Operasi) sebenarnya
adalah suatu pernyataan kehendak sepihak (eenzijdige wilsuiting), yaitu dari
pihak pasien. Secara yuridis nilainya sama seperti pembuatan suatu testamen,
karena dapat dibatalkan atau ditarik kembali sepihak, dan tidak mungkin pihak
lainnya mengajukan keberatan. Karena suatu Surat Persetujuan Tindakan Medik
(Operasi) secara yuridis tidak memenuhi suatu perjanjian dalam arti kata yuridis
, maka dokter tersebut sebenarnya tidak perlu turut pula membubuhi tanda-
tangannya.
INFORMED Consent
(UMUM)

77.Apa selalu demikian, dalam arti sang dokter tidak turut


menanda-tangani ?
Ada juga variasi lain di mana pihak dokter juga turut
menanda-tangani. Biasanya di sebelah bawah dari suatu
pernyataan bahwa: "Informasi sudah diberikan olehnya
kepada pasien dan yang telah dimengertinya.

78.Apa ada tambahan variasi lain lagi ?


Ada, kadang-kadang ada juga dibubuhi dengan tanda-tangan
oleh saksi (perawat atau lain orang).
INFORMED Consent
(UMUM)

79. Bagaimana di luar negeri ?


Di Inggris misalnya diatur khusus di dalam suatu pedoman yang
dinamakan "Good Practice in Consent Implementation Guide.

80. Bagaimana diatur di dalam Guide tersebut ?


Di dalam Guide diatur bahwa setiap persetujuan medik terdiri
atas dua bagian :
Pernyataan dari dokter tentang apa yang sudah dijelaskan
kepada pasiennya dan ditanda-tangani oleh dokternya sendiri (
Patient identifier/label),
Pernyataan dari Pasien atau Keluarganya (Statement of
Patient).
INFORMED Consent
(UMUM)

81. Secara yuridis apa bedanya antara: suatu Pernyataan


kehendak sepihak dan suatu Perjanjian biasa ?
Dalam suatu Perjanjian: kedua belah pihak terikat pada apa yang sudah
diperjanjikan. Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pasal 1338
suatu perjanjian hanya dapat diba-talkan atas persetujuan kedua belah pihak.
Jika ada pembatalan perjanjian sepihak, maka pihak lainnya dapat menuntut
ganti kerugian. Namun hal ini ternyata tidak demikian dengan suatu
Persetujuan Tindakan Medik (Operasi) yang telah ditanda-tangani pasien.
Karena setiap saat pasien dapat membatalkan persetujuan tersebut, asalkan
sebelum operasi dimulai, tanpa sang dokter bisa berbuat apa-apa.

82.Jika ada pembatalan, apa yang harus dilakukan oleh dokter


apabila pembatalan operasi itu bisa membawa akibat fatal
bagi pasien itu sendiri ?
Dokter harus memperingati sekali lagi kepada pasiennya akan risiko yang bisa
timbul sebagai akibat pembatalan ini.
INFORMED Consent
(UMUM)

83. Bagaimana jika pasien tetap menolak ?


Minta pasien menanda-tangani Surat Penolakan. (Lihat Bab II
tentang Informed Refusal (Penolakan) dan contoh B. Surat
Penolakan).

84. Apakah suatu Surat Pernyataan secara umum dari pasien sewaktu
masuk rawat di rumah sakit yang menyatakan: "Bahwa ia
menyatakan setuju atas segala tindakan medik yang akan dilakukan
dan akan membebaskan dokter dan rumah sakit dari segala
tuntutan hukum" mempunyai nilai yuridis ?
Tidak! Seorang dokter atau rumah sakit tidak dapat sebelumnya
secara umum sudah membebaskan dirinya dari segala tang-gung
jawab dan tuntutan hukum untuk kesalahan atau kelalaian yang
mungkin diperbuatnya.
(exoneration clausule, non-liability or exculpatory clause)
INFORMED Consent
(UMUM)

85.Persetujuan semu semacam ini di dalam


kepustakaan dinamakan apa ?
Di dalam kepustakaan persetujuan semacam ini dinamakan
"blanket consent".

86.Pernyataan demikian bertentangan dengan hukum


apa ?
Pernyataan demikian bertentangan dengan Hukum Perdata
pasal 1320 jo. 1337 yang mengatur tentang "sebab" perikatan
yang tidak diizinkan (ongeoorloofde oorzaak) dan
bertentangan dengan kesusilaan (goede zeden). (Maeijer).
INFORMED Consent
(UMUM)

87.Apa bedanya suatu "blanket consent dengan "pro-


forma consent?
Pada suatu blanket consent pasien diminta menanda-tangani
formulir persetujuan pada saat ia mendaftarkan diri untuk
masuk rawat. Pada suatu pro-forma consent kepada pasien
disodorkan formulir Persetujuan Tindakan Medik pada saat
ia didorong masuk ke dalam Kamar Bedah, tanpa diberikan
suatu informasi lebih dahulu tentang tindakan pembedahan
tersebut. Dalam kasus ini informed consent dianggap hanya
sebagai suatu keharusan formalitas administratif belaka.
Kedua-duanya tidak mempunyai
INFORMED Consent
(UMUM)

88. Bilamana kewajiban dokter untuk memberikan informasi


menjadi sangat penting ?
apabila sifat dan risiko itu lebih serius,
apabila kemungkinan timbulnya risiko itu lebih besar,
apabila tindakan yang hendak dilakukan tidak begitu mutlak,
apabila masih ada satu atau beberapa alternatif lain,
apabila risiko itu tidak begitu diketahui oleh masyarakat,
apabila dalam keadaan khusus itu timbulnya risiko lebih
besar. (Dekkers, 40)
INFORMED Consent
(UMUM)

89.Apakah hak atas informasi dari pasien itu bersifat pribadi, dalam
arti tidak dapat dialihkan kepada orang lain ?
Pada prinsipnya demikian. Namun jika dikehendaki, pasien dapat
menunjuk seorang lain untuk menerima informasi tersebut, biasanya
salah-satu anggota keluarganya (suami/istri, anak, orang tua, saudara
atau keluarga lainnya). Di Indonesia mengenai persoalan ini mungkin
ada sedikit berlainan jika dibandingkan dengan negara-negara Barat,
dimana paham individualisme sangat kuat. Di negara kita apabila ada
orang sakit, maka dianggap sebagai urusan dari seluruh anggota
keluarga (besar) dan tidak begitu dirasakan sebagai rahasia.

90.Ada berapa teori pengetesan tentang pemberian informasi


kepada pasien ?
Ada 2 teori, yaitu: tes standard profesional dan tes orientasi pasien.
INFORMED Consent
(UMUM)

91. Coba dijelaskan.


Teori pengetesan ini adalah cara untuk mengukur atau menilai
pemberian informasi yang harus dilakukan. Tes standar
profesional memakai ukuran dari dokter yang wajar secara
rata-rata, sedangkan tes orientasi pasien melihat dari segi
pasiennya. Tes orientasi pasien dibagi lagi menjadi tes
subjektif dan tes objektif. Tes subjektif memakai ukuran pasien
biasa secara pribadi secara individual, sehingga setiap pasien
penilaiannya berbeda, walaupun penyakitnya sama. Sedangkan
tes objektif memakai ukuran pasien sebagai manusia biasa
(wajar) secara umum.
(Lihat Bab X Yurisprudensi: contoh tes subjektif: kasus No.
19: Revord v. Russel, 1980; tes objektif pada kasus No.20:
Dessie v. United States, 1980 dan kasus No. 21 : Thimatariga
v. Chamers, 1980 )
INFORMED Consent
(UMUM)

92.Kesimpulan apa yang ditarik dari doktrin informed consent ini ?


Kesimpulannya adalah 2 (dua) hal, yaitu :
a. Bahwa pasien berhak untuk menerima informasi yang cukup untuk memutuskan
pilihannya terhadap usul tindakan medik yang diajukan dokter
(informedchoice);
b. Bahwa pasien boleh memilih untuk menerima ataupun menolak apa yang
diusulkan dokternya (Appelbaum, 190).

93.Suatu formulir informed consent yang sudah ditandatangani


dapat berlaku sah sampai berapa lama ?
Belum ada batas ketentuannya di Indonesia, tetapi tentu tidak dapat berlaku
terus-menerus. Kita bisa ambil patokan misalnya : 30 (tigapuluh) hari. Contoh ini
diambil dari Yale-NewHaven Hospital. Sesudah lewat satu bulan, jika
pasienbaru datang lagi, sebaiknya pasien diperiksa lagi keadaannya dan
dimintakan consent yang baru.
INFORMED Consent
(UMUM)

94. Apakah rasionya batasan jangka-waktu tersebut ?


Keadaan pasien mungkin sudah berubah. Penyakitnya
mungkin sudah bertambah parah. Jika ditunda-tunda terlalu
lama penilaian yang dahulu dilakukan sudah tidak cocok lagi.

95. Persetujuan pasien apakah dapat diminta sesudah prosedur


atau tindakan medik dilakukan ?
Tidak ! Tidak dapat.
INFORMED Consent
(UMUM)

96. Mengapa tidak dapat ?


Karena menyalahi prinsip utama dari Informed Consent
yang bersifat pro-aktif. Secara logis seseorang hanya bisa
diminta persetujuannya sebelum dilakukan sesuatu.

97. Selain itu apalagi alasannya ?


Melakukan prosedur atau tindakan medik tanpa persetujuan
pasien hanya dapat dilakukan dalam keadaan emergensi (dan
pasien dalam keadaan tidak sadar). Karena jika tidak dalam
keadaan emergensi, maka jika timbul sesuatu yang negatif
(adverse event), dokter itu dapat dipersalahkan karena telah
melakukan penganiayaan (battery).
INFORMED Consent
(UMUM)

98. Apakah suatu keharusan yuridis untuk meminta consent tertulis ?


Tidak ada keharusan yuridis untuk dibuat tertulis, tetapi adalah
"goodpractice untuk melakukannya jika :
Tindakan atau prosedur yang akan dilakukan bersifat kompleks
atau mengandung risiko,
Apabila tindakan itu memerlukan pembiusan total, regional atau
pemberian obat penenang (sedation).
Tindakan itu bukan merupakan tujuan utama,
Kemungkinan ada konsekwensi besar terhadap pekerjaan pasien
yang sekarang dijabatnya, atau terhadap kehidupan pribadi atau
sosial.
Tindakan itu adalah berkaitan dengan suatu projek penelitian.
INFORMED Consent
(UMUM)

99. Apakah terhadap semua tindakan medik yang


dilakukan selalu harus dimintakan Informed Consent ?
Tidak selalu demikian. Untuk tindakan yang rutin
atau mengandung risiko yang minim, tidak diperlukan
untuk memintanya. Misalnya untuk pemeriksaan
darah. Pengukuran tensi, dan Iain-Iain sebagainya.

100. Bagaimana dengan rekaman foto dan video ?


Rekaman foto dan video merupakan bagian dari
tindakan pengobatan, sehingga sudah termasuk di
dalam consent yang diberikan.
INFORMED Consent
(UMUM)

101. Apakah selalu demikian ?


Tidak selalu. Pengambilan foto radiologi dengan memakai
kontrast harus diminta izin terlebih dahulu, karena walaupun
jarang terjadi, tetapi ada mengandung risiko juga.

102. Apakah foto dan video pasien yang direkam itu boleh
dipergunakan untuk bahan pendidikan ?
Foto dan rekaman video itu dibuat khusus untuk tindakan
pengobatan pasien dan bukan untuk tujuan lain. Dengan
demikian maka jika hendak dipergunakan untuk pendidikan,
publikasi atau penelitian, maka harus minta izin khusus kepada
pasiennya.
INFORMED Consent
(UMUM)

103.Bagaimana jika dari foto dan rekaman video dibuat


sedemikian rupa sehingga tidak mungkin diketahui lagi
identitas pasiennya?
Boleh saja, boleh dipakai dalam rangka pendidikan atau
penelitian tanpa meminta izin pasien, asalkan kebijakan ini
sebelumnya sudah cukup diumumkan dan diketahui. Namun
untuk setiap bentuk publikasi, tetap harus dimintakan
persetujuan pasiennya.
INFORMED REFUSAL
(PENOLAKAN)
1. Tindakan medik tertentu ?
Ya, memang demikian. Pasien berhak untuk
menolak.

2. Hak untuk menolak untuk dilakukan suatu


tindakan medik yang diusulkan dokter, di dalam
literatur dinamakan apa ?
Informed Refusal. Berarti suatu penolakan yang
dilakukan sesudah diberi informasi.
INFORMED REFUSAL (PENOLAKAN)

3. Apakah dasar hukumnya ?


Dasarnya adalah hak asasi dari seseorang untuk menentukan apa
yang hendak dilakukan terhadap dirinya sendiri. (Bandingkan
misalnya Bab X Yurisprudensi No. 1 "Schloendorff v. Society of
New York Hospital, 1914).

4. Apa inti dari Informed Refusal ?


Intinya adalah bahwa penolakan dari pasien untuk dilakukan
tindakan medik tertentu diputuskan sesudah diberikan informasi
oleh dokternya yang menyangkut segala sesuatu yang berkenaan
dengan tindakan tersebut. Tegasnya: pasien sudah memahami
segala konsekwensi yang mungkin timbul sebagai akibat dari
penolakan tersebut.
INFORMED REFUSAL (PENOLAKAN)

5. Bagaimana bentuk Penolakan tersebut ?


Penolakan itu harus dalam bentuk tertulis dan tidak bisa
dalam bentuk "tersirat" (implied).

6. mengapa demikian ?
Karena beban pembuktian terletak pada pihak yang
menyatakan sesuatu dan dalam hal ini menjadi beban
dokternya. Maka jalan pembuktian yang mudah yang
dapat diberikan oleh dokternya adalah dengan suatu
Pernyataan Penolakan tertulis dari pasiennya.
INFORMED REFUSAL (PENOLAKAN)

7. Apa yang harus dilakukan oleh dokter sesudah pasien menolak


dilakukan tindakan medik ?
Menjelaskan sekali lagi tentang akibat dan risiko yang
kemungkinan bisa timbul dan yang harus ditanggung pasien.

8. Beri contoh ?
Misalnya seorang dokter telah menganjurkan pasiennya untuk
menjalankan Pap smear test. Jika pasien menolak, maka adalah
kewajiban dokter untuk memberi penjelasan: manfaat
dilakukannya pemeriksaan tersebut, risiko apa yang mungkin
timbul apabila tidak dilakukan.
(Lihat Bab X Yurisprudensi No. 12 kasus "Truman v. Thomas")
INFORMED REFUSAL (PENOLAKAN)

9. Bagaimana jika pasien tetap menolak ?


Minta pasien menanda-tangani Surat Penolakan.

10. Bagaimana jika pasien tidak mau menanda-


tangani Surat Penolakan tersebut ?
Dokter lalu mencatatnya di Rekam Mediknya bahwa pasien
tetap menolak dan juga menolak menandatangani Surat
Penolakan.
INFORMED REFUSAL (PENOLAKAN)

11. Apa arti yuridis Surat Penolakan tersebut ?


Dari Surat Penolakan tersebut dapat dibuktikan bahwa pasien
menyatakan tidak setuju atas usul tindakan medik yang hendak
dilakukan dokter. Ia akan menanggung sendiri segala akibat yang
mungkin timbul dan yang tidak dapat dipersalahkan lagi kepada
dokternya.

12. Pendirian ini berdasarkan asas dan teori hukum yang


mana ?
Berdasarkan adagium : "Volenti non fit inura" yang berarti bahwa
seseorang yang sudah mengetahui ada risikonya dan juga akan
bersedia menanggungnya jika timbul, tidak dapat kemudian
mengajukan gugatan lagi.
INFORMED REFUSAL (PENOLAKAN)

13. Apa ada contoh-contohnya di dalam kehidupan sehari-hari ?


Ada, misalnya : olah-raga tinju yang bisa mencederai
lawannya, bahkan ada yang gegar otak, bahkan juga sampai
meninggal. Namun yang melakukan tidak dapat dituntut dan
dihukum. Risiko harus ditanggung para pemain sendiri.
INFORMED REFUSAL (PENOLAKAN)

14. Bila ada penolakan maka pencatatan dokumentasi apa-apa


saja yang harus dilakukan ?
Catat penjelasan yang diberikan dokter tentang risiko dan
keuntungan dari tindakan medik tersebut,
Catat penjelasan tentang risiko yang bisa timbul jika ditundatunda,
Catat penolakan pasien / keluarganya dan pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan olehnya,
Catat jawaban-jawaban yang diberikan oleh dokter dan
pengulangan penjelasan risiko yang mungkin terjadi,
Catat dasar alasan pasien menolak tindakan medik tersebut,
Catat keputusan akhir dari pasien dan respons final dari dokter.
Bubuhi tanggal, jam dan tempatnya (misalnya: Ruang Perawatan,
IGD, ICU, dan sebagainya).
Catat juga nama saksi-saksinya.
INFORMED REFUSAL (PENOLAKAN)

15.Mana yang lebih penting: Informed Consent atau Informed


Refusal ?
Dua-duanya sama tinggi nilai kepentingannya.

16.Apakah adalah istilah lain yang dipergunakan selain


InformedRefusal?
Ada,Negated Consent"'atau Izin yang ditiadakan.
IMPLIED CONSENT
(IZIN TERSIRAT)
1. Apakah pada semua tindakan medik yang hendak
dilakukan oleh dokter harus dimintakan persetujuan
pasien terlebih dahulu ?
Pada umumnya memang demikian. Namun pada tindakan-tindakan
yang sudah umum dan biasa dilakukan secara rutin dan juga sudah
diketahui umum tidak usah dimintakan lagi.

2. Bentuk apa namanya informed consent semacam ini ?


Sebenarnya bukan informed consent dalam arti sebenarnya, karena sama
sekali tidak ada pemberian informasi. Di dalam ilmu hukum kedokteran
dinamakan implied'or tacit consent'atau juga presumed consent. Konsen
atau persetujuan yang tersirat atau dianggap diberikan, walaupun tanpa
ada pernyataan.
IMPLIED CONSENT
(IZIN TERSIRAT)

3. Beri penjelasan ?
Persetujuan atau izin pasien dianggap diberikan dengan
menarik kesimpulan dari sikap pasien.

4. Apa alasan untuk menganggap demikian ?


Karena hal-hal semacam ini menyangkut tindakan-tindakan
biasa yang secara umum sudah diketahui setiap pasien yang
datang berobat. Biasanya tindakan yang dilakukan tidak
menimbulkan rasa sakit, rasa sakit sedikit atau tidak
menimbulkan akibat apa-apa. Lagipula pelayanan yang
diberikan akan berlangsung lebih cepat dan tidak membuang-
buang waktu percuma.
IMPLIED CONSENT
(IZIN TERSIRAT)

5. beri contohnya.
Misalnya pasien datang ke Poliklinik untuk berobat dan untuk
mengetahui penyakitnya diperlukan: pengukuran tekanan darah,
pemeriksaan pernapasan dengan stetoskop. Atau pengambilan
darah pasien yang datang ke Laboratorium untuk pemeriksaan
darah atau air seni, dan lain-lainnya. Dianggap bahwa apa yang
akan dilakukan sudah diketahui umum (general knowledge)
sehingga seseorang yang datang ke tempat itu pun dapat dianggap
sudah mengetahuinya..
Demikian pula jika seseorang datang ke Poliklinik Bedah atau
Unit Gawat Darurat dengan suatu luka. Dengan datangnya
pasien itu sendiri tanpa disuruh, dapat ditarik kesimpulan bahwa
ia memang sudah menyetujui atau sudah memberika izin untuk
dilakukan suatu tindakan medik terhadap dirin Misalnya untuk
menghentikan perdarahan, penjahitan lukanya dan sebagainya.
IMPLIED CONSENT
(IZIN TERSIRAT)

6. Bagaimana jika harus dilakukan suatu prosedur yang


bersifat tidak biasa (umum), misalnya pemeriksaan intern
pervaginam atau rectal ?
Di dalam hal demikian, maka sebaiknya kepada pasien
beritahukan dahulu tindakan apa yang hendak dilakukan
(agar jangan sampai timbul salah pengertian).

7. Apa yang dianjurkan di dalam kepustakaan jika seorang


dokter pria hendak memeriksa pasien wanita ?
Sebaiknya pada saat pemeriksaan, dokter itu juga ditem oleh
perawat wanita.
IMPLIED CONSENT
(IZIN TERSIRAT)

8. Bagaimana jika seorang wanita hendak melahirkan datang rumah sakit.


Apa juga harus diberikan informasi dan diminta persetujuannya terlebih
dahulu ?
Tidak perlu! Karena seorang pasien wanita yang datang ke Rumah sakit
untuk melahirkan, dianggap sudah memberikan persetujuannya untuk
dibantu dalam proses kelahiran yar diperlukan, termasuk juga pemberian
anestesi local, umum, atau lainnya (Farndale).

9. Bagaimana jika kemudian ternyata oleh dokter dipandang perlu untuk


melakukan operasi Caesar pada persalinan tersebut ?
Dalam hal demikian harus diberi informasi kepada pasien untu diminta
persetujuannya, atau jika karena satu dan lain hal tidak memungkinkan
diperoleh dari pasien, bisa juga diminta persetujuannya dari suami atau
anggota keluarga terdekat.
IMPLIED CONSENT
(IZIN TERSIRAT)

10. Bagaimana jika keadaannya juga tidak memungkinkan untuk


meminta persetujuan dari anggota keluarganya, lalu apa yang
harus dilakukan oleh dokternya ?
Dalam hal semacam ini, dokter tidak boleh ragu-ragu untuk
bertindak ataupun menunda-nundanya dan segera harus mulai
melakukan operasinya (Farndale).

11. Apa dasar hukumnya bagi dokter untuk bertindak demikian ?


Dokter bertindak demi kepentingan terbaik untuk pasiennya
sendiri (patient's best interest).
IMPLIED CONSENT
(IZIN TERSIRAT)

12. Jika menyangkut penyakit lain, apakah seorang pasien


berhak menolak diberikan informasi ?
Ya, berhak. Misalnya jika pasien yang sangat labil, senewen
atau terlampau ketakutan, sehingga ia tidak berani menerima
informasi itu sendiri dari dokter.

13. Beri contoh?


Misalnya untuk bedah syaraf, di mana kepalanya harus
dibuka atau harus dilakukan pengeboran.
IMPLIED CONSENT
(IZIN TERSIRAT)

14. Hak pasien untuk melepaskan haknya untuk memperoleh


informasi atau menolak diberikan informasi atau menolak untuk
memutuskan sendiri (dan menyerahkan sepenuhnya kepada
dokternya), hak apa ini namanya ?
Hak waiver.

15. Apakah manfaatnya hak waiver itu ?


Manfaatnya hak waiver adalah membuka kemingkinan agar
pikiran pasien bisa tenang dan tenteram. Karena kalau harus
dipaksakan diungkapkan juga, maka pasien semacam ini akan
berpikir akibat yang buruk saja yang belum tentu terjadi. Juga agar
membantu pasien jika ia tidak sanggup untuk memutuskan dan
mengatasi persoalannya sendiri.
IMPLIED CONSENT
(IZIN TERSIRAT)

16. Apakah penerimaan informasi tidak dapat dipaksakan kepada pasien ?


Tidak! Karena tujuan lain dari doktrin waiver ini adalah untuk
memajukan hak seseorang untuk menentukan nasibnya sendiri.
Memaksa seorang pasien untuk menerima informasi yang tidak
dikehendaki berarti sama juga dengan pengingkaran hak untuk
menentukan nasib sendiri. Karena ia dipaksaka untuk membuat suatu
keputusan yang ia tidak mau memutuskan (..compelling them to
receive information they do not want or make decisions they do not
wish to make is a denial of the right of self-determination: Appelbaum,
75)

17.Jika dilihat dari segi yuridis, waiver itu berbentuk apa ?


Waiver adalah suatu "hak", dalam arti boleh dipergunakan atau tidak.
Mau dipergunakan atau tidak hak tersebut tergantung kepada orang itu
sendiri.
IMPLIED CONSENT
(IZIN TERSIRAT)

18. Apa seorang dokter wajib untuk memberikan


informasi langsung kepada pasien ?
Pada umumnya demikian. Kecuali apabila pemberian informasi
secara langsung bahkan bisa memperburuk keadaan pasien
tersebut.

19. Apakah hak atas informasi dari pasien bersifat


pribadi, dalam arti tidak dapat dialihkan kepada orang
lain ?
Pada dasarnya demikian. Namun jika seperti contoh di atas
apabila dikehendaki oleh pasien, ia dapat saja menunjuk orang lain
untuk menerima informasi untuknya. Biasanya diberikan kepada
salah seorang anggota keluarga terdekat (suami atau isteri, anak,
orang tua, saudara, dan sebagainya).
IMPLIED CONSENT
(IZIN TERSIRAT)

20. Apa namanya consent yang diberikan semacam ini ?


Proxy atau substituted consent.

21. Dalam hal-hal tertentu tanpa kemauan dan tanpa permintaan


dari pasien informasi tidak diberikan kepadanya, tetapi
langsung kepada anggota keluarga terdekat. Pemberian
informasi semacam ini dinamakan apa ?
Di dalam kepustakaan dinamakan pemberian informasi secara
tidak langsung (indirect information).
IMPLIED CONSENT
(IZIN TERSIRAT)

22. Apa dasar pertimbangannya ?


Dasar pertimbangannya adalah bahwa kadangkala dokter
berhadapan dengan seorang pasien yang terlampau ketakutan
dan rada senewen. Padahal operasi yang akan dilakukan
hanya operasi kecil saja, bersifat biasa dan tidak mengandung
risiko besar.
(Whenever risk disclosure poses such a threat of detriment to
the patient as to become unfeasible or contra-indicated from a
medical point of view: Appelbaum, 74)

23. Tindakan dokter semacam ini berdasarkan apa ?


Hak privilese terapeutik (therapeuticprivilege)
IMPLIED CONSENT
(IZIN TERSIRAT)

24. Apa sudah ada consensus atau kesatuan pendapat dari para
penulis tentang hak privilese ini ?
Tidak, karena ada dua pendapat yang berbeda.

25. Apa argumentasi masing-masing pendirian ?


a. Pendapat yang pertama mengatakan bahwa hal ini akan melanggar
hak otonomi seseorang, masih bersifat Paternalistik dan bertentangan
dengan prinsip hak asasi pasien (HAM).
b. Yang kedua memberikan argumentasi bahwa harus dipertimbangkan
yang mana yang lebih berat.
kerugian yang timbul sebagai akibat tidak dilakukannya operasi
karena saking takutnya pasien (dan mempertahankan hak otonomi
secara kaku), atau
manfaat yang diperoleh dari tindakan operasi (walaupun dengan
melanggar hak otonomi demi kepentingan pasien).
IMPLIED CONSENT
(IZIN TERSIRAT)

26. Bagimana jika dilihat dari sudut dokternya ?

Dokternya bisa menanggung risiko, apabila tindakan


medik yang dilakukan gagal. Pasien atau keluarganya
bisa menuntut atas dasar tidak ada informed consent
(lack of informed consent). Maka cara yang lebih aman
bagi dokter adalah dengan memberikan informasi kepada
anggota keluarga pasien jika berhadapan dengan kasus
semacam ini (proxy atau substituted consent) dan minta
persetujuannya.
TINDAKAN BEDAH
1. Informasi apa yang harus diberikan kepada pasien sebelum dilakukan pembedahan ?
Informasi yang harus diberikan oleh dokter kepada pasien adalah segala sesuatu yang
menyangkut tindakan bedah yang hendak dilakukan.

2. Beri penjelasan.
Misalnya sebelum melakukan operasi, seorang dokter bedah harus menjelaskan kepada pasien
tentang :
a. tindakan operasi apa yang hendak dilakukan, seperti misalnya: operasi usus buntu, Caesar,
amputasi, hernia atau lainnya,
b. manfaat jika dilakukan operasi,
c. risiko-risiko apa yang melekat pada operasinya,
d. alternatif lain yang ada (bila mungkin ada),
e. apa akibatnya jika tidak dilakukan operasi.
(the nature, purpose, risks, and benefits of any treatment they propose to perform, as well as
any alternative forms of treatment that may exist for the patients condition).
TINDAKAN BEDAH

3. Apa tujuannya pemberian informasi tersebut.


Agar pasien dapat mengerti, memilih dan
memutuskan apa yang hendak dilakukan terhadap
dirinya.

4. Mengapa harus demikian ?


Karena seorang dokter hanya melihat dari segi
medis, sedangkan masih ada segi-segi lain yang
harus dipertimbangkan juga.
TINDAKAN BEDAH

5. Beri penjelasan ?
Misalnya segi finansial, segi prospek kehidupannya sesudah
operasi, segi agama, sosial budaya, dan lainnya yang bagi
pasien penting untuk juga turut dipertimbangkan.

6. Apa yang harus diperhatikan oleh dokter pada saat


memberika informasi ?
Dokter harus mengetahui tingkat pendidikan, tingkat
intelektuai dari pasien yang bersangkutan.
TINDAKAN BEDAH

7. Mengapa demikian ?
Karena pemberian informasi yang tidak dimengerti oleh pasien
tidak mempunyai nilai. Maka sesudah diberikan informasi,
dokter itu sebaiknya mengecheck lagi apakah yanq diterangkan
itu benar-benar dimengerti oleh pasien.

8. Dalam hal apa harus diberikan perhatian lebih khusus lagi ?


Jika berhadapan dengan pasien dari negara Asing yang tidak
mengerti bahasa Indonesia. Jika perlu, pakailah seorang
penterjemah agar jangan sampai timbul salah pengertian.
TINDAKAN BEDAH

9. Kalau demikian apa saja yang merupakan syarat-syarat suatu


informed consent ?
Harus memenuhi syarat-syarat:
pengertian (understanding)
suka-rela (voluntariness), (Harper & James, 1980).

10.Jika demikian apa yang harus dibedakan ?


Harus dibedakan antara :
pemberian informasi yang diberikan oleh dokter, dan
penerimaan (pengertian) oleh pasien.
TINDAKAN BEDAH

11. Mengapa harus demikian ?


Hal ini mengandung pengertian bahwa bisa saja dokternya
sudah memberikan informasi, tetapi pasien tidak mengerti
apa yang diterangkan oleh dokternya. Bisa juga karena
terjadi miskomunikasi, salah pengertian karena halangan
bahasa (language barrier) sehingga sang dokter tidak
mengerti apa yang dikehendaki pasiennya.

12. Apa lagi yang selanjutnya harus dilakukan oleh dokter ?


Minta kepada pasien untuk menanda-tangani Surat
Persetujuan Operasi (dengan atau tanpa saksi).
TINDAKAN BEDAH

13 Apa seorang dokter bedah harus memberikan informasi yang


mencakup semua risiko yang mungkin saja bisa timbul pada suatu
pembedahan ?
Tidak usah, karena tidak mungkin untuk memberikan informasi
tentang segala risiko yang bisa saja timbul pada suatu
pembedahan, termasuk yang risikonya sangat kecil dan bersifat
ringan-ringan saja.

14. Jika tidak usaha, lantas apa saja yang dapat dibuat pengangan
oleh seorang dokter bedah ?
Yang harus diperhatikan oleh dokter bedah adalah unsur-unsur
risiko apa yang umumnya melekat pada kasus tersebut (inherent
risks).
TINDAKAN BEDAH

15. Beri penjelasan.


Yang harus diperhatikan adalah unsur risiko yang mengenai :
Sifat (nature) dari risiko tersebut,
Tingkat keseriusan (magnitude) dari risiko itu,
Besar/kecilnya kemungkinan (probability) timbulnya risiko
itu,
Cepat / lambatnya atau jarak-waktu kemungkinan
terjadinya (imminence)
Kemungkinan risiko itu timbul, apabila sampai timbul.
TINDAKAN BEDAH

16. Uraikan lebih lanjut.


a. Yang dimaksud dengan sifat (nature) dari risiko adalah
misalnya contoh-contoh di bawah ini. Pertama-tama harus
dilihat risiko itu berhubungan dengan suatu tindakan
diagnostik atau terapetik ?

b. Jika tindakannya bersifat diagnostik, maka terlebih-lebih


diperlukan penjelasan jika misalnya ada melekat suatu risiko
pada tindakan tersebut. Atau pada tindakan bedah: apabila
misalnya ada kemungkinan suatu prosedur bedah akan bisa
melukai urat syaraf yang mengontrol gerakan suatu anggota
tubuh, sehingga kemungkinan tidak bisa digerakkan lagi
sesudahnya.
TINDAKAN BEDAH

c. Contoh lain : tindakan terapi electro-shock yang bisa menimbulkan cedera yang
serius. Sifat risiko adalah penting dalam menentukan apakah pasiennya harus
diberikan informasi mengenai hal itu atau tidak.

d. Tingkat keseriusan (magnitude) dari suatu risiko berkaitan erat dengan sifat
risiko. Misalnya: hilangnya kemampuan gerak anggota tubuh, kebutaan,
amputasi atau kematian. Namun tentunya segala sesuatu ini masih harus dilihat
secaar kasuistis. Harus dilihat interaksi antara sifat dari pasien tersebut secara
individual. Sebagai contoh misalnya: suatu kemungkinan kehilangan rasa (sense)
kecil pada tangan seorang pensiunan yang melewatkan waktunya hanya dengan
menonton televisi, mungkin tidak merupakan sesuatu yang begitu serius
dirasakan, jika dibandingkan dengan tangan seorang pensiunan yang menjadi
seorang pemahat amatir atau seorang pemain biola / piano. Kemudian
besar/kecilnya presentase kemungkinan risiko itu timbul juga harus turut
dipertimbangkan pula. (Appelbaum, et al).
TINDAKAN BEDAH

17. Dengan demikian maka apa yang sekiranya dapat dibuat sebagai
pedoman secara konkrit ?
Apabila persentase kemungkinan timbulnya risiko itu sangat kecil, maka
tidak mengungkapkan hal-hal tersebut masih dapat dibenarkan. Demikian
pula apabila suatu risiko yang mungkin timbul sifatnya ringan, maka
tidak mengungkapkan juga masih dapat dibenarkan.

18. Selain itu faktor apa lagi yang harus dipertimbangkan ?


"Waktu" (bila) risiko itu kemungkinan timbul juga penting bagi pasien.
Pasien akan merasakan lebih berat tentunya, apabila sesudah operasi
risiko itu akan langsung timbul, jika dibandingkan dengan risiko yang
mungkin masih lama akan timbul atau sesudah lewat waktu tertentu tidak
akan timbul.
TINDAKAN BEDAH

19. Apakah ada semacam pegangan lain yang dapat dipakai sebagai
pedoman untuk mempertimbangkan risiko-risiko apa saja yang
harus diinformasikan ?
Ada, yaitu dengan mengadakan perbedaan antara :
a. risiko yang melekat pada tindakan medik itu (inherentrisks),
b. risiko yang tidak bisa diperkirakan sebelumnya (unexpected
risks).

20. Di antara dua macam risiko itu, yang mana yang lebih penting
dan harus diinformasikan ?
Tentunya yang termasuk golongan pertama, yaitu risiko yang
inheren pada tindakan operasi yang hendak dilakukan. Mengenai
risiko semacam inilah yang harus diberikan informasi lengkap.
TINDAKAN BEDAH

21.Bagaimana dengan risiko yang tak bisa diperkirakan


sebelumnya (unexpected risks) ?
Golongan ini apalagi yang persentase timbulnya kecil - tidak
wajib diinformasikan.

22. Apa dasar pertimbangannya ?


Jika semua atau segala kemungkinan-kemungkinan risiko itu
harus diterangkan --padahal timbulnya masih belum tentu--
maka penjelasan yang terlampau rinci ini bahkan bisa
menimbulkan ketakutan yang tidak perlu kepada pasien,
sehingga bisa menggagalkan pemberian terapi yang
dibutuhkan.
TINDAKAN BEDAH

23. Operasi, padahal suatu tindakan operasi "melukai" tubuh


pasiennya ?
Berdasarkan Persetujuan Tindakan Medik yang diberikan oleh
pasien, Tindakan dokter bedah itu tujuannya adalah untuk
menyembuhkan pasien dan bukan menganiaya
(be-handeling dan bukan mis-handeling: Leenen)

24.Apa ada dasar pembenaran lain (rechtsvaardigingsgrond) ?


Ada, yaitu dari sudut ilmu hukum tindakan dokter bedah
secara materiil tidak termasuk pelanggaran hukum (materieel
niet wederrechtelijk).
TINDAKAN BEDAH

25. Secara yuridis suatu tindakan medik (operasi) yang


dilakukan tanpa izin melanggar peraturan hukum apa ?
Suatu tindakan operasi secara yuridis memenuhi perumusan Kitab Undang-
undang Hukum Pidana pasal 351 tentang Peng-aniayaan. Pula bisa dituntut
ganti kerugian berdasarkan Kitab Undang-undang Hukum Perdata pasal 1365
(Leenen, 145).

26. Bagaimana hukumnya di negara lain ?


Ternyata juga sama seperti di Indonesia, karena bisa dipersalahkan melanggar:
Hukum Pidana
Negara Belanda : mishandeling, aanranding,
Anglo Saxon : assault and battery, tresspass.
Hukum Perdata
Negara Belanda : onrechtmatige daad
Anglo Saxon : tort, civil wrong
TINDAKAN BEDAH

27. Bagaimana dengan pemberian anestesi, apakah tidak harus


dimintakan persetujuan lebih dahulu ?
Secara yuridis pemberian anestesi juga harus meminta
persetujuan pasien terlebih dahulu.

28.Apa dasar alasannya ?


Karena membuat seseorang menjadi berada di dalam keadaan
tidak sadar (pingsan) atau tidak berdaya oleh hukum
disamakan dengan melakukan kekerasan (Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana pasal 89).
TINDAKAN BEDAH

29.Mengapa demikian ?
Tindakan pemberian anestesi juga membuat pasien dalam keadaan tidak
sadar, sehingga juga harus dimintakan persetujuan pasien. Kalau tidak
ada persetujuannya, dapat dianggap melanggar pasal hukum pidana
tersebut. Selain itu pada setiap tindakan medik-termasuk juga pemberian
anestesi - ada melekat risiko yang kadang-kadang bisa membawa akibat
fatal. Ingat saja misalnya kasus-kasus anafilaktik shock, hipoksia,
serangan jantung, dan sebagainya.

30. Dewasa ini bagaimana di dalam prakteknya dilakukan di rumah


sakit - rumah sakit mengenai pemberian anestesi ?
Biasanya izin untuk pemberian anestesi dianggap sudah termasuk
(inklusif) di dalam persetujuan pasien untuk tindakan operasi.
TINDAKAN BEDAH

31. Apa tidak ada cara lain yang lebih baik dan secara yuridis
tidak menyalahi peraturan hukum ?
Lebih baik : Dokter spesialis anestesi sebelumnya juga datang
memeriksa pasien yang hendak dibedah dan ia juga harus
sendiri memberikan informasi langsung kepada pasien dan
sekaligus minta persetujuannya.

32. Bagaimana dengan formalitas penanda tanganannya ?


Apakah harus dibuatkan formulir terpisah ?
Tidak usah. Tanda-tangannya bisa sekaligus pada formulir
Persetujuan Tindakan Operasi.
TINDAKAN BEDAH

33. Sesudah dokter bedah dan dokter spesialis anestesi


memberikan informasi, apa lagi yang harus dilakukan ?
Minta pasien menanda-tangani formulir Persetujuan
Tindakan Operasi (dengan atau tanpa saksi).

34. Bagaimana jika pasien menolak untuk dibedah, namun


penolakan ini bisa membawa akibat fatal bagi pasiennya ?
Dokter sebaiknya menekankan lagi urgensinya operasi
tersebut dan jelaskan sekali lagi risiko-risiko yang bisa
timbul akibat pembatalan ini.
TINDAKAN BEDAH

35. Bagaimana jika pasien tetap menolak, sedangkan hal ini akan
membawa akibat fatal bagi pasiennya ?
Minta pasien menanda-tangani formulir Surat Penolakan Tindakan Medik
(Bedah). Lihat Contoh Surat Penolakan.

36. Jika sudah ada Surat Persetujuan Medik (Bedah), apakah ini
berarti bahwa dokter itu akan bebas dari segala tuntutan hukum?
Tidak demikian halnya.
Surat tersebut hanya merupakan suatu bukti bahwa sudah ada persetujuan
dari pasien untuk melakukan operasi. Karena melakukan pembedahan tanpa
izin pasien dapat dipersalahkan telah melanggar hukum, kecuali dalam
keadaan emergensi. Walaupun pasien sudah menanda-tangani surat tersebut
apabila terdapat unsur kelalaian (negligence) pada pihak dokter, pasien masih
tetap dapat menuntut dokternya.
TINDAKAN BEDAH

37. Operasi. Permasalahan apa yang bisa timbul ?


Apabila pasien memang sudah diberikan informasi oleh
dokter dan sudah dimengertinya, maka hal ini tidak
menimbulkan persoalan. Karena pengurusan tanda-tangan
pasien hanya merupakan kelanjutan atau suatu penegasan
secara tertulis tentang apa yang sudah disetujui.

38. Bagaimana jika ternyata dokternya belum memberikan


informasi?
Perawat yang mengetahuinya harus segera menunda
pelaksanaan permintaan tanda-tangan pasien.
TINDAKAN BEDAH

39. Apa yang selanjutnya harus dilakukan oleh perawat itu ?


Segera menghubungi dokternya dan menjelaskan masalah
informasi yang belum diberikan kepada pasien.

40. Bagaimana jika pasien kemudian menanyakan kepada


perawat mengenai tindakan bedah dan risikonya ?
Perawat itu harus menolak memberi jawaban dan
mengatakan bahwa ia tidak berwenang untuk memberi
jawabannya dan akan meneruskan kepada dokternya.
TINDAKAN BEDAH

41. Apakah tanggungjawab untuk memperoleh informed consent


tidak dapat didelegasikan kepada perawat ?
Tidak, tidak dapat. Karena jika ada suatu tuntutan, maka
tang-gungjawabnya adalah tetap pada dokternya. Kewajiban
ini tidak dapat dialihkan kepada perawat atau rumah sakit.
Hubungan terapeutik antara dokter-pasien adalah satu
lawan satu.

42. Beri sedikit penjelasan ?


Hubungan terapeutik adalah hubungan pribadi antara dokter
dan pasiennya, di mana harus ada dialog terbuka dan temu
pikiran antara dokter dan pasiennya.
TINDAKAN BEDAH

43. Apa ada alasan lain ?


Ada, yaitu harus diadakan perbedaan antara : bidang pengobatan
(medical care) dan bidang perawatan (nursing care). Memberikan
informasi mengenai suatu tindakan medik (operasi) termasuk medical
care yang hanya dapat dilakukan oleh dokternya sendiri.

44. Bagaimana jika ada perawat yang berpengalaman yang mampu


memberi penjelasan tentang tindakan operasi tersebut ?
Tetapi tidak boleh. Karena bukan wewenangnya dan di samping itu
perawat itu bisa terkena tuntutan jika ada kesalahan atau kekurangan
dalam pemberian informasi dan dapat dipersalahkan karena mencampuri
urusan di dalam hubungan dokter-pasien. Selain itu dokternya sendiri pun
tetap bertanggungjawab atas tindakan perawat tersebut.
TINDAKAN BEDAH

45. Siapa yang harus membuktikan bahwa dokter tidak


memberi penjelasan (non-disclosure) kepada pasien ?
Secara teknis merupakan beban pasien untuk membuktikan
bahwa dokternya telah tidak menjelaskan kepada pasien.
Sang dokter tentunya bisa mengajukan bantahannya.
TINDAKAN BEDAH

46. Apakah ada pengecualian terhadap keharusan


pemberian informasi kepada pasien ?
Ya, ada 2 (dua) pengecualian, yaitu :
Didalam keadaan gawat darurat (emergency) di mana
sang dokter harus segera bertindak untuk menyelamatkan
jiwa. (Peraturan Menteri Kesehatan No. 585/1992 pasal 11.
Lihat Bab X yurisprudensi kasus No. 24 : Crouch v.
Most).
Keadaan emosi pasien yang sangat labil, sehingga ia tidak
dapat menghadapi situasi dirinya (Lihat Bab X
Yurisprudensi No. 7: Nishi v. Hartwell).
TINDAKAN BEDAH

47. Bagaimana dengan rumah sakit. Apakah rumah sakit ikut


bertanggungjawab di dalam perolehan informed consent ?
Pada prinsipnya, tidak !

48. Mengapa tidak ?


Karena masalah informed consent itu adalah bermuara
kepada hubungan therapeutik antara pasien dan dokternya
secara pribadi.
TINDAKAN BEDAH

49. Dengan demikian, siap yang bertanggungjawab perihal


informed consent ?
Yang bertanggungjawab adalah Dokter yang melakukan
tindakan medik tersebut

50. Apakah sudah ada yurisprudensinya ?


Ada, yaitu "Petriello v. Kalman" 1990 (Lihat Bab X No. 36)
TINDAKAN BEDAH

51. Apa yang diputuskan oleh pengadilan ?


Bahwa Pengadilan membebankan kewajiban dan tanggung jawab hukum
yang menyangkut Informed Consent kepada dokternya secara pribadi,
tidak kepada rumah sakit.

52.Dengan demikian, apa peran apa saja sebuah rumah sakit dalam
kaitan informed consent ?
Rumah sakit hanya menyediakan formulir-formulir yang dibutuhkan.

52. Selain itu apa lagi ?


Pada umumnya ada kebijakan rumah sakit untuk menugaskan kepada
perawat untuk mengecek kelengkapan formulir tersebut. Namun
pengechekan itu tidak berarti pengalihan tanggungjawab dan kewajiban.
TINDAKAN BEDAH

53. Apakah pemberian informasi itu dapat didelegasikan kepada lain


orang ?
Pada prinsipnya tidak, karena pemberian informasi tersebut adalah
suatu kewajiban pribadi (non-delegable duty) dari dokter yang akan
melakukan tindakan medik tersebut, sehingga tanggungjawabnya tidak
dapat didelegasikan kepada lain orang.

54. Apakah ada pendapat lain ?


Ada, yaitu dari GMC guidance di Inggris yang menyatakan bahwa
tugas meminta consent boleh didelegasikan kepada dokter lain, asalkan
dokter tersebut sudah memperoleh pendidikan cukup dan sudah
berkwalifikasi untuk melakukannya. Teristimewa mereka harus
mempunyai pengetahuan cukup tentang penelitian atau tindakan medik
yang akan dilakukan. Mengerti risiko-risiko yang berkaitan, sehingga
bisa memberikan segala keterangan yang dibutuhkan pasien.
TINDAKAN BEDAH

55. Bagaimana jika pendelegasian itu tidak sampurna (inappropriate


delegation), misalnya apabila dokter yang didelegasikan untuk minta
consent itu tidak cukup pengetahuannya tentang prosedur tersebut ?
Hal ini berarti bahwa consent yang diberikan itu tidak sah (not
valid).

56. Apa komplikasinya yang timbul ?


Bahwa jika dilakukan di negara kita, mungkin akan timbul masalah
dalam segi hukumnya : siapa yang bertanggungjawab. Lagipula
kebiasaan-kebiasaan, situasi dan kondisi di sana mungkin berlainan,
sehingga pendelegasian itu tidak sampai menimbulkan masalah
hukum.
TINDAKAN BEDAH

57.Bagaimana dengan tenaga kesehatan lain, seperti perawat


atau asisten medik, apakah pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan oleh pasien sekitar tindakan medik itu boleh dijawab
oleh mereka ?
Tidak. Perawat atau asisten medik tidak dibenarkan untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pasien
mengenai hal tersebut.

58.Bagaimana dengan tindakan anestesi, apakah juga harus


dimintakan Informed Consent terpisah dan secara tertulis ?
Tidak, tidak perlu untuk membuat Informed Consent khusus
terpisah dan secara tertulis.
TINDAKAN BEDAH

59. Bagaimana dengan tindakan anestesi yang dilakukan di luar


negeri?
Juga demikian halnya.

60. Apakah ada contoh literature yang dapat dipakai sebagai


pedoman ?
Ada, dari Association of Anaesthetist of Great Britain and
Ireland yang telah membuat suatu Pedoman (guidelines).
TINDAKAN BEDAH

61. Apa bunyi Pedoman tersebut ?


Pedoman itu tidak mewajibkan para anaesthetis untuk
meminta Informed Consent terpisah, tetapi menganjurkan
mereka untuk membuat catatan apa yang telah didiskusikan
dan disetujui oleh pasiennya, termasuk juga risiko-risiko yang
mungkin bisa timbul. Pedoman itu juga tidak menunjang
pemikiran ke arah pembuatan suatu "check-list" dari risiko-
risiko yang mungkin timbul dan berpendirian bahwa para
anaesthetist itu harus mengemukakan pendapat klinisnya
sendiri dalam mendiskusikan risiko-risiko tersenut.
TINDAKAN BEDAH

62. Mengapa demikian ?


Karena keadaan setiap pasien berbeda-beda
(umur, tingkat seriusnya penyakit, daya tahan
tubuh, ada tidaknya komplikasi atau penyakit
lain (tekanan darah tinggi, diabetes, paru-paru,
jantung, dan Iain-Iain). Tegasnya : yang sama
adalah penyakitnya yang hendak diatasi, tetapi
harus diperhitungkan juga keadaan yang
berlainan dari pasien.
TINDAKAN BEDAH

63. Lantas apa kewajiban lain dari dokter anestesiolog ?


Sehari sebelum dilakukan operasi dan pembiusan
anestesiologj itu harus memeriksa pasiennya dan
mengajukan pertanyaan:
Apakah ia sudah pernah dilakukan operasi dan jika sudah,
operasi apa ?
Apakah pasien ada alergi tershadap obat tertentu, dan
sebagainya.
Memantau perkembangan pasien sesudah operasi.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai