Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tingginya angkat kesakitan akhir-akhir ini ditandai dengan munculnya

kembali berbagai penyakit lama seperti TBC, merekanya berbagai penyakit baru yang

bersifat pandemik seperti HIV/AIDS, SARS, flu burung, dan flu babi, serta belum

menghilangnya penyakit-penyakit endemis, seperti demam berdarah dan diare.

Melihat kenyataan di atas, pemerintah membuat terobosan baru yang benar-

benar memiliki daya ungkit bagi meningkatnya derajat kesehatan bagi seluruh

penduduk Indonesia, yaitu terobosan kesehatan yang bertumpu pada

masyarakat/komunitas dengan pencapaian Desa Sehat sebagai basisnya. Oleh karena

itu, bidan sebagai tenaga terdepan di komunitas atau masyarakat harus mempunyai

kemampuan dalam menggerakkan masyarakat, dengan memberikan asuhan

kebidanan komunitas yang baik, sehingga akan terwujud prilaku sehat di masyarakat.

Kebidanan komunitas sendiri berarti bentuk-bentuk pelayanan kebidanan yang

dilakukan di luar bagian atau pelayanan berkelanjutan yang diberikan di rumah sakit

dengan menekankan kepada aspek-aspek psikososial budaya yang ada di masyarakat.


Maka seorang bidan dituntut mampu memberikan pelayanan yang bersifat

individual maupun kelompok. Untuk itu bidan perlu dibekali dengan strategi-strategi

untuk mengatasi tantangan/kendala seperti berikut ini.

1. Sosial budaya seperti ketidakadilan gender, pendidikan, tradisi yang

merugikan Ekonomi, seperti kemiskinan.

2. Politik dan hukum, seperti ketidakadilan sosial.

3. Fasilitas, seperti tidak ada peralatan yang cukup, pelayanan rujukan.

4. Lingkungan, seperti air bersih, daerah konflik, daerah kantong (daerah yang

terisolir), kumuh, padat, dll.

Ukuran keberhasilan bidan dalam menghadapi tantangan/kendala di atas

adalah bangkitnya/ lahirnya gerakan masyarakat untuk mengatasi masalah dan

memenuhi kebutuhan kesehatan serta kualitas hidup perempuan di lokasi tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Apa prinsip pelayanan kebidanan komunitas?

2. Apa tujuan pelayanan kebidanan komunitas ?

3. Apa peran fungsi dan tanggung jawab pelayanan kebidanan komunitas?

4. Ruang lingkup pelayanan kebidanan komunitas?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui prinsip pelayanan kebidanan komunitas.


2. Untuk mengetahui tujuan pelayanan kebidanan komunitas.

3. Untuk mengetahui peran fungsi dan tanggung jawab pelayanan kebidanan

komunitas.

4. Untuk mengetahui ruang lingkup pelayanan kebidanan komunitas.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Prinsip pelayanan kebidanan komunitas

Prinsip pelayanan kebidanan komunitas

1. Kebidanan komunitas sifatnya multidisiplin meliputi ilmu kesehatan

masyarakat, kedokteran, sosial, psikologi, ilmu kebidanan, dan lain-lain

yang mendukung peran bidan di komunitas.

2. Dalam pelayanan kebidanan komunitas bidan tetap berpedoman pada etika

profesi kebidanan yang menjunjung tinggi harkat dan martabat

kemanusiaan klien.

3. Dalam pelayanan kebidanan komunitas bidan senantiasa memerhatikan

dan memberi penghargaan terhadap nilai-nilai yang berlaku di masyarakat,

sepanjang tidak merugikan dan bertentangan dengan prinsip kesehatan.

Pendekatan yang digunakan dalam pengelolaan pelayanan kebidanan

komunitas tetap menggunakan prinsip manajemen kebidanan dalam langkah

pemecahan masalah:

1. Identifikasi masalah (kumpulkan data objektif dan subjektif)

2. Analisis dan perumusan masalah

3. Menetapkan rencana pemecahan masalah (menyusun prioritas masalah)


4. Pelaksanaan rencana pemecahan masalah

5. Evaluasi dan pendokumentasian

B. Tujuan pelayanan kebidanan komunitas

Tujuan umum

Tujuan umum pelayanan kebidanan komunitas adalah seorang bidan komunitas

mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya kesehatan

perempuan/ibu bayi dan balita di wilayah kerjanya.

Tujuan Khusus

1. Meningkatkan cakupan pelayanan kebidanan komunitas sesuai dengan

tanggung jawab bidan.

2. Meningkatkan mutu pelayanan ibu hamil, pertolongan persalinan,

perawatan nifas dan perinatal serta bayi dan balita secara terpadu.

3. Menurunkan jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan risiko kehamilan,

persalinan, nifas, dan perinatal.

4. Mendukung program pemerintah untuk menurunkan angka kesakitan dan

kematian pada ibu, bayi, dan anak.

5. Membangun jaringan kerja dengan fasilitas rujukan dan tokoh masyarakat

setempat atau unsur terkait lainnya.


C. Peran fungsi dan tanggung jawab pelayanan kebidanan komunitas.

a. Peran dan Fungsi Bidan Di Komunitas

Bidan di masyarakat adalah sesuai dengan peran dan fungsinya sebagai

pelaksana, mempunyai kategori sebagai berikut:

1. Sesuai dengan peran mandiri

 Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang

dimulai dari pengkajian status kesehatan baik individu maupun

masyarakat

 Menentukan diagnosis

 Menyusun rencana tindakan

 Melaksanakan tindakan sesuai rencana

 Mengevaluasi tindakan

 Rencana tindak lanjut

 Membuat catatan dalam laporan kegiatan/tindakan

2. Memberi layanan dasar pada remaja

 Mengkaji status kesehatan dan kebutuhan remaja dan wanita pra nikah

baik individu maupun di masyarakat

 Menentukan diagnosis

 Menyusun rencana tindakan

 Melaksanakan tindakan sesua irencana

 Mengevaluasi tindakan
 Rencana tindak lanjut

 Membuat catatan dalam laporan kegiatan/tindakan

3. Memberikan asuhan kebidanan pada klien selama kehamilan normal di

masyarakat

 Mengkaji status kesehatan dan kebutuhan ibu hamil baik individu

maupun di masyarakat

 Menentukan diagnosis

 Menyusun rencana tindakan

 Melaksanakan tindakan sesuai rencana

 Mengevaluasi tindakan

 Rencana tindak lanjut

 Membuat catatan dalam laporan kegiatan/tindakan

4. Memberikan asuhan kebidanan pada masa ibu persalinan dengan

melibatkan keluarga

 Mengkaji status kesehatan dan kebutuhan ibu bersalin baik individu

maupun di masyarakat

 Menentukan diagnosis

 Menyusun rencana tindakan

 Melaksanakan tindakan sesuai rencana

 Mengevaluasi tindakan

 Rencana tindak lanjut


 Membuat catatan dalam laporan kegiatan/tindakan

Di masyarakat bidan harus menentukan jadwal kunjungan rumah pada

keluarga. Adapun dalam pelaporan bidan wajib melaporkan tindakan

dalam persalinan baik di desa, kecamatan, puskesmas maupun dinas

kesehatan kabupaten/kota.

5. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir

 Mengkaji status kesehatan dan kebutuhan ibu bersalin baik individu

maupun di masyarakat

 Menentukan diagnosis

 Menyusun rencana tindakan

 Melaksanakan tindakan sesuai rencana

 Mengevaluasi tindakan

 Rencana tindak lanjut

 Membuat catatan dalam laporan kegiatan/tindakan.

Langkah yang harus diingat adalah jadwal kunjungan pada BBL, laporan

tentang kelahiran dan kelengkapan surat kelahiran.

6. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan melibatkan keluarga

 Mengkaji status kesehatan dan kebutuhan ibu bersalin baik individu

maupun di masyarakat

 Menentukan diagnosis
 Menyusun rencana tindakan

 Melaksanakan tindakan sesuai rencana

 Mengevaluasi tindakan

 Rencana tindak lanjut

 Membuat catatan dalam laporan kegiatan/tindakan.

Informasi yang dapat diberikan pada klien dan masyarakat adalah:

 Masalah gizi yang berkaitan dengan pemulihan kesehatan pada ibu

nifas

 Informasi yang berkaitan dengan pemberian makanan baik ASI

maupun pendamping ASI (PASI)

 Informasi tentang latihan bagi ibu nifas, salah satunya adalah senam

nifas

 Informasi tentang keluarga berencana.

7. Memberikan asuhan pada pasangan usia subur yang membutuhkan

pelayanan KB

 Mengkaji kebutuhan pelayanan KB di masyarakat wilayah kerja

 Menentukan diagnosis kebutuhan pelayanan

 Menyusun rencana tindakan sesuai dengan prioritas masalah tentang

KB

 Melaksanakan tindakan sesuai rencana


 Mengevaluasi tindakan

 Rencana tindak lanjut

 Membuat catatan dalam laporan kegiatan / tindakan

b. Peran fungsi dan fungsi bidan sesuai dengan kompetensi bidan Indonesia

berkaitan dengan asuhan di komunitas

Kompetensi ke-8: bidan memberika nasuhan yang bermutu tinggi dan

komprehensif pada keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai dengan budaya

setempat.

Pengetahuan dasar:

1. Konsep dasar dan sasaran kebidanan komunitas

2. Masalah kebidanan komunitas

3. Pendekatan asuhan kebidanan komunitas pada keluarga, kelompok dan

masyarakat

4. Strategi pelayanan kebidanan komunitas

5. Upaya peningkatan dan pemeliharaan kesehatan ibu dan anak dalam

keluarga dan masyarakat

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan ibu dan anak

7. Sistem pelayanan kesehatan ibu dan anak

Pengetahuan tambahan:

1. Kepemimpinan untuk semua (kesuma)


2. Pemasaran sosial

3. Peran serta masyarakat

4. Audir maternal perinatal

5. Perilaku kesehatan masyarakat

6. Program-program pemerintah yang terkait dengan kesehatan ibu dan anak

(safe motherhood dan gerakan saying ibu)

7. Paradigma sehat 2010

Keterampilan dasar:

1. Melakukan pengelolaan pelayanan ibu hamil, nifas, laktasi, bayi balita dan

KB di masyarakat

2. Mengidentifikasi status kesehatan ibu dan anak

3. Melakukan pertolongan persalinan di rumah dan polindes

4. Mengelola pondok bersalin desa (polindes)

5. Melaksanakan penggerakan dan pembinaan peran serta masyarakat untuk

mendukung upaya kesehatan ibu dan anak

6. Melaksanakan penyuluhan dan konseling kesehatan

7. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan

Keterampilan tambahan:

1. Melakukan pemantauan KIA dengan menggunakan PWS KIA

2. Melalsanakan pelatihan dan pembinaan dukun bayi


3. Mengelola dan memberikan obat-obatan sesuai dengan kewenangannya

4. Menggunakan teknologi tepat guna

c. Tanggung jawab bidan di komunitas

Tanggung jawab bidan di komunitas meliputi beberapa hal berikut:

1. Memberikan penyuluhan dan pelayanan dalam konteks individu, keluarga,

dan masyarakat.

2. Menilai tradisi yang baik dan membudayakannya, yaitu budaya yang

sensitif gender dan hak asasi manusia (HAM), nilai-nilai masyarakat yang

adil dan hukum, serta norma yang tidak melanggar hak asasi manusia.

3. Menjaga pengetahuannya tetap up to date, berusaha secara terus-menerus

mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan kemahiran.

4. Bertindak professional yaitu mampu memisahkan nilai-nilai dan

keyakinan pribadi dengan tugas kemanusiaan sebagai bidan. Selain itu,

mampu bersikap tidak menghakimi (non-judgemental), tidak membeda-

bedakan (non-discriminative), serta mampu bersikap dan memenuhi

standar prosedur untuk semua klien.

5. Mengenali batas-batas pengetahuan, keterampilan pribadi, dan tidak

berupaya untuk bekerja melampaui wewenangnya dalam memberikan

pelayanan klinik.
6. Menerima tanggung jawab untuk mengambil keputusan serta konsekuensi

dari suatu keputusan.

7. Berkomunikasi dan bekerja sama dengan pekerja kesehatan profesional

lainnya (perawat, dokter, dan lain-lain) dengan rasa hormat dan

bermartabat.

8. Memelihara kerjasama yang baik dengan staf kesehatan dan rumah sakit

pendukung untuk memastikan sistem rujukan yang optimal.

9. Melakukan pemantauan mutu yang mencakup penilaian sejawat,

pendidikan berkesinambungan, mengkaji ulang kasus-kasus, dan Audit

Maternal Perinatal (AMP).

10. Bekerja sama dengan masyarakat setempat untuk meningkatkan akses dan

mutu asuhan kesehatan.

11. Menjadi bagian dari upaya untuk meningkatkan status perempuan serta

kondisi hidup mereka dan menghilangkan praktik kultur yang terbukti

merugikan perempuan.

d. Fungsi bidan di wilayah kerja

1. Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat (asuhan kehamilan,

persalinan, nifas, bayi, balita, KB, serta pengayoman medis kontrasepsi)

2. Menggerakkan dan membina peran serta masyarakat

3. Membina dan memberikan bimbingan teknis kepada kader dan dukun bayi

4. Membina kelompok dasawisma di bidang kesehatan


5. Membina kerjasama lintas program dan lintas sektoral dan Lembaga

swadaya masyarakat (LSM)

6. Melakukan rujukan medis

7. Mendeteksi secara dini adanya efek samping kontrasepsi serta adanya

penyakit-penyakit lainnya.

e. Kegiatan bidan di komunitas

1. Mengenal wilayah struktur kemasyarakatan dan komposisi penduduk serta

sistem pemerintahan desa.

 Menghubungi pamong desa untuk mendapatkan peta desa

 Mengenali struktur kemasyarakatan seperti PKK, karang taruna, tokoh

masyarakat, tokoh agama, dan kegiatan kemasyarakatan lainnya

 Mempelajari data penduduk

 Mempelajari peta desa

 Mencatat jumlah kepala keluarga (KK), pasangan usia subur (PUS),

dan jumlah penduduk menurut jenis kelamin, golongan dan umur.

2. Mengumpulkan dan menganalisis data serta mengidentifikasi masalah

kesehatan untuk merencanakan penanggulanganannya.

 Menggambar peta desa, lokasi posyandu, pos KB desa, pos obat desa,

rumah kader, rumah dukun bayi, kelompok dana sehat dan kegiatan

swadaya masyarakat yang lain.


 Mengumpulkan nama kepala keluarga (KK), dan mencatat jumlah ibu

hamil, balita, bayi, dan pasangan usia subur (PUS)

 Mencatat jumlah ibu hamil resiko tinggi, ibu hamil yang telah

mendapat imunisasi tetanus toxoid, ibu hamil yang telah mendapat

tablet besi (Fe), ibu hamil yang dirujuk, ibu hamil yang diberi

makanan tambahan (PMT) dan ibu hamil yang meninggal

 Mencatat jumlah pertolongan persalinan di desa baik oleh tenaga

kesehatan maupun oleh dukun, jumlah ibu bersalin yang dirujuk dan

ibu bersalin yang meninggal

 Mencatat jumlah pelayanan akseptor KB, jenis, kasus kejadian efek

samping dan penanggulanganannya

 Mencatat jumlah pelayanan bayi dan BBLR, bayi dengan cacat

bawaan, bayi lahir mati, kunjungan bayi, bayi yang mempunyai kartu

menuju sehat (KMS), gizi buruk, jenis imunisasi, bayi yang dirujuk

dan bayi yang meninggal

 Mencatat jumlah balita yang ditimbang, balita yang merugikan

kesehatan

 Mempelajari data tentang masyarakat kemudian menginterpretasikan

serta menanganinya sesuai dengan kewenangan bidan

 Menyusun rencana kerja

3. Menggerakkan peran serta masyarakat


4. Memberikan bimbingan teknis kepada kader dan memberikan pelayanan

langsung di meja ke-5 pada setiap kegiatan posyandu

5. Melaksanakan pembinaan anak pra sekolah

6. Memberikan pertolongan persalinan

7. Memberikan pertolongan pertama pada orang sakit, kecelakaan, dan

kedaruratan

8. Melaksanakan kunjungan rumah

9. Melatih dan membina dukun bayi

10. Melatih dan membina dasawisma dalam bidang kesehatan

11. Menggerakkan masyarakat dalam pengumpulan dana kesehatan

12. Mencatat semua kegiatan yang dilaksanakan

13. Bekerjasama dengan staf puskesmas dan tenaga sektor lain

14. Menghadiri rapat staf pada loka karya mini di puskesmas

15. Melaksanakan usaha kesehatan sekolah (UKS) pada desa binaan

16. Merujuk penderita dengan kelainan jiwa.

D. Ruang lingkup pelayanan kebidanan komunitas.

Ruang lingkup pelayanan kebidanan di komunitas, meliputi upaya-upaya

peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), diagnosis dini dan

pertolongan tepat guna, meminimalkan kecacatan, pemulihan kesehatan

(rehabilitatif), merujuk tepat waktu, follow up care, serta kemitraan.


Promotif

Menurut WHO, promosi kesehatan adalah suatu proses membuat orang mampu

meningkatkan kontrol terhadap, dan memperbaiki kesehatan, baik dilakukan

secara individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat. Upaya promotif dapat

dilakukan dengan penyuluhan kesehatan, peningkatan gizi, pemeliharaan

kesehatan perorangan, pemeliharaan kesehatan lingkungan, pemberian makanan

tambahan, rekreasi, dan pendidikan seks.

Preventif

Ruang lingkup preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan

gangguan-gangguan kesehatan individu, keluarga, kelompok,dan masyarakat.

Upaya preventif dapat dilakukan dengan cara imunisasi pada bayi, balita, dan ibu

hamil. Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu, puskesmas,

maupun kunjungan rumah pada ibu nifas dan neonatus. Pemberian tablet vitamin

A dan garam beryodium ibu nifas dan balita. Pemberian tablet tambah darah dan

senam ibu hamil.

Diagnosis dini dan pertolongan tepat guna

Diagnosis dini dan pertolongan tepat guna merupakan upaya untuk membantu

menekan angka kesakitan dan kematian pada ibu dan bayi. Diagnosis dini pada

ibu dilakukan sejak ibu hamil yaitu dengan cara melakukan deteksi dini

(misalnya penapisan dini pada ibu hamil dengan menggunakan kartu Skor Puji
Rochyati) agar tidak terjadi keterlambatan dikarenakan terjadi rujukan estafet.

Ibu bersalin, ibu nifas, sehingga ibu akan mendapat pertolongan secara tepat

guna. Untuk diagnosis dini pada anak dapat dilakukan dengan cara pemantauan

pertumbuhan dan perkembangannya baik oleh keluarga, kelompok, maupun

masyarakat.

Meminimalkan kecacatan

Upaya meminimalkan kecacatan dilakukan dengan tujuan untuk merawat dan

memberikan pengobatan individu, keluarga, atau kelompok orang yang

menderita penyakit. Upaya yang bisa dilakukan diantaranya dengan perawatan

payudara ibu nifas dengan bendungan air susu, perawatan ibu hamil dengan

patologis di rumah, ibu bersalin, ibu nifas, dan perawatan tali pusat bayi baru

lahir.

Rehabilitasi

Rehabilitasi merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita yang dirawat

dirumah, maupun terhadap kelompok tertentu yang menderita penyakit.

Misalnya upaya pemulihan bagi pecandu narkoba, penderita TBC dengan latihan

nafas dan batuk efektif.


Merujuk Tepat Waktu

Kasus kematian ibu dan bayi secara umum banyak terjadi di masyarakat,

sehingga salah satu upaya untuk meminimalkan adalah dengan melakukan

rujukan tepat waktu, karena merupakan program unggulan asuhan sayang ibu

dalam mendukung keselamatan ibu dan bayi baru lahir. Singkatan BAKSOKU

dapat digunakan untuk mengingat hal-hal penting dalam mempersiapkan rujukan

untuk ibu dan bayi, yaitu sebagai berikut.

1. B (Bidan)

Pastikan bahwa ibu dan atau bayi baru lahir didampingi oleh penolong persalinan

yang kompeten untuk menata laksana gawat darurat obstetri dan bayi baru lahir

untuk dibawa ke fasilitas rujukan.

2. A (Alat)

Bawa perlengkapan dan bahan-bahan untuk asuhan persalinan, masa nifas, dan

bayi baru lahir (tabung suntik, slang IV, alat resusitasi, dan lain-lain) bersama

ibu ke tempat rujukan. Perlengkapan dan bahan-bahan tersebut tersebut mungkin

diperlukan jika ibu melahirkan dalam perjalanan menuju fasilitas rujukan.

3. K (Keluarga)

Beritahu ibu dan keluarga mengenai kondisi terakhir ibu dan/atau bayi serta

alasan ibu dan/atau bayi perlu dirujuk. Jelaskan pada mereka alasan dan tujuan

merujuk ibu ke fasilitas rujukan tersebut. Suami atau anggota keluarga yang lain

harus menemani ibu dan bayi baru lahir hingga ke fasilitas rujukan.
4. S (Surat)

Berikan surat ke tempat rujukan. Surat ini harus memberikan identitas ibu

dan/atau bayi baru lahir, cantumkan alasan rujukan dan uraikan hasil

pemeriksaan, asuhan atau obat-obatan yang diterima ibu dan atau bayi baru lahir.

Selain itu, sertakan juga partograf yang dipakai untuk membuat keputusan klinik.

5. O (Obat)

Bawa obat-obatan esensial pada saat mengantar ibu ke fasilitas rujukan. Obat-

obatan tersebut mungkin diperlukan selama di perjalanan.

6. K (Kendaraan)

Siapkan kendaraan yang paling memungkinkan untuk merujuk ibu dalam kondisi

cukup nyaman. Selain itu, pastikan kondisi kendaraan cukup baik untuk

mencapai tujuan pada waktu yang tepat.

7. U (Uang)

Ingatkan kepada keluarga agar membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk

membeli obat-obatan yang diperlukan dan bahan-bahan kesehatan lain yang

diperlukan selama ibu dan/atau bayi baru lahir tinggal di fasilitas rujukan.

Follow Up Care dan Kemitraan

Asuhan kebidanan di komunitas merupakan asuhan yang berkelanjutan, sehingga

dalam pelaksanaannya bidan harus memantau dari asuhan yang diberikan (follow

up care). Pemantauan asuhan kebidanan di komunitas dapat dilakukan dengan

cara melaksanakan program pemerintah salah satunhya adalah dengan


melakukan kunjungan ke rumah ibu hamil, ibu bersalin, ibu pascapersalinan, dan

kunjungan neonatus. Follow up care juga dapat dilakukan bersamaan dengan

melakukan pemantauan wilayah setempat terutama untuk kesehatan ibu dan anak

(PWS KIA).

Jaringan kerja di komunitas meliputi puskesmas, puskesmas pembantu, polindes,

posyandu, BPS, dasa wisma, PKK, rumah ibu.

Di puskesmas, bidan sebagai anggota tim bidan harus dapat mengenali kegiatan

yang akan dilakukan, mengenali serta menguasai tugas dan fungsi,

berkomunikasi dengan pimpinan dan tenaga kesehatan yang lain, memberi dan

menerima saran , serta bertanggung jawab terhadap kegiatan dan hasilnya.

Pada puskesmas pembantu, polindes, posyandu, BPS, dasa wisma, PKK, dan

rumah ibu, bidan merupakan manajer yang berperan sebagai pengelola dan

pelaksana dalam melakukan kegiatan pelayanan kebidanan di komunitas.

Untuk mencapai pelaksanaan pelayanan kebidanan di komunitas, bidan perlu

membentuk jejaring dengan cara membina kerjasama baik dengan lintas program

maupun lintas sektor. Kerjasama lintas program dapat dilakukan dengan

melaksanakan program secara bersama-sama dengan tenaga kesehatan lainnya,

misalnya program pemberian imunisasi, pemberian tablet tambah darah (Fe),

pemberian vitamin A, dan pemberian makanan tambahan. Sementara, kerjasama

lintas sektor merupakan bentuk kerjasama bidan dengan institusi di luar


kebidanan, misalnya pembinaan kesehatan reproduksi remaja (KRR),

pelaksanaan bulan imunisasi anak sekolah (BIAS), serta penilaian pertumbuhan

dan perkembangan pada pendidikan anak usia dini (PAUD).

Kemitraan

Asuhan kebidanan di komunitas merupakan asuhan multidispliner dan lebih

difokuskan kepada pemberdayaan masyarakat/komunitas. Oleh karena itu, dalam

meberikan asuhan kebidanan di komunitas, bidan harus mempunyai pandangan

bahwa masyarakat adalah sebagai mitra dengan fokus utama anggota

masyarakat. Anggota masyarakat sebagai intinya dipengaruhi oleh subsistem

komunitas yaitu lingkungan, pendidikan, keamanan dan transportasi, politik dan

pemerintah, pelayanan kesehatan dan sosial, komunikasi, ekonomi, serta

rekreasi. Salah satu cara untuk memahami dan mempelajari subsistem-subsistem

tersebut adalah dengan membimbing, menggerakkan, dan memberdayakan

masyarakat melalui kemitraan.

Kemitraan di komunitas merupakan upaya untuk menjalin hubungan kerjasama

dengan pihak-pihak tertentu untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat.

Kemitraan bidan di komunitas dapat dilakukan dengan LSM setempat.

Organisasi masyarakat seperti PKK, kelompok dasa wisma, kelompok ibu-ibu

dalam kegiatan keagamaan, dan kader kesehatan. Organisasi sosial seperti panti

asuhan, panti rehabilitasi, dan panti wreda. Kelompok masyarakat yang


melakukan upaya untuk mengembalikan individu ke lingkungan keluarga dan

masyarakat. Terutama pada kondisi dimana stigma masyarakat perlu dikurangi

(misalnya penderita TBC, pecandu narkoba, korban perkosaan, prostitusi).


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kebidanan komunitas sendiri berarti bentuk-bentuk pelayanan kebidanan yang

dilakukan di luar bagian atau pelayanan berkelanjutan yang diberikan di rumah sakit

dengan menekankan kepada aspek-aspek psikososial budaya yang ada di masyarakat.

Maka seorang bidan dituntut mampu memberikan pelayanan yang bersifat

individual maupun kelompok. Untuk itu bidan perlu dibekali dengan strategi-strategi

untuk mengatasi tantangan/kendala seperti berikut ini.

1. Sosial budaya seperti ketidakadilan gender, pendidikan, tradisi yang

merugikan Ekonomi, seperti kemiskinan.

2. Politik dan hukum, seperti ketidakadilan sosial.

3. Fasilitas, seperti tidak ada peralatan yang cukup, pelayanan rujukan.

4. Lingkungan, seperti air bersih, daerah konflik, daerah kantong (daerah

yang terisolir), kumuh, padat, dll.

Ukuran keberhasilan bidan dalam menghadapi tantangan/kendala di atas

adalah bangkitnya/ lahirnya gerakan masyarakat untuk mengatasi masalah dan

memenuhi kebutuhan kesehatan serta kualitas hidup perempuan di lokasi tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

Meilani Niken, dkk. 2009. Kebidanan Komuitas. Yogyakarta: Penerbit

Fitramaya

Yulifah Rita, Tri Johan Agus Yuswanto. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas.

Jakarta: Salemba Medika

Yulifah Rita, Tri Johan Agus Yuswanto. 2014. Asuhan Kebidanan Komunitas.

Jakarta: Salemba Medika

Bidan dan Dosen Kebidanan Indonesia. 2017. Kebidanan Teori dan Asuhan.

Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai