II - 1
Menciptakan kepastian hukum dalam hal pemanfaatan ruang
provinsi, sebagai salah satu faktor penting dalam merangsang
partisipasi pemangku kepentingan dalam berinvestasi.
Menjadi pedoman bagi aparat terkait dalam hal pengendalian
pemanfaatan ruang, baik melalui pengawasan dan atau perizinan
maupun tindakan penertiban pemanfaatan ruang lintas kab./ kota.
Merupakan dasar bagi penyusunan rencana yang bersifat lebih
operasional dalam perencanaan pembangunan dan pemanfaatan
ruang di wilayah Provinsi Sulsel.
b. Struktur Ruang
Sistem Perkotaan
Berdasarkan PP No 26 Tahun 2008 tentang RTRW Nasional sistem
perkotaan ditentukan sebagai berikut:
Pusat Kegiatan Nasional (PKN) berupa Kawasan Perkotaan
Mamminasata;
Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yang berskala provinsi Pangkajene,
Jeneponto, Palopo, Watampone, Bulukumba, Barru dan Parepare;
Pusat Kegiatan Lokal (PKL) merupakan pusat-pusat kegiatan skala
kabupaten dan kota, sebagai pusat kegiatan industri dan jasa, serta
simpul transportasi yang melayani skala kabupaten atau beberapa
kecamatan, sehingga semua kota dan ibukota kabupaten juga
berfungsi sebagai PKL.
Pusat kegiatan sub lokal merupakan kawasan pengembangan
ekonomi lokal atau Local Economic Development (LED) termasuk
sentra-sentra produksi pertanian termasuk kehutanan,
perkebunan, tanaman pangan, peternakan dan perikanan, sentra
produksi pertambangan, pusat-pusat industri manufaktur, pusat
perdagangan, kawasan wisata, pusat pelayanan jasa yang tersebar
di seluruh wilayah provinsi Sulsel.
II - 2
Rencana Struktur Ruang Provinsi Sulawesi Selatan , diperlihatkan pada
Gambar 2.1.
II - 3
Berdasarkan surat Menko bidang Perekonomian Republik Indonesia No
S-268/D.IV.M.Ekon/12/2007 tertanggal 18 Desember 2007 perihal dukungan
pembangunan Kabupaten Selayar sebagai pusat distribusi bahan pokok KTI,
maka Selayar diusulkan dan direncanakan menjadi PKN.
Kawasan Andalan
Berdasarkan PP 26 Tahun 2008 tentang RTRWN, kawasan andalan di
wilayah Provinsi Sulsel adalah sebagai berikut:
Kawasan andalan Mamminasata dan sekitarnya (Makassar, Maros,
II - 4
(Mamminasata);
Kawasan pengembangan ekonomi terpadu Parepare;
II - 5
tenaga air (PLTA) Bakaru 126 MW, Pembangkit listrik tenaga disel (PLTD)
Palopo, pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) Sengkang 135 MW yang
direncanakan ditambah 20 MW (Intrim) + 65 MW, PLTD Suppa 62 MW di
Parepare, rencana pembangunan PLTU Bone 2x50 MW, PLTU Tello 197 MW,
PLTD Sewatama 15 MW Mamminasata, PLTA Bilibili 20 MW, rencana
pembangunan PLTU Lakatong 3x30 MW di Jeneponto dan rencana
pembangunan PLTU Punagaya 4x100 MW di Jeneponto, serta PLTD di
Selayar.
Sistem dan Prasarana Keairan
Ada empat strategi berbeda sebagai alternatif dalam pengelolaan air,
resiko dan pemanfaatannya, (Offringa G., 1987), yang dapat dijadikan
pertimbangan penyusunan rancangan yang lebih operasional:
Strategi 1 mengontrol banjir secara total tanpa mengijinkan ada resiko
kerusakan di suatu wilayah, dengan pembangunan tanggul lingkar
penahan banjir. Perlu diperhatikan bahwa merubah daerah banjir
menjadi daerah terlindung banjir berarti mengurangi daerah limpasan
dan penyerapan air, sehingga daerah lain akan dialiri air dalam volume
yang lebih besar.
Strategi 2 memprioritaskan pada pengurangan volume aliran air pada
saat debit air puncak dengan usaha penahanan dan penyimpanan air
sungai di wilayah-wilayah tangkapan air (situ) di daerah hulu, sekaligus
berfungsi sebagai cadangan air.
Strategi 3 secara kontras lebih memprioritaskan ke pengfungsian
hidraulika alami sungai, dengan pengembangan kawasan ”green river”
yang mengijinkan air sungai membanjiri wilayah tersebut pada saat
debit sungai membahayakan daerah hilir tempat aglomerasi penduduk
serta kegiatan dan fasilitas perkotaannya. Green river yang dimaksud
adalah wilayah sungai dengan berbagai elemen penghijauan seperti
hutan, taman, ruang terbuka hijau, rawa dan sebagainya yang mampu
II - 6
menahan banjir dalam waktu tertentu.
Strategi 4 adalah memberlakukan fungsi hidrolika alami sepenuhnya,
dengan mengijinkan seluruh wilayah dimasuki banjir. Tata guna lahan
dan kegiatan manusia harus menyesuaikan dengan perilaku alami
sungai secara total.
Sistem dan Prasarana Pengelolaan Limbah
Berdasarkan prinsip umum pengelolaan limbah ”3R” sebisa mungkin
pada sumber produk limbah, kalau tidak memungkinkan baru diangkut dan
diolah secara terpusat di suatu tempat dengan akses dan kondisi yang tidak
banyak mengganggu fungsi dan kegiatan lain:
Reduce, yang maknanya usaha sedapat mungkin meminimalisasi
produksi limbah, baik padat, cair maupun gas;
Reuse, yang maknanya usaha mengguna-ulang barang bekas pakai atau
limbah;
Recycling, yang maknanya mendaur-ulang limbah.
Pada daerah hulu diusahakan dapat menetralisir produk limbah cairnya
agar tidak mengalir ke hilir. Prinsip ini dijadikan acuan dalam
pembangunan sistem dan prasarana pengelolaan limbah, maupun
dalam penyusunan pedoman pengelolaan termasuk pengolahan limbah
yang lebih operasional. Dalam hal ini Metropolitan Mamminasata
direncanakan membangun tempat pengolahan akhir sampah terpadu
di Samata.
c. Pola Ruang
Kawasan Lindung
Menyadari pentingnya keberadaan dan fungsi kawasan lindung bagi
kehidupan manusia di satu sisi, dan melihat besarnya ancaman pengrusakan
oleh penduduk karena desakan ekonomi dan kebutuhan ruang hunian di sisi
lain, perlu dibangun suatu sistem pengelolaan kawasan lindung yang lebih
rasional. Paradigmanya perlu diubah dari penekanan pada aspek legal dan
II - 7
lingkungan semata-mata ke aspek keterpaduan antara legal-lingkungan dan
sosial-ekonomi-budaya. Masyarakat tidak hanya dilihat sebagai ancaman,
tetapi juga sebagai potensi yang bermanfaat sebagai pengendali dan
pemelihara kawasan lindung secara aktif. Dalam pendekatan ini, kawasan
lindung, misalnya dalam wilayah DAS, dilindungi oleh penduduk karena
memberikan keuntungan ekonomi secara langsung. Programnya perlu
dirancang secara cermat, dirancang sesuai dengan kondisi dan permasalahan
DAS masing-masing. Pendekatan seperti ini menjadi sangat penting karena
potensi degradasi lingkungan di Sulsel yang besar dengan indikasi proses
erosi, longsor, dan banjir, sementara tekanan penduduk terhadap lingkungan
akibat penggunaan lahan bertambah dengan cepat. Program
pengembangan dan pengelolaan kawasan lindung hendaknya diintegrasikan
dan disinergikan dengan pengembangan DAS.
Kawasan Budidaya Strategis Provinsi
Kawasan Permukiman
II - 8
Permukiman perdesaan didominasi oleh kegiatan agraris dengan
kondisi kepadatan bangunan, penduduk serta prasarana dan sarana
perkotaan yang rendah, dan kurang intensif dalam pemanfaatan lahan untuk
keperluan non agraris. Walaupun demikian agar selalu tetap terjaga atmosfir
tumbuh berkembangnya hubungan harmonis sosial antar manusia,
hubungan simbiosis mutualistis antar manusia dengan alam dan hubungan
transendental yang kondusif antar manusia dengan Tuhan, maka tatanan
kawasan permukiman perdesaan yang terdiri dari sumber daya buatan
seperti perumahan, fasilitas sosial, fasilitas umum, prasarana dan sarana
perdesaan seperti jalan, irigasi, drainase, prasarana pengolahan limbah cair
maupun padat diarahkan pembangunannya tetap menjaga kelestarian alam
dan harmonisasi interkoneksi tersebut di atas. Bangunan-bangunan
perumahan diarahkan menggunakan nilai kearifan budaya lokal seperti pola
rumah kebun dengan bangunan berlantai panggung.
Kawasan Industri
Berdasarkan potensi sumber daya alam baik berupa komoditas
pertanian maupun pertambangan dan posisi geografis wilayah Provinsi
Sulsel, serta mempertimbangkan pemerataan kesejahteraan antar wilayah
dan antar lapisan masyarakat, maka selain kawasan industri besar juga
diarahkan tumbuh berkembangnya kawasan-kawasan industri kecil di sentra-
sentra produksi yang berorientasi ke pengembangan industri rakyat sebagai
komunitas lokal. Kawasan industri pengolahan yang bersifat umum
diarahkan pembangunannya terpadu dan berada di pusat kegiatan nasional
serta pusat-pusat kegiatan wilayah yang mempunyai aksesibilitas pelabuhan
laut tinggi, seperti Mamminasata, Bulukumba, Watampone, Pangkep, Barru,
Parepare, yang diarahkan perencanaannya mengembangkan kawasan
terpadu pelabuhan, industri, pergudangan dan perdagangan dengan
memanfaatkan lalu-lintas kapal-kapal di Selat Makassar. Kawasan industri ini
terutama diarahkan untuk mengolah barang-barang setengah jadi terutama
II - 9
hasil agroindustri rakyat yang disebar ke sentra-sentra produksi komoditas
pertanian di perdesaan. Selain dari pada itu juga dibuka kesempatan
pembangunan kawasan industri khusus yang mengolah bahan bakunya di
sentra pertambangan seperti pabrik semen dan marmer di Maros dan
Pangkep, serta pabrik pengolahan nikkel di Sorowako.
Kawasan Perdagangan
Berdasarkan pandangan yang sama dalam pengembangan sektor
industri, maka sektor perdagangan juga diarahkan pengembangannya untuk
meningkatkan perekonomian rakyat. Oleh karena itu kawasan perdagangan
juga diarahkan tumbuh berkembang terpadu dengan pengembangan
kawasan industri lokal di sentra-sentra produksi di seluruh wilayah Provinsi
Sulsel. Kawasan perdagangan ukuran sedang diarahkan berkembang di
ibukota-ibukota kabupaten, sedangkan kawasan perdagangan skala besar
diarahkan pembangunannya di Pusat Kegiatan Nasional dan Pusat Kegiatan
Wilayah. Pembangunan kawasan perdagangan diarahkan perencanaannya
terpadu dengan fasilitas pendukungnya seperti perkantoran swasta,
perbankan, pertokoan, hotel dan restauran, terminal bis pembantu,
pergudangan dsb.
Kawasan Pariwisata
Secara umum obyek wisata budaya dan alam Tanah Toraja merupakan
ikon pariwisata Sulsel yang sudah dikenal secara mendunia. Selain daripada
itu taman laut Takabonerate sangat potensiil dikembangkan menjadi ikon
wisata bahari dengan keharusan usaha keras untuk mengembangkan faktor
aksesibilitas, akomodasi dan perlindungan terumbu karang dan anak-anak
ikan, yang saat ini sangat kritis akibat ketidak arifan penangkap ikan yang
menggunakan jaring ukuran kecil, racun maupun bom. Sifat budaya yang
dialektis berpeluang terjadinya proses pelunturan atau pudarnya jati diri
budaya lokal karena masuknya budaya-budaya luar baik melalui para
wisatawan maupun teknologi informatika dan komunikasi. Selain dari pada
II - 10
itu peningkatan aksesibilitas ke kawasan-kawasan preservasi baik di darat
maupun di laut juga dapat menurunkan kualitas lingkungan dan
terganggunya habitat berbagai flora dan fauna langka mempunyai resiko
semakin punahnya ragam hayati Wallacea.
Rencana Pemanfaatan Laut dan Pulau Pulau Kecil
Berdasarkan semiloka penentuan definisi dan pendataan pulau di
Indonesia oleh DKP Tahun 2003, didapat suatu kesepakatan bahwa definisi
pulau kecil yang operasional di Indonesia mengacu pada UNESCO (1991) yaitu
pulau dengan area ≤ 2000 km2. UU No 32/2004 tentang Pemerintahan
Daerah menjelaskan bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan
daerah sesuai dengan amanat UUD 45, pemerintah daerah, yang mengatur
dan mengurus sendiri urusan pemerintah menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan, diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan
masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta
masyarakat, serta peningkatan daya keistimewaan dan kekhususan suatu
daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam hal ini
pulau-pulau kecil sebagai entitas yang memiliki ukuran, karakteristik dan
kerentanan khusus sehingga perencanaan dan pengelolaan pulau-pulau kecil
memerlukan format yang berbeda dengan pulau besar.
II - 11
yang melayani seluruh Kawasan Metropolitan Mamminasata; dan Kawasan
perkotaan di sekitar kota inti sebagaimana dimaksud pada huruf a, meliputi
Kota Maros di Kabupaten Maros, Kota Sungguminasa di Kabupaten Gowa,
dan Kota Takalar di Kabupaten Takalar serta pembentukan kota baru di
Kabupaten Maros dan Kabupaten Gowa yang memiliki sebagian fungsi
primer yang melayani kabupaten.
Struktur ruang Kawasan Metropolitan Mamminasata dirancang untuk
mewujudkan Kota Makassar sebagai kawasan perkotaan inti dengan
kawasan perkotaan di sekitarnya yang saling memiliki keterkaitan fungsional
yang dihubungkan dengan sistem jaringan prasarana dan sarana wilayah
yang terintegrasi. Sistem jaringan prasarana dan sarana sebagaimana
dimaksud, meliputi:
1) sistem jaringan transportasi;
2) sistem jaringan energi;
3) sistem jaringan telekomunikasi;
4) sistem jaringan sumber daya air;
5) sistem penyediaan air minum;
6) sistem pengelolaan air limbah;
7) sistem pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun;
8) sistem drainase;
9) sistem pengendalian banjir;
10) sistem pengelolaan persampahan;
11) sistem hidran kota.
Sistem jaringan prasarana dan sarana perkotaan tersebut direncanakan
secara terpadu antar daerah dengan peran masyarakat dan dunia usaha serta
memperhatikan fungsi dan arah pengembangan pusat-pusat permukiman.
II - 12
Gambar 2.2. Struktur Ruang Kawasan Metropolitan Mamminasata
II - 13
Rencana pola ruang Kawasan Metropolitan Mamminasata berdasarkan
karakteristik peruntukkan lahan, terdiri atas:
1) zona lindung;
2) zona budidaya
3) zona penyangga.
Penetapan zona lindung dan zona budidaya merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dengan penetapan struktur ruang Kawasan Metropolitan
Mamminasata.
Zona lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikelompokkan dalam
zona pemanfaatan sebagai berikut :
Zona Non budi daya 1 selanjutnya disebut Zona N1; dan
Zona Non budi daya 2 selanjutnya disebut Zona N2.
Zona budi daya selanjutnya disebut Zona B dan dikelompokan dalam zona
pemanfaatan sebagai berikut :
Zona budi daya 1 yang selanjutnya disebut Zona B1;
Zona budi daya 2 yang selanjutnya disebut Zona B2;
Zona budi daya 3 yang selanjutnya disebut Zona B3;
Zona budi daya 4 yang selanjutnya disebut Zona B4;
Zona budi daya 5 yang selanjutnya disebut Zona B5;
Zona budi daya 6 yang selanjutnya disebut Zona B6; dan
Zona budi daya 7 yang selanjutnya disebut Zona B7.
Zona penyangga selanjutnya disebut Zona P dikelompokan dalam zona
pemanfaatan sebagai berikut:
Zona penyangga 1 yang selanjutnya disebut Zona P1;
Zona penyangga 2 yang selanjutnya disebut Zona P2;
Zona Penyangga 3 yang selanjutnya disebut Zona P3;
Zona Penyangga 4 yang selanjutnya disebut Zona P4; dan
Zona Penyangga 5 yang selanjutnya disebut Zona P5.
II - 14
Penetapan kawasan lindung di Kawasan Metropolitan Mamminasata
sebagaimama dilakukan dengan mengacu pada kawasan lindung yang telah
ditetapkan secara nasional, dan dengan memperhatikan kawasan lindung
yang telah ditetapkan oleh Provinsi, Kabupaten/Kota. Penetapan kawasan
budidaya di Kawasan Metropolitan Mamminasata dilakukan dengan
mengacu pada kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis nasional, serta
memperhatikan kawasan budidaya Provinsi dan Kabupaten/Kota. Demikian
pula halnya dengan penetapan kawasan penyangga di Kawasan
Metropolitan Mamminasata dilakukan dengan mengacu pada kawasan
penyangga yang memiliki nilai strategis nasional, serta memperhatikan
kawasan penyangga Provinsi dan Kabupaten/Kota.
II - 15
Gambar 2.3 Pola Ruang Kawasan Metropolitan Mamminasata
II - 16
2.2.3 Tinjauan RTRW Kota Makassar
a. Tujuan
Secara khusus, tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Makassar 2030
adalah mewujudkan ruang wilayah Kota Makassar sebagai kota tepian air
kelas dunia yang didasari atas keunggulan dan keunikan lokal menuju
kemandrian lokal dalam rangka persaingan global demi ketahanan nasional
dan wawasan nusantara yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan.
Secara umum, tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Makassar adalah
menyusun satu dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota yang
lengkap agar dapat dimanfaatkan:
Sebagai bahan acuan/referensi bagi kebijakan perencanaan penataan
ruang lainnya;;
Sebagai matra ruang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang/Menengah Kota Makassar; Sebagai pedoman dasar
perencanaan yang diharapkan mampu menjawab masalah-masalah
Tuntutan Pembangunan dan Tuntutan Lingkungan Global serta
rumusan maupun kebijaksanaan yang dibutuhkan di masa mendatang
(prospektus ruang);
Sebagai pedoman dasar perencanaan yang diharapkan bisa menjadi
pegangan untuk bagaimana membangun dan menjadikan Makassar
berdiri dan berkembang sesuai dengan ciri keunikan dan keunggulan
lokalnya, dengan tetap berbasis pada peruntukan dan kepentingan
Hak-Hak Dasar Masyarakat;
Sebagai pedoman dasar perencanaan pembangunan kota yang secara
konsep desain rencana disusun berdasarkan Filosofi Rencana Tata
Ruang yang Sehat, Tata Ruang Untuk Rakyat, dan Tata Ruang
Terkendali;
Sebagai kebijakan pokok pemanfaatan dan pengendalian ruang dalam
wilayah Makassar dan sekitarnya sesuai dengan dasar kondisi
II - 17
wilayahnya yang berazaskan kepada pembangunan berkelanjutan
(sustainable development);
Sebagai wadah keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan
perkembangan antar wilayah/kawasan di dalam dan di luar wilayah
Makassar serta keserasian antarsektor pembangunan;
Sebagai wadah perencanaan yang bertujuan meningkatkan peran dan
fungsi Makassar tidak hanya sebagai satu Kota, tetapi lebih jauh dari
itu perannya ingin ditingkatkan secara lebih besar menjadi satu kota
dengan representasi sebagai ”Ruang Keluarga Indonesia Timur”’;
Sebagai refleksi dalam perencanaan MAMMINASATA khususnya
untuk Kota Makassar dan tingkat keterhubungannya baik secara
spasial maupun aspasial dengan wilayah-wilayah MAMMINASATA
lainnya;
Sebagai bahan informasi dalam penetapan investasi yang dilakukan
oleh pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha/swasta; dan
Sebagai acuan/referensi dalam perumusan program pembangunan
baik yang menyangkut sumber pembiayaan, pentahapan atau
pelaksanaan kegiatan pembangunan dalam ruang dan pengendalian
pemanfaatan ruang;
Selain tujuan tersebut diatas, beberapa tujuan lain Penataan Ruang
Wilayah Kota Makassar adalah:
Terselenggaranya dan terwujudnya penataan dan pemanfaatan ruang
Kota Makassar dan sekitarnya yang aman, nyaman, produktif dan
berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan
Nasional;
Terwujudnya pemanfaatan ruang wilayah Kota Makassar dan
sekitarnya yang lebih berkualitas serta berdaya guna dan berhasil guna,
serasi, selaras, seimbang, dan lestari/berkelanjutan;
II - 18
Terwujudnya kemudahan untuk melaksanakan pembangunan yang
berkelanjutan dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur
berdasarkan Pancasila; dan Mewujudkan keseimbangan kepentingan
kesejahteraan dan keamanan.
b. Rencana Struktur Ruang
Rencana Pengembangan Struktur ruang kota
Rencana pusat-pusat kegiatan di kota Makassar didesain dan
terstrukutur dalam pembagian kawasan terpadu, kawasan khusus dan
kawasan prioritas. Pusat-pusat kegiatan tersebut tersebar di beberapa
kawasan yang tentunya memiliki derajat aksesbilitas dan
interkonektifitas yang besar, serta pelayanan prasarana wilayah yang
memadai sehingga melahirkan Makassar
Rencana Kerangka Kota Makassar
Rencana Struktur Ruang Kota Makassar berguna untuk menciptakan
pembangunan fisik kota dan pemanfaatan ruang kota Makassar yang
berkelanjutan. Oleh karena itu, suatu Rencana Struktur Ruang Kota
yang secara komprehensif mempertimbangkan seluruh aspek
perencanaan kota sehingga terwujud sesuai dengan Visi dan Misi Kota
Makassar.
Rencana Pengembangan Kawasan Hijau
Dalam kepentingan perencanaan pengembangan kawasan hijau di Kota
Makassar di bagi dalam kawasan hijau lindung dan binaan. Kawasan
Hijau Lindung adalah Bagian dari kawasan hijau yang memiliki
karakteristik alamiah yang perlu dilestarikan untuk tujuan perlindungan
habitat setempat maupun untuk tujuan perlindungan wilayah yang
lebih luas. Sementara Kawasan Hijau Binaan adalah bagian dari
kawasan hijau di luar kawasan hijau lindung untuk tujuan penghijauan
yang dibina melalui penanaman, pengembangan, pemeliharaan
maupun pemulihan vegetasi yang diperlukan dan didukung fasilitasnya
II - 19
yang diperlukan baik untuk sarana ekologis maupun sarana sosial kota
yang dapat didukung fasilitas sesuai keperluan untuk fungsi
penghijauan tersebut.
Penggunaan RTH terbesar dari setiap kawasan adalah kawasan
pemukiman terpadu. Kawasan RTH ini seluas 378,21 Ha. Pengembangan
kawasan hijau lindung dilakukan melalui pembinaan kawasan sesuai
dengan fungsinya, meliputi: kawasan pesisir pantai utara makassar
sebagai kawasan hutan bakau dan kawasan hilir sungai tallo sebagai
kawasan hutan bakau dan area pembibitan mangrove. selain itu bagian
barat (hilir) sungai jeneberang sebagai kawasan hijau lindung.
Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman
Dari rencana pengembangan kawasan permukiman dalam tata ruang
kota makassar, arahan pengembangannya dikelompokkan dalam
kategori pengembangan kawasan permukiman yang berkepadatan
tinggi, sedang, dan rendah. Pengembangan kawasan permukiman
dalam 12 Kawasan Terpadu Kota Makassar memungkinkan untuk
dikembangkan. Hanya saja, dibutuhkan ketentuan-ketentuan baru yang
mengatur pola dan bentuk permukiman tersebut berkembang. Pola
dan bentuk tersebut diantaranya menjadikan visi, misi, dan strategi
masing-masing kawasan terpadu sebagai tolak ukur penetuan pola dan
bentuk permukiman yang ingin dikembangkan dalam 12 kawasan
terpadu tersebut. Pengembangan kawasan permukiman, secara
bertahap diharapkan melengkapi infrastruktur kawasannya dengan
sarana dan prasarana lingkungan, yang jenis dan jumlahnya disesuaikan
dengan kebutuhan masyarakat setempat berdasarkan standar fasilitas
umum/fasilitas sosial. Rencana Pengembangan kawasan permukiman
pada kawasan pusat kota ditargetkan menempati wilayah perencanaan
seluas 733,50 Ha.
II - 20
Kawasan permukiman pada kawasan permukiman terpadu ditargetkan
menempati wilayah perencanaan seluas 2.160,10 Ha
rencana pengembangan kawasan permukiman pada kawasan
pelabuhan terpadu ditargetkan menempati wilayah perencanaan
seluas 29,16 ha, rencana pengembangan kawasan permukiman pada
kawasan bandara terpadu ditargetkan menempati wilayah
perencanaan seluas 201,18 ha, rencana pengembangan kawasan
permukiman pada kawasan maritim terpadu ditargetkan menempati
wilayah perencanaan seluas 53,01 ha rencana pengembangan kawasan
permukiman pada kawasan industri terpadu ditargetkan menempati
wilayah perencanaan seluas 151,81 ha, rencana pengembangan
kawasan permukiman pada kawasan pergudangan terpadu ditargetkan
menempati wilayah perencanaan seluas 156,20 ha rencana
pengembangan kawasan permukiman pada kawasan pendidikan tinggi
dan kawasan penelitian terpadu ditargetkan menempati wilayah
perencanaan seluas 358,86 ha, rencana pengembangan kawasan
permukiman pada kawasan budaya terpadu ditargetkan menempati
wilayah perencanaan seluas 3,30 ha, rencana pengembangan kawasan
permukiman pada kawasan olahraga terpadu ditargetkan menempati
wilayah perencanaan seluas 161,08 ha, rencana pengembangan
kawasan permukiman pada kawasan bisnis dan pariwisata terpadu
ditargetkan menempati wilayah perencanaan seluas 72,40 ha, rencana
pengembangan kawasan permukiman pada kawasan bisnis global
terpadu ditargetkan menempati wilayah perencanaan seluas 62,91 ha,
Rencana Pengembangan Kawasan Bangunan Umum
Rencana pengembangan kawasan bangunan umum dalam tata ruang
makassar diarahkan dan diperuntukkan bagi pengembangan
perkantoran, perdagangan, jasa, pemerintahan dan fasilitas
II - 21
umum/fasilitas sosial beserta fasilitas penunjangnya dengan koefisien
dasar bangunan lebih besar dari 20%.
Rencana Pengembangan Kawasan Industri
Kegiatan industri yang dimaksudkan dalam perencanaan penataan
ruang Kota Makassar adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan
mentah, bahan baku, barang setengah jadi dan atau barang jadi
menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya,
termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.
rencana pengembangan kegiatan industri pada kawasan pelabuhan
terpadu ditargetkan menempati wilayah perencanaan seluas 14,06 ha,
rencana pengembangan kawasan industri pada kawasan bandara
terpadu ditargetkan menempati wilayah perencanaan seluas 167,66 ha.
rencana pengembangan kawasan industri pada kawasan maritim
terpadu ditargetkan menempati wilayah perencanaan seluas 17,06 ha,
rencana pengembangan kawasan industri pada kawasan industri
terpadu ditargetkan menempati wilayah perencanaan seluas 759,05 ha
Rencana Pengembangan Kawasan Pergudangan
Bahwa dari rencana pengembangan kawasan pergudangan di
Makassar memiliki persyaratan- persyaratan tertentu dalam
pembangunan dan peruntukannya maka dari 12 kawasan terpadu Kota
Makassar, yang diperbolehkan hanya pada 4 kawasan terpadu sebagai
berikut rencana pengembangan kawasan pergudangan pada kawasan
pelabuhan terpadu ditargetkan menempati wilayah perencanaan
seluas 56,22 ha, rencana pengembangan kawasan pergudangan pada
kawasan bandara terpadu ditargetkan menempati wilayah
perencanaan seluas 335,31 ha, rencana pengembangan kawasan
pergudangan pada kawasan maritim terpadu ditargetkan menempati
wilayah perencanaan seluas 34,12 ha, rencana pengembangan kawasan
II - 22
pergudangan pada kawasan pergudangan terpadu ditargetkan
menempati wilayah perencanaan seluas 897,97 Ha.
Rencana Pengembangan Kawasan system Pusat Kegiatan
Dalam rencana pengembangan kawasan sistem pusat kota di
Makassar, luasan pada sentra-sentra kawasan terpadu tidak seragam.
Rencana Pengembangan Pedagang kaki lima
Dalam rencana tata ruang wilayah Kota Makassar, eksistensi pedagang
kaki lima sudah ikut diakomodir sebagai salah satu bentuk
pemanfaatan ruang yang mutlak untuk diberi perhatian dan arahan
dalam rencana struktur pemanfaatan ruangnya. Berikut ini beberapa
alasan yang mendasari mengapa pedagang kaki lima perlu dan penting
untuk diatur dalam rencana tata ruang wilayah Kota Makassar,
Rencana Pengembangan Prasarana wilayah
Untuk Sistem Prasarana dalam perencanaan penataan ruang Kota
Makassar meliputi prasarana transportasi, sumber air dan air bersih,
pengendalian banjir dan drainase, irigasi, air limbah,
persampahan,prasarana energi dan telekomunikasi, utilitas, public
servis, pariwisata, reklame dan public sinage, prasarana sektor
informal, dan prasarana street scapes.
Rencana Intensitas Ruang
Intensitas Ruang dalam penataan ruang Kota Makassar adalah besaran
ruang untuk fungsi tertentu yang ditentukan berdasarkan pengaturan
Koefisien Lantai Bangunan, Koefisien Dasar Bangunan dan Ketinggian
Bangunan tiap kawasan bagian kota sesuai dengan kedudukan dan
fungsinya dalam pembangunan kota.
Rencana Penyediaan fasilitas umum dan social
Fasilitas umum dan sosial berfungsi sebagai salah satu aspek penunjang
terselenggara dan berkembang kehidupan ekonomi, sosial dan budaya
masyarakat. Oleh karena itu, perencanaan fasilitas umum dan social
II - 23
merupakan salah satu aspek penting dalam proses perencanaan di
kawasan perencanaan.
Rencana Pengelolaan Air Bersih
Ditinjau dari wilayah (zona) Kota Lama dan Kawasan Pengembangan
serta lokasi Instalasi Pengelolaan Air (IPA) yang akan dimanfaatkan.
Penggunaan air bersih di kota Makassar selalu mengalami peningkatan
yang cukup signifikan. Peningkatan tersebut dalam tiap tahunnya jika
dipersentasekan mencapai 2,1% dari volume air yang disalurkan atau
sekitar 92.4770 m3. Dan diestimasi pada tahun 2030 tingkat volume
kebutuhan air bersih kota Makassar dapat mencapai 52.141.655,43 m3.
Rencana Pengelolaan Air Limbah
Pengembangan jaringan air kotor / limbah domestik ditujukan untuk
mengendalikan dan menanggulangi pencemaran akibat pembuangan
air kotor / limbah cair rumah tangga melalui pengelolaan secara
terpadu, serta non domestik diolah secara khusus melalui IPAL masing-
masing industri sesuai dengan karakteristik industrinya.
Rencana pengembangan Center Point of Indonesia (COI)
Rencana pengembangan Centerpoint Of Indonesia merupakan
pengembangan kawasan di pesisir barat Kota Makassar yang dibangun
dengan alasan kawasan Centerpoint Of Indonesia menjadi trigger
Makassar sebagai kota dunia.
Rencana pengembangan kampus politeknik ilmu pelayaran (PIP)
Rencana pengembangan Kampus Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP)
merupakan pengembangan kawasan pesisir pantai utara yang
perencanaannya didasarkan UU No.26 Tahun 2007 tentang penataan
ruang dan UU No.27 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana
alam.
Perbaikan sistem drainase dan pengembangan kawasan Kampus PIP
sebagai ruang terbuka hijau untuk mengantisipasi kemungkinan bahaya banjir
II - 24
yang akan dihadapi oleh kawasan pembangunan Kampus PIP yang berasal dari
meluapnya Sungai Bonelengga akibat tidak langsung dari naiknya permukaan
air laut (Sea Level Rise) atau akibat curah hujan yang berlebihan akibat
CLIMATE CHANGE yang diperparah dengan rusaknya kawasan DAS.
II - 25
Gambar 2.4 Peta Rencana Struktur Ruang Kota Makassar
II - 26
Gambar 2.5 Peta Rencana Kawasan Strategis Kota Makassar
II - 27
c. Rencana Pola Ruang
Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung
Secara umum Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan
fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup
sumber daya alam dan sumber daya buatan. Berdasarkan Keputusan
Presiden RI No.32 Tahun 1990 tentang pengelolaan Kawasan Lindung.
Kawasan resapan air
Kota Makassar sebagai kota Water Front City memiliki panjang garis
pantai sekitar 35 Km dengan lintasan sempadan pantai dari arah utara
(Untia) sampai kearah Selatan (Tanjung Bunga). Secara fungsi, bagian dari
kawasan sempadan pantai di Kota Makassar adalah Kawasan Hutan
Mangrove yang lokasinya berada di wilayah pesisir laut bagian utara (Pantai
Untia) dan merupakan habitat alami hutan bakau (mangrove) yang berfungsi
memberi perlindungan kepada perikehidupan pantai dan lautan. Hutan
mangrove pada umumnya berada di muara sungai, daerah pasang surut atau
tepi laut. Tumbuhan mangrove bersifat unik karena merupakan gabungan
dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di laut. Umumnya mangrove
mempunyai sistem perakaran yang menonjol yang disebut akar nafas
(pneumatofor). Sistem perakaran ini merupakan suatu cara adaptasi
terhadap keadaan tanah yang miskin oksigen atau bahkan anaerob.
Kawasan sempadan sungai
II - 28
Kawasan Sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan
sungai, termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer, yang
mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi
sungai. Perlindungan terhadap sempadan sungai dilakukan untuk melindungi
sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas
air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai, ekosistem sungai dan
disekitarnya serta mengamankan aliran sungai. Berdasarkan Keputusan
Presiden RI No.32 Tahun 1990 tentang pengelolaan Kawasan Lindung,
sempadan sungai ditetapkan pada kawasan yang sekurang-kurangnya 50
meter di kiri kanan anak sungai yang berada di luar permukiman dan sekitar
10-15 meter di kiri dan kanan anak sungai yang berada di kawasan
permukiman. Selanjutnya, dalam arah rencana penetapannya sepanjang
koridor Sungai Je‟[neberang dan Tallo merupakan kawasan sempadan
sungai di Makassar.
Kawasan sekitar danau
II - 29
Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya
Industri Kima
II - 30
Gambar 2.6 Peta Rencana Pola Ruang Kota Makassar
II - 31
2.3 Tinjauan Development Plan
2.3.1 Rencana Program Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Makassar
a. Arah Pembangunan Kota Makassar
Arah Pembangunan Kota Makassar 2025 di bagi kedalam dua bagian
besar, yakni arah pembangunan umum yang sifatnya menyeluruh dan
memayungi arah pembangunan sektoral atau arah pembangunan yang
bersifat segmentasi, serta arah pembangunan sektoral itu sendiri dengan
bagian-bagian yang dianggap penting bagi perkembangan masa depan Kota
Makassar.
b. Umum
Secara umum pembangunan Kota Makassar diarahkan pada
peningkatan kualitas SDM, kesejahteraan masyarakat dan pelayanan publik
yang didukung oleh ketersediaan infrastruktur pembangunan, lingkungan
fisik, sosial, politik dan ekonomi yang kondusif bagi Makassar yang
bermartabat dan manusiawi.
c. Pembangunan Kawasan dan Tata Ruang
a) Pengembangan Antar Kawasan
Pengembangan Kota Makassar diarahkan pada pertumbuhan kawasan
kota yang seimbang dengan memperhatikan dinamika pertumbuhan
penduduk, perkembangan ekonomi, kebutuhan pelayanan publik, tata ruang
kota dan kelestarian lingkungan yang dapat menjamin kenyamanan
lingkungan dan kesinambungan pembangunan. Selain itu, pengembangan
Makassar juga diarahkan secara terintegrasi dengan daerah sekitarnya.
b) Pembangunan Infrastruktur
Pembangunan Kota Makassar diarahkan pada ketersediaan perumahan
dan permukiman, sarana transportasi, air bersih, listrik, sarana rekreasi dan
wisata, sarana kebersihan dan keindahan kota yang sejalan dengan
perkembangan penduduk, tata ruang kota, kemajuan ekonomi yang
II - 32
mendukung perwujudan Makassar yang berwawasan lingkungan dan
bersahabat.
c) Pembangunan Lingkungan
Pembangunan Kota Makassar diarahkan pada penciptaan lingkungan
yang bersih, indah, lestari dan sehat yang mendukung terwujudnya
ketentraman, kenyamanan dan kedamaian bagi warga kota.
2.3.2 Rencana Program Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Makassar
a. Visi
Rumusan visi Makassar 2014 sebagai bagian dari pencapaian visi jangka
panjang sebagaimana yang telah dituangkan dalam Peraturan Daerah Kota
Makassar Nomor 13 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah (RPJPD) Kota Makassar Tahun 2005 – 2025, yakni ”Makassar
sebagai kota Maritim, Niaga, Pendidikan, Budaya dan Jasa yang Berorientasi
Global, Berwawasan Lingkungan dan Paling Bersahabat” adalah bagian
tidak terpisahkan/kelanjutan dari Visi Pemerintah Kota Makassar 2009
sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 14
Tahun 2004 tentang Rencana Strategis Pemerintah Kota Makassar Tahun
2004-2009 yang disempurnakan dengan Peraturan Daerah Kota Makassar
Nomor 9 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah Kota Makassar Tahun 2005-2010 yakni ”Makassar Kota Maritim,
Niaga dan Pendidikan yang Bermartabat dan Manusiawi” sehingga untuk
menjamin konsistensi pembangunan jangka menengah dan jangka panjang
dan agar dapat dipelihara kesinambungan arah pembangunan daerah dari
waktu ke waktu, maka disusun Visi 2014 :
”Makassar Menuju Kota Dunia Berlandas Kearifan Lokal”.
Visi ini terinspirasi dari dua hal mendasar, sebagai berikut :
Pertama, yakni jiwa dan semangat untuk memacu perkembangan
Makassar agar lebih maju, terkemuka dan dapat menjadi kota yang
diperhitungkan dalam pergaulan regional, nasional dan global. Kedua, yakni
II - 33
jiwa dan semangat untuk tetap memelihara kekayaan kultural dan kejayaan
Makassar yang telah dibangun sebelumnya, ditandai dengan keterbukaan
untuk menerima perubahan dan perkembangan, sembari tidak
meninggalkan nilai-nilai yang menjadi warisan sejarah masa lalu.
Pembangunan berkarakter yaitu pembangunan mesti bisa dipahami,
memiliki bahasa publik, dapat dibaca, dapat dilakukan dan adalah sesuatu
yang berbeda antara satu dengan yang ada pada umumnya yang sekaligus
menggambarkan pelaku pembangunan itu sendiri, watak, prilaku individu
yang merancang dan menangani pembangunan itu.
Kriteria pembangunan berkarakter yaitu perlakuan pembangunan
sesuai kebutuhan, mengakselerasi potensi lokal, fokus dan menyelesaikan
masalah, integratif dan bersifat holistik, memiliki nilai pragmatis dan filosofis.
b. Misi
Penjabaran dari visi tersebut, dilakukan melalui 5 (lima) misi sebagai
berikut :
Mewujudkan warga kota yang sehat, cerdas, produktif, berdaya saing
dan bermartabat;
Mewujudkan ruang kota yang ramah lingkungan;
Mewujudkan peran strategis Makassar dalam perekonomian domestik
dan internasional;
Mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang baik dan berkualitas;
Mewujudkan kehidupan warga kota yang harmonis, dinamis,
demokratis dan taat hukum.
c. Nilai-Nilai
Agar pembangunan Kota Makassar memiliki daya dan tepat guna bagi
peningkatan kesejahteraan rakyat maupun kualitas lingkungan secara
berkelanjutan, maka diperlukan kekuatan kultural, moral dan religiusitas
berupa nilai-nilai yang ditumbuh kembangkan bersama.
II - 34
2.3.3 SPPIP Kota Makassar
1. Visi
“Permukiman dan Infrastruktur Ramah Lingkungan berlandas Kearifan
Lokal”
2. Misi
Misi pengembangan perumahan dan permukiman Kota Makassar yang
telah disepakati pada saat FGD 3 antara konsultan dan Tim Pokjanis, sebagai
berikut :
a. Mewujudkan permukiman yang ramah lingkungan bercirikan budaya lokal
b. Mewujudkan pengembangan permukiman dan infrastruktur permukiman
yang terpadu (Mix Land Use)
c. Mewujudkan ketersediaan infrastruktur lingkungan permukiman yang
berkeadilan bagi semua warga kota
d. Mewujudkan pengembangan permukiman pesisir berbasis mitigasi
bencana bercirikan budaya local
e. Mewujudkan konservasi permukiman yang bernilai historis
a) Strategi Pengembangan
Untuk mewujudkan pengembangan permukiman Kota Makassar
ditetapkan strategi pengembangan permukiman, sebagai berikut :
a. Strategi Jangka Panjang, sebagai berikut :
Mendukung pembangunan dan pengembangan permukiman secara
terpadu dan bersinergi untuk peningkatan mutu dan kualitas
permukiman yang layak huni serta berwawasan lingkungan.
Meningkatkan kualitas SDM yang dapat diandalkan dalam
pengembangan dan pengelolaan permukiman.
Memantapkan perekonomian untuk pengembangan investasi dalam
bidang perumahan yang nyata, dinamis, serasi dan bertanggung jawab
yang didukung aparatur pemerintah yang handal, profesional,
transparan dan akuntabel.
II - 35
b. Strategi Jangka Pendek, sebagai berikut :
Menyediakan permukiman yang layak bagi masyarakat khusnya untuk
menciptakan kondisi hunian yang layak huni melalui pembangunan
permukiman yang dapat dijangkau dan diakses oleh masyarakat.
Menyiapkan perangkat lunak dan perangkat keras bagi aparatur
pelaksana kegiatan pembangunan permukiman dan infrastruktur
dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat secara menyeluruh
dan terpadu.
Menjamin investasi, kehandalan dan mutu kualitas bangunan untuk
penggunaan jangka pendek maupun jangka panjang.
Mengantisipasi dan menanggulangi dampak bencana, baik fisik
maupun non fisik yang terencana dengan baik
b) Strategi Pengembangan Permukiman Dan Infrastruktur Kota Makassar
1) Strategi Makro
II - 36
Menjamin investasi, kehandalan dan mutu kualitas bangunan untuk
penggunaan jangka pendek maupun jangka panjang.
Mengantisipasi dan menanggulangi dampak bencana, baik fisik
maupun non fisik yang terencana dengan baik
Sesuai data dan informasi serta analisis yang telah digambarkan pada
pembahasan sebelumnya, maka faktor-faktor analisis sebagai berikut :
a. Fisik
Menyiapkan sarana dan prasarana kawasan permukiman prioritas
untuk mendukung peningkatan aktivitas masyarakat
Menata kawasan permukiman prioritas melalui prinsip berkelanjutan
berbasis lingkungan
Mengoptimalkan penyediaan RTH kawasan permukiman prioritas
sebagai wadah berlangsungnya interaksi sosial masyarakat
Memperketat ijin mendirikan bangunan (IMB) sesuai dengan ketentuan
yang berlaku
Mengendalikan pertumbuhan kawasan permukiman pada daerah –
darah yang wajib dilindungi
Optimalisasi pemanfaatan ruang kawasan permukiman secara efektif,
efisien dan berdaya guna
b. Sosial
Mendukung peran dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan
kawasan permukiman prioritas
Mengembangkan kawasan permukiman prioritas berdasarkan nilai –
nilai kerarifan lokal
Mengembangkan kawasan permukiman prioritas yang memadai
kualitasnya sebagai sarana hunian dan wadah sosialisasi dalam
lingkungan yang berjati diri dan produktif
Penguatan sistem sosial masyarakat dalam kerangka penciptaan
harmonisasai kehidupan dalam satu sistem perkotaan
II - 37
c. Kelembagaan
Peningkatan fungsi dan peran kelembagaan pemerintah sebagai
pengendali pembangunan kawasan permukiman prioritas
Peningkatan fungsi dan peran kelembagaan masyarakat sebagai motor
penggerak dalam upaya pengembangan kawasan permukiman
prioritas
Peningkatan sinergitas pengelolaan pembangunan kawasan
permukiman prioritas (pemerintah, swasta dan masyarakat)
Optimalisasi dan koordinasi lintas sektoral dalam kerangka
pengembangan kawasan permukiman prioritas
d. Pembiayaan
Mengoptimalkan investasi swasta dalam mendukung pengembangan
kawasan permukiman prioritas
Mengoptimalkan investasi pembangunan baik yang bersumber dari
pemerintah pusat, Provinsi dan Pemda kota Makassar dalam kerangka
pengembangan kawasan permukiman prioritas yang teritegrasi dan
berkelanjutan
Mendorong peras serta masyarakat dalam pembiayaan infrastruktur
lingkungan kawasan permukiman prioritas secara mandiri
Menggalang sumber – sumber pendanaan strategis dalam kerangka
pengembangan kawasan permukiman prioritas
e. Strategi Pelibatan Masyarakat
Optimalisasi partisipasi masyarakat secara swadaya dalam kerangka
peningkatan kualitas lingkungan permukiman
Pelibatan masyarakat secara aktif dalam kerangka penanganan
kawasan permukiman
Mendorong fungsi kontrol sosial masyarakat dalam kerangka
penyelenggaraan kawasan permukiman prioritas
II - 38
Pelibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan dalam kerangka
pembangunan kawasan permukiman prioritas
f. Legal
Pengaturan sistem penguasaan lahan untuk kebutuhan penyediaan
sarana dan prasarana yang bersifat kepentingan umum (publik)
Pengaturan mekanisme kelembagaan yang sifatnya mengatur tentang
penguasaan lahan berdasarkan peruntukan yang ditetapkan
berdasarkan sistem perencanaan
Pengaturan kawasan permukiman prioritas yang akan dikembangkan
untuk tidak melebihi kapasitas daya tampung ruang dan daya dukung
lingkungan
Mengoptimalkan penanganan kawasan permukiman prioritas melalui
mekanisme perencanaan sistem yang teintegrasi dan bersinergi
dengan kawasan sekitarnya
g. Ekonomi
Peningkatan dan pengembangan usaha – usaha ekonomi produktif
masyarakat untuk mendukung pengembangan kawasan permukiman
Penguatan struktur ekonomi masyarakat untuk mendukung
pengembangan kawasan permukiman prioritas dalam kerangka
peningkatan PAD Kota Makassar
Pengembangan kawasan permukiman prioritas yang diikuti penciptaan
lapangan usaha bagi masyarakat
Peningkatan nilai ekonomi kawasan permukiman prioritas yang diikuti
dengan peningkatan usaha ekonomi produktif guna mendukung
peningkatan PAD Kota Makassar
Berdasarkan usulan dan kesepakatan bersama terhadap lokasi
permukiman prioritas Kota Makassar adalah sebagai berikut :
Kawasan Manggala (Prioritas I)
Kawasan Untia (Prioritas III)
II - 39
Kawasan Paotere (Prioritas V)
Kawasan Rappokalling (Prioritas IV)
Kawasan Barombong (Prioritas II)
Kawasan Tallo-Buloa (Prioritas I)
II - 40
Gambar 2.7 Peta Sebaran Permukiman Prioritas Kota Makassar
II - 41
2.3.4 RP4D Kota Makassar
Penyediaan pemukiman selain dikembangkan untuk kebutuhan
perumahan kelas menengah atas juga harus disediakan perumahan
menengah ke bawah/murah dan terjangkau oleh masyarakat banyak.
Penyediaan permukiman baru selalu dibarengi dengan penyediaan sarana
(fasilitas umum dan fasilitas sosial) dan prasarana penunjang perumahan.
Pengembangan kawasan perumahan yang dijabarkan dalam 13 kawasan
terpadu, dengan presentase luas ruang perumahan di Kota Makassar,
sebagai berikut :
a) Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman pada Kawasan Pusat Kota
ditargetkan menempati wilayah perencanaan seluas 733.50 Ha, dengan
uraian arahan pengembangannya sebagai berikut :
Mengembangkan pola perbaikan lingkungan pada kawasan
permukiman kumuh berat dan sedang (Lette, Baraya dan Abu Bakar
Lambogo) termasuk pada kawasan sepanjang bantaran KANAL KOTA.
Mendorong pengembangan peremajaan lingkungan pada kawasan
permukiman kumuh berat secara terbatas.
Mendorong pengembangan kawasan permukiman secara vertikal dan
memperkecil perpetakan untuk penyediaan perumahan golongan
menengah-ke bawah yang dilegkapi dengan sarana prasarana yang
memadai.
Mempertahankan lingkungan permukiman yang teratur, yang tersebar
dalam kelompok-kelompok perumahan berkomplek di dalam kota.
Membatasi pemanfataan dan pelestarian lingkungan khusus pada
kawasan pemugaran dan bangunan bersejarah di dalam kota.
Mempertahankan fungsi perumahan pada kawasan mantap.
Melengkapi fasilitas umum di kawasan permukiman.
Membatasi perubahan fungsi kawasan permukiman yang sudah ada
dan sekaligus melestarikan lingkungannya.
II - 42
b) Rencana pengembangan kawasan permukiman pada kawasan
Permukiman Terpadu ditargetkan menempati wilayah perencanaan seluas
2.160.10 Ha dengan uraian arahan pengembangannya sebagai berikut:
Mempertahankan lingkungan permukiman yang teratur yang terdapat
dalam kawasan pelabuhan terpadu
Mengembangkan kawasan permukiman baru terutama di wilayah
bagian timur kota (antara jalan lingkar tengah dan luar).
Mendorong pengembangan kawasan permukiman KDB rendah beserta
fasilitasnya di daerah pengembangan permukiman Panakukang Mas.
Mempertahankan lingkungan permukiman yang teratur yang tersebar
dalam kelompok-kelompok perumahan berkompleks di dalam
kawasan.
Mempertahankan fungsi perumahan pada kawasan mantap.
Melengkapi fasilitas umum di kawasan permukiman.
Membatasi perubahan fungsi kawasan permukiman yang sudah ada
dan sekaligus melestarikan ligkungannya.
c) Rencana Pegembangan Kawasan Permukiman Pada Kawasan Pelabuhan
Terpadu ditargetkan menempati wilayah perencanaan seluas 29.16 Ha
dengan uraian arahan pengembangannya sebagai berikut :
Mempertahankan lingkungan permukiman yang teratur yang terdapat
dalam kawasan pelabuhan terpadu
Mengembangkan perbaikan lingkungan pada kawasan permukiman
kumuh sedang dan ringan (kawasan pesisir pantai utara, galangan
kapal – paotere) secara terbatas melalui pengembangan secara
vertikal, yang dilengkapi sarana dan prasarana yang memadai.
Mengembangkan permukiman masyarakat menegah-atas pada areal
reklamasi pantai utara.
II - 43
Membatasi perubahan fungsi kawasan permukiman di kota
tua/bersejarah dan pelabuhan Soekarno-Hatta sekaligus melestarikan
lingkungannya.
Membatasi pemanfaatan kawasan dengan fungsi tertentu khususnya
pada kawasan pemugaran dan atau bangunan bersejarah dalam kota
seperti lingkungan dan bangunan makam raja-raja Tallo
Mempertahankan fungsi perumahan pada kawasan mantap.
Melengkapi fasilitas umum di kawasan permukiman penduduk.
Membatasi perubahan fungsi kawasan permukiman yang sudah ada
dan sekaligus melestarikan ligkungannya.
d)Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Pada Kawasan Bandara
Terpadu ditargetkan menempati wilayah perencanaan seluas 201.18 Ha
dengan uraian arahan pengembangannya sebagai berikut:
Mengarahkan pengembangan kawasan permukiman KDB rendah di
sekitar kawasan keselamatan operasi penerbangan Bandara
Hasanuddin dengan upaya mengembangkan budidaya tanaman hijau
produktif dan pertanian produktif
Mendorong pengembangan peremajaan lingkungan pada kawasan
permukiman kumuh berat, sedang dan ringan.
Mempertahankan lingkungan permukiman yang teratur yang tersebar
dalam kelompok-kelompok perumahan berkelompok di dalam kawasan
Mempertahankan fungsi perumahan pada kawasan mantap.
Melengkapi fasilitas umum di kawasan permukiman.
Membatasi perubahan fungsi kawasan permukiman yang sudah ada
dan sekaligus melestarikan lingkungannya.
e) Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Pada Kawasan Maritim
Terpadu Ditargetkan Menempati Wilayah Perecanaan Seluas 53.01 Ha
dengan uraian arahan pengembangannya sebagai berikut:
II - 44
Mengembangkan pola perbaikan lingkungan pada kawasan
permukiman kumuh dalam kawasan maritim terpadu berikut dengan
penyediaan sarana dan prasarana yang memadai
Mengembangkan permukiman nelayan yang bernuansa wisata dan
berwawasan lingkungan hidup di kawasan Pantai Utara dan pulau-
pulau yang dihuni di Kepulauan Spermonde.
Mengembangkan kawasan permukiman baru yang sesuai dengan
atmosfir kawasan maritim
Mempertahankan, mengembangkan dan merevitalisasi lingkungan
permukiman nelayan “Untia” yang sudah ada
Mempertahankan fungsi perumahan pada kawasan mantap
Melengkapi fasilitas umum di Kawasan permukiman
Membatasi perubahan fungsi kawasan permukiman yang sudah ada
dan sekaligus melestarikan lingkungannya
f) Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Pada Kawasan Industri
Terpadu ditargetkan menempati wilayah perecanaan seluas 151.81 Ha
dengan uraian arahan pengembangannya sebagai berikut:
Mengembangkan perbaikan lingkungan pada kawasan permukiman
kumuh dalam kawasan industri terpadu secara terukur dan terkontrol
Mempertahankan lingkungan permukiman yang teratur yang terdapat
dalam kawasan
Mengembangkan dan perbaikan lingkungan pada kawasan
permukiman kumuh dilakukan melalui pengembangan secara vertikal,
dan memperkecil perpetakan untuk penyediaan perumahan golongan
menengah-bawah yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang
memadai
Mempertahankan lingkungan permukiman yang teratur
Mempertahankan fungsi perumahan pada kawasan mantap
II - 45
Melengkapi fasilitas umum di Kawasan permukiman dalam kawasan
industri terpadu
Membatasi perubahan fungsi kawasan permukiman yang sudah ada
dan sekaligus melestarikan lingkungannya
g)Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Pada Kawasan
Pergudangan Terpadu ditargetkan menempati wilayah perecanaan seluas
156.20 Ha dengan uraian arahan pengembangannya sebagai berikut:
Mengarahkan pengembangan lingkungan permukiman secara lebih
teratur berdasarkan uraian dan arahan perencanaan yang sesuai
dengan atmosfir kawasan sebagai kawasan pergudangan
Medorong penyediaan fasilitas umum dalam kawasan permukiman
yang dikembangkan
Membatasi pengembangan lingkungan permukiman yang tidak sesuai
dengan atmosfir kawasan sebagai kawasan terpadu
h)Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Pada Kawasan Pendidikan
Tinggi Terpadu ditargetkan menempati wilayah perecanaan seluas 358.86
Ha dengan uraian arahan pengembangannya sebagai berikut:
Mengembangkan perbaikan lingkungan pada kawasan permukiman
kumuh ringan (pampang- pesisir sungai pampang) berikut dengan
penyediaan sarana dan prasarana yang memadai
Mengembangkan kawasan permukiman KDB redah dalam areal
kawasan
Mempertahankan fungsi perumahan pada kawasan mantap
Membatasi perubahan fungsi kawasan permukiman yang sudah ada
dan sekaligus melestarikan lingkungannya
i) Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Pada Kawasan Penelitian
Terpadu ditargetkan menempati wilayah perecanaan seluas 24.35 Ha
dengan uraian arahan pengembangannya sebagai berikut:
II - 46
Mengarahkan pengembangan lingkungan permukiman yang sesuai
dengan konsep dan atmosfir wilayah sebagai kawasan penelitian
terpadu
Mengembangkan pola perbaikan lingkungan pada kawasan
permukiman kumuh yang berada pada bagian hilir daerah aliran sugai
tallo berikut dengan penyediaan sarana dan prasarana yang memadai
Mengembangkan kawasan permukiman KDB rendah dalam areal
kawasan
Mempertahankan fungsi perumahan pada kawasan mantap
Melengkapi fasilitas umum di Kawasan permukiman
Membatasi perubahan fungsi kawasan permukiman yang sudah ada
dan sekaligus melestarikan lingkungannya
j) Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Pada Kawasan Budaya
Terpadu ditargetkan menempati wilayah perecanaan seluas 3.30 Ha
dengan uraian arahan pengembangannya sebagai berikut:
Membatasi pengembangan lingkungan permukiman yang sesuai
dengan kosep dan atmosfir wilayah sebagai kawasan budaya terpadu
Megarahkan perbaikan lingkungan pada kawasan permukiman warga
dengan penyediaan sarana dan prasarana yang memadai
Membatasi pemanfaatan dan pelestarian lingkungan khususnya pada
kawasan pemugaran dan bangunan bersejarah dalam kawasan
k) Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Pada Kawasan Olahraga
Terpadu ditargetkan menempati wilayah perecanaan seluas 161.08 Ha
dengan uraian arahan pengembangannya sebagai berikut:
Mendorong pengembangan kawasan permukiman baru berikut
dengan penataan lingkungannya yang disesuaikan dengan irama,
aroma dan warna kawasan sebagai kawasan olahraga terpadu
II - 47
Membatasi perubahan fungsi kawasan permukiman dan lingkungannya
yang tidak sesuai dengan kosep dan atmosfir kawasan sebagai
kawasan olahraga terpadu
Mendorong penyediaan sarana dan prasarana dalam kawasan
permukiman yang dikembangkan dalam kawasan olahraga terpadu
l) Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Pada Kawasan Bisnis dan
Pariwisata Terpadu ditargetkan menempati wilayah perencaaan seluas
72.40 Ha dengan uraian pengembangannya sebagai berikut:
Mengarahkan pengembangan lingkungan permukiman yang sesuai
dengan konsep dan atmosfir wilayah sebagai kawasan bisnis dan
pariwisata terpadu
Mempertahankan kawasan permukiman KDB rendah pada daerah
permukiman Tajung Bunga
Mempertahankan fungsi perumahan pada kawasan mantap
Melengkapi fasilitas umum di kawasan permukiman
Membatasi perubahan fungsi kawasan permukiman yang sudah ada
dan sekaligus melestarikan lingkungannya
m)Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Pada Kawasan Bisnis
Global Terpadu ditargetkan menempati wilayah perencanaan seluas 62.91
Ha dengan uraian pengembangan sebagai berikut:
Mendorong perbaikan dan penataan lingkungan pada kawasan
perencanaan melalui pengembangan secara vertikal yang dilengkapi
sarana dan prasarana yang memadai
Mengembangkan kawasan permukiman dengan KDB rendah melalui
pengembangan permukiman masyarakat menengah-atas pada areal
reklamasi pantai
II - 48
2.3.5 Kebijakan Penanganan Permukiman Kumuh Kota Makassar
Kebijakan penanganan permukiman kumuh di Kota Makassar, adalah
antara lain adalah :
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)-Mandiri
Perkotaan
Program penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan (P2KP)
Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas (PLPBK)
Penanganan Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh
Berbasis Masyarakat (PLP2K-BK)
Program Neighborhood Upgrading and Shelter Sector Project
(NUSSP)
Program PISEW dari Ditjen Cipta Karya
Dll.
II - 49