Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Penyakit Infeksi Karena Imunologi Pada Ibu dan Anak

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Mikrobiologi

Dosen pembimbing : Dini Marlina, SKM., SST., M.Kes.

Disusun oleh :

Kelompok 1

Mouddi Sylva 311117084

Santika Nur Apni P 311117005

Syifa Alawiyah 311117067

PROGRAM STUDI KEBIDANAN (D3)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI

2017

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Bahwa kami telah menyelesaikan
tugas mata kuliah Mikrobiologi dengan membahas Penyakit Infeksi karena Imunologi Pada Ibu
dan Anak.
Makalah ini kami tulis berdasarkan hasil pencarian kami dari beberapa sumber. Isi
makalah ini mencakup tentang pengertian imunologi, macam-macam infeksi, gejala-gejala
infeksi, dampak-dampak infeksi, cara penularan infeksi, pencegahan infeksi, dan pengobatan
infeksi.
Makalah ini diharapkan cukup untuk memberikan pengertian tentang infeksi karena
imunologi pada ibu dan anak, walaupun tidak secara detail.
Sudah tentu makalah ini masih jauh dari sempurna dan juga masih banyak
kekurangannya. Maka saran, petunjuk pengarahan, dan bimbingan dari berbagai pihak sangat
kami harapkan.
Semoga makalah ini mendapat ridho dari Allah SWT, dan bisa bermanfaat bagi kita
semua.

Cimahi, 19 September 2017

Penyusun

2 ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. ii


DAFTAR ISI................................................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................................................................. 1
1.3 Dasar Teori .......................................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................................................. 4
2.1 Pengertian Imunologi.......................................................................................................................... 4
2.2 Infeksi-infeksi karena Imunologi ......................................................................................................... 4
BAB III PENUTUP ................................................................................................................................... 13
3.1 Kesimpulan........................................................................................................................................ 13
3.2 Saran ................................................................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 15

3iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Defisiensi Imun muncul ketika satu atau lebih komponen sistem imun tidak aktif.
Kemampuan sistem untuk merespon patogen berkurang pada golongan muda dan tua.
Dengan respon imun mulai berkurang pada usia sekitar 50 tahun karena
Imunosenescence. Di negara-negara berkembang obesitas, penggunaan alkohol, narkoba
adalah akibat paling umum dari fungsi imun yang buruk. Belakangan ini adalah akibat
paling umum yang menyebabkan defisiensi imun di negara berkembang. Jika sistem
kekebalan melemah, kemampuan untuk melindungi tubuh juga berkurang. Membuat
patogen juga termasuk yang menyebabkan penyakit. Seperti Syndrom defisiensi imun
dapatan (AIDS) yang disebabkan Retro virus HIV. Apabila AIDS ini diderita oleh wanita
yang sedang mengandung, maka janin wanita tersebut jelas akan tertular AIDS ini.
Imunitas bawaan dan adaptif tergantung pada sistem imun untuk memusnahkan baik
molekul asing oleh sistem imun. Sebaiknya molekul non-sendiri adalah yang dianggap
sebagai molekul asing.

1.2 Tujuan
1. Mensosialisasikan penyakit infeksi karena imunologi khususnya pada ibu dan anak.
2. Meningkatkan kewaspadaan pembaca akan bahaya penyakit infeksi karena imunologi
pada ibu dan anak sendiri dan non-sendiri.
3. Memaparkan lebih jelas penyakit infeksi karena imunologi.
4. Mengetahui penularan penyakit karena imunologi.
5. Merupakan gangguan karena imunitas.

41
1.3 Dasar Teori

1. Imunitas
Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi
tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh
patogen serta sel tumor.
2. Lapisan Pelindung pada Imunitas
Sistem kekebalan tubuh melindungi organisme dari infeksi, dengan lapisan pelindung
kekhususan yang meningkat.
3. Perisai permukaan
Beberapa perisai melindungi organisme dari infeksi, termasuk perisai mekanikal,
kimia dan biologi.
4. Imunitas bawaan
Sistem imun bawaan adalah sistem dominan pertahanan seseorang pada kebanyakan
organisme
5. Pelindung Humoral dan Kimia
6. Peradangan
Peradangan adalah salah satu dari respon partama sistem imun terhadap infeksi
7. Sistem Komplemen
Sistem Komplemen adalah kaskade biokimia yang menyerang permukaan sel asing
8. Perisai Selular sistem imun bawaan
9. Imunitas Adaptif
10. Limfosit sel
Sistem imun adaptif dengan tipe spesial leukosit
11. Sel T pembunuh
Sub-grup dari sel T yang membunuh sel yang terinfeksi dengan virus/merusak dan
mematikan patogen
12. Sel T pembantu
Sel T pembantu mengatur baik respon imun bawaan dan adaptif dan membantu
menentukan tipe respon imun mana yang tumbuh akan membuat pada patogen khusus
13. Antibodi dan limfosit B
14. Imunitas adaptif alternatif

5
2
15. Memori imunologi
16. Memori pasif
17. Gangguan pada imunitas
1. Definisi umum
2. Autoimunitas
3. Hipersensitifitas
18. Sejarah imunologi
 Imunologi adalah ilmu yang mempelajari struktur dan fungsi imunitas,
penemunya Paul Ehrlich
 Louis Pasteur meneliti vaksinasi dan teori penyakit kuman
 Robert Kock 1891 membuktikan bahwa mikroorganisme penyebab
penyakit infeksi
 Walferd Reed 1901 menemukan virus demam kuning
 Paul Erlich mengusulkan teori rantai sisi
 Ellie Metchnikoff pendiri imunologi seluler
 Metodelogi
 Berdasarkan permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini cara
kami mencari data-data adalah melalui:
 Browsing
 Metode pengumpulan data dengan cara mengunjungi website-
website diinternet yang berhubungan dengan permasalahan yang
terkait.

63
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Imunologi

Imunologi adalah suatu cabang yang luas dari ilmu biomedis yang mencakup kajian mengenai
semua aspek sistem imun (kekebalan) pada semua organisme. Imunologi antara lain mempelajari
peranan fisiologis sistem imum baik dalam keadaan sehat maupun sakit.

Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang
dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan
benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan
sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya
melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus yang
menyebabkan demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga
memberikan pengawasan terhadap sel tumor, dan terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan
meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.

2.2 Infeksi-infeksi karena Imunologi

TORCH adalah istilah untuk menggambarkan gabungan dari empat jenis penyakit infeksi yaitu
Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat jenis penyakti infeksi ini, sama-
sama berbahaya bagi janin bila infeksi diderita oleh ibu hamil.
Kini, diagnosis untuk penyakit infeksi telah berkembang antar lain ke arah pemeriksaan secara
imunologis.
Prinsip dari pemeriksaan ini adalah deteksi adanya zat anti (antibodi) yang spesifik taerhadap
kuman penyebab infeksi tersebut sebagai respon tubuh terhadap adanya benda asing (kuman)
Antibodi yang terburuk dapat berupa Imunoglobulin M (IgM) dan Imunoglobulin G (IgG).

1. Toxoplasma
Infeksi Toxoplasma disebabkan oleh parasit yang disebut Toxoplasma gondii.
Pada umumnya, infeksi Toxoplasma terjadi tanpa disertai gejala yang spesipik. Kira-kira hanya
10-20% kasus infeksi Toxoplasma yang disertai gejala ringan, mirip gejala influenza, bisa timbul
rasa lelah, malaise, demam, dan umumnya tidak menimbulkan masalah.

74
Infeksi Toxoplasma berbahaya bila terjadi saat ibu sedang hamil atau pada orang dengan sistem
kekebalan tubuh terganggu (misalnya penderita AIDS, pasien transpalasi organ yang
mendapatkan obat penekan responimun).
Jika wanita hamil terinfeksi Toxoplasma maka akibat yang dapat terjadi adalah abortus spontan
atau keguguran (4%), lahir mati (3%) atau bayi menderita Toxoplasmosis bawaan. Pada
Toxoplasmosis bawaan, gejala dapat muncul setelah dewasa, misalnya kelainan mata dan telinga,
retardasi mental, kejang-kejang dan ensefalitis.
Diagnosis Toxoplasmosis secara klinis sukar ditentukan karena gejala-gejalanya tidak spesifik
atau bahkan tidak menunjukkan gejala (sub klinik). Oleh karena itu, pemeriksaan laboratorium
mutlak diperlukan untuk mendapatkan diagnosis yang tepat. Pemeriksaan yang lazim dilakukan
adalah Anti-Toxoplasma IgG, IgM dan IgA, serta Aviditas Anti-Toxoplasma IgG.
Pemeriksaan tersebut perlu dilakukan pada orang yang diduga terinfeksi Toxoplasma, ibu-ibu
sebelum atau selama masa hamil (bila hasilnya negatif perlu diulang sebulan sekali khususnya
pada trimester pertama, selanjutnya tiap trimeter), serta bayi baru lahir dari ibu yang terinfeksi
Toxoplasma.

2. Rubella
Infeksi Rubella ditandai dengan demam akut, ruam pada kulit dan pembesaran kelenjar getah
bening. Infeksi ini disebabkan oleh virus Rubella, dapat menyerang anak-anak dan dewasa muda.
Infeksi Rubella berbahaya bila tejadi pada wanita hamil muda, karena dapat menyebabkan
kelainan pada bayinya. Jika infeksi terjadi pada bulan pertama kehamilan maka risiko terjadinya
kelainan adalah 50%, sedangkan jika infeksi tejadi trimester pertama maka risikonya menjadi
25% (menurut America College of Obstatrician and Gynecologists, 1981).
Tanda tanda dan gejala infeksi Rubella sangat bervariasi untuk tiap individu, bahkan pada
beberapa pasien tidak dikenali, terutama apabila ruam merah tidak tampak. Oleh Karena itu,
diagnosis infeksi Rubella yang tepat perlu ditegakkan dengan bantuan pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan Laboratorium yang dilakukan meliputi pemeriksaan Anti-Rubella IgG dan IgM.
Pemeriksaan Anti-rubella IgG dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kekebalan pada saat
sebelum hamil. Jika ternyata belum memiliki kekebalan, dianjurkan untuk divaksinasi.
Pemeriksaan Anti-rubella IgG dan IgM terutama sangat berguna untuk diagnosis infeksi akut
pada kehamilan < 18 minggu dan risiko infeksi rubella bawaan.

85
3. Cytomegalovirus (CMV)
Infeksi CMV disebabkan oleh virus Cytomegalo, dan virus ini temasuk golongan virus keluarga
Herpes. Seperti halnya keluarga herpes lainnya, virus CMV dapat tinggal secara laten dalam
tubuh dan CMV merupakan salah satu penyebab infeksi yang berbahaya bagi janin bila infeksi
terjadi saat ibu sedang hamil.
Jika ibu hamil terinfeksi maka janin yang dikandung mempunyai risiko tertular sehingga
mengalami gangguan misalnya pembesaran hati, kuning, ekapuran otak, ketulian, retardasi
mental, dan lain-lain.
Pemeriksaan laboratorium sangat bermanfaat untuk mengetahui infeksi akut atau infeksi
berulang, dimana infeksi akut mempunyai risiko yang lebih tinggi. Pemeriksaan laboratorium
yang dilakukan meliputi Anti CMV IgG dan IgM, serta Aviditas Anti-CMV IgG.

4. Herpes Simpleks Tipe II


Infeksi herpes pada alat genital (kelamin) disebabkan oleh Virus Herpes Simpleks tipe II (HSV
II). Virus ini dapat berada dalam bentuk laten, menjalar melalui serabut syaraf sensorik dan
berdiam di ganglion sistem syaraf otonom.
Bayi yang dilahirkan dari ibu yang terinfeksi HSV II biasanya memperlihatkan lepuh pada kulit,
tetapi hal ini tidak selalu muncul sehingga mungkin tidak diketahui. Infeksi HSV II pada bayi
yang baru lahir dapat berakibat fatal.
Pemeriksaan laboratorium, yaitu Anti-HSV II IgG dan IgM sangat penting untuk mendeteksi
secara dini terhadap kemungkinan terjadinya infeksi oleh HSV II dan mencegah bahaya lebih
lanjut pada bayi bila infeksi terjadi pada saat kehamilan.

Infeksi TORCH yang terjadi pada ibu hamil dapat membahayakan janin yang dikandungnya.
Pada infeksi TORCH, gejala klinis yang ada sering sulit dibedakan dari penyakit lain karena
gejalanya tidak spesifik. Walaupun ada yang memberi gejala ini tidak muncul sehingga
menyulitkan dokter untuk melakukan diagnosis. Oleh karena itu, pemeriksaan laboratorium
sangat diperlukan untuk membantu mengetahui infeksi TORCH agar dokter dapat memberikan
penanganan atau terapi yang tepat.

96
5. HIV/AIDS

Epidemi HIV/ AIDS di Indonesia sudah merupakan krisis global dan ancaman yang berat bagi
pembangunan dan kemajuan sosial. Kasus-kasus HIV/ AIDS mengalami peningkatan pesat.
Peningkatan yang tajam banyak dijumpai pada kasus orang dewasa terutama pengguna narkoba,
pekerja seks maupun pelanggannya.
Menurut data Dirjen P2MPLP Depkes RI, tercatat sejak April 1987 hingga Maret 2004 terdapat
4.159 kasus HIV/ AIDS dengan 2.746 menderita HIV, 1.413 menderita AIDS dan 493
meninggal dunia. Diperkirakan jumlah penduduk Indonesia yang terinfeksi HIV/ AIDS sekitar
120.000 orang dan infeksi baru sekitar 80.000 orang. Angka-angka tersebut diatas diperoleh dari
pemeriksaan darah anonymunlinked yang artinya darah yang diperiksa tidak diketahui orangnya.
Karena masa inkubasi HIV/ AIDS sekitar 5-10 tahun dan masih adanya penolakan dari penderita
yang terinfeksi. Perlu diingat bahwa HIV/ AIDS belum ada vaksin untuk mencegah dan cara
pengobatannya. Sehingga pencegahan tergantung pada kesadaran masyarakat dan perubahan
perilaku individu hidup sehat dan penggunan kondom bagi yang berperilaku resiko tinggi.
Adapun tujuan dari penanggulangan ini adalah megurangi dampak sosial dan ekonomi serta
mencegah dan memberantas penyakit infeksi menular seksual. Bayangan ancaman pada tahun
2010 sekitar 100.000 orang yang menderita/ meninggal akibat AIDS dan 1 juta orang mengidap
virus HIV.
1) Definisi
AIDS adalah singkatan dari acquired immunedeficiency syndrome, merupakan sekumpulan
gejala yang menyertai infeksi HIV. Infeksi HIV disertai gejala infeksi yang oportunistik yang
diakibatkan adanya penurunan kekebalan tubuh akibat kerusakan sistem imun. Sedangkan HIV
adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus.
2) Epidemiologi
Adanya infeksi menular seksual (IMS) yang lain (misal GO, klamidia), dapat meningkatkan
risiko penularan HIV (2-5%). HIV menginfeksi sel-sel darah sistem imunitas tubuh sehingga
semakin lama daya tahan tubuh menurun dan sering berakibat kematian. HIV akan mati dalam
air mendidih/ panas kering (open) dengan suhu 56oC selama 10-20 menit. HIV juga tidak dapat
hidup dalam darah yang kering lebih dari 1 jam, namun mampu bertahan hidup dalam darah
yang tertinggal di spuit/ siring/ tabung suntik selama 4 minggu. Selain itu, HIV juga tidak tahan
terhadap beberapa bahan kimia seperti Nonoxynol-9, sodium klorida dan sodium hidroksida.
10
7
3) Gejala Infeksi HIV/ AIDS

 Sistem imun berangsur-angsur turun, sampai sel T CD4 turun dibawah 200/ml dan penderita
masuk dalam fase AIDS.
 AIDS merupakan kumpulan gejala yang menyertai infeksi HIV. Gejala yang tampak
tergantung jenis infeksi yang menyertainya. Gejala-gejala AIDS diantaranya : selalu merasa
lelah, pembengkakan kelenjar pada leher atau lipatan paha, panas yang berlangsung lebih
dari 10 hari, keringat malam, penurunan berat badan yang tidak bisa dijelaskan
penyebabnya, bercak keunguan pada kulit yang tidak hilang-hilang, pernafasan pendek, diare
berat yang berlangsung lama, infeksi jamur (candida) pada mulut, tenggorokan, atau vagina
dan mudah memar/perdarahan yang tidak bisa dijelaskan penyebabnya.

4) Stadium Infeksi
 AIDS Council of NSW
Stadium 1 Infeksi primer:
Bila penderita mengalami infeksi untuk pertama kali dengan keluhan “seperti flu”.
Stadium 2 Kelainan tanpa gejala:
Penderita tetap merasa sehat, hal ini dapat berlangsung sampai beberapa tahun.
Stadium 3 Kelainan dengan gejala-gejala:
Penderita mengalami gejala-gejala ringan seperti rasa lelah, keringat malam, dll.
Stadium 4 Kelainan berat:
Penderita mengalami gejala-gejala yang lebih berat oleh karena daya tahan tubuh yang menurun
(AIDS, Aquired Immunodeficiency Syndroms).
 WHO
Stadium I
Tanpa gejala. Pembengkakan kelenjar getah bening di seluruh tubuh yang menetap.
Tingkat aktivitas 1: tanpa gejala, aktivitas normal.
Stadium II
Kehilangan berat badan, kurang dari 10%. Gejala pada mukosa dan kulit yang ringan (dermatitis
seboroik), infeksi jamur pada kuku, perlukaan pada mukosa mulut yang sering kambuh, radang
pada sudut bibir, Herpes zoster terjadi dalam 5 tahun terakhir, ISPA (infeksi saluran nafas bagian
atas) yang berulang, misalnya sinusitis karena infeksi bakteri.

11
8
Tingkat aktivitas 2: dengan gejala, aktivitas normal.
Stadium III
Penurunan berat badan lebih dari 10%, diare kronik yang tidak diketahui penyebabnya lebih dari
1 bulan, demam berkepanjangan yang tidak diketahui penyebabnya lebih dari 1 bulan,
Candidiasis pada mulut, Bercak putih pada mulut berambut, TB paru dalam 1 tahun terakhir,
Infeksi bakteri yang berat, misalnya: pneumonia, bisul pada otot.
Tingkat aktivitas 3: terbaring di tempat tidur, kurang dari 15 hari dalam satu bulan terakhir.
Stadium IV

 Kehilangan berat badan lebih dari 10%, diare kronik yang tidak diketahui penyebabnya lebih
dari 1 bulan. Kelemahan kronik dan demam berkepanjangan yang tidak diketahui
penyebabnya lebih dari 1 bulan.
 Pneumocystis carinii pneumonia (PCP).
 Toksoplasmosis pada otak.
 Kriptosporidiosis dengan diare lebih dari 1 bulan.
 Kriptokokosis di luar paru.
 Sitomegalovirus pada organ selain hati, limpa dan kelenjar getah bening.
 Infeksi virus Herpes simpleks pada kulit atau mukosa lebih dari 1 bulan atau dalam rongga
perut tanpa memperhatikan lamanya.
 PML(progressivemultifocalencephalopathy) atau infeksi virus dalam otak.
 Setiap infeksi jamur yang menyeluruh, misalnya:histoplasmosis,kokidioidomikosis.
 Candidiasis pada kerongkongan, tenggorokan, saluran paru dan paru.
 Mikobakteriosis tidak spesifik yang menyeluruh.
 Septikemia salmonela bukan tifoid.
 TB di luar paru.
 Limfoma.
 Kaposi’s sarkoma.
 Ensefalopati HIV sesuai definisi CDC.

Tingkat aktivitas 4: terbaring di tempat tidur, lebih dari 15 hari dalam 1 bulan terakhir.

12
9
\
9
5) Dampak HIV/ AIDS
Dampak yang timbul akibat epidemi HIV/ AIDS dalam masyarakat adalah : menurunnya kualitas
dan produktivitas SDM (usia produktif=84%), angka kematian tinggi dikarenakan penularan
virus HIV/ AIDS pada bayi, anak dan orang tua, serta adanya ketimpangan sosial karena
stigmatisasi terhadap penderita HIV/ AIDS masih kuat.

6) Penularan HIV/ AIDS ;

 Hubungan seksual dengan orang yang mengidap HIV/AIDS, berhubungan seks dengan
pasangan yang berganti-ganti dan tidak menggunakan alat pelindung (kondom).
 Kontak darah/luka dan transfusi darah yang sudah tercemar virus HIV.
 Penggunaan jarum suntik atau jarum tindik secara bersama atau bergantian dengan orang
yang terinfeksi HIV.
 Dari ibu yang terinfeksi HIV kepada bayi yang dikandungnya.

HIV tidak menular melalui gigitan nyamuk, orang bersalaman, berciuman, berpelukan, tinggal
serumah, makan dam minum dengan piring-gelas yang sama.
7) Cara Pencegahan
Pencegahan yang dilakukan ditujukan kepada seseorang yang mempunyai perilaku beresiko,
sehingga diharapkan pasangan seksual dapat melindungi dirinya sendiri maupun pasangannya.
Adapun caranya adalah dengan tidak berganti-ganti pasangan seksual (monogami), penggunaan
kondom untuk mengurangi resiko penularan HIV secara oral dan vaginal. Pencegahan pada
pengguna narkoba dapat dilakukan dengan cara menghindari penggunaan jarum suntik
bersamaan dan jangan melakukan hubungan seksual pada saat high (lupa dengan hubungan
seksual aman). Sedangkan pencegahan pada ibu hamil yaitu dengan mengkonsumsi obat anti
HIV selama hamil (untuk menurunkan resiko penularan pada bayi) dan pemberian susu formula
pada bayi bila ibu terinfeksi HIV. Serta menghindari darah penderita HIV mengenai luka pada
kulit, mulut ataupun mata.

8) Pemeriksaan HIV/ AIDS


Pemeriksaan sedini mungkin untuk mengetahui infeksi HIV sangat membantu dalam pencegahan
dan pengobatan yang lebih lanjut. Tes HIV untuk yang beresiko dilakukan setiap 6 bulan, selain
itu pencegahan dapat mengurangi faktor resiko. Apabila sudah terdiagnosis infeksi HIV

13
10
00
\9
dilakukan dengan dua cara pemeriksaan antibodi yaitu ELISA dan Western blot. Tes Western
blot dilakukan di negara-negara maju, sedangkan untuk negara berkembang dinjurkan oleh WHO
pemeriksaan menggunakan tes ELISA yang dilakukan 2-3 kali.
Beberapa kelemahan dan keunggulan tes pemeriksaan infeksi HIV :
1. Tes Elisa – Keuntungan konstan; waktu yang cukup.
2. Tes Sederhana/ Cepat – Keuntungan : hasil cepat; menggunakan sampel darah lengkap (whole
blood); tidak butuh peralatan khusus; sederhana; dapat dikerjakan oleh staf dengan pelatihan
terbatas; tidak perlu listrik; dapat dipindah-pindahkan dan fleksibel; hasil mudah dibaca; punya
kontrol internal sehingga hasil akurat; rancangan tes tunggal untuk spesimen terbatas.
Kelemahan : lebih mahal dari tes ELISA; butuh mesin pendingin (2o C dan 30 o
C);
meningkatkan potensi testing wajib; pemberitahuan hasil tes tidak terpikirkan implikasinya.
3. Tes Air Liur dan Air Kencing – Keuntungan : prosedur pengumpulan lebih sederhana; cocok
untuk orang yang menolak memberikan darah; menurunkan resiko kerja; lebih aman (karena
mengandung sedikit virus). Kelemahan : harus mengikuti prosedur testing yang spesifik dan hati-
hati; berpotensi untuk testing mandatory; mendorong timbulnya mitos penularan HIV lewat
ciuman; belum banyak dievaluasi di lapangan.
4. Tes Konfirmasi (Western blot) – Keuntungan : untuk memastikan suatu hasil positif dari tes
pertama. Kelemahan : mahal; membutuhkan peralatan khusus; pemeriksa harus terlatih.
5. Antigen Virus - Keuntungan : mengetahui infeksi dini HIV; skrinning darah; mendiagnosis
infeksi bayi baru lahir; memonitor pengobatan dengan ARV. Kelemahan : kurang sensitif untuk
tes darah.
6. VCT (Voluntary Counseling And Testing) - Kelemahan : perlu pelayanan konseling yang
efektif; konselor perlu disupervisi; konselor terkadang perlu konseling.

9) Pengobatan HIV/ AIDS


Pengobatan HIV/ AIDS yang sudah ada kini adalah dengan pengobatan ARV (antiretroviral) dan
obat-obat baru lainnya masih dalam tahap penelitian.
Jenis obat-obat antiretroviral :

14
11
00
\9
 Attachment inhibitors (mencegah perlekatan virus pada sel host) dan fusion inhibitors
(mencegah fusi membran luar virus dengan membran sel hos). Obat ini adalah obat baru
yang sedang diteliti pada manusia.
 Reverse transcriptase inhibitors atau RTI, mencegah salinan RNA virus ke dalam DNA sel
hos. Beberapa obat-obatan yang dipergunakan saat ini adalah golongan Nukes dan Non-
Nukes.
 Integrase inhibitors, menghalangi kerja enzim integrase yang berfungsi menyambung
potongan-potongan DNA untuk membentuk virus. Penelitian obat ini pada manusia dimulai
tahun 2001 (S-1360).
 Protease inhibitors (PIs), menghalangi enzim protease yang berfungsi memotong DNA
menjadi potongan-potongan yang tepat. Golongan obat ini sekarang telah beredar di pasaran
(Saquinavir, Ritonavir, Lopinavir, dll.).
 Immune stimulators (perangsang imunitas) tubuh melalui kurir (messenger) kimia, termasuk
interleukin-2 (IL-2), Reticulose, HRG214. Obat ini masih dalam penelitian tahap lanjut pada
manusia.
 Obat antisense, merupakan “bayangan cermin” kode genetik HIV yang mengikat pada virus
untuk mencegah fungsinya (HGTV43). Obat ini masih dalam percobaan.

15
12
00
\9
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Imunologi adalah suatu cabang yang luas dari ilmu biomedis yang mencakup kajian mengenai
semua aspek sistem imun (kekebalan) pada semua organisme. Sistem kekebalan atau sistem
imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ
khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh
juga berkurang.

TORCH adalah istilah untuk menggambarkan gabungan dari empat jenis penyakit infeksi yaitu
Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat jenis penyakti infeksi ini, sama-
sama berbahaya bagi janin bila infeksi diderita oleh ibu hamil. Kini, diagnosis untuk penyakit
infeksi telah berkembang antar lain ke arah pemeriksaan secara imunologis.
Prinsip dari pemeriksaan ini adalah deteksi adanya zat anti (antibodi) yang spesifik taerhadap
kuman penyebab infeksi tersebut sebagai respon tubuh terhadap adanya benda asing (kuman)
Antibodi yang terburuk dapat berupa Imunoglobulin M (IgM) dan Imunoglobulin G (IgG).

AIDS adalah singkatan dari acquired immunedeficiency syndrome, merupakan sekumpulan


gejala yang menyertai infeksi HIV. Infeksi HIV disertai gejala infeksi yang oportunistik yang
diakibatkan adanya penurunan kekebalan tubuh akibat kerusakan sistem imun. Sedangkan HIV
adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Gejala Infeksi HIV/ AIDS adalah sistem
imun berangsur-angsur turun, sampai sel T CD4 turun dibawah 200/ml dan penderita masuk
dalam fase AIDS. Apabila sudah terdiagnosis infeksi HIV dilakukan dengan dua cara
pemeriksaan antibodi yaitu ELISA dan Western blot.

16
13
00
\9
3.2 Saran

 Bagi ibu yang sedang hamil


1. Sebaiknya selama masa kehamilan selalu menjaga daya tahan tubuh atau stamina sehingga
tidak rentan terserang berbagai penyakit.
2. Diharapkan agar lebih menjaga kebersihan diri terutama pada bagian Genital ( alat kelamin ),
karena hal itu dapat mencegah timbulnya jamur atau virus pada bagian genital yang
dapatmenyebabkanberbagaipenyakitseperti Herpes Genitalis.
3. Jika ibu mengalami gejala-gejala seperti nafsu makan berkurang, demam, terdapat ruam pada
bagian tubuh, dan terasa gatal ibu harus segera datang ke tenaga kesehatan untuk
mendapatkan pengobataan.
 Bagi petugas kesehatan agar senantiasa meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya
untuk menurunkan angka mortalitas dan morbiditas Ibu dan anak. Serta dapat memberikan
penyuluhan dengan penekanan pada aspek perubahan perilaku.
 Bagi teman-teman belajar yang rajin agar kelak bisa menangani pasien dengan profesional
dan menjadi tenaga kesehatan yang dipercaya oleh masyarakat.

17
14
00
\9
DAFTAR PUSTAKA

http://bidanjasmine.blogspot.co.id/2011/11/penyakit-infeksi-karena-imunologi-pada.html

http://ifacabii.blogspot.co.id/2014/05/makalah-imunologi.html?m=1

http://ayufatmawatianterior.blogspot.co.id/2013/05/makalah-herpes-dan-varicella-pada-ibu.html

18
15
00
\9

Anda mungkin juga menyukai