Oleh :
AA. Argos
1
SMART WORK DENGAN OPTIMASI PENGGUNAAN DIGITAL
Seorang pekerja smart work tidak bergantung pada waktu dan tempat umum seperti tempat
kantor, pekerjaan konvensi atau jam kerja tidak relevan daripada jaringan, proses kolaborasi,
yang mengoptimalkan kerja dan outputnya. Studi global (lihat, Cisco Connected Technology
World Report, 2010 perilaku pekerja smart work menunjukkan beberapa data :
- 60 persen karyawan percaya bahwa mereka tidak perlu berada di kantor untuk menjadi
produktif;
- 66 persen karyawan menginginkan fleksibilitas kerja;
- 66 persen karyawan akan menerima pekerjaan dengan gaji rendah dengan fleksibilitas kerja
lebih dari pekerjaan bergaji tinggi dengan infleksibilitas;
- 45 persen profesional Teknologi Informasi tidak siap atau susah berkembang.
2
2. Menumbuhkan daya saing;
3. Memfasilitasi efektivitas dan efisiensi;
4. Mengoptimalkan sumber daya menuju lingkungan yang fleksibel;
5. meningkatkan kolaborasi;
6. Kurangi pengeluaran dan nikmatkan inovasi dan keputusan kolaboratif;
7. Memotong biaya sumber daya di tempat kerja.
Sebagai contoh, dengan referensi pada smart workdi Amsterdam, harus ditekankan bahwa
sejak Smart Work Centres diluncurkan, tapak kota saat ini memiliki 200 gedung perkantoran
dikurangi menjadi 120 dengan penurunan rasio meja-ke-pekerja dari 1,3 menjadi 0,7.
Secara konseptual, smart work diterjemahkan lebih luas dengan Kejelasan Tujuan –Skala
Prioritas – Cari cara baru, sebagai berikut :
1. Kejelasan Tujuan
Tetapkan target tujuan yang hendak di capai. Tentukan skala ukuran untuk mencapainya.
Apakah volume, waktu, biaya, resource, perangkat aaupun sistem yang digunakan. Tujuan
ini sangat penting karena menjadi arah bagi organisasi untuk mencapainya.
2. Skala Prioritas.
Setelah menetapkan target tujuan yang hendak dicapai, langkah selanjutnya adalah
tetapkan skala prioritas. Skala prioritas akan membantu untuk memudahkan proses
pekerjaan.
3. Cari Cara Baru
Setelah menentukan skala prioritas dan kejelasan tujuan, pastikan menemukan cara baru
untuk pencapaiannya. Menggunakan cara biasa dipastikan akan mendapatkan hasil biasa
3
juga. Inilah mengapa cara baru atau disebut inovasi selalu menjadi kekuatan dalam
menjalankan bisnis.
Smart Work Dengan Optimasi Penggunaan Digital.
Penggunaan digitalisasi dalam penyelesaian pekerjaan dengan smart work dapat memicu
peningkatan eifisiensi dan efektivitas penyelesaian pekerjaan seperti :
1. Penggunaan media sosial seagai alat kolaborasi dan diskusi berbasis text
Contoh : Whatapp, Line dan sebagainya.
2. Penggunaan Video Conference
Dengan menggunakan video Conference memungkinkan pekerja dapat saling bertemu
secara virtual namun masih dapat bertatap muka dan menyelesaikan pekerjaan tanpa harus
bertemu.
3. Penggunaan aplikasi berbasis web sebagai sarana kolaborasi Project Management
Misalnya : aplikasi Asana, adalah aplikasi berbasis web yang dapat mengatur suatu Project
dan pelaksanaan tim / anggota project lengkap dapat mengukur kemajuan atau kemunduran
target project.
Evaluasi penggunaan digital dalam smart work dipandang perlu untuk menjaga
keberlangsungan bisnis tetap berjalan dengan baik. Proses review yang dapat diterapkan
yaitu :
1. Securing (Mengamankan Target)
Selalu melakukan evaluasi terhadap target. Apakah trarget masih sesuai ataukah harus di
ubah sehingga akan sesuai dengan tujuan dari perusahaan.
2. Accelerating ( Strategi Percepatan )
Selalu melakukan evaluasi proses pekerjaan. Semakin tinggi atau luas proses bisnis maka
akan semakin kompleks proses bisnisnya.
3. IMPROVING ( memperbaiki Proses bisnis )
Inovasi sangat penting dalam bisnis apapun. Sudah banyak terbukti usaha yang di mulai dari
skala mikro , kecil menengah hingga menjadi perusahaan besar dikarenakan inovasi yang
terus menerus tanpa henti.
4
transaksi jual-beli dan pembayaran seperti tidak sempat mencari barang ke tempat
perbelanjaan, ke bank/ATM untuk mentransfer dana, keengganan mengunjungi suatu tempat
karena pelayanan yang kurang menyenangkan dapat diminimalkan. Dengan kata lain, FinTech
membantu transaksi jual beli dan sistem pembayaran menjadi lebih efisien dan ekonomis
namun tetap efektif.
Dasar hukum penyelenggaraan FinTech dalam sistem pembayaran di Indonesia didasari
oleh :
1. Peraturan Bank Indonesia No. 18/40/PBI/2016 tentang Penyelenggaraan Pemrosesan
Transaksi Pembayaran;
2. Surat Edaran Bank Indonesia No. 18/22/DKSP perihal Penyelenggaraan Layanan
Keuangan Digital;
3. Peraturan Bank Indonesia No. 18/17/PBI/2016 tentang Uang Elektronik.
Sedangkan keuntungan dari FinTech ini dapat dilihat dari sisi konsumen yaitu :
Kemudian dampak yang ditimbulkan dari FinTech ini yaitu telah mengubah sistem
pembayaran di masyarakat dan telah membantu perusahaan-perusahaan start-up dalam
menekan biaya modal dan biaya operasional yang tinggi di awal.
Sedangkan peran FinTech dalam sistem pembayaran adalah mampu menggantikan peran
lembaga keuangan formal seperti bank. Dalam hal sistem pembayaran, FinTech berperan
dalam :
Menyediakan pasar bagi pelaku usaha
5
Menjadi alat bantu untuk pembayaran, penyelesaian/settlement dan kliring
Membantu pelaksanaan investasi yang lebih efisien
Mitigasi risiko dari system pembayaran yang konvensional
Membantu pihak yang membutuhkan untuk menabung, meminjam dana dan penyertaan
modal.
Kuatnya arus teknologi dalam system pembayaran mendorong Bank Indonesia sebagai bank
sentral Republik Indonesia untuk memastikan lalu lintas pembayaran yang telah terpenetrasi
oleh teknologi tetap berjalan dengan tertib dan aman serta mendukung pilar-pilar dalam
pencapaian visi dan misi Bank Indonesia.
Selanjutnya untuk menjaga ketertiban lalu lintas pembayaran terkait FinTech Bank Indonesia
selaku bank sentral melaksanakan upaya-upaya :
1. Dalam hal penyediaan pasar bagi pelaku usaha, Bank Indonesia memastikan perlindungan
terhadap konsumen, khususnya mengenai jaminan kerahasiaan data dan informasi
konsumen lewat jaringan keamanan siber.
2. Dalam hal tabungan, pinjaman dan penyertaan modal, Bank Indonesia mewajibkan setiap
pelaku usaha untuk patuh kepada peraturan makroprudensial, pendalaman mengenai pasar
keuangan, system pembayaran sebagai pendukung operasi dan keamanan siber untuk
menjaga data dan informasi konsumen.
3. Dalam hal investasi dan manajemen risiko, Bank Indonesia juga mewajibkan setiap pelaku
usaha untuk patuh kepada peraturan makroprudensial, pendalaman mengenai pasar
keuangan, system pembayaran sebagai pendukung operasi dan keamanan siber untuk
menjaga data dan informasi konsumen.
4. Dalam hal pembayaran, penyelesaian/settlement dan kliring, Bank Indonesia memastikan
perlindungan terhadap konsumen, khususnya mengenai jaminan kerahasiaan data dan
informasi konsumen lewat jaringan keamanan siber.
Bank Indonesia menjamin keamanan dan ketertiban lalu lintas pembayaran dengan menjadi:
1. Fasilitator. Bank Indonesia menjadi fasilitator dalam hal penyediaan lahan untuk lalu
lintas pembayaran
2. Analis bisnis yang intelligent. Melalui kerjasama dengan otoritas dan agen-agen
internasional, Bank Indonesia menjadi analis bagi para pelaku usaha terkait FinTech untuk
memberikan pandangan dan arahan tentang bagaimana menciptakan system pembayaran
yang aman dan tertib.
6
3. Asesmen. Bank Indonesia melakukan monitoring dan penilaian (assessment) terhadap
setiap kegiatan usaha yang melibatkan FinTech dan system pembayarannya menggunakan
teknologi.
4. Koordinasi dan Komunikasi. Bank Indonesia menjaga hubungan dengan otoritas terkait
untuk tetap mendukung keberadaan FinTech system pembayaran di Indonesia. Bank
Indonesia juga berkomitmen untuk mendukung para pelaku usaha di Indonesia dengan
memberikan pengarahan secara berkala mengenai FinTech.
7
DAFTAR PUSTAKA