Anda di halaman 1dari 6

Gambaran umum Wilayah Kabupaten Alor

Kabupaten Alor merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang
terletak di bagian timur laut. Kabupaten Alor terdiri dari tiga pulau besar dan enam pulau kecil
yang saat ini ada penghuninya.
Secara administrasi wilayah Kabupaten Alor mempunyai batas sebagai berikut :
Sebelah Utara : Laut Flores
Sebelah Selatan : Selat Ombay
Sebelah Timur : Selat Wetar dan perairan Republik Demokrat Timor Leste
Sebelah Barat : Selat Alor dan Kabupaten Lembata.
Secara difinitif Kabupaten Alor terbentuk berdasarkan 17 Kecamatan dengan 175 desa yang
ada dengan keseluruhan luas wilayah seluas 2864.64 Km² dimana kecamatan dengan luas
terbesar berada pada Kecamatan Alor Timur sedangkan kecamatan dengan luas paling rendah
berada pada Kecamatan Pulau Pura,
Luas Wilayah Kabupaten Alor Menurut Kecamatan
LUAS WILAYAH PERSENTAS
NO KECAMATAN
KM² Ha E
1 PANTAR 110,84 11.084 3,87
2 PANTAR BARAT 66,92 6.692 2,34
3 PANTAR TIMUR 124,46 12.446 4,34
4 PANTAR TENGAH 293,72 29.372 10,25
PANTAR BARAT
158,59 15.859 5,54
5 LAUT
6 ALOR BARAT DAYA 438,81 43.881 15,32
7 MATARU 106,18 10.618 3,71
8 ALOR SELATAN 194,27 19.427 6,78
9 ALOR TIMUR 576,42 57.642 20,12
10 ALOR TIMUR LAUT 199,26 19.926 6,96
11 PUREMAN 128,85 12.885 4,50
12 TELUK MUTIARA 65,89 6.589 2,30
13 KABOLA 76,73 7.673 2,68
14 ALOR BARAT LAUT 104,85 10.485 3,66
ALOR TENGAH
117,33 11.733 4,10
15 UTARA
16 LEMBUR 73,99 7.399 2,58
17 PULAU PURA 27,53 2.753 0,96
ALOR 2.864,64 286.464 100,00
Dan Destinasi Wisata Yang Ada Di Kabupaten Alor
Air Mancur Tuti Adagai

Pulau Alor, Nusa Tenggara Timur, terkenal dengan budaya serta potensi wisata alamnya yang
asri dan alami. Salah satunya adalah air panas Tuti Adagae. Dengan fenomena alam yang unik
berupa semburan air panas dan batu kristal, membuat kawasan ini menjadi daya tarik tersendiri
bagi mereka yang bosan dengan suasana perkotaan.

Kawasan wisata ini berjarak sekitar 50 Km arah timur Kota Kalabahi Kabupaten Alor, yang bisa
ditempuh dengan kendaraan umum sekitar 1 jam perjalanan darat. Sebelum memasuki lokasi
semburan air panas, para pengunjung dimanjakan dengan pemandangan hutan kenari dengan
pepohonan yang teduh, cocok sebagai tempat bersantai bersama keluarga.

Tak hanya itu, para pengunjung kemudian bisa menikmati indahnya aliran air panas kali Tuti
Adagae yang mengalir dengan pelan menuju ke muara dengan selalu mengeluarkan
gelembung dan busa serta uap panas. Hangatnya lebih terasa saat kita berdiri di tepian kali.
Karena mengandung belerang, warga percaya mandi di kali tersebut bisa menyembuhkan
penyakit.

Lantaran selalu mengeluarkan uap panas, membuat batuan di sekitar aliran sungai menjadi
mengkristal, dan kristal ini juga sering di pergunakan warga sebagai campuran bumbu dan di
yakini memiliki protein tinggi.

Selain di titik semburan, juga terdapat titik-titik semburan dari dasar air seperti mata air kecil
yang selalu mengeluarkan air panas. Bahkan, binatang-binatang kecil tak bertahan hidup bila
mendekati aliran air tersebut.

Taman Laut Pantar

Keindahan dan keunikan alam bawah laut Selat Pantar sangat menakjubkan. Bahkan jika
dibandingkan dengan Taman Laut Komodo di NTT, Berau di Kalimantan Timur, Bunaken di
Sulawesi Utara dan Raja Ampat di Papua, Selat Pantar masih tetap yang terbaik, meski selama
ini untuk diving, taman laut Komodo, Bunaken, Berau, dan Raja Ampat lebih populer, tapi di
mata para diver kelas dunia taman laut Selat Pantar yang terletak di Kabupaten Alor, Provinsi
Nusa Tenggara Timur, lebih unggul karena keindahannya yang menakjubkan. Konon terindah
setelah taman laut Kepulauan Karibia. Banyak wisatawan asing yang pernah ke Alor terkagum-
kagum. Sebab, selain dimanjakan keindahan taman lautnya, mereka juga menemukan
fenomena taman laut tersebut langka dan sangat menarik. Makanya, wajar jika wisata bahari
Alor dengan panorama bawah laut yang spefisik di Selat Pantar menjadi primadona dan
pemikat bagi para diver kelas dunia dari Amerika, Australia, Austria, Inggris, Belgia, Belanda,
Jerman, Kanada, Selandia Baru, dan beberapa negara di Asia.

Pantai Batu Putih


Pantai ini menawarkan keindahan tiada tara bagi para pengunjung, terutama bagi
mereka yang baru pertama kali berkunjung. Pantai di Desa Alila Timur, Kecamatan Kabola,
Kabupaten Alot ini memiliki hamparan pasir putih begitu menawan. Selain hamparan batu dan
pasir putih yang memanjakan mata, desiran ombak dan air lautnya yang jernih menjadi daya
pikat bagi para wisatawan. Kini pantai Batu Putih telah menjadi salah satu objek wisata bagi
warga Pulau Seribu Moko itu. Saban hari, terutama hari Minggu dan libur, puluhan bahkan
ratusan warga memilih Pantai Batu Putih sebagai lokasi untuk menghabiskan waktu libur.

Dengan menyewa perahu motor milik warga sekitar Kampung Batu Putih, para turis
menghabiskan waktu seharian di tengah laut. Perjalanan ke Batu Putih dari Kota Kalabahi
hanya butuh 30 menit. Pantai indah itu dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua maupun
roda empat dengan jarak tempuh sekitar 30 kilometer. Bagi Anda yang tidak memiliki kendaran
pribadi, Anda bisa menggunakan jasa ojek dengan ongkos Rp 20.000 untuk satu kali jalan. Jika
menggunakan kendaraan roda empat, Anda hanya merogoh kocek Rp 15.000. Sejauh ini Anda
tidak dipungut biaya ketika memasuki objek wisata penuh keindahan ini.

Pantai Sebanjar

Pantai ini memiliki pasir putih yang sangat bersih. Dari pantai ini, saya juga bisa melihat
pulau lain di depannya dan pemandangan di sepanjang jalan menuju ke sini juga indah. Saya
melewati pantai-pantai lain di sebelah kiri jalan dan juga tebing-tebing batu tinggi dengan
pepohonan di atasnya di sebelah kanan jalan. Di sepanjang jalan juga banyak rumah penduduk
dan saya juga melewati rumah adat di Alor Kecil.

Fenomena Air Laut Dingin di Alor

Kepulauan di Alor terdiri dari dua pulau besar, Alor dan Pantar yang mengapit gugusan pulau-
pulau kecil dalam Selat Kumbang atau warga setempat menyebut dengan mulut kumbang.
Selat ini terletak antara Pulau Alor tepatnya di Desa Alor kecil dan Pulau Kepa.

Menurut informasi, setiap tahunnya di bulan Mei dan September selama 2-3 hari berturut-turut,
terjadi fenomena perubahan suhu air laut menjadi dingin pada siang dan malam hari.
Perubahan suhu air laut menjadi dingin ditandai dengan datangnya gerombolan ikan lumba-
lumba dan burung pemakan ikan.

Gerombolan lumba-lumba tersebut mulai bermain diselat kecil antara Pantai Alor Kecil dan
Pulau Kepa. Selang waktu dua jam dari gejala awal tersebut, dari bagian tanjung perairan laut
Alor Kecil muncul penguapan air laut. Penguapan tersebut menandakan suhu air laut mulai
dingin yang berawal dari dasar tengah laut di wilayah Tanjung kemudian merata hingga
permukaan laut menjangkau sampai di pesisir pantai Makasar, Desa Alor kecil.

Masyarakat dengan menggunakan perahu dan memegang tombak kecil serta jala telah siaga
dilaut tersebut. Biasanya jika air laut telah berubah menjadi suhu dingin, maka ikan-ikan dari
dasar akan pingsan karena tidak tahan dengan dinginnya suhu air laut yang berubah secara
tiba-tiba. Ikan-ikan tersebut akan naik mengapung di permukaan air laut. Saat ikan-ikan mulai
terapung, masyarakat yang telah siaga dengan perahu menuju lokasi ikan-ikan tersebut untuk
menangkapnya baik dengan jalan maupun tombak.
Al Qur'an Tua dari Kulit Kayu

Jalan-jalan ke Kabupaten Alor-Nusa Tenggara Timur (NTT), tak lengkap rasanya bila belum
berkunjung ke situs-situs tua yang ada di Alor. Situs-situs tua itu misalnya, Al Qur'an yang
terbuat dari kulit kayu, masjid peninggalan beberapa abad silam yang ada di Desa Lerabaing,
hingga berbagai artefak masuknya Islam di Kabupaten Alor.

Yang paling mengesankan adalah Al Qur'an yang terbuat dari kulit kayu dan Masjid tua di desa
Lerabaing. Konon menurut kisah orang tua setempat, Al Qur'an yang dibuat dari kulit kayu
dengan tulisan tangan itu, adalah peninggalan kesultanan Ternate ketika mereka membawa
Islam masuk ke Kabupaten Alor sekitar tahun 1519 masehi.

Saat ini Al Qur'an tersebut disimpan oleh Saleh Panggo Gogo yang merupakan generasi ke-13
keturunan Iang Gogo dari kesultanan Ternate. Demikian pun Masjid tua yang merupakan pusat
dakwah para pembawa syiar ketika mereka membawa masuk mission Islam di Kabupaten Alor.
Hingga saat ini Masjid tua tersebut masih digunakan sebagai tempat ibadah.

Masjid tua yang masih berdiri kokoh itu dibangun dengan arsitektur khas Ternate pada tahun
1633 masehi. Takjubnya, Masjid yang dibangun itu tak menggunakan peralatan moderen.
Antara satu tiang dan tiang bangunan lainnya disambung dengan tidak menggunakan paku
atau pen kayu. Antara satu tiang dan tiang lainnya hanya saling mengait. Kendatipun demikian,
Masjid tua yang dibangun pada tahun 1633 masehi itu tak pernah roboh oleh terpaan angin dan
badai hingga hari ini.

Secara sosiologis, pengaruh masuknya agama Islam dari Ternate menyebabkan penduduk di
pesisir Kabupaten Alor bermayoritas muslim. Konon para pembawa syiar Islam itu masuk ke
Alor dengan jalur perdagangan, sehingga sebaran penduduk Muslim lebih banyak ada di
daerah pesisir. Beda halnya dengan masyarakat di pedalaman yang mayoritas Kristen.
Penyebaran Agama Kristen di Alor melalui missionaris Kristen dari Belanda pada tahun 1908.
Para missionaris Belanda ini datang setelah masuknya pengaruh Islam dari Ternate di daerah
pantai. Olehnya itu populasi penduduk yang beragama Kristen lebih banyak di daerah
pedalaman, meskipun antara penduduk pesisir dan pedalaman masih terikat oleh hubungan
darah dan adat.

Dari beberapa sumber yang terhimpun, berdasarkan usianya, peninggalan Al Qur'an yang ada
di Alor ini merupakan Al Qur'an tertua di Asia. Pada Festival Legu Gam di Ternate pada tahun
2011, Al Qur'an tertua ini didatangkan khusus oleh Sultan Ternate dari Alor.

Berdasarkan sumber, Al Qur'an ini dibawa ke Alor Besar pada 1519 Masehi oleh Iang Gogo
yang merantau bersama empat saudaranya dengan misi menyebarkan Islam hingga ke Alor.
Saat itu, kitab suci ini dibawa pada masa Kesultanan Babullah V oleh kelima bersaudara dari
Ternate dengan menggunakan perahu layar yang menurut riwayat bernama Tuma Ninah yang
berarti `Berhenti/Singgah Sebentar‘. Bukti nyata dari masuknya Islam dari Ternate ke Alor ini
adalah salah satu Pulau di Alor yang diberi nama pulau Ternate. Demikian pun terdapat sebuah
kampung di desa Illu-Baranusa yang bernama kampung “Maloku”.

Alor, tak saja menyimpan indahnya pemandangan alam bawah laut nomor dua di dunia setelah
laut Karabia, tapi juga menyimpan artefak sejarah dan jejak peradaban Islam yang
mengagumkan. Tak lengkap rasanya anda ke NTT, bila belum menyambangi situs-situs tua
yang ada di Kabupaten yang berjuluk kota Kenari itu.
Kampung Tradisional Monbang

Perkampungan tradional Monbang berada di Desa Kopidil Kecamatan Alor Barat Laut. Jarak
dari Kalabahi sekitar 7 km, Perkampungan tradional Monbang dapat ditempuh dengan
kendaraan roda 4 dalam waktu 45 menit.

Potensi yang dapat dinikmati di Perkampungan asli suku Kabola: masyarakat tradisional, rumah
adat, lagu, tarian khas suku Kabola dan busana spesifik dari kulit kayu. Dalam perjalanan anda
disuguhi pemandangan indahnya Teluk Mutiara.

Perkampungan ini didiami oleh suku Kabola. Kampung ini terdiri dari deretan rumah-rumah
tradisional khas Alor yang terbuat dari bambu, kayu, serta diatap dengan alang-alang. Bila
dilihat sejenak, perkampungan tradisional Monbang mirip dengan perkampungan tradisional
Takpala, namun ada hal unik yang membedakannya, yaitu pakaian adat mereka terbuat dari
kulit kayu.

Atraksi budaya yang dapat dijumpai adalah seni tradisional: Cakalele, Lego-lego, Tari Rotan.
Monbang dapat dicapai dengan menggunakan mikrolet, minibus bahkan sepeda motor.

Perkampungan tradisional Bampalola, di Kecamatan Alor Barat Laut, jarak dari Kalabahi kira-
kira 15 km sebelah Barat. Potensi yang dinikmati : Rumah adat Fet Lakatuil Upacara Makan
Baru, penentuan waktu tanam, panen, Lego-Lego dan lain-lain. Desa Alor Kecil dan Alor Besar,
jarak 14 dan 17 km dari kalabahi potensi yang dinikmati: Upacara sunatan adat, acara nikah,
adat tari-tarian Lego-Lego, jubah Dodo, Kitab Suci Al Qur’an tua dari kulit kayu dan musik
tradisional, arus air laut dingin sehingga rakyat panen ikan, home stay di Pulau Kepa, Taman
laut dan panorama alam bawah laut yang indah.

Kampung Tradisional Monbang

Perkampungan tradional Monbang berada di Desa Kopidil Kecamatan Alor Barat Laut. Jarak
dari Kalabahi sekitar 7 km, Perkampungan tradional Monbang dapat ditempuh dengan
kendaraan roda 4 dalam waktu 45 menit.

Potensi yang dapat dinikmati di Perkampungan asli suku Kabola: masyarakat tradisional, rumah
adat, lagu, tarian khas suku Kabola dan busana spesifik dari kulit kayu. Dalam perjalanan anda
disuguhi pemandangan indahnya Teluk Mutiara.

Perkampungan ini didiami oleh suku Kabola. Kampung ini terdiri dari deretan rumah-rumah
tradisional khas Alor yang terbuat dari bambu, kayu, serta diatap dengan alang-alang. Bila
dilihat sejenak, perkampungan tradisional Monbang mirip dengan perkampungan tradisional
Takpala, namun ada hal unik yang membedakannya, yaitu pakaian adat mereka terbuat dari
kulit kayu.

Atraksi budaya yang dapat dijumpai adalah seni tradisional: Cakalele, Lego-lego, Tari Rotan.
Monbang dapat dicapai dengan menggunakan mikrolet, minibus bahkan sepeda motor.

Perkampungan tradisional Bampalola, di Kecamatan Alor Barat Laut, jarak dari Kalabahi kira-
kira 15 km sebelah Barat. Potensi yang dinikmati : Rumah adat Fet Lakatuil Upacara Makan
Baru, penentuan waktu tanam, panen, Lego-Lego dan lain-lain. Desa Alor Kecil dan Alor Besar,
jarak 14 dan 17 km dari kalabahi potensi yang dinikmati: Upacara sunatan adat, acara nikah,
adat tari-tarian Lego-Lego, jubah Dodo, Kitab Suci Al Qur’an tua dari kulit kayu dan musik
tradisional, arus air laut dingin sehingga rakyat panen ikan, home stay di Pulau Kepa, Taman
laut dan panorama alam bawah laut yang indah.

Pantai Maimol

Pantai Maimol mempunyai jarak yang kurang lebih sekitar 8 km dari kota Kalabahi. Maimol
sebagai kampung nelayan tradisional, memiliki potensi cukup baik guna menjadi penghasil ikan
di wilayah kabupaten Alor. Pantai ini tepat berada di Teluk Benlelang sehingga memiliki ombak
yang tenang dengan air yang jernih.

Hamparan pasir putih dengan garis pantai hampir sekitar 1 kilometer memberikan keindahan
tersendiri untuk mata pengunjung. Disekitar lokasi sudah terdapat tempat perisitirahatan berupa
kursi-kursi dari bambu tepat di bawah rindangnya pepohonan kelapa dan beringin dan juga
sudah tersedia toilet bagi pengunjung.

Anda juga dapat langsung membeli ikan hasil tangkapan para nelayan setempat yang
menjajakan hasil tangkapannya untuk dijual di pesisir pantai. Akses transportasi cukup mudah
menuju lokasi dengan menggunakan ojek ata angkutan kota dari pusat kota dengan tarif 5.000
rupiah.

Pantai Mali

Museum 1000 Moko

Kampung Takpala dan

Kain Tenun Adat Alor

Anda mungkin juga menyukai