Anda di halaman 1dari 63

m Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

putusan.mahkamahagung.go.id

a P U T U S AN

Nomor 474/Pdt.G/2017/PN Jkt Tim

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Pengadilan Negeri Jakarta Timur yang memeriksa dan memutus


perkara-perkara perdata pada peradilan tingkat pertama telah menjatuhkan
putusan sebagai berikut dalam perkara antara :

PT BALUBAID IKHWAN, suatu badan hukum yang didirikan berdasarkan


hukum Negara Republik Indonesia, beralamat di Wisma Balubaid Jln.
Otista No.111 RT.02 RW.01 Kel. Cipinang-Cempedak Kec. Jatinegara,
Jakarta Timur, yang dalam hal ini diwakili oleh Amin Ahmad Balbaid,
dalam kapasitasnya sebagai Direktur dari PT BALUBAID IKHWAN, dalam
hal ini diwakili oleh Kuasa Hukumnya Ali Imron S.H.I. Advokat dari kantor
hukum BP Lawyers, Counselors at Law, beralamat di Legalo, 18
Office Park,
#10th Floor Lot A Jl. TB Simatupang No.18, Pasar Minggu, Jakarta
Selatan-12520. Berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 22
November 2017 selanjutnya disebut
sebagai ................................................... PENGGUGAT;

Lawan

PT AZZAHRA TOUR AND TRAVEL, suatu badan hukum yang didirikan


berdasarkan hukum Negara Republik Indonesia, yang terakhir kali diketahui
beralamat di Jl. Pesona Blok A No: 3 Kalisari Pasar Rebo Jakarta Timur 13790,
selanjutnya disebut sebagai ........................................... TERGUGAT;

Pengadilan Negeri tersebut;


Setelah membaca berkas perkara;
Setelah mendengar para pihak yang berperkara;
Setelah memperhatikan bukti-bukti surat dan keterangan saksi ;

TENTANG DUDUK PERKARA

Menimbang, bahwa Penggugat dengan gugatannya tanggal 4


Desember 2017 yang didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri jakarta
Timur pada tanggal 4 Desember 2017 dan dicatat dalam register perkara
perdata gugatan Nomor : 474/Pdt.G/2017/PN Jkt Tim, telah mengajukan
gugatan terhadap Tergugat yang pada pokoknya adalah sebagai berikut:

Halaman 1 dari 63 Putusan Perdata Gugatan Nomor 474./Pdt.G/2017/PN Jkt Tim.

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1
m Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

a A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

1. PENGGUGAT merupakan suatu perseroan terbatas yang


didirikan berdasarkan hukum Negara Republik Indonesia yang bergerak
dalam bidang usaha Biro Perjalanan Wisata dan memiliki izin sebagai
Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (“PPIU”) dengan Nomor
Registrasi : 285/2017;

2. Selain memiliki izin PPIU, PENGGUGAT juga bertindak sebagai


provider visa umroh untuk keperluan penyelenggaraan program ibadah
umroh;
3. PENGGUGAT merupakan pihak yang beritikad baik dalam
menjalankan usaha sebagaimana izin yang telah diberikan oleh negara
kepada PENGGUGAT oleh karena itu PENGGUGAT berusaha
semaksimal mungkin untuk mengemban tugas tersebut dengan penuh
tanggung jawab dan tentunya akan mentaati peraturan yang berlaku;
4. Permasalahan yang PENGGUGAT hadapi saat ini bermula dari
kerjasama antara PENGGUGAT selaku provider visa umroh dengan
TERGUGAT selaku perusahaan menjalankan usaha dalam bidang
Penyelenggaraan Ibadah umrah dan haji;
5. Karena TERGUGAT belum memiliki PPIU dan tidak bertindak
sebagai provider visa, kemudian TERGUGAT mengajukan permohonan
untuk pengurusan visa kepada PENGGUGAT;
6. Pada bulan Juni 2017 TERGUGAT telah mengajukan
permohonan pengurusan visa sebanyak 80 (delapan puluh) jemaah
umroh kepada PENGGUGAT melalui telepon. Kemudian ditindaklanjuti
oleh TERGUGAT dengan mengirimkan email kepada PENGGUGAT,
sebagaimana dituangkan dalam manifest Azzahra Tour & Travel Group
Tanggal 11 Juni 2017 selanjutnya disebut dengan “Permohonan Visa”.
(Bukti P-1);
7. Dalam Permohonan visa tersebut, TERGUGAT mengirimkan
data dan identitas jemaah yang akan diurus visa nya oleh PENGGUGAT.
Kemudian PENGGUGAT melakukan pengurusan visa tersebut sampai
selesai, hingga pada akhirnya beberapa jemaah tersebut dapat
diberangkatkan ke Arab Saudi untuk menjalankan program ibadah
umroh;

Halaman 2 dari 63 Putusan Perdata Gugatan Nomor 474./Pdt.G/2017/PN Jkt Tim.


m Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

a 8. Namun setelah diberangkatkan menggunakan provider visa


atas nama PENGGUGAT, terdapat permasalahan yang ditimbulkan oleh
jemaah TERGUGAT. Hal mana permasalahan tersebut antara lain
sempat terjadi penahanan paspor lima jemaah TERGUGAT karena
TERGUGAT belum membayar sewa hotel dan permasalahan lima
jemaah TERGUGAT yang tidak kembali ke Indonesia, setelah program
umroh selesai;
9. Permasalahan yang serius dihadapi adalah terkait lima jemaah
TERGUGAT yang tidak kembali ke Indonesia telah mengakibatkan
kerugian bagi PENGGUGAT. Terkait permasalahan tersebut,
TERGUGAT telah menyatakan akan bertanggung jawab untuk
menyelesaikan permasalahan dan menanggung semua kerugian yang
terjadi (Bukti P-2);
10. Kemudian PENGGUGAT dengan penuh itikad baik, meminta
kepada TERGUGAT untuk melaksanakan tanggung jawab akibat
perbuatannya sebagaimana tertuang dalam pernyataan kesediaan
bertanggung jawab dimaksud. Namun, faktanya TERGUGAT
mengingkari pernyataan kesediaan untuk bertanggung jawab dan
hingga gugatan ini diajukan TERGUGAT tetap menyangkal untuk tidak
mau bertanggung jawab.

KRONOLOGIS PERKARA

PENGGUGAT akan menguraikan kronologis lengkap permasalahan yang


terjadi sebagaimana akan diuraikan di bawah ini:

11. Pada bulan Juni 2017 TERGUGAT telah mengajukan


permohonan pengurusan visa sebanyak 80 (delapan puluh) jemaah
Umroh kepada PENGGUGAT sebagaimana dituangkan dalam manifest
Azzahra Tour & Travel Group 11 Juni 2017 selanjutnya disebut dengan
“Permohonan Visa”. (Bukti P-1 );
12. Berdasarkan Permohonan Visa tersebut, PENGGUGAT
melakukan pengurusan visa untuk beberapa jemaah Umroh
TERGUGAT. Setelah visa tersebut selesai diurus oleh PENGGUGAT,
kemudian beberapa jemaah TERGUGAT dapat diberangkatkan Ke Arab
Saudi untuk menjalankan program ibadah umroh;
13. Pada 1 Juli 2017, PENGGUGAT mendapat laporan dari
Muasasah Shagadif. Muasasah Shagadif merupakan rekanan operator
umroh PENGGUGAT yang merupakan badan atau Yayasan yang
ditugaskan

Halaman 3 dari 63 Putusan Perdata Gugatan Nomor 474./Pdt.G/2017/PN Jkt Tim.


m Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

a untuk menerbitkan paspor oleh Kementerian Luar Negeri Arab Saudi.


Selain itu, PENGGUGAT juga mendapatkan laporan dari Direktorat
Jenderal Pembinaan Haji dan Umroh Kementerian Agama Republik
Indonesia, yang pada pokoknya menyatakan 5 (lima) orang jemaah
dari sebanyak 14 (empat belas) jemaah umroh TERGUGAT, yang
menggunakan pengurusan visa PENGGUGAT, yaitu;
a. AGUSTINA DARMIATI;
b. WINDA ANDALUSSIANI;
c. NURTJAHJANI TITI PURWANINGRUM;
d. NIEK PERWIN;
e. ECIK KURAESIN.
Paspornya sempat ditahan oleh pihak hotel Thawarat Andaloesia
Makkah karena TERGUGAT memiliki tagihan yang belum dibayar
kepada pihak hotel Thawarat Andaloesia sebesar 60.000 Riyal (enam
puluh ribu Riyal). (Bukti P-3);
14. Atas Laporan tersebut, PENGGUGAT selanjutnya melakukan
konfirmasi kepada TERGUGAT terkait permasalahan penahanan
paspor jemaah TERGUGAT tersebut di hotel Thawarat Andaloesia.
Selanjutnya, TERGUGAT segera menyelesaikan pembayaran atas
tagihan hotel Thawarat Andaloesia tersebut;
15. Setelah pembayaran diselesaikan, paspor 5 (lima) jemaah yang
ditahan oleh hotel Thawarat Andaloesia dikembalikan dan kemudian
pada 9 Juli 2017, TERGUGAT memulangkan ke-5 (kelima) jemaah
tersebut ke Indonesia;
16. Peristiwa penahanan paspor kelima jemaah tersebut, jelas
sangat merugikan dan telah mencoreng nama PENGGUGAT karena
karena paspor tersebut dikeluarkan atas permintaan pengurusan yang
dilakukan oleh TERGUGAT;
17. Selain permasalahan penahanan paspor jemaah oleh pihak
hotel Thawarat Andaloesia tersebut, pada 6 Juli 2017 terjadi juga
permasalahan lain yang lebih serius terhadap jemaah umrah
TERGUGAT, dimana PENGGUGAT kembali mendapat teguran dari
Muasasah Shagadif dikarenakan 5 (lima) jemaah TERGUGAT yang
mengurus dan menggunakan visa dari Penggugat, yaitu:

a. ZAINUL MUJAHIDIN MASRI;

Halaman 4 dari 63 Putusan Perdata Gugatan Nomor 474./Pdt.G/2017/PN Jkt Tim.


m Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

a b. MADING BUTAK MUDAH;


c. MUAWANAH AFANDI ALI;
d. BAIQ SURIYANI MAHMUD AKBAR;
e. NURHASANAH BT SAPII.
5 orang tersebut, telah tinggal di Arab Saudi melebihi dari masa
program umrah (overstay). Kelima jemaah umroh TERGUGAT tersebut
masuk ke Arab Saudi pada 18 Juni 2017 dan hingga gugatan ini
diajukan masih belum keluar dari Arab Saudi dan tidak diketahui
keberadaannya (selanjutnya disebut “Permasalahan Overstay”).
(Bukti P- 4);
18. Atas permasalahan overstay tersebut, PENGGUGAT
mendapatkan Surat Teguran Muasasah Shagadif. Surat Muasasah
Shagadif memperingatkan PENGGUGAT untuk membayar denda dan
memberikan waktu kepada PENGGUGAT hingga 20 Agustus 2017
untuk membayarkan denda yang timbul dari Permasalahan Overstay
tersebut sebesar 25.000 riyal (dua puluh lima ribu riyal) per jemaah.
Apabila hingga tanggal 20 Agustus 2017 tersebut tidak dapat
membayarkan denda, maka pihak Muasasah Shagadif akan
mencairkan Bank Garansi milik PENGGUGAT;
19. Dikarenakan jemaah tersebut merupakan jemaah TERGUGAT,
maka seharusnya pihak yang bertangung jawab adalah TERGUGAT.
Namun dalam hal ini justru PENGGUGAT harus menanggung akibat
dari Perbuatan yang dilakukan oleh TERUGAT;
20. Menindaklanjuti teguran Muasasah Shagadif, sebagai bentuk
itikad baik dari PENGGUGAT untuk menyelesaikan permasalahan
secara musyawarah, maka pada tanggal 6 Juli 2017 PENGGUGAT
langsung menyampaikan permasalahan overstay tersebut kepada
TERGUGAT. Selanjutnya, TERGUGAT meminta waktu untuk
menyelesaikan Permasalahan overstay ini;
21. Tindak lanjut dari penyelesaian Permasalahan overstay ini,
PENGGUGAT dan TERGUGAT sepakat untuk melakukan pertemuan
pada 13 Juli 2017. Dalam pertemuan tersebut dihadiri oleh:
a. Abdul Malik Mansi Banjar sebagai perwakilan TERGUGAT;
b. Labiib sebagai perwakilan PENGGUGAT.

Halaman 5 dari 63 Putusan Perdata Gugatan Nomor 474./Pdt.G/2017/PN Jkt Tim.


m Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

a 22. Hasil dari pertemuan tersebut, TERGUGAT menyadari dan


mengakui dengan tegas kesalahannya dan bersedia bertanggung
jawab untuk mengganti segala kerugian yang timbul atas permasalahan
overstay. Tanpa ada paksaan, TERGUGAT kemudian membuat Surat
Pernyataan tertanggal 13 Juli 2017 yang pada pokoknya menyatakan:
a. TERGUGAT mengakui dan membenarkan bahwa ke-5 (kelima)
jemaah yang namanya tersebut di bawah ini:
a. ZAINUL MUJAHIDIN MASRI;
b. MADING BUTAK MUDAH;
c. MUAWANAH AFANDI ALI;
d. BAIQ SURIYANI MAHMUD AKBAR;
e. NURHASANAH BT SAPII.
Merupan jemaah TERGUGAT. Hingga sampai saat ini belum
kembali dari Arab Saudi dan sudah melebihi hari di program umroh.
Akibat masalah yang timbul termasuk kerugian berupa denda dari
muasasah shagadif sepenuhnya tanggung jawab Azzahra (Bukti P-
2);
23. Hingga tiba waktu yang telah disepakati, TERGUGAT sama
sekali tidak menindaklanjuti rencana pertemuan tersebut dan terkesan
menghindari PENGGUGAT. Pada akhirnya PENGGUGAT
berkesimpulan bahwa TERGUGAT memiliki itikad tidak baik karena
tidak mau menyelesaikan permasalahan secara musyawarah dan
berniat menghindari tanggung jawab atas kesalahannya;
24. Kemudian, dengan penuh itikad baik PENGGUGAT kembali
mengingatkan TERGUGAT dengan mengirimkan Surat Teguran I
melalui kuasa hukumnya pada 9 Agustus 2017. Isi dari Surat Teguran I
tersebut pada pokoknya meminta TERGUGAT untuk dapat
menyelesaikan permasalahan tersebut dengan membayar denda atas
kelima jemaah yang overstay. Namun, TERGUGAT sama sekali tidak
menanggapi Surat Teguran I tersebut. (Bukti P-5);
25. Selanjutnya, sampai lewat batas waktu yang telah ditetapkan
oleh Muasasah Shagadif yaitu 20 Agustus 2017, TERGUGAT tidak
kunjung menyelesaikan Permasalahan Overstay sebagaimana tertuang
pada Surat Pernyataan tertanggal 13 Juli 2017;

Halaman 6 dari 63 Putusan Perdata Gugatan Nomor 474./Pdt.G/2017/PN Jkt Tim.


m Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

a 26. Kemudian menindaklanjuti kondisi tersebut, pada 21 Agustus


2017 PENGGUGAT melalui kuasa hukumnya kembali mengirimkan
Teguran II kepada TERGUGAT dengan harapan ada jalan keluar untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut, namun faktanya sekali lagi
tidak ada tanggapan sama sekali dari TERGUGAT. (Bukti P- 6);
27. Selain mengirimkan somasi II, PENGGUGAT juga
mengupayakan penyelesaian melalui Kementrian Agama Republik
Indonesia, dengan mengirimkan surat No.Ref: 196/BPL/SLN/IX/2017,
tertanggal 15 September 2017 kepada Direktur Jenderal Pembinaan
Haji dan Umroh Kementerian Agama Republik Indonesia dengan
harapan ada bantuan penyelesaian mengenai permasalahan overstay.
(Bukti P- 7);
28. Kemudian PENGGUGAT juga mengirimkan kembali Teguran ke
III pada 18 September 2017, namun sama sekali tidak ada tanggapan
mengenai penyelesaian permasalahan dari TERGUGAT. Hingga pada
akhirnya, pada 3 Oktober 2017 TERGUGAT mengirimkan
pemberitahuan melalui kuasa hukumnya yang pada pokoknya hanya
menyampaikan penunjukan kuasa hukum dan meminta waktu untuk
dapat membalas surat yang PENGGUGAT kirimkan. (Bukti P- 8);
29. Pada 10 Oktober 2017, Direktur Jenderal Pembinaan Haji dan
Umroh Kementerian Agama Republik (“Dirjen Pembinaan Haji dan
Umroh”) Indonesia memanggil PENGGUGAT untuk dimintai
keterangan mengenai permasalahan overstay. PENGGUGAT telah
menyampaikan seluruh permasalahan tersebut dan Dirjen Pembinaan
Haji dan Umroh menyampaikan akan memanggil TERGUGAT karena
overstay jemaah merupakan masalah serius;
30. Sekian lama PENGGUGAT menunggu itikad baik dari
TERGUGAT, namun faktanya TERGUGAT sama sekali tidak memberi
respon apapun. PENGGUGAT berkesimpulan terhadap perbuatan
melawan hukum yang dilakukan oleh TERGUGAT, harus diselesaikan
melalui proses Peradilan;
FAKTA HUKUM

PERBUATAN MELAWAN HUKUM (ONRECHTMATIGE DAAD) TERGUGAT

Halaman 7 dari 63 Putusan Perdata Gugatan Nomor 474./Pdt.G/2017/PN Jkt Tim.


m Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

a 31. Sebagai penyelenggara program ibadah umroh, TERGUGAT


memiliki kewajiban untuk mendata, mengawasi dan memastikan bahwa
jemaahnya datang dan pulang sesuai dengan visa yang telah diberikan
dan jadwal penerbangan pulang yang telah dijadwalkan;
32. Lebih jauh, terhadap persoalan overstay jemaah tersebut,
TERGUGAT tidak melakukan upaya nyata atau upaya penyelesaian
Permasalahan overstay terhadap jemaah umroh yang menjadi
tanggung jawabnya. Hal ini telah mendatangkan kerugian yang besar
bagi PENGGUGAT baik secara materiil maupun immateriil;
33. Dalam Hukum Perdata tindakan TERGUGAT tersebut termasuk
dalam kategori Perbuatan Melawan Hukum (PMH) atau onrechtmatige
daad sebagaimana diatur dalam Pasal 1365 jo. Pasal 1366 Kitab
Undang- Undang Hukum Perdata (“KUHPerdata”);
34. Adapun yang dimaksud dengan tindakan perbuatan melawan
hukum dalam Pasal 1365 KUHPerdata yaitu sebagai berikut:
“Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian
kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya
menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.”
35. Lebih lanjut mengenai pengertian perbuatan melawan hukum
sejak 1919 pasca adanya Putusan Mahkamah Agung Belanda dalam
kasus Arrest Cohen-Lindenbaum (H.R. tertanggal 31 Januari 1919),
pengertian perbuatan melawan hukum telah mengalami perluasan atau
tidak hanya terbatas pada Undang-Undang (hukum tertulis) tapi juga
hukum tidak tertulis, yaitu:
a. Perbuatan yang melanggar undang-undang yang berlaku;
b. Yang melanggar hak orang lain yang dijamin oleh hukum si pelaku;
c. Perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku;
d. Perbuatan yang bertentangan dengan kesusilaan (geode zeden);
e. Perbuatan yang bertentangan dengan sikap yang baik dalam
bermasyarakat untuk memperhatikan kepentingan orang lain
(indruist tegen de zorgvuldigheid, welke in het maatschappelijk
verkeer betaamt ten aanzein van ander person of goed)
36. Di samping itu, menurut Prof. Dr. Rosa Agustina, S.H., M.H.,
dalam buku yang berjudul Perbuatan Melawan Hukum yang diterbitkan
oleh Pasca Sarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia (2003), hal.
117,

Halaman 8 dari 63 Putusan Perdata Gugatan Nomor 474./Pdt.G/2017/PN Jkt Tim.


m Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

a dalam menentukan suatu perbuatan dapat dikualifisir sebagai melawan


hukum, diperlukan 4 (empat) syarat:
1) Bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku
2) Bertentang dengan hak subjektif orang lain
3) Bertentangan dengan kesusilaan
4) Bertentang dengan kepatutan, ketelitian, dan kehati-hatian
37. Dengan demikian tindakan dan perbuatan TERGUGAT terbukti
telah melakukan perbuatan melawan hukum berupa:
A. Tidak memenuhi keawjibannya sebagai penyelenggara umroh
yang baik. Karena tidak melakukan pengawasan, pendataan dan
memastikan 5 (lima) orang jemaah untuk pulang sesuai jadwal dan
keberlakukan visa.
B. Melanggar komitmennya untuk melaksanakan isi surat
pernyataan tertanggal 13 Juli 2017 untuk menyelesaikan seluruh
persoalan yang timbul dan bertanggung jawab atas semua kerugian
yang dialami oleh PENGGUGAT.
C. Tidak membayar ganti kerugian kepada PENGGUGAT berupa
denda atas overstay 5 (lima) jemaah sebesar 125.000 riyal untuk 5
(lima) orang jemaah tersebut.
Dengan demikian, perbuatan TERGUGAT tersebut adalah jelas suatu
perbuatan melawan hukum dan telah melanggar hak PENGGUGAT
serta merugikan PENGGUGAT. Padahal PENGGUGAT telah
mengingatkan TERGUGAT untuk melaksanakan kewajibannya dengan
mengirimkan Surat Somasi I , II, dan III serta upaya penyelesaian
melalui Direktorat Jenderal Pembinaan Haji dan Umroh Kementerian
Agama Republik Indonesia. Namun Tergugat tetap tidak melakukan
upaya penyelesaian apapun atas Permasalahan overstay jemaah
umroh TERGUGAT tersebut;
38. Sehingga atas tindakan TERGUGAT tersebut, Penggugat
akhirnya dikenakan denda oleh Muasasah Shagadif tersebut sebesar
25.000 riyal (dua puluh lima ribu riyal) per jemaah atau dengan
jumlah total 125.000 riyal atau jika dikonversikan ke rupiah
sebesar Rp. 451.242.608 (empat ratus lima puluh satu juta dua
ratus empat puluh dua ribu enam ratus delapan rupiah) atas
teguran visa melebihi waktu (overstay) dari jemaah umroh TERGUGAT
tersebut;

Halaman 9 dari 63 Putusan Perdata Gugatan Nomor 474./Pdt.G/2017/PN Jkt Tim.


m Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

a 39. Dalam Pasal 1366 KUHPerdata dinyatakan sebagai berikut:


“Setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian yang
disebabkan perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang
disebabkan kelalaian atau kurang hati-hatinya.”
40. Dengan demikian timbulnya denda dari Muasasah Shagadif sebesar
125.000 riyal atau jika dikonversikan ke rupiah sebesar Rp.
451.242.608 (empat ratus lima puluh satu juta dua ratus empat
puluh dua ribu enam ratus delapan rupiah) kepada PENGGUGAT
akibat permasalahan overstay yang ditimbulkan oleh jemaah umroh
TERGUGAT telah menimbulkan kerugian nyata bagi PENGGUGAT;
41. Mengingat TERGUGAT sampai saat ini terbukti telah melakukan
perbuatan melawan hukum terhadap PENGGUGAT yang mana telah
membawa kerugian materiil dan immateriil yang nyata terhadap
PENGGUGAT. Agar TERGUGAT dapat memberikan pemenuhan dan
pemulihan kerugian yang dialami PENGGUGAT maka menurut
PENGGUGAT diperlukan tindakan penyitaan terhadap kantor
TERGUGAT yang beralamat di Jalan Pesona Kalisari, Blok A, No. 3,
Kalisari - Pasar Rebo, RT.7/RW.1, Kalisari, Jakarta, RT.7/RW.1,
Kalisari, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13790
sebagai sita jaminan.
42. Selain kerugian materil di atas, PENGGUGAT juga mengalami
kerugian Immateriil baik berupa kerugian terhadap waktu tenaga dan
biaya untuk menyelesaikan masalah tersebut. PENGGUGAT terpaksa
harus “bolak- balik” melakukan komunikasi dengan pihak-pihak yang
terkait, serta melakukan pertemuan-pertemuan di tempat TERGUGAT
maupun di Direktorat Jenderal Pembinaan Haji dan Umroh pada
Kementrian Agama Republik Indonesia, sehingga PENGGUGAT sudah
banyak mengeluarkan biaya-biaya lainnya akibat adanya permasalahan
ini. Sebagai upaya penyelesaian permasalahan yang telah dilakukan
sebelum diajukannya permohonan ini. Hal ini dilakukan untuk menjaga
nama baik dan reputasi PENGGUGAT sebagai provider visa umroh.
Sehingga apabila diperhitungkan kerugian immateriil yang telah dialami
PENGGUGAT yaitu sebesar Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah);
Berdasarkan hal-hal yang PENGGUGAT uraikan di atas, maka
PENGGUGAT dengan ini memohon kepada Majelis Hakim Pengadilan Negeri

Halaman 10 dari 63 Putusan Perdata Gugatan Nomor 474./Pdt.G/2017/PN Jkt Tim.

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10
m Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

a Jakarta Timur yang memeriksa, mengadili dan memutus Gugatan Perkara a


quo agar berkenan untuk menerima dan mengabulkan Gugatan PENGGUGAT
dengan memutuskan sebagai berikut:

DALAM POKOK PERKARA :

1. Mengabulkan Gugatan PENGGUGAT untuk seluruhnya;

2. Menyatakan TERGUGAT telah terbukti melakukan perbuatan


melawan hukum kepada PENGGUGAT;
3. Menghukum TERGUGAT untuk membayar ganti kerugian
kepada PENGGUGAT sebesar 125.000 riyal (dua puluh lima ribu riyal)
untuk 5 orang jemaah yang overstay atau apabila dikonversikan ke
rupiah sebesar Rp. 451.242.608 (empat ratus lima puluh satu juta
dua ratus empat puluh dua ribu enam ratus delapan rupiah);
4. Menghukum TERGUGAT untuk membayar kerugian immateriil
kepada PENGGUGAT sebesar Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah);
5. Menghukum TERGUGAT untuk membayar uang paksa
(dwangsom) sebesar Rp. 5.000.000 (lima juta rupiah) per hari
keterlambatan, apabila TERGUGAT tidak menjalankan isi putusan ini;
6. Menyatakan sah dan berharga sita jaminan (conservatoir
beslag) terhadap kantor TERGUGAT yang beralamat di Jalan Pesona
Kalisari, Blok A, No. 3, Kalisari - Pasar Rebo, RT.7/RW.1, Kalisari, Jakarta,
RT.7/RW.1, Kalisari, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta
13790 yang diletakkan oleh Pengadilan Negeri Jakarta Timur;
7. Menyatakan putusan perkara a quo dapat dijalankan terlebih
dahulu meskipun adanya Bantahan/Verzet, Banding, Kasasi ataupun
Peninjauan Kembali yang diajukan oleh Tergugat (uitvobaar bijvoorraad);
8. Menghukum pihak TERGUGAT untuk membayar biaya perkara.

Apabila Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Timur yang memeriksa,


mengadili dan memutus Gugatan Perkara a quo berpendapat lain, maka kami
mohon putusan yang seadil-adilnya. (ex aequo et bono).

Menimbang, bahwa pada hari sidang yang telah ditentukan untuk


memeriksa perkara ini, untuk Penggugat telah datang dan menghadap Kuasa
Hukumnya tersebut di atas, untuk Tergugat telah datang dan menghadap
Kuasa Hukumnya, masing-masing dan atau bersama sama yaitu : H. IKHSAN
ABDULLAH, S.H., M.H.,H. SYAEFUL ANWAR, S.H., M.H.

Halaman 11 dari 63 Putusan Perdata Gugatan Nomor 474./Pdt.G/2017/PN Jkt Tim.

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1
m Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

a YUSRIZA ABDULLAH PRATAMA, S.H., M.H.,AHMAD FIQRI MUBAROK,


S.H., CUT ARISTA, S.H.,RAIHANI KEUMALA, S.H.,THERESIA
R.M.HUTASOIT, S.H.,KHINANTI WULANDARI, S.H.,IMAM PURNA
WISUDAWANTO,SH.
Para Advokat pada Kantor Hukum H. IKHSAN ABDULLAH & PARTNERS
LAW FIRM, yang berkantor di Wisma Bumiputera Lantai 15, Jl. Jenderal
Sudirman Kav. 75, Jakarta Selatan 12910. Bertindak untuk dan atas nama
TERGUGAT, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 5 Januari 2018 dan
Surat Kuasa Khusus Tambahan tanggal 22 Februari 2018.
Menimbang, bahwa oleh karena kedua belah pihak telah hadir di
persidangan, maka acara persidangan dilanjutkan dengan acara Mediasi, dan
atas permintaan kedua belah pihak Majelis Hakim kemudian menunjuk Hakim
Mediator untuk menyelesaikan perkara ini dengan cara mediasi yakni Sdr.SITI
JAMZANAH, SH.MH ;

Menimbang, bahwa dalam proses Mediasi yang telah ditentukan


ternyata Hakim Mediator tidak berhasil atau Gagal mendamaikan kedua belah
pihak yang berperkara sesuai dengan laporan Mediasi tanggal 5 Maret 2018,
oleh karenanya Hakim Mediator lalu melimpahkan kembali perkara kepada
Majelis Hakim ;

Menimbang, bahwa selanjutnya dimulailah pemeriksaan perkara ini


dengan dibacakannya gugatan Penggugat, atas pertanyaan Majelis Hakim
Kuasa Penggugat menyatakan tidak ada perubahan,

Menimbang, bahwa terhadap gugatan Penggugat tersebut Tergugat


memberikan jawaban pada pokoknya sebagai berikut;
DALAM EKSEPSI :
1. Bahwa Tergugat menolak dengan tegas seluruh dalil-dalil Penggugat
dalam gugatannya, kecuali terhadap hal-hal yang secara jelas dan nyata
diakui kebenarannya oleh Tergugat.
2. Bahwa oleh karena Tergugat menolak dengan tegas dalil-dalil yang
dikemukakan oleh Penggugat, maka sebelum menanggapi dan
memberikan Jawaban dalam pokok perkara, Tergugat terlebih dahulu
menyampaikan eksepsi-eksepsi sebagai berikut :
3. Gugatan Penggugat Kabur (Obscuur Libel),
Bahwa Gugatan Penggugat Tidak Jelas / kabur, karena apakah
Gugatan Perbuatan Melawan Hukum Ataukah Gugatan Wanprestasi.
Sehingga dalil-dalil Gugatan Penggugat tersebut haruslah ditolak
atau setidak-tidaknya

Halaman 12 dari 63 Putusan Perdata Gugatan Nomor 474./Pdt.G/2017/PN Jkt Tim.


m Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

a dinyatakan tidak dapat diterima, hal tersebut berdasarkan alasan-alasan


hukum sebagai berikut ;
3.1. Bahwa Gugatan Penggugat telah tidak jelas, kabur dan Obscuur
Libel. Hal mana ketidakjelasan dan kekaburan gugatan Penggugat
terbukti dari dalil posita gugatan Penggugat, yang telah
mencampuradukkan antara Gugatan Perbuatan Melawan Hukum
dan Gugatan Wanprestasi dan bertentangan satu sama lain;
3.2. Bahwa dalam gugatan Penggugat angka 4 halaman 2 yang
pada pokoknya menyatakan bahwa Permasalahan antara Penggugat
dan Tergugat karena adanya KERJASAMA antara Penggugat dan
Tergugat………...”, dimana frasa tersebut dapat dengan mudah
dipahami bahwa kerjasama merupakan bentuk perjanjian yang
mengikat kedua belah pihak yang membuatnya, sehingga
seharusnya gugatan yang diajukan Penggugat bukanlah gugatan
Perbuatan Melawan Hukum melainkan Gugatan Wanprestasi. Hal
tersebut dapat dipahami dari Ketentuan Pasal 1234 KUHPerdata
yang menyatakan bahwa sumber hukum Wanprestasi menurut Pasal
1243 KUHPerdata adalah timbul dari persetujuan (agreement),
sedangkan dasar gugatan Perbuatan Melawan Hukum adalah dari
undang-undang.
3.3. Namun ternyata, Penggugat dalam uraian gugatannya
menyatakan Tergugat telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum.
Padahal, Penggugat nyata-nyata mendalilkan ”…. Permasalahan
yang PENGGUGAT hadapi bermula dari kerjasama…”, Sehingga
dengan demikian gugatan Penggugat telah nyata-nyata kontradiktif,
tidak jelas kabur dan obscuur libel.
3.4. Bahwa di samping itu, apabila dilihat dari pendekatan
“Timbulnya hak menuntut”, hak menuntut ganti rugi dalam
wanprestasi timbul dari Pasal 1243 KUHPerdata, yang pada
prinsipnya membutuhkan pernyataan lalai (somasi), sehingga
telah jelas dan nyata bahwa yang dilakukan oleh Penggugat adalah
Wanprestasi, BUKAN Perbuatan Melawan Hukum, karena di dalam
gugatan Perbuatan Melawan Hukum tidak diperlukan somasi.
Kapan saja terjadi PMH, pihak yang dirugikan langsung mendapat
hak untuk menuntut ganti rugi. Oleh karena itu, langkah-langkah yang
dilakukan oleh Penggugat melakukan Surat TeguranI tertanggal 9
Agustus 2017, Somasi II tertanggal 21 Agustus 2017 dan
Surat Teguran III

Halaman 13 dari 63 Putusan Perdata Gugatan Nomor 474./Pdt.G/2017/PN Jkt Tim.


m Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

a tertanggal 18 September 2017, sebagaimana diakui dan


dikemukakan oleh Penggugat dalam gugatannya, seharusnya diikuti
dan ditindaklanjuti dengan gugatan Wanprestasi, bukan gugatan
Perbuatan Melawan Hukum.
Di samping itu, yang memperkuat gugatan a quo adalah masuk
gugatan wanprestasi adalah terlihat dari dalil Penggugat halaman 8
angka 37 huruf B, hal mana yang ditagih oleh Penggugat adalah
komitmennya, sehingga sangat jelas, hal tersebut merupakan
bagian dari wanprestasi, bukan perbuatan melawan hukum.
3.5. Bahwa oleh karena gugatan Penggugat kontradiktif (saling
bertentangan), tidak jelas kabur dan obscuur libel, dan menyalahi
Hukum Acara Perdata yang berlaku, maka sudah seharusnya
gugatan Penggugat dinyatakan tidak dapat diterima (Niet
Onvantkelijke Verklaard); Hal ini sebagaimana didukung oleh
Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia sebagai berikut:
Yurisprudensi Mahkamah Agung RI No. 1875 K/Pdt/1984
tanggal 24 April 1986, yang menyatakan :
“Penggabungan gugatan perbuatan melawan hukum dengan perbuatan ingkar janji tidak dapat dibenarkan dalam tertib be
Yurisprudensi Mahkamah Agung RI melalui Putusan No. 879K/Pdt/1997 tanggal 29 Januari 2001 yang menegaskan bahwa s
tersebut didasarkan pada perjanjian

ung "Penggabungan PMH dengan wanprestasi dalam satu gugatan,


melanggar tata tertib beracara, atas alasan keduanya harus

Ind
diselesaikan tersendiri. Dalam posita, gugatan didasarkan atas
perjanjian, namun dalam petitum dituntut agar tergugat
dinyatakan melakukan PMH, konstruksi gugatan seperti itu
mengandung kontradiksi, dan gugatan dikategorikan obscuur
libel, sehingga tidak dapat diterima. "
Yurisprudensi Mahkamah Agung RI Nomor 3097 K/Sip/1983
tanggal 26 Maret 1987, yang menyatakan :
"suatu gugatan yang dalil satu dengan dalil yang lainnya
mengandung pertentangan haruslah dinyatakan gugatan tidak dapat diterima "

Halaman 14 dari 63 Putusan Perdata Gugatan Nomor 474./Pdt.G/2017/PN Jkt Tim.


m Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

ung Maka, berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, telah jelas bahwa


gugatan Penggugat antara posita dan petitumnya tidak sinkron,

Ind
begitu pula apakah Gugatan Wanprestasi ataukah Gugatan PMH,
sangat kabur dan tidak jelas, sehingga oleh karenanya gugatan
Penggugat haruslah dinyatakan tidak dapat diterima.
3.6. Bahwa disamping itu, ketidakjelasan gugatan Penggugat juga
terbukti dari tidak diuraikannya dalil Penggugat dalam posita
(fundamentum petendi), namun dimintakan di dalam petitum atau
apa yang dituntut dalam petitumnya telah tidak didukung dan tidak
diuraikan sebagai fakta hukum dalam posita. Hal tersebut
sebagaimana petitum Penggugat halaman 9 point angka 5
mengenai uang paksa (Dwangsom), yang SAMA SEKALI tidak
diuraikan di dalam posita. Sehingga hal tersebut dapatlah
dikategorikan sebagai gugatan yang tidak jelas, tidak cermat dan
kabur. Maka oleh karena itu, demi hukum gugatan Penggugat
haruslah dikesampingkan dan dinyatakan tidak dapat diterima.
4. Gugatan Penggugat Error in Persona, karena Diskualifikasi in Person dan
Salah Sasaran Pihak yang Digugat (Gemis aanhoeda nigheid)
4.1. Bahwa gugatan Penggugat adalah Error in Persona karena
telah salah dan keliru dalam menempatkan orang yang ditarik
sebagai Tergugat maupun yang bertindak selaku Penggugat. Oleh
karenanya gugatan Penggugat mengandung cacat formil, sehingga
demi hukum gugatan Penggugat haruslah ditolak atau setidak-
tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima (Niet Onvankelijk
Verklaard); Hal tersebut
berdasarkan alasan-alasan hukum sebagai berikut :
a. Gugatan Penggugat Diskualifikasi in Person
Bahwa Penggugat tidaklah berhak untuk mengajukan gugatan,
karena Penggugat bukanlah pihak yang ikut menandatangani

Halaman 15 dari 63 Putusan Perdata Gugatan Nomor 474./Pdt.G/2017/PN Jkt Tim.


m Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

a Surat Kesepakatan dan atau Surat Pernyataan sebagaimana


didalilkan oleh Penggugat.
Bahwa Penggugat selaku badan hukum hanya sah bertindak
untuk dan atas nama Perseroan hanya jika diwakili oleh Direktur
(in casu Amin Ahmad Balbaid selaku Direktur PT BALUBAID
IKHWAN), namun ternyata di dalam Surat Pernyataan dan atau
Surat Kesepakatan tersebut dilakukan oleh Sdr. Labib yang tidak
punya otoritas dan kewenangan untuk bertindak untuk dan atas
nama PT Balubaid Ikhwan. Sehingga pernyataan tersebut adalah
tidak sah dan atau tidaklah mempunyai kekuatan hukum
mengikat.
Sehingga oleh karena yang menandatangani pernyataan adalah
Sdr. Labib, maka yang berhak mengajukan gugatan adalah
pribadinya Labib dan menjadi urusan pribadinya Sdr. Labib,
bukanlah mewakili PT Balubaid Ikhwan. Sehingga dengan
demikian, telah jelas bahwa penggugat tidak memiliki persona
standi in judicio didepan Pengadilan karena penggugat bukan
orang yang berhak oleh karenanya tidak mempunyai hak dan
kapasitas untuk menggugat.
b. Gugatan Penggugat telah keliru dalam menarik Tergugat (Gemis
aanhoeda nigheid)
Bahwa Penggugat telah salah dan keliru menarik Tergugat dalam
perkara a quo. Hal mana Tergugat selaku badan hukum
Perseroan hanyalah sah bertindak untuk dan atas nama
Perseroan hanya jika diwakili oleh Direktur (Vide Pasal 92, Pasal
98 jo Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007
Tentang Perseroan Terbatas) namun dalam perkara a quo, Hj.
Umi Kulsum selaku Direktur Utama PT Az-Zahra Tour & Travel
(Tergugat) tidak pernah mengetahui, tidak pernah
menandatangani dan tidak pernah menyetujui permintaan
permohonan visa Umrah terhadap 5 (lima) orang jama’ah
sebagaimana didalilkan oleh Penggugat.
Bahwa berkaitan dengan Surat Pernyataan yang dibuat dan
ditandatangani oleh Sdr Abdul Malik Mansi Banjar tanggal 13 Juli
2017 adalah murni sebagai pernyataan pribadi yang
bersangkutan, sehingga segala tanggung jawab yang timbul akibat
pernyataan tersebut adalah tanggung jawab pribadi Sdr

Halaman 16 dari 63 Putusan Perdata Gugatan Nomor 474./Pdt.G/2017/PN Jkt Tim.


m Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

a Abdul Malik Mansi Banjar dan Sdr Gugun Gunara. Hal tersebut
sebagaimana telah diakui oleh yang bersangkutan sebagaimana
termuat dalam Surat Pernyataan yang dibuat oleh Sdr Abdul
Malik Mansi Banjar dan Sdr Gugun Gunara.
Dengan demikian seharusnya Pihak yang ditarik sebagai
Tergugat oleh Penggugat adalah Sdr. Abdul Malik Mansi Banjar
dan Sdr Gugun Gunara, bukan TERGUGAT.
Bahwa oleh karena pihak yang melakukan perbuatan
sebagaimana dituduhkan oleh Penggugat kepada Tergugat
adalah orang yang tidak berhak dan tidak berwenang secara
hukum, maka Pengugat telah salah dan keliru dalam menarik
Tergugat dalam perkara a quo, Sehingga oleh karenanya,
gugatan Penggugat adalah gugatan yang Error in Persona,
karena seharusnya yang digugat adalahAbdul Malik Mansi
Banjar dan Sdr Gugun Gunara bukan Tergugat, sehingga demi
hukum gugatan Penggugat haruslah ditolak dan dinyatakan tidak
dapat diterima.

Repub
5. Gugatan Penggugat Kekurangan Pihak (Plurium Litis Consortium)
Bahwa oleh karena di dalam surat pernyataan yang menandatangani
adalah pribadi dari Saudara Abdul Malik dan suadara Gugun Gunara, maka
seharusnya Penggugat juga Turut Menggugat Saudara Malik dan Saudara
Gugun Gunara dan dan menjadikannya sebagai Tergugat di dalam gugatan
a quo. Hal mana tidak dilibatkannya kedua orang tersebut dalam gugatan
perkara a quo, menjadikan gugatan tidak lengkap pihaknya / kekurangan
pihak (plurium litis consortium).
Bahwa disamping itu, oleh karena gugatan Penggugat juga menyebutkan
dan mendalilkan adanya keterlibatan Dirjen Pembinaan Haji dan Umroh
Kementerian Agama Republik Indonesia, maka seharusnya Kemenag RI cq
DIrjen Haji dan Umroh juga dilibatkan, dijadikan dan ditarik sebagai Pihak
dalam Gugatan a quo.
Hal tersebut sebagaimana dijelaskan oleh Ny. Retnowulan Sutantio, SH
dan Iskandar Oeripkartawunata, SH dalam bukunya "Hukum Acara
Perdata dalam Teori dan Praktek" yang diterbitkan oleh CV Mandar Maju,
cetakan VI 1989 halaman 1, menerangkan bahwa :
"Dalam praktek perkataan Turut Tergugat dipergunakan bagi orang-
orang yang tidak menguasai barang sengketa atau tidak berkewajiban

Halaman 17 dari 63 Putusan Perdata Gugatan Nomor 474./Pdt.G/2017/PN Jkt Tim.


m Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

a untuk melakukan sesuatu, hanya demi lengkapnya suatu gugatan


harus diikutsertakan. Mereka dalam petitum hanya dimohonkan agar
tunduk dan taat terhadap putusan Hakim".
Bahwa berdasarkan Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia
dalam putusan No. 1642 K/PDT/2005 yang menyebutkan bahwa :
”... karena dimasukkan sebagai pihak yang digugat atau minimal
didudukkan sebagai Turut Tergugat. Hal ini terjadi dikarenakan adanya
keharusan para pihak dalam gugatan harus lengkap sehingga tanpa
menggugat yang lain-lain itu maka subjek gugatan menjadi tidak
lengkap.”
”Ketidaklengkapan dalam merumuskan subjek yang seharusnya
menjadi Tergugatnya, maka gugatan yang diajukan dapat dapat
dianggap telah terjadi error in persona/kesalahan subjek hukum maka
gugatan tidak bisa diterima / (Niet Onvankelijk Verklaard)

Indonesia No. 663 K/Sip/1970 tanggal 6 Agustus 1971 jo Yurisprudensi


MA RI No. 1038 K/Sip/1972 tanggal 1 Agustus 1973, yang menyatakan
bahwa : "Turut Tergugat adalah seseorang yang tidak menguasai
sesuatu barang akan tetapi demi formalitas gugatan harus dilibatkan
guna dalam petitum sebagai pihak yang tunduk dan taat pada putusan
hakim Perdata".
Bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, oleh karena secara

gu
nyata-nyata yang melakukan, membuat dan menandatangani
pernyataan adalah pribadi dari Sdr Abdul Malik Mansi Banjar dan Sdr

Ind
Gugun Gunara serta melibatkan pihak Dirjen Pembinaan Haji dan

pihak dalam perkara a quo. Sehingga oleh karena Penggugat tidak

dalam gugatan, maka jelas dan nyata bahwa gugatan Penggugat

consortium), oleh karenanya, demi hukum gugatan a quo haruslah


ditolak atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima.
DALAM POKOK PERKARA :
1. Bahwa apa-apa yang telah Tergugat kemukakan dalam
Eksepsi, secara mutatis mutandis termuat dan merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dengan Jawaban dalam pokok perkara ini.

Halaman 18 dari 63 Putusan Perdata Gugatan Nomor 474./Pdt.G/2017/PN Jkt Tim.


m Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

a 2. Bahwa Tergugat dengan tegas menolak seluruh dalil-dalil dalam gugatan


Penggugat, kecuali apa-apa yang secara tegas diakui kebenarannya oleh
Tergugat sepanjang tidak merugikan kepentingan hukum Tergugat.
3. Bahwa Tergugat menolak dalil Penggugat point angka 5
halaman 2, hal mana dalil tersebut adalah dalil yang sama sekali tidak
benar dan tidak berdasar, hal mana Tergugat telah memiliki izin sebagai
Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umroh (PPIU) yang telah terdaftar di
Kementerian Agama RI dan juga bertindak sebagai provider visa yang
telah terdaftar. Sehingga oleh karena itu, dalil Penggugat adalah dalil
yang tidak benar. Bahwa di samping itu, Tergugat juga menolak dalil
Penggugat yang mendalilkan seolah-olah Tergugat mengajukan
permohonan visa kepada Penggugat. Hal mana, Tergugat selaku badan
hukum perseroan yang memiliki struktur organisasi perseroan yang jelas,
tidak pernah mengajukan permohonan visa apapun kepada Penggugat.
Sehingga dengan demikian, dalil tersebut haruslah ditolak seluruhnya.
4. Bahwa Tergugat menolak dalil-dalil yang dikemukakan oleh
Penggugat point angka 6-9 halaman 2, hal mana dalil tersebut adalah
dalil yang tidak benar dan tidak berdasar sama sekali. Bahwa Tergugat
selaku badan hukum perusahaan yang di dalam bertindak untuk dan atas
nama perusahaan dalam melakukan perbuatan hukumnya diwakili oleh
Direktur (in casu Hj. Umi Kulsum) tidak pernah sama sekali mengajukan
permohonan Visa jamaah umroh kepada Penggugat baik secara tertulis
melalui surat menyurat maupun malalui telepon.
Bahwa kalau pun ada permohonan visa kepada Penggugat yang
mengatasnamakan Tergugat, itu bukanlah mewakili kepentingan
hukum Tergugat selaku badan hukum, karena Tergugat tidak pernah
mengetahui dan menyetujui adanya permohonan tersebut, baik
kepada Penggugat maupun kepada pihak lain.
Bahwa setelah kasus ini bergulir, Tergugat baru mengetahui bahwa
permohonan visa yang dimaksud oleh Penggugat tersebut merupakan
permohonan yang dilakukan oleh pribadi dari Saudara Abdul Malik
Mansi Banjar dan Saudara Gugun Gunara, yang dilakukan atas
inisiatif mereka pribadi dan tidak bertindak untuk mengatasnamakan
Tergugat selaku perusahaan, hal mana Hj. Umi Kulsum selaku Direktur
PT Az-Zahra Tour & Travel tidak pernah melakukan, tidak pernah
mengetahui dan apalagi menyetujui adanya tindakan tersebut. Sehingga

Halaman 19 dari 63 Putusan Perdata Gugatan Nomor 474./Pdt.G/2017/PN Jkt Tim.


m Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

a oleh karena itu, berdasarkan ketentuan Pasal 92, Pasal 98 jo Pasal 1


angka 5 Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 Tentang Perseroan
Terbatas, yang menyetakan bahwa :
Pasal 98 (1)
Direksi mewakili Perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan.
Pasal 92 (1) Direksi menjalankan pengurusan Perseroan untuk
kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan
Perseroan.
Pasal 1 (5)
Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung
jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan,
sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan,
baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan
anggaran dasar.
maka jelas tindakan tersebut bukanlah merupakan tindakan Tergugat selaku
perseroan Terbatas, sehingga adalah salah alamat apabila Penggugat
mengajukan gugatan kepada Tergugat dan menuntut Tergugat untuk
bertanggung jawab. Karena Tergugat bukanlah pihak yang bertanggung jawab
dalam perkara in casu.
5. Bahwa Tergugat menolak dalil Penggugat point angka 10
halaman 3 yang seolah-olah menuduh Tergugat tidak bertanggung jawab
dan mengingkari pernyataan, hal mana dalil tersebut adalah dalil yang
sama sekali tidak benar dan tidak berdasar. Karena Tergugat yang
diwakili oleh Hj. Umi Kulsum selaku Direktur tidak pernah membuat surat
pernyatan kesediaan
bertanggung jawab dalam bentuk apapun kepada Penggugat.
Bahwa adapun yang dimaksud surat pernyataan oleh Penggugat adalah
surat pernyataan yang dibuat oleh pribadi Gugun Gunara dan Abdul
Malik yang dilakukan dengan tanpa ada persetujuan dan tanpa ada izin
apapun dari Tergugat (Direktur), namun dengan tanpa izin menggunakan
kop surat Tergugat. Sehingga oleh karena tindakan tersebut bukanlah
merupakan tindakan perseroan, maka tidak ada kewajiban hukum
apapun dari Tergugat kepada Penggugat.
Bahwa di samping itu, surat pernyataan tersebut faktanya adalah surat
yang sudah dipersiapkan, dibuat dan di-draft oleh Penggugat dan atau
Saudara Labib dan kemudian memaksa Saudara Gugun Gunara dan
Abdul Malik Mansi Banjar untuk menandatanganinya. Sehingga surat
pernyataan tersebut, sengaja dibuat dan dipersiapkan oleh Tergugat
untuk dijadikan dasar menuntut Tergugat dikemudian hari, termasuk

Halaman 20 dari 63 Putusan Perdata Gugatan Nomor 474./Pdt.G/2017/PN Jkt Tim.

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20
m Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

a dijadikan alasan utama dalam mengajukan gugatan a quo. Sehingga


dengan demikian, adalah berdasar hukum apabila gugatan Penggugat
dikesampingkan dan ditolak seluruhnya.
6. Bahwa Tergugat menolak dengan tegas dalil yang dikemukakan oleh
Penggugat point angka 11 halaman 3 yang menyatakan seolah-olah
Tergugat mengajukan permohonan visa kepada Tergugat. Hal mana,
Tergugat selaku badan hukum perseroan yang memiliki struktur
organisasi perseroan yang jelas, - dimana ibu Hj. Umi Kulsum selaku
Direktur,- tidak pernah mengajukan, tidak pernah mengetahui dan tidak
pernah menyetujui permohonan visa apapun kepada Penggugat. Oleh
karena Tergugat tidak pernah mengajukan permohonan visa, maka jelas
80 (delapan puluh) jama’ah tersebut juga bukan merupakan jama’ah
Tergugat. Sehingga dengan demikian, dalil tersebut haruslah
dikesampingkan dan ditolak untuk seluruhnya.
7. Bahwa dalil Penggugat point angka 13 s.d. angka 16 halaman
3-4 adalah dalil yang tidak benar dan tidak berdasar. Hal mana dalil
tersebut merupakan masalah internal yang dihadapi oleh Penggugat dan
tidak ada kaitannya dengan Tergugat. Sehingga oleh karena
permasalahan tersebut merupakan masalah internal yang dihadapi oleh
Penggugat, maka Tergugat tidak perlu menanggapi dalil-dalil tersebut.
Karena secara tegas telah Penggugat sampaikan bahwa Tergugat selaku
Perseroan yang bergerak di bidang perjalanan jasa ibdaha umroh dan
haji yang juga telah mempunyai izin sebagai PPIU dan provider visa,
tidak pernah
mengajukan permohonan apapun kepada Pengggugat.
8. Bahwa begitu pun dengan dalil Penggugat point angka 17 s.d
26 halaman 4 s.d. halaman 6 yang pada pokoknya mengenai
permasalahan jama’ah yang overstayed, Tergugat menolak dengan tegas
dalil-dalil tersebut, dengan alasan-alasan hukum sebagai berikut :
1.4. Bahwa terhadap 5 (lima) orang Jamaah, yaitu:
a. Zainul Mujahidin Masri
b. Mading Butak Mudah
c. Muawanah Afandi Ali
d. Baiq Suriyani Mahmud Akbar
e. Nurhasanah Bt Sapii
Bukanlah merupakan jama’ah Tergugat (PT Az-Zahra Tour &
Travel), sehingga Tergugat tidak memiliki hubungan hukum dan
keterkaitan apapun dengan mereka tersebut di atas.

Halaman 21 dari 63 Putusan Perdata Gugatan Nomor 474./Pdt.G/2017/PN Jkt Tim.

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1
m Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

a Bahwa oleh karena 5 (lima) jama’ah tersebut bukan merupakan


jama’ah Tergugat, dan nyata-nyata adalah jama’ah Penggugat,
maka segala akibat hukum yang ditimbulkan secara mutatis
mutandis adalah tanggung jawab Penggugat, dan bukan merupakan
tanggung jawab Tergugat, apalagi melempar tanggung jawab
tersebut kepada Tergugat.
8.2. Bahwa Tergugat tidak pernah mengetahui dan tidak pernah
menyetujui permintaan permohonan visa Umrah terhadap 5 (lima)
orang jama’ah yang overstay tersebut di atas kepada PT Balubaid
Ikhwan.
8.3. Bahwa permasalahan mengenai Penggugat mendapatkan surat
teguran dari Muasasah Shagadif, itu merupakan urusan internal
Penggugat dan tidak ada sangkut pautnya dengan Tergugat.
Sehingga oleh karena itu merupakan urusan internal Penggugat,
maka demi hukum segala akibat permasalahan tersebut menjadi
tanggung jawab Penggugat.
8.4. Bahwa berkaitan dengan Surat Pernyataan yang dibuat dan
ditandatangani oleh Sdr Abdul Malik Mansi Banjar tanggal 13 Juli
2017 yang pada pokoknya menyatakan dan membenarkan bahwa
ada 5 (lima) orang jamaah yang overstay di Arab Saudi dan
menyatakan bahwa hal itu sepenuhnya merupakan tanggung jawab
PT Az-Zahra Tour & Travel adalah tidak benar dan dilakukan tanpa
sepengetahuan dan persetujuan dari klien kami selaku pimpinan
PT Az-Zahra Tour & Travel.
8.5. Bahwa berkaitan dengan Surat Pernyataan tanggal 13 Juli 2017
yang dibuat dan ditandatangani oleh Sdr Abdul Malik Mansi Banjar
dan Sdr Gugun Gunara yang mengatasnamakan PT Az-Zahra Tour
& Travel adalah diluar sepengetahuan, tanpa persetujuan dan
tidaklah merepresentasikan Hj. Umi Kulsum selaku Direktur PT
Az- Zahra Tour & Travel. Sehingga oleh karenanya, segala akibat
yang ditimbulkan atas pernyataan tersebut bukanlah merupakan
tanggung jawab PT Az-Zahra Tour & Travel, melainkan tanggu8ng
jawab pribadinya Sdr Abdul Malik Mansi Banjar dan Saudara
Gugun
Gunara.
8.6. Bahwa terhadap Surat Pernyataan tersebut, Sdr Abdul Malik
Mansi Banjar dan Sdr Gugun Gunara telah mengakui dan
merasa bersalah atas tindakannya yang mengatasanamakan PT

Halaman 22 dari 63 Putusan Perdata Gugatan Nomor 474./Pdt.G/2017/PN Jkt Tim.


m Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

a Az-Zahra Tour & Travel serta bersedia untuk bertanggung jawab


secara pribadi atas segala resiko yang timbul berkaitan dengan 5
(lima) orang jamaah yang sudah melebihi izin tinggal/overstay dan
belum kembali dari Arab Saudi tersebut. Hal tersebut sebagaimana
dinyatakan dalam surat pernyataan yang dibuat oleh Sdr Abdul
Malik Mansi Banjar dan Sdr Gugun Gunara kepada Tergugat.
8.7. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 98 Undang-
Undang Nomor
40 tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, yang menyatakan
bahwa :
Direksi mewakili Perseroan baik di dalam maupun di luar
pengadilan.
Maka, secara hukum, sangat jelas bahwa surat Pernyataan tersebut
adalah tidak sah dan batal demi hukum, karena dibuat dan
ditandatangani oleh orang yang tidak berhak dan tidak berwenang
untuk melakukan perbuatan hukum tersebut. Hal mana, orang yang
berhak melakukan perbuatan hukum untuk dan atas nama baik di
dalam maupun diluar pengadilan untuk mewakliki kepentingan
Tergugat adalah Hj. Umi Kulsum, AS selaku Direktur.
Sedangkan Sdr Abdul Malik Mansi Banjar dan Sdr Gugun Gunara
bukanlah karyawan Tergugat, bukan Direktur dan Hj Umi Kulsum
selaku Direktur juga tidak pernah memberikan kuasa apapun
kepada keduanya.
8.8. Bahwa mengenai Teguran dari Muasasah Shagadif yang isinya
memperingatkan PENGGUGAT untuk membayar denda adalah
urusan pribadi antara Pengguat dan muasasah shhagadif fdan tidak
ada kiatannya dengan Tergugat.
Maka berdasarkan alasan-alasan hukum tersebut di atas, sudah
sangat jelas dan nyata bahwa Tergugat bukanlah pihak yang
bertanggung jawab dalam perakra a quo, dan gugatan Penggugat
adalah gugatan yang tidak berdasar dan tidak benar, sehingga
oleh karena itu, demi hukum gugatan Penggugat haruslah
dikesampingkan dan ditolak seluruhnya.
9. Bahwa tuntutan uang paksa (dwangsom) yang dimintakan oleh
Penggugat dalam petitum namun tidak diuraikan dalam posita adalah
tuntutan yang tidak berdasar dan mengada-ada, hal mana berdasarkan
Yurisprudensi Mahkamah Agung No. 791 K/Sip/10972 tanggal 26-2-1973
yang mempertimbangkan ”bahwa uang paksa (dwangsom) tidak berlaku

Halaman 23 dari 63 Putusan Perdata Gugatan Nomor 474./Pdt.G/2017/PN Jkt Tim.


m Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

a terhadap tuntutan untuk membayar sejumlah uang”. Sehingga oleh


karena itu, dalil Pengugat mengenai tuntutan uang paksa haruslah ditolak
seluruhnya.
10. Bahwa Penggugat menolak keras dalil-dali Penggugat point 31 s.d. 40
halaman 6 – 8 yang pada pokoknya menyatakan bahwa seolah-olah
Tergugat telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum, hal mana dalil-
dalil tersebut adalah dalil-dalil yang tidak benar dan tidak berdasar. Hal
mana Tergugat bukanlah pihak yang menimbulkan kerugian kepada
Penggugat.
11. Bahwa Tergugat menolak keras dalil Pengugat point angka 41
yang mendalilkan seolah-olah perlu adanya sita jaminan, hal mana dalil
tersebut adalah dalil yang sangat tidak berdasar hukum dan mengada-
ada. Sehingga oleh karena itu haruslah dikesampingkan ditolak untuk
seluruhnya dengan alasan-alasan hukum sebagai berikut :
➢ Bahwa permohonan sita jaminan Penggugat tersebut tidak
memenuhi unsur-unsur dan syarat sebagaimana disyaratkan dan
ditentukan dalam Undang-undang, hal mana berdasarkan ketentuan
Pasal 227 ayat 1 HIR, sita jaminan hanya dapat dikabulkan apabila
terdapat dugaan yang beralasan bahwa Tergugat akan menggelapkan
atau melarikan barang. Padahal dalam perkara a quo, tidak ada alasan
dan kekhawatiran akan hal itu.
➢ Bahwa ahli hukum Ny. Retnowulan Sutantio dalam bukunya
yang berjudul “Hukum Acara Perdata dalam Teori dan Praktek”
penerbit Mandar Maju cetakan kedelapan, 1997, halaman 100, juga
berpendapat yang sama dan sesuai ketentuan Pasal 227 HIR,
sebagaimana dikutip sebagai berikut :
(a) Harus ada sangka yang beralasan, bahwa Terlawan sebelum putusan
dijatuhkan atau dilaksanakan mencari akal akan menggelapkan atau
melarikan barang-barangnya;
➢ Bahwa ketentuan Pasal 227 ayat (1) HIR tersebiut juga telah
diperkuat dalam Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia
dalam putusan tanggal 8 Mei 1984, No. 597 K/Sip/ yang menyatakan:
“Sita Jaminan yang diadakan bukan atas alasan yang diisyaratkan
dalam Pasal 227 ayat (1) HIR tidak dibenarkan”.
➢ Bahwa dalam gugatan a quo, Penggugat SAMA SEKALI tidak
menguraikan tentang alasan-alasan atau indikasi serta bukti mengenai

Halaman 24 dari 63 Putusan Perdata Gugatan Nomor 474./Pdt.G/2017/PN Jkt Tim.


m Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

a adanya persangkaan yang beralasan bahwa objek dalam perkara a quo


akan digelapkan.
Bahwa dengan demikian, berdasarkan alasan-alasan hukum tersebut
di atas dan juga merujuk pada ketentuan angka 11 halaman 82
Pedoman Teknis Administrasi dan Teknis Peradilan Perdata Umum,
maka demi hukum permohonan sita jaminan yang diajukan Penggugat
haruslah dikesampingkan dan ditolak untuk seluruhnya.
Berdasarkan uraian dan alasan-alasan hukum sebagaimana tersebut di
atas, sangat berdasar dan beralasan hukum agar Majelis hakim yang
memeriksa dan mengadili perkara ini menjatuhkan putusan dengan amar
putusan sebagai berikut :
DALAM EKSEPSI :
1. Menerima Eksepsi-Eksepsi Tergugat untuk seluruhnya;
2. Menyatakan eksepsi-eksepsi Tergugat beralasan hukum;
3. Menyatakan Gugatan Penggugat Tidak dapat Diterima (Niet
Onvankelijk Verklaard).
DALAM POKOK PERKARA :
1. Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya atau setidak-
tidaknya menyatakan gugatan Penggugat dinyatakan tidak dapat
diterima (Niet Onvantkelijke verklaard);
2. Menghukum Penggugat untuk membayar seluruh biaya yang
timbul dalam perkara ini;
Atau
Apabila Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Timur berpendapat
lain, mohon putusan yang adil –adilnya (Ex Aequo et Bono).
Menimbang, bahwa selanjutnya penggugat mengajukan Repliknya
tanggal 2 April 2018, selanjutnya Tergugat mengajukan Dupliknya tanggal 9
Mei 2018;

Menimbang, bahwa untuk membuktikan dalil dalil gugatannya,


penggugat mengajukan bukti-bukti Surat yang diberi Tanda P-1 sampai
dengan P-14 dan seorang saksi bernama Muhamad Amin sedangkan Tergugat
untuk menguatkan sangkalannya mengajukan bukti-bukti Surat yang diberi
Tanda T-1 sampai dengan T-8;

Untuk Surat-surat bukti Penggugat sebagai berikut :


1. Foto copy Akte Pendirian Perseroan Terbatas PT. Balubaid Ikhwan
Tanggal 21 Juli 2011 Nomor 12 yang dikeluarkan oleh Kantor Notaris
Fauzah Askar,

Halaman 25 dari 63 Putusan Perdata Gugatan Nomor 474./Pdt.G/2017/PN Jkt Tim.


m Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

a S.H. yang beralamat di Jalan Wrung Buncit Raya No.143, Jakarta Selatan
12790 tertanggal 26 april 2016 (diberi tanda P-1);
2. Foto copy Surat Keterangan Domisili Badan Usaha Kantor Bersama
a.n, PT. Balubaid Ikhwan yang dikelurkan oleh Kepala Seksi Satuan
Pelaksana PTSP Kelurahan Cipinang Cimpedak tertanggal 20 November
2015 (diberi tanda P-2);
3. Foto copy Surat Keputusan Perihal Tand aDaftar Usaha Pariwisata
Bidang Jasa Perjalanan Wisata Jenis Kantor Pusat Biro Perjalanan Wisata
(BPW) yang dikeluarkan oleh Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta tertanggl 14 November 2013,
(diberi tanda P.3);
4. Foto copy Tanda Daftar Perusahaan Perseroan Terbatas mil;ik PT.
Balubaid Ikhwan yang dikeluarkan oleh Kepala Suku DInas Koperasi,
Usaha Mikro, Kecil dan Menengh dan Perdagangan Kota Administrasi
Jakarta Timur tertanggal 8 Desember 2011 Sipil Kota Tanggerang Selatan
tertanggal 27 April 2015, (diberi tanda P-4);
5. Foto copy Daftar NAma Manifest Azzahra Tour and Travel tertanggal 11
Juni 2017, (diberi tanda P-5) ;
6. Foto copy Surat Pernyataan Kebenaran Manifest yang belum kembali
dari Arab Saudi dan melenihi hari di Program Umroh (Over Stay), (diberi
tanda P-6);
7. Foto copy Surat dari Shaghadif perihal pengenaan denda atas
terlambatnya keberangkatan jadwal Pulang yang dikeluarkan oleh
Shaghadif For Umra Service Co, tertanggal 28 Juli 2017. Berikut
terjemahan oleh penerjemah tersumpah, (diberi tanda P-7) ;
8. Foto copy Surat Teguruan I untuk PT. Azzahra Tour & Travel yang
dikeluarkan oleh BP Lawyers tertanggal 9 Agustus 2017, (diberi tanda P-8);
9. Foto copy Surat Teguruan II untuk PT. Azzahra Tour & Travel yang
dikeluarkan oleh BP Lawyers tertanggal 21 Agustus 2017, (diberi tanda P-
9);
10.Foto copy Surat Pengaduan Overstay Jamaah Umroh Azzahra Tour &
Travel yang dikeluarkan oleh BP Lawyers tertanggal 15 September 2017,
(diberi tanda P-10);

Halaman 26 dari 63 Putusan Perdata Gugatan Nomor 474./Pdt.G/2017/PN Jkt Tim.


m Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

a 11.Foto copy Surat Teguruan III untuk PT. Azzahra Tour & Travel yang
dikeluarkan oleh BP Lawyers tertanggal 18 September 2017, (diberi tanda
P-11);
12.Foto copy SUrat Pemberitahuan Kuasa dari H. Ikhsan Abdullah &
Partners selaku Kuasa Hukum dari PT. Azzahra Tour & Travel tertanggal 03
Oktober 2017, (diberi tanda P-12);
13.Foto copy Surat Kuasa Penggugat kepada Bapak Labiib Nomor
01/BI/VII/2017 tertanggal 01 Juli 2017, (diberi tanda P-13);
14.Foto copy Tanda Terima Dokumen Keberangkatan Jamaah Umroh dari
PT AZ Zahra Tour & Travel ke PT Balubaid Ikhwan, ( diberi tanda P-14 );
Bahwa bukti bukti surat P-2 s/d P-13 tersebut telah diberi materai dan
dicocokan ternyata sesuai dengan aslinya keculai bukti : P-2, P-3, P-4, P-5, P-
7, P-8, P-9, P-11 dan P-14 hanya berupa copy dari copy;
Untuk Surat-surat Bukti Tergugat sebagai berikut :
1. Foto copy Akte Pendirian Perseroan Terbatas PT. Az-Zahra Tour &
Travel tanggal 5 Februari 2010 Nomor 01 yang dikeluarkan oleh Kantor
Notaris Hni Rusnawati, SH, yang beralamat di Jl. H. Hasan No.36
Cijantung, Pasar Rebo, Jakarta Timur 13780 (diberi tanda T-1A) ;
2. Foto copy Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia Nomor: AHU-32184.AH.01.01. Tahun 2010 Tentang Pengesahan
Badan Hukum Perseroan Tertanggal 24 Juni 2010 (diberi tanda T-1B);
3. Foto copy Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Luar Biasa Para
Pemegang Saham PT. Az-Zahra Tour & Travel tanggal 10 Agustus 2015
Nomor: 13 yang dikeluarkan oleh Kantor Notaris H. Zaffrullah Hidayat, SH.,
M.Kn., yang beralamat di Taman Mutiara Cibinong Blok C No.16/18 Jl.
Raya Al-Falah Cikaret Harapan Jaya, Cibinong, Kabupaten Bogor, (diberi
tanda T-1C);
4. Foto copy surat yang dikeluarkan oleh Kementerian Huykum dan Hak
Asasi MAnusia Republik Indonesia Dirktorat Jenderal Administrasi Hukum
Umum, Nomor: AHU-AH.01.03-0956903, Perihal : Penerimaan
Pemberitahuan Perubahan Data Perseroan PT-Az-Zahra Tour & Travel,
tertanggal 14 Agustus 2015, (diberi tanda T-1D);
5. Foto copy Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 494
tahun 2017 tentang penetapan izin PT-Az-Zahra Tour & Travel
sebagai

Halaman 27 dari 63 Putusan Perdata Gugatan Nomor 474./Pdt.G/2017/PN Jkt Tim.


m Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

a Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umroh, tertanggal 21 Juni 2017,


(diberi tanda T-2);
6. Foto copy Struktur Organisasi PT.Az-Zahra Tour & Travel,(diberi tanda
T- 3);
7. Foto copy Surat
Keterangan Nomor: 4135/27.1.0/31.75.04.1007/071.562/2015 tentang
Dommisili Badan Hukum
a.n. PT-Az-Zahra Tour & Travel tertanggal 30 September 2015 (diberi tanda
T-4) ;
8. Foto copy Tanda Daftar Usaha Pariwisata Nomor : 3721/2013 tanggal 5
Juli 2013 (diberi tanda T-5);
9. Foto copy Pendaftaran Perpanjangan Tanda Daftar Perusahaan
Perseroan Terbatas tertanggal 14 November 2016, (diberi tanda T-6);
10.Foto copy surat Keputusan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Provinsi DKI Jakarta Nomor 3721/2013 tanggal 5 Juli 2013, (diberi tanda T-
7);
11.Foto copy Keputusan Direktur Jenderal Penyelenggaranan Haji Umroh
Nomor D/98 Tahun2014 tentang Penetapan Izin Biro Perjalanan Wisata PT-
Az-Zahra Tour & Travel sebagai penyelenggaraan Perjalanan Ibadan
Umroh tertanggal 17 Februari 2014, (diberi tanda T-8);

Bahwa bukti bukti surat T-1 s/d T-8 tersebut telah diberi materai dan
dicocokan ternyata sesuai dengan aslinya keculai bukti T-8, hanya berupa
copy dari copy;

Menimbang, bahwa selanjutnya Penggugat mengajukan seorang saksi


bernama Muhamad Amin yang memberikan keterangan dibawah sumpah yang
pada pokoknya sebagai berikut :

- Bahwa saksi kenal dengan Penggugat ;

- Bahwa saksi dulu pernah kerja dengan Tergugat ;


- Bahwa saksi kerja dengan Tergugat sejak awal Nopember 2016 sampai
dengan awal Juli 2017;
- Bahwa saksi diterima oleh anaknya Abdul Malik dibagian Visa dan setahu
saya saat itu saya bekerja dengan Bapak Malik;
- Bahwa Gaji saya dibayar secara cas;
- Bahwa saksi tahu permasalahan Penggugat dan Tergugat, karena saat
itu saya yang mengajukan pengurusan visa kepada Penggugat dan saya
yang mengimput nama jamaah, tetapi saya lupa nama jamaahnya;

Halaman 28 dari 63 Putusan Perdata Gugatan Nomor 474./Pdt.G/2017/PN Jkt Tim.


m Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

a - Bahwa setahu saksi kenapa harus Penggugat yang mengurus Visa, karena
saat itu telah habis Kuota Umrah dan dipilih Penggugat karena biaya
pengurusan visa lebih murah dan Penggugat sering bekerja sama dan saat
itu para jamaah menyetujui;
- Bahwa saksi hanya tahu yang tidak pulang ada 5 (lima) orang yang tidak
pulang ke Indonesia tetapi saya tidak ingat nama jamaahnya dan kemudian
Penggugat menunjukan bukti P-6 kepada saksi dan dibenarkan;
- Bahwa saksi tahu kalau PT Balubaid kena denda karena ada
Jemaah yang tidak pulang, tetapi saksi tidak tahu berapa dendanya ;
- Bahwa setahu saksi PT Azzahra sudah memiliki kuota di PT Balubaid
dan setahu saksi harga Visa di Balibaid kurang lebih 60 dollar .sampai
dengan 65 dollar;
Kemudian Tergugat menunjukan bukti T.2 dan T.8 dan dibenarkan;
- Bahwa setahu saksi PT Azzahra ada ijinnya untuk menyelenggarakan
ibadah Umroh, tetapi belum diperpanjang, dan setahu saksi kalau ijinnya
belum diperpanjang tidak boleh menerima Jamaah Umroh;
- Bahwa pada saat ada kasus jamaah yang 5 (lima) orang tidak pulang
ke Indonesia,dimana saat itu saya sedang resign/keluar, tetapi saya hanya
tahu kalau ada jemaah tidak pulang dan setahu saksi Perusahaan
harus
bertanggung jawab;
- Bahwa saksi bekerja di PT Azzahra dibagian Visa dan Direkturnya Hj
Umi Kulsum dan setahu saksi sebagai penanggung jawab devisi Visa adalah
Bapak Malik, kemudian Tergugat menunjukan Bukti T.3, dan dijawab oleh
saksi kalau P Malik bukan di PT Azzahra ;
- Bahwa saksi tidak tahu kalau Pak malik bukan di PT Azahra dan Saya
kerja di PT Azzahra hanya Free Lance;
- Bahwa saksi tidak kenal dengan Gugun Gumara hanya kenal muka dan
setahu saksi Gugun Gunara bukan jemaah;
- Bahwa setahu saksi yang mengimput data Bapak Malik dan setahu
saksi yang membuat surat perintah adalah Gugun Gunara;
- Bahwa yang menerima saksi bekerja adalah Bapak Malik dan setahu
saksi PT Azhara berkantor di Condet;

Menimbang, bahwa baik Penggugat maupun Tergugat mengajukan


kesimpulannya tanggal 10 Juli 2018, dan selanjutnya para pihak tidak akan
mengajukan apa-apa lagi dan mohon agar perkara ini diputus;

Halaman 29 dari 63 Putusan Perdata Gugatan Nomor 474./Pdt.G/2017/PN Jkt Tim.


m Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

a Menimbang, bahwa untuk mempersingkat uraian putusan ini maka


segala sesuatu yang termuat dalam berita acara persidangan dianggap telah
termuat pula dalam putusan ini ;

TENTANG PERTIMBANGAN HUKUM

Menimbang, bahwa maksud dan tujuan gugatan Penggugat adalah


sebagaimana tersebut di atas ;

Menimbang, bahwa penggugat dengan surat gugatnya tertanggal 4


Desember 2017 yang didaftarkan dan di catat di Kepaniteraan Pengadilan
Negeri Jakarta Timur tanggal 4 Desember 2017 ;
- Bahwa TERGUGAT telah mengajukan permohonan pengurusan visa
sebanyak 80 (delapan puluh) jemaah Umroh kepada PENGGUGAT
sebagaimana dituangkan dalam manifest Azzahra Tour & Travel Group 11
Juni 2017 selanjutnya disebut dengan “Permohonan Visa”. (Bukti P-1 );
- Bahwa berdasarkan Permohonan Visa tersebut, PENGGUGAT
melakukan pengurusan visa untuk beberapa jemaah Umroh TERGUGAT.
Setelah visa tersebut selesai diurus oleh PENGGUGAT, kemudian beberapa
jemaah TERGUGAT dapat diberangkatkan Ke Arab Saudi untuk
menjalankan program ibadah umroh;
- Bahwa pada 1 Juli 2017, PENGGUGAT mendapat laporan dari Muasasah
Shagadif. Muasasah Shagadif merupakan rekanan operator umroh
PENGGUGAT yang merupakan badan atau Yayasan yang ditugaskan untuk
menerbitkan paspor oleh Kementerian Luar Negeri Arab Saudi. Selain itu,
PENGGUGAT juga mendapatkan laporan dari Direktorat Jenderal
Pembinaan Haji dan Umroh Kementerian Agama Republik Indonesia, yang
pada pokoknya menyatakan 5 (lima) orang jemaah dari sebanyak 14
(empat belas) jemaah umroh TERGUGAT, yang menggunakan pengurusan
visa PENGGUGAT, yaitu;
f. AGUSTINA DARMIATI;
g. WINDA ANDALUSSIANI;
h. NURTJAHJANI TITI PURWANINGRUM;
i. NIEK PERWIN;
j. ECIK KURAESIN.
Paspornya sempat ditahan oleh pihak hotel Thawarat Andaloesia
Makkah karena TERGUGAT memiliki tagihan yang belum dibayar

Halaman 30 dari 63 Putusan Perdata Gugatan Nomor 474./Pdt.G/2017/PN Jkt Tim.

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 30
m Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

a kepada pihak hotel Thawarat Andaloesia sebesar 60.000 Riyal (enam


puluh ribu Riyal). (Bukti P-3);
- Bahwa atas Laporan tersebut, PENGGUGAT selanjutnya
melakukan konfirmasi kepada TERGUGAT terkait permasalahan
penahanan paspor jemaah TERGUGAT tersebut di hotel Thawarat
Andaloesia. Selanjutnya, TERGUGAT segera menyelesaikan
pembayaran atas tagihan hotel Thawarat Andaloesia tersebut;
- Bahwa setelah pembayaran diselesaikan, paspor 5 (lima) jemaah yang
ditahan oleh hotel Thawarat Andaloesia dikembalikan dan kemudian
pada 9 Juli 2017, TERGUGAT memulangkan ke-5 (kelima) jemaah
tersebut ke Indonesia;
- Bahwa peristiwa penahanan paspor kelima jemaah tersebut, jelas sangat
merugikan dan telah mencoreng nama PENGGUGAT karena karena
paspor tersebut dikeluarkan atas permintaan pengurusan yang dilakukan
oleh TERGUGAT;
- Bahwa selain permasalahan penahanan paspor jemaah oleh pihak
hotel Thawarat Andaloesia tersebut, pada 6 Juli 2017 terjadi juga
permasalahan lain yang lebih serius terhadap jemaah umrah
TERGUGAT, dimana PENGGUGAT kembali mendapat teguran dari
Muasasah Shagadif dikarenakan 5 (lima) jemaah TERGUGAT yang
mengurus dan menggunakan visa dari Penggugat, yaitu:
f. ZAINUL MUJAHIDIN MASRI;
g. MADING BUTAK MUDAH;
h. MUAWANAH AFANDI ALI;
i. BAIQ SURIYANI MAHMUD AKBAR;
j. NURHASANAH BT SAPII.
5 orang tersebut, telah tinggal di Arab Saudi melebihi dari masa
program umrah (overstay). Kelima jemaah umroh TERGUGAT tersebut
masuk ke Arab Saudi pada 18 Juni 2017 dan hingga gugatan ini
diajukan masih belum keluar dari Arab Saudi dan tidak diketahui
keberadaannya (selanjutnya disebut “Permasalahan Overstay”).
(Bukti P- 4);
- Bahwa atas permasalahan overstay tersebut, PENGGUGAT
mendapatkan Surat Teguran Muasasah
Shagadif. Surat Muasasah Shagadif memperingatkan
PENGGUGAT untuk membayar denda dan memberikan

Halaman 31 dari 63 Putusan Perdata Gugatan Nomor 474./Pdt.G/2017/PN Jkt Tim.

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1
m Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

a waktu kepada PENGGUGAT hingga 20 Agustus 2017 untuk membayarkan


denda yang timbul dari Permasalahan Overstay tersebut sebesar 25.000
riyal (dua puluh lima ribu riyal) per jemaah. Apabila hingga tanggal 20
Agustus 2017 tersebut tidak dapat membayarkan denda, maka pihak
Muasasah Shagadif akan mencairkan Bank Garansi milik PENGGUGAT;
- Bahwa karena jemaah tersebut merupakan jemaah TERGUGAT, maka
seharusnya pihak yang bertangung jawab adalah TERGUGAT. Namun
dalam hal ini justru PENGGUGAT harus menanggung akibat dari Perbuatan
yang dilakukan oleh TERUGAT;
- Bahwa untuk menindaklanjuti teguran Muasasah Shagadif, sebagai
bentuk itikad baik dari PENGGUGAT untuk menyelesaikan permasalahan
secara musyawarah, maka pada tanggal 6 Juli 2017 PENGGUGAT
langsung menyampaikan permasalahan overstay tersebut kepada
TERGUGAT. Selanjutnya, TERGUGAT meminta waktu untuk menyelesaikan
Permasalahan overstay ini;
- Bahwa tindak lanjut dari penyelesaian Permasalahan overstay ini,
PENGGUGAT dan TERGUGAT sepakat untuk melakukan pertemuan pada
13 Juli 2017. Dalam pertemuan tersebut dihadiri oleh:
a. Abdul Malik Mansi Banjar sebagai perwakilan TERGUGAT;
b. Labiib sebagai perwakilan PENGGUGAT.
- Bahwa hasil dari pertemuan tersebut, TERGUGAT menyadari
dan mengakui dengan tegas kesalahannya dan bersedia bertanggung
jawab untuk mengganti segala kerugian yang timbul atas permasalahan
overstay. Tanpa ada paksaan, TERGUGAT kemudian membuat Surat
Pernyataan tertanggal 13 Juli 2017 yang pada pokoknya menyatakan:
b. TERGUGAT mengakui dan membenarkan bahwa ke-5 (kelima)
jemaah yang namanya tersebut di bawah ini:
f. ZAINUL MUJAHIDIN MASRI;
g. MADING BUTAK MUDAH;
h. MUAWANAH AFANDI ALI;
i. BAIQ SURIYANI MAHMUD AKBAR;
j. NURHASANAH BT SAPII.
Merupan jemaah TERGUGAT. Hingga sampai saat ini belum
kembali dari Arab Saudi dan sudah melebihi hari di program umroh.

Halaman 32 dari 63 Putusan Perdata Gugatan Nomor 474./Pdt.G/2017/PN Jkt Tim.


m Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

a Akibat masalah yang timbul termasuk kerugian berupa denda dari


muasasah shagadif sepenuhnya tanggung jawab Azzahra (Bukti P-
2);
- Bahwa hingga tiba waktu yang telah disepakati, TERGUGAT sama
sekali tidak menindaklanjuti rencana pertemuan tersebut dan
terkesan menghindari PENGGUGAT. Pada akhirnya PENGGUGAT
berkesimpulan bahwa TERGUGAT memiliki itikad tidak baik karena
tidak mau menyelesaikan permasalahan secara musyawarah dan
berniat menghindari tanggung jawab atas kesalahannya;
- Bahwa kemudian, dengan penuh itikad baik PENGGUGAT
kembali mengingatkan TERGUGAT dengan mengirimkan Surat Teguran
I melalui kuasa hukumnya pada 9 Agustus 2017. Isi dari Surat Teguran I
tersebut pada pokoknya meminta TERGUGAT untuk dapat
menyelesaikan permasalahan tersebut dengan membayar denda atas
kelima jemaah yang overstay. Namun, TERGUGAT sama sekali tidak
menanggapi Surat Teguran I tersebut. (Bukti P-5);
- Bahwa selanjutnya, sampai lewat batas waktu yang telah ditetapkan
oleh Muasasah Shagadif yaitu 20 Agustus 2017, TERGUGAT tidak
kunjung menyelesaikan Permasalahan Overstay sebagaimana tertuang
pada Surat Pernyataan tertanggal 13 Juli 2017;
- Bahwa kemudian menindaklanjuti kondisi tersebut, pada 21 Agustus
2017 PENGGUGAT melalui kuasa hukumnya kembali mengirimkan Teguran
II kepada TERGUGAT dengan harapan ada jalan keluar untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut, namun faktanya sekali lagi tidak ada
tanggapan sama sekali dari TERGUGAT. (Bukti P- 6);
- Bahwa selain mengirimkan somasi II, PENGGUGAT juga
mengupayakan penyelesaian melalui Kementrian Agama Republik
Indonesia, dengan mengirimkan surat No.Ref: 196/BPL/SLN/IX/2017,
tertanggal 15 September 2017 kepada Direktur Jenderal Pembinaan Haji
dan Umroh Kementerian Agama Republik Indonesia dengan harapan ada
bantuan penyelesaian mengenai permasalahan overstay. (Bukti P- 7);
- Bahwa
kemudian PENGGUGAT juga mengirimkan kembali Teguran ke III pada 18
September 2017, namun sama sekali tidak ada tanggapan mengenai
penyelesaian permasalahan dari TERGUGAT. Hingga pada
akhirnya, pada 3 Oktober 2017 TERGUGAT mengirimkan pemberitahuan

Halaman 33 dari 63 Putusan Perdata Gugatan Nomor 474./Pdt.G/2017/PN Jkt Tim.


m Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

a melalui kuasa hukumnya yang pada pokoknya hanya menyampaikan


penunjukan kuasa hukum dan meminta waktu untuk dapat membalas surat
yang PENGGUGAT kirimkan. (Bukti P- 8);
- Bahwa pada 10 Oktober 2017, Direktur Jenderal Pembinaan Haji dan
Umroh Kementerian Agama Republik (“Dirjen Pembinaan Haji dan
Umroh”) Indonesia memanggil PENGGUGAT untuk dimintai keterangan
mengenai permasalahan overstay. PENGGUGAT telah menyampaikan
seluruh permasalahan tersebut dan Dirjen Pembinaan Haji dan Umroh
menyampaikan akan memanggil TERGUGAT karena overstay jemaah
merupakan masalah serius;
- Bahwa sekian lama PENGGUGAT menunggu itikad baik dari
TERGUGAT, namun faktanya TERGUGAT sama sekali tidak memberi
respon apapun. PENGGUGAT berkesimpulan terhadap perbuatan melawan
hukum yang dilakukan oleh TERGUGAT, harus diselesaikan melalui proses
Peradilan;
di bawah Register Nomor : 424/Pdt.G/2017/PN.Jkt. Tim,telah
mengemukakan hal-hal sebagai berikut :
- Pada bulan Juni 2017 TERGUGAT telah mengajukan permohonan
pengurusan visa sebanyak 80 (delapan puluh) jemaah Umroh kepada
PENGGUGAT sebagaimana dituangkan dalam manifest Azzahra Tour &
Travel Group 11 Juni 2017 selanjutnya disebut dengan “Permohonan Visa”.
(Bukti P-1 );
- Berdasarkan Permohonan Visa tersebut, PENGGUGAT melakukan
pengurusan visa untuk beberapa jemaah Umroh TERGUGAT. Setelah visa
tersebut selesai diurus oleh PENGGUGAT, kemudian beberapa jemaah
TERGUGAT dapat diberangkatkan Ke Arab Saudi untuk menjalankan
program ibadah umroh;
- Pada 1 Juli 2017, PENGGUGAT mendapat laporan dari Muasasah
Shagadif. Muasasah Shagadif merupakan rekanan operator umroh
PENGGUGAT yang merupakan badan atau Yayasan yang ditugaskan untuk
menerbitkan paspor oleh Kementerian Luar Negeri Arab Saudi. Selain itu,
PENGGUGAT juga mendapatkan laporan dari Direktorat Jenderal
Pembinaan Haji dan Umroh Kementerian Agama Republik Indonesia, yang
pada pokoknya menyatakan 5 (lima) orang jemaah dari sebanyak 14 (empat
belas) jemaah umroh TERGUGAT, yang menggunakan pengurusan visa
PENGGUGAT, yaitu;

Halaman 34 dari 63 Putusan Perdata Gugatan Nomor 474./Pdt.G/2017/PN Jkt Tim.


m Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

a k. AGUSTINA DARMIATI;
l. WINDA ANDALUSSIANI;
m. NURTJAHJANI TITI PURWANINGRUM;
n. NIEK PERWIN;
o. ECIK KURAESIN.
Paspornya sempat ditahan oleh pihak hotel Thawarat Andaloesia
Makkah karena TERGUGAT memiliki tagihan yang belum dibayar
kepada pihak hotel Thawarat Andaloesia sebesar 60.000 Riyal (enam
puluh ribu Riyal). (Bukti P-3);
- Atas Laporan tersebut, PENGGUGAT selanjutnya melakukan konfirmasi
kepada TERGUGAT terkait permasalahan penahanan paspor jemaah
TERGUGAT tersebut di hotel Thawarat Andaloesia. Selanjutnya,
TERGUGAT segera menyelesaikan pembayaran atas tagihan hotel
Thawarat Andaloesia tersebut;
- Setelah pembayaran diselesaikan, paspor 5 (lima) jemaah yang ditahan
oleh hotel Thawarat Andaloesia dikembalikan dan kemudian pada 9 Juli
2017, TERGUGAT memulangkan ke-5 (kelima) jemaah tersebut ke
Indonesia;
- Peristiwa penahanan paspor kelima jemaah tersebut, jelas sangat
merugikan dan telah mencoreng nama PENGGUGAT karena karena paspor
tersebut dikeluarkan atas permintaan pengurusan yang dilakukan oleh
TERGUGAT;
- Selain permasalahan penahanan paspor jemaah oleh pihak hotel
Thawarat Andaloesia tersebut, pada 6 Juli 2017 terjadi juga
permasalahan lain yang lebih serius terhadap jemaah umrah
TERGUGAT , dimana PENGGUGAT kembali mendapat teguran dari
Muasasah Shagadif dikarenakan 5 (lima) jemaah TERGUGAT yang
mengurus dan menggunakan visa dari Penggugat, yaitu:
k. ZAINUL MUJAHIDIN MASRI;
l. MADING BUTAK MUDAH;
m. MUAWANAH AFANDI ALI;
n. BAIQ SURIYANI MAHMUD AKBAR;
o. NURHASANAH BT SAPII.
5 orang tersebut, telah tinggal di Arab Saudi melebihi dari masa
program umrah (overstay). Kelima jemaah umroh TERGUGAT tersebut
masuk ke Arab Saudi pada 18 Juni 2017 dan hingga gugatan ini
diajukan masih belum keluar dari Arab Saudi dan tidak diketahui

Halaman 35 dari 63 Putusan Perdata Gugatan Nomor 474./Pdt.G/2017/PN Jkt Tim.


m Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

a keberadaannya (selanjutnya disebut “Permasalahan Overstay”).


(Bukti P- 4);
- Atas permasalahan overstay tersebut, PENGGUGAT mendapatkan
Surat Teguran Muasasah Shagadif. Surat Muasasah Shagadif
memperingatkan PENGGUGAT untuk membayar denda dan memberikan
waktu kepada PENGGUGAT hingga 20 Agustus 2017 untuk membayarkan
denda yang timbul dari Permasalahan Overstay tersebut sebesar 25.000
riyal (dua puluh lima ribu riyal) per jemaah. Apabila hingga tanggal 20
Agustus 2017 tersebut tidak dapat membayarkan denda, maka pihak
Muasasah Shagadif akan mencairkan Bank Garansi milik PENGGUGAT;
- Dikarenakan jemaah tersebut merupakan jemaah TERGUGAT, maka
seharusnya pihak yang bertangung jawab adalah TERGUGAT. Namun
dalam hal ini justru PENGGUGAT harus menanggung akibat dari Perbuatan
yang dilakukan oleh TERUGAT;
- Menindaklanjuti teguran Muasasah Shagadif, sebagai bentuk itikad baik
dari PENGGUGAT untuk menyelesaikan permasalahan secara musyawarah,
maka pada tanggal 6 Juli 2017 PENGGUGAT langsung menyampaikan
permasalahan overstay tersebut kepada TERGUGAT. Selanjutnya,
TERGUGAT meminta waktu untuk menyelesaikan Permasalahan overstay
ini;
- Tindak lanjut dari penyelesaian Permasalahan overstay ini,
PENGGUGAT dan TERGUGAT sepakat untuk melakukan pertemuan pada 13
Juli 2017. Dalam pertemuan tersebut dihadiri oleh:
c. Abdul Malik Mansi Banjar sebagai perwakilan TERGUGAT;
d. Labiib sebagai perwakilan PENGGUGAT.
- Hasil dari pertemuan tersebut, TERGUGAT menyadari dan mengakui
dengan tegas kesalahannya dan bersedia bertanggung jawab untuk
mengganti segala kerugian yang timbul atas permasalahan overstay. Tanpa
ada paksaan, TERGUGAT kemudian membuat Surat Pernyataan tertanggal
13 Juli 2017 yang pada pokoknya menyatakan:
c. TERGUGAT mengakui dan membenarkan bahwa ke-5 (kelima)
jemaah yang namanya tersebut di bawah ini:
k. ZAINUL MUJAHIDIN MASRI;
l. MADING BUTAK MUDAH;
m. MUAWANAH AFANDI ALI;

Halaman 36 dari 63 Putusan Perdata Gugatan Nomor 474./Pdt.G/2017/PN Jkt Tim.


m Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

a n. BAIQ SURIYANI MAHMUD AKBAR;


o. NURHASANAH BT SAPII.
Merupan jemaah TERGUGAT. Hingga sampai saat ini belum
kembali dari Arab Saudi dan sudah melebihi hari di program umroh.
Akibat masalah yang timbul termasuk kerugian berupa denda dari
muasasah shagadif sepenuhnya tanggung jawab Azzahra (Bukti P-
2);
- Hingga tiba waktu yang telah disepakati, TERGUGAT sama sekali tidak
menindaklanjuti rencana pertemuan tersebut dan terkesan menghindari
PENGGUGAT. Pada akhirnya PENGGUGAT berkesimpulan bahwa
TERGUGAT memiliki itikad tidak baik karena tidak mau menyelesaikan
permasalahan secara musyawarah dan berniat menghindari tanggung
jawab atas kesalahannya;
- Kemudian, dengan penuh itikad baik PENGGUGAT kembali
mengingatkan TERGUGAT dengan mengirimkan Surat Teguran I melalui
kuasa hukumnya pada 9 Agustus 2017. Isi dari Surat Teguran I tersebut
pada pokoknya meminta TERGUGAT untuk dapat menyelesaikan
permasalahan tersebut dengan membayar denda atas kelima jemaah yang
overstay. Namun, TERGUGAT sama sekali tidak menanggapi Surat Teguran
I tersebut. (Bukti P-5);
- Selanjutnya, sampai lewat batas waktu yang telah ditetapkan oleh
Muasasah Shagadif yaitu 20 Agustus 2017, TERGUGAT tidak kunjung
menyelesaikan Permasalahan Overstay sebagaimana tertuang pada Surat
Pernyataan tertanggal 13 Juli 2017;
- Kemudian menindaklanjuti kondisi tersebut, pada 21 Agustus 2017
PENGGUGAT melalui kuasa hukumnya kembali mengirimkan Teguran II
kepada TERGUGAT dengan harapan ada jalan keluar untuk menyelesaikan
permasalahan tersebut, namun faktanya sekali lagi tidak ada tanggapan
sama sekali dari TERGUGAT. (Bukti P- 6);
- Selain mengirimkan somasi II, PENGGUGAT juga mengupayakan
penyelesaian melalui Kementrian Agama Republik Indonesia, dengan
mengirimkan surat No.Ref: 196/BPL/SLN/IX/2017, tertanggal 15 September
2017 kepada Direktur Jenderal Pembinaan Haji dan Umroh Kementerian
Agama Republik Indonesia dengan harapan ada bantuan penyelesaian
mengenai permasalahan overstay. (Bukti P- 7);

Halaman 37 dari 63 Putusan Perdata Gugatan Nomor 474./Pdt.G/2017/PN Jkt Tim.


m Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

a - Kemudian PENGGUGAT juga mengirimkan kembali Teguran ke III pada


18 September 2017, namun sama sekali tidak ada tanggapan mengenai
penyelesaian permasalahan dari TERGUGAT. Hingga pada akhirnya, pada
3 Oktober 2017 TERGUGAT mengirimkan pemberitahuan melalui kuasa
hukumnya yang pada pokoknya hanya menyampaikan penunjukan kuasa
hukum dan meminta waktu untuk dapat membalas surat yang
PENGGUGAT kirimkan. (Bukti P- 8);
- Pada 10 Oktober 2017, Direktur Jenderal Pembinaan Haji dan Umroh
Kementerian Agama Republik (“Dirjen Pembinaan Haji dan Umroh”)
Indonesia memanggil PENGGUGAT untuk dimintai keterangan mengenai
permasalahan overstay. PENGGUGAT telah menyampaikan seluruh
permasalahan tersebut dan Dirjen Pembinaan Haji dan Umroh
menyampaikan akan memanggil TERGUGAT karena overstay jemaah
merupakan masalah serius;
- Sekian lama PENGGUGAT menunggu itikad baik dari TERGUGAT,
namun faktanya TERGUGAT sama sekali tidak memberi respon apapun.
PENGGUGAT berkesimpulan terhadap perbuatan melawan hukum yang
dilakukan oleh TERGUGAT, harus diselesaikan melalui proses Peradilan;

Menimbang, bahwa Tergugat dalam jawabannya telah mengajukan


Eksepsi, maka dipertimbangkan sebagai berikut :

I. DALAM EKSEPSI :

Menimbang, bahwa maksud dan tujuan gugatan Penggugat adalah


sebagaimana tersebut di atas ;

Menimbang, bahwa Tergugat selain menyangkal dalil-dalil gugatan


Penggugat, ternyata juga telah mengajukan eksepsi yang pada pokoknya
berisi sebagaimana tersebut di bawah ini ;
1. Gugatan Penggugat Kabur (Obscuur Lieble)
Gugatan Penggugat tidak jelas/kabur, karena apakah Gugatan
Perbuatan Melawan Hukum ataukah Gugatan Wanprestasi ;
2. Gugatan Penggugat Error in Persona
Karena Diskwalifikasi in Person dan salah sasaran Pihak yang
digugat (Gemis aan hoedanigheid) ;
3. Kekurangan Pihak (Plurium Litis Consortium)

Halaman 38 dari 63 Putusan Perdata Gugatan Nomor 474./Pdt.G/2017/PN Jkt Tim.


m Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

a Menimbang, bahwa atas eksepsi Tergugat tersebut, Penggugat telah


membantahnya dengan mengatakan pada pokoknya bahwa gugatan
Penggugat telah jelas menguraikan fakta hukum dan tuntutannya yakni adanya
suatu perbuatan melawan hukum, sebagaimana judul gugatannya. Di dalam
dalil-dalil gugatannyapun telah diuraikan secara jelas perbuatan Tergugat yang
telah melakukan perbuatan melawan hukum sehubungan dengan adanya
Perbuatan Tergugat yang tidak memulangkan 5 (lima) jemaah jelas telah
melanggar ketentuan pasal 45 ayat (1) Undang-Undang No.20 Tahun 2008,
yang menyatakan bahwa Penyelenggaraan perjalanan ibadah Umroh wajib
memberangkatkan dan memulangkan jamaah sesuai dengan masa berlaku
Visa Umroh di Arab Saudi dan ketentuan peraturan perundang undangan oleh
karena itu tindakan Tergugat jelas telah terkualifikasi dan telah memenuhi
unsur-unsur dalam pasal 1365 KUH Perdata yang menimbulkan kerugian bagi
Penggugat, demikian pula dalam gugatannya Penggugat telah menjelaskan
hubungan hukum dengan para pihak yang kini mesti digugatnya, sehingga
gugatan Penggugat telah terang, lengkap dan tidaklah kabur;

Menimbang, bahwa berdasarkan hal tersebut oleh karena itulah, kini


dipertimbangkan keseluruhan eksepsi Tergugat tersebut untuk sampai pada
suatu kesimpulan apakah benar gugatan Penggugat kabur (obscuur libel) atau
tidak terang (onduidelijk), serta gugatan Penggugat error in subjecto?;

Menimbang, bahwa kalaulah demikian pokok permasalahan dalam


eksepsi Para Tergugat tersebut, perlulah diketahui meskipun undang-undang
yaitu Pasal 125 ayat (2), Pasal 133, Pasal 134, dan Pasal 136 Het Herziene
Indonesich Reglement (selanjutnya disingkat HIR) hanya menyebut eksepsi
kompetensi mengadili secara absolut dan relatif, namun ternyata masih
banyak lagi eksepsi lain yang diakui keberadaannya dalam praktik peradilan,
maupun doktrin hukum. Sebenarnya keabsahan dan keberadaan eksepsi
selain eksepsi kompetensi diakui secara tersirat dalam Pasal 136 HIR, Pasal
114 Reglement op de Recthvordering (selanjutnya disingkat dengan Rv), yang
mengatur eksepsi sebagai berikut : “Perlawanan yang hendak dikemukakan
oleh Para Tergugat (exceptie), kecuali tentang hal hakim tidak berkuasa, tidak
akan dikemukakan dan ditimbang masing-masing, tetapi harus dibicarakan
dan diputuskan bersama-sama dengan pokok perkara”;

Menimbang, bahwa dalam praktik peradilan ternyata banyak sekali


bentuk eksepsi di luar eksepsi mengenai kompetensi yang cara pengajuannya

Halaman 39 dari 63 Putusan Perdata Gugatan Nomor 474./Pdt.G/2017/PN Jkt Tim.


m Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

a diatur dalam Pasal 114 Rv. Ketentuan tersebut telah dijadikan pedoman oleh
praktik peradilan yang pada pokoknya menggariskan semua eksepsi kecuali
eksepsi kompetensi absolut harus disampaikan bersama sama dengan
jawaban pertama terhadap pokok perkara, dan jika tidak dilakukan bersamaan
maka hilang hak Tergugat untuk mengajukan eksepsi;

Menimbang, bahwa dengan demikian eksepsi dalam konteks hukum


acara perdata bermakna tangkisan atau bantahan (objection), bisa juga berarti
pembelaan (plea) yang diajukan Tergugat terhadap materi gugatan Penggugat.
Namun tangkisan atau bantahan yang diajukan dalam bentuk eksepsi
ditujukan kepada hal yang menyangkut syarat formalitas gugatan yaitu jika
gugatan yang diajukan mengandung cacat atau pelanggaran formil yang
mengakibatkan gugatan tidak sah, karenanya gugatan tidak dapat diterima
(inadmissible). Dengan demikian, tangkisan yang diajukan dalam bentuk
eksepsi tidak ditujukan dan tidak menyinggung bantahan terhadap pokok
perkara (Verweer ten principale);

Menimbang, bahwa selanjutnya dengan mendasarkan pada pengertian


yuridis tentang eksepsi tersebut di atas, kini dipertimbangkan apakah benar
gugatan Penggugat mengandung cacat atau pelanggaran formil karena
sesungguhnya Penggugat salah sasaran pihak yang digugat (Gemis aanhoeda
nigheid) dan atau juga kurang pihak dan ataupun kabur sehingga
mengakibatkan gugatan tidak sah, oleh karena itu gugatan harus dinyatakan
tidak dapat diterima (inadmissible);

Menimbang, bahwa memperhatikan dalil-dali eksepsi Tergugat tersebut


di atas, maka dapatlah disimpulkan bahwa eksepsi tersebut adalah suatu
eksepsi yang menyangkut acara yang dalam hukum acara perdata lazim
disebut sebagai eksepsi prosessuil, yaitu eksepsi yang menghalangi
dikabulkannya gugatan, karena gugatan dipandang cacat formil dan ataupun
kabur (tidak jelas);

Menimbang, bahwa dengan demikian eksepsi tersebut, haruslah


dipertimbangkan dan diputuskan bersama-sama dengan pokok perkara, untuk
menghidarkan kelambatan yang tidak perlu, atau dibuat-buat, agar proses
berjalan cepat dan lancar;
Menimbang, bahwa setelah diperhatikan dalil-dalil posita maupun
petitum gugatan Penggugat ternyata pada pokoknya telah menyebutkan

Halaman 40 dari 63 Putusan Perdata Gugatan Nomor 474./Pdt.G/2017/PN Jkt Tim.

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 40
m Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

a Tergugat telah melakukan perbuatan melawan hukum yang merugikan


Penggugat, sehubungan tidak dipulangkannya/overstay jemaah Umroh
Tergugat di Arab Saudi sehingga Penggugat dikenakan denda dari Muasasah
Shagadif sebesar 125.000 (seratus dua puluh lima ribu real jika dikonversikan
kerupiah sebesar Rp. 451.242.608,- (empat ratus lima puluh satu juta dua
ratus empat puluh dua ribu enam ratus delapan rupiah);

Menimbang, bahwa setelah diperhatikan kedudukan hukum dan


kapasitas hukum serta keadaan Penggugat dalam relevansinya dengan
keberadaan dan jawaban Tergugat, maka sesuai dengan prinsip peradilan
yang sederhana, cepat dan biaya ringan, maka pokok masalah dan tuntutan
gugatan Penggugat terhadap Tergugat sebagaimana didalilkan dalam surat
gugatannya, manakala diartikan secara homonim memang gugatan Penggugat
tersebut, dimaksudkan sebagai suatu gugatan perbuatan melawan hukum.
Sebab, telah menjadi communis opinio untuk memberikan kepastian kepada
hakim tentang adanya peristiwa-peristiwa tertentu, maka hakim yang harus
mengkonstatir peristiwanya, mengkualifisirnya dan kemudian mengkonstituir,
suatu peristiwa hukum yang menjadi pokok permasalahan dalam suatu
perkara;

Menimbang, bahwa dengan demikian kalaulah sudah jelas dan terang


bahwa pokok masalah yang dijadikan dasar gugatan Penggugat adalah
masalah perbuatan melawan hukum karena Tergugat memberangkatkan
Jemaah Umroh dengan menggunakan Visa yang diuruskan oleh Penggugat
dan akhirnya ada Jemaah yang tidak pulang/overstay sebanyak 5 (lima) orang;

Menimbang, bahwa gugatan yang diajukan oleh Penggugat kabur


(obscuur liebel), karena gugatan Penggugat merupakan komulasi dua
perkara yang satu dengan yang lainnya tidak ada hubungan yang erat, yang
mana satu berkaitan dengan wanprestasi dan yang satunya lagi berkaitan
dengan perbuatan melawan hukum, penggabungan perbuatan melawan
hukum dengan wanprestasi dalam satu gugatan melanggar tata tertib
hukum beracara, karena keduanya harus diselesaikan secara tersendiri,
sehingga gugatan Penggugat harus dinyatakan tidak dapat diterima;

Menimbang, bahwa selanjutnya kini dipertimbangkan materi eksepsi


Tergugat yakni mengenai gugatan Penggugat kabur karena gugatan
Penggugat merupakan komulasi dua perkara yang satu dengan yang

Halaman 41 dari 63 Putusan Perdata Gugatan Nomor 474./Pdt.G/2017/PN Jkt Tim.

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1
m Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

a lainnya tidak ada hubungan yang erat, yang mana satu berkaitan dengan
wanprestasi dan yang satunya lagi berkaitan dengan perbuatan melawan
hukum ;

Menimbang gugatan Penggugat tanggal 04 Desember 2017, Majelis


Hakim melihat bahwa yang menjadi pokok gugatan dalam gugatan Penggugat
ini adalah mengenai perbuatan melawan hukum (PMH) yang dilakukan oleh
Tergugat yang telah memberangkatkan jemaah Umroh ke Arab Saudi yang
visanya diuruskan oleh Penggugat dan ada 5 (lima) jemaah yang tidak kembali
/ overstay sehinga Penggugat didenda oleh Muasasah Shagadif dari
Pemerintah Arab Saudi, sehingga akibat perbuatan Tergugat tesebut
Penggugat mengalami kerugian ;

Menimbang, bahwa selain itu Majelis Hakim juga melihat dari uraian
posita gugatan Penggugat tersebut, ada uraian gugatan Penggugat mengenai
adanya pembebelian Visa Umroh untuk Jamaah Tergugat kepada Penggugat
yang kemudiaan ada 5 (lima) Jamaah yang tidak pulang atau Overstay
sehingga Penggugat didenda oleh Pemerintah Arab Saudi dan Penggugat
mengalami kerugian, oleh karena itu Majelis Hakim memandang hal ini
semata-mata hanyalah merupakan teknik menguraikan peristiwa hukumnya
secara kronologis yang sifatnya hanya sebagai pengantar pada apa yang
menjadi pokok gugatan sebenarnya yaitu adanya perbuatan melawan hukum
yang dilakukan oleh Tergugat tersebut dipandang telah merugikan Penggugat ;
Menimbang, bahwa kalaupun benar bahwa dalam gugatan Penggugat
tersebut terdapat suatu komulasi gugatan yakni penggabungan antara gugatan
perbuatan melawan hukum dan gugatan wanprestasi. Penyusunan teknik
gugatan seperti itupun, kini dalam beberapa yurisprudensi Mahkamah Agung
serta menurut perkembangan praktik beracara diperbolehkan. Hal ini dapat
dilihat dari Yurisprudensi Mahkamah Agung pada Putusan Mahkamah Agung
No. 2686 K/Pdt/1985 tanggal 29 Januari 1987 dan juga Putusan Mahkamah
Agung No. 866 K/Pdt/2007 tanggal 24 Oktober 2007 dimana dalam
pertimbangan putusannya menyatakan “ bahwa sungguhpun dalam gugatan
terdapat posita wanprestasi dan perbuatan melawan hukum, akan tetapi
dengan tegas diuraikan secara terpisah, maka gugatan yang demikian yang
berupa komulasi obyektif dapatlah dibenarkan“;

Menimbang, bahwa kalaupun Majelis Hakim menilai gugatan Penggugat


tersebut didasarkan pada suatu peristiwa tentang adanya gugatan wanprestasi

Halaman 42 dari 63 Putusan Perdata Gugatan Nomor 474./Pdt.G/2017/PN Jkt Tim.


m Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

a dan juga gugatan perbuatan melawan hukum, maka hakim yang harus
mengkonstatir peristiwa, mengkualifisirnya dan kemudian mengkonstituirnya.
Tindakan hakim tersebut, sesuai dengan praktik beracara di Pengadilan yang
sudah memperbolehkan adanya penggabungan gugatan wanprestasi dengan
perbuatan melawan hukum sekaligus dalam satu gugatan;

Menimbang, bahwa berdasarkan semua pertimbangan tersebut di atas,


Majelis Hakim berpendapat bahwa gugatan Penggugat tanggal 04 Desember
2018 tidaklah dapat dikatakan sebagai gugatan yang tidak jelas atau kabur
(obscuur libel), oleh karenanya terhadap eksepsi Tergugat mengenai hal ini
tidaklah beralasan dan harus ditolak ;

Menimbang, bahwa atas dalil eksepsi Gugatan Penggugat Error in


Persona dan Gugatan Penggugat Kurang Pihak (Plurium Litis Consortium)
yang akan dipertimbangkan secara khusus sebagai berikut:

- Bahwa dalam suatu gugatan perkara perdata, senantiasa terlibat dua


pihak. Pihak yang berkedudukan sebagai Penggugat, dan pihak yang
lain berkedudukan sebagai Tergugat. Sehubungan dengan hal tersebut,
pihak yang berkedudukan sebagai Penggugat harus orang yang benar-
benar memiliki kedudukan dan kapasitas yang tepat menurut hukum.
Begitu juga pihak yang ditarik sebagai Tergugat, harus orang yang tepat
memiliki kapasitas dan kedudukan yang benar. Keliru dan salah
bertindak sebagai Penggugat mengakibatkan gugatan mengandung
cacat formil. Demikian pula sebaliknya, apabila orang yang ditarik
sebagai Tergugat keliru dan salah mengakibatkan gugatan mengandung
cacat formil;

- Bahwa pokok gugatan Penggugat pada pokoknya adalah adanya


suatu perbuatan melawan hukum, karena terbitnya suatu akta hibah
dan dijadikan transaksi jual beli serta penguasaan atas tanah obyek
sengketa, oleh karena itu tentunya pokok utama yang harus diuraikan
secara jelas dalam gugatan Para Penggugat adalah bagaimanakah
terjadinya akta hibah transaksi tanah obyek sengketa dimaksud yang
didalikan telah melahirkan perbuatan melawan hukum tersebut mesti
dirumuskan, dalam dalil-dalil gugatan Penggugat tersebut;
- Bahwa selain itu, perlulah diperhatikan bahwa dasar dari suatu
gugatan adalah adanya hubungan hukum diantara para pihak, dan

Halaman 43 dari 63 Putusan Perdata Gugatan Nomor 474./Pdt.G/2017/PN Jkt Tim.


m Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

a orang atau pribadi hukum yang merasa bahwa hak-haknya dilanggar


dapat mengajukan gugatan terhadap seorang dan atau pribadi hukum
tersebut di Pengadilan;
- Bahwa sifat hukum secara perdata di Indonesia adalah sederhana,
biaya ringan dan cepat (Perhatikan Undang-Undang Nomor 48 tahun
2009 tentang Kekuasaan Kehakiman) dan sesungguhnya tidak ada
ketentuan khusus bagaimanakah format/materi suatu surat gugatan
harus diajukan dalam suatu surat gugatan harus disusun, karena
ketentuan pasal 118 HIR (bandingkan dengan Pasal 142 Rbg) hanya
menentukan surat gugatan harus diajukan dengan surat permintaan
yang ditandatangani oleh Penggugat atau wakilnya dan bagi yang buta
huruf dibuka kemungkinan untuk mengajukan gugatan secara lisan
kepada Ketua Pengadilan Negeri yang berwenang untuk mengadili
gugatannya dan mohon agar dibuatnya surat gugatan;
- Bahwa namun dalam kebiasaan praktik peradilan suatu surat
gugatan harus memuat gambaran yang jelas mengenai duduk
perkaranya, dengan perkataan lain dasar gugatan harus dikemukakan
dengan jelas dalam fundamentum petendi/posita yaitu bagian yang
memuat alasan-alasan berdasarkan keadaan dan alasan-alasan
berdasarkan hukum;

Menimbang, bahwa memang berdasarkan berbagai putusan Mahkamah


Agung RI, dapatlah dipedomani standar dan atau pedoman untuk menilai
apakah suatu gugatan dapat dinyatakan kabur yakni antara lain posita
(fundamentum petendi) tidak menjelaskan dasar hukum dan hubungan hukum
dan atau dasar kejadian yang mendasari gugatan. Namum, setelah Majelis
Hakim memperhatikan dengan seksama dalil-dalil gugatan Penggugat,
ternyata secara spesifik telah jelas menyebutkan hubungan hukum antara
Penggugat dengan Tergugat dan juga telah menyebutkan dasar gugatan
Penggugat adalah adanya suatu perbuatan melawan hukum yang dilakukan
Tergugat yang merugikan Penggugat. Sedangkan hubungan hukum tersebut
dapat lahir karena undang-undang maupun perjanjian. Oleh karena dalam
gugatan Penggugat tersebut telah diuraikan secara jelas hubungan hukum
yang terjadi antara Penggugat dengan Tergugat yang didalilkan Penggugat
telah menguruskan Visa untuk Jemaah Umroh yang diberangkatkan oleh
Tergugat dan ada 5 orang yang tidak kembali/overstay sehingga Penggugat

Halaman 44 dari 63 Putusan Perdata Gugatan Nomor 474./Pdt.G/2017/PN Jkt Tim.


m Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

a didenda oleh Pemerintah Arab Saudi yang merugikannya, sehingga dari


penegasan dalil gugatan Penggugat yang demikian haruslah ditapsirkan
Penggugat tersebut telah menguraikan hubungan hukum dan dasar hukum
yang cukup sebagai perbuatan melawan hukum. Oleh karena itu karena dalam
bagian posita telah menyebutkan secara sepesifik hubungan hukum dan
ketentuan dasar hukum perbuatan Tergugat dengan Penggugat, maka tidaklah
mesti gugatan harus dinyatakan kabur, karena menghadapi hal yang demikian
Majelis Hakim harus bersikap arif dan bijakkasana dan melakukan pendekatan
yang bersifat lentur dan tidak melakukan pendekatan yang bersifat kaku
sampai berkesimpulan gugatan Penggugat kabur dan harus tidak dapat
diterima, tetapi hal tersebut harus dipertimbangkan dengan cara
menyimpulkan bahwa dalil gugatan Penggugat dan petitum gugatan harus
dianggap bertitik tolak atas tindakan perbuatan melawan hukum. Disamping
itu, dalil eksepsi yang demikian jelas telah bertentangan dengan makna dan
hakikat suatu eksepsi yang pada pokoknya merupakan suatu tangkisan di luar
pokok perkara, karena dalam bagian pokok perkara berdasarkan bukti-bukti
yang diajukan para pihak nanti disimpulkan fakta-kata juridis yang terungkap di
persidangan dan diadili kebenaran dali-dalil gugatan Penggugat termasuk
kewenangannya dalam bertindak dalam relevansinya mengajukan gugatan
terhadap Tergugat dan ataupun sangkalan Tergugat dimaksud. Dengan
demikian dalil eksepsi Tergugat sepanjang mengenai tidak adanya
kewenangan bertindak Penggugat dengan Tergugat haruslah ditolak;

Menimbang, bahwa dengan tidak lengkapnya pihak-pihak yang


seharusnya digugat tersebut, dipertimbangkan secara khusus sebagai berikut:
- Bahwa dalam suatu perkara di Pengadilan perlulah diperiksa
formalitas kebenaran suatu gugatan. Termasuk penyebutan identitas
dalam surat gugatan merupakan syarat formil keabsahan gugatan.
Suatu gugatan yang tidak menyebutkan identitas para pihak, apalagi
tidak menyebut identitas Para Tergugat secara benar, menyebabkan
gugatan tidak sah dan dianggap tidak ada, sebab jika surat gugatan
yang diajukan mengandung cacat atau pelanggaran formil
mengakibatkan gugatan tidak sah. Akibatnya, gugatan harus dinyatakan
tidak dapat diterima;
- Bahwa eksepsi Para Tergugat yang didasarkan dalil gugatan
Para Penggugat kurang pihak (dalam istilah hukum disebut plurium litis
consortium) merupakan salah satu genus dari gugatan yang cacat

Halaman 45 dari 63 Putusan Perdata Gugatan Nomor 474./Pdt.G/2017/PN Jkt Tim.


m Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

a karena eror in persona. Para Penggugat dalam bagian posita atau


fundamentum petendi maupun petitum (tuntutannya) jelas merupakan
suatu perbuatan melawan hukum yang telah dilakukan oleh para
Tergugat, bukan kepada orang lain. namum adanya suatu perbuatan
melawan hukum yang didalilkan telah dilakukan Tergugat yang
merugikan Penggugat;
cacat formil karena salah menentukan pihaknya (eror in persona)
manakala terdapat 3 (tiga) kategori, yaitu:
a. Diskualifikasi in person yaitu karena Para
Penggugatnya bukan persona standi in judicio. Misalnya Para
Penggugat adalah bukan orang yang mempunyai hak dan kepentingan,
atau karena Para Penggugatnya belum dewasa dan masih dibawah
pengampuan (under curatele) atau orang yang menggugat tidak
berkualitas. Misalnya orang tersebut tidak mendapat kuasa, atau
mungkin juga karena surat kuasanya tidak sah dan lain-lain;
b. Gemis aanhodanig heid yaitu orang yang ditarik atau yang
didudukkan sebagai Para Tergugat tidak tepat, misalnya direktur
perusahaan digugat secara pribadi;
c. Plurium litis consortium : yaitu orang yang ditarik sebagai Para
Tergugat tidak lengkap atau kurang pihaknya;

Menimbang, bahwa plurium litis consortium, berasal dari bahasa latin,


pluries berarti banyak, litis consertes berarti kawan sejawat - pihak berperkara.
Dalam referensi hukum, oleh para ahli hukum boleh dikatakan tidak ada yang
membicarakan secara tuntas dan memadai masalah tersebut. Kebanyakan
mereka hanya menjelaskan pengertiannya berdasarkan makna harafiah
(etimologis), sehingga dalam tataran praktis mumunculkan tapsiran dan
pemahaman yang subyektif-fareatif;

Menimbang, bahwa pada prinsipnya pihak yang harus ada pada sebuah
gugatan adalah Penggugat dan Tergugat. Mengenai siapa yang dimaksud
dengan Penggugat dan siapa Tergugat itu, hukum acara perdata tidak
memberikan penjelasan konkrit dan memadai, tetapi logika hukum obyektif
mengajarkan bahwa Penggugat atau yang patut menggugat adalah orang atau
orang-orang (termasuk badan hukum) yang merasa dirugikan atau dilanggar
haknya oleh orang lain. Sering juga didefinisikan “Penggugat” adalah
orang yang dilanggar hak subyektifnya. Sedangkan ”Tergugat” adalah orang

Halaman 46 dari 63 Putusan Perdata Gugatan Nomor 474./Pdt.G/2017/PN Jkt Tim.


m Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

a yang disangka telah merampas hak orang lain dan atau orang disangka
perbuatannya telah telah merugikan atau melanggar hak subyektif orang
lain. Dua pihak tersebut di atas adalah mutlak adanya sebagai ciri suatu
perkara gugatan yang bersifat ada persengketaannya (contentiosa);

Menimbang, bahwa selain dari pada itu logika hukum obyektif


mengatakan bahwa, orang yang perlu didudukkan sebagai Tergugat, hanyalah
orang yang nantinya dituntut untuk memenuhi suatu prestasi yang diminta oleh
Penggugat liwat putusan hakim. Sedangkan orang yang padanya diharapkan
tunduk atas putusan pengadilan untuk menerima hak adalah tidak merupakan
keharusan;

Menimbang, bahwa ternyata Penggugat dalam gugatannya tidak


mencantumkan dan tidak menuntut adanya seseorang yang bernama Amin
Ahmad Balubaid selaku direktur PT BALUBAID IKHWAN namun ternyata
didalam SURAT PERNYATAAN dan atau SURAT KESEPAKATAN tersebut
dilakukan oleh Sdr LABIB yang tidak punya otoritas dan kewenangan untuk
keadilan karena Penggugat bukan orang yang ber hak mewakili PT BALUBAID
IKHWAN oleh karena itu Penggugat tidak memiliki persona standi in judicio
sehingga Penggugat yang tidak berhak untuk menggugat dan Penggugat telah
salah dan keliru menarik Tergugat dalam perkara Aquo, oleh karena itu
semuanya harus ditarik semua sebagai pihak, sehingga Penggugat ternyata
yang dipandangnya telah melakukan suatu perbuatan melawan hukum yang
merugikannya, Oleh karena itu kini dipertimbangkan apakah tidak diikut
sertakan yang bersangkutan dalam gugatan Penggugat tersebut, sudah tepat
dan dapat dibenarkan menurut hukum ataukah sebaliknya gugatan Penggugat
haruslah dinyatakan cacat formil karena salah dan atau tidak lengkap dalam
mengajukan gugatannya. Oleh karena itu harus dipandang sebagai gugatan
yang kurang pihak;

Menimbang, bahwa dalam perkara ini yang menjadi pokok


permasalahan dalam gugatan Penggugat adalah adanya perbuatan melawan
hukum yang dilakukan Tergugat telah merugikan Penggugat. Hal tersebut
terjadi, sehubungan dengan adanya denda dari pihak pemerintahan Arab
Saudi karena ada Jemaah Umroh yang diberangkatkan
Tergugat tidak kembali/Overstay. Oleh karena itulah mengenai
permasalahan hukum dalam eksepsi yang mendalilkan gugatan Penggugat
haruslah ditolak atau setidak- tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima, oleh
karena kurang pihak, mengingat

Halaman 47 dari 63 Putusan Perdata Gugatan Nomor 474./Pdt.G/2017/PN Jkt Tim.


m Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

a tidak digugatnya orang-orang tersebut diatas yang menurut Tergugat harus


dijadikan sebagai pihak, haruslah dipertimbangkan bahwa hubungan hukum
diantara para pihak yang berperkara bisa timbul karena adanya perjanjian dan
ataupun lahir karena undang-undang;

Menimbang, bahwa mengingat rumusan dalam suatu perbuatan


melawan hukum sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 1365 Kitab Undang
Undang Hukum Perdata ditentukan bahwa “Tiap perbuatan melawan hukum
yang membawa kerugian kepada orang lain mewajibkan orang yang karena
salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut”, sehingga
dengan demikian sesungguhnya dalam suatu perbuatan melawan hukum
terdapat suatu option (pilihan) dalam kualitas apakah Penggugat mengajukan
suatu gugatan dan kepada siapakah gugatan tersebut harus ditujukan,
sehingga manakala dalam eksepsinya Tergugat mempermasalahkan nama-
nama tersebut diatas, seharusnya juga diajukan sebagai pihak dalam perkara
ini, tentunya tidak perlu ditapsirkan bahwa gugatan Penggugat menjadi tidak
jelas dan kabur, mengingat dalam suatu perbuatan melawan hukum
mengandung suatu kaidah hukum bahwa terserahlah kepada Penggugat untuk
menentukan kepada siapakah gugatan Penggugat harus ditujukan, artinya
Penggugat berwenang untuk menentukan siapa yang dirasakan telah
melakukan perbuatan melawan hukum dan merugikan dirinya, oleh karenanya
harus digugatnya;

Menimbang, bahwa akhirnya dalil eksepsi Tergugat yang menyatakan


pada pokoknya gugatan Penggugat kabur berdasarkan alasan-alasan yang
dikemukan oleh Tergugat tersebut di atas, dipertimbangkan secara khusus
sebagai berikut:

- Bahwa sebelumnya harus dipahami terlebih dahulu yang


dimaksud dengan gugatan obscuur libel adalah surat gugatan
Penggugat tidak jelas, dimana agar gugatan dianggap memenuhi syarat
formil, dalil gugatan harus terang dan jelas atau tegas;
- Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 118 ayat (1), Pasal 120
dan Pasal 121 HIR memang tidak terdapat definisi (pengertian)
bagaimanakah cara untuk merumuskan (menyusun) suatu gugatan
secara jelas dan terang. Namun dalam praktik peradilan, sering
dipedomani ketentuan Pasal 8 Rv sebagai rujukan. Hal ini didasarkan
asas process doelmatigheid (demi kepentingan praktik beracara);

Halaman 48 dari 63 Putusan Perdata Gugatan Nomor 474./Pdt.G/2017/PN Jkt Tim.


m Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

a - Bahwa dalam Pasal 8 Rv disebutkan bahwa pokok-pokok


gugatan harus disertai kesimpulan yang jelas dan tertentu atas fakta
kejadian maupun dasar tuntutannya, sehingga kini dalam kebiasaan
praktik peradilan suatu surat gugatan harus memuat gambaran yang
jelas mengenai duduknya perkara, dengan perkataan lain dasar
gugatan harus dikemukakan dengan jelas dalam fundamentum petendi
atau posita yaitu bagian yang memuat alasan-alasan berdasarkan
keadaan dan alasan-alasan berdasarkan hukum;

Menimbang, bahwa setelah dipelajari secara seksama gugatan


Penggugat, ternyata yang menjadi pokok gugatan Penggugat dalam gugatan
ini adalah mengenai perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Tergugat
karena tidak kembalinya Jamaah Umroh yang dikirim Tergugat atau overstay
sebanyak 5 (lima) orang sehingga Penggugat didenda oleh Pemerintah Arab
Saudi, sehingga Penggugat merasa dirugikan, dan dalam petitumnya
Penggugat antara lain menuntut agar Tergugat dinyatakan telah melakukan
perbuatan melawan hukum dan dihukum untuk membayar sejumlah ganti
kerugian dan tuntutan-tuntutan lain sebagaimana diuraikan dalam petitumnya;

Menimbang, bahwa dari uraian posita gugatan Penggugat tersebut,


ternyata yang menjadi dasar hukum dari gugatan tersebut adalah didasarkan
pada suatu perbuatan melawan hukum, karena di bagian posita Penggugat
telah menguraikan perbuatan-perbuatan hukum Tergugat sehingga Penggugat
mengalami kerugian, oleh karena itulah yang menjadi persoalan yang harus
dijawab sehubungan dengan adanya eksepsi Tergugat adalah, apakah benar
Tergugat telah melakukan perbuatan melawan hukum yang merugikan
Penggugat sehingga dengan tidak cermatnya Penggugat dalam menyusun
gugatan yang tidak menjelaskan perbuatan melawan hukum apa yang telah
dilakukan Tergugat yang telah merugikan Penggugat;

Menimbang, bahwa atas hal-hal tersebut di atas, sesungguhnya


menjadi tugas hakim atau pengadilan untuk menetapkan hukum untuk sesuatu
keadaan tertentu, atau menetapkan hukum antara undang-undang,
menetapkan apakah yang “hukum” antara dua pihak yang bersangkutan itu.
Dalam sengketa yang berlangsung di muka hakim itu, masing-masing pihak
memajukan dalil-dalil yang saling bertentangan. Hakim harus memeriksa dan
menetapkan dalil-dalil manakah yang benar dan dalil-dalil manakah yang tidak
benar. Berdasarkan duduknya perkara yang ditetapkan sebagai yang

Halaman 49 dari 63 Putusan Perdata Gugatan Nomor 474./Pdt.G/2017/PN Jkt Tim.


m Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

a sebenarnya itu, hakim dalam amar atau “dictum” putusannya, memutuskan


siapakah yang dimenangkan dan siapakah yang dikalahkan;

Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 163 HIR bahwa tidak


hanya peristiwa saja yang dapat dibuktikan, tetapi juga suatu hak. Oleh karena
itulah kalau dulu seorang Penggugat yang menuntut kembali barang miliknya
diwajibkan mendalilkan peristiwa-peristiwa bagaimana ia memperoleh hak
miliknya (jual beli dan penyerahan tukar-menukar), sekarang ia sudah dapat
diterima apabila ia secara singkat mendalilkan bahwa ia adalah pemilik, atau
bahwa ia mempunyai hak milik atas barang sengketa. Pendirian para sarjana
sekarang yang dianut oleh praktik peradilan ialah, bahwa surat gugat itu sudah
mencukupi asal Tergugat sudah dapat mengerti berdasarkan apa Penggugat
itu mengadakan tuntutannya. Dengan demikian, para pihak yang bersengketa
itu diwajibkan membuktikan tentang “duduknya perkara”. Tentang bagaimana
hukumnya, bukanlah kewajiban mereka untuk membuktikannya karena hal
tersebut adalah kewajiban hakim untuk mengetahui hukum itu dan
menerapkan hukum ini, sesudah ia mengetahui tentang duduknya perkara.
Sudah menjadi communis opinio hakim yang harus mengkonstatir peristiwa,
mengkualifisirnya dan kemudian mengkonstituirnya sebagaimana telah
dipertimbangkan di bagian awal putusan;

Menimbang, bahwa oleh karena itulah berdasarkan keseluruhan


pertimbangan hukum tersebut di atas apabila dicermati gugatan Penggugat
yang didasarkan pada suatu perbuatan melawan hukum yang timbul dari tidak
kembalinya Jamaah umroh yang dikirim Tergugat dengan menggunakan Visa
yang diuruskan Penggugat sehingga Penggugat didenda oleh Pemerintah
Arab Saudi yang mengakibatkan kerugian di pihak Penggugat, kalaulah dalam
gugatannya sudah ada rumusan kalimat yang menguraikan adanya perbuatan
melawan hukum yang merugikan Penggugat sebagaimana didalilkan
Penggugat dalam gugatannya. Uraian dalil gugatan Penggugat tersebut,
menurut Majelis Hakim semata-mata untuk menjelaskan latar belakang yang
menyebabkan Tegugat didalilkan telah melakukan perbuatan melawan hukum,
sehingga bukanlah suatu peristiwa hukum (fakta) yang dapat mengakibatkan
gugatan harus dinyatakan cacad hukum manakala ada kesalahan dalam
penulisannya, karena hal-hal tersebut semata-mata untuk menjelaskan suatu
alur peristiwa hukum tertentu. Hal ini adalah lazim dilakukan dalam praktek

Halaman 50 dari 63 Putusan Perdata Gugatan Nomor 474./Pdt.G/2017/PN Jkt Tim.

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 50
m Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

a beracara di pengadilan. Dengan demikian, tentunya ini tidaklah dapat


dikatakan sebagai gugatan yang tidak jelas atau kabur (obscuur libel);

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan hukum


tersebut di atas, maka segala uraian Penggugat dalam gugatannya tersebut
dipandang sudah cukup jelas dan terang, dan dapat dijadikan dasar
pemeriksaan perkara ini, oleh karena itulah keseluruhan dalil-dalil dalam
eksepsi Tergugat tersebut, harus dinyatakan tidak beralasan menurut hukum,
dan ditolak untuk seluruhnya;

II. Dalam Pokok Perkara:

Menimbang, bahwa maksud dan tujuan gugatan Penggugat adalah


sebagaimna tersebut di atas;

Menimbang, bahwa Penggugat dalam gugatannya pada pokoknya


telah mendalilkan bahwa Tergugat telah melakukan perbuatan melawan
hukum karena Penggugat yang harus membayar denda kepada Muasasah
Shagadif dari Pemerintah Arab Saudi, karena Jamaah Umroh yang
diberangkatkan oleh Tergugat dengan menggunakan Visa yang diuruskan
Penggugat sebanyak 5 (lima) orang tidak kembali/overstay, sehingga
Penggugat dibebani denda sejumlah 25.000 riyal (dua puluh lima ribu riyal) per
Jamaah dan total yang harus dibayar Penggugat 125.000 riyal (seratus dua
puluh lima ribu riyal) atau jika dikonversikan ke rupiah sebesar
Rp.451.242.608,- (empat ratus limapuluh satu ribu dua ratus empat puluh dua
ribu enam ratus delapan rupiah), padahal Penggugat bukanlah yang
mengirimkan Jamaah umroh tersebut yang menjadi tanggung jawab Tergugat.
Oleh karena itulah Penggugat menuntut agar menghukum Tergugat untuk
mengganti biaya denda yang telah dikeluarkan Penggugat tersebut dan
tuntutan-tuntutan lain sebagaimana diuraikan dalam petitum gugatannya;

Menimbang, bahwa atas gugatan Penggugat tersebut, Tergugat pada


pokoknya telah membantahnya yang pada pokoknya menolak gugatan
Penggugat karena Tergugat tidak pernah mengajukan permohonan Visa
kepada Penggugat dan kalaupun ada, bukanlah mewakili kepentingan hukum
selaku badan hukumTergugat, karena Tergugat tidak pernah mengetahui dan
menyetujui adanya permohonan tersebut, baik kepada Penggugat maupun
pihak lain. Bahkan Tergugat baru tahu kalau permohonan Visa tersebut
dilakukan oleh pribadi Abdul Malik Mansi Banjar dan Gugun Gunara yang

Halaman 51 dari 63 Putusan Perdata Gugatan Nomor 474./Pdt.G/2017/PN Jkt Tim.

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1
m Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

a dilakukan atas inisiatif mereka pribadi yang tidak berhak mengatas namakan
Tergugat hal mana Hj. Umi Kulsum selaku Direktur PT Az-Zahra Tour & Travel,
karena berdasarkan ketentuan pasal 92, pasal 98 jo pasal 1 angka 5 Undang-
Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yang menyatakan
bahwa :

Pasal 98 (1)
Direksi mewakili Perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan.
Pasal 92 (1) Direksi menjalankan pengurusan Perseroan untuk
kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan
Perseroan.
Pasal 1 (5)
Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab
penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai
dengan maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di
dalam
maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.
maka jelas tindakan tersebut bukanlah merupakan tindakan Tergugat selaku
perseroan Terbatas, sehingga adalah salah alamat apabila Penggugat
mengajukan gugatan kepada Tergugat dan menuntut Tergugat untuk
bertanggung jawab. Karena Tergugat bukanlah pihak yang bertanggung jawab
dalam perkara in casu. Karena Surat Pernyataan yang dimaksud Penggugat
adalah Surat Peryataan yang dibuat oleh Pribadi Gugun Gunara dan Abdul
Malik. Dan kelima Jamaah Umroh tersebut bukanlah jamaah Tergugat (PT Az-
Zahra Tour & Travel), sehingga bukanlah tanggung jawab Tergugat seningga
Gugatan Penggugat haruslah ditolak;

Menimbang, bahwa berdasarkan hal tersebut oleh karena telah diakui


atau setidak-tidaknya tidak disangkal maka menurut hukum harus dianggap
terbukti hal-hal sebagai berikut:

- Bahwa benar ada 5 (lima) Jamaah Umroh yang dikirim Tergugat


dengan memakai Visa yang diuruskan Penggugat, tidak
kembali/overstay;
- Bahwa kemudian Penggugat yang menguruskan Visanya
dikenai denda oleh Muasasah Shagadif dari Pemerintah Arab Saudi
sejumlah sejumlah 25.000 riyal (dua puluh lima ribu riyal) per Jamaah
dan total yang harus dibayar Penggugat 125.000 riyal (seratus dua
puluh lima ribu riyal) atau jika dikonversikan ke rupiah sebesar
Rp.451.242.608,- (empat ratus limapuluh satu ribu dua ratus empat
puluh dua ribu enam ratus delapan rupiah)

Halaman 52 dari 63 Putusan Perdata Gugatan Nomor 474./Pdt.G/2017/PN Jkt Tim.


m Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

a Menimbang, bahwa kalaulah demikian pokok permasalahannya, maka


yang perlu dipertimbangkan secara khusus untuk menuntaskan pokok perkara
ini adalah:

- Apakah benar Tergugat telah melakukan perbuatan melawan


hukum yang merugikan Penggugat karena telah mengirimkan Jamaah
Umroh ke Arab Saudi dengan Visa yang diuruskan oleh Penggugat,
namun ada 5 (lima) yang tidak kembali/overstay, sehingga Penggugat
didenda oleh Muasasah Shagadif pemerintah Arab Saudi sejumlah
125.000 riyal (seratus dua puluh lima ribu riyal) atau jika dikonversikan
ke rupiah sebesar Rp.451.242.608,- (empat ratus limapuluh satu ribu
dua ratus empat puluh dua ribu enam ratus delapan rupiah), dan
dengan tidak kembalinya 5 (lima) Jemaah Umroh tersebut maka
Tergugat secara melawan hukum telah merugikan Penggugat
sehubungan adanya denda tersebut .

Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 163 HIR maka


Penggugat berkewajiban untuk membuktikan hal tersebut di atas;

Menimbang, bahwa Penggugat untuk menguatkan dalilnya telah


mengajukan bukti berupa bukti P-1 sampai dengan P-14, dan seorang saksi
bernama Muhammad Amin, Sedangkan Tergugat untuk membuktikan
kebenaran dalil-dalil sangkalannya telah mengajukan surat bukti bertanda T-1
sampai dengan T-8;

Menimbang, bahwa dari alat-alat bukti yang diajukan oleh Penggugat


dan Tergugat tersebut, maka kini majelis hakim mempertimbangkan apakah
benar Tergugat telah melakukan perbuatan melawan hukum yang merugikan
Penggugat dengan mempertimbangkan terlebih dahulu pokok permasalahan,
apakah benar Tergugat mengajukan Pengurusan Visa untuk Jamaahnya yang
akan berangkat Umroh kepada Penggugat;

Menimbang, bahwa disadari bahwa peristiwa-peristiwa yang


dikemukakan oleh Penggugat dan atau Tergugat belum tentu semuanya
penting bagi Majelis Hakim sebagai dasar untuk menjatuhkan putusan, karena
peristiwa-peristiwa tersebut harus disaring dan dipisahkan mana yang penting
(relevant, material) bagi hukum, dan mana yang tidak penting (irrelevant,
immaterial), dan peristiwa yang relevant itulah yang harus ditetapkan, oleh
karena itu harus dibuktikan kebenarannya di depan persidangan;

Halaman 53 dari 63 Putusan Perdata Gugatan Nomor 474./Pdt.G/2017/PN Jkt Tim.


m Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

a Menimbang, bahwa oleh karena itulah kini dipertimbangkan pokok


utama perkara ini yang mesti diselesaikan yakni apakah benar Tergugat telah
melakukan perbuatan melawan hukum yang merugikan Penggugat
sehubungan dengan didendanya Penggugat karena ada Jamaah umroh
Tergugat yang dikirim ke Arab Saudi tidak kembali sehingga di denda karena
Visanya yang menguruskan adalah Penggugat sejumlah 125.000 riyal (seratus
dua puluh lima ribu riyal) atau jika dikonversikan ke rupiah sebesar
Rp.451.242.608,- (empat ratus limapuluh satu ribu dua ratus empat puluh dua
ribu enam ratus delapan rupiah)

Menimbang, bahwa untuk membuktikan dalil dalil gugatannya


Penggugat telah mengajukan surat bukti bertanda P-1 sampaidengan P-14
dan seorang saksi bernama Muhamad Amin. Demikian pula Tergugat, untuk
menguatkan sangkalannya tersebut ternyata juga mengajukan surat bukti
bertanda T-1 sampai dengan T-8;

Menimbang, terhadap adanya surat bukti tersebut, dinilai Majelis


Hakim sebagai berikut:

- Bahwa berdasarkan Pasal 1888 Kitab Undang-Undang Hukum


Perdata (KUHPdt) memberikan pengaturan mengenai salinan/fotocopy
dari sebuah surat/dokumen, yaitu:
“Kekuatan pembuktian suatu bukti tulisan adalah pada akta aslinya.
Apabila akta yang asli itu ada, maka salinan-salinan serta ikhtisar-
ikhtisar hanyalah dapat dipercaya, sekadar salinan-salinan serta
ikhtisar-ikhtisar itu sesuai dengan aslinya, yang mana senantiasa dapat
diperintahkan mempertunjukkannya”
- Bahwa dalam praktik, Mahkamah Agung juga telah memberikan
penegasan atas bukti berupa fotocopy dari surat/dokumen, dengan
kaidah hukum sebagai berikut:
- “Surat bukti fotokopi yang tidak pernah diajukan atau tidak
pernah ada surat aslinya, harus dikesampingkan sebagai surat bukti.”
(Putusan MA No.: 3609 K/Pdt/1985)

Menimbang, bahwa akan tetapi dalam praktik peradilan, ketentuan


mengenai pembuktian dalam perkara perdata tersebut telah berkembang.
Misalnya dalam hal keberadaan fotocopy dari perjanjian di bawah tangan ini
ternyata diakui dan tidak disangkal oleh pihak lawan, tentunya hal ini dapat

Halaman 54 dari 63 Putusan Perdata Gugatan Nomor 474./Pdt.G/2017/PN Jkt Tim.


m Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

a dikualifisir sebagai pengakuan di muka hakim, yang merupakan bukti yang


sempurna (Vide: Pasal 176 HIR), atau apakah ada persangkaan (kesimpulan)
yang ditarik oleh hakim (Vide: Pasal 173 HIR) dari bukti-bukti yang diajukan
oleh para pihak serta fakta-fakta yang terungkap di persidangan;

Menimbang, bahwa kini dipertimbangkan pokok permasalahan utama


dalam perkara ini yakni apakah benar Tergugat telah melakukan suatu
perbuatan melawan hukum yang merugikan Penggugat, sehubungan dengan
dengan didendanya Penggugat karena ada Jamaah umroh Tergugat yang
dikirim ke Arab Saudi tidak kembali sehingga di denda karena Visanya yang
menguruskan adalah Penggugat sejumlah 125.000 riyal (seratus dua puluh
lima ribu riyal) atau jika dikonversikan ke rupiah sebesar Rp.451.242.608,-
(empat ratus limapuluh satu ribu dua ratus empat puluh dua ribu enam ratus
delapan rupiah), dimana berdasarkan bukti P-5,P-6,P-7, P13, P-14 bahwa
Jamaah yang dikirim adalah Jamaah Tergugat, sedangkan Visanya diuruskan
oleh Penggugat, sedangkan Bukti Tergugat T-1 sampai dengan T-8 mengenai
Pendirian PT Az-Zahra

Menimbang, bahwa perbuatan melawan hukum sebagaimana


dirumuskan dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata adalah
:“Tiap perbuatan melawan hukum yang membawa kerugian kepada orang lain
mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti
kerugian tersebut”;

Menimbang, bahwa dengan demikian ada 4 (empat) unsur untuk


menentukan adanya suatu perbuatan melawan hukum yaitu adanya unsur
perbuatan melawan hukum, kerugian, kesalahan dan hubungan causal antara
perbuatan melawan hukum tersebut dengan kerugian;
Menimbang, bahwa sedangkan mengenai apakah yang dimaksud
dengan perbuatan melawan hukum itu sendiri, menurut Yurisprudensi tetap di
Indonesia adalah perbuatan (atau tidak berbuat) yang memenuhi kriteria :
1. Bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku, atau;
2. Melanggar hak subjektif orang lain, atau;
3. Melanggar kaedah tata susila, atau;
4. Bertentangan dengan azaz kepatutan, ketelitian serta sikap
hati-hati yang seharusnya dimiliki seseorang dalam pergaulan dengan
sesama warga masyarakat atau terhadap harta benda orang lain;

Halaman 55 dari 63 Putusan Perdata Gugatan Nomor 474./Pdt.G/2017/PN Jkt Tim.


m Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

a Menimbang, bahwa keempat kriteria tersebut menggunakan kata “atau”


dengan demikian untuk adanya suatu perbuatan melawan hukum tidak
disyaratkan adanya keempat kriteria tersebut secara kumulatif, tetapi dengan
dipenuhinya salah satu kriteria itu secara alternatif telah terpenuhi pula syarat
suatu perbuatan melawan hukum;

Menimbang, bahwa selain itu perlulah diperhatikan, bahwa suatu


perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku dipandang
sebagai suatu perbuatan melawan hukum, masih diperlukan syarat-syarat lain
yang harus dipenuhi yaitu:
a. Bahwa dengan pelanggaran tersebut
kepentingan Penggugat tercancam;
b. Bahwa kepentingan Penggugat dilindungi oleh peraturan yang
dilanggar (Schutznormtheorie);
c. Bahwa tidak terdapat alasan pembenar menurut hukum;

Menimbang, bahwa perbuatan melawan hukum melanggar hak


subyektif orang lain haruslah diartikan, manakala perbuatan tersebut telah
melanggar hak subyektif seseorang, yaitu suatu kewenangan khusus
seseorang yang diakui hukum, yang diberikan kepadanya demi
kepentingannya termasuk hak-hak kebendaan, in casu mengenai terbit dan
dipergunakannya akta hibah dimaksyd untuk jual beli atas obyek sengketa,
yang melekat pada diri Para Penggugat, selaku pihak yang mempunyai
kedudukan hukum (legal status) dan kapasitas hukum (legal capacity) serta
berhak bertindak atas obyek sengketa. Oleh karena itu perlulah diperhatikan
apakah perbuatan Tergugat sewaktu meminta agar Penggugat menguruskan
Visa Jamaah Umrohnya, dan akhirya ada 5 (lima) orang Jamaahnya yang
tidak kembali/overstay dan Penggugat didenda oleh Muasasah Shagadif dari
Pemerintahan Arab Saudi sebesar 125.000 real jika dikonversikan ke rupiah
sebesar Rp.451.242.608,- (empat ratus limapuluh satu ribu dua ratus empat
puluh dua ribu enam ratus delapan rupiah), tidak bertindak dengan ketelitian
serta sikap hati-hati yang cukup sebagaimana yang seharusnya dilakukannya,
dan atau sebaliknya apakah Penggugat telah bertindak dengan penuh kehati-
hatian sebagai seorang yang patut mendapat perlindungan hukum karena
telah melakukan tugasnya sebagai yang menguruskan Visa untuk Jamaah
umroh yang diberangkatkan Tergugat;

Halaman 56 dari 63 Putusan Perdata Gugatan Nomor 474./Pdt.G/2017/PN Jkt Tim.


m Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

a Menimbang, bahwa prinsip itikad baik berhubungan dengan prinsip duty


of care yaitu suatu kewajiban untuk bertindak secara hati-hati, yang kadang-
kadang dirumuskan juga sebagai suatu kewajiban atau keharusan yang diakui
oleh hukum, yang mensyaratkan agar supaya seseorang bertindak sesuai
dengan suatu ukuran tingkah laku tertentu ”a certain standard of conduct“
untuk melindungi orang-orang lain terhadap suatu resiko yang menurut nalar
sebenarnya tidak perlu terjadi (unreasonable risk);

Menimbang, bahwa ada 2 (dua) ukuran yang dapat dipergunakan untuk


menentukan apakah seseorang telah bertindak hati-hati yang mungkin dapat
merugikan orang lain, yaitu seseuai dengan azas “the neigbour principle”
(sesama kita) dan “the area of risk principle” (azas ruang lingkup) yang pada
kedua azas tersebut terkadung ukuran standar tingkah laku tertentu yang
harus dipenuhi, yakni manusia senantiasa bertindak sesuai dengan nalar,
seseorang bertindak sesuai dengan akal sehat, ukuran standar perihal tingkah
laku yang dikehendaki oleh masyarakat, harus merupakan suatu ukuran
obyektif dan tidak merupakan sesuatu yang bersifat subyektif. Penilaian yang
bersifat individual, sifat-sifat baik dan sifat-sifat buruk si pelaku tidak
merupakan faktor yang menentukan, karena ukuran itu, sedapat mungkin
sama dan berlaku bagi semua orang, karena hukum tidak membeda-bedakan
orang, walaupun ukuran itu harus juga memperhatikan faktor-faktor yang ada
pada diri si pelaku, kesanggupannya untuk mengatasi resiko yang nyata dan
keadaan yang meliputinya;

Menimbang, bahwa berdasarkan keseluruhan bukti-bukti Penggugat


maupun Tergugat tersebut, ternyata dapat dibuktikan kebenaran adanya hak
Penggugat yang telah menguruskan Visa Jamaah Umroh Tergugat namun
Tergugat tidak dapat mengawasinya sehingga ada 5 (lima) orang Jammah
yang tidak kembali/overstay sehingga Penggugat dikenai denda sejumlah
125.000 (seratus dua puluh lima ribu) real atau setara jika dikonversikan ke
rupiah sebesar Rp.451.242.608,- (empat ratus limapuluh satu ribu dua ratus
empat puluh dua ribu enam ratus delapan rupiah)

Menimbang, bahwa untuk sampai pada suatu kesimpulan apakah


tindakan Tergugat telah melakukan perbuatan melawan hukum yang
merugikan Penggugat sehubungan dengan diberikan denda kepada
Penggugat atas 5 (lima) orang Jamaah umroh yang dikirim Tergugat yang tidak

Halaman 57 dari 63 Putusan Perdata Gugatan Nomor 474./Pdt.G/2017/PN Jkt Tim.


m Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

a kembali/overstau dimana Penggugat yang menguruskan Visanya sehingga


Penggugat yang didenda;

Menimbang, bahwa oleh karena dasar adanya gugatan perbuatan


melawan hukum dalam perkara a quo, didasarkan pada didendanya
Penggugat karena ada Jamaah umroh yang diberangkatkan oleh Tergugat
namun tidak kembali/overstay sehingga Penggugat yang didenda kerena
mengurus Visanya melalui Penggugat untuk menuntaskan pokok masalah ini.
Dengan kata lain hal tersebut dapat dipakai untuk menentukan tindakan para
pihak dalam melakukan perbuatan hukumnya, sehingga berdasarkan bukti-
bukti tersebut, pada akhirnya dapat disimpulkan kebenaran dalil-dalil gugatan
Penggugat dan ataupun sangkalan Tergugat;

Menimbang, bahwa berdasarkan keseluruhan bukti-bukti yang diajukan


di persidangan ternyata telah didapat suatu fakta bahwa Penggugat sampai
saat ini belum dikembalikan atas denda yang telah dibayar Penggugat padahal
Tergugat sudah berjanji untuk menyelesaikannya sesuai dengan Pernyataan
Tergugat yang dalam hal ini mewakili Tergugat ( bukti P-6) dan Keterangan
saksi Muhamad Amin;

Menimbang, bahwa sesuai dengan lingkup pokok masalah perkara ini,


untuk menentukan apakah tindakan Tergugat adalah suatu perbuatan
melawan hukum yang merugikan Penggugat, tentunya selain diperhatikan
unsur-unsur dan kriteria serta syarat adanya suatu perbuatan melawan hukum
sebagaimana telah dipertimbangkan di bagian awal Putusan ini, yang utama
dan harus dipertimbangkan adalah adanya kewajiban yang bertimbal balik dan
seimbang antara Penggugat selaku pihak yang merasa bahwa Penggugat
telah melakukan pekerjaannya yaitu mengurus Visa untuk jamaah umroh
tergugat , apakah telah melaksanakan tugasnya dengan etikad baik (in
goodfaith) dan penuh tanggung jawab (and with full sense of responsibility),
dalam hubungannya dengan tindakan Tergugat selaku pihak yang
memberangkatkan umroh namun ada 5 (lima) orang jamaah yang tidak
kembali atau overstay yang mengakubatkan Penggugat harus membayar
denda kepada pemerintah Arab Saudi, sebagai derivative action yang lahir dari
alas hak utama (a primary right) selaku pihak yang berkepentingan atas
sengketa dimaksud;

Halaman 58 dari 63 Putusan Perdata Gugatan Nomor 474./Pdt.G/2017/PN Jkt Tim.


m Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

a Menimbang, bahwa tindakan Tergugat kini dipermasalahkan


Penggugat, ternyata sebelumnya bahkan sampai saat ini belum ada Putusan
pengadilan yang mempermasalahkan telah berusaha disepakati antara para
pihak tersebut dengan membuat Surat Pernyataan Tergugat akan
menyelesaikan masalah tersebut namun sampai dengan diajukannya gugatan
ini tergugat tidak melakukan apa yang dijanjikannya;

Menimbang, bahwa pendapat Majelis Hakim tersebut didasarkan


pertimbangan bahwa pada saat Tergugat melakukan perbuatan hukum atas
kesepakatannya dengan Penggugat, dan Tegugat belum dan atau sama sekali
tidak melaksanakan perbuatan-perbuatan hukum yang diwajibkan,
Dengan demikian Tergugat sama sekali belum melakukan perbuatan
utama sebagai upaya perlindungan hukum,dengan kata lainTergugat belum
melakukan perbuatan sedemikian jauhnya dengan melakukan upaya
penyelesaian pernyataannya untuk membayar denda atas jamaahnya yang
tidak kembali atau overstay yang telah dibayar Penggugat, dengan demikian
hal tersebut membuktikan tindakan Tergugat tersebut, merupakan suatu
perbuatan melawan hukum yang melanggar hak subyektif Penggugat dan
bertentangan dengan asas kepatutan, ketelitian serta sikap hati-hati yang
seharusnya dimiliki seseorang dalam pergaulan dengan sesama warga
masyarakat atau terhadap harta benda orang lain;

Menimbang, bahwa dengan demikian Penggugat dipandang berhasil


membuktikan kebenaran dalil-dalil gugatannya mengenai adanya perbuatan
melawan hukum yang telah dilakukan Tergugat dan membawa kerugian bagi
Penggugat, dan sebaliknya Tergugat tidak berhasil membuktikan kebenaran
dalil-dalil sangkalannya. Oleh karena itu gugatan Penggugat haruslah
dikabulkan untuk sebagian;

Menimbang, bahwa suatu perbuatan melawan hukum, yang didalilkan


Penggugat agar Tergugat dinyatakan telah melakukan perbuatan melawan
hukum, telah terbuktu sehingga beralasan menurut hukum dan haruslah
dikabulkan;

Menimbang, bahwa untuk petitum point 3 (tiga) yang pada pokoknya


menuntut agar menghukum Tergugat untuk membayar secara penuh dan
seketika kepada Penggugat ganti rugi sejumlah 125.000 riyal (seratus dua
puluh lima ribu riyal) atau jika dikonversikan ke rupiah sebesar

Halaman 59 dari 63 Putusan Perdata Gugatan Nomor 474./Pdt.G/2017/PN Jkt Tim.


m Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

a Rp.451.242.608,- (empat ratus limapuluh satu ribu dua ratus empat puluh dua
ribu enam ratus delapan rupiah). Maka kini dipertimbangkan kerugian materril
dan inmateriil yang dituntut Penggugat, sebagai berikut:

A. Kerugian Materiil:
- Bahwa oleh karena Penggugat dalam gugatannya secara rinci
dan detail menguraikan kerugian yang senyatanya telah dialaminya,
maka perhitungan dan kerugian yang dialami dan dituntut oleh
Penggugat tersebut, dipandang wajar dan adil. Maka tuntutan ganti
kerugian materiil tersebut haruslah dikabulkan;

A. Kerugian Inmateriil
- Bahwa terhadap tuntutan ini dibatasi oleh ketentuan Pasal 1371
dan 1372 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Oleh karena itulah
harus dinilai menurut kedudukan dan kemampuan kedua belah pihak
menurut keadaannya secara seimbang, guna mendapat penggantian
kerugian serta pemulihan kehormatan dan nama baik;

- Bahwa setelah memperhatikan duduk permasalahan perkara ini


dan hak serta kewajiban kedua belah pihak secara berimbang maka
sesuai dengan prinsip keadilan yang senyatanya. Oleh karena
perbuatan tergugat dipandang suatu perbuatan melawan hukum yang
merugikan Penggugat, maka ganti kerugian inmateriil ini namun
rinciannya tidak bisa disebutkan maka ganti kerugian In Materiil tidak
dikabulkan;

Menimbang, bahwa dengan demikian petitum gugatan Penggugat


tentang ganti kerugian ini, dapatlah dikabulkan namun jumlahnya akan
ditentukan kemudian;

Menimbang, bahwa mengenai agar tergugat untuk membayar uang


paksa atau dwangsom oleh kerena Tergugat dihukum untuk membayar
sejumlah uang maka terhadap Tergugat agar membayar uang paksa atau
dwangsom ditolak;

Menimbang, bahwa agar dinyatakan sah dan berharga Sita Jaminan


(conservatoir beslag) terhadap kantor Tergugat, oleh karena Majelis Hakim
tidak melakukan / menjatuhkan Sita Jaminan maka terhadap petitum tentang
hal ini juga dinyatakan ditolak;

Halaman 60 dari 63 Putusan Perdata Gugatan Nomor 474./Pdt.G/2017/PN Jkt Tim.

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 60
m Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

a Menimbang, bahwa terhadap Petitum tentang perkara Aquo dapat


dijalankan terlebih dahulu meskipun adanya Bantahan/Verzet, Banding, Kasasi
ataupun Peninjauan Kembali yang diajukan oleh Tergugat (uitvorbaar bij
voorrad), oleh karena dalam petitum hal ini masih diperlukan adanya syarat-
syarat tertentu misalnya bukti authentic, maka terhadap petitum ini patut dan
layak untuk tidak dapat dikabulkan;

Menimbang, bahwa mengenai petitum agar menghukum Tergugat


dihukum untuk membayar biaya perkara, akan dipertimbangkan pada bagian
akhir putusan ini nanti;

Menimbang, bahwa dengan demikian gugatan Penggugat dapatlah


dikabulkan untuk sebagian, dan ditolak selain dan selebihnya;

Menimbang, bahwa oleh karena Penggugat dalam gugatannya antara


lain mohon agar dijatuhkan putusan yang seadil-adilnya, maka dengan tidak
merubah esensi petitum Penggugat, redaksional petitum Penggugat perlu
dirubah agar putusan ini dapat dieksekusi dengan baik;

Menimbang, bahwa atas pemberangkatan jemaah umroh 5 (lima) orang


yang overstay tersebut adalah dari adanya kerjasama antara Penggugat
dengan tergugat dimana Penggugat yang mengurus Visa Keberangkatannya
dan Tergugat Yang memberangkatkannya maka sudah patut dan adil beban
kerugian akibat adanya jemaah umroh yang overstay yang mengakibatkan
Penggugat didenda sejumlah 125.000 riyal (seratus dua puluh lima ribu riyal)
atau jika dikonversikan ke rupiah sebesar Rp.451.242.608,- (empat ratus
limapuluh satu ribu dua ratus empat puluh dua ribu enam ratus delapan
rupiah), maka menurut hukum beban tersebut dibagi bersama yang masing
masing menanggung kewajiban sejumlah sejumlah 62.500 Real (enam puluh
dua ribu lima ratus ribu Real) atau bila dikonversikan ke Rupiah sejumlah Rp
225.621.304,- ( dua ratus dua puluh lima juta enam ratus dua puluh satu ribu
tiga ratus empat rupiah )
Menimbang, bahwa berdasarkan seluruh pertimbangan hukum tersebut
di atas, maka Tergugat dinyatakan sebagai pihak yang kalah, oleh karena itu
haruslah dihukum untuk membayar keseluruhan biaya perkara yang timbul,
sehubungan dengan adanya perkara ini, sejumlah bunyi amar putusan ini
nanti;

Halaman 61 dari 63 Putusan Perdata Gugatan Nomor 474./Pdt.G/2017/PN Jkt Tim.

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1
m Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

a Memperhatikan, Pasal 1365 kitab Undang-Undang Hukum Perdata


(KUHPdt) jo Pasal-pasal lain dalam peraturan perundang-undangan lain yang
besangkutan;
MENGADILI:
DALAM POKOK PERKARA

1. Dalam Eksepsi
- Menolak eksepsi Tergugat untuk seluruhnya;
2. Dalam Pokok Perkara
1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebahagian;
2. Menyatakan Tergugat telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum
3. Menghukum Tergugat untuk membayar Ganti Kerugian kepada
Penggugat sejumlah 62.500 Real (enam puluh dua ribu lima ratus
ribu Real) atau bila dikonversikan ke Rupiah sejumlah Rp
225.621.304,- ( dua ratus dua puluh lima juta enam ratus dua puluh
satu ribu tiga ratus empat rupiah )
4, Menolak gugatan Penggugat untuk yang selain dan selebihnya;
5. Menghukum Tergugat untuk membayar perkara ini sejumlah
Rp.726.000,- (tujuh ratus dua puluh enam ribu rupiah)
Demikian diputuskan dalam sidang permusyawaratan Majelis Hakim
Pengadilan Negeri Jakarta Timur, pada hari Senin, tanggal 20 Agustus 2018,
oleh kami, ENDANG S WILUDJENG, S.H. sebagai Hakim Ketua,
HERMAWANSYAH, S.H., M.H dan GEDE ARIAWAN, S.H., M.H. masing-
masing sebagai Hakim Anggota, yang ditunjuk berdasarkan Surat
Penetapan Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Timur Nomor 474/Pdt.G/2017/PN
Jkt Tim tanggal 7 Desember 2017, Putusan tersebut pada hari Kamis tanggal
30 Agustus 2018 diucapkan dalam persidangan terbuka untuk umum oleh
Hakim Ketua dengan dihadiri oleh para Hakim Anggota tersebut, TRI
HENDRAWATI, S.H., Panitera Pengganti dan Kuasa Penggugat dan Kuasa
Tergugat.
Hakim-hakim Anggota: Hakim Ketua,

HERMAWANSYAH, S.H., M.H ENDANG S WILUDJENG, S.H

Halaman 62 dari 63 Putusan Perdata Gugatan Nomor 474./Pdt.G/2017/PN Jkt Tim.


m Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

a
GEDE ARIAWAN, S.H., M.H.

Panitera Pengganti,

TRI HENDRAWATI, S.H.

Perincian biaya :
1. Panggilan Rp 610.000,-
2. Proses Rp 75.000,-
3. PNBP Rp. 30.000,-
4. Materai Rp 6.000,-
5. Redaksi Rp. 5.000,-
Jumlah Rp. 726.000,- (tujuh ratus dua puluh enam ribu rupiah)

Halaman 63 dari 63 Putusan Perdata Gugatan Nomor 474./Pdt.G/2017/PN Jkt Tim.

Anda mungkin juga menyukai