Pengertian Pondasi Dangkal (Shallow Foundation) Disebut Pondasi dangkal karena
kedalaman masuknya ke tanah relatif dangkal, hanya beberapa meter masuknya ke dalam tanah. Salah satu tipe yang sering digunakan ialah pondasi menerus yang biasa pada rumah- rumah, dibuat dari beton atau pasangan batu. Fungsi pondasi dangkal meneruskan beban dari dinding dan kolom bangunan ke tanah keras. Pondasi dangkal dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain : a. Pondasi Setempat (Single Footing) b. Pondasi Menerus (Continuous Footing) c. Pondasi Pelat (Plate Foundation) d. Pondasi Cakar Ayam e. Pondasi Sarang Laba-laba Pondasi merupakan suatu komponen struktur yang sangat penting karena semua beban yang timbul akan diterima oleh pondasi. Kestabilan berdirinya suatu bangunan ditentukan atau tergantung pada kekuatan konstruksi pondasinya. Sebuah bangunan tidak dapat begitu saja didirikan langsung diatas tanah, untuk itu diperlukan adanya struktur bangunan bawah yang disebut pondasi, jadi pondasi adalah bangunan sub struktur dibawah tanah yang berfungsi sebagai pendukung seluruh berat dari bangunan dan meneruskan beban yang didukung ke tanah dibawahnya sekaligus menstabilkan beban. Suatu sistem pondasi harus dihitung untuk menjamin keamanan, kestabilan bangunan diatasnya, tidak boleh terjadi penurunan sebagian atau seluruhnya melebihi batas-batas yang diijinkan. Hal yang juga penting berkaitan dengan pondasi adalah apa yang disebut soil investigation, atau penyelidikan tanah. Pondasi harus diletakkan pada lapisan tanah yang cukup keras dan padat. Untuk membuat pondasi maka diperlukan adanya pekerjaan galian tanah, hal ini dilakukan karena pada umumnya lapisan tanah dipermukaan setebal ± 50 Cm. adalah lapisan tanah humus yang sangat labil dan tidak mempunyai daya dukung yang baik, oleh karena itu pada dasar pondasi tidak boleh diletakkan pada lapisan tanah humus ini. Untuk menjaga kestabilan pondasi dan memperoleh daya dukung tanah yang besar, dasar pondasi harus diletakkan minimal pada kedalaman lebih dari 50 Cm dari permukaan tanah asli (MTA). Lebar galian tanah pondasi dibuat menyesuaikan dengan perencanaan pondasi dan kemampuan daya dukung tanah yang diharapkan. Secara garis besar Kondisi tanah dikelompokkan menjadi 2 tipe : Jenis tanah bersifat “Stabil” Jenis tanah bersifat “Labil” atau tidak stabil Tanah dikatakan stabil apabila tanah tersebut tidak mengalami perubahan dalam musim kemarau maupun musim penghujan. Maksud tidak mengalami perubahan ini adalah tidak terjadinya gerakan-gerakan tanah ke atas, ke bawah dan ke samping. Tanah dikatakan labil atau tidak stabil, bila terjadi perubahan yang sangat besar atau mencolok antara musim panas dan musim penghujan. Beberapa syarat untuk pekerjaan pondasi yang harus diperhatikan, yaitu secara fungsional mampu mendukung dan menyalurkan dengan baik beban-beban diatasnya dan secara struktural pondasi tidak ambles dan tidak berubah bentuk. Untuk memenuhi syarat tersebut perlu diperhatikan beberapa hal dalam pekerjaan pondasi antara lain : 1). Luasan bagian dasar pondasi harus dirancang sesuai dengan kebutuhan untuk menahan beban dari bangunan dan harus diletakkan pada lapisan tanah yang keras. 2). Harus dihindarkan memasang pondasi sebagian pada tanah keras, sebagian pada tanah lembek. 3). Pondasi harus dipasng menerus di bawah seluruh dinding bangunan dan dibawah kolom-kolom pendukung yang berdiri bebas. 4). Apabila digunakan pondasi setempat, pondasi itu harus dirangkai satu dengan balok pengikat (balok sloof). 5). Pondasi harus dibuat dari bahan yang awet berada didalam tanah dan kuat menahan gaya-gaya yang bekerja padanya terutama gaya desak. 6). Apabila lapisan tanah keras tidak sama dalamnya, tapi untuk seluruh panjang pondasi harus diletakkan pada kedalaman yang sama. Penyelidikan tanah (soil investigation) diperlukan untuk mengetahui letak/kedalaman tanah keras dan besar tegangan tanah/daya dukung tanah dilakukan dengan cara: 1). Pemboran (drilling): dari lubang hasil pemboran (bore holes), diketahui contohcontoh lapisan tanah yang kemudian dikirim ke laboraturium mekanika tanah. 2). Percobaan penetrasi (penetration test): yaitu dengan menggunakan alat yang disebut sondir static penetrometer. Ujungnya berupa conus yang ditekan masuk kedalam tanah, dan secara otomatis dapat dibaca hasil sondir tegangan tanah (kg/cm2) 2. Jenis-Jenis Pondasi Dangkal a) Pondasi Setempat (Single Footing) (1). Pengertian Pondasi Setempat Pondasi setempat; dibuat pada bagian yg terpisah (di bawah kolom pendukung/kolom struktur, tiang, dsb), juga biasa digunakan pada konstruksi bangunan kayu di daerah rawa- rawa. Pada bangunan sementara sering juga digunakan penumpu batu alam massif yang bertarah dan diletakkan di atas permukaan tanah yang diratakan. Adapun ciri-ciri pondasi setempat adalah: Jika tanahnya keras, mempunyai kedalaman > 1,5 meter Pondasi dibuat hanya di bawah kolom Masih menggunakan pondasi menerus sebagai tumpuan men-cor sloof, tidak digunakan untuk mendukung beban. Gambar 1. Pondasi setempat (2). Bentuk- bentuk Pondasi Setempat Adapun bentuk-bentuk dari pondasi setempat antara lain: (a). Pondasi pilar, dari pasangan batu kali berbentuk kerucut terpancung. (b). Pondasi sumuran, dari galian tanah berbentuk bulat sampai kedalaman tanah keras, kemudian diisi adukan beton tanpa tulangan dan batu-batu besar. (c). Pondasi umpak, dipakai untuk bangunan sederhana. Pondasi umpak dipasang di bawah setiap tiang penyangga. Antara tiang dihubungkan dengan balok kayu di bagian bawah tiang, di bagian atas tiang menyatu dengan atapnya. Pondasi kayu dibuat keluar permukaan tanah sampai ketinggian ± 1 meter. b) Pondasi Menerus (Continuous Footing) Konstruksi pondasi menerus yang sering digunakan untuk bangunan gedung satu lantai biasanya menggunakan bahan batu kali (batu belah) yang sering disebut pondasi batu kali. Konstruksi pondasi batu kali digunakan untuk meneruskan beban dinding pada lantai dasar. Komponen pondasi dangkal menerus batu kali meliputi urugan pasir bawah pondasi, pasangan batu kosong (aanstamping), dan pasangan batu kali (lihat Gambar 2). Pondasi batu kali dibuat dari bahan utama batu belah yang merupakan bahan konstruksi pondasi yang paling banyak digunakan, karena batu belah yang umumnya didapatkan dari batu kali yang tidak mengalami perubahan bentuk dan kualitas bila tertanam di dalam tanah. Persyaratan batu belah sebagai bahan konstruksi pondasi adalah batu tersebut mempunyai permukaan yang kasar, berukuran ± 25 cm, bersih dari segala kotoran. Batu belah yang permukaannya halus kurang baik dipakai sebagai bahan pondasi, sehingga harus dipecah terlebih dahulu agar didapatkan permukaan yang kasar. Demikian juga dengan batu belah yang berpori sebaiknya tidak digunakan untuk bahan konstruksi pondasi. Permukaan batu yang kasar akan membuat ikatan yang kokoh. Gambar 2. Pondasi Menerus Batu Kali Teknik Memasang Pondasi Kali Metode pelaksanaan pembuatan pondasi batu kali dapat dikelompokkan dalam beberapa tahapan berikut. (1) Pekerjaan Persiapan, awal dari pelaksanaan pemasang pondasi batu kali adalah melakukan pembersihan lokasi, pemasangan bouwplank, dan pembuatan profil pasangan pondasi batu kali. (2) Pekerjaan Galian, setelah bouwplank dan profil pondasi selesai dipasang, maka profil pondasi digunakan sebagai acuan pekerja galian tanah. Galian tanah sesuai dengan dimensi dan gambar perencanaan pondasi. Secara rinci pekerjaan galian pondasi diuraikan berikut: (1) menyiapkan peralatan galian; (2) menggali tanah dengan ukuran sesuai dengan profil dan gambar; (3) menggali sisi-sisi miring hingga diperoleh sudut kemiringan yang tepat, (4) membuang tanah sisa galian ke tempat yang telah ditentukan, (5) cek posisi, lebar, kedalaman, dan kerapiannya sesuai dengan rencana. (3) Pekerjaan Urugan Pasir, galian pondasi yang telah diperiksa oleh pengawas dan mendapat persetujuan untuk langkah pekerjaan berikutnya adalah urugan pasir. Pasir urug dengan ketebalan 5 – 10 Cm (sesuai dengan tebal yang dinyatakan dalam gambar rencana pondasi) diratakan dan disiram untuk mendapatkan kepadatan. (4) Pekerjaan Pasangan Pondasi, diawali dengan pembuatan profil pasangan yang menunjukkan dimensi-dimensi pondasi mulai dari bagian dasar hingga tebal pasangan di bawah sloof. Profil pasangan merupakan pedoman dimensi pondasi sehingga ketepatannya sangat menentukan kualitas pasangan pondasi. c) Pondasi Telapak (Foot Plate Foundation) Pondasi telapak merupakan pelebaran alas kolom atau dinding dengan tujuan untuk meneruskan beban pada tanah suatu tekanan yang sesuai dengan sifat-sifat tanah yang bersangkutan. Pondasi telapak yang mendukung kolom tunggal disebut telapak kolom individual, telapak tersendiri atau telapak sebar. Pondasi telapak di bawah suatu dinding disebut telapak dinding atau telapak menerus. Apabila sebuah pondasi telapak mendukung beberapa kolom disebut telapak gabungan. Bentuk khusus dari telapak gabungan yang umumnya digunakan apabila salah satu kolomnya mendukung dinding luar disebut telapak kantilever. Gambar 3. Tipe-tipe Pondasi (a) Pondasi Telapak individual. (b) Pondasi Dinding. (c) dan (d) Pondasi gabungan. (e) Pondasi kantilever d) Pondasi Cakar Ayam Pondasi sistem cakar ayam terdiri dari pelat tipis yang didukung oleh pipa-pipa (cakar) yang tertanam di dalam tanah. Posisi pipa-pipa ini menggantung pada bagian bawah pelat. Hubungan antara pipa-pipa dengan pelat beton dibuat monolit. Kerjasama sistem yang terdiri dari pelat-cakar tanah ini, menciptakan pelat yang lebih kaku dan lebih tahan terhadap beban dan pengaruh penurunan tidak seragam. Pondasi sistem cakar ayam ditemukan oleh Prof. Dr. Ir. Sedijatmo pada tahun 1961. Secara umum perkerasan cakar ayam terdiri dari pelat tipis beton bertulang tebal 10-17 cm yang diperkaku dengan pipa-pipa beton (cakar)berdiameter 120 cm, tebal 8 cm, dan panjang pipa 150-200 cm, yang tertanam pada lapisan subgrade, dengan jarak pipa-pipa berkisar 2,0-2,5m. Di bawah pelat beton, terdapat lapisan lean concrete setebal ± 10 cm (terbuat dari beton mutu rendah) dan lapisan sirtu setebal ± 30 cm yang berfungsi, terutama sebagai perkerasan sementara selama masa pelaksanaan dan agar permukaan subgrade dapat rata sehingga pelat beton cakar ayam dapat dibuat di atasnya. Pipa-pipa beton tersebut disebut cakar. Sistem cakar ayam telah banyak diaplikasikan pada berbagai macam bangunan, seperti pondasi menara transmisi tegangan tinggi, bangunan gedung bertingkat, power stasion, kolam renang, gudang dan hanggar, jembatan, menara bandara (runway, taxi way, dan apron), perkerasan jalan tol, dan lain-lain (Hardiyatmo, 2010). Gambar 4. Bentuk pondasi cakar ayam Prof. Sedijatmo Sumber: Hardiyatmo, 2010 e) Pondasi Sarang Laba-laba Konstruksi Sarang Laba- Laba (KSLL) ialah kombinasi konstruksi bangunan bawah konvensional yang merupakan perpaduan pondasi pelat beton pipih menerus yang diisi dengan perbaikan tanah sehingga menjadi satu kesatuan komposit konstruksi beton bertulang. Kombinasi ini menghasilkan kerja sama timbal balik yang saling menguntungkan sehingga membentuk sebuah pondasi yang memiliki kekakuan jauh lebih tinggi dibandingkan pondasi dangkal lainnya. Konstruksi Sarang Laba- Laba ditemukan oleh Ir. Ryantori dan Ir. Soetjipto, pada tahun 1975. Konstruksinya terdiri dari pelat beton tipis bermutu K-225 berukuran 10-15 cm yang dibawahnya dikakukan oleh rib–rib tegak yang tipis dan relatif tinggi, biasanya, 50-150 cm. Penempatan rib–rib diatur sedemikian rupa sehingga dari atas kelihatan membentuk petak– petak segitiga, sedangkan rongga–rongga di bawah pelat dan diantara rib–rib diisi dengan tanah/pasir yang dipadatkan lapis demi lapis (Hastomo, 2014). Gambar 5. Pondasi Sarang Laba-Laba 3. Faktor Penentu Bentuk Pondasi Dangkal Pemilihan jenis pondasi yang paling cocok untuk suatu bangunan tergantung pada beberapa factor, diantaranya adalah; (1) fungsi bangunan dan beban yang harus dipikul, (2) kondisi permukaan tanah serta biaya pondasi dibanding dengan biaya bangunan. Menurut Budi (2011), beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan pondasi dangkal antara lain; lapisan tanah organic, kedudukan lapisan tanah gambut (peat), dan lapisan bahan timbunan (sampah). Merujuk pada lapisan permukaan tanah tersebut, kemampuan daya dukung pondasi sangat ditentukan dari luasan dasar pondasi dangkal. 4. Langkah-Langkah Perancangan Pondasi Menurut Hardiyatmo (2010), perancangan pondasi dangkal dapat dilakukan dengan tahapan berikut. 1). Menentukan jumlah beban efektif yang akan disalurkan ke tanah melalui pondasi. 2). Tentukan beban-beban yang akan didukung oleh pondasi, besarnya beban mati dan beban hidup harus dikalikan dengan factor- faktor pengali tertentu menurut peraturan yang berlaku. 3). Menentukan nilai kapasitas dukung ijin (qa). Luas dasar pondasi, secara pendekatan ditentukan dari membagi jumlah beban efektif dengan kapasitas dukung ijin (qa) didasarkan pada tekanan yang terjadi pada dasar pondasi. Sedangkan tekanan dasar pondasi digunakan untuk perancangan struktur pondasi yang diperoleh dari menghitung momen- momen lentur dan gaya-gaya geser yang terjadi pada dasar pondasi.