Makalah Hukum Pembangunan S 2 Prof Syafrinaldi
Makalah Hukum Pembangunan S 2 Prof Syafrinaldi
PENDAHULUAN
adalah ilmiah, atau paling tidak, memberikan gambaran bahwa hal-hal yang
terlepas dari keadaan lingkungan dan latar belakang permasalahan hukum atau
jawaban dari masalah kemasyarakatan yang dihadapi oleh generasi pada saat
itu.Tentunya akan terdapat pola dan paradigma yang berbeda dalam menjawab
permasalahan yang memang lahir dari struktur dan sistem sosial yang sangat
berbeda. Ini tidak lain teori dan paradigma hukum yang lahir merupakan hasil
1
Marwan Efendy, Teori Hukum dari Perspektif Kebijakan, Perbandingan dan Harmonisasi
Hukum Pidana, Cet. I ( Jakarta : Gaung Persada Press Group, 2014 ), hlm, 12.
2
Teguh Prasetyo, dan Abdul Halim Barkatullah, Filsafat, Teori dan Ilmu Hukum, Cet.I (Jakarta :
Rajawali Press, 2012 ), hlm, 138.
1
pemikiran korektif dan reflektif dari kondisi tempat masyarakat dimana para
Oleh sebab itu, memahami pemikiran tentang teori dan paradigma hukum
yang dikemukakan oleh para pakarnya haruslah dirunut dan teliti dari latar
belakang politik dan kondisi sosial masyarakat tempat ahli piker tersebut
hidup.Sehingga bisa ditentukan paradigma yang diajukan oleh ahli piker tersebut
masih relevan atau tidak dalam memahami hukum pada saat ini dengan kondisi
dan struktur sosial yang sangat berbeda dengan latar belakang sosial dimana
pada tahun 1970-an (zaman orde baru ), ketika negara Indonesia di bawah
orde baru dan jelas-jelas bertujuan untuk menjustifikasi terhadap rezim otoriter
Orde Baru, namun kenyataannya pada saat ini ( zaman refomasi ) teori hukum
3
I b I d.
4
I b I d.
5
Achmad Ali,Menguak Teori Hukum dan Teori Peradilan, Cet.II ( Jakarta : Kencana Prenada
Media Group, 2009 ), hlm, 9.
2
Kusumaatmadja tersebut sudah tidak sama dengan situasi politik dan kondisi
sosial pada saat ini yang sudah memasuki zaman reformasi, sehingga perlu dikaji
penulis tertarik untuk mengkaji hal tersebut dan menuliskannya dalam sebuah
B. Rumusan Masalah
Secara teori ( Das Sollen ) menyatakan bahwa teori hukum tidak terlepas dari
suatu pikiran hukum yang dominan pada saat itu. Jika teori tersebut, dihubungkan
hukum tersebut dicetuskan pada masa pemerintahan otoriter rezim Orde Baru,
sedangkan pada saat ini situasi politik dan kondisi sosial sudah berubah, dimana
Indonesia bukan negara otoriter sebagaimana zaman Orde Baru tersebut, akan
Indonesia pada saat ini, sehingga rumusan masalah yang akan di bahas dalam
ini
3
B AB III
PEMBAHASAN
aspek yang menjadi sasaran pembangunan adalah aspek hukum itu sendiri.
kultur dan budaya bangsa. Pembangunan hukum pada dasarnya meliputi usaha
mengadakan pembauran pada sifat dan isi dari ketentuan hukum yang berlaku dan
4
usaha-usaha yang diarahkan bagi pembentukan hukum baru yang diperlukan
menjadi sebuah teori, tetapi hanya sebagai konsep pembinaan hukum nasional,
namun karena kebutuhan akan kelahiran teori ini, menjadikan teori ini dapat
diterima secara cepat sebagai bagian dari teori hukum baru yang lebih dinamis,
diberi nama teori hukum pembangunan atau lebih dikenal dengan nama mazhab
pikiran tentang hukum, yaitu :Pertama, bahwa arti dan fungsi hukum dalam
masyarakat direduksi pada satu hal, yakni ketertiban ( order ) yang merupakan
6
Satjipto Raharjo di dalam Abd. G. Nusantara dan Nasroen Yasabari, Beberapa Pemikiran
Pembangunan Hukum di Indonesia,( Bandung : Alumni, 1980 ), hlm. 1
7
Romli Atmasasmita, Teori Hukum Interagtif, ( Yogyakarta : Genta Publising, 2012 ),hlm, 59-60.
8
Muchtar Kusumaatmadja di dalam Otje Salman dan Eddy Damian, Konsep-Konsep Hukum
dalam Pembangunan, ( Bandung : Alumni, 2002 ), hlm, 1.
5
tujuan pokok dan pertama dari segala hukum. Kebutuhan terhadap ketertiban ini
teratur dan merupakan fakta objektif yang berlaku bagi segala masyarakat
masyarakat. Disamping itu, tujuan lain dari hukum adalah tercapainya keadilan
yang berbeda-beda isi dan ukurannya, menurut masyarakat dan zamannya. Kedua,
bahwa hukum sebagai kaidah sosial, tidak berarti pergaulan antara manusia dan
masyarakat hanya di atur oleh hukum, namun juga ditentukan oleh agama, kaidah-
hubungan yang erat antara satu dan lainnya. Namun jika ada ketidaksesuaian
antara kaidah hukum dan kaidah sosial, maka dalam penataan kembali ketentuan-
ketentuan hukum dilakukan dengan cara yang teratur, baik mengenai bentuk, cara
karena tanpa kekuasaan hukum itu tidak lain akan merupakan kaidah sosial yang
hukum. Secara popular dikatakan bahwa hukum tanpa kekuasaan adalah angan-
angan, kekuasaan tanpa hukum adalah kelaliman, Keempat, bahwa hukum sebagai
kaidah sosial tidak terlepas dari nilai ( values ) yang berlaku disuatu masyarakat,
bahkan dapat dikatakan bahwa hukum itu merupakan pencerminan dari nilai-nilai
yang berlaku dalam masyarakat. Sehingga dapat dikatakan bahwa hukum yang
6
baik adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup ( The living law )
dalam masyarakat itu sendiri. Kelima, bahwa hukum sebagai sebagai alat
mempertahankan dari apa yang telah tercapai, namun fungsi hukum tentunya
sangat berhati-hati agar tidak timbul kerugian dalam masyarakat sehingga harus
(proces ) yang diperlukan untuk mewujudkan hukum itu dalam kenyataan.9 Jika
di analisis, makna defenisi tersebut adalah, Pertama, kata asas dan kaidah
itu ada kaitannya dengan nilai-nilai moral tertinggi yaitu keadilan, sedangkan kata
9
I b I d, hlm, 91.
7
kata lembaga menggambarkan bahwa Muchtar memperhatikan pandangan
dari Roscoe Pound, yaitu proses terbentuknya putusan hakim di pengadilan. Lebih
Jurisprudence karena lembaga dan proses merupakan cerminan dari living law
yaitu sumber hukum tertulis dan tidak tertulis yang hidup di masyarakat. Kata
meliputi segala segi dari kehidupan masyarakat dan tidak terbatas pada satu segi
perubahan itu terjadi dngan cara yang teratur. Perubahan yang teratur demikian
social engineering yang di negara Barat yang dikenal sebagai aliran Pragmatig
arti kaidah dan atau peraturan hukum berfungsi sebagai alat ( pengatur ) atau
sarana pembangunan dalam arti penyalur arah kegiatan manusia kearah yang
10
I b I d, hlm, 88.
8
dikehendaki oleh pembangunan disamping fungsi hukum untuk menjamin adanya
Indonesia memiliki jangkauan dan ruang lingkup yang lebih luas jika
dibandingkan dari tempat asalnya sendiri, karena beberapa alasan, yaitu, Pertama,
dengan keadaan di Amerika dimana teori Roscoe Pound dijukan pada pembaruan
engineering yang digambarkan dengan kata tool yang akan mengakibatkan hasil
yang tidak banyak berbeda dengan penerapan legisme dalam sejarah hukum yang
dahulu pernah diterapkan oleh Hndia Belanda , namun masyarakat Indonesia lebih
hukum sebagai alat pembaruan, sehingga pada hakikatnya konsepsi tersebut lahir
Indonesia.
11
I b I d.
9
Berdasarkan pokok pemikiran dari teori hukum pembangunan Muchtar
Kusumaatmadja yang telah diuraikan diatas, maka dapat dikatakan bahwa teori
hukum pembangunan didukung oleh aliran-aliran filsafat hukum mulai sejak era
Yunani hingga ke era modern, yaitu : Pertama, hukum itu berlaku universal dan
abadi sebagaimana dipelopori oleh Plato, Aristoteles, Thomas Aquinas dan lain-
lain. Kedua, aliran hukum positif ( Positivisme hukum ) yang berarti hukum
sebagai perintah penguasa seperti pemikiran John Agustin atau oleh kehendak
negara seperti dikatakan oleh Hens Kelsen. Ketiga, hukum itu tidak buat
Jurisprudence dipelopori oleh Nortop dan Mac Duogall dimana aliran ini hukum
sistem nilai.
dalam rangka pembangunan hukum nasional yang memuat antara lain teori law as
10
PanelDiscusion V “ yang diselenggarakan Majelis Hukum Indonesia (MAHINDO
tulisan Muchtar sendiri. Artinya, beliau tidak pernah secara ekplisit memberi
lebih suka jika teorinya diberi prediket “ Teori Hukum Pembangunan”. Biasanya,
beberapa tulisan beliau. Tiga di antara yang terpenting berjudul : 1). Fungsi dan
Pembinaan Hukum Nasional. Ketiganya muncul dalam era 1970-an, priode paling
hukum.13
sebagai berikut :
12
Nina Pane, Rekam Jejak Kebangsaan Muchtar Kusuma-atmadja,( Jakarta : PT.Kompas Media
Nusantara , 2015 ), hlm,207
13
I b I d, hlm. 210-21.
11
Lasswell, dan Mc Dougal yang sebelumnya diakui Muchtar sempat memengaruhi
Muchtar tetap setuju bahwa tujuan utama hukum pada umumnya adalah
kekuasaan diatur dan oleh karena itu, harus pula tunduk pada hukum. Tujuan
keadilan ini mencakup didalamnya keadilan sosial ( sila kelima dari Pancasila ).15
kedudukan dan hak yang sama bagi semua orang di dalam hukum. Hal ini dapat
tujuan hukum dalam negara Pancasila pada analisis di atas adalah keadilan sosial,
maka fungsi hukum jadinya adalah untuk mewujudkan tujuan atau cita-cita itu
dalam kenyataan.16
Penegakan hukum dilakukan dalam hal terjadi pelanggaran hukum, yaitu ketika
14
I b I d, hlm. 215.
15
I b I d,
16
I b I d.
12
hakim.Hakim memeriksa perkara dan memberi keputusannya berdasarkan hukum
(polisi, jaksa, atau advokat ) melainkan pada instansi terakhir juga bergantung
pada pencari keadilan itu sendiri. Untuk itulah perlu ditumbuhkan kesadaran
bahwa berperkara itu adalah demik menegakkan hukum dan keadilan, tidak
etika profesi, yang dijalankan demi penegakan undang-undang dan hukum, demi
kerahasiaan profesi.19
pembinaan bangsa ( a great nation building effort ). Pada tahap pertama, memang
tekanan ini dbierkan pada pelembangaan usaha-usaha atau proses ini, sehingga
orang perorangan mungkin terdesak, namun hal ini tidak berarti individualitas dari
17
I b I d. hlm, 216.
18
I b I d.
19
I b I d.
13
orang perorangan tersebut tidak boleh diberi kesempatan untuk berkembang
pada asumsi penerimaan Pancasila dan UUD 1945 sebagai suatu kenyataan dan
sebagai berikut :
Selain percaya pada Tuhan Yang Maha Esa, juga harus percaya pada
kemampuan diri sendiri dan pada hari depan Indonesia yang lebih baik.
Sebagai insan politik harus committed pada sistem politik negara yang
Sadar pada hak dan kewajiban, baik sebagai orang perorangan maupun
20
I b I d, hlm, 217.
21
I b I d,
14
- Hemat, dalam arti mengatur kekayaannya ( termasuk tenaga,
dari apakah ada tidaknya anjuran sifat jujur ini didalam agama atau
norma-norma etika ;
pergaulan dan hal ini juga menjadi modal dasar yang penting
dan menjerumuskan.22
22
I b I d, hln, 218.
15
perubahan tersebut agar ketertiban dan kepastian hukum tetap terwujud dengan
hukum yang ideal adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup dalam
dijalankan dengan kekuasaan, dan kekuasaan itu sendiri perlu dibatasi oleh
pembicara dalam Seminar Hukum Nasional pada tahun 1973 dan ketika Muchtar
dasarnya diletakkan di atas premis yang merupakan inti ajaran atau prinsip
perubahan itu terjadi dengan cara yang teratur. Perubahan yang teratur
23
Romli Atmasasmita, Teori Hukum….. Op Cit, hlm, 66.
24
I b I d,hlm, 60.
25
I b I d, hlm, 65.
16
keduanya.Muchtar menolak perubahan yang tidak teratur dengan
menjadi suatu sarana ( bukan alat ) yang tidak dapat diabaikan dalam
proses pembangunan.
masyarakat.
d. Hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang
hidup ( the living law ) dalam masyarakat, yang tentunya sesuai pula
jika hukum dijalankan oleh suatu kekuasaan , akan tetapi kekuasaan itu
banyak mengenalkan kita dengan sebutan law is a tool sosial engineering. Usaha
26
I b I d,
17
untuk pembaharuan masyarakat melalui konsep law is a tool sosial engineeringini
secara resmi sebagai landasan kebijakan hukum, sehingga rumusan itu merupakan
menggambarkan alam pikiran hukum adat yang telah di akui dan dapat diterima
adanya pembaruan hukum. Konsep atau teori inilah yang sejak 1972 dikenal
dengan mazhab UNPAD dan telah dikembangkan melalui GBHN dan tahapan
pada Pancasila dan UUD 1945. Menggunakan hukum sebagai alat rekayasa sosial
masyarakat yang berintikan keadilan dan kebenaran. Agar hal ini dapat terlaksana
dengan baik, maka perlu dilakukan pembinaan secara terus menerus terhadap
27
Abdul Manan, Peranan Hukum dalam Pembangunan Ekonomi, Cet.I ( Jakarta : Kencana
Prenada Media Group, 2014 ), hlm, 51
18
semua aparatur hukum, melengkapi sarana dan prasarana , serta menyiapkan
yang intensip pada karya-karya Roscoe Pound, khususnya buku yang berjudul
Social Control Through law , yang ia temukan semasa belajar di Amerika Serikat
pada tahun 1955-1956. Pada masa-masa itu, teori – teori structural fungsionalisme
juga masuk ke lingkar kajian ilmu hukum yang sudah mulai beroptik illmu sosial.
urung orang harus pulang balik ke gagasan-gagasan keilmuan Roscoe Pound ini.29
searah dengan apa yang selama ini dikemukakan Pound sebagai the sociological
jurisprudence. Tak pelak lagi, sejak awal kariernya sebagai guru besar ilmu
dengan gagasan Pound. Namun demikian , tidaklah bolah dikatakan begitu sja
bahwa apa yang ditulis dan diajarkan Muchtar di Indonesia ini adalah copy-paste
28
I b I d, hlm, 52.
29
Nina Pane, Rekam Jejak Kebangsaan…..Op Cit, hlm, 208.
30
I b I d.
19
Secara sosiologis, hukum merupakan refleksi dari tata nilai yang diyakini
merupakan salah satu teori besar dalam ilmu hukum.Hubungan antara perubahan
sosial dengan sektor hukum tersebut merupakan hubungan interaksi, dalam arti
dengan salah satu fungsi hukum, yakni fungsi hukum sebagai sarana perubahan
istilah yang dicetuskan oleh ahli hukum Amerika yang terkenal yaitu Roscou
Pound. Prof.Roscoe Pound, yang lahir tahun 1870 dan meninggal pada tahun 1964
dalam usia 94 tahun, adalah Dekan Fakultas Hukum Universitas Harvard Amerika
hidupnya, Roscoe Pound bisa menulis lebih kurang 24 buku hukum dan 287
hukum, sebab, pendidikan formalnya dari B.A ( 1888 ), M.A ( 1889 ), dan Ph.D.
(1898) dari Universitas Nebraska ( USA ) yang semuanya adalam dalam bidang
31
Zainal Arifin Hoesein, Hukum dan Dinamika Sosial, Cet.I ( Jakarta : CV. Ramzy Putra Pratama,
2014 ), hlm, 19.
20
ilmu botani. Roscoe Pound kemudian tertarik kedalam bidang ilmu hukum
mungkin karena pengaruh dari ayahnya yang kebetulan berprofesi sebagai seorang
umum. Pandangan alhi dan hasil pengamatannya akan dapat menjadi sebuah teori
yang dapat diderivasi dari dalam teori itu harus sesuai dengan hasil-
yang kacau balau. Suatu teori akan jelas memperlihatkan pertalian suatu
daya tarik yang besar dari pandangan Kelsen tentang struktur dari
32
Munir Fuady, Teori-Teori Besar ( grand Theory ) Dalam Hukum, Cet.II, ( Jakarta : Kencana
Prenadamedia, 2013 ), hlm,248-249.
33
Salim,HS, Perkembangan Teori dalam Ilmu Hukum, Cet.II ( Jakarta : Rajawali Pers, 2012 ) hlm,
10.
34
I b I d.
21
sistem-sistem hukum, daya tarik yang sangat rendah terbatas dari
3. Sebuah teori harus konsisten. Ini berarti bahwa teori tidak boleh
pertimbanan teoritis.36
35
I b I d.
36
I b I d, hlm, 11.
37
I b I d.
22
5. Sebuah teori harus produktif dalam hubungannya dengan temuan-
sampai saat ini masih relevan untuk dijadikan sebagai landasan dalam
balik secara selaras, serta belum membutuhkan untuk di revisi serta belum ada
teori yang bisa menumbangkannya, sehingga perlu untuk di kukuhkan. Aspek ini
dapat dibuktikan bahwa dalam konteks kebijakan legislasi dan aplikasi serta
dalam kajian ilmiah maka Teori Hukum Pembangunan dari Prof. Dr. Muchta
menempatkan bahwa hukum dapat berperan aktif dan dinamis sebagai katalitator
masyarakat bukan sebagai alat pembaharuan masyarakat atau sebagai law as s tool
of social engineering.
38
I b I d.
23
B A B III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian tersebut di atas, maka dapat di simpulkan bahwa Teori hukum
dilahirkan pada situasi dan kondisi politik pada rezim otoriter orde baru yang
berbeda dengan situasi dan kondisi Indonesia pada saat ini. Teori Hukum
hukum pada khususnya maka mempunyai sinergi yang timbal balik secara
selaras.
B. Saran-saran
24
hukum, yang teorinya dapat bertahan dan sukar untuk tumbangkan walaupun
situasi dan kondisi politik negara Indonesia sudah berubah / berbeda dengan
25
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Ahmad, Menguak Teori Hukum dan Teori Peradilan, Cet.II, Jakarta :
2012.
Group, 2014.
Fuady, Munir, Teori-Teori Besar ( grand Theory ) Dalam Hukum, Cet.II, Jakarta:
Hoesein, Zainal Arifin, Hukum dan Dinamika Sosial, Cet.I, Jakarta : Cv. Ramzy
26
Prasetyo, Teguh, dan Barkatullah, Abdul Halim, Filsafat, Teori dan Ilmu Hukum,
Pers, 2012.
27