Anda di halaman 1dari 66

4.1.

Landasan Operasional
Identifikasi dan Revitalisasi Kawasan Permukiman Kumuh Kota
Makassar merupakan bagian dari rencana pembangunan dan
pengembangan wilayah perkotaan Kota Makassar. Dengan demikian
landasan operasional Penyusunan Identifikasi dan Revitalisasi Kawasan
Permukiman Kumuh Kota Makassar, sebagai berikut :
Visi dan Misi pembangunan Kota Makassar
Arahan kebijaksanaan pemanfaatan ruang (RTRW) Kota Makassar
Skenario dan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur
perkotaan Kota Makassar
Kepentingan pembangunan Kota Makassar secara umum
Aspirasi masyarakat termasuk dunia usaha swasta yang perlu ditampung
melalui forum/kelembangaan yang dapat menjembatani kepentingan
pemerintah dan masyarakat Kota Makassar.

4.2. Pertimbangan Penyusunan Identifikasi dan Revitalisasi Kawasan Kumuh


Kota Makassar
Langkah awal di dalam pelaksanaan pekerjaan penyusunan Identifikasi
Revitalisasi Kawasan Permukiman Kumuh Kota Makassar yang akan
dilakukan konsultan adalah pertimbangan penentuan kriteria lokasi dan
tipologi kawasan permukiman kumuh pada lokasi sasaran yang akan
ditetapkan. Pertimbangan pemilihan lokasi tersebut didasarkan pada :

IV - 1
1. Kecendrungan pengelolaan pembangunan kawasan permukiman kumuh
Kota Makassar saat ini belum optimal dikembangkan dan dimanfaatkan
sesuai potensi, dan tipologi kawasan, sehingga sangat diperlukan suatu
data base untuk mengarahkan dan menetapkan lokasi kawasan
permukiman kumuh untuk diprioritaskan dalam pembangunan sesuai
aspirasi para stakeholder dengan mengedepankan kebutuhan masyarakat
akan penyediaan berbagai aktivitas perkotaan dalam satu kawasan
permukiman kumuh.
2. Alokasi pemanfaatan ruang kawasan permukiman kumuh dan penyediaan
infrastruktur hingga saat ini belum terarah dengan baik dan belum
dialokasikan berdasarkan kemampuan daya tampung ruang, serta daya
dukung lingkungan yang dimiliki terutama kecendrungan arah
pembangunan yang diusahakan masyarakat dan diindikasikan berada
pada daerah yang wajib dilindungi dan keberadaan kawasan permukiman
kumuh Kota Makassar cenderung sporadis, ditandai dengan keberadaan
kawasan permukiman kumuh yang bersentuhan langsung dengan
kawasan pelabuhan, fungsi kegiatan ekonomi Kota Makassar dan fungsi
aktivitas lainnya.
3. Perubahan pemanfaatan lahan kawasan permukiman kumuh Kota
Makassar belum dibarengi dengan eksistensi penyelamatan lingkungan
terutama arahan lokasi berbagai aktivitas pembangunan, sehingga
memerlukan mekanisme perencanaan komprehensif yang diawali dengan
kegiatan Identifikasi dan Revitalisasi Kawasan Permukiman Kumuh Kota
Makassar.
4. Penanganan kawasan permukiman kumuh, Kota Makassar khususnya
penyiapan sarana dan prasarana pada skala lingkungan/sub kawasan
permukiman belum didasarkan pada ketentuan dan radius pelayanan
sesuai standar perencanaan dan aspirasi masyarakat yang berkembang.

IV - 2
5. Kawasan permukiman kumuh Kota Makassar sepenuhnya belum
dikembangkan secara optimal kaitannya dengan penanaman investasi
infrastruktur dan penyediaan aktivitas sosial ekonomi kawasan
permukiman kumuh Kota Makassar.
6. Rumusan pengembangan infrastruktur kawasan permukiman kumuh Kota
Makassar dalam hal keterkaitan fungsi belum berkembang secara optimal
dan berkelanjutan.
7. Penanganan potensi kawasan permukiman kumuh, inventarisasi dan
identifikasi potensi yang di desain pada kawasan fungsional strategis pada
pusat-pusat kegiatan Kota Makassar belum di optimalkan termasuk
penyiapan lahan untuk pelaksanaan pembangunan yang belum
terintegrasi dengan sistem aktivitas Kota Makassar dan sistem
infrastruktur Kota Makassar secara umum.
8. Minimisasi ancaman kerusakan lingkungan yang diperkirakan dapat
muncul sebagai dampak pelaksanaan rencana kegiatan atau usaha
pembangunan permukiman oleh masyarakat dimasa yang akan datang.

4.3. Pendekatan Penyusunan Identifikasi dan Revitalisasi Kawasan


Permukiman Kumuh Kota Makassar
1. Pendekatan Kelembagaan
Pendekatan pelaksanaan yang dilakukan dalam penyusunan Identifikasi
dan Revitalisasi Kawasan Permukiman Kumuh Kota Makassar pada
dasarnya merupakan konsolidasi dan konsultansi dengan dinas/instansi
teknis terkait untuk membangun kesepakatan bersama dalam perumusan
penanganan kawasan permukiman Kota Makassar dan bersifat
pendekatan kelembagaan. Pendekatan pelaksanaan Identifikasi dan
Revitalisasi Kawasan Permukiman Kumuh Kota Makassar yang akan
dilaksanakan sebagai berikut :

IV - 3
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)
Koordinasi dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
bertujuan untuk memperoleh masukan tentang kebijakan yang
berhubungan langsung dengan kegiatan Identifikasi dan Revitalisasi
Kawasan Permukiman Kumuh Kota Makassar dan kebijakan lain yang
terkait.
Dinas Pekerjaan Umum (PU)
Koordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kota Makassar antara
lain; berkaitan dengan program pembangunan prasarana dan sarana
perkotaan serta infrastruktur kawasan permukiman kumuh. Selain itu
koordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum (PU) dimaksudkan untuk
memperoleh masukan mengenai kondisi infrastruktur kawasan
permukiman yang akan dikembangkan dimasa yang akan datang.
Dinas/Instansi yang Terkait
Koordinasi dengan Dinas/Instansi terkait ditujukan untuk memperoleh
masukan terhadap program-program kegiatan yang akan dilakukan,
dalam kerangka singkronisasi gagasan yang akan ditetapkan dalam
penyusunan Identifikasi dan Revitalisasi Kawasan Permukiman Kumuh
Kota Makassar.
Organisasi dan Kelembagaan Masyarakat
Koordinasi dengan organisasi dan kelembagaan masyarakat
dimaksudkan untuk memperoleh masukan dari tokoh-tokoh
masyarakat serta untuk mengetahui aspirasi/pemahaman masyarakat
dalam pelaksanaan Identifikasi dan Revitalisasi Kawasan Permukiman
Kumuh Kota Makassar, serta kemungkinan sumber dana yang dapat
dimanfaatkan secara swakelola dari masyarakat.
2. Pendekatan Pelaksanaan
Pendekatan pelaksanaan yang akan dilakukan dalam penyusunan
Identifikasi dan Revitalisasi Kawasan Permukiman Kumuh Kota Makassar

IV - 4
mengacu pada KAK yang telah ditetapkan oleh Dinas Perumahan,
Kawasan Permukiman dan Pertanahan Provinsi Sulawesi Selatan.
Pendekatan pelaksanaan yang dimaksud sebagai berikut :
Pendekatan Normatif
Pelaksanaan Identifikasi dan Revitalisasi Kawasan Permukiman Kumuh
Kota Makassar mengacu pada dokumen RTRW Kota Makassar dan
kebijakan sektoral yang terkait. Dengan demikian Identifikasi dan
Revitalisasi Kawasan Permukiman Kumuh Kota Makassar akan
menjembatani perangkat kebijakan tersebut, khususnya dalam konteks
penanganan kawasan permukiman kumuh Kota Makassar.
Pendekatan Partisipatif dan Fasilitatif
Pendekatan ini digunakan dalam proses Identifikasi dan Revitalisasi
Kawasan Permukiman Kumuh Kota Makassar dengan cara melibatkan
seluruh pemangku kepentingan yang terkait dengan pembangunan
kawasan permukiman kumuh. Pendekatan fasilitatif dilakukan dalam
bentuk memberikan advis planning dalam proses pendampingan
penyusunan Identifikasi dan Revitalisasi Kawasan Permukiman Kumuh
Kota Makassar. Proses pelaksanaan ini ditujukan untuk mendapatkan
proses pembelajaran bersama di tingkat pemangku kepentingan Kota
Makassar, disamping untuk mendapatkan hasil yang disepakati
bersama dalam kerangka penanganan kawasan permukiman kumuh
Kota Makassar.
Pendekatan Teknis-Akademis
Pendekatan teknis akademis, secara spesifik menggunakan metodologi
yang dapat dipertanggung jawabkan, baik untuk teknik identifikasi,
analisis, perumusan program, rencana tindak, maupun pengambilan
kesepakatan secara bersama.

IV - 5
4.4. Metode Pendekatan
Pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh merupakan
bagian dari upaya perwujudan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan,
dimana dalam hal ini tidak dapat dilepaskan dari upaya pencapaian target
pembangunan sebagaimana yang diamantkan dalam RPJMN. Dalam
implementasinya, upaya ini dilakukan melalui 3 (tiga) pendekatan utama
pembangunan dalam bidang Cipta Karya yakni membangun sistem,
memfasilitasi Pemerintah Daerah, dan membangun kapasitas masyarakat.
Ketiga pendekatan ini yang menjadi prinsip pembangunan dan pengembangan
permukiman yang mengarah pada pencapaian gerakan 100-0-100 pada tahun
2019, sebagaimana yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Lebih lanjut bila dikaitkan dengan upaya pencegahan dan peningkatan


kualitas permukiman kumuh, maka dalam menyusun Identifikasi Revitalisasi

IV - 6
KawasanPermukiman Kumuh paling tidak memuat 4 (empat) prinsip
perencanaan, penanganan dan pencegahan permukiman kumuh yaitu:
Perencanaan yang Komperhensif dalam menyusun identifikasi
revitalisasi kawasan permukiman kumuh adalah melakukan perencanaan
penanganan permukiman kumuh secara penyeluruh meliputi aspek
sosial, ekonomi, fisik lingkungan.
Pembangunan yang terintegrasi dalam menyusun identifikasi revitalisasi
kawasan permukiman kumuh adalah melakukan perencanaan
pembangunan tersistem dari skala lingkungan, kota kawasan, kota.
Keterpaduan Program (kolaboratif dan sinergitas) dalam menyusun
identifikasi revitalisasi kawasan permukiman kumuh adalah melakukan
penyusunan rencana investasi pembangunan yang melibatkan semua
pembiayaan dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat, dan
swasta.
Keberlanjutan dalam menyusun identifikasi revitalisasi kawasan
permukiman kumuh adalah melakukan penyusunan rencana
pengelolahan paska pembangunan; dan
Pembangunan Hijau dalam menyusun identifikasi revitalisasi kawasan
permukiman kumuh ini didasarkan pada tiga (3) pendekatan, yaitu (1)
pendekatan normatif, (2) pendekatan partisipatif dan fasilitatif, serta (3)
pendekatan teknis-akademis, dengan penjelasan untuk tiap pendekatan
sebagai berikut :
- Pendekatan Normatif adalah suatu cara pandang untuk memahami
permasalahan atau kondis dengan berdasarkan pada norma-norma
yang ada pada suatu aturan yang menjelaskan bagaimana kondisi
tersebut seharusnya terjadi. Dalam pendekatan ini, perhatian pada
permasalahan utama serta tindakan yang semestinya dilakukan
menjadi ciri utama. Kondisi atau situasi yang terjadi tersebut
dijelaskan, dilihat, dan dibandingkan karakteristiknya dengan kondisi

IV - 7
yang seharusnya, dimna dalam konteks pembangunan, kondisi yang
seharusnya tersebut didasarkan pada produk legal peraturan
perundangan, baik untuk nasional maupun daerah.
- Pendekatan Partisipatif dan fasilitatif digunakan dengan dasar
pertimbangan bahwa proses penyusunan dilakukan dengan
melibatkan seluruh pemangku kepentingan yang terkait dengan
pananganan dan pencegahan permukiman kumuh, baik di tingkat
kabupaten/kota, propinsi, maupun nasional. Hal ini dimaksudkan agar
hasil penyusunan dapat dirasakan dan dimiliki oleh seluruh pemangku
kepentingan terkait di daerah.
- Pendekatan Teknis – Akademis merupakan pendekatan yang
dilakukan dengan menggunakan metodologi yang dapat
dipertanggungjawabkan secara akademis, baik itu didalam pembagian
tahapan pekerjaan maupun teknik-teknik identifikasi, analisis,
penyusunan strategi maupun proses pelaksanaan penyepakatan.
Dalam pendekatan ini, proses penyusunan identifikasi revitalisasi
kwasan permukiman kumuh ini mengunakan beberapa metode dan
teknis studi yang baku yang beleumnya telah disepakati bersama oleh
tim kerja, pemberi kerja.

4.5. Kedudukan Identifikasi dan Revitalisasi Kawasan Permukiman Kumuh


Kota Makassar.
Kedudukan penyelenggaraan Identifikasi Revitalisasi Kawasan
Permukiman Kumuh Kota Makassar tidak terpisahkan dari kebijakan
pengembangan dan pembangunan Kota Makassar secara keseluruhan.
Berdasarkan Undang-undang (UU) No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional, tiap kabupaten/kota diamanatkan
memiliki dokumen perencanaan pembangunan yang tertuang dalam
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang kemmudian

IV - 8
diterjemahkan dalam Rencana 5 (lima) tahunan di dalam Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Selain itu dari sisi ruang, UU No 26 tahun
2007 tentang Penataan Ruang mengamanatkan tiap kabupaten/kota
memiliki dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kabupaten/kota
berikut dengan rencana rinci/rencana detailnya. Dokumen sektoral Strategi
Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) yang
merupakan terjemahan, panduan, dan integrasi dua kelompok dokumen pilar
pembangunan di Indonesia terkait permukiman dan infrastruktur. Rencana
Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
(RP2KPKP) merupakan dokumen teknis penanganan kawasan permukiman
prioritas pembangunan di suatu kabupaten/kota.
Dalam Undang-Undang No 23 tahun 2014 tentang pembagian
kewenangan pusat dan daerah mengamanatkan bahwa untuk mewujudkan
masyarakat mampu bertempat tinggal serta menghuni rumah yang layak,
terjangkau di dalam lingkungan yang sehat, aman, harmonis dan
berkelanjutan terdapat pembagian kewenangan untuk pemerintah pusat,
provinsi maupun daerah. Dalam hal penyedian perumahan pemerintah pusat
mempunyai kewenangan untuk menyediakan rumah bagi MBR, korban
bencana nasional serta fasilitasi penyediaan rumah bagi masyarakat yang
terkena dampak program pemerintah pusat. Untuk kewenangan pemerintah
propinsi dalam hal penyediaan rumah hanya pada kasus bencana provinsi
serta fasilitasi penyediaan rumah bagi masyarakat yang terkena dampak
program pemerintah provinsi. Sedangkan pemerintah daerah berwenang
dalam penerbitan izin pembangunan dan pengembangan perumahan, serta
penyediaan rumah bagi kasus bencana kabupaten/kota juga fasilitasi
penyediaan rumah bagi masyarakat yang terkena dampak program
pemerintah kabupaten/kota.
Kaitannya dengan penanganan dan pencegahan permukiman kumuh di
Indonesia berdasarkan penjelasan yang tertuang dalam UU no 23 Tahun 2014

IV - 9
tersebut dijabarkan pembagian kewenagan pemerintah pusat, provinsi serta
kabupaten/kota. Untuk menangani perumahan dan kawasan permukiman
kumuh pemerintah pusat hanya akan menangani penataan dan peningkatan
kualitas kawasan permukiman kumuh dengan luas 15 Ha atau lebih, untuk
pemerintah provinsi penataan dan peningkatan kualitas kawasan
permukiman kumuh dengan luas 10 (sepuluh) ha sampai dengan di bawah 15
(lima belas) ha, dan untuk pemerintah daerah kabupaten/kota berwenang
melakukan Penataan dan peningkatan kualitas kawasan permukiman kumuh
dengan luas di bawah 10 (sepuluh) ha serta melakukan pencegahan
perumahan dan kawasan permukiman kumuh pada Daerah kabupaten/kota.
Untuk menunjang pembangunan bidang permukiman di kawasan
perkotaan, berdasarkan Pasal 15 huruf c, dalam UU No. 1 Tahun 2011 tentang
Perumahan dan Kawasan.
Permukiman, pemerintah kabupaten/kota perlu menyusun dan
memiliki rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan
kawasan permukiman. Rencana pembangunan dan pengembangan
perumahan dan kawasan permukiman ini merupakan penjabaran dari arahan
rencana pola ruang kawasan permukiman yang tertuang di dalam RTRW
kabupaten/kota, yang di dalamnya mengatur perencanaan untuk 2 (dua)
lingkup substansi, yaitu perumahan dan kawasan permukiman.
UU No.1 Tahun 2011 tentang perumahan dan kawasan permukiman
mengamanahkan bahwa Negara bertanggung jawab melindungi segenap
bangsa Indonesia melalui penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman agar masyarakat mampu bertempat tinggal serta menghuni
rumah yang layak, terjangkau di dalam lingkungan yang sehat, aman,
harmonis dan berkelanjutan di seluruh wilayah Indonesia. Dalam
mewujudkan fungsi permukiman, pencegahan dan peningkatan kualitas
terhadap permukiman kumuh dilakukan guna meningkatkan mutu
kehidupan dan penghidupan masyarakat penghuni serta menjaga dan

IV - 10
meningkatkan kualitas dan fungsi perumahan dan permukiman berdasarkan
pada kepastian bermukim dan menjamin hak bermukim menurut ketentuan
peraturan dan perundangundangan. Sejalan dengan hal tersebut,
pemerintah berkomitmen untuk mengentaskan permukiman kumuh dengan
target 0 % kumuh hingga tahun 2019, sebagaimana yang tertuang dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019.
Langkah awal penanganan permukiman kumuh untuk mencapai target 0%
kumuh ini sudah dimulai sejak tahun 2014 oleh Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat cq Ditjen Cipta Karya melalui penyusunan Road Map
penanganan kumuh dan pemutakhiran data kumuh yang dilaksanakan secara
koordinatif dengan kementerian/lembaga terkait serta dengan pemerintah
daerah di seluruh Indonesia.
Selanjutnya untuk menunjang pembangunan bidang permukiman
khusunya dalam penanganan dan pencegahaan kawasan permukiman
kumuh sesuai amanah UU No.1 Tahun 2011 tentang perumahan dan kawasan
permukiman, pemerintah kabupaten/kota perlu menyusun dan memiliki
rencana aksi penanganan dan pencegahan permukiman kumuh. Untuk
mewujudkan rencana aksi aksi penanganan dan pencegahan permukiman
kumuh tersebut diperlukan skenario, konsep dan strategi penaganan yang
akan diisi oleh substansi Identifikasi Revitalisasi Kawasan Permukiman
Kumuh Kota Makassar.
Identifikasi Revitalisasi Kawasan Permukiman Kumuh Kota Makassar
pada prinsipnya adalah identifikasi kawasan permukiman kumuh yang
memenuhi persyaratan sebagai kawasan permukiman kumuh, baik yang
ditetapkan oleh pemerintah setempat maupun berdasarkan arahan Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) atau berdasarkan pertimbangan kriteria yang
ditetapkan dimana lokasi kawasan tersebut memenuhi persyaratan sebagai
kawasan kumuh.

IV - 11
Dalam konteks pembangunan permukiman, strategi sektor dan RIS
yang telah disusun secara sistematis dan sinergi ini nantinya akan menjadi
masukan dalam proses penyusunan yang selanjutnya akan diterjemahkan
kedalam desain teknis.

4.6. Pendekatan Perencanaan Dalam Penanganan Kawasan Permukiman


Kumuh.
Pendekatan perencanaan yang digunakan dalam identifikasi dan
revitalisasi kawasan permukiman kumuh Kota Makassar sebagai berikut :
a. Pendekatan Umum
 Tahap Persiapan Survey
Pada tahap persiapan survey, beberapa hal – hal yang akan
dilakukan sebagai berikut :
- Melakukan diskusi untuk mendapatkan data sekunder serta
pemahaman terhadap maksud kegiatan
- Penelahan terhadap data profil kawasan permukiman kumuh
Kota Makassar sesuai kerangka acuan yang ditetapkan
- Persiapan peta dasar yang menjadi acuan profil kawasan
permukiman kumuh Kota Makassar
- Pembuatan daftar data yang akan dicari di lapangan
- Menyusun desain Menyusun desain survei mengenai
penanganan permukiman kumuh perkotaan di
Kabupaten/Kota.
- Menyiapkan format-format kegiatan secara lengkap yang
dapat mengakomodasi tahapan perencanaan dalam
menunjang penyusunan profil kawasan mencakup fungsi dan
deliniasi struktur ruang kawasan permukiman perkotaan
dalam skala kota dan kawasan yang disepakati.

IV - 12
- Menyiapkan data profil kawasan kumuh dan dokumen
pendukung lainnya yang mengacu kepada SK Penetapan
kawasan kumuh perkotaan disertai detil data statistik yang
diperlukan pada masing-masing indikator.
 Pengumpulan data
Pengumpulan data dialkukan dengan cara :
- Pengamatan lapangan untuk mengetahui letak dan posisi
kawasanpermukiman kumuh Kabupaten yang menjadi obyek
perencanaan.
- Pengumpulan data sekunder pada instansi terkait.
- Wawancara kepada masyarakat dan pejabat setempat.
- Interview terhadap informan untuk mengetahui kondisi dan
situasikawasan permukiman kumuh Kabupaten
- Pengamatan lapangan dalam hal ketersediaan infrastruktur
padakawasan permukiman kumuh.
 Evaluasi Evaluasi data dilakukan terhadap hal-hal yang
berhubungan dengansituasi, kondisi kawasan permukiman kumuh
Kabupaten/kotasecara umum.
b. Cara Pengumpulan data
Teknik yang dipergunakan untuk mendapatkan data-data yang
diperlukan dalam Penyusunan Identifikasi Revitalisasi Kawasan
Permukiman Kumuh Kabupaten/kota Sebagai berikut:
- Observasi lapangan
- Kuesioner
- Interview
c. Metode Kompilasi data
Metode Metode kompilasi data dalam Penyusunan Penyusunan
Identifikasi Revitalisasi Kawasan Permukiman Kumuh Kabupaten/Kota,
meliputi:

IV - 13
- Model tabulasi dikembangkan dengan tujuan menyajikan informasi
kondisi kawasan permukiman kumuh Kabupaten/kota secara
statistik.
- Peta digitasi dikembangkan untuk memaksimumkan peranan
model pertama sebagai media informasi dengan mengidentifikasi
posisi lokasi kawasan permukiman kumuh dengan posisi geografis
Kabupaten/kota secara umum.
- Untuk memperkuat formulasi data yang disajikan dalam bentuk
grafik, diagram dan deskriptif data.
- Overview kebijakan daerah dan identifikasi kesesuaian
permukiman terhadap rencana tata ruang kota
d. Verifikasi lokasi serta perumusan konsep dan strategi
Bersama dengan pemangku kepentingan melaksanakan kordinasi dan
sinkronisasi data kumuh baik data primer maupun data sekunder
- Menilai klasifikasi kekumuhan kawasan berdasarkan kriteria,
indikator dan parameter kekumuhan
- Melakukan analisa dan pendampingan terhadap kebijakan
pemerintah Kota Makassar terkait penanganan kumuh (ditunjang
data spasial, numerik/statistik, dan kondisi sosial, ekonomi, fisik
lapangan)
- Merumuskan arahan distribusi pola kolaborasi pananganan
permukiman kumuh
- Merumuskan kebutuhan penanganan kawasan permukiman
kumuh
- Merumuskan konsep dan strategi pencegahan dan peningkatan
kualitas kumuh
e. Perumusan Rencana Penanganan
- Menentukan skala prioritas penanganan permukiman kumuh
berdasarkan readiness criteria dan pertimbangan lain

IV - 14
- Merumuskan rencana aksi dan keterpaduan program untuk skala
kota dan skala kawasan
- Merumuskan konsep tematik dan skenario pencegahan dan
peningkatan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh
prioritas.
- Menentukan Kawasan prioritas yang akan direvitalisasi.

4.7. Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan


Metodologi pelaksanaan pekerjaan yang akan dilaksanakan dalam
Pekerjaan Identifikasi dan Revitalisasi Kawasan Permukiman Kumuh Kota
Makassar pada lokasi sasaran akan mencakup beberapa langkah pelaksanaan
sebagai berikut :
1. Pendekatan Pelaksanaan
a. Tahap Persiapan Survey
Pada tahap persiapan survey, beberapa hal yang akan dilakukan
konsultan sebagai berikut :
Pemahaman substansi Identifikasi dan Revitalisasi Kawasan Permukiman
Kumuh Kota Makassar yang akan di implementasikan dan dilaksanakan
sesuai kerangka acuan yang telah ditetapkan.
Persiapan peta dasar yang menjadi acuan kegiatan.
Pembuatan model-model untuk pengumpulan data di lapangan.
Penyusunan program survey.
b. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara :
Pengamatan lapangan dan pengukuran lokasi secara umum yang telah
ditetapkan untuk mengetahui letak dan posisi kawasan permukiman
kumuh Kota Makassar.
Pengumpulan data sekunder pada instansi terkait.
Wawancara kepada masyarakat dan pejabat setempat.

IV - 15
Interview terhadap informan untuk mengetahui kondisi dan situasi lokasi
kawasan permukiman kumuh Kota Makassar.
Evaluasi data dilakukan terhadap hal-hal yang berhubungan dengan
situasi, kondisi kawasan permukiman kumuh Kota Makassar, antara lain :
c. Data Makro Kawasan Permukiman, mencakup data :
Kebijaksanaan pembangunan yang diduga berpengaruh terhadap
perkembangan Kota Makassar yang telah ditetapkan dalam rangka
Identifikasi dan Revitalisasi Kawasan Permukiman Kumuh terutama
penetapan fungsi yang akan diemban berdasarkan zonasi kawasan kota
yang dikembangkan.
Potensi dan permasalahan pembangunan kawasan permukiman kumuh
Kota Makassar secara umum.
Penentuan rona awal wilayah meliputi: rona sosial, rona ekonomi dan
kegiatan/pola usaha, rona fisik dan lingkungan, struktur ruang dan pola
ruang, rona kelembagaan dan keuangan daerah.
Kondisi demografi, antara lain :
 Jenis kelamin, tingkat pendidikan, agama, lapangan kerja, tingkat
pendapatan, dan sebagainya.
 Perkembangan penduduk, dalam hal jumlah, penyebaran dan
komposisi.
 Adat istiadat, kebiasaan masyarakat dan sebagainya.
Aspek Ekonomi Kota Makassar, antara lain:
 Pola usaha masyarakat dan kegiatan ekonomi kota.
 Perkembangan tiap sektor kegiatan ekonomi dan hubungannya
dengan tenaga kerja.
 Jenis-jenis kegiatan ekonomi kota yang telah berkembang.
Aspek sumberdaya lahan kota, antara lain :
 Keadaan dan struktur tanah.
 Keadaan dan kondisi pengelolaan tanah.

IV - 16
 Status kepemilikan lahan
Aspek fasilitas pelayanan dan prasarana, antara lain :
 Jenis Fasilitas yang ada, prasarana dan penyebarannya, baik fasilitas
dan sarana untuk menunjang kegiatan sosial maupun ekonomi.
 Kemudahan hubungan antar kegiatan (aksesibilitas).
d. Data Mikro Kawasan Permukiman Kumuh mencakup data :
Karakteristik penduduk, sosial budaya, antara lain :
 Jumlah dan penyebaran penduduk.
 Komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin
 Tingkat pendidikan, agama, lapangan kerja, pendapatan dan lain
sebagainya.
 Perkembangan penduduk dalam hal jumlah penyebaran dan
komposisi.
 Adat istiadat, kebiasaan-kebiasaan dan sebagainya.
Aspek fisik dasar, antara lain :
 Keadaan topografi dan kemiringan lereng
 Keadaan geologi dan struktur tanah
 Keadaan hidrologi
 Tata guna tanah untuk berbagai penggunaan
Aspek fasilitas pelayanan dan prasarana
 Jenis-jenis fasilitas, jumlah dan penyebarannya
 Jenis-jenis prasarana dan sarana perhubungan dan prasarana
lingkungan seperti jalan, drainase, air minum, baik kualitas, maupun
kuantitasnya.
e. Cara Pengumpulan Data
Teknik yang akan dipergunakan untuk mendapatkan data-data yang
diperlukan dalam kegiatan Identifikasi dan Revitalisasi Kawasan Permukiman
Kumuh Kota Makassar sebagai berikut :

IV - 17
Observasi lapangan, yaitu teknik yang dipergunakan untuk mendapatkan
data yang dibutuhkan melalui pengamatan langsung terhadap lokasi
kawasan permukiman kumuh Kota Makassar yang telah ditetapkan.
Kuesioner, yaitu suatu daftar pertanyaan yang dipersiapkan sebelumnya,
yang dibagikan ke responden/masyarakat pada kawasan permukiman
kumuh untuk diisi dan dijawab sesuai kebutuhan perencanaan.
Interview, yaitu teknik yang dipergunakan untuk memperoleh informasi
dari informan secara mendalam guna melengkapi data hasil kuesioner
berisi; opini masyarakat, dan aspirasi pemerintah Kota Makassar untuk
mendukung upaya kegiatan Identifikasi dan Revitalisasi Kawasan
Permukiman Kumuh Kota Makassar.
f. Jenis Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer
dan sekunder. Data primer bersumber dari hasil survey langsung di lokasi
studi dan data sekunder diperoleh dari instansi terkait di Kota Makassar
seperti Kantor Kelurahan, Badan Pusat Statistik Kota Makassar, dan Instansi
lainnya dalam lingkup OPD Kota Makassar yang terkait dengan pelaksanaan
penyusunan dokumen Identifikasi dan Revitalisasi Kawasan Permukiman
Kumuh Kota Makassar ini.
Adapun, beberapa data skunder yang dibutuhkan dalam proses
penyusunan dokumen Identifikasi dan Revitalisasi Kawasan Permukiman
Kumuh Kota Makassar , diantaranya:
1. SK Walikota Makassar tentang Penetapan Kawasan Permukiman Kumuh.
2. Baseline dan profil kawasan permukiamn kumuh Kota Makassar.
3. Peta Dasar Administrasi Kota Makassar skala 1:50.000 dan Peta Kawasan
Kumuh dengan skala 1:5.000.
4. Dokumen Kebijakan dan Strategi Pembangunan Kota Makassar seperti
RTRW, RPJPD, RPJMD, SPPIP, RPI2JM, dan rencana sektor lainnya.

IV - 18
g. Metode Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data dan informasi diperlukan guna menghasilkan
hasil analisis yang akurat guna mendukung proses menyusun Identifikasi dan
Revitalisasi Kawasan Permukiman Kumuh Kota Makassar, pada prinsipnya
hal ini dilakukan dengan 2 (cara), secara primer dengan melakukan
observasi/turun langsung ke lokasi penanganan kawsan kumuh maupun
dilakukan secara skunder dengan mengumpulkan data-data terkait
pelaksanaan kegiatan. Untuk lebih jelasnya akan dirincikan sebagai berikut.
1. Observasi Lapangan
Merupakan metode pengamatan langsung kelokasi studi, untuk
mengumpulkan data dan informasi dari pengamatan yang berkaitan
langsung dengan pelaksanaan kegiatan. Adapun beberapa tujuan
pencapaian dalam pelaksanaan observasi lapangan, yaitu:
a) Untuk mengidentifikasi kondisi permukiman kumuh berikut sebaran
lokasi konstelasinya terhadap ruang skala perkotaan, mengidentifikasi
tipologi permukiman kumuh, serta potensi dan permasalahan yang
terkat dengan karakteristik sosial, ekonomi, budaya, fisik, dan
kelembagaan.
b) Hasil dari kegiatan survey dan pengolahan data kumuh ini kemudian
akan menjadi basis informasi awal untuk memverifikasi permukiman
kumuh yang telah ditetapkan dalam SK Walikota Makassar.
c) Untuk memutakhirkan daftar dan profil permukiman kumuh
berdasarkan hasil survey dan pengolahan data permukiman kumuh
sebagai dasar konsep dan strategi pencegahan dan peningkatan
kualitas permukiman kumuh perkotaan yang sesuai dengan kebutuhan
penanganan.
d) Untuk mendapatkan klasifikasi tingkat kekumuhan dan daftar urutan
(rangking) permukiman kumuh berdasarkan hasil penilaian terhadap

IV - 19
pengamatan dengan mengukur kompleksitas permasalahan sebagai
peneapan strategi dan pola penanganan.
2. Survey Detailed Permukiman Kumuh
Survei ini dilaksanakan pada tahap penyusunan desain teknis Survei detail
permukiman kumuh prioritas dilakukan setelah ditetapkannya kawasan
prioritas pada tahapan sebelumnya. Survei ini berguna untuk memberikan
gambaran mengenai permasalahan kondisi fisik dan non fisik melalui
pengamatan secara langsung di kawasan kumuh prioritas. Pengenalan
akan lapangan ini penting dilaksanakan agar mampu menyusun konsep
penanganan yang sesuai dengan kebutuhan kawasan kumuh prioritas.
Data yang didapatkan pada survei kawasan kumuh prioritas ini berupa
data primer dan data sekunder (by name by address), diantaranya adalah:
1) Lingkup rumah tangga
a) Kondisi Bangunan Hunian (Keteraturan bangunan Kelayakan
Bangunan Hunian).
b) Kondisi Penyediaan Air Minum.
c) Kondisi Pengelolaan Sanitasi.
d) Pengelolaan Sampah Rumah Tangga.
2) Lingkup Lingkungan
a) Kondisi Bangunan Hunian (Kepadatan Bangunan).
b) Kondisi Jalan Lingkungan.
c) Kondisi Drainase Lingkungan (Kejadian Genangan).
d) Pengamanan Bahaya Kebakaran.
e) Kondisi ketersediaan RTH
3) Data Nonfisik:
a) Data kependudukan.
b) Data potensi ekonomi eksisting kawasan.
c) Data potensi pengembangan kawasan.
d) Data kebiasaan dan adat istiadat di kawasan.

IV - 20
e) Data identifikasi legalitas lahan dan bangunan hunian.
3. Survey Instansional
Merupakan metode yang dilakukan dengan mengumpulkan informasi dari
instansi terkait tentang lokasi kawasan kumuh yang terdapat di Kota
Makassar. Data dapat di sajikan dalam bentuk tabulasi, gambar maupun
secara deskriptif.
a) Studi Literatur
Studi literatur adalah mengumpulkan data dengan mempelajari,
menelaah, dan menganalisa data literatur, dokumen dan peraturan
serta refrensi lainnya yang erat kaitannya dengan masalah yang
ditangani.
b) Wawancara
Hal ini digunkan untuk mengetahui hal-hal dari narasumber secara
lebih mendalam (in depth interview). Teknik wawancara ini dilakukan
dengan wawancara semi terstruktur. Wawancara semi terstruktur
dilakukan dengan menggunakan daftar wawancara sebagai panduan
wawancara, namun pertanyaan yang ada dapat berkembang sesuai
dengan kondisi saat wawancara terjadi. Penentuan responden
wawancara dilakukan dengan metode Porposive Sampling. Metode ini
dilakukan karena peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu
tersebut memiliki informasi yang diperlukan sesuai dengan tujuan
peneliti.
c) Focus Group Discussion
FGD adalah suatu metode riset yang didefinisikan sebagai “suatu
proses pengumpulan informasi mengenai suatu permasalahan
tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok”. Dengan
perkataan lain FGD merupakan proses pengumpulan informasi bukan
melalui wawancara, bukan perorangan, dan bukan diskusi bebas
tanpa topik spesifik. Metode FGD termasuk metode kualitatif. Seperti

IV - 21
metode kualitatif lainnya (direct observation, indepth interview, dsb)
FGD berupaya menjawab jenis-jenis pertanyaan how-and why, bukan
jenis-jenis pertanyaan what-and-how-many yang khas untuk metode
kuantitatif (survei, dsb).
d) Desk Study
Metode desk study merupakan salah satu upaya untuk
mempelajari informasi-informasi, data dan laporan yang mempunyai
relevansi dengan tujuan kegiatan, Dengan melakukan desk studi
diharapkan Tim pelaksana kegiatan ini mempunyai pemahaman dan
pengetahuan berbagai data dan informasi untuk mendukung proses
penyusunan dokumen Identifikasi dan Revitalisasi Kawasan
Permukiman Kumuh Kota Makassar
4. Metode Kompilasi Data
Metode kompilasi data Penyusunan Identifikasi dan Revitalisasi Kawasan
Permukiman Kumuh Kota Makassar, sebagai berikut :
Model tabulasi dikembangkan dengan tujuan menyajikan informasi
kondisi kawasan permukiman Kota Makassar pada lokasi sasaran
secara statistik;
Peta digitasi dikembangkan untuk memaksimumkan peranan model
pertama sebagai media informasi dengan mengidentifikasi posisi lokasi
Kawasan Permukiman Kumuh Kota Makassar;
Untuk memperkuat formulasi data disajikan dalam bentuk grafik,
diagram dan deskriftip data;
5. Analisis
Analisa lebih di fokuskan pada lokasi dan situasi kawasan permukiman
Kota Makassar pada lokasi sasaran, dengan mempertimbangkan kondisi fisik,
ekonomi dan sosial, mencakup kegiatan :
Analisis keadaan dasar kawasan permukiman kumuh perkotaan
Analisis karakteristik fisik kawasan permukiman Kota Makassar

IV - 22
Analisis tipologi kawasan permukiman kumuh
Analisis kecenderungan perkembangan kawasan permukiman kumuh
Kota Makassar
Analisis kependudukan untuk kebutuhan pengembangan infrastruktur
kawasan permukiman kumuh Kota Makassar
Analisis proses intereaksi ruang kawasan permukiman terhadap kawasan
permukiman sekitarnya
Analisis kondisi ekonomi masyarakat dan ekonomi Kota Makassar
Analisis kondisi sosial budaya masyarakat yang berlokasi pada kawasan
permukiman kumuh
Analisis kebutuhan ruang untuk tujuan pembangunan aktivitas kawasan
permukiman kumuh
Analisis kebutuhan infrastruktur kawasan permukiman kumuh
Analisis pengelolaan lingkungan kawasan permukiman kumuh
Alternatif rencana pengembangan kawasan permukiman kumuh
6. Hasil Akhir
Hasil akhir dari produk Identifikasi dan Revitalisasi Kawasan
Permukiman Kumuh Kota Makassar akan memuat hasil analisis yang telah
dilakukan untuk digunakan dalam perumusan alternatif yang dilengkapi
dengan data base kawasan permukiman Kota Makassar. Rumusan yang
dimaksud sebagai berikut :
1) Strategi dan Skenario Pengembangan Kawasan Permukiman Kumuh
Identifikasi dan Revitalisasi Kawasan Permukiman Kumuh Kota Makassar
di rumuskan berdasarkan beberapa alternatif/model dalam rangka
mewujudkan tujuan pengembangan dan pengelolaan pembangunan
kawasan permukiman kumuh. Rumusan pengembangan senantiasa
dikaitkan dengan kebijaksanaan pembangunan Kota Makassar secara
umum.

IV - 23
Skenario tersebut disusun dengan mempertimbangkan pengelolaan
secara terpadu meliputi; sumber daya manusia, sumber daya alam,
sumber daya buatan, fungsi, dan estetika lingkungan serta kualitas tata
ruang kawasan permukiman dengan memperhitungkan kemampuan
sumber-sumber keuangan yang ada. Rencana pengembangan memuat
kegiatan yang diperlukan untuk mengarahkan kegiatan yang sudah ada
agar sesuai dengan sasaran dan tujuan pembangunan dan pengembangan
kawasan permukiman kumuh Kota Makassar.
2) Komponen Kegiatan
Identifikasi dan Revitalisasi Kawasan Permukiman Kumuh Kota Makassar
berfungsi untuk memberi arahan lokasi untuk pengembangan berbagai
aktivitas mencakup tata jenjang/hirarkhi dan jenis kegiatan sebagai
manifestasi dari pola keterkaitan antarkegiatan kawasan permukiman
meliputi :
Data base jenis aktivitas yang akan dialokasikan pada kawasan
permukiman kumuh Kota Makassar.
Fungsi kawasan, pada unit-unit aktivitas dalam satu kawasan
permukiman kumuh.
Klasifikasi dan jenis serta komponen bangunan dan hunian meliputi :
• Jenis bangunan fungsinya.
• Infastruktur utama dan infrastruktur pendukung
• Pola pengelolaan (pemerintah, swasta dan masyarakat).
3) Rumusan Pengendalian Kawasan Permukiman Kumuh
Rumusan pengendalian kawasan permukiman kumuh berfungsi untuk
memberi pedoman untuk penetapan aktivitas kegiatan yang sesuai
dengan fungsi yang akan diemban, dengan tujuan mengoptimalkan
penggunaan ruang dalam rangka peningkatan produktivitas dengan tetap
memperhatikan kelestarian lingkungan. Materi yang diatur adalah kriteria,
tipologi lokasi, dan luas serta pengaturan masing-masing unit-unit

IV - 24
lingkungan dan sub kawasan dalam satu kesatuan kawasan permukiman
kumuh.
Guna menguatkan hasil, maka akan dilengkapi dengan peta, gambar-
gambar yang diolah melalui aplikasi GIS. Skala peta yang digunakan untuk
kebutuhan Identifikasi dan Revitalisasi Kawasan Permukiman Kumuh Kota
Makassar sesuai aturan perencanaan kawasan permukiman akan dirinci
dalam peta skala 1 : 1.000, 1 : 5.000 dan 1 : 2.000
4) Merumuskan Program Penanganan
Merumuskan program penanganan pelaksanaan pembangunan dalam
bentuk program investasi yang dirinci berdasarkan tahapan pelaksanaan
pembangunan jangka lima tahun yang dijabarkan dalam indikasi program
dan tahapan program pembangunan untuk pelaksanaan setiap tahun.
Indikasi program disusun berdasarkan tingkat kepentingan dan perkiraan
pendanaan yang tersedia. Paket-paket indikasi program lima tahunan dan
tahunan dirinci menurut :
Nama program
Tujuan dan sasaran
Dimensi waktu
Lokasi
Instansi yang menangani
Sumber pendanaan untuk pembangunan fisik, operasi dan
pemeliharaan
5) Merumuskan Prioritas Pembangunan
Prioritas pembangunan dilakukan sesuai hasil Identifikasi dan Revitalisasi
Kawasan Permukiman Kumuh Kota Makassar. Dengan demikian terhadap
lokasi kawasan permukiman kumuh yang mempunyai nilai strategis akan
ditetapkan sebagai kawasan permukiman kumuh skala prioritas untuk
segera ditangani. Yang perlu dihasilkan dalam arahan kebijaksanaan untuk

IV - 25
kawasan prioritas pembangunan kawasan permukiman kumuh sebagai
berikut :
Identifikasi lokasi beserta luasannya
Urutan prioritas penanganan
Fungsi setiap kawasan permukiman
Tujuan pembangunan dan penanganan kawasan permukiman
Rona awal, potensi dan kendala pengembangan kawasan
permukiman
Rumusan strategi pengembangan/skenario pengembangan kawasan
permukiman kumuh
6) Merumuskan Kebijaksanaan Penunjang Kawasan Permukiman Kumuh
Kebijaksanaan penunjang dalam Identifikasi dan Revitalisasi Kawasan
Permukiman Kumuh Kota Makassar adalah kebijaksanaan PEMDA Kota
Makassar yang bersifat operasional untuk mewujudkan penanganan
kawasan permukiman kumuh, kebijakan yang dimaksud sebagai berikut :
Langka-langkah pemanfaatan ruang kawasan permukiman kumuh
Perangkat intensif dan dis-insentif
Tata cara pengendalian, serta
Kebijaksanaan lainnya di bidang, hukum, kelembagaan, personil,
pendanaan, dukungan prasarana, partisipasi swasta dan masyarakat
dan lain-lain.

4.8. Teknik Analisis Data


Model-model analisis yang digunakan dalam kegiatan Identifikasi dan
Revitalisasi Kawasan Permukiman Kumuh Kota Makassar pada dasarnya
menggunakan model-model analisis yang lazim digunakan untuk kegiatan
perencanaan kawasan permukiman meliputi; analisis dampak visual, analisis
Q-Short, dan pendekatan analisis lainnya. Teknik analisis data yang akan
digunakan antara lain; analisis proyeksi penduduk, analisis grafitasi, analisis

IV - 26
ambang pengembangan, analisis superimpose, analisis sistem
pergerakan/aksesibilitas dan standar-standar perencanaan yang berlaku
untuk kebutuhan perencanaan kawasan permukiman kumuh. Formulasi
teknik analisis yang akan digunakan sebagai berikut :
1. Content Analysis (Analisis Isi)
Analisis ini dilakukan pada tahapan overview kebijakan daerah dan
identifikasi kesesuaian permukiman eksisting terhadap rencana tata ruang
Kota Makassar.
Content analysis mencoba mengidentifikas dan melakukan kajian
terhadap kebijakan strategi pembangunan berupa RTRW, RPJPD, RPJMD,
SPPIP, RPI2JM, dan rencana sektor lainnya yang terkait dengan
pembangunan permukiman dan kawasan permukiman kumuh di Kota
Makassar. Mengelompokkan kawasan permukiman yang sesuai dan tidak
sesuai dengan Rencana Tata Ruang (Kumuh/Slum dan Squatter).
Analisisi ini juga bertujuan untuk mengidentifikasi dan melakukan kajian
sinkronisasi kebijakan dan strategi pembangunan Kabupaten/Kota,
termaksuk didalamnya kajian terhadap dokumen-dokumen sektoral.
Sehingga diharapkan hasil yang keluar dapat menggambarkan tentang
matriks strategi, kebijakan dan program Kabupaten/Kota.
2. Analisis Uji Statistik Kriteria Lokasi Kawasan Permukiman
Analisis uji statistik digunakan untuk menghitung dan menunjukkan
hubungan antara dua variabel atau lebih dan tingkat signifikansi. Uji
statistik dilakukan menurut dasar-dasar statistik guna mengumpulkan,
mengolah, menyajikan dan menganalisis data berwujud angka-angka.
Penarikan kesimpulan hasil analisis yang dilakukan atas dasar data
kuantitatif untuk digunakan pada lokasi kawasan permukiman yang perlu
diprioritaskan.
Analisis statistik yang akan digunakan adalah model regresi berganda
didasarkan pada hubungan fungsional variabel independent dengan

IV - 27
variabel dependent Y = f (x1,X2……. Xn) dengan rumus matematis sebagai
berikut :
Y = a + B1X1 + B2X2 + ………BnXn

Pengujian alat analisis statistik tersebut menggunakan perangkat


komputer menggunakan program SPSS untuk menguji variabel
dependent dan variabel independent yang telah ditetapkan sebagai
prediktor yang telah ditentukan sebelumnya berdasarkan kriteria lokasi
yang ditetapkan. Hasil analisis statistik didasarkan pada uji t dan uji F
untuk menguji tingkat signifikansi konstanta pada setiap variabel
independent.
3. Analisis Proyeksi Jumlah Penduduk (Priode 5 Tahun) Matode Analisis
Bunga Berganda
Metode ini digunakan untuk mengetahui pertumbuhan penduduk dan
proyeksi jumlah penduduk dimasa yang akan datang dengan rumus
matematis sebagai berikut :
Pt = Po (1 + r)n
Keterangan :
Pt = Jumlah penduduk tahun n
Po = Jumlah penduduk tahun dasar
r = Angka pertumbuhan penduduk
n = Jangka waktu dalam tahun
4. Analisis Karakteristik Fisik Kawasan Permukiman Kumuh
Analisis Threshold
Analisa Threshold atau analisa ambang pengembangan kawasan
perkotaan menggunakan dasar sebagai berikut :
Penggunaan :- analisa perluasan kawasan permukiman kota
untuk kebutuhan pembangunan
- analisa pengembangan kawasan permukiman
terbangun baru

IV - 28
- analisa kemampuan kawasan permukiman untuk
berkembang
Faktor Penentu : - keadaan fisiografi/tofografi/kelerengan
- keadaan pola penggunaan tanah
- jaringan utilitas umum dan jaringan jalan
Prinsip : efisiensi dan efektivitas pengembangan lahan
secara ekonomi.
Rumus Pokok :
Cd = Cn + Ca
Cd = Biaya Pembangunan
Cn = Biaya Normal
Ca = Biaya Tambahan
Kecenderungan Perkembangan Kawasan Cnx Cax Cdx = Cnx + Cax
Permukiman Kumuh
Sub Kawasan Permukiman Kumuh A
Sub Kawasan Permukiman Kumuh B
Sub Kawasan Permukiman Kumuh C
Sub Kawasan Permukiman Kumuh D
Sub Kawasan Permukiman Kumuh E

Analisis Potensi Pengembangan Fisik Kawasan Permukiman


Analisa Daya Tarik Model Gravity (Teori Hansen)
Penggunaan : mendistribusikan penduduk ke kawasan
permukiman yang akan dikembangkan
Faktor Penentu :- jumlah penduduk keseluruhan dan proyeksinya
- jumlah tenaga kerja dari sektor dasar (basic
industries)
- luas kawasan permukiman prioritas yang akan
dikembangkan
- indeks aksesbilitas
Penggunaan : mendistribusikan penduduk berdasarkan faktor
aksesibilitas ke tempat kerja.

Tahap Perhitungan :

IV - 29
- Hitung indeks aksesibilitas setiap sub kawasan kawasan untuk
kebutuhan Pengembangan Tahap 1:

Ej
Rumus Aij =
Dijb

A = Indseks Aksesibilitas untuk setiap kawasan i ke j


E = Jumlah tenaga kerja di kawasan j
D = Jarak fisik dari i ke j
b = Nilai eksponen
Aij = Indeks aksesibilitas untuk kawasan i dalam
hubungannya dengan kawasan permukiman lainnya.
- Hitung potensi pengembangan yaitu dengan cara mengalikan indeks
aksesibilitas dengan luas kawasan yang mungkin untuk
pengembangan berbagai aktivitas kawasan permukiman kumuh pada
kawasan perkotaan Kota Makassar.
Di = Ai x Hi
Di = Potensi pengembangan di kawasan permukiman i
Ai = Indeks aksesibilitas dari kawasan i
Hi = luas kawasan yang mungkin dikembangkan di kawasan i
- Hitung potensi pengembangan keseluruhan yaitu dengan cara :
menjumlahkan potensi pengembangan dari masing-masing sub
kawasan dalam kawasan permukiman dan besarnya potensi
pengembangan di masing-masing kawasan dibagi oleh jumlah
keseluruhan potensi pengembangan.

DR = Di
 Di
i
DR = Potensi pengembangan keseluruhan (relatif)
Di = Potensi pengembangan di kawasan i
Di = Jumlah seluruh potensi pengembangan

IV - 30
- Untuk menentukan jumlah penduduk yang akan dialokasikan di
masing-masing kawasan permukiman yang potensial adalah dengan
cara mengalikan hasil proyeksi total penduduk untuk masa
mendatang dengan DR.

Jadi : Pi = Ptot x Di
 Di
i
Pi = Jumlah penduduk yang dapat dialokasikan di kawasan i
Ptot = Jumlah keseluruhan penduduk
5. Analisis Superimpouse
Analisa Superimpose (Tumpang Tindih)
Penggunaan : Menentukan lokasi sub kawasan permukiman yang
paling baik untuk pengembangan
Faktor penentu :Semua aspek fisik lingkungan dari kawasan perencanaan
Prinsip : Memperoleh lahan yang sesuai dengan kebutuhan
perencanaan (kesesuaian lahan pengembangan
aktivitas kota)
Metode : Superimpose dari berbagai keadaan dari kawasan
perencanaan
Penilaian dilakukan atas dasar metode pembobotan dan penilaian skor
(weighting and scoring)

Rendah = 1
Kemiringan
Kurang = 2 Lereng
Daya Dukung
Tanah
Sedang = 3 - 5 Jaringan
Drainase
Cukup =6-7 Veget
asi
Baik sekali = 8 - 10

IV - 31
Analisis ini dilakukan pada tahapan overview kebijakan daerah dan
identifikasi kesesuaian permukiman eksisting terhadap rencana tata ruang
Kota Makassar.
Tujuan dalam mengoverlay peta pada kawasan penanganan
permukiman kumuh yaitu guna mengidentifikasi dan melakukan kajian
kesesuaian permukiman kumuh terhadap rencana tata ruang. Hal ini dilakukan
dengan melakukan superimpose/overlay peta permukiman eksisting dengan
peta rencana pola ruang kota (penggunaan lahan permukiman).
Sehingga, hasil yang diharapkan dapat menjelaskan kondisi
permukiman yang ada di lokasi penanganan kawasan kumuh melalui
gambaran peta kesesuaian guna lahan permukiman dan peta rencana
pengembangan sektor permukiman.

IV - 32
Tabel 4.1
Contoh Tabel Overview Kebijakan Pembangunan Daerah
No. Sumber Dokumen Visi dan Misi Tujuan dan Strategi dan Rencana Program Kegiatan
Sasaran Arah Kebijakan

Tabel 4.2
Contoh Tabel Overview Program/Kegiatan Sektor Penananganan Permukiman Kumuh
No. Program/Kegiatan Lokasi Kumuh Lokasi dan Luas Strategi dan Skala Penanganan Sumber Tahun Komponen
Sektoral* (Kelurahan) Penanganan Arah (Kawasan/Lingkungan) ** Dana Infrastruktur
(Cakupan Kebijakan
Pelayaan)

Catatan
*) - Overview yang dilakukan mencakup program/kegiatan yang dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan keterlibatan swasta
- Overview Program/Kegiatan Sektor Penanganan Permukiman Kumuh meliputi Program/Kegiatan yang telah/sedang berjalan dan yang masih dalam tahap rencana
**) Skala Penanganan yang dimaksud adalah menyesuaikan dengan fungsi dan pengelolaan infrastruktur tersebut.

IV - 33
6. Analisis Tipologi Kawasan Permukiman Kumuh
Analisis tipologi kawasan permukiman kumuh, menggunakan metode
pembobotan, untuk kebutuhan perumusan kategorisasi kawasan
permukiman kumuh perkotaan.
Tabel 4.3.
Kriteria Penilaian Tipologi Kawasan Permukiman Kumuh
No Variabel Bobot (%)
1 2 3
1 Karakteristik Fisik 20
2 Kependudukan (Kepadatan & Jumlah) 15
3 Bangunan (Jumlah & Kepadatan) 15
4 Infrastruktur Dasar (Jumlah & Jenis) 20
5 Tingkat Aksesibilitas 10
6 Kondisi Sosial Ekonomi 10
7 Kondisi Sosial Budaya 10
Total 100

Tabel 4.4.
Penentuan Bobot Masing-masing Indikator
No Variabel Bobot Indikator Nilai Bobot Jumlah
Variabel Indikator Indikator Bobot (%)
(%)
1 Karakteristik Fisik 20 Tofografi
Kelerengan
Tata Guna Lahan 100
Daya Dukung Lahan
Daya Tampung Ruang
2 Kependudukan 15 Jumlah Penduduk
(Kepadatan & Jumlah) Luas Kawasan 100
Kepadatan
3 Bangunan (Jumlah & 15 Jumlah Bangunan
Kepadatan) Luas Kawasan 100
Kepadatan
4 Infrastruktur Dasar 15 Tingkat Pelayanan Air
Minum
Kondisi Sanitasi 100
Kondisi Persampahan
Kondisi Saluran Drainase
Kondisi Jaringan Jalan
Pengelolaan Air Buangan
5 Kerawanan Terhadap 10 Tinggi
Ancaman Kebakaran Sedang 100
Rendah
6 Tingkat Aksesibilitas 5 Tinggi
Sedang 100
Rendah
7 Kondisi Sosial Ekonomi 10 Lapangan Kerja
Lapangan Usaha 100
Tingkat Pendapatan
8 Kondisi Sosial Budaya 10 Partisipasi 100
Kelembagaan

IV - 34
Tabel 4.5.
Uji Statistik Pengembangan Kawasan Permukiman Kumuh
No Sub Sistem Kawasan Kawasan Permukiman Kumuh Nilai Bobot Skoring
Permukiman Kumuh Perkotaan Kota Makassar
Perkotaan A B C D
1 Karakteristik Fisik
2 Kependudukan (Kepadatan &
Jumlah)
3 Bangunan (Jumlah &
Kepadatan)
4 Prasarana & Sarana (Jumlah &
Jenis)
5 Kerawanan Ancaman Kebaran
6 Tingkat Aksesibilitas
7 Kondisi Sosial Ekonomi
8 Kondisi Sosial Budaya

Tabel 4.6.
Komputasi Analisis Variant
No Item/Sub Sistem Kawasan Permukiman Kumuh Total
Perkotaan Kota Makassar
A (X1) B (X2) C (X3) D (X4)
1 2 3 4 5 6 7
1 Karakteristik Fisik
2 Kependudukan (Kepadatan
& Jumlah)
3 Bangunan (Jumlah &
Kepadatan)
4 Prasarana & Sarana (Jumlah
& Jenis)
5 Kerawanan Ancaman
Kebaran Kota
6 Tingkat Aksesibilitas
7 Kondisi Sosial Ekonomi
8 Kondisi Sosial Budaya
N
∑X
X rata-rata
∑ X2

Tabel 4.7.
Ringkasan Analisa Variant
Sumber Variansi Ss df ms F p
1 2 3 4 5 6
Antar (a)
Dalam (d)
Total (tot)

7. Analisis Pengelolaan Lingkungan Kawasan Permukiman Kumuh


Perkotaan
Analisis pengelolaan lingkungan dalam penyusunan Identifikasi dan
Revitalisasi Kawasan Permukiman Kumuh Kota Makassar akan
mengunakan metode pengelolaan lingkungan (metode matriks) dengan

IV - 35
menggunakan parameter pembobotan. Faktor penyebab kerusakan
lingkungan yang diidentifikasi diasumsikan terkait dengan faktor fisik
lingkungan dan faktor sosial ekonomi masyarakat.
Kerusakan lingkungan untuk kepentingan rehabilitasi menggunakan
persamaan sebagai berikut :
Kl = (pl,kt,kkp,kta,tp)
Keterangan :
Kl : kerusakan lahan
Pl : tipe penutupan lahan
Kt : kerapatan tajuk
Kkp : kandungan dan kedalaman parit
Kta : ketahanan tanah terhadap erosi
Tp : tofografi
Faktor Fisik Lingkungan
Tingkat peranan faktor fisik lingkungan sebagai penyebab kerusakan
ditentukan berdasarkan nilai scoring (TNS) dengan rumus sebagai
berikut :
TNS = (pa x 20) + (a x 45) + (sl x 35)
Keterangan :
TNS : total nilai skoring
Pa : pencemaran dan kerusakan lingkungan suatu kawasan
Permukiman
a : Kerusakan Lahan
sl : stress lingkungan
Dengan kriteria sebagai berikut :
 Nilai 100 – 155 : faktor fisik kurang berpengaruh terhadap
kerusakan lingkungan.
 Nilai 156 – 200 : faktor fisik berpengaruh terhadap kerusakan
lingkungan.
 Nilai 201 – 300 : faktor fisik sangat berpengaruh terhadap

IV - 36
kerusakan lingkungan.
Faktor Sosial Ekonomi Masyarakat
Penyebab kerusakan lingkungan diantaranya diduga dari perilaku
masyarakat dengan tolok ukur kondisi sosial ekonomi masyarakat. Untuk
maksud tersebut akan dilakukan survey sosial ekonomi dengan unit
analisis adalah rumah tangga dengan model persamaan matematis
sebagai berikut :
TNS = (mp x 40) + (llu x 30) + (pkb x 20) + (phm x 10)
Dengan indikator skoring sebagai berikut :
TNS : total nilai skoring
Mp : mata pencaharian utama
llu : lokasi yang ditetapkan
pkb : pemanfaatan lahan (tata guna tanah)
phm : persepsi masyarakat terhadap pembangunan kawasan
permukiman.
Dengan kriteria sebagai berikut :
 Nilai 100 – 160 : faktor sosial ekonomi masyarakat kurang
berpengaruh terhadap kerusakan lingkungan.
 Nilai 161- 200 : faktor sosial ekonomi masyarakat berpengaruh
terhadap kerusakan lingkungan.
 Nilai 201 – 300 : faktor sosial ekonomi masyarakat sangat
berpengaruh terhadap kerusakan lingkungan
8. Analisis SWOT
Analisis swot digunakan untuk merumuskan strategi yang akan dilakukan
dalam kegiatan Identifikasi dan Revitalisasi Kawasan Permukiman Kumuh
Kota Makassar berdasarkan pertimbangan :
 Kekuatan (Strength)
 Kelemahan (Weekness),
 Tantangan (Threath) dan
 Peluang (Oppotunity)

IV - 37
Penggunaan analisis swot digunakan dalam mengembangkan kawasan
permukiman pada lokasi sasaran di Kota Makassar. Analisis SWOT adalah
identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi.
Analisis ini secara logika dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan
peluang (opportunity) namun secara bersamaan dapat meminimalkan
kelemahan (Weekness) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan
keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan,
strategi dan kebijakan. Analisis SWOT menggunakan metode analisis
matriks berikut.
Tabel 4.8.
Analisis SWOT menggunakan metode analisis matriks
I EXTERNAL FAKTOR
N Identification of Opportunity (O) Threath (T)
T Factor Tentukan faktor – faktor Tentukan faktor – faktor
E Peluang ancaman

R Strenght (S) S Vs O S Vs T
N Tentukan program yang Tentukan program yang
A Tentukan faktor- muncul dengan muncul dengan
faktor kekuatan mempertemukan kekuatan mempertemukan
L (S) dengan Peluang O) Kekuatandengan ancaman
Weekness (W) W Vs O W Vs T

F
A
Tentukan pogram yang Tentukan program yang
K Tentukana faktor- muncul dengan muncul dengan
T faktor kelemahan mempertemukan kelemahan mempertemukan kelemahan
(W) dengan Peluang (O) (W) dengan ancaman (T)
O
R

9. Perumusan Model Grafitasi


Dalam model grafitasi, wilayah dimisalkan sebagai suatu massa, massa
tesebut dibentuk sesuai dengan beberapa bentuk keseluruhan (Isard,
1969). Untuk mengembangkan konsepsi model grafitasi, akan
dikemukakan illustrasi sederhana. Misalkan suatu daerah X terbagi-bagi

IV - 38
dalam beberapa sub kawasan kota. Jumlah penduduk daerah X, yaitu P
Jiwa. Misalkan diketahui pula jumlah perjalanan yang dilakukan penduduk
X, ialah T. Perbedaan yang ada dalam tiap-tiap sub kawasan (pendapatan,
distribusi penduduk umur, dan sebagainya) diabaikan.
Pembagian daerah X di atas sub daerah I, j, k, dan seterusnya disesuaikan
dengan kepentingan analisis. Jumlah pepergian yang dimulai dari sub-
kawasan i dan berakhir di sub-kawasan j, secara teori atau harapan
hipotesis adalah Pj/P (jarak, waktu maupun ongkos, diabaikan)
Jumlah perjalanan rata-rata yang dilakukan oleh setiap individu yang
mewakili kawasan kota adalah T/P = K (yaitu jumlah perjalanan rata-rata).
Jadi jumlah perjalanan yang dilakukan oleh individu yang berakhir di j
adalah k. Pj/P per individu. Apabila P1 merupakan jumlah penduduk sub-
kawasan permukiman i, jumlah perjalanan, secara teori, yang dilakukan
penduduk sub-kawasan i ke j adalah :
Pi . Pj
Tij = k.
P

Model Perjalanan Hipotesis

Tij
Sub Sub
Kawasan Kawasan j
i

Til Tik

Sub
Kawasan L Sub
Kawasan k

10. Analisis Pengukuran Tingkat Aksesibiltas


Analisis pengukuran tingkat aksesibilitas digunakan untuk mengetahui
tingkat mobilisasi yang dilakukan masyarakat, dengan indikator prasarana

IV - 39
jalan sesuai hirarki fungsi jaringan jalan dengan persamaan matematis
sebagai berikut:

KFT
A =
d
Keterangan :
A = Nilai Aksesibilitas
F = Fungsi jalan : Arteri, Kolektor dan Lokal
K = Konstruksi jalan, baik sedang dan buruk.
T = Kondisi jalan baik, sedang, buruk
D = Jarak
Nilai-nilai E, K, diberi bobot
11. Analisis Sistem Prasarana Permukiman
Analisis ini digunakan untuk kegiatan perencanaan sistem drainase
permukiman, serta menentukan klasifikasi dan jenis saluran dan dimensi
saluran, dengan persamaan matematis sebagai berikut :
Q = CIA
Keterangan :
Q = Debit Rencana (m3/dt)
C = Koefisien Run Off (m/dt)
I = Intensitas Curah Hujan
A = Luas Catchment Area (m2)
12. Analisis Prasarana dan Sarana Persampahan Kawasan Permukiman
Metode analisis perhitungan sarana dan prasarana persampahan untuk
tujuan mengetahui kapasitas sarana dan prasarana formulasi sebagai
berikut :
TD = VTA/VTR x RTR
Keterangan :
TD : Jumlah Dump truk (unit)
VTA : Volume sampah yang harus diangkut (m3)

IV - 40
VTR : Volume angkutan Dump truk (m3)
RTR : Rotasi dump truk (rit/hari)
Kebutuhan Countainer
C = VL/VC
C : Jumlah cauntainer (unit)
VL : Jumlah sampah (m3)
VTR : Volume Countainer (m3)
Gerobak
Gs = JFs/JTs
Gs : Kebutuhan gerobak sampah
JFS : Jumlah timbulan sampah secara keseluruhan
JTs : Jumlah timbulan sampah yang dapat diangkut oleh gerobak
sampah dalam satu hari
Container Truk
F = L/S
Gs : Frekuensi angkutan
L : Waktu kerja setiap hari (menit)
S : Circle Time (menit)
Tingkat Pelayanan
PL = VTA/VT x 100%
PL : Tingkat pelayanan (%)
VTA : Volume timbulan sampah yang terlayani (m3)
VT : Total volume timbulan sampah (m3)
13. Analisis Kebutuhan Ruang
Analisis kebutuhan ruang akan menggunakan ketentuan strandar
perencanaan Ditjen Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum yang baku
dan berlaku dalam Identifikasi dan Revitalisasi Kawasan Permukiman
Kumuh Kota Makassar.
Khusus untuk penggambaran peta dilakukan dengan cara digitasi
berdasarkan hasil identifikasi dan tipologi kawasan permukiman kumuh
Kota Makassar dengan menggunakan perangkat program yaitu; program
arcgis versi 10,5.

IV - 41
14. Tahap Verifikasi Lokasi Serta Perumusan Konsep dan Strategi
1) Pemetaan Kondisi Kawasan
Pemetaan kondisi kawasan dilakukan pada tahapan penilaian lokasi
berdasarkan kriteria, indikator, dan parameter kekumuhan yang
mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat No. 2/PRT/M/2016 tentang peningkatan Kualitas Perumahan dan
Kawasan Permukiman, hasil daripada pemetaan kondisi kawasan
diharapkan dapat menggambarkan klasifikasian kompleksitas
permasalahan dari kawasan permukiman kumuh dengan hasil berupa
peta sebaran lokasi permukiman kumuh dan kategorinya berdasarkan
tingkat kekumuhannya yang dilakukan melalui analisis peta spasial.
Untuk lebih jelasnya mengenai kriteria dan indikator dalam penentuan
urutan kawasan prioritas dapat dilihat pada tabel 4.3, tabel 4.4, tabel
4.5, tabel 4.6. dan gambar 4.3 serta gambar 4.4

IV - 42
Tabel 4.9 Tabel Kriteria dan Indikator Penentuan Urutan Kawasan Prioritas

No Aspek Kriteria Indikator Parameter Nilai Sumber


Data
A. Identifikasi Kondisi Kekumuhan
1. KONDISI JALAN Cakupan - Tidak memenuhi ketentuan tata bangunan 76% - 100% bangunan 5 Dokumen
LINGKUNGAN Pelayanan Jalan dalam RDTR, meliputi pengaturan bentuk, pada lokasi tidak memiliki RDTR &
Lingkungan besaran, perletakan, dan tampilan keteraturan RTBL,
bangunan pada suatu zona; dan/atau 51% - 75% bangunan pada 3 Format
- Tidak memenuhi ketentuan tata bangunan lokasi tidak memiliki Isian,
dan tata kualitas lingkungan dalam RTBL, keteraturan Observasi
meliputi pengaturan blok lingkungan,
25% - 50% bangunan pada 1
kapling, bangunan, ketinggian dan elevasi
lokasi tidak memiliki
lantai, konsep identitas lingkungan, konsep
keteraturan
orientasi lingkungan, dan w ajah jalan.
Tingkat - KDB melebihi ketentuan RDTR, dan/atau 76% - 100% bangunan 5 Dokumen
Kepadatan RTBL; memiliki lepadatan tidak RDTR &
Bangunan - KLB melebihi ketentuan dalam RDTR, sesuai ketentuan RTBL,
dan/atau RTBL; dan/atau Dokumen
51% - 75% bangunan 3
- Kepadatan bangunan yang tinggi pada IMB, Format
memiliki lepadatan tidak
lokasi, yaitu: Isian, Peta
sesuai ketentuan
- untuk kota metropolitan dan kota Lokasi
besar>250 unit/Ha 25% - 50% bangunan 1
- untuk kota sedang dan kota kecil >200 memiliki lepadatan tidak
sesuai ketentuan

IV - 43
unit/Ha

Ketidaksesuaian Kondisi bangunan pada lokasi tidak 76% - 100% bangunan 5 Wawancara,
dengan memenuhi persyaratan: pada lokasi tidak memenuhi Format
Persyaratan - pengendalian dampak lingkungan persyaratan teknis Isian,
Teknis Bangunan - pembangunan bangunan gedung di atas 51% - 75% bangunan pada 3 Dokumen
dan/atau di baw ah tanah, air dan/atau lokasi tidak memenuhi IMB,
prasarana/sarana umum persyaratan teknis Observas
- keselamatan bangunan gedung 25% - 50% bangunan pada 1
- kesehatan bangunan gedung lokasi tidak memenuhi
- kenyamanan bangunan gedung persyaratan teknis
- kemudahan bangunan gedung
2. KONDISI Cakupan Sebagian lokasi perumahan atau 76% - 100% area tidak 5 Dokumen
BANGUNAN Pelayanan Jalan permukiman tidak terlayani dengan jalan terlayani oleh jaringan jalan RDTR &
GEDUNG Lingkungan lingkungan yang sesuai dengan ketentuan lingkungan RTBL,
teknis 51% - 75% area tidak 3 Format
terlayani oleh jaringan jalan Isian,
lingkungan Observasi
25% - 50% area tidak 1
terlayani oleh jaringan jalan
lingkungan
Kualitas Sebagian atau seluruh jalan lingkungan 76% - 100% area memiliki 5 Dokumen
Permukaan Jalan terjadi kerusakan permukaan jalan pada kualitas permukaan jalan RDTR &
Lingkungan lokasi perumahan atau permukiman yang buruk RTBL,
51% - 75% area memiliki 3 Dokumen
kualitas permukaan jalan IMB, Format

IV - 44
yang buruk Isian, Peta
25% - 50% area memiliki 1 Lokasi
kualitas permukaan jalan
yang buruk
3. KONDISI Ketidaktersediaan Masyarakat pada lokasi perumahan dan 76% - 100% populasi tidak 5 Wawancara,
PENYEDIAAN Akses Aman Air permukiman tidak dapat mengakses air dapat mengakses air minum Format
AIR MINUM Minum minum yang memiliki kualitas tidak yang aman Isian,
berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa 51% - 75% populasi tidak 3 Dokumen
dapat mengakses air minum IMB,
yang aman Observas
25% - 50% populasi tidak 1
dapat mengakses air minum
yang aman
Ketidakterhubung Kebutuhan air minum masyarakat 76% - 100% populasi tidak 5
an dengan Sistem padalokasi perumahan atau permukiman terpenuhi kebutuhan air
Drainase tidak mencapai minimal sebanyak 60 minum minimalnya
Perkotaan liter/orang/hari 51% - 75% populasi tidak 3
terpenuhi kebutuhan air
minum minimalnya
25% - 50% populasi tidak 1
terpenuhi kebutuhan air
minum minimalnya

IV - 45
Lanjutan tabel 4.9
4. KONDISI Ketidakmampuan Jaringan drainase lingkungan tidak 76% - 100% area terjadi 5 Wawancara,
DRAINASE mengalirkan mampu mengalirkan limpasan air genangan>30cm, > 2 jam Format
LINGKUNGAN Limpasan Air sehingga menimbulkan genangan dengan dan > 2 x setahun Isian,
tinggi lebih dari 30 cm selama lebih dari 2 51% - 75% area terjadi 3 Observasi
jam dan terjadi lebih dari 2 kali setahun genangan>30cm, > 2 jam
dan > 2 x setahun
25% - 50% area terjadi 1
genangan>30cm, > 2 jam
dan > 2 x setahun
Ketidaktersediaan Tidak tersedianya saluran drainase 76% - 100% area tidak 5 Wawancara,
Drainase lingkungan pada lingkungan perumahan tersedia drainase Format
atau permukiman, yaitu saluran tersier lingkungan Isian, Peta
dan/atau saluran lokal 51% - 75% area tidak 3 RIS,
tersedia drainase Observas
lingkungan
25% - 50% area tidak 1
tersedia drainase
lingkungan

IV - 46
Ketidakterhubunga Saluran drainase lingkungan tidak 76% - 100% drainase 5 Wawancara,
n dengan Sistem terhubung dengan saluran pada hirarki di lingkungan tidak terhubung Format
Drainase atasnya sehingga menyebabkan air tidak dengan hirarki di atasnya Isian, Peta
Perkotaan dapat mengalir dan menimbulkan 51% - 75% drainase 3 RIS,
genangan lingkungan tidak terhubung Observasi
dengan hirarki di atasnya
25% - 50% drainase 1
lingkungan tidak terhubung
dengan hirarki di atasnya
Tidak Tidak dilaksanakannyapemeliha raan 76% - 100% area memiliki 5 Wawancara,
Terpeliharanya saluran drainase lingkungan pada lokasi drainase lingkungan yang Format
Drainase perumahan atau permukiman,baik: kotor dan berbau Isian, Peta
1. pemeliharaan rutin; dan/atau 51% - 75% area memiliki 3 RIS,
2. pemeliharaan berkala drainase lingkungan yang Observasi
kotor dan berbau
25% - 50% area memiliki 1
drainase lingkungan yang
kotor dan berbau

Kualitas Konstruksi Kualitas konstruksi drainase buruk, 76% - 100% area memiliki 5 Wawancara,
Drainase karena berupa galian tanah tanpa kualitas kontrsuksi drainase Format
material pelapis atau penutup maupun lingkungan buruk Isian, Peta
karena telah terjadi kerusakan 51% - 75% area memiliki 3 RIS,
kualitas kontrsuksi drainase Observasi
lingkungan buruk

IV - 47
25% - 50% area memiliki 1
kualitas kontrsuksi drainase
lingkungan buruk
5. KONDISI Sistem Pengelolaan air limbah pada lokasi 76% - 100% area memiliki 5 Wawancara,
PENGELOLAAN Pengelolaan Air perumahan atau permukiman tidak sistem air limbah yang tidak Format
AIR LIMBAH Limbah Tidak memiliki sistem yang memadai, sesuai standar teknis Isian, Peta
Sesuai Standar yaitukakus/kloset yang 51% - 75% area memiliki 3 RIS,
Teknis sistem air limbah yang tidak Observasi
sesuai standar teknis
25% - 50% area memiliki 1
sistem air limbah yang tidak
sesuai standar teknis
Prasarana dan Kondisi prasarana dan sarana 76% - 100% area memiliki 5 Wawancara
Sarana pengelolaan air limbah pada lokasi sarpras air limbah tidak Format
Pengelolaan Air perumahan atau permukiman dimana: sesuai persyaratan teknis Isian, Peta
Limbah Tidak  kloset leher angsa tidak terhubung 51% - 75% area memiliki 3 RIS,
Sesuai dengan dengan tangki septik; sarpras air limbah tidak Observasi
Persyaratan Teknis  tidak tersedianya sistem pengolahan sesuai persyaratan teknis
limbah setempat atau terpusat 25% - 50% area memiliki 1
sarpras air limbah tidak
sesuai persyaratan teknis
6. KONDISI Prasarana dan Prasarana dan sarana persampahan pada 76% - 100% area memiliki 5 Wawancara
PENGELOLAAN Sarana lokasi perumahan atau permukiman tidak sarpras pengelolaan Format
PERSAMPAHAN Persampahan sesuai dengan persyaratan teknis, yaitu: persampahan yang tidak Isian, Peta
Tidak Sesuai - tempat sampah dengan pemilahan memenuhi persyaratan RIS,
dengan sampah pada skala domestik atau rumah teknis Observasi

IV - 48
Persyaratan Teknis tangga; 51% - 75% area memiliki 3
- tempat pengumpulan sampah (TPS) atau sarpras pengelolaan
TPS 3R (reduce, reuse, recycle) pada persampahan yang tidak
skala lingkungan; memenuhi persyaratan
- gerobak sampah dan/atau teknis

- truk sampah pada skala lingkungan; dan 25% - 50% area memiliki 1
- tempat pengolahan sampah terpadu sarpras pengelolaan
(TPST) pada skala lingkungan. persampahan yang tidak
memenuhi persyaratan
teknis

Sistem Pengelolaan persampahan pada 76% - 100% area memiliki 5 Wawancara,


Pengelolaan lingkungan perumahan atau permukiman sistem persampahan tidak Format
Persampahan yang tidak memenuhi persyaratan sebagai sesuai standar Isian, Peta
Tidak Sesuai berikut: RIS,
51% - 75% area memiliki 3
Standar Teknis - pewadahan dan pemilahan domestic Observasi
sistem persampahan tidak
- pengumpulan lingkungan;
sesuai standar
- pengangkutan lingkungan;
25% - 50% area memiliki 1
- pengolahan lingkungan
sistem persampahan tidak
sesuai standar
Tidak Tidak dilakukannya pemeliharaan sarana 76% - 100% area memiliki 5 Wawancara,
terpeliharanya dan prasarana pengelolaan persampahan sarpras persampahan yang Format
Sarana dan pada lokasi perumahan atau permukiman, tidak terpelihara Isian, Peta

IV - 49
Prasarana baik: 51% - 75% area Observasi 3 RIS,
Pengelolaan - pemeliharaan rutin; dan/atau memiliki sarpras Observasi
Persampahan - pemeliharaan berkala persampahan yang tidak
terpelihara
25% - 50% area memiliki 1
sarpras persampahan yang
tidak terpelihara
7. KONDISI Kondisi Proteksi Tidak tersedianya prasarana proteksi 76% - 100% area tidak 5 Wawancara,
PROTEKSI Kebakaran kebakaran pada lokasi, yaitu: memiliki prasarana proteksi Format
KEBAKARAN  pasokan air; kebakaran Isian, Peta
 jalan lingkungan; 51% - 75% area tidak 3 RIS,
 sarana komunikasi; memiliki prasarana proteksi Observasi
 data sistem proteksi kebakaran kebakaran
lingkungan;dan 25% - 50% area tidak 1
 bangunan pos kebakaran memiliki prasarana proteksi
kebakaran
Ketidaktersedi aan Tidak tersedianya sarana proteksi 76% - 100% area tidak 5 Wawancara,
Sarana Proteksi kebakaran pada lokasi, yaitu: memiliki sarana proteksi Format
Kebakaran 1. Alat Pemadam Api Ringan (APAR); kebakaran Isian, Peta
2. mobil pompa; 51% - 75% area tidak 3 RIS,
3. mobil tangga sesuai kebutuhan; dan memiliki sarana proteksi Observasi
4. peralatan pendukung lainnya kebakaran
25% - 50% area tidak 1
memiliki sarana proteksi
kebakaran

IV - 50
Sumber
No Aspek Kriteria Indikator Parameter Nilai
Data
B. IDENTIFIKASI LEGALITAS LAHAN
LEGALITAS Kejelasan Status Kejelasan terhadap status penguasaan Keseluruhan lokasi memiliki (+) Wawancara,
LAHAN Penguasaan Lahan lahan berupa:  kepemilikan sendiri, kejelasan status Format
dengan bukti dokumen sertifikat hak atas penguasaan lahan, baik Isian,
tanah atau bentuk dokumen keterangan milik sendiri atau milik pihak Dokumen
status tanah lainnya yang sah; atau  lain Pertanahan,
kepemilikan pihak lain (termasuk milik Sebagian atau keseluruhan (-) Observasi
adat/ulayat), dengan bukti izin lokasi tidak memiliki
pemanfaatan tanah dari pemegang hak kejelasan status
atas tanah atau pemilik tanah dalam penguasaan lahan, baik
bentuk perjanjian tertulis antara milik sendiri atau milik pihak
pemegang hak atas tanah atau pemilik lain
tanah Keseluruhan lokasi berada (+) Wawancara,
pada zona peruntukan Format
perumahan/permuki man Isian,
sesuai RTR RTRW,
Sebagian atau keseluruhan (-) RDTR,
lokasiberada bukan pada Observasi
zona peruntukan
perumahan/permuki man
sesuai RTR

No Aspek Kriteria Indikator Parameter Nilai Sumber

IV - 51
Data
C. IDENTIFIKASI PERTIMBANGAN LAIN
PERTIMBANGAN Nilai Strategis Pertimbangan letak lokasi perumahan Lokasi terletak pada fungsi 5 Wawancara,
LAIN Lokasi atau permukiman pada: strategis kabupaten/kota Format
1. fungsi strategis kabupaten/kota; atau Lokasi tidak terletak pada 1 Isian,
2. bukan fungsi strategis kabupaten/kota fungsi strategis Kabupaten/ RTRW,
kota RDTR,
Observasi
Kependudukan Pertimbangan kepadatan penduduk pada Untuk Metropolitan& Kota 5 Wawancara,
lokasi perumahan atau permukiman Besar Format
dengan klasifikasi: a. Kepadatan Penduduk Isian,
o rendah yaitu kepadatan penduduk di pada Statistik, 
baw ah 150 jiw a/ha; b. Lokasi sebesar >400 Kepadatan
o sedang yaitu kepadatan penduduk Jiwa/Ha Untuk Kota Observasi
antara 151– 200 jiw a/ha; Sedang & Kota Kecil
o tinggi yaitu kepadatan penduduk antara c. Kepadatan Penduduk
201– 400 jiw a/ha; pada
o sangat padat yaitu kepadatan penduduk  Lokasi sebesar >200 Jiw
di atas 400 jiw a/ha; a/Ha
Kepadatan Penduduk pada 3
 Lokasi sebesar 151 - 200 
Jiw a/Ha
Kepadatan Penduduk pada 1
 Lokasi sebesar

IV - 52
Kondisi Sosial, Pertimbangan potensi yang dimiliki lokasi Lokasi memiliki potensi 5 Wawancara,
Ekonomi, dan perumahan atau permukiman berupa: sosial, ekonomi dan budaya Format
Budaya  potensi sosial yaitu tingkat partisipasi untuk dikembangkan atau Isian,
masyarakat dalam mendukung dipelihara Observasi
pembangunan;
 potensi ekonomi yaitu adanya kegiatan
ekonomi tertentu yang bersifat strategis
bagi masyarakat setempat;
 potensi budaya yaitu adanya kegiatan
atau w arisan budaya tertentu yang
dimiliki masyarakat setempat

Lokasi tidak memiliki 1


potensi sosial, ekonomi dan
budaya  tinggi untuk
dikembangkan atau
dipelihara

Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Nomor 2 Tahun 2016 tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman
Kumuh

IV - 53
Berdasarkan penilaian yang telah dilakukan berdasarkan formula
penilaian tersebut di atas, selanjutnya lokasi perumahan kumuh dan
permukiman kumuh dapat dikelompokkan dalam berbagai klasifikasi
sebagaimana ditunjukkan dalam tabel berikut.
Tabel 4.10
Hasil Penilaian Penentuan Klasifikasi dan Skala Prioritas Penanganan

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa :


a) Berdasarkan kondisi kekumuhan, suatu lokasi merupakan:
 Kumuh berat bila memiliki nilai 71-95.
 Kumuh sedang bila memiliki nilai 71-95.
 Kumuh berat bila memiliki nilai 71-95.
b) Berdasarkan pertimbangan lain, suatu lokasi memiliki:
 Pertimbangan lain tinggi bila memiliki nilai 7-9.
 Pertimbangan lain sedang bila memiliki nilai 4-6.
 Pertimbangan lain rendah bila memiliki nilai 1-3.
c) Berdasarkan kondisi kekumuhan, suatu lokasi memiliki:

IV - 54
 Status lahan legal bila memiliki nilai positif (+).
 Status lahan tidak legal bila memiliki nilai negatf (-).
Berdasarkan penilaian tersebut, maka dapat terdapat 18
kemungkinan klasifikasi perumahan kumuh dan permukiman
kumuh, yaitu sebagai berikut :
a) A1 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain
tinggi, dan status lahan legal.
b) A2 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain
tinggi, dan status lahan tidak legal.
c) A3 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain
sedang, dan status lahan legal.
d) A4 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain
sedang, dan status lahan tidak legal.
e) A5 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain
rendah, dan status lahan legal.
f) A6 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain
rendah, dan status lahan tidak legal.
g) B1 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain
tinggi, dan status lahan legal.
h) B2 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain
tinggi, dan status lahan tidak legal.
i) B3 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain
sedang, dan status lahan legal.
j) B4 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain
sedang, dan status lahan tidak legal.
k) B5 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain
rendah, dan status lahan legal.
l) B6 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain
rendah, dan status lahan tidak legal.

IV - 55
m)C1 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain
tinggi, dan status lahan legal.
n) C2 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain
tinggi, dan status lahan tidak legal.
o) C3 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain
sedang, dan status lahan legal.
p) C4 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain
sedang, dan status lahan tidak legal.
q) C5 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain
rendah, dan status lahan legal.
r) C6 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain
rendah, dan status lahan tidak legal.
Berdasarkan berbagai klasifikasi tersebut, maka dapat
ditentukan skala prioritas penanganan, sebagai berikut:
a) Prioritas 1 yaitu untuk klasifikasi A1 dan A2.
b) Prioritas 2 yaitu untuk klasifikasi B1 dan B2.
c) Prioritas 3 yaitu untuk klasifikasi C1 dan C2.
d) Prioritas 4 yaitu untuk klasifikasi A3 dan A4.
e) Prioritas 5 yaitu untuk klasifikasi B3 dan B4.
f) Prioritas 6 yaitu untuk klasifikasi C3 dan C4.
g) Prioritas 7 yaitu untuk klasifikasi A5 dan A6.
h) Prioritas 8 yaitu untuk klasifikasi B5 dan B6.
i) Prioritas 9 yaitu untuk klasifikasi C5 dan C6.

IV - 56
Tabel 4.11
Contoh Tabel Penilaian Lokasi Berdasarkan Kriteria, Indikator, dan Parameter Kekumuhan

IV - 57
Tabel 4.12
Contoh Tabel Rekapitulasi Hasil Penilaian, Penentuan Klasifikasi, dan Skala Prioritas Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh

IV - 58
Gambar 4.2. Contoh Peta Klasifikasi Tingkat Kekumuhan

Gambar 4.3 Contoh Peta Sebaran dan Urutan Permukiman Kumuh Prioritas Berdasarkan
Hasil Penilaian Terhadap Kompleksitas Permasalahan

IV - 59
2) Analisis Kebutuhan Penanganan Kawasan kumuh
Analisis kebutuhan penanganan Kawasan kumuh terletak pada
tahapan perumusan kebutuhan dan peningkatan kualitas permukiman
kumuh yang bertujuan untuk memperoleh daftar kebutuhan
penanganan dalam konteks pencegahan dan peningkatan kualitas
permukiman kumuh baik itu pada skala perkotaan Kabupaten Kepulauan
Selayar maupun skala kawasan berdasarkan rumusan isu, potensi,
permasalahan, dan hasil pemutakhiran profil permukiman kumuh pada
tahapan sebelumnya.
Kebutuhan penanganan pada skala perkotaan dirumuskan
berdasarkan kondisi faktual dan isu strategis serta kebijakan
penanganan permukiman kumuh hasil overview yang telah
teridentifikasi pada tahapan sebelumnya.
Kebutuhan penanganan pada skala kawasan dirumuskan
berdasarkan profil dan permasalahan permukiman kumuh yang telah
dimutakhirkan dan diverfikasi sesuai dengan 7 (tujuh) indikator
kekumuhan.
Adapun, analisis ini dilakukan dengan merumuskan dan menyusun
daftar kebutuhan pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman
kumuh pada:
1) Permukiman perkotaan yang tidak sesuai peruntukan di dalam
RTRW, dan
2) Permukiman kumuh yang telah diverifikasi dan dimuktahirkan.
Selanjutnya, hal ini digambarkan secara spasial untuk menentukan
lokasi-lokasi pada permukiman kumuh perkotaan yang membutuhkan
pencegahan atau penanganan.
Sehingga, hasil yang diharapkan dapat mendeskripsikan upaya yang
akan dilakukan melalui tabel kebutuhan pencegahan dan peningkatan
kualitas permukiman skala Kota/perkotaan serta dalam lingkup yang
lebih mikro berupa skala kawasan.

IV - 60
Tabel 4.13
Contoh Rumusan Kebutuhan Penanganan Kekumuhan Skala Perkotaan
No. Kondisi Faktual Lokasi Kebijakan Kebutuhan Penanganan
dan Isu Strategis Penanganan Pencegahan Peningkatan
Perkotaan Permukiman
Kumuh Hasil
Overview
1. Berkembangnya Kawasan Pengendalian Penegakan Permukiman
Permukiman di Permukiman pembangunan aturan kembali
lahan yang tidak di bantaran permukiman pada perijinan
sesuai dengan sungai kawasan yang tidak
peruntukannya Cimanuk sesuai dengan
peruntukannya

Tabel 4.14
Contoh Rumusan Kebutuhan Penanganan Kekumuhan Skala Kawasan
Kawasan Kumuh Aspek Yang Permasalahan Kebutuhan Penanganan
Diamati Pencegahan Peningkatan
Kawasan Kumuh A Bangunan Sebanyak 2.723 unit Sosialisasi dan Perubahan fungsi dan
Gedung bangunan hunian tidak sedukasi mengenai massa bangunan,
memiliki keteraturan aturan dan ketentuan Permukiman kembali
dan lingkungan teknis kawasan bangunan yang
permukiman didominasi sempadan pantai, berada diatas
oleh bangunan yang Meningkatkan peran sempadan pantai.
berada diatas semadan serta antara
pantai Pemerintah dengan
pihak lain dalam
pengawasan dan
pengendalian
pembangunan
permukiman

3) Analisis SWOT
Analisis ini terletak pada tahapan perumusan konsep serta strategi
pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh yang
bertujuan untuk memperoleh rumusan konsep serta strategi
pencegahan peningkatan kualitas permukiman kumuh berdasarkan
kebutuhan yang telah teridentifikasi pada tahapan sebelumnya, baik
itu skala perkotaan maupun skala kawasan pada lokasi permukiman
kumuh yang telah diverifikasi.
Ada beberapa langkah untuk mencapai terciptanya tujuan
tersebut, diantaranya:

IV - 61
a) Membuat daftar penangan baik itu dalam konteks pencegahan
maupun peningkatan kualitas untuk permukiman kumuh legal
maupun permukiamn kumuh ilegal.
b) Merumuskan tujuan dan sasaran pengembangan permukiman
berlandaskan kondisi, potensi, dan permasalahan perkotaan dan
kawasan.
c) Merumuskan konsep serta strategi pencegahan dan peningkatan
kualitas permukiman kumuh dalam bentuk matriks.
d) Memetakan konsep serta strategi pencegahan dan peningkatan
kualitas permukiman kumuh.
Adapun, hasil yang ingin terlihat dapat digambarkan melalui mariks
dan peta rumusan konsep dan strategi pencegahan dan peningkatan
kualitas permukiman kumuh skala perkotaan dan skala kawasan

Gambar 4.4
Skema Umum Perumusan Konsep dan Strategi Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
Permukiman Kumuh Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 dan Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 2 Tahun 2016

IV - 62
Tabel 4.15
Contoh Perumusan Strategi Skala Perkotaan
No. Kondisi Fakrual dan Kebijakan Kebutuhan Penanganan Konsep Pencegahan Strategi Penanganan
Isu Strategis Penanganan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan
Perkotaan Permukiman Kumuh
Hasil Overview
1. Alih fungsi ahan Membatasi Sosialisasi dan Pengembalian - Peremajaan Meninggalkan Mengembalikan
(konservasi) menjadi Perkembangan edukasi fungsi kawasan program fungsi kawasan
fungsi permukiman permukiman di mengenai sesuai dengan pencegahan melalui sesuai dengan
akibat denmand wilayah imitasi aturan dan peruntukannya kegiatan sosialisasi peruntukannya
yang cukup tinggi ketentuan public campaign,
cenderung teknis penyuluhan
berkembang pada pembangunan
wilayah imitasi kawasan
permukiman
perkotaan

IV - 63
Tabel 4.16
Contoh Perumusan Strategi Skala Kawasan
Kawasan Kumuh Aspek Permasalahan Konsep Penanganan Strategi Penanganan
Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan
Kawasan Tanjung Laut Bangunan Gedung 85% bangunan permukiman tidak Pengawasan dan Pemukiman Melakukan pendekatan Melakukan relokasi secara
Indah teratur, struktur permukiman tidak Pengendalian kembali dan sosialisasi kepada bertahap dan terbatas pada
elas, dan permukiman didominasi oleh masyarakat mengenai unit lingkungan permukiman
bangunan yang berasal diatas aturan sempadan pantai yang dikategorikan merusak
sempadan pantai. keseimbangan ekosistem
pantai

IV - 64
Gambar 4.5 Contoh Peta Strategi Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh
Skala Kota/Perkotaan

Gambar 4.6 Contoh Peta Konsep dan Strategi Penanganan Skala Kawasan

IV - 65
4.9. KERANGKA KONSEPTUAL
Dalam pelaksanaan penyusunan RKP Kota Ternate, akan dituangkan
dalam bentuk kerangka pelaksanaan pekerjaan, sebagai berikut :

IV - 66

Anda mungkin juga menyukai