Anda di halaman 1dari 173

DAFTAR ISI

Bab 1. PENDAHULUAN............................................................................................................................ 3
1.1.

Latar Belakang......................................................................................................................... 3

1.2.

Dasar Hukum Penyusunan ...................................................................................................... 3

1.3.

Hubungan Antar Dokumen ..................................................................................................... 4

1.4.

Sistematika Penulisan ............................................................................................................. 5

1.5.

Maksud dan Tujuan................................................................................................................. 6

Bab 2. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH........................................................................................ 8


2.1. Aspek Geografi dan Demografi.................................................................................................... 9
2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat..............................................................................................13
2.3. Aspek Pelayanan Umum ............................................................................................................19
2.4. Aspek Daya Saing Daerah...........................................................................................................34
Bab 3. GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN ................64
3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu ......................................................................................................64
3.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD ..................................................................................................64
3.1.2. Sinergi Keuangan Daerah dengan Keuangan Pembangunan Lain .....................................71
3.1.4. Permasalahan Pengelolaan Keuangan Daerah ...................................................................73
3.2. KERANGKA KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH............................................................................73
3.2.1. Arah Kebijakan ....................................................................................................................73
3.3.2. Arah dan Kebijakan Belanja Daerah...................................................................................75
Bab 4. ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS......................................................................................................80
4.1. Permasalahan Pembangunan ....................................................................................................80
4.2. Isu Strategis................................................................................................................................82
Bab 5. PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN.........................................................................86
5.1. Visi..............................................................................................................................................86
5.2. Misi.............................................................................................................................................86
Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

5.3. Tujuan dan Sasaran....................................................................................................................87


Bab 6. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN...............................................................................................93
Bab 7. KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH ..............................................108
Bab 8. INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN.........140
Bab 9. PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH................................................................................93
Bab 10. Pedoman Transisi dan Kaedah Pelaksanaan..........................................................................171
10.1. Pedoman Pembangunan........................................................................................................171
10.2. Kaedah Pelaksanaan ..............................................................................................................172

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.

LATAR BELAKANG

RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2014 - 2018 merupakan penjabaran dari visi,
misi, dan program Kepala Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Derah (RPJPD) tahun
2005 - 2025. Untuk kebijakan kewilayahan mengacu pada kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2010 - 2030. Untuk mensinergikan kebijakan pembagunan
daerah dan nasional maka RPJMD Provinsi Nusa Tengggara Timur juga disinergikan dengan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) dan Master Plan Percepatan Pembangunan Ekonomi
Indonesia (MP3EI).
RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2014 2018 merupakan kesinambungan dari
pembangunan lima tahun sebelumnya dengan lebih mendorong sumberdaya yang mampu
meningkatkan dan mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mengeliminir kendala
dan tantangan pembangunan sesuai hasil analis lingkungan strategis internal dan eksternal. Untuk
mewujudkan harapan tersebut maka dalam penyusunan RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur 2013
2018 dilaksanakan dengan pendekatan teknokratis, politis, partisipatif dan pendekatan top-down
dan bottom-up.
Untuk menjamin agar kegiatan pembangunan berjalan efektif, efisien, dan bersasaran maka
diperlukan perencanaan pembangunan Daerah. RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2014
2018 merupakan dokumen perencanaan pembangunan daerah yang akan menjadi acuan dalam
penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD), Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat
Daerah (Renstra SKPD) dan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD) sesuai
amanat Undang- undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2014 2018 memuat Visi dan Misi kepada
Daerah, yang disusun berdasarkan analisis permasalahan pembangunan, isu-isu strategis daerah,
tujuan dan sasaran pembangunan daerah, strategi dan arah kebijakan, indikator sasaran dan target
pencapaian pembangunan daerah, kerangka penganggaran dan kaidah pelaksanaan.
Sebagai acuan pembangunan daerah maka strategi keberlanjutan, Peningkatan dan
Percepatan, Perbedayaan Masyarakat dengan spirit Anggaran untuk Rakyat Menuju Sejahtera
(Anggur Merah) dan Kemitraan. Secara operasional strategi tersebut akan menjadi landasan
pelaksanaan agendan dan program pembangunan yang target dan indikatornya terukur sehingga
dapat dijabarkan secara utuh dalam RKPD dan Renstra RKPD.

1.2.

DASAR HUKUM PENYUSUNAN

Dasar hukum penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)


Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2014 2018 yaitu:
a. Landasan Ideologi Negara : Pancasila
b. Landasan Konstitusional
: Undang-Undang dasar (UUD) 1945;
c. Landasan Operasional :
1. Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 Tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat I Bali,
Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1958, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1649);
2. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 Tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II
dalam Wilayah Daerah-Daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 1655);

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara


Republik Indonesia tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
No.4286);
4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara
5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400).
6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional;
7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
No.4437);
8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Nomor 4438);
9. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
(RPJP) Nasional;
10. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Dekonsentrasi;
12. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Tugas Pembantuan;
13. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;
14. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana
Pembangunan Nasional;
15. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
antara Pemerintah, Pemerintahan daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota;
16. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan,
Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.
17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian,
dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.
19. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 1 Tahun 2008 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2005-2025.
20. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 1 Tahun 2011 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur.

1.3.

HUBUNGAN ANTAR DOKUMEN

RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2014 2018 memiliki keterkaitan vertikal dan
horizontal dengan dokumen perencanaan lainnya sebagai sebagaimana gambar 1.
1. Merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional dengan mengacu
pada RPJP Nasional Tahun 2005 - 2025, RPJPD Provinsi Nusa Tenggara Timur 2005 2025 dan
RPJM Nasional Tahun 2010 2014.
2. RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2014 2018 menjadi pedoman dalam penyusunan
Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) dan Rencana Kerja
Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Nusa Tenggara Timur.
3. Perencanaan makro selanjutnya diterjemahkan ke dalam perencanaan sektoral yang dikaitkan
dengan perencanaan regional dan spasial.
Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

Gambar 1.1
Bagan Alur Habungan RPJMD Dengan Dokumen Perencanaan Lain

Renstra KL

Pedoman

Pedoman

RPJP

Renja - KL

Nasional

Diacu

RPJP

Diperhatikan
Pedoman

Daerah

RPJM

Pusat
RKP

Dijabar
kan

Daerah

Pedoman

Renstra

Pemerintah
APBN

Pedoman

RPJM
kan

Nasional

Rincian

RKA-KL

Diacu
Dijabar

Pedoman

Pedoman

RAPBN

APBN

Diserasikan melalui Musrenbang


RKP Daerah

Pedoman

RAPBD

APBD

Pemerintah

Diacu
Pedoman

SKPD

Renja SKPD

UU SPPN

Pedoman

RKA SKPD

Daerah
Rincian

APBD
UU Keuangan Negara

Penyusunan RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2014 2018 juga harus
memperhatikan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Nusa Tenggara Timur. Hal ini
dimaksudkan agar terjadi keselarasan perencanaan pembangunan daerah dengan rencana tata
ruang wilayah.
TUJUAN PEMBANGUNAN
NASIONAL

RPJM

RPJP
NASIONAL

RTRW
NASIONAL

RPJMD

RPJPD
PROVINSI NTT

NASIONAL

PROVINSI NTT
RTRW
PROVINSI NTT

1.4.

SISTEMATIKA PENULISAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2014
- 2018 ini disusun dengan sistematika sebagai berikut :
- BAB I. PENDAHULUAN. Memuat gambaran umum penyusunan RPJMD agar substansi pada babbab berikutnya dapat dipahami dengan baik.

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

- BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH. Memuat secara logis dasar-dasar analisis,
gambaran umum kondisi daerah yang meliputi aspek geografi dan demografi serta indikator
kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah.
- BAB III. PENGELOLAAN KEUANGAN DAN KERANGKA PENDANAAN. Menggambarkan hasil
pengolahan data dan analisis terhadap pengelolaan keuangan daerah sebagaimana telah
dilakukan pada tahap perumusan ke dalam sub-bab.
- BAB IV. ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS. Memuat berbagai isu strategis yang akan menentukan
kinerja pembangunan dalam 5 (lima) tahun mendatang. Penyajian isu-isu strategis meliputi
permasalahan pembangunan daerah dan isu-isu strategis.
- BAB V. VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN. Menjelaskan visi dan misi Pemerintah Daerah Provinsi
Nusa Tenggara Timur untuk kurun waktu 5 (lima) tahun ke depan, tujuan dan sasaran serta
indikator kinerja setiap misi pembangunan.
- BAB VI. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN. Memuat dan menjelaskan strategi yang dipilih dalam
mencapai tujuan dan sasaran serta arah kebijakan dari setiap strategi terpilih.
- BAB VII. KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH. Menguraikan hubungan
antara kebijakan umum yang berisi arah kebijakan pembangunan berdasarkan strategi yang
dipilih dengan target capaian indikator kinerja. Dalam kaitan ini, dijelaskan tentang hubungan
antara program pembangunan daerah dengan indikator kinerja yang dipilih.
- BAB VIII. INDIKASI PROGRAM PRIORITAS DAN PENDANAAN. Memuat hubungan urusan
pemerintah dengan SKPD terkait beserta program yang menjadi tanggung jawab SKPD. Selain itu,
disajikan pula pencapaian target indikator kinerja pada akhir periode perencanaan yang
dibandingkan dengan pencapaian indikator kinerja pada awal periode perencanaan.
- BAB IX. INDIKATOR KINERJA DAERAH. Memuat indikator kinerja daerah yang bertujuan untuk
memberi gambaran tentang ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi pada akhir periode
masa jabatan. Hal ini ditunjukan dari akumulasi pencapaian indikator outcome program
pembangunan daerah setiap tahun atau indikator capaian yang bersifat mandiri setiap tahun
sehingga kondisi kinerja yang diinginkan pada akhir periode RPJMD dapat dicapai. Indikator
kinerja daerah tersebut dirumuskan berdasarkan hasil analisis pengaruh dari satu atau lebih
indikator capaian kinerja program (outcome) terhadap tingkat capaian indikator kinerja daerah
berkenaan.
- BAB X PEDOMAN PEMBANGUNAN DAN KAIDAH PELAKSANAAN. Memuat tentang pentingnya
RPJMD sebagai pedoman dalam penyusunan dan penetapan dokumen rencana pembangunan
lima tahunan. Untuk menjamin RPJMD dijadikan acuan dalan penyusunan dokumen rencana
pembangunan maka ditetapkan kaidah pelaksanaan yang menegaskan mekanisme pemantauan
dan pengendaliannya.

1.5.

MAKSUD DAN TUJUAN

Penyusunanan RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2014-2018 dimaksudkan untuk
memberikan arah sekaligus menjadi pedoman bagi seluruh pemangku kepentingan baik
pemerintah,masyarakat dan dunia usaha di dalam mewujudkan pembangunan daerah yang terpadu,
sinergis, harmonis dan berkesinambungan sekaligus merupakan acuan penentuan pilihan-pilihan
program daerah setiap tahunnya.
Sedangkan tujuan penyusunan RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2014 2018
adalah sebagai berikut :
1. Menjabarkan visi, misi, dan program prioritas kepala daerah
2. Mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan serta mewujudkan perencanaan
pembangunan daerah yang sinergis dan terpadu dengan perencanaan pembangunan nasional
3. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan
pengawasan.

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

4. Menjaga kesinambungan dan kesatuan arah antara Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat
Daerah (Renstra SKPD) dan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Nusa Tenggara
Timur.

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

BAB 2
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
2.1. ASPEK GEOGRAFI, TOPOGRAFI DAN IKLIM
Nusa Tenggara Timur sebagai Provinsi kepulauan secara geografis terletak di antara 8 - 12
Lintang Selatan dan 118 - 125 Bujur Timur. Luas wilayah daratan 4.734.990 ha dan luas wilayah
lautan 15.141.773,10 ha yang tersebar pada 1.192 pulau. Dari jumlah pulau tersebut, hanya 44
pulau yang dihuni dan 1.148 pulau belum dihuni, 246 pulau sudah bernama sedangkan 946 lainnya
belum bernama. Administrasi pemerintahan Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2012 terdiri dari 21
Kabupaten dan 1 kota, 306 Kecamatan, 317 Kelurahan dan 2.929 Desa. Sebagian besar wilayahnya
bergunung dan berbukit, hanya sedikit dataran rendah. Memiliki sebanyak 40 sungai dengan
panjang antara 25 - 118 kilometer.
Provinsi Nusa Tenggara Timur yang membentang sepanjang 160 Km dari Utara di Pulau
Palue sampai Selatan di Pulau Ndana dan sepanjang 400 km dari bagian barat di Pulau Komodo
sampai Alor di bagian Timur memiliki batas-batas wilayah yaitu; Sebelah Utara berbatasan dengan
Laut Flores; Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia dan Australia; Sebelah Timur
berbatasan dengan Negara Republic Democratic Timor Leste; dan Sebelah Barat berbatasan dengan
Selat Sape Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Topografi wilayah membentang dengang ketinggian 0 - 1.000 m dpl dengan luas 86,35% dan
sebagian kecil atau 3,65% wilayah berada pada ketinggian >1.000 m dpl. Topografi wilayah sebagian
besar berbukit hingga bergunung-gunung, dengan kemiringan lahan >40%. Wilayah-wilayah yang
datar hingga landai, dengan kemiringan <8% relatif terbatas. Sebagian besar kawasan produksi
berada pada lahan-lahan dengan kemiringan 8-40%. Akibat potensi erosi sangat tinggi dan
menyebabkan laju degradasi sumberdaya lahan tinggi. Tidaklah heran jika sebaran pemukiman yang
mengisi ruang yang terbatas menjadi salah satu tantangan pembangunan yang beresiko kepada
lingkungan mobilisasi menghalang pembangunan program untuk layanan umum, ekonomi harga
tinggi (tidak saja dalam berpulau pelbagai kondisi grografis.
Geologi wilayah termasuk dalam kawasan circum-pasifik dengan dua karakteritik yaitu;
Pulau-pulau seperti Pulau Flores, Alor, Komodo, Solor, Lembata dan pulau sekitarnya terbentuk
secara vulkanik dan sering terjadi patahan dan pulau Sumba, Sabu, Rote, Semau, Timor dan pulau
sekitarnya terbentuk dari dasar laut yang terangkat ke permukaan. Dengan kondisi ini maka jalur
pulau-pulau yang terletak pada jalur vulkanik dapat dikategorikan daerah dengan kondisi tanah yang
subur namun labil dan berpotensi untuk terjadi bencana alam namun cukup kaya dengan deposit
tambang. Deposit tambang, baik mineral maupun sumber-sumber energy yang menonjol yaitu Pasir
besi(Fe), Mangan(Mn), Emas(AU), Flourspor(Fs), Bari(Ba), Belerang(S), posfat(Po), Zeolit(Z), Batu
Permata(Gs), Pasir Kwarsa (Ps), Pasir(Ps), Gipsum(Ch), Batu Marmer(Mr), Batu Gamping, Granit(Gr),
Andesit (An), Balsistis, Pasir Batu(Pa), Batu Apung (Pu), Tanah Diatomea(Td) Lempung /clay (Td).
Dari aspek vulkanik dan kegempaan, NTT memiliki 11 gunung berapi aktif (vulkanik) dengan
ketinggian antara 600 2.200 meter di atas permukaan laut. Gunung api tersebut menyebar dari
pulau Flores hingga Lembata. Semuanya pernah erupsi, yang berlangsung dalam kurun waktu tahun
1881 sampai 2007. Hingga saat ini sebagian di antaranya masih aktif, satu diantaranya yang saat ini
sedang aktif yaitu Gunung Egon di Kabupaten Sikka.
Klimatologi Provinsi Nusa Tenggara Timur dikenal dengan iklim kering. Musim kemarau
berlangsung selama 8 (delapan) bulan , yakni periode bulan April sampai dengan Nopember
sedangkan periode musim hujan hanya berlangsung selama 4 (empat) bulan yaitu berkisar antara
bulan Desember sampai dengan Maret. Suhu udara maksimum rata-rata berkisar antara 300 C
sampai dengan 360 C dan suhu udara minimum berkisar antara 210 C sampai dengan 24, 50C, dengan
curah hujan rata-rata adalah 1.164mm/tahun.
Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

Iklim wilayah dipengaruhi konfigurasi geografis Nusa Tenggara Timur sebagai provinsi
kepulauan dan letaknya pada posisi silang di antara dua benua yaitu Asia dan Australia, dan
di antara dua samudra yaitu Hindia dan Pasifik, menentukan karakteristik iklim di wilayah ini. Secara
umum termasuk ke dalam tipe iklim tropis, dengan variasi suhu dan penyinaran matahari yang
rendah. Rata-rata suhu minimum dan maksimum, masing-masing, 24 dan 320C, dengan panjang hari
12 jam. Pola umum iklim wilayah ini adalah pola musim hujan musim kemarau. Musim hujan
berlangsung antara November dan Maret, dan musim kemarau antara April dan Oktober. Pola iklim
demikian dikendalikan oleh pola angin moonsoon dari Tenggara yang relatif kering dan dari arah
Barat Laut, yang membawa banyak uap air. Konfigurasi kepulauan dan topografi wilayah juga
merupakan pengendali iklim lokal yang berpengaruh terhadap karakteristik iklim lokal. Akibatnya,
keragaman iklim antar wilayah di daerah ini juga sangat besar. Dari aspek curah hujan, rata-rata
curah hujan tahunan bervariasi antara 850 mm di daerah-daerah seperti Sabu, Maumere, dan
Waingapu, hingga lebih dari 2500 mm di Ruteng, Kuwus, dan Lelogama.
Secara umum, iklim wilayah Nusa Tenggara Timur termasuk ke dalam kategori iklim semiarid, dengan periode hujan yang hanya berlangsung 3-4 bulan, dan periode kering 8-9 bulan. Kondisi
iklim demikian mendeterminasi pola pertanian tradisional yang hanya mengusahakan tanaman
semusim, yang ditanam dalam periode musim hujan. Keadaan demikian juga mempengaruhi
produktivitas tenaga kerja pertanian, yang tergolong sangat rendah (jumlah jam kerja <5
jam/minggu), akibat dari waktu kerja bertani yang hanya berlangsung 3-4 bulan dalam setahun.
Persoalan cura hujan dan pengaruh iklim global, terutama fenomena elnino dan lanina, serta
fenomena perubahan iklim global yang kurang menguntungkan berakibat pada kekeringan, gagal
tanam, gagal panen, banjir, dan gangguan hama dan penyakit tanaman yang serius.
Iklim dan topografi merupakan dua di antara faktor pembentuk tanah yang penting. Kondisi
topografi wilayah yang berbukit dan bergunung-gunung, dan iklim yang relatif kering menyebabkan
jenis tanah dominan adalah tanah-tanah muda, seperti dari ordo entisol, alfisol dan inceptisol.
Jenis-jenis tanah lain yang luas dan sebarannya cukup signifikan adalah vertisol dan molisol. Secara
umum, tanah-tanah ini memiliki kapasitas tukar kation yang tinggi dan kandungan hara pada level
rendah sampai sedang. Tekstur tanah bervariasi dari berat, pada tanah-tanah vertisols, sampai
ringan pada tanah-tanah entisol dan alfisol.
Kondisi hidrologi wilayah berdasarkan potensi air permukaan dan air tanah menunjukkan
bahwa potensi air permukaan, tergolong kecil. Kondisi ini mengakibatkan sulitnya eksploitasi sumber
air permukaan. Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan jumlah 27 DAS dengan luas keseluruhan
1.527.900 Ha dibentuk dari beberapa sungai dan danau. Sungai yang terpanjang di wilayah Nusa
Tenggara Timur adalah Sungai Benenai (100 Km), yang mencakup Kabupaten TTS, TTU dan Belu
dengan DAS seluas : 4500 km di Kabupaten Belu. DAS terluas adalah DAS Benenai, seluas 329.841
Ha.
Persoalan penting yang berhubungan dengan tanah adalah kedalaman solum. Sebagian
besar tanah di wilayah ini memiliki solum yang sangat dangkal (<30 cm). Solum tanah yang dangkal
menyebabkan kapasitas retensi air tanah terbatas. Akibatnya tanaman yang tumbuh pada tanah
semacam ini sangat rentan terhadap kondisi kurang hujan. Dengan demikian, kendala utama
pengelolaan lahan untuk produksi pertanian adalah ketersediaan air.

2.2. ASPEK DEMOGRAFI


1. Perkembangan Penduduk
Jumlah penduduk provinsi Nusa Tenggara Timur mengalami peningkatan dari tahun ke tahun
yaitu 4.619.655 jiwa tahun 2009, 4.683.827 jiwa tahun 2010, 4.776.485 jiwa tahun 2011 dan tahun
2012 meningkat menjadi 4,899,260 jiwa. Dibandingkan tahun 2009 terjadi peningkatan jumlah
penduduk sebanyak 284,505 jiwa. Rincian jumlah, pertumbuhan dan prosentase sebaran penduduk
Nusa Tenggara Timur sebagaimana Tabel 2.1.
Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

Tabel 2.1
Kondisi kependudukan per Kabupaten/Kota tahun 2011-2012
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

Kabupaten
Sumba Barat
Sumba Timur
Kupang
Timor Tengah Selatan
Timor Tengah Utara
Belu
Alor
Lembata
Flores Timur
Sikka
Ende
Ngada
Manggarai
Rote Ndao
Manggarai Barat
Sumba Tengah
Sumba Barat Daya
Nagekeo
Manggarai Timur
Sabu Raijua
Kota Kupang
Nusa Tenggara Timur

Jumlah Penduduk (Jiwa)


2011
2012
113,189
116,621
232,237
238,241
310,573
321,384
449,881
453,386
234,349
238,426
359,266
370,770
193,785
196,179
120,160
124,912
237,207
241,053
306,269
309,074
265,761
267,262
145,210
148,969
298,236
307,140
122,280
125,035
226,089
236,604
63,721
65,606
290,539
302,241
132,694
135,419
257,744
263,786
74,403
75,048
342,892
362,104
4,776,485
4,899,260

Pertumbuhan per tahun


2000-2010
2011-2012
2.32
3.03
2.11
2.59
2.53
3.48
1.25
0.78
1.71
1.74
2.40
3.20
1.47
1.24
2.74
3.95
1.65
1.62
1.31
0.92
1.15
0.56
2.11
2.59
2.29
2.99
1.95
2.25
3.07
4.65
2.79
2.96
2.29
4.03
1.85
2.05
1.99
2.34
1.30
0.87
3.52
5.60
2.07
2.57

Sumber: BPS NTT, Analisis Bappeda


*) Termasuk Kabupaten Malaka

2. Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk pada suatu wilayah dipengaruhi oleh faktor migrasi, kelahiran dan
kematian. Ketiga faktor tersebut berkontribusi bervariasi setiap tahun yang berpengaruh pada
tingkat pertumbuhan setiap tahun. Pertumbuhan penduduk periode 2009 - 2010 sebesar 1,39 % dan
meningkat menjadi 1,98 % pada periode 2010 - 2011 dan meningkat menjadi 2,60 % periode
2011 - 2012. Pertumbuhan penduduk yang meningkat 1,21 % pada periode 2009 - 2012 cukup
sebagai dampak dari meningatnya migrasi masuk penduduk dari luar Provinsi Nusa Tenggara Timur,
meningkatnya angka harapan hidup penduduk dan meningkatnya penduduk usia subur yang
melahirkan.
Bila dilihat dari penyebaran penduduk per Kabupaten/Kota terhadap total penduduk Nusa
Tenggara Timur tahun 2012, maka jumlah penduduk terbesar berada di Kabupaten Timor Tengah
Selatan sebanyak 453.386 jiwa (9,25%), disusul Kabupaten Belu sebanyak 370.770 jiwa (7,57%) dan
Kota Kupang sebanyak 362.104 jiwa (7,39%). Sedangkan Kabupaten dengan persentase jumlah
penduduk terendah pada tahun 2012, yakni Kabupaten Sumba Tengah dengan jumlah penduduk
sebanyak 65.606 jiwa (1,34%). Laju pertumbuhan Penduduk di Provinsi Nusa Tenggara Timur dari
tahun 2008-2012 sebagaimana terlihat pada tabel berikut.
3. Kepadatan Penduduk

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

10

Tingkat kepadatan penduduk merupakan gambaran dari perbandingan antara jumlah


penduduk dengan luas wilayah. Tabel 2.2. menunjukan bahwa pada tahun 2012 tingkat kepadatan
penduduk di provinsi NTT sebesar 103 jiwa/km2.
Tabel 2.2
Kepadatan Penduduk Kabupaten/Kota tahun 2012
No

Kabupaten/Kota

Luas
km2

Sumba Barat

Wilayah

Jumlah
Penduduk
(Jiwa)

Kepadatan
Penduduk
(Jiwa/Km2)

703

116,621

166

Sumba Timur

7,001

238,241

34

Kupang

5,418

321,384

59

TTS

3,947

453,386

115

TTU

2,670

238,426

89

Belu*

2,446

370,770

152

Alor

2,865

196,179

68

Lembata

1,266

124,912

99

Flores Timur

1,813

241,053

133

10

Sikka

1,732

309,074

178

11

Ende

2,047

267,262

131

12

Ngada

1,646

148,969

91

13

Manggarai

1,669

307,140

184

14

Rote Ndao

1,280

125,035

98

15

Manggarai Barat

2,947

236,604

80

16

Sumba Tengah

1,480

65,606

44

17

Sumba Barat Daya

1,869

302,241

162

18

Nagekeo

1,417

135,419

96

19

Manggarai Timur

2,495

263,786

106

21

Sabu Raijua

461

75,048

163

20

Kota Kupang

180

362,104

2,009

NTT

47,350

4,899,260

103

Sumber: NTT Dalam Angka 2013 - BPS NTT, Analisis Bappeda


*) Termasuk Kabupaten Malaka

Kepadatan penduduk meningkat beragam antar Kabupaten/Kota sesuai dengan tingkat


pertumbuhan penduduk. Kota Kupang merupakan wilayah terpadat di Provinsi Nusa Tenggara Timur
dengan kepadatan penduduk 2.017 jiwa/km2 pada tahun 2012. Kabupaten dengan Kepadatan
penduduk yang tinggi lainnya yaitu Kabupaten Sumba Barat Daya dan Kabupaten Manggarai
masing-masing sebesar 204 jiwa/km2 dan 184 jiwa/km2, sedangkan Kabupaten Sumba Timur,
Kabupaten Sumba Tengah dan Kabupaten Kupang merupakan kabupaten dengan tingkat kepadatan
penduduk terendah yaitu 34 jiwa/km2, 35 jiwa/km2 dan 59 jiwa/km2.

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

11

4.

Penduduk Terpilah

Rasio jenis kelamin ( sex rasio) adalah perbandingan jumlah antara jenis kelamin laki-laki per
100 perempuan. Rasio jenis kelamin penduduk Provinsi Nusa Tenggara Timur pada tahun 2012
sebagaimana terlihat pada tabel 2.3. berikut.
Tabel 2.3
Kondisi penduduk terpilah per Kabupaten/Kota tahun 2012
No

Kabupaten

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17
18.
19.
20.
21.

Sumba Barat
Sumba Timur
Kupang
TTS
TTU
Belu
Alor
Lembata
Flotim
Sikka
Ende
Ngada
Manggarai
Rote Ndao
Manggarai Barat
Sumba Tengah
Sumba Barat Daya
Nagekeo
Manggrai Timur
Sabu Raijua
Kota Kupang
NTT

Jumlah Penduduk (Jiwa)


Laki-Laki
Perempuan
60.284
56.337
122 848
115 393
164 343
157 041
223 950
229 436
118 039
120 387
182 860
187 910
95 815
100 364
58 540
66 372
115 277
125 776
146 085
162 989
126 693
140 569
72 870
76 099
150 644
156 496
63 707
61 328
117 211
119 393
33 846
31 760
155 317
146 924
65 870
69 549
130 560
133 226
38 361
36 687
185 506
176 598
2 428 626
2 470 634

Sex Rasio
107
106
105
98
98
97
95
88
92
90
90
96
96
104
98
107
106
95
98
105
105
98

Sumber: NTT Dalam Angka 2013 - BPS NTT, Analisis Bappeda

Bonus Demografi NTT yaitu dimana ratio ketergantungan (dependency ratio) yaitu
perbandingan antara jumlah usia non produktif (0-14 tahun ditambah dengan penduduk usia 64
tahun ke atas) dengan penduduk usia produktif (15-64) tahun menurun secara berkelanjutan.
Berdasarkan kriteria tersebut menunjukkan bahwa dalam dua tahun terakhir, bonus demografi NTT
stabil karena rasio ketergantungannya sama yaitu mencapai 73,21 % pada tahun 2010 dan 2011.
Khusus untuk penduduk perempuan mengalami peningkatan ketergantungan 0,01 % sebagaimana
tabel 2.4.
Tabel 2.4
Rasio Ketergantungan Penduduk NTT 2011 - 2012
Indikator
Usia Produktif (15-64 Thn)
Usia Kergantungan (0-14
dan > 64 Thn)
Angka Ketergantungan/
Depedency Ratio

Lak-laki
1,342,812

2011
Perempuan Jumlah
1,414,891 2,757,703

Lak-laki
1,397,994

2012
Perempuan
1,470,806

Jumlah
2,868,800

1,029,701

989,081

2,018,782

1,030,632

999,828

2,030,460

76.68

69.91

73.21

73.72

67.98

70.78

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

12

Peningkatan daya dukung bonus demografi juga berkaitan dengan kualitas, kompetensi,
dukungan sarana dan kondisi sosial budaya masyarakat. Berdasarkan karakteristik spepsifik kondisi
kependudukan di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang akan menjadi sumber daya utama dalam
percepatan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pada periode 2010 - 2011, penduduk umur
0 - 14 tahun menyumbang 23,807 jiwa atau 25,69% dari total tambahan jumlah penuduk 92.658
jiwa. Sehubungan dengan itu maka untuk meningkatkan potensi bonus demografi dalam
pembangunan Nusa Tenggara Timur diperlukan upaya terpadu menurunkan angka kelahiran dan
meningkatkan produktivitas penduduk usia produktif.

2.2. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT


1. Indek Pembangunan Mansusia (IPM)
Ukuran pembangunan yang digunakan selama ini, yaitu PDB dalam konteks regional, hanya
mampu memotret pembangunan ekonomi saja. Karena itu, dibutuhkan suatu indikator yang lebih
komprehensif yang mampu menangkap tidak saja perkembangan ekonomi akan tetapi juga
perkembangan aspek sosial dan kesejahteraan manusia. Pembangunan manusia memiliki banyak
dimensi. Menurut Badan Pusat Statistik (2007), Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan
ukuran capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup. IPM
menggambarkan beberapa komponen, yaitu capaian umur panjang dan sehat yang mewakili bidang
kesehatan; angka melek huruf, partisipasi sekolah dan rata-rata lamanya bersekolah yang mengukur
kinerja pembangunan bidang pendidikan; dan kemampuan daya beli masyarakat terhadap sejumlah
kebutuhan pokok yang dapat dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran perkapita.
Indeks tersebut merupakan indeks dasar yang tersusun dari dimensi berikut ini: Umur
Panjang dan Kehidupan yang Sehat, dengan indikator Angka Harapan Hidup; Pengetahuan, yang
diukur dengan Angka Melek Huruf dan kombinasi dari angka partisipasi sekolah untuk tingkat dasar,
menengah dan tinggi; dan Standar Hidup yang Layak, dengan indikator PDRB per kapita.
IPM Provinsi NTT periode 2007-2012 mengalami peningkatan rata-rata sebesar 1,86%.
Peningkatan tersebut, dapat dinilai signifikan karena IPM merupakan indikator komposit dari
berbagai indikator yang telah disebutkan di atas. Dapat dipastikan dengan implementasi dan capaian
Program Desa Mandiri Anggur Merah, Revolusi KIA, Gong Belajar, Provinsi Jagung, Ternak, Cendana
dan Koperasi secara simultan akan mendorong akselarasi angka IPM provinsi NTT.
Sehubungan dengan itu maka salah satu indikator utama yang dipakai dalam mengukur
keberhasilan pembangunan adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM merupakan indikator
komposit dari pembangunan bidang ekonomi, pendidikan dan kesehatan yang dihitung berdasarkan
angka harapan hidup, rata-rata lama sekolah, angka melek huruf dan pengeluaran riil per kapita. IPM
Provinsi Nusa tenggara Timur terus meningkat yaitu dari tahun 2009 sebesar 67,26 menjadi 67,62
tahun 2011 atau meningkat sebanyak 0.36 dalam kurun waktu tiga tahun. Peningkatan IPM yang
dicapai belum mampu mencapai rata-rata nasional yang telah mencapai 72,64 pada tahun 2011.
Berdasarkan rataan nasional sejak tahun 2005 hinngga tahun 2012 Provinsi NTT tetap bertahan
pada posisi 31.

2. Pendidikan Penduduk
Tingkat pedidikan tertinggi penduduk yang ditamatkan menunjukkan akses pendidikan
pada masyarakat. Prosentase tingkat pedidikan penduduk per kabupaten/kota sebagaimana Tabel
2.5.

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

13

Tabel 2.5
Persentase Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2012
No

Kabupaten/Kota

1
Sumba Barat
2
Sumba Timur
3
Kabupaten Kupang
4
Timor Tengah Selatan
5
Timor Tengah Utara
6
Belu
7
Alor
8
Lembata
9
Flores Timur
10 Sikka
11 Ende
12 Ngada
13 Manggarai
14 Rote Ndao
15 Manggarai Barat
16 Sumba Tengah
17 Sumba Barat Daya
18 Nagekeo
19 Manggarai Timur
20 Sabu Raijua
21 Kota Kupang
Jumlah

Tidak
Punya
Ijasah
46,58
46,83
34,75
39,84
33,05
42,84
33,91
32,41
36,13
48,15
31,15
24,95
36,86
39,07
39,97
47,06
57,27
29,42
35,57
45,00
10,56
37,03

Tamat
SD/MI

SMP

SMA

SMK

DI-DII

DIII

IV-S1

S2-S3

21,99
23,20
31,84
31,24
38,06
28,14
34,32
37,98
35,00
23,52
27,18
44,11
38,36
32,59
38,65
27,32
22,27
38,07
46,69
32,43
16,61
31,04

12,10
12,96
14,69
14,19
12,72
13,31
13,75
12,35
12,74
10,76
15,00
14,59
10,93
12,72
10,29
11,35
8,89
13,41
9,72
12,09
14,81
12,67

10,01
9,83
13,46
9,66
8,55
9,67
9,99
8,89
8,99
8,60
14,07
8,24
7,84
10,31
6,29
8,80
7,28
9,87
5,27
6,74
37,05
11,45

3,73
3,43
1,81
2,74
2,63
1,92
3,82
3,31
3,81
3,33
6,14
3,03
1,93
1,12
1,63
2,56
1,96
2,65
0,53
1,07
6,44
2,98

0,45
0,31
0,38
0,26
0,49
0,60
1,24
0,62
0,80
0,79
0,83
1,13
0,49
1,08
0,87
0,49
0,41
1,05
0,92
0,61
0,68
0,65

1,20
0,97
0,48
0,62
1,44
1,04
0,54
1,43
0,90
1,35
1,00
0,99
0,74
0,48
1,16
0,62
0,64
1,69
0,34
0,23
2,45
1,01

3,76
2,42
2,32
1,34
2,94
2,49
2,39
2,81
1,62
3,48
4,51
2,96
2,83
2,62
1,06
1,81
1,19
3,74
0,95
1,76
10,23
3,00

0,17
0,05
0,26
0,11
0,13
0,00
0,04
0,19
0,03
0,02
0,12
0,00
0,00
0,00
0,06
0,00
0,10
0.11
0,00
0,06
0,16
0,16

Sumber: NTT Dalam Angka 2013 - BPS NTT, Analisis Bappeda

Peningkatan kualitas pendidikan juga dilaksanakan untuk menurunkan buta huruf,


peningkatan penduduk usia 10 tahun menamatkan pendidikan dalam berbagai jenjang. Selanjutnya
untuk meningkatkan kualitas pendidikan juga dilaksanakan kebijakan penerapan manajemen
berbasis sekolah. Kondisi indikator pembangunan pendidikan tersebut sebagaimana tabel 2.6.
Tabel 2.6
Indikator Lain Pembangunan Pendidikan Tahun 2009 2012.
No
1
2

Tingkat Pendididkan
Angka Buta Huruf
Penduduk Usia >10 th menurut
pendidikan tertinggi yang ditamatkan
SD
SMP
SMA
SMK
Penerapan Manajemen Berbasis
Sekolah

2009
10,34

2010
11,81

2011
10,80

2012
9,79

31,20
12,13
10,26
2,91
35

27,37
11,06
9,68
2,59
40

35,44
13,10
10,93
3,37
40

39,27
14,39
11,89
4,01
40

Keterangan: *) angka sementara


Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Prov. NTT, 2013

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

14

Penurunan angka buta huruf pada tabel 2.8 menunjukkan perkembangan yang baik dengan
jumlah penduduk yang buta huruf makin menurun. Angka buta huruf yang masih mencapai 9,79 %
tahun 2012 terutama pada penduduk dewasa dan lansia yang relatif sulit didorong untuk memasuki
dunia pendidikan karena faktor usia. Selanjutnya penduduk usia >10 yang menamatkan
pendidikannya tamat SD ke atas makin meningkat yang mencerminkan penurunan anak usia yang
drop out pada jenjang SD. Penngkatan jumlah penduduk yang menamatkan pendidikan pada jenjang
SMP, SMTA dan perguruan tinggi juga makin meningkat dari tahun ke tahun sebagai wujud
peningkatan kesadaran masyarakat dalam berpartisipasi dalam pembangunan pendidikan.
Peningkatan kesadaran pendidikan penduduk meningkatkan jumlah penduduk melek huruf.
Perkembangan prosentase penduduk melek huruf per kabupaten/kota pada tiga tahun terakhir
sebagaimana Gambar 2.1
Gambar 2.1
Angka Melek Huruf PendudukTahun 2009 - 2012
100

50

Kota

Manggara

Sabu Raijua

Nagekeo

Sumba

Sumba

Manggara

Rote Ndao

Manggarai

Ngada

Ende

Sikka

Flores

Lembata

Alor

Belu

TTU

TTS

Kupang

Sumba

Melek Huruf
Sumba

Buta Huruf

Gambar 2.1 menggambarkan tingkat perkembangan angka melek huruf provinsi NTT
fluktuatif dan angka melek huruf penduduk NTT mencapai angka 89,20% pada tahun 2011. Apabila
dibandingkan dengan rata-rata Nasional untuk tahun yang sama sebesar 93,56%, maka masih
terdapat gap sebesar 4,36%.
Jika dilihat menurut kabupaten/kota, maka angka melek huruf yang dimiliki sebagian
kabupaten di NTT sudah lebih tinggi dari rata-rata provinsi yaitu Kabupaten Kupang (96,82%),
Kabupaten Ngada (96,56%),dan Kabupaten Nagekeo (94,93%) sedangkan beberapa kabupaten yang
memiliki angka melek huruf relatif paling rendah adalah Sumba Tengah (74,74%), Sumba Barat
(81,03%), Sabu Raijua (81,74%) dan TTS (79,11%). Terhadap Kabupaten yang memiliki angka melek
relatif terendah tersebut perlu dilakukan upaya percepatan penuntasan buta aksara baik melalui
pendidikan formal, non formal dan informal.

3. Pembangunan Perumahan dan Permukinan


a. Kawasan Peruntukan Permukiman

Permukiman sebagai salah satu komponen pembangunan yang membutuhkan ruang


untuk pembangunan telah diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi. Kawasan peruntukan
permukiman tersebar di seluruh Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi se Nusa Tenggara Timur.
Selanjutnya secara mikro, kawasan perumahan dan permukiman tersebar pada desa/kelurahan
sebagai satuan wilayah perumahan dan permukiman.
b. Pembangunan Perumahan dan Permukiman
Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

15

Pembangunan perumahan dan permukinan merupakan kebutuhan primer masyarakat.


Pembangunan permukiman ditinjau dari aspek kelayakan berdasarkan kondisi rumah yang ada
sebagaimana Tabel 2.7.
Tabel 2.7
Perkembangan Persediaan rumah layak huni 2010-2012
No
1

Indikator
Jenis Lantai Terluas
- Bukan Tanah
- Tanah
Lantai terluas
- < 20 M2
- 20 - 49 M2
- 50 - 99 M2
>=100
Jenis Atap
- Beton
- Genteng
- Sirap
- Seng
- Asbes
- Ijuk
- Lainnya
Dinding Terluas
- Tembok
- Kayu
- Bambu
- Lainnya

2010

2011

2012

Perkembangan (%)

64.34
35.66

65.81
34.19

59,25

6.44
58.05
29.83
5.69

6.69
57.54
30.03
5.74

10,05
51,98
32,18
5,79

3,36
-5,56
2,15
0.05

0.41
0.96
0.44
75.71
0.22
3.98
18.29

0.58
0.81
0.59
75.89
0.34
2.05
19.73

0,63
0,79
0,24
78,12
0,29
2,09
17,84

0.05
-0,02
-0,35
2,23
-0,05
0,04
-1,89

30.8
10.94
33.92
24.34

31.37
10.46
34.38
23.79

32,58
10,28
31,65
25,50

1,21
-0.18
-2,73
1,71

-6,56
-1.89

32,30

Prosentase rumah tidak layak huni mencapai 35 % (lantai tanah, dinding bukan tembok,
atap daun dan lainnya) dan sekitar 15 % lebih rumah tangga belum memiliki rumah sendiri.
Selanjutnya berdasarkan kondisi rumah sehat sebagaimana Tabel 2.8.
Tabel 2.8
Persentase Rumah Sehat Tahun 2008 2012
No

Uraian

2008

2009

2010

2011

2012

Jumlah Rumah
Sehat

216.581

200.430

218.824

265.377

312.270

Jumlah Rumah

817.680

790.107

836.145

823.859

872.533

Persentase

26,8

25,4

26,2

32,2

35,8

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

16

4. Perkembangan Pembangunan Air Minum


Air bersih kemasan, perpipaan dan sumur 48,19 % dan air minum rumah tangga yang
bersumber dari air sungai, hujan dan mata air sekitar 51,81 %. Persentase Rumah Tangga Menurut
Kabupaten/Kota dan Sumber Air Minum, 2011 sebagaimana tabel 2.9.
Tabel 2.9
Persentase Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota dan
Sumber Air Minum Tahun 2012

No

Sumber Air Minum

Tahun

Perkembangan (+/-)

2010

2011

2012

Air Kemasan Bermerek

2.65

0.77

3,91

3,14

Leding

16.68

14.68

14,69

0,01

Pompa Air

2.29

2.45

2,23

-0,22

Sumur/Perigi

30.32

26.47

27,16

0,69

Mata Air

40.05

44.21

43,66

-0,55

Sungai

4.36

5.2

4,87

-0,33

Air Hujan

2.95

2.92

2,98

0,06

Lainnya

0.70

0.99

0,50

-0,49

Selanjutnya prosentase ketersediaan fasilitas air minum tahun 2012 yaitu 19,23 % milik
sendiri, 31,54 % fasilitas bersama, 45,06 % umum dan 4,17 % lainnya. Sedangkan prosentase layanan
2010-2012 sebagaimana Gambar 2.2.
Gambar 2.2
Persentase Fasilitas Air Fasilitas Air Minum Tahun 2010-2012

50
40
30
20
10
0
Sendiri

Bersama
Tahun 2010

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

Umum
Tahun 2011

Lainnya

Tahun 2012

17

5. Perkembangan Pembangunan Sanitasi


Pembangunan sanitasi dapat ditinjau dari keberadaan sarana dasar penampungan limbah
rumah tangga, persampahan dan drainase. Persentase rumah tangga yang memiliki sarana sanitasi
dasar di tingkat desa tahun 2010 yaitu jamban sendiri 2.220 Desa/kelurahan (74,85 %), Jamban
bersama 102 desa (3,44 %) dan jamban umum 612 (20,63 %). Dari data tersebut terlihat bahwa
walaupun mengalami peningkatan akan tetapi prosentase jumlah kepemilikan masih rendah yakni
kurang dari setengah jumlah rumah belum memiliki jamban/WC. Persentase Rumah Tangga
Menurut persediaan fasilitas Tempat Buang Air Besar (BAB) sebagaimana tabel 2.10.
Tabel 2.10
Fasilitas Tempat BAB Tahun 2010-2012
No

Fasilitas BAB

Tahun
2010

2011

2012

Perkembangan
(+/-)

Leher Angsa

49.82

52.22

53,68

1,46

Plengsengan

20.33

20.12

22,37

-,2,25

Cemplung

28.55

24.76

20,82

3,94

Lainnya

1.29

2.9

3,14

-6,04

6. Kondisi Kemiskinan
Nusa Tenggara Timur menunjukkan kemampuan yang cukup baik dalam menurunkan
angka kemiskinan per tahun. Pada periode 2008-2012 jumlah penduduk miskin menurun dari
1.098.400 orang atau 25,65 % menjadi 1.000.300 orang atau 20.03 % pada bulan September 2012.
Dalam kurun waktu lima tahun penduduk miskin berkurang sebesar 98.100 orang dan
mempertahankan:
- Jumlah penduduk miskin di NTT pada bulan Maret 2011 sebesar 1,012 juta orang (21,23 persen).
Dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin di NTT pada bulan Maret 2010 sebesar 1,014 juta
orang (23,03 persen), berarti jumlah penduduk miskin Provinsi NTT pada periode 2010-2011
mengalami penurunan sebesar 1,2 (ribuan).
- Selama Maret 2010-Maret 2011, Garis Kemiskinan naik sebesar 13,26 persen, yaitu dari
Rp 175.308,- per kapita per bulan pada Maret 2010 menjadi Rp 198.553,- per kapita per bulan
pada Maret 2011. Persentase kenaikan garis kemiskinan lebih tinggi terjadi di daerah pedesaan
dibanding daerah perkotaan, yaitu masing-masing 13,02 persen dan 10,70 persen pada periode
yang sama.
- Indeks Kedalaman Kemiskinan pada keadaan Maret 2010 4,74 turun menjadi 4,20 pada
keadaaan Maret 2011. Demikian pula Indeks Keparahan Kemiskinan mengalami penurunan dari
1,43 menjadi 1,27 pada periode yang sama sebagaimana terlihat pada tabel 2.11.

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

18

Tabel 2.11
Perkembangan Penurunan Kemiskinan 2009-2012
Penduduk Miskin
Tahun

Penduduk

Kota

Desa

Prosentase
Jumlah

Kota

Desa

Jumlah

2008

4,534,319

119

979

1,098

15.5

27.9

25.65

2009

4,619,655

109,400

903,700

1,013,100

14

25.4

23.31

2010

4,683,827

107,400

906,700

1,014,100

13.6

25.1

23.03

2011

4,776,485

99,200

887,300

986,500

10.5

22.9

20.48

2012

4,900,652

117,400

882,900

1,000,300

12.2

22.4

20.41

2013

4,900,652

113.57

879.99

993.56

11.54

22.13

20.03

366,333

-5.73

-99.11

-104.84

-3.96

-5.77

-5.62

Selanjutnya berdasarkan tempat tinggal, garis kemiskinan, peranan komoditas dan kedalaman
kemiskinan pada perode Maret 2012- Maret 2013 sebagai berikut:
-

Berdasarkan daerah tempat tinggal, selama periode Maret 2012 Maret 2013, persentase
penduduk miskin di daerah perkotaan maupun perdesaan mengalami penurunan dengan
persentase penurunan sebesar 0,68 persen untuk perkotaan dan 0,85 persen untuk perdesaan.
Penurunan ini juga terjadi pada periode September 2012 - Maret 2013.
Garis kemiskinan pada September 2012 sebesar Rp. 222.507 perkapita/bulan naik sebesar 6,26
persen menjadi Rp.235.805 perkapita/bulan pada Maret 2013.
Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan
komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada Maret 2013,
sumbangan garis kemiskinan makanan terhadap Garis Kemiskinan sebesar 78,65 persen, tidak
jauh berbeda dengan September 2012 yang sebesar 79,16 persen.
Pada periode September 2012-Maret 2013, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks
Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami penurunan. Indeks Kedalaman Kemiskinan turun dari
3,466 pada September 2012 menjadi 3,393 pada Maret 2013. Demikian pula Indeks Keparahan
Kemiskinan turun dari 0,908 menjadi 0,875 pada periode yang sama.

2.3. ASPEK PELAYANAN UMUM


2.3.1. Keluarga Berencana
Pertumbuhan penduduk dalam tiga tahun terakhir meningkat cukup signifikan yaitu 1,39
% tahun 2010 menjadi 1,98 % tahun 2011 dan 2,60 % tahun 2012 sebagai akibat tingginya angka
kelahiran dan meningkatnya harapan hidup penduduk. Hasil Survey Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) 2012 menunjukkan bahwa Total Fertility Rate (TFR) NTT 3,3 % atau mengalami
penurunan dari 4,2 % pada SDKI 2007. Selanjutnya harapan hidup juga meningkat yaitu dari 65,1
tahun 2010 menjadi 67,76 tahun 2011.
Masih tingginya TFR sebagai akibat dari Contrceptive Prevalence Rate (CPR)/Prevalensi
penggunaan kontrasepsi di NTT masih rendah yaitu 38,3%, Unmet Need (Pasangan Usia Subur yang
ingin menggunakan kontrasepsi tetapi belum terlayani sebanyak 15,9%. Selain itu Angka kematian
Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

19

Ibu di NTTmasih tinggi yaitu 306/100.000 Kelahiran Hidup dan Angka Kematian Bayi juga masih
tinggi yaitu 57/1.000 Kelahiran Hidup sesuai SKDI 2007 dan menurun menjadi 45/1.000 kelahiran
hidup. Sedangkan kasus kematian ibu menurun dari 252 kasus tahun 2010, menjadi 208 kasus
tahun 2011 dan 172 kasus tahun 2012.
Untuk menekan pertumbuhan penduduk maka telah dilaksanakan upaya pengendalian
kelahiran melalui Keluarga Berencana (KB). Kepesertaan keluarga berencana melalui pemasangan
akseptor KB pada pasangan usia subur dalam tiga tahun terakhir meningkat relatif kecil yaitu
72,15 % tahun 2009 menjadi 732,15% tahun 2010, menjadi 73.88 % tahun 2011 dan
73,88 % tahun 2012 sebagaimana tabel 2.12.
Tabel 2.12
Rasio Akseptor KB tahun 2010-2012
No

Uraian

2010

2011

2012

Jumlah Akseptor KB

466.081

499.630

493.533

Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS)

645.989

683.059

668.017

Persentase (%)

72.15

73.15

73.88

Sumber : BKKBN NTT


Proses penurunan fertilitas dan kematian yang terjadi merupakan transisi demografi
sebagai akibat pelaksanaan program KB dan kemajuan pembangunan bidang kesehatan untuk
menekan kematian ibu dan bayi serta meningkatkan umur harapan hidup penduduk, sehingga dalam
jangka panjang akan terjadi lagi peningkatan usia ketergantungan pada usia di atas 64 tahun. Lansia
sebagai salah satu faktor demografis yang dapat menjadi sumber besarnya rasio ketergantungan
dapat ditekan melalui perbaikan kesehatan. Penurunan kelahiran juga perlu ditingkatkan melalui
pengaturan kelahiran dengan meningkatkan kesadaran pasangan usia subur sebagai peserta KB aktif.
Pembangunan kesehatan melalui Gerakan Pola Makan Sehat bagi masyarakat, dan
pemberdayaan Lansia secara baik diharapkan dapat memperpanjang produktivitas para lansia.
Sehingga walaupun secara pengelompokan penduduk usia di atas 64 tahun dikategorikan sebagai
penduduk usia ketergantungan, tetapi secara fakta masih memberikan kontribusi terhadap
pembangunan ekonomi. Kondisi kelompok umur penduduk NTT tahun 2011-2012 sebagaimana tabel
2.13.
Tabel 2.13
Kelompok Usia Penduduk NTT 2011-2012
2011
Kelompok
Umur
0-4
5-'9
10-'14
15-19
20-24
25-29
30-34

Lak-laki
311,191
319,385
285,791
223,363
172,565
167,971
154,495

2012

Perem
puan

Jumlah

Lak-laki

Perem
puan

295,934
300,715
268,996
213,200
181,238
186,615
172,701

607,125
620,100
554,787
436,563
353,803
354,586
327,196

316 994
304 335
295 452
247 702
183 508
163 029
157 131

303 481
290 254
279 184
234 045
185 835
180 512
177 540

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

Jumlah
620 475
594 589
574 636
481 747
369 341
343 541
334 671

Pening katan (%)


13,350
-25,511
19,849
45,184
15,538
-11,045
7,475

20

2011
Kelompok
Umur
35-39
40-44
45-49
50-54
55-59
60-64
65-69
70-74
75+
Jumlah
(%)

2012

Perem
puan

Jumlah

Lak-laki

Perem
puan

145,194
132,824
117,426
98,746
72,950
57,278
46,103
31,972
35,259

159,054
142,668
123,022
101,097
72,752
62,544
46,896
35,084
41,456

304,248
275,492
240,448
199,843
145,702
119,822
92,999
67,056
76,715

2,372,513

2,403,972

4,776,485

49.67

50.33

146 674
135 398
121 586
103 998
79 231
59 739
46 695
32 765
34 391
2 428
626
49.57

163 192
147 600
129 307
107 983
81 087
63 705
49 846
35 093
41 970
2 470
634
50.43

Lak-laki

Jumlah

Pening katan (%)

309 866
282 998
250 893
211 981
160 318
123 444
96 541
67 858
76 361

5,618
7,506
10,445
12,138
14,616
3,622
3,542
802
16

4 899 260

122,775
1.98

Sumber: NTT Dalam Angka 2013 - BPS NTT, Analisis Bappeda

Indikator lainnya yang menggambarkan kondisi peserta KB aktif yang menentukan tingkat
kelahiran dan pertumbuhan penduduk. Peserta KB aktif sebesar 57,4% sebagaimana Tabel 2.14.
Tabel 2.14
Rasio Akseptor KB Tahun 2008 2012
No
1
2
3

Uraian
Jumlah Akseptor KB
Jumlah Pasangan Usia
Subur
Persentase

2008
438.774
593.697

2009
503.950
718.193

2010
442.321
770.816

2011
500.086
742.491

2012
681.068
757.760

73,9

70,2

57,4

67,3

89.8

Kepesertaan KB berasaran jenis akseptor yang dapat mendukung penurunan angka kelahiran.
Tingkat partisipasi pasangan usia pasangan subur sebagai akseptor KB rasionya sebagaimana Tabel
2.15.
Tabel 2.15
Rasio Akseptor KB menurut Kabupaten/Kota Tahun 2012
No

Kabupaten/Kota

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Sumba Barat
Sumba Timur
Kupang
Timor Tengah Selatan
Timor Tengah Utara
Belu
Alor
Lembata
Flores Timur
Sikka
Ende
Ngada

Jumlah Akseptor
KB
18.875
32.327
37.223
71.120
30.131
45.470
37.254
15.321
28.263
43.891
40.886
21.189

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

Jumlah PUS

Rasio

3.895
3.028
21.087
24.910
18.566
30.929
22.876
9.452
9.645
29.395
34.329
2.385

20,6
9,4
56,7
35,0
61,6
68,0
61,4
61,7
34,1
67,0
84,0
11,3

21

No

Kabupaten/Kota

13
14
15
16
17
18
19
20
21

Manggarai
Rote Ndao
Manggarai Barat
Sumba Tengah
Sumba Barat Daya
Nagekeo
Manggarai Timur
Sabu Raijua
Kota Kupang
NTT

Jumlah Akseptor
KB
47.967
19.053
40.651
11.728
41.446
22.429
43.376
958
108.202
757.760

Jumlah PUS

Rasio

33.423
7.449
26.392
3.319
25.634
7.106
26.219
908
340.121
681.068

69,7
39,1
64,9
28,3
61,8
31,7
60,4
94,8
314,3
89,9

Sumber: NTT Dalam Angka 2013 - BPS NTT, Analisis Bappeda

2.3.2. Pembangunan Pendidikan


Pembangunan pendidikan sangat dipengaruhi ketersediaan sekolah, guru dan murid.
Sehubungan dengan itu maka untuk mempercepat akses dan kualitas pendidikan dilaksanakan
pemenuhan atas tiga aspek strategis pembangunan pendidikan tersebut. Berdasarkan jenjang
pendidikan, maka kondisi sekolah, murid, guru dan rasio murid-guru berkembangannya berbeda. per
tahun
a. Pendidikan Dasar
Tingkat pendidkan dasar didominasi oleh SD selanjutnya MI dan SDLB. Khusus untuk SDLB disediakan
untuk memenuhi kebutuhan pendidikan bagi anak usia sekolah berkebutuhan khusus. Kondisi
perkembabangan pembangunan pendidikan dasar pada tahun 2012 sebagaimana tabel 2.16.
Tabel 2.16
Banyaknya Sekolah, Murid, Guru dan Ratio Murid-Guru Pendidikan dasar
No

Indikator

SD

MIN

MIS

SDLBN

SDLBS

Total

Sekolah

1,850

21

129

19

2,024

Jumah Murid

318,904

4,657

15,758

1,248

287

340,854

Murid laki-laki

143,507

2,497

8,197

809

154

155,164

Murid Perempuan
Jumlah Guru
Guru Laki-laki

175,397
19,843
9,386

2,160
339
153

7,561
1,343
645

445
356
136

133
89
28

185,696
21,970
10,348

Guru Perempuan
Rasio Murid : Guru

10,457
16

186
14

698
12

220
4

61
3

11,622
16

Sumber: NTT Dalam Angka 2013 - BPS NTT, Analisis Bappeda


b. Pendidikan Lanjutan Pertama
Tingkat pendidikan lanjutan pertama didominasi oleh SMP selanjutnya MTsS dan MTsN.
Berdasarkan rasio murid-guru menunjukkan bahwa tingkat ketersediaan guru melayani setiap
murid ternyata MTsS yang terbaik dengan rasio 1 guru untuk 7 murid dan terberat yaitu MTsN
dimana 1 guru melayani 13 murid. Komposisi murid laki-laki mencapai 124.185 orang atau
Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

22

51,71 % dan siswa perempuan mencapai 48,29 %. Kondisi pendidikan lanjutan pertama pada
tahun 2012 sebagaimana tabel 2.17.
Tabel 2.17
Sekolah, Murid, Guru dan Ratio Murid-Guru Pendidikan Lanjutan Pertama
No

Indikator

Sekolah

SMP

MTsS

Total

1,385

19

50

1,454

Jumah Murid

282,224

5,461

4,645

292,330

Murid laki-laki

119,299

2,663

2,223

124,185

Murid Perempuan

110,957

2,798

2,422

116,177

Jumlah Guru

19,357

355

528

20,240

Guru Laki-laki

8,326

178

321

8,825

11,031

177

207

11,415

12

13

12

Guru Perempuan
4

MTsN

Rasio Murid : Guru

Sumber: NTT Dalam Angka 2013 - BPS NTT, Analisis Bappeda

c. Pendidikan Menengah Atas


Tingkat pendidikan atas didominasi oleh pendidiksn SMA dengan jumlah mencapai 328
sekolah atau 63,69 % dari 515 sekolah tingkat pendidikan atas yang ada. Jumlah murid yang ada
dominan perempuan yang mencapai 59,0 % dan murid perempuan 41,0 % dengan rasio murid-guru
mencapai 15. Kondisi pendidikan menengah atas pada tahun 2012 sebagaimana tabel 2.18
Tabel 2.18
Banyaknya Sekolah, Murid, Guru dan Ratio Murid-Guru Pendidikan dasar
No
1
2

Indikator
Sekolah
Jumah Murid

SMA

Jumlah Guru

Rasio Murid : Guru

MAN

MAS

SMK

Total

362
136,108

9
2,922

20
2,308

160
53,141

551
194,479

7,703

288

204

4,272

12,467

18

13

11

12

15

Berdasarkan data rasio murid-guru dalam tiga tahun terakhir untuk jenjang pendidikan
SD, SMP dan SMA per kabupaten bervariasi. Namun demikian tahun 2011 ketersediaan sekolah dan
guru terhadap Perkembangan rasio siswa-guru selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.19.
Tabel 2.19
Rasio guru dan Murid Provinsi NTT 2009-2012
No

Kab/Kota

1.
2.
3.

Sumba Barat
Sumba Timur
Kupang

Sekolah Dasar
2009/ 2010/
2010
2011
19
22
18
14
14
14

2011/
2012
31
18
17

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

SMTP
2009/
2010
17
21
12

2010/
2011
19
11
11

2011/
2012
17
20
10

SMA
2009/
2010
9
16
17

2010/
2011
10
9
14

2011/
2012
14
17
13

23

No
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

Kab/Kota
TTS
TTU
Belu
Alor
Lembata
Flores Timur
Sikka
Ende
Ngada
Manggarai
Rote Ndao
Manggarai Barat
Sumba Tengah
Sumba Barat Daya
Nagekeo
Manggarai Timur
Sabu Raijua
Kota Kupang
NTT

Sekolah Dasar
17
14
41
17
15
14
17
16
12
12
15
15
16
15
12
12
15
13
27
29
17
15
18
25
14
16
70
43
13
13
27
22
20
20
16
24
18
17

18
17
14
16
12
15
15
12
14
29
15
25
43
16
12
22
20
16
17

SMTP
25
34
22
15
11
16
19
13
15
24
15
22
11
37
12
24
19
15
18

Sumber: NTT Dalam Angka 2013 - BPS NTT, Analisis Bappeda

17
21
16
15
10
18
16
14
12
19
12
27
10
22
11
28
16
13
16

18
17
10
15
8
12
11
12
11
18
11
11
12
11
10
20
33
15
12

SMA
18
6
4
8
10
7
25
6
16
15
14
13
15
30
13
18
22
12
13

15
15
13
19
11
10
21
9
6
17
7
18
16
24
12
18
17
11
13

17
22
18
15
9
12
16
12
17
19
12
9
17
19
14
24
25
12
15

d. Rasio Indikator Pendidikan


Berdasarkan data tahun 2009 ketersediaan sekolah dan guru terhadap jumlah siswa untuk
tiap jenjang pendidikan di Provinsi Nusa Tenggara Timur cukup memadai sehingga perkembangan
hingga tahun 2012 peningkatannya tidak berpengaruh terhadap rasio secara signifikan. Ketersediaan
jumlah sekolah, ruang kelas dan guru terhadap jumlah siswa selengkapnya sesuai jenjang pendidikan
dapat dilihat pada tabel 2.20.
Tabel 2.20.
Rasio Jumlah Sekolah, Ruang Kelas dan Guru Terhadap Siswa Tahun 2012
No

Indikator

Rasio Sekolah-Siswa

Rasio Kelas-Siswa

Rasio Guru-siswa

Tingkat
Pendidikan
SD
SMP

Tahun
2009
1 : 175
1 : 224

2010
1 : 175
1 : 224

2011
1 : 164
1 : 295

2012
1 : 178
1 : 203

SMA/MA/
SMALB
SMK

1 : 342

1 : 342

1 : 375

1 : 403

1 : 154

1 : 154

1 : 363

1 : 328

SD
SMP

1 :29
1:44

1:29
1:44

1:24
1:31

1:34
1:32

SMA/MA/SMA
LB/SMK
SD

1:54

1:54

1:32

1:30

1:17

1:17

1:16

1:17

SMP
SMA/MA/
SMALB
SMK

1:19
1:16

1:19
1:16

1:15
1:17

1:18
1:20

1:14

1:14

1:13

1:15

Sumber: NTT Dalam Angka 2013 - BPS NTT, Analisis Bappeda

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

24

e. Tingkat Kelulusan
Berkembangan pembangunan pendidikan berdasarkan tingkat kelulusan sebagai salah
satu indikator yang menggambarkan keberhasilan pancapaiannya meningkat dari tahun ke tahun.
Kelulusan per tingkat pendidikan pada Tahun Pelajaran 2011/2012 di Provinsi Nusa Tenggara Timur
menunjukkan hasil yang cukup memuaskan. Persentase tingkat kelulusan pada tahun ajaran
2011/2012 berdasarkan data Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Provinsi Nusa Tenggara Timur
untuk tingkat SMP/MTs/SMPLB sebesar 97,56% atau mengalami penurunan sebesar 0,10 % dari
tahun pelajaran sebelumnya, untuk tingkat SMA/MA sebesar 94,50% atau mengalami peningkatan
sebesar 0,07% dari tahun pelajaran sebelumnya dan untuk tingkat SMK sebesar 96,49% atau
mengalami sedikit peningkatan sebesar 0,82% dari tahun pelajaran sebelumnya.
Perkembangan tingkat kelulusan semua jenjang pendidikan merupakan wujud
keberhasilan sinergi agenda pembangunan pendidikan dengan program Kementrian Pendidikan
Nasional, Program Kabupaten/Kota se Nusa Tenggara Timur, Yayasan pendidikan swasta dan
partisipasi masyarakat. Kelulusan sangat berpeluang ditingkatkan dengan memacu tingkat kelulusan
pada sekolah-sekolah yang masih mencapai < 50 %. Data selengkapnya tentang jumlah kelulusan
dapat dilihat pada tabel 2.21.
Tabel 2.21.
Data Kelulusan Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2018 - 2012
No

Tingkat
Pendidikan

2009/2010
97.06

Tingkat kelulusan (%)


2010/2011
2011/2012
98.41
100.00

SD

2008/2009
90.63

2012/2013
99,69

SMP

70.25

96.66

97.66

97.56

97,68

SMA

69.80

93.90

94.43

94.50

98,11

SMK

88.16

95.91

95.67

96.49

99,79

Sumber: NTT Dalam Angka 2013 - BPS NTT, Analisis Bappeda


Pada tabel 2.15 secara umum dapat dilihat bahwa tingkat kelulusan pada semua tingkat
pendidikan mengalami peningkatan. Prestasi tingkat kelulusan yang mencapai 100 % pada jenjang
pendidikan SD tahun 2011/2012 yang menurun menjadi 99,69 % tahun 2012/2013 harus menjadi
bahan evaluasi dalam persiapan ujian tahun 2013/2014. Jenjng pendidikan SMP, SMA dan SMK
perlu dikawal khusus sekolah dengan tingkat kelulusan rendah.
f. APM dan APK
Angka Partisipasi Murni (APM) adalah rasio jumlah siswa dengan usia yang berkaitan
dengan jenjang pendidikannya dari jumlah penduduk di usia yang sama. APM menyatakan
banyaknya penduduk usia sekolah yang masih bersekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai.
Peningkatan yang signifikan terjadi pada angka partisipasi murni (APM) tingkat SMA dan
SMP yang melampui target > 20 % lebih. Sedangkan peningkatan APM tingkat SD memang tidak
terlalu tinggi karena capaian persentase sudah tinggi yaitu di atas 90 persen. Perkembangan yang
sangat positif ini adalah keberhasilan dari penetapan program prioritas daerah yang menempatkan
pendidikan sebagai salah satu prioritas dalam 8 agenda pembangunan daerah. Tingkat capaian
target RPJMD melampaui target pada semua jenjang pendididkan sebagaimana tabel 2.22.

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

25

Tabel 2.22
Realisasi capaian Sasaran APM dan APK Tahun 2009 2012
No
1

Indikator sasaran
APM (%)
SD
SMP
SMA/SMK
APK (%)
SD
SMP
SMA/SMK

2009

2010

2011

2012

92,93
65,46
-

94,93
67,96
-

94,36
83,08
81,94

96,89
83,26
69,45

111,73
82,95
49,36

114,01
86,95
54,41

115,31
97,48
89,06

115,34
97,58
77,16

Sumber: NTT Dalam Angka 2013 - BPS NTT, Analisis Bappeda

Secara periodik terjadi peningkatan APM yang signifikan pada semua tingkatan
pendidikan. Kondisi capaian APM tahun 2012 untuk tingkat SD/MI/SDLB sebesar 96,89%, terjadi
peningkatan sebesar 2,53%. Untuk APM tingkat SMP/MTs/SMPLB sebesar 83,26%, meningkat
sebesar 0,18%, sedangkan APM tingkat SMA/MA/SMK sebesar 69,45%, menurun 12,49%.
Selanjutnya pencapaian pada tahun 2012 APK untuk tingkat SD/MI/SDLB sebesar 115,34%,
terjadi peningkatan sebesar 0,03%. Untuk APK tingkat SMP/MTs/SMPLB sebesar 97,58%, meningkat
sebesar 0,10%, sedangkan APK tingkat SMA/MA/SMK sebesar 77,16%, menurun sebesar 11,9%.
Peningkatan APK di semua tingkatan pendidikan sebagai indikasi keberhasilan masyarakat dalam
mendorong meningkatkan pendidikan anak usia sekolah.
Peningkatan APK di semua tingkatan pendidikan juga sebagai indikasi kinerja pemerintah
provinsi dan pemerintah kabupaten/kota telah membawa perubahan signifikan dalam bidang
pendidikan yang mendorong semua usia sekolah melanjutkan jenjang pendidikan. Pengembangan
pendidikan Paket A, B dan C untuk menjaring kepesertaan pendidikan sangat dibutuhkan sekaligus
untuk menurunkan angka buta huruf. Untuk itu tetap diperlukan upaya pembinaan yang
berkelanjutan agar prestasi ini tetap terjaga ke depan.
g. Angka Partisipasi Sekolah (APS)
Angka partisipasi sekolah menunjukkan peningkatan kepesertaan dari tahun ke tahun
pada semua jenjang pendidikan. APS tahun 2012 yaitu SD/MI sebesar 96,13, SMP/MTS sebesar
88,73 selengkapnya sebagaimana tabel 2.23.
Tabel 2.23
Angka Partisipasi Sekolah(APS) Tahun 2009-2012
No
1

Jenjang Pendidikan
SD/MI
Jumlah Murid Usia 712 Thn

2009

2010

2012

700.854

810.469

817.278

798.371

95,99

96,49

95,96

96,13

188.387

250.036

232.152

232.959

79,28

81,24

85,88

88,73

APS SD/MI
SMP/MTS
Jumlah Murid Usia 1315 Thn

2011

APS SMP/MTS

Sumber: NTT Dalam Angka 2013 - BPS NTT, Analisis Bappeda

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

26

Data pada tabel 2.17 menunjukan bahwa rata-rata APS untuk jenjang pendidikan SD dan
SMP di Provinsi NTT sampai dengan Tahun 2012 masih dibawah rata-rata Nasional sebesar 97,99%
dan 89,76%. Untuk meningkatkan APS maka desa/kelurahan yang banyak penduduknya miskin
yang belum memiliki sarana pendidikan SD dan SMP serta anak usia sekolah yang bersekolah
rendah, maka perlu mendapat pendampingan dan kebijakan percepatan pembangunan pendidikan
antara lain melalui penyediaan sarana pendidikan, pembinaan dan dukungan beasiswa miskin.
h. Rata-rata Lama Sekolah
Rata-rata lama sekolah memperlihatkan rata - rata periode setiap penduduk di suatu
wilayah yang mengenyam bangku pendidikan dapat menjadi salah satu indikator yang cukup
menentukan keberhasilan pembangunan di bidang pendidikan. Rata-rata lama sekolah merupakan
salah satu indukator kunci yang menentukan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Rata-rata lama
sekolah penduduk Nusa Tenggara Timur tahun 2008-2011 sebagaimana terlihat pada tabel 2.24.
Tabel 2.24
Rata-Rata Lama Sekolah Penduduk Provinsi NTT
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.

Kabupaten/Kota
Sumba Barat
Sumba Timur
Kupang
Timor Tengah Selatan
Timor Tengah Utara
Belu
Alor
Lembata
Flores Timur
Sikka
Ende
Ngada
Manggarai
Rote Ndao
Manggarai Barat
Sumba Tengah
Sumba Barat Daya
Nagekeo
Manggarai Timur
Sabu Raijua
Kota Kupang
NTT

2008
5,84
5,93
6,71
6,08
6,24
6,06
7,38
6,47
6,58
6,13
6,77
6,73
6,71
6,18
6,23
6,20
5,40
6,69
5,92
10,89
6,55

2009
5,96
5,99
6,72
6,12
6,38
6,24
7,41
6,50
6,60
6,15
7,05
6,97
6,72
6,20
6,30
6,21
5,72
6,74
6,20
4,47
10,91
6,60

Sumber: NTT Dalam Angka 2013 - BPS NTT, Analisis Bappeda

2010
6,42
6,11
6,85
6,61
6,77
6,33
7,42
6,83
6,62
6,36
7,38
7,26
6,79
6,49
6,54
5,22
5,90
6,96
6,49
5,20
11,06
6,99

2011
6,44
6,26
7,44
6,67
6,83
6,34
7,46
6,97
6,64
6,37
7,39
7,62
6,79
6,45
6,56
5,32
5,93
6,97
6,50
5,40
11,07
7,05

i. Kualifikasi Kompetensi
Penyediaan guru yang berkualitas menjadi salah upaya strategis untuk mendukung
percepatan pembangunan kualitas pendidikan. Untuk menjamin peningkatan kompetensi dan
peningkatan kualitas penyelenggaraan pendidikan ada tiga aspek yang didorong yaitu peningkatan
kualifikasi pendidikan, sertifikasi dan pelatihan. Realisasi pencapaian Taget RPJMD tahun 2009-2012
sebagaimana Tabel 2.25

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

27

Tabel 2.25
Kualifikasi Kompetensi GuruTahun 2009 2012.
No
1

Kualifikasi Kompetensi
Kualifikasi tenaga pendidik
akademis S1:
SD (%)
SMP (%)
SMA (%)
SMK (%)
Sertifikasi guru (%)

2009

2010

2011

2012

7,3
53,9
83,97
76,38
8,79

7,3
53,9
43,76
76,38
11,32

19
56
71
65
49

19
59
85,6
78,5
26,51

*) Total guru dari tingkat PAUD, TK, SD, SMP, SMA dan SMK, pendidikan luar biasa dan non formal

Sesuai dengan Tabel 2.19 menunjukkan bahwa realisasi pencapaian target kualifikasi
akademis pendidikan S1 pada jenjang pendidikan SD pencapaiannya fluktuatif dimana tahun 2009
dan 2011 berada di atas target dan tahun 2010 dan 2012 di bawah target. Selanjutnya untuk SMP,
SMA, dan SMK semuanya melampui target. Pencapaian target erat kaitannya dengan keberhasilan
program beasiswa yang diberikan pada guru-guru yang kualifikasi pendidikannya belum mencapai
S1. Ketersediaan fasilitas pendidikan tinggi melalui Universitas terbuka (UT) juga menjadi pilihan
para guru karena melaksanakan peningkatan kualifikasi pendidikan tanpa meninggalkan tugas.
j. Pendidikan Tinggi
Persentase penduduk yang menamatkan pendidikan tinggi dari tahun ke tahun terus
mengalami peningkatan. Tingakt pendidikan penduduk yang dihasilkan dari perguruan tinggi tahun
2011 yaitu Diploma I dan II 0,96 %, DIII 1,05 % dan D IV-S2 2.28 %. Jumlah perguruan tinggi Swasta
di NTT tersebar di Kabupaten/kota dengan sebaran di 55 Desa/kelurahan Khusus kondisi pendidikan
tinggi negeri sebagaimana tabel 2.26
Tabel 2.26
Tingkat Pendidikan Tinggi dan rasio Mahasiswa-Dosen 2012
No

Indikator pendidikan

Univ/Akedemi

Mahasiswa

22.213

Mahasiswa laki-laki

14.001

Mahasiswa Perempuan

10.371

Dosen
Guru besar

PTN
4

1,530
24

Dosen S3

254

Dosen S2

864

Dosen S1

399

Rasio mahasiswa-Dosen

13

Sumber: NTT Dalam Angka 2013 - BPS NTT, Analisis Bappeda

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

28

2.3.3. Pembangunan Kesehatan


Salah satu Misi Pembangunan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur 2009-2012 adalah
Meningkatkan derajat dan kualitas kesehatan masyarakat melalui pelayanan yang dapat dijangkau
seluruh masyarakat. Salah satu indikator pembangunan kesehatan adalah ketersediaan prasarana
kesehatan yang cukup memadai seperti Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Posyandu.

1. Sarana Kesehatan
Sampai dengan Tahun 2012 terdapat 43 Rumah Sakit di Provinsi Nusa Tenggara Timur,
terdiri dari 20 Rumah Sakit Pemerintah, 13 Rumah Sakit Swasta, 5 Rumah Sakit TNI/Polri dan 4
Rumah Sakit Khusus. Rumah Sakit Pemerintah bertambah 1 di Kabupaten Manggarai Barat, Rumah
Sakit TNI mengalami peningkatan sebanyak 2 rumah sakit. Data jumlah Rumah Sakit umum dan
rumah sakit khusus yang tersedia dapat dilihat pada tabel 2.27
Tabel 2.27
Banyaknya Rumah Sakit dan Kapasitas Tempat Tidur
Menurut Jenis Rumah Sakit Per Kabupaten/Kota, Tahun 2013
Rumah Sakit Umum
Pemerintah
Swasta

Rumah Sakit Khusus


Ibu & Anak Lepra/jiwa

N
o

Kabupaten/Kota

Sumba Barat

Sumba Timur

Kupang

TTS

TTU

Belu

Alor

Lembata

Flores Timur

10

Sikka

11

Ende

12

Ngada

13

Manggarai

14

Rote Ndao

15

Manggarai Barat

16

Sumba Barat Daya

17

Sabu Raijua

18

Kota Kupang

1*

19

Malaka
NTT

1
19

14

Keteramhan: * RS Jiwa
Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi NTT, 2012

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

TNI/POLRI

29

Selain penyediaan rumah sakit, Pemerintah juga memperhatikan pemerataan pelayanan


kesehatan bagi masyarakat di daerah-daerah terpencil yang tidak terjangkau pelayanan fasilitas
rumah sakit, melalui penyediaan Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling dan
Posyandu yang tersebar di 21 kabupaten/kota yang mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2011.
Pada Tahun 2012 di Provinsi Nusa Tenggara Timur terdapat 353 unit Puskesmas naik 3,21 %, 1.081
unit Puskesmas Pembantu naik 1,72 %, 2.325 unit Puskesmas Keliling naik 56,04 % dan 9.420 unit
Posyandu naik 0,17 %.
Ketersediaan pusat layanan kesehatan merupakan salah satu indikator utama yang
menentukan kualitas dan kemampuan jangkauan pelayanan kesehatan pada masyatakat.
Berdasarkan keberadaan sarana kesehatan pada desa/kelurahan menujukkan bahwa hanya pada
pelayanan posyandu masyarakat tidak keluar Desa/Kelurahan untuk mendapatkan pelayanan.
Pelayanan lainnya, masyarakat membutuhkan dukungan biaya transportasi untuk dapat menerima
kesehatan. Atas dasar itu aspek penting yang menentukan dalam pembangunan kesehatan
yaitu peningkatan akses pelayanan kesehatan. Data fasilitas pelayanan kesehatan menurut jenis
fasilitas di 21 Kabupaten/Kota pada Tahun 2012 dapat dilihat pada Gambar 2.3
Gambar 2.3
Banyaknya Fasilitas Pelayanan Kesehatan menurut Jenis Fasilitas
21 Kabupaten/Kota Tahun 2012
900
800
700
600
500
400
300
200
100
0

Puskesmas

Puskesmas Pembantu

Puskesmas Keliling

Posyandu

Puskemas dan Puskemas Pembantu (Pustu) sebagai unit pelayanan kesehatan masyarakat di Tingkat
Kecamatan harus menjadi penyangga pelayanan kesehatan masyarakat sebelum rujukan ke rumah
sakit. Atas dasar itu kualitas pelayanan dan jangkauan pelayanan harus optimal. Terkait dengan
jangkauan pelayanan dilihat Rasionya sebagaimana tabel 2.28.
Tabel 2.28
Rasio pelayanan Pusakesmas dan Pustu Tahun 2012
No
1
2
3
4

Kabupaten/Kota
Sumba Barat
Sumba Timur
Kupang
Timor Tengah Selatan

Penduduk
(Jiwa)
116.621
238.241
321.384
453.386

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

Puskesmas
Jumlah
Rasio/Jiwa
7
16.660
20
11.912
24
13.391
28
16.192

Jumlah
16
69
150
63

Pustu
Rasio/Jiwa
7.289
3.453
2.143
7.197

30

No

Kabupaten/Kota

5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

Timor Tengah Utara


Belu
Alor
Lembata
Flores Timur
Sikka
Ende
Ngada
Manggarai
Rote Ndao
Manggarai Barat
Sumba Tengah
Sumba Barat Daya
Nagekeo
Manggarai Timur
Sabu Raijua
Kota Kupang
NTT

Puskesmas
Jumlah
Rasio/Jiwa
26
9.170
33
11.235
22
8.917
9
3.879
20
2.053
23
3.438
24
1.136
10
14.897
17
18.067
12
10.420
12
19.717
8
8.201
10
30.224
7
19.346
20
13.189
6
12.508
10
36.210
348
14.078

Penduduk
(Jiwa)
238.426
370.770
196.179
124.912
241.053
309.074
267.262
148.969
307.140
125.035
236.604
65.606
302.241
135.419
263.786
75.048
362.104
4.899.260

Jumlah
41
47
48
32
41
61
51
32
62
83
33
12
35
33
46
51
33
1.039

Pustu
Rasio/Jiwa
5.815
7.889
4.087
3.904
5.879
5.067
5.240
4.655
4.954
1.506
7.170
5.467
8.635
4.104
5.734
1.472
10.973
4.715

Sumber: NTT Dalam Angka 2013 - BPS NTT, Analisis Bappeda

Posyandu sebagai unit pelayanan kesehatan balita terdepan diharapkan dapat memberikan
pelayanan optimal dalam meningkatkan kualitas SDM. Rasio Posyandu dengan balita sebagaimana
tabel 2.29.
Tabel 2.29
Jumlah Posyandu dan Balita menurut Kabupaten/Kota Tahun 2012
Jumlah
Balita

Jumlah
Posyandu

No

Kabupaten/Kota

Sumba Barat

13.215

188

14,2

Sumba Timur

26.321

505

19,2

Kupang

22.626

675

29,8

Timor Tengah Selatan

39.801

712

17,9

Timor Tengah Utara

24.922

459

18,4

Belu

33.369

788

23,6

Alor

18.174

423

23,3

Lembata

11.824

315

26,6

Flores Timur

16.166

530

32,8

10

Sikka

28.401

599

21,1

11

Ende

28.513

586

20,6

12

Ngada

19.237

294

15,3

13

Manggarai

32.277

547

16,9

14

Rote Ndao

13.757

358

26,0

15

Manggarai Barat

22.028

400

18,2

16

Sumba Tengah

7.611

154

20,2

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

Rasio

31

Jumlah
Balita

Jumlah
Posyandu

No

Kabupaten/Kota

Rasio

17

Sumba Barat Daya

37.279

325

8,7

18

Nagekeo

14.956

226

15,1

19

Manggarai Timur

33.967

884

26,0

20

Sabu Raijua

8.127

184

22,6

21

Kota Kupang

20.340

268

13,2

NTT

472.911

9.420

19,9

Sumber: NTT Dalam Angka 2013 - BPS NTT, Analisis Bappeda

Fakta ketersediaan fasilitas kesehatan juga diikuti dengan tumbuhnya kesadaran


masyarakat terhadap tujuan dan fungsinya. Data capaian jumlah persalinan di Provinsi NTT
tahun 2008 adalah 109.604, yang menggunakan fasilitas kesehatan sejumlah 52.436
persalinan atau sekitar 47,84%, sedangkan 57.168 (52,16%) persalinan tidak menggunakan
fasilitas kesehatan. Pada tahun 2012, dari 97.382 persalinan, tercatat 79.208 persalinan atau
sekitar 81,34% menggunakan fasilitas kesehatan, sisanya 18.174 (18,66%) persalinan tidak
menggunakan fasilitas kesehatan (Laporan Dinas Kesehatan Provinsi NTT, 2013).
Hal ini membuktikan bahwa meningkatkan jumlah dan akses masyarakat terhadap
fasilitas kesehatan berkorelasi signifikan dengan kinerja menumbuhkan kesadaran
masyarakat akan fungsi dan tujuan layanan kesehatan bagi masyarakat. Revolusi Kesehatan
Ibu dan Anak (KIA) yang diluncurkan sejak tahun 2010 merupakan pilar utama akselarasi
tersebut.

2. Ketersediaan Tenaga Kesehatan

Ketersediaan tenaga kesehatan juga merupakan salah satu indikator dalam pembangunan
kesehatan. Tabel 2.30 menunjukkan bahwa pada tahun 2012 jumlah dokter yang melaksanakan
pelayanan kesehatan sebanyak 976 orang, perawat & bidan sebanyak 9.385 orang, apoteker 750
orang, paramedis non perawat sebanyak 2.340 orang. Setiap tahunnya Pemerintah selalu berupaya
untuk meningkatkan ketersediaan tenaga pelayan kesehatan, terutama untuk tenaga dokter,
perawat dan bidan dalam rangka untuk meningkatkan pelayanan kesehatan terutama pada daerahdaerah yang terpencil dan terisolir. Komposisi tenaga kesehatan tahun 2012 sebagaimana Tabel
2.30.
Tabel 2.30
Tenaga Pelayanan Kesehatan, Tahun 2012
Unit Kerja
Rumah Sakit
Puskesmas
Institusi Diklat/
Diknakes
Sarana Kesehatan
Lain
Dinkes Kab/ Kota
Jumlah

Tenaga Medis
Perawat/ Apoteker/
Dokter
Bidan
Assisten
534
6.071
352
395
2.953
244
36
2

Ahli
Gizi
301
87
-

Tenaga Non Medis


Teknisi Sani
Kesehatan
Medis tasi
Masyarakat
266
508
228
322
45
65
8

21

16

13

42
976

304
9.385

136
750

47
436

35
636

94
649

318
619

Sumber: NTT Dalam Angka 2013 - BPS NTT, Analisis Bappeda

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

32

Tenaga kesehatan sebagai kekuatan pelayanan kesehatan kompetensi dan jumlahnya berbeda
antar kabupaten/kota. Berdasarkan ketersediaan tenaga kesehatan rasionya sebagaimana tabel
2.31
Tabel 2.31
Jumlah Dokter Tahun 2008 2012
No
1

Uraian
Jumlah Dokter
Rasio per satuan
penduduk

Jumlah Tenaga Medis


Rasio
Jumlah Penduduk

2008
751
0,17

2009
816
,0,18

2010
972
0,21

2011
1.096
0,23

2012
1.052
0,21

7.602
1,68
4.534.319

7.692
1,67
4.619.655

9.417
2,01
4.683.827

9.756
2,04
4.776.485

9.577
1,95
4.899.260

Tenaga kesehatan sebagai kekuatan pelayanan kesehatan kompetensi dan jumlahnya


berbeda antar kabupaten/kota. Daya dukung dokter dan tenaga kesehatan yang merupakan
pendukung utama dalam peningkatan kesehatan masyarakat maka berpeluang adanya perbedaaan
capaian kinerja. Secara Umum Kota Kupang sebagai Ibu Kota Provinsi mempunyai sarana kesehatan,
dokter dan tenaga kesehatan tertinggi dari aspek jumlah dan kualitas. Sehubungan dengan itu Kota
Kupang harus memberikan peran penting dalam akumulasi pembangunan Kesehatan Nusa Tenggara
Timur. Berdasarkan ketersediaan tenaga kesehatan rasionya per kabupaten/kota sebagaimana tabel
2.32
Tabel 2.32
Jumlah Dokter dan Tenaga Medis menurut Kabupaten/Kota Tahun 2012
No

Kabupaten/Kota

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

Sumba Barat
Sumba Timur
Kupang
Timor Tengah Selatan
Timor Tengah Utara
Belu
Alor
Lembata
Flores Timur
Sikka
Ende
Ngada
Manggarai
Rote Ndao
Manggarai Barat
Sumba Tengah
Sumba Barat Daya
Nagekeo
Manggarai Timur
Sabu Raijua
Kota Kupang
NTT

Jumlah
Penduduk
116.621
238.241
321.384
453.386
238.426
370.770
196.179
124.912
241.053
309.074
267.262
148.969
307.140
125.035
236.604
65.606
302.241
135.419
263.786
75.048
362.104
4.899.260

Jumlah
Dokter
37
55
65
79
45
83
51
33
31
66
29
29
63
27
25
27
14
18
45
17
213
1.052

Sumber: NTT Dalam Angka 2013 - BPS NTT, Analisis Bappeda

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

Rasio
0,32
0,23
0,20
0,17
0,19
0,22
0,26
0,26
0,13
0,21
0,11
0,19
0,21
0,22
0,11
0,41
0,05
0,13
0,17
0,23
0,59
0,21

Jumlah Tenaga
Medis
493
565
619
433
399
933
439
385
605
927
539
461
620
220
340
65
145
400
513
88
388
9.577

Rasio
4,2
2,4
1,9
1,0
1,7
2,5
2,2
3,1
2,5
3,0
2,0
3,1
2,0
1,8
1,4
1,0
0,5
3,0
1,9
1,2
1,1
2,0

33

Fakta semakin banyaknya tenaga medis sejajar dengan capaian jumlah dan akses
masyarakat terhadap fasilitas kesehatan. Selain itu, angka kematian ibu yakni 330 kasus (0,30%)
pada tahun 2008 dari 109.604 kelahiran mengalami penurunan signifikan pada tahun 2011 menjadi
208 kasus atau sekitar 0,21% dari 96.262 kelahiran. Jika dikonversikan ke dalam angka kematian ibu
melahirkan, maka terdapat penurunan dari 3 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2011 (Laporan
Dinas Kesehatan Provinsi NTT, 2013).
Walaupun secara faktual terdapat peningkatan jumlah dan akses fasilitas kesehatan dan
penurunan signifikan dari angka kematian ibu melahirkan yang terkait dengan kinerja Revolusi KIA,
kinerja tersebut belum signifikan dengan Kesehatan Ibu Hamil dan anak dalam kandungan. Hal ini
merupakan masalah substantif bagi penyempurnaan program tersebut 5 (lima) tahun ke depan.
Permasalahan tersebut terindikasi dalam angka kematian bayi dilahirkan. Pada tahun 2008, tercatat
1.274 kematian bayi atau sekitar 1,16% dari 109.604 kelahiran meningkat menjadi 1.272 kematian
bayi (1,32%) dari 96.262 kelahiran pada tahun 2011. Dengan kata lain terdapat kenaikan angka
kematian bayi dari 12 per 1000 kelahiran tahun 2008 menjadi 13 per 1000 kelahiran hidup pada
tahun 2011.

3. Indikator kesehatan lainnya

Indikator lainnya yang menggambarkan kondisi adalah kasus kematian ibu, kasus kematian
bayi, kualitas lingkungan (rumah sehat), status gizi balita, usia harapan hidup dan jumlah penderita
AIDS. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur, jumlah Kematian Ibu
di Provinsi Nusa Tenggara Timur pada tahun 2011 sebanyak 209 kasus; kematian bayi sebanyak
1.253 kasus; persentase kualitas lingkungan (rumah sehat) sebesar 51,8%; persentase balita kurang
gizi sebanyak 10,15%; persentase balita gizi buruk sebesar 1,23%, dan jumlah penderita HIV/AIDS
sebanyak 1.479 orang. Karena itu, Pemerintah Provinsi NTT selalu berupaya untuk meningkatkan
kualitas dan kuantitas kesehatan masyarakat dengan melibatkan LSM dan masyarakat serta pihak
yang terkait dalam bidang kesehatan.

4. Kerjasama Kesehatan Terpadu


Status kesehatan masyarakat sangat ditentukan oleh berbagai determinan penting yang
berada di luar kendali bidang kesehatan sepenuhnya seperti faktor lingkungan (40%), faktor
keturunan (20%) dan faktor perilaku (10%). Sehingga sesungguhnya kendali bidang kesehatan hanya
mempunyai kontribusi sebesar 30% saja. Di samping itu masalah kesehatan masyarakat tidak
mengenal batas-administrasi pemerintahan (antar kabupaten/kota, antar provinsi, dan antar
negara). Oleh sebab itu kerjasama lintas bidang dan lintas batas administrasi pemerintahan dalam
perencanaan program bersama secara lintas-bidang (cross-cutting issues) dan lintas-batas (crossborder issues) menjadi prasyarat penting dalam peningkatan status kesehatan masyarakat.
Kerjasama lintas bidang dalam mengatasi masalah kesehatan masyarakat selama ini masih lemah
disebabkan belum adanya koordinasi yang baik. Upaya yang telah dilakukan dengan membentuk
4 (empat) Badan Kerjasama Kesehatan Wilayah (Joint Health Council) selama lima tahun terakhir
masih perlu ditingkatkan daya dorongnya dalam meningkatkan kualitas pembangunan kesehatan.

2.4. ASPEK DAYA SAING DAERAH


2.4.1. Potensi Strategis Nasional dan Daerah
1. Kawasan Strategis Nasional
Kawasn strategis Nasional di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang dapat meningkatkan daya saing
daerah yaitu kawasan strategis sudut kepentingan keamanan, ekonomi dan lingkungan. Lokasi masing-masing
kawasan strategis sebagai berikut:

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

34

a.

Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan Negara, yaitu :
Kawasan perbatasan darat Republik Indonesia dengan Negara Timor Leste;
Kawasan perbatasan laut Republik Indonesia termasuk 5 (lima) pulau kecil terluar dengan Negara
Timor Leste dan Australia yaitu Pulau Alor, Batek, Dana, Ndana, dan Mengkudu;

b. Kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi yaitu berupa Kawasan Pengembangan
Ekonomi Terpadu (KAPET) Mbay;
c. Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup Kawasan
Taman Nasional Komodo;
d. Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup perairan
yaitu Kawasan Taman Nasional Perairan Laut Sawu dengan 3,5 juta Ha.

2. Kawasan Strategis Provinsi


a. Kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi terdiri atas :
PKNp Waingapu di Kabupaten Sumba Timur dan PKNp Maumere di Kabupaten Sikka;
PKWp Soe di Kabupaten Timor Tengah Selatan, PKWp Kefamenanu di Kabupaten Timor
Tengah Utara, PKWp Ende di Kabupaten Ende, PKWp Ruteng di Kabupaten Manggarai dan
PKWp Labuan Bajo di Kabupaten Manggarai Barat;
Kawasan Mena di Kab.TTU dan Kab.Belu;
Kawasan Nebe-Konga di Kab. Flores Timor dan Kab. Sikka;
Kawasan Nangaroro, Mautenda, Waiwajo di Kabupaten Sikka dan Kabupaten Ende;
Kawasan Aesesa di Kabupaten Ngada dan Kabupaten Nagekeo;
Kawasan Buntal di Kabupaten Manggarai Timur;
Kawasan Wae Jamal, Lembor di Kabupaten Manggarai Timur, Kabupaten Manggarai dan
Kabupaten Manggarai Barat;
Kawasan Wanokaka di Kab. Sumba Barat dan Kab.Sumba Tengah;
Kawasan Waepesi di Kabupaten Manggarai, Kabupaten Manggarai Timur dan Kabupaten
Ngada;
Kawasan Tenau dan Kawasan Namosain di Kota Kupang;
Kawasan Waikelo di Kab. Sumba Barat Daya dan Kab. Sumba Barat;
Kawasan Lewoleba di Kabupaten Lembata;
Kawasan Industri Bolok di Kabupaten Kupang dan Kota Kupang;
Kawasan Industri Maurole di Kabupaten Ende; dan
Kawasan Industri Kanatang di Kabupaten Sumba Timur.
b. Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya terdiri atas:
Kawasan Larantuka di Kabupaten Flores Timur; dan
Kawasan Wanokaka di Kab. Sumba Barat dan Kab.Sumba Barat Daya.
c. Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup terdiri atas:
Kawasan Noelmina di Kabupaten Kupang dan Kabupaten TTS;
Kawasan Benanain di Kabupaten TTU dan Kabupaten Belu;
Kawasan Konservasi Kelimutu di Kabupaten Ende;
Kawasan Konservasi Riung di Kabupaten Ngada;
Kawasan Konservasi Laut Sawu;
Kawasan Konservasi Laut Flores;
d. Kawasan Satuan Wilayah Pesisir dan Laut Terpadu (SWPLT) yang meliputi: SWPLT Selat OmbaiLaut Banda; SWPLT Laut Sawu I; SWPLT Laut Sawu II; SWPLT Laut Sawu III; SWPLT Laut Flores;
SWPLT Selat Sumba; SWPLT Laut Timor; SWPLT Laut Hindia; dan SWPLT Selat Sape.
e. Kawasan strategis lainnya yaitu berupa Kawasan Pendukung Strategis Perbatasan sebagai
penunjang Kawasan Strategis Nasional perbatasan darat dan laut dengan Negara Timor Leste
dan Australia; terdiri atas :
Kawasan Baing di Kabupaten Sumba Timur
Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

35

Kawasan Ndana di Kabupaten Rote Ndao


Kawasan Dana di Kabupaten Sabu Raijua
Kawasan Batek di Kabupaten Kupang
Kawasan Ponu di Kabupaten Timor Tengah Utara
Kawasan Amfoang di Kabupaten Kupang
Kawasan Motaain dan Motomasin di Kabupaten Belu

3. Kawasan Peruntukan Pertanian


Potensi pertanian lahan kering yaitu sekitar 1.528.308 ha dan berdasarkan kelas
kesesuaian lahan terdiri dari daerah dengan kecocokan tinggi (S1) seluas 202.810 ha dan kecocokan
sedang (S2) 478.930 ha dan kecocokan terbatas (S3) 846.568 ha. Potensi perkebunan sesuai
Rencana Dasar Pengembangan Wilayah Perkebunan (RDPWP) mencapai luas 888.931 ha, dan lahan
untuk padang pengembalaan mencapai sekitar 900.000 ha lebih. Potensi lahan basah 284.103 ha
yang tersebar di seluruh wilayah kabupaten/kota, dimana sebagian telah dikelola dan dibagi dalam
berbagai daerah irigasi.
Kawasan peruntukan pertanian terdiri atas: (i) Kawasan peruntukan pertanian tanaman
pangan di seluruh Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi, (ii) Kawasan peruntukan pertanian
hortikultura di seluruh Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi, dan (iii) Kawasan peruntukan
perkebunan terdiri atas: kawasan peruntukan perkebunan kelapa, kopi, cengkeh, jambu mete,
kemiri dan perkebunan vanili

2.4.2. Pembangunan Ekonomi Produktif


1. Perkembangan Pembangunan Pertanian
Berdasarkan data BPS mayoritas penduduk yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur
bermata pencarian sebagai petani (64,70%). Oleh karena itu, produk pertanian khususnya tanaman
pangan merupakan salah satu andalan utama bagi peningkatan ketahanan pangan dan
kesejahteraan petani. Bagi sebagian besar keluarga petani, hasil pertanian selain dipergunakan
untuk pemenuhan kebutuhan pangan keluarga, juga menjadi sumber pendapatan untuk pemenuhan
hidup ekonomi rumah tangga.
a. Tanaman pangan
Untuk itu, Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur selalu berupaya untuk dapat
meningkatkan produksi tanaman pangan melalui pelaksanaan program-program antara lain
ekstensifikasi, intensifikasi dan diversifikasi. Hal ini tercermin dari data luas areal dan produksi
tanaman pangan sumber karbohidrat (padi, jagung, kacang-kacangan, umbi-umbian) dan sumber
protein nabati (sayur dan buah). Produktivitas tanaman pangan di Provinsi Nusa Tenggara Timur
Tahun 2011-2012 diuraikan pada tabel 2.33
Tabel 2.33
Produktivitas Tanaman Pangan Tahun 2011-2012
Tanaman
Pangan
Padi

Jagung

Uraian
Luas Panen (ha)
Produksi Gabah (ton)
Produktivitas (ton/ha)
Luas Panen (ha)
Produksi (Ton)
Produktivitas (ton/ha)

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

Tahun
2011

2012

195.201
591.374
3.30
246.893
524.638
2.125

210.310
625.254
3.43
248.117
497.010
2.103

Perkembangan
15.109
33.880
13
1.224
-27.628
-0,22

36

Tanaman
Pangan

Tahun

Uraian

2011

2012

Perkembangan

Kedelai

Luas Panen (ha)


Produksi (Ton)
Produktivitas (ton/ha)

1.366
1.379
1.01

1.347
1.359
1.07

-19
-20
-0,03

Kacang
Tanah

Luas Panen (ha)


Produksi (ton)
Produktivitas (ton/ha)

19.395
23.685
1.221

20.091
25.017
1.232

696
1.332
0,11

Kacang
Hijau

Luas Panen (ha)


Produksi (ton)
Produktivitas (ton/ha)

12.307
10.408
0.846

12.203
10.277
0.824

-104
-131
-0.022

Ubi Kayu

Luas Panen (ha)


Produksi (ton)
Produktivitas (ton/ha)

96.705
962.129
9.949

96.268
908.345
9.897

-437
-53.784
-0,52

Ubi Jalar

Luas Panen (ha)


Produksi (ton)
Produktivitas (ton/ha)

15.781
129.728
8.221

16.569
137.012
8.341

788
7.284
0,120

Sumber: Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi NTT, 2012


Keterangan: **) Angka sementara

Berdasarkan tabel 2.33, produktivitas tanaman pangan yang ada di Nusa Tenggara Timur,
terjadi kenaikan produktivitas untuk tanaman padi, kacang tanah dan ubi jalar. Sedangkan untuk
tanaman pangan lainnya mengalami penurunan akibat pergeseran musim hujan yang berdampak
pada kesalahan perhitungan periode tanam dari petani.
Tanaman padi memiliki produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis tanaman
lainnya. Dengan luas panen 210.310 ha menghasilkan produksi sebesar 625.254 ton, meningkat
33.880 ton atau 5,42 % dari tahun sebelumnya. Produktivitas tanaman jagung sebesar 2.103 Ton/Ha
atau menurun 0,22 %. Penurunan produktivitas tanaman jagung ini diakibatkan oleh Curah hujan
di awal tahun 2012 yang sangat mempengaruhi produktivitas jagung.
b. Perkebunan
Provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki beberapa jenis komoditi perkebunan yang bernilai
ekonomis dan mempuyai peluang pasar yang baik. Komoditi tersebut antara lain kelapa, jambu
mete, kopi, kakao, cengkeh, vanili, tembakau, dan kapas. Hasil perkebunan ini pada umumnya
dipasarkan secara lokal, regional maupun global. Adapun produktivitas perkebunan di Provinsi Nusa
Tenggara Timur Tahun 2011-2012, dapat dilihat pada tabel 2.34.
Tabel 2.34
Produktivitas Perkebunan di Provinsi NTT Tahun 2011-2012
N
o
1

KOMODITI
Kelapa

Jambu
Mete

URAIAN
Luas areal tanaman menghasilkan (Ha)
Produksi (Ton)
Produktivitas (Ton/Ha)
Luas areal tanaman menghasilkan (Ha)
Produksi (Ton)
Produktivitas (Ton/Ha)

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

TAHUN
2011
2012
90,464
90,464
60,511
60,534
668.90
668.88
73,174
73,162
37,739
37,637
515.74
516.99

PENINGKATAN
-3,35
-0,023
1,18
-0,012
-0.102
1,25

37

N
o
3

KOMODITI

TAHUN
2011
2012
38,223
38,120
20,148
20,125
527.12
527.23
22,719
22,757
12,987
12,998
571.64
571.98
6,003
6,003
1,615
1,615
269.03
269.03
1,368
1,368
520
520
380.12
380.12
486
486
113
113
232.51
232.51
1,457
1,457
766
766
525.74
525.74

URAIAN

Kopi

Luas areal tanaman menghasilkan (Ha)


Produksi (Ton)
Produktivitas (Ton/Ha)
4
Kakao
Luas areal tanaman menghasilkan (Ha)
Produksi (Ton)
Produktivitas (Ton/Ha)
5
Cengkeh
Luas areal tanaman menghasilkan (Ha)
Produksi (Ton)
Produktivitas (Ton/Ha)
6
Vanili
Luas areal tanaman menghasilkan (Ha)
Produksi (Ton)
Produktivitas (Ton/Ha)
7
Tembakau
Luas areal tanaman menghasilkan (Ha)
Produksi (Ton)
Produktivitas (Ton/Ha)
8
Kapas
Luas areal tanaman menghasilkan (Ha)
Produksi (Ton)
Produktivitas (Ton/Ha)
Sumber : Dinas Pertanian & Perkebunan,2012
Keterangan: **) Angka sementara

PENINGKATAN
-0.103
-0,023
0,11
0,138
0,011
0,34
0,00
-0,55
-1,5
0,00
0,19
0,19
59,34
84,25
16,26
-99,78
117,61
-2,32

Tabel 2.30. menunjukkan bahwa selama kurun waktu tahun 2010-2011 produktivitas
tanaman perkebunan mengalami fluktuasi. Namun fluktuasi produktivitas yang terjadi masih dalam
kisaran yang wajar. Dimasa mendatang, Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur, melalui instansi
terkait, terus dan selalu berupaya untuk meningkatkan produktivitas tanaman perkebunan melalui
berbagai program pemerintah, diantaranya perluasan areal panen (ekstensifikasi) dan intensifikasi.

2. Perkembangan Pembangunan Peternakan


a. Kawasan Peternakan
Padang penggembalaan untuk peternakan sapi, kuda, kerbau dan kambing 832.228 Ha
tersebar di Kabupaten/kota. Kawan pengembangan peternakan lainnya dilaksanakan terintegrasi
dengan kegiatan usaha tanaman pangan dan perkebunan.
b. Perkembangan Pembangunan Peternakan
Perkembangan populasi ternak pada tahun 2012, secara agregat terdapat 7 (tujuh) jenis
ternak yang dapat dipantau statistiknya, sebagaimana yang ditampilkan dalam tabel 2.35.
Tabel 2.35
Perkembangan Populasi Ternak di Provinsi Nusa Tenggara Timur
No

Jenis ternak

Populasi (Ekor/Tahun)
2011

2012

Sapi

778.633

Kerbau

150.038

Kuda

106.043

Kambing

568.125

591.139**

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

993.970

Perkembangan
ekor

215.337

27,66

150.457

419

0,28

108.001**

1.958

1,85

23.014

4,05

38

No

Jenis ternak

Populasi (Ekor/Tahun)

Perkembangan

Babi

1.708.155

1.798.030**

89.875

5,26

Domba

62.719

64.115**

1.436

2,29

Ayam buras

10.423.169

10.425.982**

2.813

0,03

Ayam pedaging

659.242

667.280**

8.038

1,23

Ayam petelur

179.669

180.917**

1.248

0,69

Sumber : Dinas Peternakan Prov. NTT & BPS Prov. NTT Tahun 2012
Keterangan: **) Angka sementara
Berdasarkan tabel 2.35 diketahui bahwa perkembangan populasi per komoditinya
cendrung menunjukkan angka positif. Dengan Kenaikan populasi tertinggi disumbangkan oleh ternak
Sapi (27,66%) diikuti Babi (5,26 %). Sedangkan Populasi Ternak Kerbau mengalami kenaikan (0,28%).
Hal ini menggambarkan adanya keberhasilan pembangunan di bidang peternakan di Provinsi Nusa
Tenggara Timur. Peningkatan ternak sapi ini merupakan wujud tekad Pemerintah Provinsi Nusa
Tenggara Timur untuk menjadikan Provinsi Nusa Tenggara Timur sebagai Provinsi Ternak.

3. Perkembangan Pembangunan Perikanan dan Kelautan


a. Kawasan Peruntukan Perikanan dan Kelautan
Luas laut yang mencapai 15.141.773,10 ha dengan panjang pantai mencapai 5.700 km
memiliki keunggulan spesifik sebagai berikut: (1) Memiliki batas wilayah laut dengan Negara Timor
Leste yaitu Laut Timor, Selat Ombai dan Lautan Atlantik; (2) Memiliki batas wilayah laut dengan
provinsi Nusa Tenggara Barat yang dibatasi dengan Selat Sape, dan Laut Flores dengan Provinsi
Sulawesi Selatan; dan (3) Laut dalam wilayah Kepulauan NTT yaitu wilayah laut yang dibatasi oleh
pulau-pulau wilayah Nusa Tenggara Timur yaitu Laut Sawu.
Sumber daya laut sangat potensial untuk perikanan tangkap dan budidaya yaitu; (i) Potensi
perikanan lestari sekitar 365,1 metrik ton/tahun, (ii) budidaya laut diperkirakan sekitar 5.150 ha,
(iii) budidaya tambak yang tersedia adalah 35.455 Ha, (iv) Budidaya kolam tersedia 8.375 Ha
dengan arah pengembangan masing-masing yaitu:
1) Kawasan peruntukan perikanan tangkap, perikanan dan pengolahan ikan tersebar diseluruh
Kabupaten/Kota di Provinsi NTT.
2) Program pengembangan kawasan minapolitan untuk perikanan tangkap dan perikanan budidaya
di Kabupaten Sumba Timur, Sikka, Lembata, Rote Ndao, Alor, Kota Kupang.
3) Pengembangan Komoditas Garam rakyat di Kabupaten Nagekeo, Ende, Timor Tengah Utara,
Kupang, Lembata, dan Alor.
Potensi lainnya yang mendukung sektor perikanan di Provinsi Nusa Tenggara Timur yakni
hutan mangrove seluas 51.854,83 Ha (11 spesies); terumbu karang sebanyak 160 jenis dari 17
famili; jumlah rumah tangga usaha perikanan laut sebanyak 42.685 rumah tangga; Jumlah Desa
Pantai sebanyak 808 Desa; Jumlah Penduduk Desa Pantai: 1.105,438 Jiwa; Jumlah Nelayan: 194,684
orang (+ 9,9% dari jumlah Penduduk Desa Pantai) (BPS, NTT Dalam Angka Tahun 2012).
Potensi perikanan tangkap, terdiri dari: Potensi Lestari (MSY) 388,7 Ton/Tahun; Jumlah
Ikan Ekonomis: (1) Ikan Pelagis: (Tuna, Cakalang, Tenggiri, Layang, Selar, Kembung); (2) Ikan
Demersal: (Kerapu, Ekor Kuning, Kakap, Bambangan, dll); (3) Komoditi Lainnya: (Lobster, Cumi-cumi,
Kerang Darah). Perikanan Budi Daya; terdiri dari budidaya Laut seluas 5,870 Ha (Rumput Laut,
Mutiara, Kerapu), potensi produksi dapat mencapai 51.500 ton/tahun; Budidaya Air Payau: 35,455
Ha (Udang dan Bandeng), dengan potensi produksi dapat mencapai 36.000 ton/tahun; Budidaya Air
Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

39

Tawar: Kolam 8,375 Ha. Potensi produksi mencapai 1,297 ton/tahun dan Mina Padi 85 Ha dengan
potensi produksi mencapai 85 ton/tahun.
Semua Kabupaten/Kota berpotensi untuk budidaya rumput laut kecuali Kabupaten Timor
Tengah Selatan yang kecil peluangnya untuk budidaya rumput laut karena memiliki wilayah laut
di sebelah selatan Pulau Timor atau berbatasan dengan Samudera Hindia. Adapun
kabupaten-kabupaten yang budidaya rumput lautnya telah berkembang yaitu: Kabupaten Kupang,
Sabu Raijua, Rote Ndao, Alor, Lembata, Flores Timur, Sikka, Sumba Timur dan Kabupaten Manggarai
Barat. Komunitas rumput laut unggulan yang dibudidaya adalah Echeuma Cotonii, Eucheuma Sp, dan
Alga Merah (red algae). Luas lahan potensial untuk budidaya rumput laut di Provinsi Nusa Tenggara
Timur sebesar 51.870 Ha atau 5% dari garis pantai, dengan potensi produksi sebesar. 250.000 ton
Kering/tahun.
b. Perkembangan penbangunan Perikanan dan Kelautan
Potensi yang ada cukup besar namun lahan yang dimanfaatkan masih sangat terbatas. Potensi
rumput laut baru dimanfaatkan seluas 5.205,70 Ha dengan produksi 1,7 juta ton rumput laut basah.
Untuk itu, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota se Nusa Tenggara Timur terus berupaya untuk
meningkatkan luas lahan budidaya dan produksi rumput laut melalui pelaksanaan program dan
kegiatan dengan melibatkan peran pemerintah, masyarakat dan swasta. Potensi dan produksi
perikanan di Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2011-2012 selengkapnya dapat dilihat pada tabel
2.36
Tabel 2.36
Produksi Perikanan 2011-2012
N
o
1.

Jenis dan Usaha

2011

2012

Perikanan laut
a.
Jumlah tangkapan (ton)
94.432,00
97.314,00
b. Jumlah kapal penangkap ikan (unit)
18.765,00
19.578,00
c.
Jumlah rumah tangga perikanan (KK)
23.813,00
23.813,00
d. Jumlah tempat pelelangan /PPI (unit)
14,00
14,00
2. Perikanan darat
a.
Luas tambak (Ha)
1.026,50
1.039,80
b. Luas kolam (Ha)
1.205,00
1.521,00
c.
Produksi perikanan (ton)
786.453,0
896.623,0
d. Jumlah rumah tangga perikanan (KK)
32.913,00
32.913,00
e.
BBIS
1
1
f.
BBI Lokal
8
8
3. Perusahaan
a.
Pengalengan ikan (unit)
b. Perusahaan pengolahan perikanan
21
21
(unit)
c.
Pembenihan (Hatchery) (unit)
d. Ekspor hasil perikanan (ton)
3.112.575,00 3.164.017,00
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi NTT & BPS Prov. NTT Tahun 2012.
*)Angka sementara

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

Perkembangan
2.882,00
813
13,3
316
110.170
-

51.442

40

Potensi Sumber Daya Garam: Provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan daerah potensial
untuk pengembangan industri garam. Dalam upaya peningkatan produksi garam nasional yang
ditargetkan sampai tahun 2014 untuk mencapai swasembada garam di Indonesia pada umumnya
dan Provinsi Nusa Tenggara Timur pada khususnya mencapai 1,2 juta ton, maka telah dicanangkan
pelaksanaan Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR). Dengan program ini, akan diberdayakan
119 kelompok usaha Garam Rakyat (KUGAR) dengan jumlah angota 939 petambak garam.
Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur, melalui pelaksanaan PUGAR menargetkan peningkatan
produktivitas lahan garam dari 60 ton/ha menjadi 80 ton/ha.
Potensi Budidaya Rumput Laut: Semua Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Nusa
Tenggara Timur berpotensi untuk budidaya rumput laut kecuali Kabupaten Timor Tengah Selatan
yang kecil peluangnya untuk budidya rumput laut karena memiliki wilayah laut di sebelah Pulau
Timor atau berbatasan dengan Samudera Hindia. Adapun kabupaten-kabupaten yang budidaya
rumput lautnya telah berkembang yaitu: Kabupaten Kupang, Sabu Raijua, Rote Ndao, Alor, Lembata,
Flores Timur, Sikka, Sumba Timur dan Kabupaten Manggarai Barat. Komunitas rumput laut unggulan
yang dibudidaya adalah Echeuma Cotonii, Eucheuma Sp dan Alga Merah (red algae). Luas lahan
potensial untuk budidaya rumput laut di Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 51. 870 Ha atau 5%
dari garis pantai, dengan potensi yang ada cukup besar namun lahan yang dimanfaatkan pada tahun
2010 baru seluas 5. 205,70 Ha dengan produksi 1,7 juta ton rumput laut basah. Untuk itu,
Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota se-Nusa Tenggara Timur terus berupaya untuk
meningkatkan luas lahan budidaya dan produksi rumput laut melalui peran pemerintah, masyarakat
dan swasta.
Potensi Budidaya Mutiara: Beberapa wilayah laut di Provinsi Nusa Tenggara Timur
memiliki potensi untuk pengembangan budidaya mutiara. Wilayah-wilayah laut tersebut terletak
di Kabupaten Kupang: Tanjung Ledo, Pulau Kambing, Tanjung Kabate, Talasa dan Tablolong, Rote
Ndao: Kecamatan Rote Barat Daya, Alor: Desa Moru kec. Alor Barat Daya, Lembata: Teluk Wai Enga
dan Lewo Lein, Flores Timur: Teluk Konga, Teluk Lebateta, Selat Solor, Perairan Nayu Baya, Baniona,
Sikka: Labuan Ndeteh, Desa Nagepanda dan Kabupaten Manggarai Barat: Tanjung Boleng dan Golo
Mori.
Kebijakan dan komitmen terhadap provinsi Kepulauan melalui Badan Kerja Sama (BKS)
Provinsi Kepulauan telah menjadikan Draft UU Daerah Kepulauan masuk dalam agenda Baleg DPR RI
Tahun 2013. Secara substantif, regulasi tersebut akan mendasari pengalihan kewenangan
pengaturan, pembinaan dan pengawasan terhadap Taman Nasional Laut Sawu sebagai kawasan
konservasi dari Pemerintah kepada Pemerintah Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Hal ini akan
menjadi acuan perubahan manajemen dan intervensi pengolahan sumber daya kelautan dan
perikanan yang signifikan pada kawasan laut sekitar yang potensial bagi peningkatan kesejahteraan
petani-nelayan serta masyarakat pesisir Provinsi Nusa Tenggara Timur

5. Perkembangan Pembangunan Kehutanan


Pembangunan kehutanan mampu mendukung pembangunan ekonomi produktif melalui
pengembangan secara proporsional kawasan hutan produksi. Potensi kawasan hutan yang dapat
menjadi alternatif ekonomi masyarakat sebagai berikut:
a. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi
1) Kawasan peruntukan hutan produksi tetap terdapat di Kabupaten Kupang, Timor Tengah
Selatan, Timor Tengah Utara, Belu, Rote Ndao, Alor, Lembata, Flores Timur, Sikka, Ende,
Nagakeo, Ngada, Manggarai Timur, Manggarai Barat, Sumba Tengah, Sumba Barat, Sumba Barat
Daya, dan Sumba Timur dengan luas total kurang lebih 258.845 Ha.

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

41

2) Kawasan peruntukan hutan produksi terbatas terdapat di Kabupaten Kupang, Timor Tengah
Selatan, Timor Tengah Utara, Belu, Alor, Flores Timur, Sikka, Ende, Nagekeo, Manggarai Barat,
Sumba Tengah, Sumba Barat, dan Sumba Timur dengan luas total kurang lebih 206.747 Ha.
3) Kawasan peruntukan hutan produksi yang dapat dikonversi terdapat di Kota Kupang, Kabupaten
Kupang, Timor Tengah Utara, Belu, Flores Timur, Ende, Ngada, Nagakeo, Manggarai Timur,
Manggarai, dan Sumba Timur, dengan luas total kurang lebih 103.889 Ha.
4) Kawasan hutan rakyat tersebar di seluruh Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi.
Luas kawasan hutan di Provinsi Nusa Tenggara Timur sesuai SK Menteri Kehutanan
Nomor: 423/Kpts-II/1999 tanggal 15 Juni 1999 sebesar 1.808.990 Ha, dengan rincian sebagaimana
diuraikan dalam tabel 2.37.
Tabel 2.37
Potensi Kehutanan di Provinsi Nusa Tenggara Timur
No
1

2
3
4
5

Fungsi kawasan hutan


Kawasan Suaka & Pelestarian Alam :
a. Cagar Alam
b. Suaka Margasatwa
c. Taman Wisata Alam (darat, perairan)
d. Taman Nasional
e. Hutan Bakau
f.
Taman Buru
Hutan Lindung
Hutan Produksi Terbatas
Hutan Produksi Tetap
Hutan Produksi dapat dikonversi

Sumber: Nusa Tenggara Timur Dalam Angka, 2011

Luas (ha)

Proporsi (%)

66.65
18.92
159.155
59.06
40.695
5.85
731.22
197.25
428.36
101.83

3,68
1,05
8,8
3,26
2,25
0,32
40,42
10,9
23,28
5,63

Kawasan hutan sebagaimana tabel 2.37 diklasifikasikan menurut fungsi pokok


sebagaimana dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan,
adalah: (i) Hutan Konversi 101.830 Ha (5,63 %), Hutan Lindung 731.220 Ha (40,42 %), dan Hutan
Produksi 625.610 Ha (34,58 %). Demi kelestarian kawasan hutan, Pemerintah Provinsi Nusa
Tenggara Timur dalam setiap tahun anggaran selalu mengalokasikan sejumlah dana dalam rangka
pelaksanaan program pembangunan kehutanan berupa kegiatan Penataan Batas Kawasan Hutan,
Pengembangan Tanaman Cendana, Uji Coba Pembuatan Agroforestry, Rehabilitasi Kawasan Hutan
Mangrove, Uji Coba Stek Pucuk Jati, Pembangunan Hutan Berbasis Gender, Pengembangan Tanaman
Kayu Merah, Pembuatan Sarana Penyuluhan berupa Persemaian Tanaman Kehutanan di Maupoly,
Perencanaan Pengelolaan DAS, Peningkatan Produksi Hasil Hutan Non Kayu dan Hasil Hutan.
b. Pekembangan Pembangunan Kehutanan
Produksi hasil hutan kayu bertumpu pada pemanfaatan kayu dari kawasan hutan tidak
dieksploitasi karena potensinya sangat terbatas dan sesuai Instruksi Gubernur Tingkat I NTT Nomor:
660-I/584-BLH/1989, melarang penebangan di dalam kawasan hutan. Adapun hasil produksi kayu
komoditi hutan 2011-2012 sebagaimana pada tabel 2.38.

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

42

Tabel 2.38
Produksi Kayu Komoditi Kehutanan 2011-2012
2011 (m3)

2012 (m3) *)

NO

Jenis Komoditi

a.

Jati

13.914,31

b.

Merah

c.

Mahoni

2.654,00

2,965.80

d.

Campuran

24.326,37

25,623.75

Bulat

Olahan

Bulat

Olahan
15,598.67

Sumber: * Hasil proyeksi kenaikan 25 % dari tahun 2011


Pada tahun 2012 Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur telah melakukan
pengembangan tanaman cendana sebagai tanaman lokal unggulan bernilai tinggi dalam rangka
mendukung Nusa Tenggara Timur sebagai provinsi cendana. Pola pengembangan dilaksanakan
melalui program Kementrian Kehutanan, APBD Provinsi, APBD Kabupaten/kota dan partisipasi
swasta dan masyarakat.
Sesuai rencana Pola Ruang pada RTRW Provinsi NTT, pola pemanfaatan kawasan hutan
produksi dilaksanakan melalui kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan berupa kegiatan pengembangan
produk-produk kayu bernilai tinggi unggulan lokal (Suren, Cendana, Gaharu dan Kayu Merah),
pemanfaatan dan pengelolaan DAS sebagai usaha untuk peningkatan vegetasi pada lahan kritis dan
daerah tanggapan air (catchment Area) dalam rangka menanggulangi kekurangan sumber air bersih
dan menanggulangi bahaya bencana alam banjir.
Upaya upaya non fisik rehabilitasi juga dilakukan dalam bentuk upaya preventif
pelestarian hutan melalui sosialisasi penanggulangan kebakaran hutan dan lahan dan operasi
pengamanan hutan secara terpadu dengan melibatkan instansi terkait (POLRI) sehingga peredaran
hasil hutan kayu dan non kayu (legal and illegal Logging) menjadi tertib.
Upaya pelestarian kawasan konservasi yang dikelola Pemerintah Daerah Provinsi Nusa
Tenggara Timur adalah Taman Hutan Raya Prof. Ir. Herman Johanes di Kabupaten Kupang, di mana
dilakukan rehabilitasi dengan melibatkan masyarakat sekitar melalui pola agroforestry.
Pembangunan Taman Hutan Rakyat untuk dijadikan salah satu UPTD Pemerintah Daerah Provinsi
Nusa Tenggara Timur masih dalam tahap perencanaan dan penyusunan kajian teknis dan potensi
ekowisata yang ada sehingga dapat dikembangkan sebagai salah satu asset daerah dan mendukung
peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

6. Perkembangan Pembangunan Pariwisata


a. Kawasan Peruntukan Pariwisata
Pebangunan kepariwisataan dengan menempatkan sebagai kegiatan priortas pada RPJMD
2014-2018 dan pengembangan detail desain pembangunan 4 klaster pengembangan kawasan
pariwisata sesuai geografis dan keunggulannya yaitu:
1) Klaster I, wilayah Pulau Alor, Pulau Timor, Pulau Rote dan Pulau Sabu untuk pengembangan
wisata kepulauan yang bertumpu pada keindahan pantai dan wisata minat khusus;
2) Klaster II, wilayah Kabupaten Manggarai Barat, Kabupaten Manggarai, Kabupaten Ngada dan
Kabupaten Nagekeo untuk pengembangan pulau penuh pesona yang bertumpu pada komodo
sebagai ciri khas serta kehidupan dan peninggalan budaya masyarakat;
Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

43

3) Klaster III, meliputi wilayah Kabupaten Ende, Kabupaten Sikka, Kabupaten Flores Timur, dan
Kabupaten Lembata untuk pengembangan ekowisata yang bertumpu pada Danau Kelimutu
dan berbagai atraksi budaya lokal;
4) Klaster IV, meliputi wilayah Pulau Sumba untuk pengembangan budaya lokal yang bertumpu
pada kehidupan megalitik dan ritual.
b. Perkembangan Pembangunan Pariwisata
Jumlah wisatawan yang datang ke Nusa tenggara Timur tahun 2011 sebanyak 332.676
wisatawan yang terbagai atas Wisatawan manca Negara 50.170 dan Wisatawan Nusantara 282.506.
Untuk mendukung pengembangan pariwisata didukung dengan akomodasi mencapai 269 buah dan
dan restaurant 704 unit. Perkembangan akomodasi dan tingkat hunian dan rata-rata menginap
wisatawan sebagaimana Tabel 2.39.
Tabel 2.39
Akomodasi, kamar dan tempat tidur di NTT Tahun 2010-2012
No

Indikator

2010

2011

2012

Kenaikan (%)

Akomodasi

259

269

276

3.86

Kamar

4,429

4,770

5,147

7.70

Tempat Tidur

7,934

8,645

9,044

8.96

Sesuai tabel 2.39 dimana dari akomodasi yang tersedia, capaian rata-rata hunian hotel
sangat fluktuatif sesuai dengan perkembangan ekonomi asal wisatawan. Pada tahun 2010 hunian
hotel bintang mencapai 43,39 % dan tahun 2011 mencapai 50,38 % tahun 2011. Sedangkan hotel
non bintang tingkat hunian naik dari 19,84 % menjadi 20,49 % . Selanjutnya rata-rata lama menginap
wisatawan yaitu wisatawan manca Negara mencapai 2,4 hari dan wisatawan nusantara 2,2 hari.
Khusus wisatawan yang mengunjungi Flores Barat terus meningkat sejalan dengan ditetapkannya
Komodo sebagai salah satu keajaiban dunia.
Wilayah Nusa Tenggara Timur memiliki keunikan (kekhasan) yang layak dikembangkan
menjadi wilayah peruntukan kepariwisataan. Karena itu, Nusa Tenggara Timur dikenal sebagai
destinasi wisata nasional ke depan dan sebagai gerbang wisata di Selatan Indonesia.
Dengan demikian, pembangunan dan pengembangan sumber-sumber pariwisata di Nusa
Tenggara Timur dapat menjadi sumber pendapatan di masyarakat, yang tentu saja pada Pendapatan
Asli Daerah (PAD). Peningkatan ini perlu didukung dengan peningkatan strategi pengembangan
pariwisata hulu-hilir secara terpadu dan terintegrasi berbasis potensi lokal. Hal ini dimaksudkan
untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi secara merata, seimbang bagi pelaku pariwisata
termasuk masyarakat sebagai basis utama pengembangan kepariwisataan di Nusa Tenggara Timur.
Beberapa permasalahan pembangunan di bidang pariwisata dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Belum memadainya dukungan infrastruktur kepariwisataan ;
Disamping memperlancar akses ke destinasi-destinasi, infrastruktur kepariwisataan juga
diperlukan untuk menciptakan kenyamanan dan kepuasan bagi wisatawan selama berada
di tempat wisata. Dukungan pembangunan infrastruktur jalan, hotel, PLN, restoran termasuk
sarana rekreasi di tempat wisata harus dibangun tanpa mengubah kekhasan setempat (lokal).

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

44

b. Belum optimalnya pengembangan kawasan kepariwisataan;


Pengembangan pariwisata perlu diarahkan untuk meningkatkan daya tarik keunikan (kekhasan)
yang dimiliki oleh suatu wilayah. Dengan demikian, pengembangan kawasan parawisata perlu
didasarkan pada peruntukan, diantaranya kawasan peruntukan pariwisata alam, kawasan
peruntukan pariwisata budaya, dan kawasan peruntukan pariwisata buatan/taman rekreasi.
Pengembangan kawasan kepariwisataan juga perlu didukung oleh pengembangan
kawasan-kawasan peruntukan industri yang dapat mendukung minat wisatawan untuk
membelanjakan keperluan selama melakukan kunjungan. Kawasan peruntukan industri
dimaksud lebih diarahkan pada kawasan peruntukan industri ramah tangga, industri agro dan
industri ringan lainnya dalam semangat ekonomi kreatif.
c. Masih lemahnya promosi pariwisata;
Promosi kepariwisataan menjadi sangat penting untuk membangun ketertarikan pihak luar
untuk melakukan kunjungan. Nusa Tenggara Timur memiliki potensi sumber daya alam dan
kehidupan sosial-budaya yang menarik untuk ditumbuh-kembangkan sebagai wilayah-wilayah
destinasi. Oleh Karena itu, promosi pariwisata tidak dimaksudkan hanya dilakukan melalui cetak
dan elektronik, tetapi melalui atraksi-atraksi budaya atau pentas tarian tradisional bagi
wisatawan;
d. Belum terintegrasinya pemaketan perjalanan wisata;
Menciptakan lamanya perjalanan bagi wisatawan merupakan strategi yang harus dibangun
bersama antar daerah, antar wilayah pariwisata. Biro-biro perjalanan harus mengembangkan
paket-paket wisata yang dapat memberikan manfaat optimal bagi wisatawan.
Pembangunan bidang kepariwisataan mendeskripsikan adanya permasalahan terstruktur,
yakni yang terfokus pada objek daerah tujuan wisata (ODTW). Sesungguhnya, manusia, komonitas
sebagai subjek dalam berbagai perspektif kepariwisataan perlu ditumbuhkembangkan, baik
terhadap pelestarian maupun pelembagaan dalam suatu kesatuan dengan ODTW. Masuknya Taman
Nasional Komodo sebagai salah satu dari 7 (tujuh) keajaiban dunia dan Sail Komodo 2013
merupakan entrypoint menuju keberhasilan kepariwisataan di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Secara
bertahap kerja sama 3 (tiga) provinsi, NTT-Bali-NTB, yang telah dipelopori sejak tahun 2010 akan
diorientasikan pada implementasi pembangunan kepariwisataan secara professional. Karena alasan
tersebut, keterkaitan manajemen kepariwisataan dengan aspek-aspek sosial dan kebudayaan
sebagai pilar utama pembangunan kepariwisataan akan dijadikan fokus dan prioritas pembangunan.

7. Perkembangan Pembangunan Industri


a. Kawasan Peruntukan Industri
Kawasan peruntukan industri kecil/rumah tangga sesuai rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi untuk menjamin keserasian dengan lingkungan hidup. Tiga belas satuan kawasan
peruntukan industri kecil/rumah taungga sebagai berikut:
1) kawasan peruntukan industri kain tenun
2) kawasan peruntukan industri makanan dan minuman
3) kawasan peruntukan industri kerajinan
4) kawasan peruntukan industri pengolahan kelapa
5) kawasan peruntukan industri pengolahan ikan
6) kawasan peruntukan industri pengolahan daging
7) kawasan peruntukan industri pengolahan kopi terdapat di Kabupaten Manggarai, Ngada, Ende,
dan Sikka;
8) kawasan peruntukan industri pengolah kemiri terdapat di Kota Kupang, Kabupaten Ngada,
Manggarai, Ende, Kabupaten Kupang, dan Sumba Barat Daya;
Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

45

9) kawasan peruntukan industri pengolahan mente terdapat di Kabupaten Ende dan Sikka;
10) kawasan peruntukan industri mutiara terdapat di Kabupaten Flores Timur.
Pengembangan industri sebagai salah satu kegiatan mendukung peningkatan nilai tambah
juga mengalokasikan kawasan untuk industri menengah dan besar. Kawasan peruntukan industri
besar di Kota Kupang dan Kabupaten Kupang.
b. Perkembangan Pembangunan Industri
Industri merupakan salah satu sektor strategis dalam pembangunan ekonomi Nusa
Tenggara Timur. Pengembangan industri di desa dan kelurahan kondisinya yaitu; Industri kulit 11
desa (0,37 %), industri dari kayu 940 desa/kelurahan (31,69 %), Mulia dan Bahan dari Logam (102
desa (3.44 %), Industri Anyaman 344 desa (11.60 %), Industri Gerabah/Keramik/Batu 289 Desa
(9.74%), Industri dari Kain/Tenun 999 Desa (33.68 %) Industri Makanan dan Minuman 560 desa
(18.88 %), dan Industri Lainnya 172 Desa (5.80 %). Provinsi Nusa Tenggara Timur saat ini baru
mengembangan 8 jenis industri yang jumlah perusahaan dan tenaga kerja bervariasi. Jumlah industri
yang terbanyak yaitu industri makanan dengan jumlah tenaga kerja mencapai 417 tahun 2011.
Kondisi perusahaan industri dan tenaga kerjanya sebagaimana tabel 2.40
Tabel 2.40
Perusahaan Industri dan Tenaga Kerja 2010-2012

No Jenis Industri
1
2
3

Industri Makanan
Industri Minuman
Industri Tekstil
Industri Kulit, Barang
4
dari Kulit & Alas Kaki
Industri Pencetakan
5
dan reproduksi media
rekaman/Media
Industri barang galian
6
bukan logam
7
Industri
Industri Pengolahan
8
Lainnya
NTT
Sumber:...........................

2010
Perusa
Tenaga
Haan
kerja
8
418
3
121
5
152

2011
Perusa
Tenaga
haan
kerja
8
417
4
180
4
129

2012
Perusa
Tenaga
haan
Kerja
7
425
5
178
3
99

21

21

355

352

29

286

260

255

20

33

354

28

1.402

25

1.392

21

1.311

2.4.3. Perkembangan Kelembagaan Ekonomi


Lembaga keuangan daerah yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur terdiri dari lembaga
perbankan dan koperasi. Eksistensi lembaga-lembaga keuangan ini memiliki peran yang sangat
berarti untuk menunjang pengembangan usaha ekonomi produktif yang berbasis ekonomi
kerakyatan di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Lembaga-lembaga keuangan tersebut secara garis
besar dapat dijabarkan sebagai berikut :
Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

46

1. Perbankan
Berdasarkan data Bank Indonesia - Kupang, jumlah kantor bank di seluruh Kabupaten/Kota
se - Nusa Tenggara Timur tahun 2012 sebanyak 119 buah dengan asset tahun 2012 sebesar
Rp.20,151 milyard naik sebesar 19,34 % dibandingkan tahun 2011 dengan asset Rp.16,885 Milyard.
Penghimpunan dana masyarakat (DPK) sebesar Rp. 15,070 milyard tahun 2012 mengalami kenaikan
sebesar 16,84 %. Penyaluran kerdit tahun 2012 sebesar Rp. 13.398.812 juta dengan komposisi
kredit investasi 8,57 %, kredit modal kerja 25,98 % dan ktredit konsumsi 65,45 % sebagaimana
gambar 2.4.
Gambar 2.4. Perkembangan Kredit Tahun 2008-2012
10.000.000
8.000.000
6.000.000
4.000.000
2.000.000
Tahun
2008

investasi

Tahun
2009

Tahun
2010

Modal Kierja

Tahun
2011

Konsumasi

Tahun
2012

Penyaluran kredit yang disalurkan bagi usaha kecil menengah dalam lima tahun terakhir
meingkat cukup signifikan yaitu dari Rp.1.587.935 juta menigkat menjadi Rp.3.297.212 juta atau naik
rata-rata 26,91 %. Perkembangan penyaluran Kerdit Usaha kecil menengah (KUKM) sebagaimana
tabel 2.41.
Tabel 2.41
Kredit Usaha Kecil Menengah (KUKM)
Jumlah Kredit (RP)

KUKM
(Rp.juta)

No

Tahun

2008

5,528,592

1,587,935

28.72

2009

6,789,784

2,222,282

32.73

2010

7,385,940

2,165,423

29.32

2011

10,972,673

2,623,941

23.91

2012

13, 398,812

3,297,212

24.61

35.59

26.91

Pertumbuhan per tahun ( %)

% KUKM

2. Koperasi
Tahun 2012 terdapat 2.534 unit koperasi yang terdiri dari Koperasi Aktif sebanyak 2.222
unit dan Koperasi Tidak Aktif sebanyak 312 unit. Bila dibandingkan dengan tahun 2011, jumlah
Koperasi mengalami peningkatan sebesar 212 unit. Sedangkan di sisi lainnya jumlah Koperasi Aktif
mengalami peningkatan 208 unit dan jumlah Koperasi Tidak Aktif tidak mengalami penurunan dari
318 menjadi 312 unit.
Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

47

Dengan jumlah tenaga kerja koperasi sebanyak 6.338 orang yang terdiri dari Manajer
sebanyak 1.033 orang dan karyawan sebanyak 5.335 orang, telah memberikan pelayanan kepada
581.975 orang (meningkat 54.186 orang anggota pada tahun 2012) anggota koperasi yang tersebar
di 21 Kabupaten/Kota se Nusa Tenggara Timur.
Secara keseluruhan dari segi keuangan koperasi yang ada di Provinsi Nusa Tenggara
Timur telah memiliki modal sendiri sebesar Rp. 660.025.225.000,- atau meningkat sebesar
Rp.30.059.752.388,- (4,83%) dari tahun sebelumnya. Sedangkan modal luar sebesar
Rp. 261.455.202.000,- (27,97%). Sisa Hasil Usaha (SHU) pada tahun 2012 sebesar
Rp. 145.554.721.800,- atau mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar
Rp. 22.505.559.796,- (18,29%). Data selengkapnya tentang perkembangan koperasi Tahun
2011 - 2012 dapat dilihat pada tabel 2.42
Tabel 2.42
Perkembangan Koperasi di Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2011-2012
N
o
1

Tahun

Indikator Sasaran

2011

2012

Jumlah

Jumlah Koperasi Unit

2.322

2.534

212

9.13

- Koperasi Aktif Unit

2.014

2.222

208

10.33

318

312

-6

-1.89

Jumlah Anggota ( Org )

527.789

581.975

54.186

10.27

- Laki-laki ( Org )

362.348

383.925

21.577

5.95

- Perempuan ( Org )

- Koperasi Tidak Aktif Unit


2

Peningkatan

165.441

198.050

32.609

10.71

Jumlah RAT Koperasi ( Org )

1.246

1.659

413

33.15

Jumlah
Tenaga
Koperasi ( Org )

5.848

6.338

490

8.38

988

1.003

15

1.52

4.860

5.335

475

9.77

- Modal Sendiri (Rp.juta)

621.965,5

660.025,2

38.059,8

6.12

- Modal Luar (Rp.juta.)

934.774,0

1.196.229,2

261.455,2

27.97

Kerja

- Manajer ( Org )
- Karyawan ( Org )
5

Permodalan

Volume Usaha (Rp.juta)

1.230.431,6

1.455.547,2

225.115,6

18.30

Jumlah Asset (Rp.juta)

1.556.739,4

1.856.254,4

299.515,0

19.24

Jumlah SHU (Rp.juta)

123.049,2

145.554,7

22.505,6

18.29

Sumber : Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi NTT, 2012

2.4.4. Hasil Pembangunan Ekonomi


Pertumbuhan ekonomi Nusa Tenggara Timur lebih banyak digerakkan oleh aktivitas
konsumsi, sehingga fondasi ekonomi yang tercipta kurang kokoh dalam jangka menengah dan jangka
panjang. Kenyataan ini berpengaruh juga pada kondisi kesejahteraan penduduk NTT. Akibatnya
angka kemiskinan penduduk NTT masih sulit diturunkan. Tingginya angka kemiskinan diakibatkan
oleh beberapa faktor antara lain: rendahnya tingkat pendapatan per-kapita masyarakat, tingginya
pengangguran terselubung, belum berkembangnya sektor riil dan rendahnya pertumbuhan dan
produktivitas UKM.
Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

48

Dampak rendahnya sektor riil dan kapasitas ekonomi masyarakat berpengaruh pada
sumber pembiayaan pembangunan desa/kelurahan. Kondisi sumber pembiayaan pembangunan
desa/kelurahan yaitu; PAD 1.708 desa/kelurahan (57,59%), bantuan pemerintah kabupaten/kota
2.420 desa/kelurahan (81,59 %), pemerintah provinsi 2313 desa/kelurahan (77,98 %), pemerintah
pusat 633 desa/kelurahan (21,34 %), bantuan pemerintah luar negeri 69 desa (2,33 %), swasta 110
desa (3,71 %) dan lainnya 415 Desa (13,99 %). Kurangnya investasi masyarakat dan swasta
berpengaruh pada berbagai indikator capaian pembangunan ekonomi sebagai berikut:

1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)


Produk Domestik Regional Bruto adalah indikator yang menggambarkan keadaan
perekonomian penduduk suatu wilayah/daerah. Ukuran yang dihasilkan dari penghitungan PDRB
antara lain adalah rata-rata pendapatan perkapita, struktur ekonomi dan pertumbuhan ekonomi.
Dari 9 Lapangan Usaha yang ada, berdasarkan harga yang berlaku dan berdasarkan harga konstan
tahun 2000. Berdasarkan harga berlaku, PDRB NTT mengalami kecenderungan yang naik dari tahun
2009, Rp. 11.920,6 milyard menjadi Rp. 13.971.621,9 milyard pada tahun 2012 sebagaimana tabel
2.43
Tabel 2.43
PDRB dan Laju Pertumbuhan NTT dan Indonesia
No

Wilayah

1
2

2009

2010

2012

2011

PDRB NTT (Rp.M)

11,920.600.0

12,546,822,0

13,253,420,2

13,971,621,9

Laju Pertumbuhan PDRB (%)

4.3

5.2

5.6

5,4

PDRB Indonesia (Rp.M)

2,178,850.4

2,313,838.0

2,463,242.0

2.618.100,0

Laju Pertumbuhan PDRB (%)

4.6

6.2

6.5

5.92

Kontribusi Bali & Nusra (%)

0.55

0.54

2.55

2.51

Sumber: NTT Dalam Angka 2013 - BPS NTT, Analisis Bappeda

Kontribusi terbesar PDRB Provinsi NTT atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha
tahun 2012 masih didominasi oleh sektor pertanian (28,06%); kemudian disusul sektor jasa jasa
(24,69%); Perdagangan hotel dan restoran (6,97%); Pengangkutan dan Komunikasi (5,78%);
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan (4,07%); industri pengolahan (1,54%); pertambangan dan
penggalian (1,31%); serta listrik, gas dan air minum (0,42%). Data selengkapnya dapat dilihat bpada
tabel sebagaimana 2.44
Tabel 2.44
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut lapangan Usaha
di Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2010 2012
No
1
2
3
4
5
6

Lapangan Usaha
Pertanian
Pertambangan
dan
Penggallian
Industri pengeolahan
Listrik,
Gas&
Air
Bersih
Bangunan/Kontruksi
Perdagangan

2010
10.657.816,12
382.545,48

2011
11.545.882,65
424.823,80

2012
12.677.148,11
483.522,92

+/-(%)
1.131.265,46
58.699,12

427.448,14
116.169,06

471.728,22
136.945,55

528.339,82
149.809,13

56.611,60
12.863,58

1.931.451,62
4.654.428,57

2.182.737,32
5.388.755,98

2.538.667,27
6.237.887,62

355.929,95
849.131,64

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

49

No
7

Lapangan Usaha
2010
2011
Pengangkutan dana 1.601.144,81
1.771.440,78
Komunikasi
8
Keuangan Persewaan 1.133.510,02
1.322.613,46
dan jasa Perusahaan
9
Jasa-Jasa
6.841.818,42
7.976.600,43
PDRB
27.746.332,23
31.221.528,20
Sumber: NTT Dalam Angka 2013 - BPS NTT, Analisis Bappeda

2012
1.771.440,78

+/-(%)
0

1.507.769,41

185.155,95

9.126.407,85
35.253.360,17

1.149.807,00
4.031.831,97

2. Struktur PDRB NTT


Pada tahun 2012 sektor pertanian memegang kontribusi yang terbesar pada PDRB Nusa
Tenggara Timur yaitu 35,96%, diikuti oleh lapangan usaha jasa-jasa 25,89%, Perdagangan, restoran
dan hotel 17,69%, bangunan dan konstruksi 7,20 %, Pengangkutan dan Komunukasi 7,68 %
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 4,28 %, Industri pengolahan 1,50 %, Sektor
Pertambangan dan penggalian 1,37 %, dan sektor listrik, gas dan air bersih 0,42%. Kontribusi
lapangan usaha pertanian masih menduduki kontribusi terbesar, namun akan menurun sejalan
dengan meningkatnya peran sektor jasa. Perkembangan kontribusi sektor dalam empat tahun
terakhir seperti pada gambar 2.5.
Gambar 2.5
Perkembangan PDRB Sektor 2008-2012

Chart Title
45,00
40,00
35,00
30,00
25,00
20,00
15,00
10,00
5,00
(5,00)

Tahun 2008

Tahun 2009

Tahun 2010

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

tahun 2011

tahun 2012

50

3. Pendapatan Perkapita dan Pertumbuhan Ekonomi


Rata-rata pendapatan perkapita penduduk Nusa Tenggara Timur atas dasar harga berlaku
menunjukkan perkembangan yang cukup baik dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008 pendapatan
perkapita sebesar Rp. 4.469.637 meningkat menjadi Rp. 7.195.650 tahun 2012 atau meningkat ratarata pertahun sekitar 15 %. Selajutnya terhadap PDRB konstan tahun 2000 pendapatan perkapita
tahun 2008 sebesar 2.326.065 meningkat menjadi 2.496.857 tahun 2011 atau meningkat rata-rata
1,90 %. Namun demikian jika dibandingkan terhadap pendapatan perkapita penduduk Indonesia,
berdasarkan persentase pendapatan perkapita penduduk NTT sekitar 25 % sebagaimana Tabel 2.46.
Tabel 2.46
Pendapatan perkapita 2008-2012
No
1
2

Uraraian
Pendapatan perkapita Harga
Berlaku
Pendapatan perkapita Harga
Konstan 2000
Pertumbuhan ekonomi

2009

2010

2011

2012

4,914,835

5,521,420

6,073,767

7,195,650

2,423,045

2,496,857

2,496,857

2,659,365

4.29

5.23

5.63

5,48

Pertumbuhan ekonomi menunjukkan perkembangan yang cukup baik, yaitu 4,84% pada
tahun 2008, kemudian 4.29 % pada tahun 2009, 5,63% pada tahun 2011 dan 5,48 % tahun 2012.
Pertumbuhan ekonomi yang cukup baik mampu meningkatkan kapasitas ekonomi daerah.
Perkembangan ekonomi berkembang relatif merata sehingga memberikan akses pada masyarakat
relatif merata yang dapat dilihat dari gini ratio Nusa Tengggara Timur tahun 2009 sebesar 0.36 dan
Indonesia 0.37, selanjutnya tahun 2010 gini ratio Nusa Tenggara Timur sama dengan Indonesia yaitu
0.38.
Kemampuan Ekonomi Provinsi Tenggara Timur perlu dipacu karena daya dorong pada
pembangunan ekonomi kesehatan dan pendidikan masih perlu ditingkatkan. Daya ungkit ekonomi
yang lemah berpengaruh terhadap IPM Nusa Tenggara Timur yang perkembangannya yaitu 67,26
Tahun 2009 menjadi 68,28 tahun 2012 dan berada di bawah Indonesia yang pada tahun 2011 telah
mencapai 72,64. Secara Nasonal posisi IPM Nusa Tenggara Timur masih tetap di urutan 31 dari 33
provinsi di Indonesia.

4. Ketenagakerjaan
Perkembangan pembangunan ekonomi dipengaruhi oleh produktivitas tenaga kerja
bekerja. Perkembangan ekonomi mampu meyerap sebagian besar tenaga kerja, sehingga mampu
menekan angka pengangguran terbuka. Perkembangan ketenagakerjaan di Provinsi Nusa Tenggara
Timur 2008-2012 menunjukkan.. yang ditujukan dengan perkembangan penduduk usia
produktif menunjukkan kondisi yang fluktuatif. Peningkatan jumlah penduduk usia produktif tahun
2012 yang mencapai 2.815.547 orang diserap dalam lapangan kerja sebanyak 2.095.683 orang dan
yang tidak diserap atau mengangnggur mencapai 62.356 orang. Perkembangan ketenagakerjaan
tahun 2008-2012 sebagaimana tabel 2.47
Tabel 2.47
Kondisi Ketenagakerjaan Tahun 2008-2012
No
1.
2.
3.

Keterangan
Penduduk
Penduduk Usia Kerja
Angkatan Kerja

2008
4.899.319
3.045.015
2.166.919

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

2009
4.619.655
3.121.422
2.250.128

2010
4.683.827
2.930.406
2.132.381

2011
4.776.485
3.003.516
2.154.258

2012
4.899.260
3.057.373
2.158.039

51

No
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Keterangan
Bukan Angkatan Kerja
Bekerja
Penganggur
Penduduk Usia Muda (014 thn)
Penduduk Usia Tua(65+)
Penduduk Usia
Produktiv(15 -64 thn)

2008
878.096
2.086.105
80.814
1.854.304

2009
871.294
2.160.733
89.395
1.498.233

2010
798.025
2.061.229
71.152
1.753.421

2011
849.258
2.096.526
57.999
1.772.969

2012
961.690
2.095.683
62.356
1.841.887

220.836
2.824.179

217.930
2.903.492

239.436
2.690.970

237.595
2.765.921

241.826
2.815.547

Sumber data sakernas 2008 sampai 2012, BPS Prv.NTT


Data Sakernas tahun 2013 belum ada
Data Penduduk Bappeda Prov.NTT

5. Lapangan Usaha
Lapangan usaha yang menjadi sumber penyerapan tenaga kerja dan perkembangan
ekonomi daerah berkembang variatif sehingga daya serap tenaga kerja dan kontribusinya pada PDRB
NTT berbeda. Kemampuan lapangan usaha utama dalam penyerapan penduduk berumur 15 tahun
ke atas bekerja seminggu yang lalu pada periode 2008-2011 mengalami penurunan pada tiga sektor
yaitu sektor pertanian, listrik, gas dan air minum, dan Angkutan, perdagangan, komunikasi dan
sektor lainnya mengalami pertumbuhan positif. Perekembangan lapangan pekerjaan 9 sektor utama
sebagaimana tabel 3.48
Tabel 2.48
Lapangan Usaha Utama Tahun 2008-2012
N
o

Lapangan
Pekerjaan Utama

2012

Perkemb
anganPer
th (+/-)

2008

2009

2010

2011

Lakilaki

Perem
puan

Total

1,448,074

1,472,627

1,333,638

1,360,265

729,568

561,623

1,291,191

-2.71

18,544

35,570

30,166

23,627

21,108

8,429

29,537

14.82

Pertanian
Pertambangan dan
penggalian
Industri

140,886

134,591

143,972

124,697

37,201

121,300

158,501

3.13

Listrik, Gas dan Air

2,626

2,661

1,731

2,420

2,045

131

2,176

-4.28

Bangunan
Perdagangan dan
rumah makan
Angkutan,
pergudagangan,
komunikasi
Keuangan,
Asuransi, Usaha
persewaan dan
bangunan
Jasa

47,529

56,557

62,472

59,405

80,027

1,607

81,634

17.94

141,387

149,160

150,765

147,439

66,854

87,270

154,124

2.25

97,102

91,598

98,318

87,403

94,069

1,669

95,738

-0.35

6
7

8
9

Jumlah

10,059

12,864

9,766

20,810

13,081

5,403

18,484

20.94

179,918

204,745

230,401

270,189

145,087

119,211

264,298

11.72

2,086,125

2,160,373

2,061,229

2,096,255 1,189,040

906,643

2,095,683

0.11

2.4.5. INFRASTRUKTUR WILAYAH


Infrastruktur wilayah meliputi prasarana dan sarana transportasi, ketenagalistrikan,
energi, pos, telekomunikasi dan informatika, sumber daya air, serta perumahan, pelayanan air
minum, dan penyehatan lingkungan memiliki peranan penting dalam perekonomian dan
kesejahteraan masyarakat yakni memberikan jaminan keterjangkauan bagi pelayananan publik,
Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

52

membangkitkan dunia usaha, investasi masyarakat dan mengembangkan sumber-sumber produksi


daerah. Kondisi umum infrastruktur tersebut digambarkan sebagai berikut :

1. Transportasi Darat
Sistem transportasi secara umum dibagi menjadi sistem transportasi darat, laut dan udara,
dimana prasarana dan sarana transportasi tersebut meliputi perhubungan darat dan ASDP,
perhubungan laut dan perhubungan udara.
a. Prasarana Jalan
Panjang jalan di NTT 4.203 Km (diluar Jalan Kabupaten lk. 13.000 Km), jalan Nasional
terjadi penambahan panjang ruas yang cukup signifikan yaitu untuk Ruas Ruteng Reo , Kota
Kefamenanu Oelfaub ( Bts Negara), sedangkan ruas-ruas yang lain relative kecil. Dengan
diterbitkan SK.Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 567/KPTS/MEN/2010 maka telah ditetapkan Ruas
Jalan Strategis Nasional Rencana sepanjang 1.104 Km, ruas ini dialihkan pada Status Ruas Jalan
Provinsi sepanjang 423 Km dan Non Status 696 Km.
Pengalihan status jalan menjadi ruas Jalan Strategis Nasional akan dapat mengurangi
pembiayaan pembangunan untuk peningkatan, rehabilitasi dan pemeliharaan dari APBD Provinsi
ke pembiayaan APBN. Ruas Jalan Strategis Nasional sebagian terletak pada lintas Utara Flores
(Sp. Nggorang Kabupaten Manggarai Barat sampai Magepanda Kabupaten Sikka) dan ruas jalan di
Selatan Timor (perbatasan negara) yang menghubungkan dari Batu Putih Kabupaten Timor Tengah
Selatan sampai Motamasin Kabupaten Malaka), sehingga terjadi pengurangan panjang Jalan Provinsi
dari 1.737 Km menjadi 1.314 Km senagaimana tabel 2.49.
Tabel 2.49
Panjang dan satus Jalan di NTT
No

Status

1
2
3
4

Nasional
SNR
Provinsi
Non Status
Jumlah
Sumber: Hasil analisa Bappeda NTT

Panjang (Km)
Semula
menjadi
1.273
1.407
1.103
1.737
1.314
1.080
379
4.010
4.203

Tambah
124
1.103
1.127

Kurang
423
681
1.104

Sebagai Provinsi kepulauan ruas jalan berbeda antar wilayah yang berdampak pada
perbedaan kualitas akses antar wilayah. Kondisi jalan Nasional, jalan strategis nasional dan jalan non
status tahun 2012 sebagaimana tabel 2.50
Tabel 2.50
Panjang Jalan per kabupaten/Kota se Nusa Tenggara Timur
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Kabupaten/Kota
Kota Kupang
Kupang
TTS
TTU
Belu
Rote Ndao
Sabu Raijua
Alor
Lembata

Status/Panjang Jalan ( Km )
Nasional
SN
Provinsi
39
22
28
70
151
104
148
78
72
74
87
66
42
85
45
112
33
62
52
21

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

NS
121
81
53
65
-

Jumlah
(Km)
89
342
411
199
218
85
45
207
73

53

No

Kabupaten/Kota

10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22

Flotim
Sikka
Ende
Nagekeo
Ngada
Manggarai Timur
Manggarai
Manggarai Barat
Sumba Timur
Sumba Tengah
Sumba Barat
Sumba Barat Daya
Malaka
JUMLAH
Sumber: hasil analisa Bappeda NTT.

Status/Panjang Jalan ( Km )
Nasional
SN
Provinsi
136
48
121
76
39
29
135
126
62
39
51
108
68
143
46
40
73
182
53
35
62
120
24
71
120
165
61
44
41
38
5
90
25
1.407
1.104
1.314

NS
38
26
384

Jumlah
(Km)
343
170
323
90
319
159
270
206
356
105
79
95
25
4.209

Kondisi kemantapan jalan nasional mencapai 90 %, sedangkan tingkat kemantapan jalan


provinsi hanya 670 Km (38 %) dari seluruh jalan provinsi dan jalan provinsi yang telah berubah
menjadi jalan strategis nasional. Itu berarti semua ruas sebanyak 175 ruas jalan provinsi
membutuhkan penanganan, diperlukan lompatan penganggaran sehingga pelayanan jalan tersebut
dapat maksimal. Ruas tersebut belum termasuk beberapa jalan Non Status seperti pada lintas utara
Timor yaitu Ruas yang berada di Kabupaten Kupang ruas yang menghubungkan dengan perbatasan
negara Timor Leste sepanjang 121 Km Ruas Oelmasi - Oepoli (Bts Negara) kesulitan pada ruas ini
terlalu banyak sungai baik ukuran kecil,sedang maupun besar. Penanganan jalan provinsi kalau
hanya mengandalkan dana APBD Provinsi saja jelas tidak akan terpenenuhi, diupayakan alokasi
khusus selain DAK juga diperlukan juga BPJP (Bantuan Penanganan Jalan Provinsi) Bantuan ini
diberhentikan sesuai dengan otonomi daerah. Dari ruas jalan yang ada di desa/kelurahan
menunjukkan bahwa hanya 85,23 % yang dapat dilalui sepanjang tahun kendaraan roda empat.
b. Angkutan Jalan Raya
Jumlah kendaraan bermotor di NTT sebanyak 270.906 (Sumber Dispenda NTT 2011)
jumlah ini tentu memberi keuntungan bagi PAD Provinsi NTT tetapi dilain pihak juga akan
memberikan beban bagi pemerintah untuk menyiapkan prasarana jalan di Nusa Tenggara Timur
ditambah pula akan terjadi peningkatan jumlah kecelakaan Lalulintas yang akan menimbulkan
korban jiwa maupun harta. Angkutan penumpang dilayani oleh Bus /Mikro Bus yaitu angkutan antar
kota dalam provinsi, akhir akhir ini antar kota dalam provinsi dilayani oleh Travel, keberadaan
travel ini sering menimbulkan perselisihan antara Pengemudi bus dikarenakan penumpang lebih
memilih memakai Travel, semua angkutan ini dikelola oleh pihak swasta, sedangkan untuk daerah
terpencil dilayani oleh Bus DAMRI.
Angkutan penumpang antar Negara dilayani oleh Travel dan sampai perbatasan diganti
kendaraannya,walaupun ganti kendaraan tetapi masih satu perusahaan. Angkutan Barang dilayani
oleh kendaraan Truk, Pick Up, Light Truk dan Dump Truck baik untuk dalam provinsi maupun antar
provinsi. angkutan barang ini sangat membantu dalam pergerakan barang baik untuk kebutuhan
pokok maupun kebutuhan lainnya dalam rangka memenuhi kebutuhan primer maupun kebutuhan
lainnya.Terminal Nusa Tenggara Timur Type A. : 2 buah ( Naiola di TTU sedang dibangun),Terminal
Type B: 16 buah dan Terminal Type C 4 buah, Terminal Type A belum berfungsi, Untuk menjaga
Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

54

ketertiban dalam angkutan ini maka terdapat beberapa Jembatan timbang di Oesapa,Nun Baun
Sabu,Nggorang dan Watu Alo
c. Angkutan Penyeberangan
Keberadaan ASDP (Fery) sangat dibutuhkan mengingat Provinsi NTT yang terdiri dari
banyak pulau memerlukan angkutan yang murah dan aman,angkutan ini telah banyak membantu
masyarakat di NTT karena keberadaan Angkutan ini mampu menggerakan perekonomian di NTT
karena digunakan untuk memasarkan hasil bumi dan ternak kecil. Lintasan penyeberangan komersil
yang paling banyak penyeberangan yaitu Route Kupang Rote 401 penyeberangan disusul Kupang
Kalabahi 98 penyeberangan,Kupang Larantuka 95 penyeberangan (di NTT ada 14 penyeberangan
komersil) Lintasan penyeberangan perintis yang paling banyak penyeberangan yaitu Ende
Waingapu 50 penyeberangan disusul LewolebaLarantuka 48 penyeberangan,WaingapuSabu 37
penyeberangan di NTT ada 24 penyeberangan Perintis), Lintas Antar Provinsi yaitu Labuhan Bajo,
Kabupaten Maanggarai Barat Sape, Kabupaten Bima NTB dan lintas Waekelo, Kabupaten. Sumba
Barat Daya Sape, Kabupaten Bima NTB. Untuk melayani angkutan barang dan penumpang dilayani
oleh 12 KMP yaitu KMP. Ile Mandiri,Inelika,Rokatenda,Cucut,Cengki Afo,Namparnos,Balibo,Ile
Ape,Uma Kalada,Pulau Sabu dan KMP Ile Boleng. Kondisi dermaga penyeberangan lintasan dalam
provinsi sebagaimana tabel 2.51
Tabel 2.51
Dermaga penyeberangan Lintasan Dalam provinsi
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Kabupaten
Kupang
Rote Ndao
Flores Timur
Manggarai Barat
Sabu Raijua
Alor
Ngada
Nagekeo
Belu
Sumba Timur
Sumba Barat Daya
Nagekeo
Lembata
JUMLAH

Dermaga
Bolok I, Bolok II
Pantai Baru
Waebalun
Labuhan Bajo
Biu
Kalabahi
Aimere
Nagekeo
Teluk Gurita
Waingapu
Waekelo
Nagekeo, Marapokot
Waijarang
15

Pengelola
PT. Indonesia Fery
PT. Indonesia Fery
PT. Indonesia Fery
PT. Indonesia Fery
UPT Ditjen Hubdar
UPT Ditjen Hubdar
Dishub NTT
Dishub NTT
Dishub NTT
Pem. Kabupaten
Pemerintah Kabupaten
Pemerintah Kabupaten
Pemerintah Kabupaten

Aktifitas
Aktif
Aktif
Aktif
Aktif
Aktif
Aktif
Aktif
Tidak aktif
Tidak Aktif
Aktif
Aktif
Tidak Aktif
Aktif

Dermaga penyeberangan akan meningkat karena saat ini sementara dibangun 6 dermaga
penyeberangan yaitu Dermaga Penyeberangan (i)Baranusa (ii) Hansisi (iii) Waewerang (iv)Solor (v)
Ndao dan (6) Seba Kontribusi Pemerintah Provinsi sebatas pada Survey Load Factor dan kegiatan
kegiatan kecil lainnya. Peningkatan jumlah prasarana angkutan penyebarangan akan mendukung
peningkatan konektivitas antar wilayah melalui transportasi terpadu antar moda.

2. Angkutan Laut
Provinsi Nusa Tenggara Timur yang akan dicanangkan menjadi Provinsi Kepulauan pasti
akan membawa dampak yang positif untuk kemajuan pembangunan di NTT,sehingga peran modal
angkutan laut sangat dibutuhkan. Kunjungan Kapal Laut yang paling banyak dikunjungi yaitu di
Pelabuhan Larantuka sebanyak 4.073 kali disusul di Pelabuhan Laut Labuhan Bajo sebnyak 2.388 kali
dan Pelabuhan Laut Nusa Lontar Kupang sebanyak 2.251 kali. Kunjungan kapal di NTT Tahun 2010
Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

55

sebanyak 10.659 kali dan pada tahun 2011 sebanyak 14.559 kali/kunjungan, peningkatan ini
menunjukan pembangunan NTT sedang giat dilaksanakan karena para Investor sudah mulai
berinvestasi di Kupang khususnya dan NTT pada umumnya. Volume bongkar muat masih
menunjukkan kegiatan bongkar lebih besar bila dibandingkan dengan bahan yang diangkut,hal ini
juga menjadi tantangan karena ketergantungan NTT masih cukup besar dengan daerah lain. Barang
yang paling banyak dimuat dari NTT selain ternak yaitu mangan dan hasil bumi lainnya.
Untuk angkutan penumpang dilayani oleh Kapal PELNI sebanyak 6 Kapal yaitu KM.
AWU,KM. Sirimau,KM.Tilong Kabila,KM.Bukit Siguntang, KM. Wilis dan KM, Pangrango,Kapal kapal
ini melayani Route dalam NTT dan luar NTT (Bali,NTB,Makasar,Maluku,Kalimantan) dan angkutan
Perintis Subsidi dari Kementerian Perhubungan untuk melayani lintas Dalam NTT dan sekitrnya (NTB
dan P. Kiser Maluku) Kapal Perintis tersebut Yaitu KM.Nembrala,KM. Nangalala,KM.Berguna dan KM.
Maumere. Pelabubuhan layanan angkutan laut sebagaimana Tabel 2.52.
Tabel 2.52
Pelabuhan Laut di NTT
No

Kabupaten

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

Kupang
Ende
Sikka
Sumba Timur
Belu
Manggarai Barat
Manggarai
Ngada
Alor
Sumba Barat Daya
Lembata
Flores Timur
Sabu Raijua
Rote Ndao
Nagekeo
TTU
TTS
Manggarai Timur
Sumba Barat
Jumlah

Internasional
Nusa Lontar*

Pelabuhan/Status
Nasional
Ippi*
Maumere*
Waingapu*
Labuhan Bajo
Kalabahi*,Maritaing
Waiwadan
Larantuka

Wini

Regional/lokal

Maurole
Wuring
Baing,
Atapupu
Nangalili*,
Komodo
Robek,Reo
Aimere **
Kolana**,Kabir**, Baranusa
Waekelo
Lewoleba, Balauring
Mananga, Waewerang
Paitoka**,Biu, Raijua,Seba
Ndao,Papela,Baa,Batutua, Oelaba**
Marapokot
Boking
Mborong
Rua
30

*Dikelola PT. Pelindo (BUMN) ** Belum ada existing/prasarana/fasilitas dermaga


Sumber : Dishub NTT

Sesuai dengan karakteritis Provinsi NTT jumlah Pelabuhan Laut akan dibangun lagi
sebanyak 30 buah Pelabuan laut hal ini sesuai dengan Master Plan Pengembangan Pelabuhan Laut di
NTT melalui dana APBN, penambahan atau pembangunan ini dimaksudkan untuk dan memudahkan
alih muat barang dan penumpang terutama pada menjangkau daerah terpencil. Kontribusi APBD. I
adalah Survey Load Factor Perintis,Penyuluhan SAR diatas Kapal, Pengaturan Lalu Lintas laut di
Pelabuhan (Tandu) dan SID Pelabuhan Laut

3. Transportasi Udara
Transportasi Udara di NTT juga sangat strategis karena angkutan ini adalah angkutan yang
cepat,sedangkan biaya penerbangan ini masyarakat sudah tidak memikirkan lagi hal ini disebabkan
Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

56

oleh tingkat kesejahteraan masyarakat NTT yang mengalami kenaikan sehingga load Factor angkutan
udara ini mencapai diatas 70 %. Angkutan ini selain dipakai untuk pelayanan kemasyarakatan oleh
pemerintah,namun yang lebih banyak menggunakan adalah pihak swasta untuk keperluan ekonomi
dan juga keperluan penumpang wisatawan yang datang di NTT karena potensi pariwisata di NTT
telah terbukti diminati oleh wisatawan baik wisatawan dalan negeri maupun luar negeri.
Seperti Provinsi Lainnya di Indonesia,penumpukan penumpang terjadi pada hari hari
libur panjang seperti Hari Raya Natal & Tahun Baru,Hari Raya Idul Fitri,musim liburan sekolah,pada
saat seperti pelayanan penumpang kurang memuaskan,pada prinsipnya apabila pada setiap bandar
udara di NTT ada jadwal penerbangan yang rutin pasti masyarakat memilih moda ini. Maskapai yang
beroperasi di NTT yaitu GIA,MNA,Sriwijaya Airline,Lion Airline,Trans Nusa Air Service dan Susi Air.
Kondisi bandara untuk pelayanan transportasi udara sebagaimana tabel 2.53.
Tabel 2.53
Bandara Udara di NTT
No

Kabupaten

1
2
3
4

Kota Kupang
Ende
Sikka
Sumba Timur

5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Belu
Manggarai Barat
Manggarai
Ngada
Alor
Sumba Barat Daya
Lembata
Flores Timur
Sabu Raijua
Rote Ndao
Nagekeo
JUMLAH

Bandar Udara

Tingkat Pelayanan

Status

El Tari
H.Aroebusman
Frans Seda
Umbu
Mehang
Kunda
Haliwen
Komodo
Frans Sales Lega
Soa
Mali
Tambolaka
Wunopito
Gewayantana
Terdamu
DC. Saudale
Surabaya II
15

Pengumpul Skala Skunder


Pengumpul Skala Tersier
sda
sda

Internasional
Domestik
Domestik
Domestik

Sda
Skala Pengumpan
Sda
Sda
Sda
Sda
Sda
Sda
Sda
Sda
-

Domestik
Domestik
Domestik
Domestik
Domestik
Domestik
Domestik
Domestik
Domestik
Domestik
Proses pembangunan

Sumber Dishub NTT


Dari 14 Bandara tesebut yang paling banyak dikunjungi yaitu Bandar Udara El Tari Kupang
sebanyak 4.079 kali,Bandara Frans Seda Maumere 1.134 kali,Bandara A. Aroeboesman Ende 998 kali
dan Bandara Umbu Mehang Kunda sebanyak 734 kali. Sedangkan Bandar udara yang frekwensi
kunjungan relatif kecil adalah DC.Saudale Rote Ndao,Terdamu di Sabu Raijua dan Banda udara
Haliwen di Atambua
Khusus Daratan Timor yang hanya ada 2 buah bandar Udara maka Bandar Udara di
Haliwen Kab. Atambua perlu dikembangkan untuk mengantisipasi apabila Bandara El Tari Kupang
tidak bisa didarati akibat pesawat udara tergelincir atau gangguan lainnya sehingga penumpang
dialihkan ke Banda Udara Haliwen sekaligus untuk pertahanan dan keamanan karena berbatasan
langsung dengan negara Timor Leste sehingga sewaktu-waktu dapat digunakan untuk kepentingan
tersebut sekaligus untuk menjaring penumpang dari Timor Leste
Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

57

4. Pembangunan Sumberdaya Air


a. Pembangunan Irigasi.
Pembangunan irigasi di Nusa Tenggara Timur sangat terkait dengan spesifikasi daerah
yang berkepulauan dan struktur tanah dan geologi yang sangat variatif. Dengan konfigurasii,
topografi berbukit dan bergunung penyebaran daerah irigasi bersifat memancar dalam luasan yang
kecil dan bersifat tadah hujan. Areal potensial lahan basah untuk pengembangan lahan irigasi seluas
310.093 Ha, dengan tingkat fungsional 40,7 % atau seluas 126.168 Ha. Sebaran dan jumlah daerah
irigasi (DI) sebanyak 1.229 Daerah sebagaimana ditunjukkan pada tabel 2.54.
Tabel 2.54
Jumlah Daerah Irigasi Menurut Kewenangan
Kewenangan
Pusat
Provinsi
Kabupaten
Total

Jumlah DI
52
36
1,141
1,229

Luas Potensial
( ha )
133,929
49,326
126,838
310,093

Luas Fungsional
( ha )
31,356
27,589
67,223
126,168

Dengan memperhatikan data pada tabel 2.54. Daerah irigasi yang menjadi kewenangan
provinsi hanya 2,9 % dari 1.229 daerah irigasi dengan tingkat fungsional 55,6%. Peranan pemerintah
provinsi dalam pengembangan dan pembangunan irigasi sangat diperlukan untuk menunjang
perkembangan ekonomi daerah.
b. Sarana Prasarana Sumber daya Air
Untuk mengatasi kekurangan air, kekeringan dan konservasi lahan tanah maka pemerintah
provinsi NTT mengupayakan Pembangunan jebakan /tampungan air atau disebut embung yang
terdiri dari kecil, embung irigasi dan waduk untuk menampung air hujan sekaligus sebagai
pengendali banjir, peningkatan jumlah air tanah, yang merupakan kebutuhan untuk penyediaan air
lahan basah, lahan kering, penduduk kota dan desa.
Ketersediaan embung yang dibangun sebanyak 358 buah embung yang terdiri atas embung kecil
sebanyak 334 buah dan embung irigasi sebanyak 24 buah. Kabupaten Kupang memiliki jumlah
embung terbanyak 87 buah, menyusul Kabupaten TTS ada 61 embung dan Kabupaten TTU sebanyak
60 embung. Rincian menurut kabupaten/kota sebagaimana terlihat pada Tabel 2.55.
Tabel. 2.55
Realisasi Pembangunan Infrastruktur Sumber Daya Air
N
o
1
2
3

Sumber Daya Air

Tahun
2009

Pembangunan
Embung
Irigasi
(buah)
Pembangunan Embung Kecil (buah)
Rehabilitasi Waduk, Embung Irigasi,
Embung Kecil (buah)

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

2010

2011

2012

43

38

96

52

40

35

45

50

58

N
o
4
5
6
7

Sumber Daya Air

Tahun
2009

Pembangunan
Sarana/Prasarana
Pengendali Banjir (m)
Pembangunan
Sarana/Prasarana
Pengendali Pantai (m)
Rehabilitasi Sarana/
Prasarana Pengendali Banjir (m)
Rehabilitasi Sarana/ Prasarana
Pengendali Pantai (m).

2010

2011

2012

900

1.122

781

4.638

3.566

200

572

50

80

Sumber data : Bappeda NTT dari berbagai sumber


Realisasi capaian pembangunan sumber daya air sebagaimana tabel 2.55 tidak sama setiap
tahun, namun secara akumulatif ada yang melampaui target dan ada yang berada di bawah target.
Adanya variasi capaian erat kaitannya dengan kondisi riil kebutuhan masyarakat sehingga yang
ditangani yang layak sesuai dengan studi disain yang dilaksanakan. Untuk bidang sumberdaya air
juga dilaksanakan kegiatan; (i) Peningkatan dan rehabilitasi daerah irigasi (DI) yaitu; 11 DI tahun
2009, 16 DI tahun 2010, 16 DI tahun 2011 dan 15 DI tahun 2012, (2) pembangunan baru daerah
irigasi; 2 DI tahun 2009 dan 3 DI tahun 2012

5. Pembangunan Pos dan Telekomunikasi


Pembangunan Pos dan Telekomunikasi mencakup jangkauan baik pelayanan jasa
telekomunikasi ataupun informasi. Berbagai usaha telah dilakukan pemerintah untuk memperlancar
pelayanan-pelayanan berkenan semakin meningkatnya permintaan akan jasa komunikasi. Salah
satunya dengan memperbanyak jumlah kantor pos. Tahun 2011 jumlah kantor pos di NTT sebanyak
6 buah, kantor pos cabang 65 buah dan buah dan pos desa 46 buah, karena pelayanan beralih pada
pilihan lain tahun 2012 tinggal 2 kantor pos dan 2 kantor pos cabang sebagaimana Tabel 2.56
Tabel 2.56
Banyaknya Kantor Pos Menurut Kabupaten/Kota (unit), 2012
Tahun
No

Sarana Pos

1
2

Kantor Pos
Kantor Pos Cabang

Pos Desa

2010

2011

2012

6
62

6
65

6
65

36

43

43

2
-

109

2009

Jumlah

104

109

Perkambangan
2009-2011 (+/-)
0
3
7
-105

Pelayanan telekomunikasi sebagai sarana untuk meningkatkan komunikasi masyarakat.


Jumlah pelanggan telepon 43.314 dengan perincian perusahaan 5.362 perorangan 37. 952 . Untuk
pelayanan telephone masyarakat kondisinya yaitu; Keberadaan BTS 441 Desa (14.87 %), kekuatan
sinyal telepon seluler Kuat 1456 Desa/Kelurahan (49,09 %), lemah 1.225 Desa/Kelurahan (41,30 %),
tidak ada 285 Desa (9,61 %). Selanjutnya untuk pelayanan masyarakat berbasis desa kondisi
pelayanan yaitu; Telehpone umum kartu/kartu 140 Desa/kelurahan (4,72 %), wartel 306 desa (10,32
%), warnet 210 desa (7,08 %)

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

59

6. Pembangunan Kelistrikan
a. Pembangkit Listrik
Peningkatan pelayanan listrik dilaksanakan melalui pelaksanaan pembangunan
pembangkit listrik yaitu; (i) Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) dengan kapasitas 85,5 MW
direncanakan dikembangkan pada 10 PLDT, (ii) Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPb), (iii)
Pengembangan dan Rencana pengembangan PLTPb dilaksanakan di 4 lokasi, (iv) Pembangkit Listrik
Tenaga Uap (PLTU), (v) Pengembangan dan Rencana pengembangan PLTU dilaksanakan di 5 lokasi,
(vi)Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTM) dilaksanakan di 3 lokasi, dan (vii) Pembangkit
Listrik Tenaga Hibrid (PLTH) dilaksanakan di 2 lokasi. Pengembangan dan Rencana pengembangan
Gardu Induk dilaksanakan di 12 lokasi
Secara umum ketersediaan tenaga listrik masih dilayani oleh PLN (Perusahaan Listrik
Negara) sementara kebutuhan energi listrik untuk rumah tangga, industri, perkantoran, perhotelan
dan lain-lain belum seluruhnya dapat dilayani, hal ini terlihat dari daya yang dibangkitkan dan jumlah
pelanggan yang terlayani pada tahun 2010-2012sebagaimana tabel 2.57.
Tabel 2.57
Banyaknya Tenaga Listrik yang Dibangkitkan PLN tahun 2012
No
1
2
3

Tahun
2010
2011
2012

Tenaga
Listrik yang
Dibangkitkan
474,144.56
531,332.29
641 332,338

Tenaga
Listrik Yang
Disalurkan
468,453.11
524,512.74
617 121,383

Tenaga Listrik
Yg Terpakai
Sendiri
5,738.29
6,872.00
24 210,955

Susut
Transmisi
Distribusi
33,291.73
36,945.27
35 240,961

b.

Desa/Kelurahan Berlistrik
Desa/kelurahan pada 21 Kabupaten dan 1 Kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur
berjumlah 3.246 Desa/kelurahan hasil pemekaran Desa/kelurahan pada tahun 2010 yang berjumlah
2.966 Desa/kelurahan. Berdasarkan pendataan 2.966 Desa/kelurahan komposisi keberadaan
keluarga pengguna listrik di desa-desa tahun 2011 mencapai 48,92 % dan pada tahun 2012 melalui
dukungan Program sehen elektrifikasi mencapai 56 %.
Tingkat elektrifikasi desa tahun 2011 baru mencapai 1.451 Desa/Kelurahan atau 48.92 %
pada posisi Desa berjumlah 2.966 Desa/kelurahan. Saat ini Desa/Kelurahan di Nusa Tenggara Timur
berjumlah 3.246 dengan tingkat elektrifikasi termasuk dukungan program Sehen telah mencapai
56 % dari target yang direncananakan PLN mencapai 75 %.
c. Pelanggan Listrik PLN
Penyediaan tenaga listrik PLN di Provinsi Nusa Tenggara Timur mengalami peningkatan,
namun belum mampu memenuhi kebutuhan yang terus bertambah sejalan dengan pertambahan
penduduk dan jumlah rumah tangga dan lain-lain. Jumlah rumah tangga yang dialiri listrik tahun
2011 sebanyak 376,026 rumah tangga dan sekitar 500.000 lebih rumah tangga belum terlayani
listrik. Banyaknya pelanggan, pemakaian listrik dan nilai pemakaian sebagaimana tabel 2.58

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

60

Tabel 2.58
Pelanggan, Pemakai dan Nilai Pemakaian Listrik Tahun 2012
No.

Tahun

Banyaknya
Pelanggan

Banyaknya Pemakaian
(Mwh)

Nilai Pemakaian
(juta rupiah)

1
2
3

2010
2011
2012

274,442
376,026
524 043

429,346.17
486,907.58
567 313,675

311,290.99
373,629.00
449 752,187

Catatan: Kabupaten Manggarai Timur, Sabu Raijua dan Sumba Tengah tergabung pada Kab.Induk

7. Pembangunan Pertambangan
a. Kawasan Peruntukan Pertambangan
Nusa Tenggara Timur memiliki aneka potensi pertambangan yang pengembangannya
dilaksanakan dengan mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah. Kawasan peruntukan
pertambangan sesuai RTRW provinsi yaitu;
kawasan peruntukan pertambangan mineral;
kawasan peruntukan pertambangan minyak dan gas bumi; dan
kawasan peruntukan pertambangan panas bumi.

b. Pembangunan Pertambangan
Sumber daya mineral logam yang telah diketahui potensinya antara lain : tembaga,
mangan dan besi. sedangkan timbal, emas, seng, perak, nikel dan timah hanya merupakan indikasi
dan sebagai mineral ikutan. Potensi sumberdaya yang telah diketahui dan terindikasi secara
keseluruhan terlihat pada tabel 2.59.
Tabel 2.59.
Potensi Sumberdaya Mineral Logam Provinsi NTT
Komoditi
Besi
Pasir Besi
Tembaga
Mangan
Timbal, emas
Nikel
Timah
Batu Gamping
Toseki
Andesit
Sirtu
Gipsum
Kaolin
Pasir Kwarsa

Sumberdaya (ton )
676.000
100.175.359
48.000
330.063
Indikasi
Indikasi
Indikasi
25.061.000.000
29.120.000
12.691.250.000
7.598.100
2.006.250
26.150.000
92.016.250

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

Komoditi
Lempung
Batu Hias
Batuapung
Tanah Urug
Granit
Zeolit
Batu Silika
Tras
Fosfat
Marmer
Dolomit
Bentonit
Perlit

Sumber daya (ton)


1.360.101.000
20.000
383.000
2.340.000
284.297.000
6.167.160
210
4.637.725
165.600.000
1.464.100.000
165.894.320
27.582
46.000.000

61

Berdasarkan data pada tabel 2.58 maka potensi tersebut perlu ditindak lanjuti dengan
penelitian dan pengembangan untuk kesejahteraan masyarakat, seperti pemetaan dan digitasi serta
peningkatan status indikasi dengan penyedian sarana dan prasarana pertambangan

c. Pembangunan Meteorologi dan Klimatologi


Pelayanan informasi iklim dan cuaca bagi kehidupan dan pembangunan menunjukan
kemajuan. Dengan situsai dan kondisi geografis informasi klimatologi dan cuaca telah diimbangi
dengan persebaran sarana stasiun/pos meteorologi dan klimatologi sebanyak 106 di 20 wilayah
kabupaten kota se provinsi NTT yang ditunjukkan pada tabel berikut.
Bantuan informasi dan analisis cuaca telah dirasakan manfaat bagi aktivitas lalulintas
pelayaran dan udara, pengurangan resiko usaha pertanian dan yang terutama terhadap aspek
korban bencana alam, berupa pengurangan resiko kecelakaan lalu lintas udara dan pelayaran.
Namun mengingat luasnya wilayah dan persebaran daerah kepulauan maka kebutuhan akan sarana
pos dan stasiun masih diperlukan sehingga dapat memberikan pantauan fenomena alam yang unik
akibat posisi transisi dan posisi silang dua benua dan lautan dari Provinsi NTT.

2.5. LINGKUNGAN HIDUP


2.5.1. Kawasan Pendukung Lingkungan Hidup
Pembangunan lingkungan hidup didukung Kawasan lindung terdiri atas: kawasan hutan
lindung; kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya; kawasan perlindungan
setempat; kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya; kawasan rawan bencana;
kawasan lindung geologi; dan kawasan lindung lainnya. Kawasan hutan lindung di seluruh
Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi dengan luas total kurang lebih 652.916 Ha. Pembangunan
lingkungan hidup juga didukung pada kawasan budidaya.

2.5.2. Kondisi Lingkungan Hidup


Pembangunan lingkungan hidup dilihat berdasarkan kualitas kawasan hutan pada
kawasan lindung dan kawasan budidaya berdasarkan tingkat kekritisannya. Luas lahan kritis menjadi
ancaman dalam meningkatkan kelestarian lingkungan. Dari total lahan dalam kawasan hutan seluas
1.648.492 Ha yang tidak kritis hanya seluas 120.972 Ha atau 7.34 %. Selanjutnya lahan tidak kritis di
luar kawasan hutan seluas 33.536 Ha atau 1,09 % dari total lahan di luar kawasan hutan seluas
3.086.508 Ha sebagaimana Tabel 2.60
Tabel 2.60
Lahan Kritis dalam Kawasan hutan dan di Luar Kawasan Hutan
No
A
1
2
3
4
5
B
1
2
3

Kondisi
Dalam Kawasan Hutan
Tidak Kritis
Potensial Kritis
Agak Kritis
Kritis
Sangat Kritis
Jumlah
Luar Kawasan Hutan
Tidak Kritis
Potensial Kritis
Agak Kritis

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

2011

Prosentase (%)

120,972
530,238
964,247
19,527
13,507
1,648,492

7.34
32.17
58.49
1.18
0.82
100.00

33,536
1,521,846
505,366

1.09
49.31
16.37

62

No
4
5

Kondisi
Kritis
Sangat Kritis
Jumlah

2011
1,003,986
21,774
3,086,508

Prosentase (%)
32.53
0.71
100.00

Kawasan konservasi di Provinsi NTT tersebar di 21 Kabupaten/Kota yang terdiri atas


kawasan taman nasional, kawasan cagar alam, kawasan suaka margasatwa dan kawasan taman.
Gambaran lebih jelas tentang kawasan konservasi dapat dilihat pada Tabel 2.61.
Tabel 2.61
Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsinya, 2011
No
1
2

Fungsi Hutan
Hutan Lindung
Hutan Pelestarian Alam
Cagar Alam
Suaka Margasatwa
Taman Wisata Alam (darat dan
perairan)
Tanam Nasional
Hutan Bakau
Taman Buru
Hutan Produksi
Hutan Produksi Terbatas
Hutan Produksi Tetap
Hutan Produksi Dapat Dikonversi
Luas

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

Luas (Ha)
651,472.64
430,071.88
66,653.25
18,916.81

%)
152.09
100.40
15.56
4.42

159,154.76
138,800.85
40,695.54
5,850.67
727,434.74
197,249.73
428,357.98
101,827.03
1,808,979.26

37.15
32.40
9.50
1.37
169.82
46.05
100.00
23.77
422.31

63

BAB 3
PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
DAN KERANGKA PENDANAAN
3.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU
Gambaran pengelolaan keuangan daerah dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar
kapasitas fiskal yang dimiliki, tingkat ketergantungan fiskal, realisasi belanja yang menggambarkan
tentang keterkaitan aspek perencanaan dan penganggaran serta bagaimana pengelolaan kas telah
dilakukan untuk menjamin likuiditas dan pemanfaatan unsur pembiayaan secara efisien dan efektif.
Karena itu gambaran pengelolaan keuangan daerah mencakup 3 (tiga) aspek aspek keuangan daerah
yaitu pendapatan, belanja dan pembiayaan. Sejumlah rasio pendapatan, belanja dan pembiayaan
ditampilkan untuk mendapatkan gambaran bagaimana wujud pengelolaan keuangan daerah yang
dimaksud

3.1.1. KINERJA PELAKSANAAN APBD


Gambaran pengelolaan keuangan daerah dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar
kapasitas fiskal yang dimiliki, tingkat ketergantungan fiskal, realisasi belanja yang menggambarkan
tentang keterkaitan aspek perencanaan dan penganggaran serta bagaimana pengelolaan kas telah
dilakukan untuk menjamin likuiditas dan pemanfaatan unsur pembiayaan secara efisien dan efektif.
Karena itu gambaran pengelolaan keuangan daerah mencakup 3 (tiga) aspek aspek keuangan daerah
yaitu pendapatan, belanja dan pembiayaan. Sejumlah rasio pendapatan, belanja dan pembiayaan
ditampilkan untuk mendapatkan gambaran bagaimana wujud pengelolaan keuangan daerah yang
dimaksud.

1. Pendapatan
Pendapatan daerah yang dinyatakan dalam total penerimaan daerah terdiri dari PAD,
Dana Perimbangan dan lain-ain penerimaan yang syah. Perkembangan pendapatan daerah dalam
lima tahun terakhir menunjukkan pertumbuhan cukup tinggi mencapai rata-rata 36,35 %.
Peningkatan pendapatan daerah yang meningkat cukukup signfikan akibat kenaikan pendapatan asli
daerah rata-rata 23,41 %, kenaikan dana merimbangan sebesar 15,63 % per tahun dan lain-lain
pendapatan daerah yang syah. Lain-lain pendapatan yang syah kontribusinya cukup besar terhadap
total pendapatan yaitu 32,37 % tahun 2012 dan 30,80 % tahun 2013 sebagai dampak kebijakan
pengalihan penyaluran dana BOS melalui APBD Provinsi. Karakteristik pendapatan daerah periode
2099-2013 sebagaimana berikut:

a. Pendapatan Asli Daerah (PAD)


PAD mengalami peningkatan sebagai dampak dari peningkatan pajak daerah yang
mencapai 29,05 % per tahun, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 52,67 % per
tahun dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang mencapai 29,64 % per tahun. Peningkatan PAD
berpeluang meningkat lebih pesat apabila diikuti kenaikan retribusi daerah yang dalam tahun
2009 mencapai Rp. 35,345,705,250 menurun menjadi Rp.9,530,667,382 tahun 2012 dan naik
menjadi Rp. 11,269,063,800 atau secara akumulatif menurun rata-rata 17,03 % per tahun.
Peningkatan PAD memberikan prospek yang sangat baik dalam struktur pendapatan
daimana kontribusi PAD terhadap total pendapatan sebesar 23,45 % tahun 2009 naik menjadi
24,54 % tahun 2010 dan menjadi 28,53 % tahun 2012. Adanya kebijakan penyaluran BOS
Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

64

melalui APBD provinsi kontribusi PAD terhadap pendapatan menurun menjadi 17,65 % tahun
2012 dan naik menjadi 18,59 % tahun 2013.

b. Dana Perimbangan
Dana perimbangan bersumber dari tiga sumber yaitu bagi hasil pajak/bukan pajak,
Dana Alokasi Umum (DAU) dan dana Alokasi Khusus (DAK). Dari ketiga sumber dana
perimbangan terbesar bersumber dari DAU yang pada tahun 2009-2011 mencapai 62,5%
sampai 66,76 % dan pada tahun 12 sebesar 42,62 % dan tahun 2013 sebesar 42,86 %. Kobtribusi
DAU yang besar mempengaruhi besarnya dalan perimbangan dalam struktur pendapatan
daerah sangat dominan yaitu mencapai 76,55 % tahun 2009 menurun menjadi 75,46 % tahun
2010 dan 71,47 % tahun 2011. Dana perimbangan kontribusinya makin menurun yaitu 49,97 %
tahun 2012 dan 50,69 % tahun 2013 sebagai dampak dari kebijakan penyaluran dana Bos mlalui
APBD Provinsi. Peningkatan pendapatan dari dana perimbangan dan lain lain pendapatan yang
syah lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan peningkatan PAD yang berdampak pada
adanya gap antar tiga sumber utama pendapatan daerah sebagaimana gambar 3.1.
Gambar 3.1. Komposisi Sumber Pendapatan Daerah
1.400.000.000.000
1.200.000.000.000
1.000.000.000.000
Pendapatan Asli Daerah

800.000.000.000

Dana Perimbangan

600.000.000.000

Lain-lain Pendapatan
Daerah yang Sah

400.000.000.000
200.000.000.000
0
APBD
2009

APBD
2010

APBD
2011

APBD
2012

APBD
2013

Sesuai gambar 3.1 menunjukkan bahwa dana perimbangan yang komposisinya dominan
bertambah significant, diikuti sumber pendapatan asli daerah. Lain-lain pendapatan yang syah pada
periode 2009-2011 sangat kecil, tetapi pada tahun 2012 meningkat tajam dan selanjutnya pada
tahun 2013 bertambah tidak significant. Peningkatan lain-lain pendapatan yang syah meningkat
dalam dua tahun terakhir karena dalam kebijakan mengalihkan pengelolaan dana BOS untuk
mendukung pembangunan pendidikan dilaksanakan melalui APBD Provinsi. Perkembangan
pendapatan daerah tahun 2009-2013 yang menjadi sumber utama belanja penyelenggaraan
pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kemasyarakatan sebagaimana Tabel 3.1

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

65

Tabel 3.1.
Ringkasan Realisasi Pendapatan Daerah NTT, 2009-2013
No
1
1.1

URAIAN

Pendapatan Asli
Daerah

1.1.1 Pajak Daerah


1.1.2 Retribusi Daerah
Hasil Pengelolaan
1.1.3 Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan
Lain-lain
1.1.4 Pendapatan Asli
Daerah
Dana Perimbangan
Prosentase (%)
1.2.1

APBD 2010

APBD 2011

APBD 2012

Pertb/
tahun (%)

APBD 2013

PENDAPATAN

Prosentase (%)

1.2

APBD 2009

Bagi Hasil Pajak/


Bukan Pajak

1.2.2 Dana Alokasi Umum


Dana Alokasi
1.2.3
Khusus
Lain-lain
1.3 Pendapatan
Daerah yang Sah

223,847,850,000

247,965,341,650

343,231,319,300

389,646,773,526

433,414,404,000

23.41

23.45

24.54

28.53

17.65

18.50

136,662,800,000

152,460,000,000

220,439,111,000

245,797,392,000

295,487,939,200

29.05

35,345,705,250

43,281,208,500

10,046,901,900

9,530,667,382

11,269,063,800

(17.03)

14,500,000,000

15,000,000,000

30,000,000,000

38,030,160,000

45,050,160,000

52.67

37,339,344,750

37,224,133,150

82,745,306,400

96,288,554,144

81,607,241,000

29.64

730,576,150,000

762,640,259,268

859,954,980,700

1,102,993,489,474

1,187,410,550,000

15.63

76.55

75.46

71.47

49.97

50.69

61,215,350,000

57,897,790,268

66,205,336,700

105,257,775,474

105,596,187,000

18.12

616,601,800,000

674,635,569,000

752,057,444,000

940,646,764,000

1,003,991,703,000

15.71

52,759,000,000

30,106,900,000

41,692,200,000

57,088,950,000

77,822,660,000

11.88

714,538,400,000

721,517,095,000

0.98

32.37

30.80

1.3.1 Hibah

1.3.2 Dana Darurat

Dana Bagi Hasil


1.3.3 Pajak dari Provinsi
dan Pemda lainnya

Dana Penyesuaian
& Otonomi Khusus

714,538,400,000

714,538,400,000

6,978,695,000

954,424,000,000

1,010,605,600,918

1,203,186,300,000

2,207,178,663,000

2,342,342,049,000

36.35

100.00

100.00

100.00

100.00

100.00

Prosentase (%)

1.3.4

Bantuan Keuangan
1.3.5 dari Provinsi atau
Pemda lainnya
PENERIMAAN
1.3.6. DARI PIHAK
KETIGA
Jumlah
Pendapatan
Prosentase (%)

c. Lain-Lain Pendapatan yang Syah


Sumber pendapatan potensial lainnya yang dapat mendukung peningkatan
pendapatan daerah sebagaimana pada tabel 3.1 yaitu lain-lain pendapatan yang syah. Selama
periode 2009-2013, penerimaan pihak ketiga mulai diperoleh sejak ditetapkan kebijakan
penyaluran dana BOS melalui APBD provinsi dengan prosentase kontribusi terhadap total
pendapatan yaitu 32,27 % tahun 2012 dan 30,80 % tahun 2013. Besarnya peranan dana Bos
telah meningkatkan jumlah pendapatan dari tahun 2013 mencapai 245,42 % dibandingkan
tahun 2009.

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

66

2. Belanja
Belanja daerah merupakan cerminan dari kebijakan anggaran yang ditetapkan untuk
mencapai tujuan-tujuan pembangunan sebagaimana tertera dalam dokumen perencanaan. Karena
itu dengan mencermati realisasi belanja daerah, dapat diketahui sampai sejauhmana penganggaran
konsisten dengan perencanaan pembangunan. Perkembangan belanja meningkat sebesar 33,46 %
per tahun sebagai dampak dari meningkatnya jumlah belanja tidak langsung dari
Rp. 530,065,465,400 tahun 2009 menjadi Rp. 1,641,480,848,050 atau rata-rata naik 33.46 per
tahun.
Selanjutnya komposisi belanja pegawai makin mengecil dibandingkan belanja non
pegawai. Total belanja pegawai tahun 2009 mencapai 38,31 % dan menurun menjadi 37,68 % tahun
2012, naik menjadi 38,23 % tahun 2011 selanjutnya turun menjadi 27,18 % tahun 2012 dan 24,22 %
tahun 2013. Prosentase secara akumulatif terjadi penurunan belanja pegawai sebesar 14,09 %
selama 5 tahun atau turun rata-rata 3,52 % sebagaimana Gambar 3.2
Gambar 3.3. Perkembangan belanja Pegawai dan Publik tahun 2009-2013
80
60
40

Belanja Pegawai

20

Belanja Non Pegawai

0
1

Belanja pembangunan yang dilaksanakan menunjukkan peningkatan yang cukup besar sebagai
akibat dari peningkatan jenis belanja pada belanja tidak langsung dan jenis belanja pada belanja
langsung. Realisasi belanja pembangunan yang dilaksanakan sebagaimana tabel 3.2. masingmasing berikut:
a. Belanja Tidak Langsung
Belanja tidak langsung
sebesar Rp. 530,065,465,400 meningkat
menjadi
Rp. 1,641,480,848,050 atau secara akumulatif dalam waktu lima tahun meningkat rata-rata
52,42 %. Peningkatan yang cukup besar tersebut sebagai dampak peningkatan pendapatan
yang disertai kebijakan peningkatan belanja rata-rata per tahun yaitu belanja hibah 4,816.29
%, belanja Belanja Bagi Hasil kepada Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa 22,77 %, belanja
tak terduga 16,20 % dan pegawai 9,24 % yang jauh lebih besar dibandingkan kebijakan
penurunan prosentase belanja pada belanja Belanja Bantuan Keuangan kepada Pemerintah
Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa 19,64 % dan bantuan sosial turun 2,06 %.
Pada tahun 2009-2011 belanja pegawai dominan dengan alokasi > 30 % dan tahun 20112013 belanja hibah dominan dengan alokasi belanja mencapai 37,07 % tahun 2012 dan 40,53
% tahun 2013 dari total belanja.
Peningkatan jumlah belanja hibah pada tahun 2012-2013 disamping akibat kebijakan
penyaluran dana BOS juga meningkatnya komitmen pemerintah memberikan kepercayaan
mayarakat untuk mengelola dana pemberdayaan masyarakat dan kegiatan pro rakyat
lainnya yaitu Program Desa Mandiri Anggur Merah, P2LDT, Desa Wisata, Beasiswa, bantuan
modal koperasi dan guru kontrak. Perkembangan belanja tersebut meningkatkan proporsi
belanja publik lebih dominan. Kondisi tersebut menunjukkan adanya konsistensi
Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

67

pelaksanaan kebijakan perencanaan pembangunan yang berorientasi pada masyarakat


dengan kebijakan penganggaran. Gambaran tentang belanja tidak langsung daerah yang
dapat diamati secara umum pada 7 jenis sebagaimana Tabel 3.2.
Tabel 3.2.
Belanja daerah Tahun 2009-2013 di Provinsi Nusa Tenggara Timur
NO

URAIAN

BELANJA

2.1

BELANJA TIDAK
LANGSUNG
Prosentase (%)

APBD 2009

APBD 2010

APBD 2011

APBD 2012

APBD 2013

Pertb/
th (%)

530,065,465,400

558,013,827,150

623,944,785,000

1,452,137,268,800

1,641,480,848,050

52.42

51.63

47.51

47.70

67.62

68.37

2.1.1

Belanja Pegawai

347,763,137,000

380,989,161,000

422,181,048,000

476,859,774,741

476,232,546,450

9.24

2.1.2

Belanja Bunga

2.1.3

Belanja Subsidi

2.1.4

Belanja Hibah

5,025,000,000

5,655,000,000

6,700,000,000

796,088,400,000

973,099,124,800

4,816.29

2.1.5

Belanja Bantuan Sosial

46,641,892,900

44,666,700,000

71,660,260,000

52,421,990,000

42,801,000,000

(2.06)

2.1.6

Belanja Bagi Hasil


kepada Kabupaten/Kota
dan Pemerintah Desa

62,210,698,000

69,420,566,150

90,651,227,000

100,954,604,059

118,915,926,800

22.79

2.1.7

Belanja Bantuan
Keuangan kepada
Pemerintah
Provinsi/Kabupaten/Kota
dan Pemerintah Desa

57,424,737,500

47,282,400,000

22,752,250,000

15,812,500,000

12,302,250,000

(19.64)

2.1.8

Belanja Tidak Terduga

11,000,000,000

10,000,000,000

10,000,000,000

10,000,000,000

18,130,000,000

16.20

2.2

BELANJA LANGSUNG

496,557,909,653

616,616,339,268

684,218,640,000

695,217,394,200

759,337,407,900

13.23

48.37

52.49

52.30

32.38

31.63

Prosentase (%)
2.2.1

Belanja
Pegawai/Personalia

45,564,709,030

61,713,988,900

77,935,879,000

106,796,297,370

105,114,160,056

32.67

2.2.2

Belanja Barang dan Jasa

282,838,037,091

366,444,549,943

412,346,328,000

382,864,996,235

421,322,268,850

12.24

2.2.3

Belanja Modal

168,155,163,532

188,457,800,425

193,936,433,000

205,556,100,595

232,900,978,994

9.63

2,400,818,255,950

33.46

(58,476,206,950)

(4.75)

Jumlah Belanja
Surplu sampai dengan
efisit

1,026,623,375,053 1,174,630,166,418 1,308,163,425,000 2,147,354,663,000


(72,199,375,053)

(164,024,565,500) (104,977,125,000)

59,824,000,000

b. Belanja Langsung
Belanja langsung pada tahun 2009 sebesar Rp. 496,557,909,653 meningkat
menjadi Rp. 759,337,407,900 atau secara akumulatif dalam waktu lima tahun meningkat
rata-rata 13,23 %. Rendahnya peningkatan belanja langsung yang disertai penurunan
kontribusi terhadap todal belanja akibat adanya perubahan regulasi dimana Program
pemberdayaan dalam bentuk hibah uang pada pemerintah desa atau masyarakat dimasukan
sebagai belanja hibah pada belanja tidak langsung. Atas perubahan tersebut maka belanja
hibah pada program Desa Mandiri Anggur Merah dan Program P2LDT yang pada tahun 2011
masuk pos belanja barang jasa pada belanja langsung mulai tahun 2012 dialihkan ke pos
belanja hibah pada belanja tidak langsung dengan besar Rp.89,4 Milyard tahun 2012 dan
91,8 Milyard tahun 2013.
Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

68

Prosentase alokasi belanja terhadap total belanja untuk tahun 2013 menurun
dibandingkan tahun 2009 yaitu untuk Belanja Belanja Pegawai/Personalia dari 4,44 % tahun
menjadi 4,38 %, Belanja Barang dan Jasa dari 27,55 % menjadi 17,55 % dan belanja modal
dari 16,38 % menjadi 9,70 %. Komposisi besaran jenis belanja pada belanja langsung
sebagaimana gambar 3.3
Gambar 3.3.
Komposisi jenis belanja Lansung Tahun 2009-2013

450.000.000.000
400.000.000.000
350.000.000.000
300.000.000.000
250.000.000.000
200.000.000.000
150.000.000.000
100.000.000.000

Belanja Pegawai/Personalia

50.000.000.000

Belanja Barang dan Jasa


Belanja Modal

APBD
2009

APBD
2010

APBD
2011

APBD
2012

APBD
2013

3. Pembiayaan
Pembiayaan daerah mencerminkan kemampuan pemerintah dalam menjalankan suatu
manajemen kas yang mampu memanfaatkan unsur penerimaan dan pengeluaran secara efisien dan
efektif serta pada sisi lain menciptakan likiditas keuangan yang memadai bagi pemerintah. Tiga
komponen pokok yang perlu mendapat perhatian dalam pembiayaan, yaitu surplus sampai dengan
efisit anggaran, penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan. Selisih antara pendapatan
dan belanja daerah selama tahun 2009-2013 menghasilkan surplus anggaran. Struktur pembiyaan
pada APBD Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2009-2013 sebagaimana Tabel 3.3 dimana dari sisi
penerimaan dan pengeluaran pembiayaan dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Penerimaan Pembiayaan
Penerimaan pembiayaan berasal dari dua sumber utama yaitu SILPA tahun lalu dan penerimaan
kembali pinjaman lain-lain. Pada tahun 2009, total penerimaan pembiayaan sebesar Rp. 109,77
milyard lebih naik menjadi Rp. 220,52 milyard lebih, turun menjadi 187,46 milyard lebih tahun
2010 dan Rp. 30 milyard dan tahun 2013 naik menjadi Rp. 118,34 milrad lebih. Kenaikan
penerimaan pembiayaan sebagai akibat besarnya Silpa dan untuk tahun 2013 mengalami
peningkatan karena adanya pencairan dana cadangan. SILPA yang besar pada satu sisi
memperkuat likuiditas dan pada sisi lain menghilangkan peluang pemerintah untuk melayani
masyarakat secara optimal. Realisasi pembiayaan tahun 2009-2013 sebagaimana Tabel 3.3.

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

69

Tabel 3.3.
Realisasi Pembiayaan Daerah NTT, 2009-2013
No

3
3.1

URAIAN

APBD 2009

APBD 2010

APBD 2011

APBD 2012

APBD 2013

Pertb/th
(%)

PEMBIAYAAN
Penerimaan Pembiayaan

3.1.1 Sisa lebih perhitungan


anggaran tahun anggaran
sebelumnya (SiLPA)

109,777,561,053 197,786,278,568 167,842,554,000

3.1.2 Pencairan Dana Cadangan


3.1.3 Penerimaan Kembali
Pemberian Pinjaman

13,426,062,175

19,617,571,000

20,000,000,000 53,108,126,000

(12.91)

- 57,470,732,150
10,000,000,000

7,767,348,800

(14.05)

3.1.4 Penerimaan Pokok


3.1.5

bantuan dana kredit


kendaraan roda 2
Penerimaan Pokok
bantuan dana kredit
kendaraan roda 4

2,000,000,000

600,000,000

6,000,000,000

9,312,224,757

321,814,000

3,500,000,000

3.1.6 Penerimaan pembayaran


bantuan pinjaman kepada
kelompok masyarakat

3.1.7 Penerimaan dana bergulir


TKI

3.1.8 Penerimaan kembali


pembayaran bantuan kredit
kepada dunia usaha
Jumlah Penerimaan
Pembiayaan

3.2

3.2.4
3.2.5

220,524,565,500 187,460,125,000

30,000,000,000

118,346,206,950 (0.79)

Pengeluaran Pembiayaan

3.2.1 Pembentukan dana


3.2.2

122,199,375,053

cadangan
Penyertaan modal
(investasi) Pemerintah
Daerah
Pemberian Pinjaman
Daerah
Pemberian pinjaman
kepada kelompok
masyarakat

23,500,000,000

35,000,000,000

55,000,000,000

4,000,000,000

29,000,000,000

38,700,000,000

29,000,000,000

54,870,000,000

317.94

8,783,000,000

5,824,000,000

5,000,000,000

(21.54)

21,000,000,000

27,500,000,000

1,500,000,000

3.2.6 Pemberian bantuan dana


bagi PNS untuk pembelian
kendaraan roda 2

3.3
3.3.1

Jumlah Pengeluaran
Pembiayaan
Pembiayaan Netto

50,000,000,000
72,199,375,053

56,500,000,000

82,483,000,000

164,024,565,500 104,977,125,000

89,824,000,000 59,870,000,000

4.94

-59,824,000,000

58,476,206,950

(4.75)

3.3.1 Sisa lebih pembiayaan


anggaran tahun berkenaan
(SILPA)

b. Pengeluaran Pembiayaan
Pengeluaran pembiayaan digunakan untuk penyertaan modal ke BUMD, pemberian pinjaman
jangka panjang dan dana investasi daerah. Pada tahun 2009, total pengeluaran pembiayaan
sebesar Rp. 50 milyar kemudian meningkat menjadi Rp 56,5 milyard tahun 2010 dan naik tajam
tahun 2011 menjadi Rp.82,82 milyard lebih dan Rp. 89,82 milyard lebih tahun 2012 serta turun
kembali menjadi Rp.59,87 milyard. Besarnya pengeluaran pembiayaan disebabkan kebijakan
Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

70

pemerintah meningkatkan kinerja dan daya saing BUMD daerah yang mampu memberikan
sumbangan PAD yang cukup besar yaitu Bank NTT. Pengeluaran pembiayaan melalui investasi
dengan pemanfaatan SILPA dirasakan tepat,karena menjamin pemanfaatannya secara efektif.
c. Selisih Penerimaan dan Pengeluaraan Pembiayaan
Selisih antara penerimaan pembiyaan dan pengeluaran pembiayaan menghasilkan pembiayaan
netto yang positif dan negative. Pada tahun 2009-2011 dan tahun 2013 selisih pembiayaan
netto positif dan tahun 2012 negatif dalam jumlah besar. Hal ini tidak perlu dikuatirkan, karena
SILPA yang sifatnya akumulatif setiap tahun dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
pembangunan. Grafik perkembangan penerimaan pembiayaan, pengeluaran pembiayaan dan
pembiayaan netto sebagaimana Gambar 3.4
Gambar 3.4
Perkembangan Pembiayaan tahun 2009-2013
250.000.000.000
200.000.000.000
150.000.000.000

Jumlah Penerimaan
Pembiayaan

100.000.000.000

Jumlah Pengeluaran
Pembiayaan

50.000.000.000

Pembiayaan Netto

0
-50.000.000.000

APBD
2009

APBD
2010

APBD
2011

APBD
2012

APBD
2013

-100.000.000.000

3.1.2. SINERGI KEUANGAN DAERAH DENGAN KEUANGAN PEMBANGUNAN LAIN


Keefektifan pengelolaan keuangan daerah didukung sumber pembiayaan pembangunan
lain untuk mendukung pencapaian target pembanguan daerah. Sehubungan dengan itu dibutuhkan
sinergitas pengelolaan keuangan daerah dengn keuangan lainnya melalui dana APBN, hibah lembaga
internasional, investasi swasta dan dana CSR.

1. Dana APBN
Dana APBN yang dialokasikan dana kantor pusat, dana kantor daerah, dana dekonsentrasi,
dana tugas pembantuan dan dana urusan bersama yang rasionya dibandingkan besar belanja
pada APBD Provinsi yaitu 5,71 tahun 2009, 4,76 tahun 2010, 5,99 tahun 2011, 5,51 tahun 2012
dan 3,23 tahun 2013. Jenis keuangan lainnya yang mendukung pembangunan daerah Nusa
Tenggara Timur sebagaimana Tabel 3.4

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

71

Tabel 3.4
Sumber pembiayaan pembangunan melalui APBN Tahun 2009-2013
Tahun

Sumber dan besar dana (Rp.000)

Tahun 2009

1,933,918,946

Kantor
Daerah
2,216,270,895

Tahun 2010

1,135,479,703

Tahun 2011

Prosetase
(%)

989,421,483

Tugas
Pembantuan
725,148,290

2,514,206,324

979,553,100

283,345,619

676,729,676

5,589,314,422

14.38

2,356,396,821

3,381,051,293

720,933,674

656,834,385

715,045,840

7,830,262,013

20.15

tahun 2012

4,768,022,040

4,728,133,892

908,005,057

1,047,388,018

384,410,947

11,835,959,954

30.45

Tahun 2013

2,498,169,138

3,648,571,260

467,163,621

488,421,629

643,880,565

7,746,206,213

19.93

38,866,502,216

100.00

Jumlah
Prosentase
(%)

Kantor Pusat

Dekonsentrasi

Urusan
bersama
-

5,864,759,614

15.09

12,691,986,648 16,488,233,664 4,065,076,935 3,201,137,941 2,420,067,028


32.66

42.42

10.46

8.24

6.23

Jumlah

100.00

Komposisi belanja APBN di Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam lima tahun terkhir pada
periode 2009-2013 sebagaimana Gambar 3.5.
Gambar 3.`5
Komposisi Belanja APBN 2009-2013
5.000.000.000
4.000.000.000
3.000.000.000
2.000.000.000
1.000.000.000
-

Tahun 2009
Tahun 2010
Tahun 2011
tahun 2012
Tahun 2013

2. Dana Hibah Lembaga Internasional


Sinergi pengelolaan keuangan daerah juga dilaksanakan dengan pembiayaan pembangunan
hibah lembaga internasional. Sesuai dengan Paris Declaration dan The Jakarta Commitment
bahwa program kemitraan lembaga internasional disesuaikan dengan kebijakan pembangunan
Nasional dan Daerah. Sehubungan dengan itu maka untuk menjamin efektifitas dan efisiensi
penggunaan dana hibah internasional perlu diintegrasikan sejak awal perencanaan. Lembaga
Internasional yang dilaksanakan kemitraan pembangunan di Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun
2009-2013 yaitu Aus Aid, JICA, Lembaga-lembaga UN dan NGO Internasional. Kemitraan akan
makin intensif dilaksanakan pata tahun 2014-2018.

3. Dana Kemitraan Swasta


Dana kemitraan Pemerintah dan swasta juga merupakan sumber pembiayaan pembangunan
yang telah dilaksanakan pada tahun 2009-2013. Sumber dana pembangunan kemitraan
Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

72

pemerintah dengan swasta belum dioptimalkan mendukung pembangunan daerah, sehingga


pada tahun 2014-2018 akan ditingkatkan. Program kemitraan yang akan dilaksanakan diarahkan
untuk meningkatkan kualitas infrastruktur jalan, pembangunan bandara internasional,
pembangunan rumah sakit, penyediaan prasarana perdagangan dan pengelolaan aset-aset
pemerintah.

3.1.4. PERMASALAHAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Permasalahan pengelolaan keuangan daerah bersumber dari rendahnya kemampuan PAD,


alokasi jenis belanja yang tidak produktif dan pengelolaan administrasi yang belum optimal.
Berbagai permasalahan pengelolaan keuangan daerah sebagai berikut:
Pendapatan daerah didominasi dari sumber dana perimbangan dan dari lain-lain sumber
pendapatan yang syah yang mencapai rata-rata 70 % lebih
PAD yang bersumber dari retribusi daerah relative kecil, dan dominan dari sumber pajak
Kualitas belanja masih rendah karena belum mampu optimal mengungkit pertumbuhan
ekonomi daerah
Integrasi penggelolaan belanja belum optimal sehingga program dan kegiatan domain parsial
Kualitas manajemen pengelolaan keuangan daerah belum sesuai dengan sepenuhnya
transparan dan akuntabel sehingga Opini BPK atas hasil pemeriksaan Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah (LKPD) Daerah baru mencapai opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP)

3.2. KERANGKA KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH


3.2.1. ARAH KEBIJAKAN
Arah kebijkakan pengelolaan keuangan daerah meliputi penerimaan atau pendapatan
daerah, pengeluaran daerah atau belanja daerah dan pembiayaan daerah. Kerangka pengelolaan
keuangan daerah dikelola dengan menganut azas; tertib, taat pada peraturan perundang-undangan,
efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan akuntabel dengan memperhatikan rasa keadilan,
kepatutan dan manfaat untuk masyarakat. Kemampuan kerangka pendanaan keuangan daerah
dapat dilihat dari anggaran pendapatan dan belanja daerah.
Keuangan daerah dalam APBD yang dipergunakan untuk membiayai program/kegiatan
dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kemasyarakatan dari
tahun ke tahun terus meningkat. Peningkatan ini menyesuaikan dengan perkembangan kebutuhan
pembangunan. Pendanaan program kegiatan yang akan diakomodir dalam periode tahun 20142018 ini sangatlah penting untuk dikaji berdasarkan hasil evaluasi pengelolaan keuangan daerah
pada periode tahun 2009-2013. Berdasarkan kajian maka ditetapkan arah pengelolaan pendapatan,
pengelolaan dan pembiayaan periode tahun 2014-2018.

1. Kebijakan Pendapatan Daerah


Pendapatan daerah pada hakikatnya diperoleh melalui mekanisme pajak dan retribusi
atau pungutan lainnya yang dibebankan pada seluruh masyarakat dengan prinsip keadilan dan
kewajaran. Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui rekening kas umum
daerah yang menambah ekuitas dana, sebagai hak pemerintah daerah dalam satu tahun anggaran.
Kebijakan meningkatkan pendapatan berdasarkan sumber utama pendapatan sebagai berikut:
a.

Pendapatan Asli Daerah

Peningkatan pendapatan asli daerah dari masyarakat, harus berdasarkan pada Peraturan
Daerah, terutama untuk membiayai layanan-layanan yang diberikan, sehingga kemandirian daerah
dalam hal pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat terwujud. Untuk
mewujudkan sasaran tersebut maka kebijakan peningktan PAD dilaksanakan melalui:

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

73

1) Memperkuat otonomi daerah dan demokrasi, dimana pajak daerah dan retribusi daerah
dijadikan sebagai saluran aspirasi daerah dan mempermudah penerapan tingkat pelayanan
dengan beban pajak daerah dan retribusi daerah;
2) Meningkatkan akuntabilitas pelayanan Pemerintah Daerah;
3) Memberikan insentif untuk peningkatan efisiensi dan efektivitas dalam pelaksanaan layanan.
4) Menggali sumber-sumber pungutan daerah yang baru (ekstensifikasi) berdasarkan ketentuan
yang memenuhi kriteria pungutan daerah yang baik dan benar serta tidak bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Selanjunya secara operasional peningkatan pengelolaan PAD perlu difokuskan pada
langkah-langkah sebagai berikut:
1) Pemantapan kelembagaan dan sistem pemungutan pendapatan daerah
2) lntensifikasi dan ekstensifikasi sumber-sumber pendapatan daerah.
3) Peningkatan koordinasi dan pengawasan terhadap pemungutan pendapatan daerah.
4) Peningkatan pelayanan publik (masyarakat), baik kecepatan pelayanan pembayaran maupun
kemudahan untuk memperoleh informasi dan kesadaran masyarakat wajib pajak/retribusi
daerah.
5) Pemanfaatan sumber daya organisasi secara efektif dan efisien.
6) Peningkatan upaya sosialisasi pendapatan daerah.
7) Peningkatan kualitas data dasar seluruh pendapatan daerah.
8) Peningkatan peran dan fungsi UPT-PPD dan Kantor Bersama Samsat sebagai ujung tombak
pelayanan publik.
9) Peningkatan sinergitas dan koordinasi pendapatan asli daerah dengan Pemerintah Pusat,
Kabupaten/Kota serta instansi terkait.
Berdasarkan potensi yang ada maka peluang untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
(PAD), semakin besar dengan telah diterbitkannya Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Dalam upaya Peningkatan Pendapatan Asli Daerah, Pemerintah
Daerah telah melaksanakan investasi dan kemitraan pengelolaan asset Pemerintah daerah meliputi:
1) Penyertaan modal pada Bank Pembangunan Daerah, PD Flobamora dan PT. Hotel Sasando
2) Kemitraan pengeloaan aset Pemerintah pada Kawasan Industri Bolok, Kawasan Fatululi dan
kawasan Pantai Pede
3) Penyertaan Modal pada PT. Bangun Askrida

2. Dana Perimbangan
Dana yang berasal dari DAU perlu dikelola dengan sebaik-baiknya, meskipun relatif sulit
untuk memperkirakan jumlah realisasinya karena tergantung pada pemerintah pusat. Sumber Dana
Alokasi Khusus (DAK) juga dapat diupayakan peningkatannya melalui penyusunan program-program
unggulan yang dapat diajukan untuk dibiayai dengan dana DAK. Sedangkan peningkatan pendapatan
dari bagi hasil pajak provinsi dan pusat dapat diupayakan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi.
Pendapatan Bagi Hasil sangat terkait dengan aktivitas perekonomian daerah. Dengan semakin
meningkatnya aktivitas ekonomi akan berkorelasi dengan naiknya pendapatan yang berasal dari bagi
hasil. Pemerintah Daerah harus mendorong meningkatnya aktivitas perekonomian daerah.
Beberapa langkah yang akan dilaksanakan dalam rangka optimalisasi intensifikasi dan
ekstensifikasi melalui koordinasi penyaluran dana bagi hasil PBB, PPH dan CHT adalah:
1) Peningkatan akurasi data potensi sumber daya alam sebagai dasar perhitungan pembagian
dalam dana perimbangan dan lain-lain pendapatan yang sah;
2) Peningkatan koordinasi dengan pemerintah pusat dan kabupaten/kota dalam mengoptimalkan
bagi hasil dana perimbangan dan lain-lain pendapatan yang sah;
3) Mendorong perubahan kebijakan nasional dengan mendorong penetapan regulasi Provinsi Nusa
Tenggara Timur dan provinsi lainnya ditetapkan sebagai Provinsi kepulauan yang menjadikan
laut sebagai bagian dari luas wilayah yang masuk diperhitungkan dalam penetapan DAU.
Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

74

3. Dana Kemitraan Swasta dan BUMD


Untuk meningkatkan percepatan pembangunan Nusa Tenggara Timur
untuk
meningkatkan pelayanan publik yang dapat mendorong peningkatan ekonomi masyarakat maka
akan dilakukan kemitraan pembangunan dengan swasta dan BUMD khusunya dengan Bank NTT.
Jenis kegiatan yang diarahkan pendananya melalui kemitraan sehingga penyelesaiannya lebih cepat
dan pembayaran kembali pada mitra atas jasa yang diberikan dilakukan secara tahun jamak yaitu;
jalan provinsi, NTT Fair dan Rumah Sakit.

4. Dana Kemitraan lainnya


Dana kemitraan lainnya yang bersumber dari dana APBN dan Lembaga Internasional akan
dioptimalkan melalui sinergi kegiatan dan lokasi. Untuk menjamin program pembangunan mencapai
hasil yang optimal untuk mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat maka pendekatan
pembangunan dilaksanakan secara terpadu berbasis desa/kelurahan

3.3.2. ARAH DAN KEBIJAKAN BELANJA DAERAH

1. Arah Pengelolaan Belanja


Arah pengelolaan belanja daerah sebagai komponen keuangan daerah dalam kerangka
ekonomi makro diharapkan dapat memberikan dorongan atau stimulan terhadap perkembangan
ekonomi daerah secara makro ke dalam kerangka pengembangan yang lebih memberikan efek
multiplier yang lebih besar bagi peningkatan kesejahteraan rakyat yang lebih merata. Untuk itu,
kebijakan dalam pengelolaan keuangan daerah perlu disusun dalam kerangka yang sistimatis dan
terpola.
Belanja daerah diarahkan untuk dapat mendukung pencapaian visi dan misi pembangunan
5 tahun ke depan. Sesuai dengan visi pembangunan yang telah ditetapkan, belanja daerah dapat
digunakan sebagai instrumen pencapaian visi tersebut. Pengelolaan belanja sejak proses
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan hingga pertanggungjawaban harus
memperhatikan aspek efektifitas, efisiensi, transparan dan akuntabel. Belanja harus diarahkan untuk
mendukung kebijakan yang telah ditetapkan dengan memperhatikan perbandingan antara masukan
dan keluaran (efisiensi), dimana keluaran dari belanja dimaksud seharusnya dapat dinikmati oleh
masyarakat (hasil). Selanjutnya alokasi anggaran perlu dilaksanakan secara terbuka berdasarkan
skala prioritas dan kebutuhan. Selain itu pengelolaan belanja harus diadministrasikan sesuai dengan
perundang-undangan yang berlaku. Arah pengelolaan belanja daerah adalah sebagai berikut:
a. Efisiensi dan Efektivitas Anggaran. Dana yang tersedia harus dimanfaatkan dengan sebaik
mungkin untuk dapat meningkatkan pelayanan pada masyarakat dan harapan selanjutnya
adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan kualitas pelayanan masyarakat
dapat diwujudkan dengan meningkatkan kompetensi sumber daya manusia aparatur daerah,
terutama yang berhubungan langsung dengan kepentingan masyarakat.
b. Prioritas. Penggunaan anggaran diprioritaskan untuk mendanai kegiatan kegiatan di bidang
pendidikan, kesehatan, pengembangan wilayah, penciptaan lapangan kerja, peningkatan
infrastruktur guna mendukung ekonomi kerakyatan dan pertumbuhan ekonomi serta diarahkan
untuk penanggulangan kemiskinan secara berkelanjutan.
b. Tolok ukur dan target kinerja. Belanja daerah pada setiap kegiatan disertai tolok ukur dan target
pada setiap indikator kinerja yang meliputi masukan, keluaran dan hasil sesuai dengan tugas
pokok dan fungsi.
c. Optimalisasi belanja langsung. Belanja langsung diupayakan untuk mendukung tercapainya
tujuan pembangunan secara efisien dan efektif. Belanja langsung disusun atas dasar kebutuhan
nyata masyarakat, sesuai strategi pembangunan untuk meningkatkan pelayanan dan
Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

75

kesejahteraan masyarakat yang lebih baik. Optimalisasi belanja langsung untuk pembangunan
infrastruktur publik dilakukan melalui kerjasama dengan pihak swasta/pihak ketiga, sesuai
ketentuan yang berlaku.
d. Transparansi dan Akuntabel. Setiap pengeluaran belanja dipublikasikan pada publik dan
dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dipublikasikan berarti pula
masyarakat mudah dan tidak mendapatkan hambatan dalam mengakses informasi belanja.
Pelaporan dan pertanggungjawaban belanja tidak hanya dari aspek administrasi keuangan,
tetapi menyangkut pula proses, keluaran dan hasil.

2. Kebijakan Belanja
Kebijakan umum belanja daerah diarahkan pada peningkatan efisiensi,efektivitas,
transparansi, akuntabilitas dan penetapan prioritas alokasi anggaran. Selain itu, kebijakan belanja
daerah juga diarahkan untuk mencapai visi dan misi yang ditetapkan dalam rangka memperbaiki
kualitas dan kuantitas pelayanan publik. Secara spesifik, efisiensi dan efektivitas belanja harus
menjadi kebijakan yang diaplikasikan pada semua pos-pos belanja.
Belanja daerah dikelompokkan ke dalam Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung
yang masing-masing kelompok dirinci ke dalam jenis belanja. Untuk Belanja Tidak Langsung, jenis
belanjanya terdiri atas Belanja Pegawai, Belanja Bunga, Belanja Subsidi, Belanja Hibah, Belanja
Bantuan Keuangan, Belanja Bantuan Sosial, Belanja Bagi Hasil, dan Belanja Tidak Terduga. Sementara
itu, untuk Belanja Langsung, jenis belanjanya terdiri atas Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa,
serta Belanja Modal.
a. Belanja Tidak Langsung
Belanja yang signifikan pada kelompok belanja tidak langsung adalah belanja gaji, hibah
dan bantuan sosial. Alokasi belanja hibah dan bantuan sosial diarahkan kepada masyarakat dan
berbagai organisasi baik profesi maupun kemasyarakatan. Tujuan alokasi belanja hibah dan bantuan
sosial adalah sebagai manifestasi pemerintah dalam memberdayakan masyarakat dan mengurangi
resiko sosial.
Mekanisme anggaran yang dilaksanakan adalah bersifat block grant, artinya masyarakat
dapat merencanakan sendiri sesuai dengan kebutuhan, dengan tidak keluar dari koridor peraturan
yang berlaku. Selain itu, komitmen Pemerintah Daerah Daerah untuk memperbaiki kualitas
pendidikan dan kesehatan juga berimplikasi pada meningkatnya belanja subsidi pendidikan dan
kesehatan yang juga akan berpengaruh pada peningkatan Belanja Tidak Langsung dalam lima tahun
ke depan.
b. Belanja Langsung
Belanja Langsung adalah belanja pemerintah daerah yang berhubungan langsung dengan
program dan kegiatan. Program dan kegiatan yang diusulkan pada belanja langsung disesuaikan
dengan Kebijakan Umum APBD (KUA), Prioritas dan Plafon Anggaran (PPAS) dan Rencana Strategis
Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra-SKPD).
Belanja Langsung terdiri atas Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa, serta Belanja
Modal. Belanja Pegawai dalam Belanja Langsung ini berbeda dengan Belanja Pegawai pada Belanja
Tidak Langsung. Belanja Pegawai pada Belanja Langsung antara lain untuk Honorarium, Uang
Lembur, Belanja Beasiswa Pendidikan, Belanja Kursus dan hadiah/penghargaan berupa uang yang
diserahkan pada masyarakat.
Sementara itu, Belanja Langsung untuk jangka waktu lima tahun ke depan diarahkan pada
pencapaian visi dan misi Daerah Istimewa Yogyakarta, antara lain untuk peningkatan kualitas SDM
melalui pendidikan, kesehatan, penciptaan lapangan kerja, perbaikan infrastruktur untuk
mempercepat peningkatan akses masyarakat dan mendorong pertumbuhan ekonomi serta
diarahkan untuk pengurangan kemiskinan. Besarnya dana yang dikeluarkan untuk masing-masing
Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

76

kegiatan juga diperkirakan akan meningkat. Sementara itu, khusus untuk Belanja Modal,
pengeluaran belanja modal pada lima tahun mendatang diprioritaskan untuk membangun sarana
dan prasarana yang mendukung tercapainya visi dan misi Daerah
Telaah aspek pendapatan dan belanja daerah menunjukkan bahwa proses pembangunan
di NTT akan berjalan dalam kondisi keterbatasan fiskal dan ketergantungan fiskal yang tinggi serta
belum optimalnya upaya-upaya menggali pendapatan asli daerah. Pada sisi lain, realisasi belanja
daerah selama lima tahun terakhir memperlihatkan bereaucratic oriented yang tinggi dan tidak
konsisten dengan program prioritas sesuai RPJMD. Dalam kondisi seperti, beberapa prinsip perlu
diletakkan sebagai landasan bagi arah kebijakan keuangan daerah dalam jangka lima tahun ke
depan. Prinsip yang dimaksud bersumber pada paradigma Anggaran Untuk Rakyat Menuju Sejahtera
(Anggur Merah) sesuai dengan Visi, Misi, Strategi dan arah kebijakan Pembangunan daerah Nusa
Tengara Timur selama lima tahun kedepan, dengan penjabaran sebagai berikut:
a) Keterbatasan kapasitas fiskal menghendaki efisiensi dalam penggunaan anggaran, baik yang
bersumber dari APBD maupun dana dekonsentrasi.
b) Efisiensi dalam penggunaan anggaran dapat dicapai melalui perumusan kebijakan anggaran
(KUA-APBD) yang fokus pada prioritas pembangunan;
c) Untuk kepentingan ini, harus terjadi perubahan dalam struktur belanja. Struktur belanja, baik
menurut klasifikasi ekonomi maupun bidang kewenangan, harus konsisten dengan programprogram prioritas;
d) Ketergantungan fiskal menghendaki upaya-upaya kreatif dari semua unsur pemerintahan untuk
menggali dan memanfaatkan endowment faktor yang dimiliki untuk meningkatkan PAD;
e) Dalam kaitan ini, peranan retribusi daerah harus ditingkatkan dan pengembangannya harus
terfokus pada layanan publik yang mampu meningkatkan kemampuan ekonomi masyarakat.
f) Penerimaan pembiayaan yang sebagian besar bersumber dari SILPA harus digunakan menjamin
likuiditas keuangan pemerintah dan untuk pengeluaran pembiayaan yang berorientasi pada
penguatan investasi daerah melalui pembangunan infrastruktur dan kepentingan jangka pendek
yang bersifat mendesak.

3. Arah Anggaran Belanja Daerah


Arah kebijakan belanja daerah Provinsi NTT dalam jangka menengah sesuai prioritas
pembangunan. Program prioritas yang dimaksud harus memiliki hubungan langsung dengan
kepentingan publik, bersifat strategis, lintas sektor, selesai dalam lima tahun, berskala besar, dan
memiliki urgensi yang tinggi serta memberikan dampak yang luas kepada masyarakat. Dengan
demikian, besarnya alokasi belanja daerah untuk setiap program prioritas harus lebih besar dari
alokasi belanja lainnya dan pemenuhannya harus lebih diutamakan dibandingkan dengan
pemenuhan alokasi belanja yang lain.
Sejalan dengan Visi, Misi dan Arah Pembangunan NTT lima tahun ke depan, keseluruhan
program prioritas yang perlu mendapatkan perhatian penting dalam belanja daerah, dikemas dalam
8 (delapan) agenda pembangunan sebagai berikut:
1) Agenda Peningkatan Kualitas Pendidikan, Kepemudaan dan Keolahragaan
2) Agenda Pembangunan Kesehatan
3) Agenda Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan dan Pengembangan Pariwisata
4) Agenda Pembenahan Sistem Hukum dan Birokrasi Daerah
5) Agenda Percepatan Pembangunan Infrastruktur Berbasis Tata Ruang dan Lingkungan Hidup
6) Agenda Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
7) Agenda Pembangunan Perikanan dan Kelautan
8) Agenda Khusus:
a. Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
b. Penanggulangan Bencana
c. Pembangunan Daerah Perbatasan
Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

77

4. Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah


Persoalan utama yang dihadapi pemerintah provinsi dalam aspek pembiayaan adalah
omtimalisasi pemanfaatan SILPA, dana cadangan dan peluang pinjaman jangka panjang untuk
membiayai program prioritas, pembangunan infrastruktur strategis dan kebutuhan mendesak
(bencana alam) sebaik mungkin. Dengan demikian, Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah Provinsi NTT
adalah sebagai berikut:
1) Menciptakan pembiayaan anggaran dengan resiko rendah dan relatif tidak mengganggu
stabilitas maupun kesinambungan anggaran pusat maupun daerah. Pembiayaan demikian
terutama berasal dari: (i) Dana SILPA, dan (ii) Dana pinjaman jangka panjang yang terkait
langsung dengan proyek-proyek yang terukur profitabilitasnya baik secara nilai maupun kurun
waktu menghasilkannya.
2) Menyediakan dana darurat yang diperuntukkan terutama untuk penanggulangan bencana
alam.
3) Menyediakan pembiayaan dari dana cadangan untuk membiayai proyek-proyek tertentu yang
pengerjaannya memerlukan waktu lebih dari satu tahun anggaran.
4) Menjadikan penyertaan modal pemerintah dalam BUMD sebagai langkah perbaikan kinerja
BUMD yang bersangkutan.
Kerangka pendapatan, belanja dan pembiayaan pembangunan pada APBD provinsi Nusa Tenggara
Timur 2014-2018 diproyeksikan sebagaimana tabel 3.5
Tabel 3,5
Proyeksi struktur RAPBD tahun 2014-2018
No

URAIAN

PROYEKSI APBD
2014

PROYEKSI APBD
2015

PROYEKSI APBD
2016

PROYEKSI APBD
2017

PROYEKSI APBD
2018

Asumsi

PENDAPATAN

4.1

Pendapatan Asli Daerah

470.227.853.920

531.519.183.612

603.991.577.015

689.694.772.372

791.055.184.521

4.1.1

Pajak Daerah

326.459.778.420

386.593.669.605

457.804.223.546

542.131.761.523

641.992.431.996

18,42%

4.1.2

12.831.912.500

13.989.351.008

15.251.190.468

16.626.847.849

18.126.589.525

9,02%

49.897.476.000

49.897.476.000

49.897.476.000

49.897.476.000

49.897.476.000

konstan

4.1.4

Retribusi Daerah
Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan
Lain-lain Pendapatan
Asli Daerah

81.038.687.000

81.038.687.000

81.038.687.000

81.038.687.000

81.038.687.000

konstan

4.2

Dana Perimbangan

1.172.962.968.029

1.294.622.584.343

1.429.809.253.958

1.580.028.449.646

1.746.953.366.327

4.2.1

Bagi Hasil Pajak/Bukan


Pajak

91.148.605.029

102.268.734.843

114.745.520.493

128.744.473.994

144.451.299.821

12,20%

4.2.2

Dana Alokasi Umum

1.003.991.703.000

1.114.531.189.500

1.237.241.073.464

1.373.461.315.653

1.524.679.406.506

11,01%

4.2.3

Dana Alokasi Khusus

77.822.660.000

77.822.660.000

77.822.660.000

77.822.660.000

77.822.660.000

konstan

4.3

Lain-lain Pendapatan
Daerah yang Sah

740.139.275.000

717.287.620.000

717.287.620.000

717.287.620.000

717.287.620.000

4.3.1
4.3.2

Hibah
Dana Darurat

15.872.960.000

4.1.3

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

78

No

4.3.3
4.3.4

4.3.5
4.3.6
.

PROYEKSI APBD
2014

URAIAN
Dana Bagi Hasil Pajak
dari Provinsi dan Pemda
lainnya
Dana Penyesuaian dan
Otonomi Khusus
Bantuan Keuangan dari
Provinsi atau Pemda
lainnya
PENERIMAAN DARI
PIHAK KETIGA

Jumlah Pendapatan

PROYEKSI APBD
2015

PROYEKSI APBD
2016

PROYEKSI APBD
2017

PROYEKSI APBD
2018

Asumsi

717.287.620.000

717.287.620.000

717.287.620.000

717.287.620.000

717.287.620.000

konstan

6.978.695.000

2.383.330.096.949

2.543.429.387.955

2.751.088.450.972

2.987.010.842.018

3.255.296.170.847

BELANJA

5.1

BELANJA TIDAK
LANGSUNG

1.573.796.784.150

1.625.498.069.610

1.682.351.416.867

1.744.958.079.409

1.813.998.552.457

5.1.1

Belanja Pegawai

476.232.546.450

508.378.243.335

542.693.774.761

579.325.604.557

618.430.082.864

6,75%

5.1.2

Belanja Bunga

5.1.3
5.1.4

Belanja Subsidi
Belanja Hibah

927.817.620.000

927.817.620.000

927.817.620.000

927.817.620.000

927.817.620.000

konstan

5.1.5

Belanja Bantuan Sosial


21.211.000.000

21.211.000.000

21.211.000.000

21.211.000.000

21.211.000.000

konstan

128.233.367.700

147.788.956.275

170.326.772.106

196.301.604.853

226.237.599.593

15,25%

10.302.250.000

10.302.250.000

10.302.250.000

10.302.250.000

10.302.250.000

konstan
konstan

5.1.7

Belanja Bagi Hasil


kepada Kabupaten/Kota
dan Pemerintah Desa
Belanja Bantuan
Keuangan kepada
Pemerintah
Provinsi/Kabupaten/Kot
a dan Pemerintah Desa

5.1.8

Belanja Tidak Terduga

10.000.000.000

10.000.000.000

10.000.000.000

10.000.000.000

10.000.000.000

5.2

BELANJA LANGSUNG

816.408.787.599

917.931.318.345

1.068.737.034.105

1.242.052.762.609

1.441.297.618.390

2.390.205.571.749

2.543.429.387.955

2.751.088.450.972

2.987.010.842.018

3.255.296.170.847

5.1.6

5.2.1
5.2.2
5.2.3

Belanja
Pegawai/Personalia
Belanja Barang dan
Jasa
Belanja Modal

Jumlah Belanja

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

79

BAB 4
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
Analisis isu-isu strategis sebagai dasar penyusunan strategi pembangunan daerah provinsi
Nusa Tenggara Timur tahun 2014-2018 didasarkan pada hasil analisis potensi sumberdaya
pembangunan, kebijakan pembangunan meliputi RPJPN, RPJPD dan RTRWP, hasil analisis
perkembangan pembangunan daerah. Ketiga sumber dasar penyusunan strategi pembangunan
tersebut selanjutnya dianalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangannya dalam
pembangunan daerah yang ditinjau terhadap kondisi eksternal maupun internal.
Tinjauan analisis strategis daerah terhadap kondisi eksternal karena Nusa Tenggara Timur
sebagai salah satu provinsi yang mempunyai posisi strategis karena berbatasan darat dan laut
dengan Negara Republik Demokratik Timor Leste dan berbatasan laut dengan Australia. Nusa
Tenggara Timur. Tinjauan eksternal juga dilaksanakan dengan menempatkan Nusa Tenggara Timur
dalam satu kesatuan kebijakan pembangunan nasional. Tinjauan eksternal memiliki peran kuat yang
dapat memberikan peluang bagi pembangunan dan dapat menjadi ancaman.
Tinjauan internal dilaksanakan dengan melakukan analisis sumberdaya pembangunan,
hasil pembangunan dan kebijakan pembangunan daerah Nusa Tenggara Timur. Analisis internal
dilaksanakan untuk mengetahui titik kuat dan titik lemah daerah. Berdasarkan analisis eksternal dan
analisis internal selanjutnya dilaksanakan analisis strategis dengan memilih strategi pembangunan
yang paling tepat dalam mewujudkan perceatan pembangunan Nusa Tenggara Timur.

4.1. PERMASALAHAN PEMBANGUNAN


Permasalaan utama pembangunan sosial budaya dan kemasyarakatan yang menentukan
perkembangan pembangunan daerah sebagai berikut:
1. Pertumbuhan penduduk Nusa Tenggara Timur periode 2011-201 mencapai 2,6 % sebagai
dampak dari tingginya angka kelahiran dan (FTR) masih tinggi yaitu 3,3
2. Tingkat kelulusan siswa yang masih berada di bawah rata-rata nasional yaitu SMP mencapai
97,56%, SMA 94,50 % dan SMK 96,49 %
3. Penduduk usia di atas 15 tahun yang tidak mempunyai ijazah mecapai 31,26 % lainnya
menamatkan pendidikan SD/MI 38,18 %, SMP 12,79 %, SMA 10,43 %, SMK 3,05 %, DI-DII 0,96
%, DIII 1,05 % dan DIV sampai S3 2,28 %;
4. Akses lembaga pendidikan belum merata di seluruh wilayah dengan ketersediaan per
desa/kelurahan yaitu TK 47,17 %, SD sederajat 95,62 %, SLTP sederajat 36,34 %, SMA sederajat
14,70 % dan Akademi/PT 1,85 %;
5. Walaupun APK dan APM naik tetapi telatif masih rendah dengan kondisi tahun 2012 yaitu
SMP/MTs/SMPLB; APK 97,58%, APM 83,26 % dan SMA/MA/SMK: APK 77,16% , APM 69,45;
6. Rata-rata lama sekolah masih rendah yaitu 7,05 dimana hanya 4 Kabupaten dan Kota kupang
yang memberikan kontribusi lebih tinggi dari rata-rata dengan Kota Kupang dengan kontribusi
tertinggi yaitu 11,07 tahun
7. Kualifikasi guru dengan pendidikan S1 masih rendah yaitu; SD 19 %, SMP 59 %, SMA 85,6 % dan
SMK 78,5 %
8. Akses pendidikan tingggi yang dilayani 55 akademi/perguruan tinggi dominan di Kota Kupang
dengan tingkat pendidikan penduduk tertinggi relatif rendah yaitu Diploma I/II 0,96 %, DIII
1,05 % dan D IV-S2 2.28 %;
9. Sarana rumah sakit yang mencapai 43 buah belum menjangkau seluruh kabupaten dan
dominan berada di kota kupang
10. Rasio ketersediaan rumah tenaga dokter, tenaga medis, pelayanan puskemas dan puskesmas
pembantu berada di bawah rata-rata nasional
11. Posyandu belum didukung tenaga kesehatan yang memadai
Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

80

12. Adanya penduduk kekurangan gizi dan sebaran yang tinggi kasus gizi di desa/kelurahan
13. Sebagai daerah rawan bencana akibat kondisi geografis wilayah di NTT dan juga akibat
perubahan iklim secara global;
Permasalaan utama pembangunan ekonomi wilayah yang menentukan perkembangan
pembangunan daerah sebagai berikut:
1. Komposisi kontribusi sektor terhadap PDRB Nusa Tenggara Timur makin didominasi oleh sektor
tersier dengan kontribusi pada tahun 2008 baru mencapai 49,38 % menjadi 54,62 % tahun 2011
atau naik rata-rata per tahun sebesar 3,54 % sedangkan sektor primer turun 3,67 % per tahun
dan sektor sekunder turun rata- 2,51 % per tahun;
2. Produktivitas tenaga kerja sektor pertanian sebagai sektor primer makin menurun dengan rasio
0,58 tahun 2008 menjadi 0,55 tahun 2011 sebagai akibat kontribusi sektor pertanian dalam
PDRB terus menurun, dengan laju penurunan tahun 2008-2011 rata-rata per tahun 3,67%,
sedangkan kontribusi dalam penyerapan tenaga kerja menurun 1,51 %; Perbedaan produksi
ditingkat usaha tani dengan hasil introduksi belum mencapai angka yang optimal karena belum
berubahnya cara-cara baru di sektor pertanian untuk mengantisipasi perubahan iklim.
3. Rendahnya produktivitas produktivitas tenaga kerja pertanian menjadi masalah mendasar
masih tingginya kemiskinan di pedesaan yang mencapai 22.13 % bulan Maret 2013, sedangkan
pesatnya perkembangan sektor tersier yang menjadi basis utama ekonomi perkotaan belum
mampu menurunkan angka kemiskinan penduduk akibat makin meningkatnya ketimpangan
pendapatan penduduk dan memicu urbanisasi sehingga kemiskinan penduduk perkotaan yang
tahun 2011 mencapai 10,5 % naik menjadi 11,54 % tahun 2013 (keadaan bulan Maret).
4. Pertumbuhan ekonomi yang mencapai 5.44 % tahun 2012 berada di bawah rata-rata nasional
yang mencapai > 6 % yang berakibat makin melebarnya diviasi pendapatan pekapita penduduk
NTT yang baru mencapai Rp.7.195.630 atau 1/4 pendapatan perkapita Nasional;
5. Neraca perdagangan Nusa Tenggara Timur defisit dengan rasio Impor/perdagangan masuk
dengan eskpor/perdagangan keluar yaitu dari 1,86 tahun 2008, menjadi 2,04 tahun 2009 dan
menjadi 2,225 tahun 2011
6. Kontribusi ekonomi Nusa Tenggara Timur terhadap ekonomi nasional berada pada posisi ke 7
diantara 33 provinsi dengan dengan besar 0,52 % Dario total PDRB harga berlaku Indonesia
tahun 2011 sebesar Rp.7.247.086,1 milyard
7. Skala usaha tenaga kerja pada sektor pertanian sangat rendah yang berdampak pada
rendahnya produktivitas tenaga kerja pertanian dan rendahnya ekspor.
Permasalaan utama pembangunan fisik wilayah yang menentukan perkembangan
pembangunan daerah sebagai berikut:
1. Topografi wilayah sebagian besar berbukit hingga bergunung-gunung, dengan kemiringan lahan
>40%, wilayah yang datar hingga landai dengan kemiringan <8% relatif terbatas dan sebagian
besar kawasan lahan dengan kemiringan 8-40%.
2. Iklim 8 bulan kering yaitu periode bulan April sampai dengan Nopember sedangkan periode
musim hujan hanya berlangsung selama 4 bulan yaitu Desember sampai dengan Maret dengan
curah hujan rata-rata adalah 1.164mm/tahun.
3. Jangkauan akses desa/kelurahan yang tersebar di 44 Pulau yang dihuni belum merata;
4. Prosentase rumah tidak layak huni mencapai 35,8 % (lantai tanah, dinding bukan tembok, atap
daun dan lainnya) dan sekitar 15 % lebih rumah tangga belum memiliki rumah sendiri yang
tersebar dalam satuan-satuan permukiman yang kecil dan tersebar;
5. Sumber air bersih penduduk dari air bersih kemasan, perpipaan dan sumur baru mencapai
33,18 % dan lainnya bersumber dari mata air, air sungai, hujan dan mata air sekitar 66,82 %
6. Belum semua rumah tangga terlayani listrik yang baru mencapai 50 % lebih
7. Peningkatan kualitas sanitasi lingkungan belum optimal karena ada sekitar 20.63 % yang
sebagian besar rumah tangga belum didukung tempat pembuangan air besar sendiri;

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

81

8. Adanya potensi pencemaran lingkungan air, tanah, dan udara akibat kebakaran dan penggunaan
bahan kimia yang berlebihan;
9. Banyak wilayah resisten terhadap bencana tanah longsor, bajir, gempa bumi, tsunami, angin
puyuh, gunung meletus dan bencana kekeringan;
10. Sebagain besar jalan provinsi, jalan kabupaten dan jalan non status kurang mantap
11. Prasarana sumber daya air yaitu bandungan, bendung dan embung-embaung belum mampu
melayani air untuk kegiatan pertanian dan peternakan
12. Kelembagaan petani pemakai air belum mampu melaksanakan pengelola secara swadaya
parasarana sumber daya air yang menjadi tanggungjawabnya;
13. Adanya permukiman kumuh yang mencapai sekitar 0,67 % daro total desa/kelurahan terutama
di perkotaan

4.2. ISU STRATEGIS


Isu strategis dilakukan dengan melihat fakta atau kondisi yang menggambarkan potensi dan
permasalahan serta analisis yang mendasari hubungan antarvariabel. Adapun isu strategis untuk
wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah :
1. Isu Strategis 1: Peningkatan dan Perluasan Pembangunan Kualitas Sumber Daya Manusia.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) termasuk tertinggal secara nasional, khususnya pada
aspek rata-rata lama sekolah dan pengeluaran perkapita. Tingkat pengangguran juga berada jauh
lebih rendah dari tingkat nasional, begitu pula tingkat kemiskinan yang berada jauh di atas tingkat
nasional. Masih rendahnya kualitas sumberdaya manusia NTT terutama di desa mengakibatkan
rendahnya produktivitas dan daya saing perekonomian daerah. Beberapa indikator kesehatan
sampai dengan saat ini masih menunjukkan masih rendahnya kualitas kesehatan serta masih
minimnya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Selanjutnya angka Indeks Pembangunan
Gender dan Indeks Pemberdayaan Gender Provinsi Nusa Tenggara Timur masih berada di bawah
Nasional dan juga penyediaan pangan dan gizi yang baik bagi masyarakat. Masih rendahnya tingkat
partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan.
2. Isu Strategis 2: Percepatan Pembangunan Ekonomi yang Berkualitas.
Laju pertumbuhan masih lebih rendah dari nasional. Rata-rata laju pertumbuhan pertahun selama
2009-2012 di atas 6 %, sementara NTT rata-rata di bawah 6%. Akselerasi pertumbuhan diperlukan
untuk mengurangi kesenjangan, serta menurunkan tingkat kemiskinan dan pengangguran lebih
cepat lagi. Pendorong utama pertumbuhan daerah adalah konsumsi, sedangkan sumbangan
investasi (PMTB) masih rendah. Selain itu, NTT selalu mengalami defisit perdagangan antar daerah
dalam periode 2009-2011.
Salah satu sumber utama pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan adalah investasi
wilayah NTT yang memiliki banyak potensi SDA untuk dikembangkan, terutama pada sektor
pertanian (perkebunan, peternakan dan perikanan kelautan), pariwisata (Wisata Budaya dan Alam
termasuk laut dan daratan). Sampai dengan saat ini potensi yang diminati oleh investor luar negeri
adalah potensi pariwisata (perhotelan dan jasa wisata) sedangkan investor dalam negeri lebih pada
sektor perdagangan dan jasa (transportasi dan jasa). Adapun sektor primer kurang diminati oleh
investor luar dan dalam negeri, hal ini lebih dikarenakan sarana prasarana pendukung seperti
ketenagakerjaan, transportasi, kondisi keamanan dan stabilitas politik daerah serta regulasi masih
dirasa kurang mendukung.
Perhatian pemerintah NTT dalam penurunan tingkat kemiskinan dan pengangguran
pedesaan masih dinilai belum cukup signifikan. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi dan
penyerapan tenaga kerja berjalan tidak seimbang dan lebih banyak dinikmati masyarakat perkotaan,
hal ini disebabkan lokasi pusat ekonomi lebih terkonsentrasi di wilayah perkotaan sehingga
berdampak pula pada upaya pengurangan tingkat kemiskinan yang lebih banyak berada di
Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

82

perdesaan. Sektor ekonomi masih digerakan oleh nilai konsumsi sehingga dibutuhkan fundamental
ekonomi yang baik yaitu dari sektor produksi.
3. Isu Strategis 3: Peningkatan Pengelolaan Sumberdaya Alam Unggulan Daerah.
Provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki potensi pengembangan yang sangat besar berbasis
sumberdaya alam terutama pada sub sektor pertanian tanaman pangan, perkebunan, petenakan
serta perikanan dan kelautan. Pengembangan pada sub sektor pertanian telah menghasilkan produk
unggulan seperti jagung, kakao, jambu mete. Begitu pula pada sub sektor peternakan telah
menghasilkan produk unggulan seperti ternak sapi dan babi yang sangat berkontribusi pada
peningkatan ekonomi wilayah dan penyerapan tenaga kerja. Namun dalam pengembangannya,
peningkatan komoditas unggulan ini mesih belum optimal karena masih belum didukung dengan
ketersedian prasarana produksi (industri), pasar dan tenaga kerja yang trampil.
Peningkatan produksi sector tersebut (pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan)
juga didorong untuk tujuan ketahanan pangan pedesaan dan pemenuhan gizi keluarga dengan
menerapkan system produksi berwawasan spesifik local serta memiliki ketahanan terhadap
perubahan iklim.
Khusus untuk perikanan dan kelautan perlu mendapatkan perhatian yang lebih optimal.
Sektor unggulan di provinsi NTT masih merupakan sektor primer. Selain itu, peran sektor unggulan
dalam mendorong pertumbuhan wilayah juga masih rendah. Secara keseluruhan kontribusi sektor
unggulan dalam pertumbuhan wilayah baru 28%. Intensitas perdagangan yang signifikan baru terjadi
dengan wilayah Jawa-Bali, sedangkan dengan pulau-pulau lain relatif kecil.
Sarana dan prasarana dasar belum mendukung pelaksanaan pembangunan pembangunan
baik dari tingkat pelayanan, sisi pemerataan pembangunan maupun dalam upaya peningkatan
ekonomi masyarakat.Prasarana jalan di Nusa Tenggara Timur dalam sepuluh tahun terakhir hampir
tidak mengalami perkembangan, baik panjang jalan maupun kualitas atau kelasnya. Bahkan yang
lebih memprihatinkan adalah masih banyaknya desa-desa yang letaknya terisolir, hubungan antar
sentral produksi dengan pasar masih tertutup. Kondisi jalan banyak mengalami kerusakan baik rusak
berat maupun rusak ringan. Keadaan ini tidak hanya pada jalan provinsi, tetapi juga jalan Nasional.
Kondisi infrastruktur jalan ini berimplikasi pada tingginya biaya transaksi dan transportasi yang
mengakibatkan daya saing komoditi dari NTT ke pasar regional maupun ekspor menjadi rendah.
Selain itu ketersediaan armada trasportasi antar pulau terutama laut dan udara juga terbatas dan
tidak menjamin faktor keamanan karena kualitas armada transportasi kurang optimal, sehingga
berimplikasi kepada penurunan investasi dari luar dan dalam negeri.
4. Isu Strategis 4: Peningkatan Konektivitas Intra dan Antar Pulau.
Provinsi NTT termasuk salah satu dari delapan provinsi kepulauan, terdiri dari 1.192 pulau
(711 belum bernama) dengan kualitas konektivitas wilayah yang belum memadai. Masalah dalam
konektivitas adalah transportasi publik yang masih lemah yang mengakibatkan ekonomi biaya tinggi,
daya saing lemah, penanggulangan kemiskinan relatif lambat.
Permasalahan transportasi publik lainnya yang perlu diketahui adalah kurangnya jumlah
sarana atau kapasitas pelayanan, jumlah pelayanan dan jaringan pelayanan terbatas, biaya
operasional terlalu tinggi, jumlah transfer antar intra moda tinggi, keuntungan rendah, kualitas
sarana dan prasarana dan keselamatan yang rendah.
Indeks pelayanan dan standar pelayanan minimal jalan yang belum terpenuhi, yang
disebabkan prasarana jalan di Nusa Tenggara Timur dalam sepuluh tahun terakhir hampir tidak
mengalami perkembangan, baik panjang jalan maupun kualitas atau kelasnya. Bahkan yang lebih
memprihatinkan adalah masih banyaknya desa-desa yang letaknya terisolir, hubungan antar sentrasentra produksi dengan pasar masih tertutup. Kondisi jalan banyak mengalami kerusakan baik rusak
berat maupun rusak ringan.
Keadaan ini tidak hanya pada jalan provinsi, tetapi juga jalan Nasional. Kondisi infrastruktur
jalan ini berimplikasi pada tingginya biaya transaksi dan transportasi yang mengakibatkan daya saing
Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

83

komoditi dari NTT ke pasar regional maupun ekspor menjadi rendah. Selain itu ketersediaan armada
trasportasi antara pulau terutama laut dan udara juga terbatas dan tidak menjamin faktor keamanan
karena kualitas armada transportasi kurang optimal, sehingga berimplikasi kepada penurunan
investasi dari luar dan dalam negeri, serta sebagai upaya pencapaian target MP3EI
5. Isu Strategis 5: Peningkatan Kinerja Birokrasi dan Pelayanan Publik.
Faktor kualitas kelembagaan sangat penting untuk meningkatkan daya saing dan daya tarik
investasi daerah, khususnya daerah-daerah yang tidak memiliki sumber daya alam melimpah.
Kerjasama antardaerah dan sinergi pusat-daerah sangat strategis dalam mengurangi hambatan
distribusi barang antarwilayah dan mengurangi duplikasi perpajakan yang memicu ekonomi biaya
tinggi.
Permasalahan dalam konteks penegakan hukum dan kualitas birokrasi adalah (1) masih
adanya peraturan perundangan yang tumpang tindih, inkonsistensi, multi tafsir dan bertentangan
antara yang satu dengan yang lainnya; (2) masih rendahnya SDM, tingginya ego sektoral dan belum
memadainya dukungan sarana dan prasarana dalam bidang penegakan hukum dan birokrasi; serta
(3) belum optimalnya penegakan HAM dalam bidang pemenuhan, perlindungan, pemajuan dan
penegakan HAM. Sementara itu, penyelenggaraan birokrasi juga masih dirasakan belum optimal
dikarenakan kualitas sumberdaya aparatur serta Standar Pelayanan Minimum yang belum
sepenuhnya diterapkan oleh pemerintah daerah.Belum tercapainya SPM, Pelayanan dasar,
Reformasi birokrasi, Indeks Demokrasi Provinsi NTT, dan keterbukaan informasi public.
6. Isu Strategis 6: Peningkatan Kualitas dan Pencegahan Degradasi Lingkungan Hidup serta
Ketahanan Perubahan Iklim.
Kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup sangat penting bagi wilayah kepulauan
yang perekonomiannya sangat bergantung pada produksi komoditas primer. Dampak perubahan
iklim akan dirasakan paling besar di wilayah kepulauan, khususnya pulau-pulau kecil. Rehabilitasi
lingkungan lahan kritis akan meningkatkan daya tahan lingkungan. Disamping itu pembangunan di
NTT juga diupayakan untuk pengurangan tingkat pemanasan gobal, efek rumah kaca serta
peningkatan adaptasi terhadap perubahan iklim.
Provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki kerentanan tinggi terhadap eksploitasi SDA melalui
penebangan hutan (illegal logging) yang berlebihan yang mengakibatkan terjadinya banjir dan erosi.
Kemudian dalam bidang pertambangan seperti pertambangan marmer di Kabupaten TTU dan TTS
yang dilakukan oleh investor tidak memperhatikan aspek lingkungan, karena potensi tambang
marmer berada dikawasan konservasi Mutis Timau, dimana kedua kawasan tersebut adalah wilayah
penghasil persediaan air di pulau Timor.
Ancaman terhadap kerusakan ekosistem laut masih juga terjadi yang berakibat pada
penurunan produksi ikan dan kerusakan terumbung karang seperti pemboman ikan dan
penggunaan alat tangkap yang tidak ramah terhadap lingkungan yang masih dilakukan oleh
masyarakat di daerah pesisir pantai. Pengembangan potensi sumberdaya alam daratan dan lautan
seperti ; (a) hutan lindung Mutis dan Timau; (b) Taman Nasional Kelimutu; (c) Pulau Komodo; (d)
Taman Laut di Maumere, (e) Labuan bajo untuk pengembangan pariwisata serta pengembangan
ternak merupakan proritas pemerintah daerah Nusa Tenggara Timur untuk meningkatkan
pendapatan daerah. Namun pengelolaan sumber daya alam untuk menunjang pariwisata dan
peningkatan pendapatan masyarakat kurang didukung dengan prasarana pendukung dasar yang
memadai, seperti Jalan, transportasi dan penginapan.
Sementara itu, sektor pertenakan, pertanian, perkebunan dan perikanan tidak didukung
dengan cara-cara baru (inovasi teknologi) dalam system produksi, pengolahan hasil, system
pemasaran dan dukungan SDM yang memadai. Inovasi yang terintegrasi dengan kebutuhan
infrastruktur dan layanan ditingkat pedesaan, kabupaten dan provinsi serta memperhatikan
perubahan-perubahan lingkungan biopisik, iklim dan kebijakan nasional dan global yang terjadi.
Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

84

7. Isu Strategis 7: Pembangunan Kawasan Perbatasan dan Kawasan Khusus.


Kawasan perbatasan di NTT baik itu perbatasan laut maupun darat, dengan provinsi lain
yaitu Nusa Tenggara Barat di Kabupaten Manggarai Barat serta kawasan perbatasan antar negara di
12 (dua belas) kabupaten meliputi kawasan perbatasan di Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan,
Timor Tengah Utara, Belu, Rote Ndao, Sabu Raijua, Alor, Sumba Barat, Sumba Timur, Sumba Tengah
serta Kabupaten Sumba Barat Daya. Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) yang diprioritaskan
adalah Kefamenanu (Timor Tengah Utara) dan Atambua (Belu).
Kualitas sumberdaya manusia masyarakat di daerah tertinggal dan perbatasan masih rendah
disamping sarana dan prasarana yang belum memadai. Hal ini yang mendorong belum
berkembangnya aktivitas ekonomi di wilayah tersebut sehingga perekonomian wilayah masih
cenderung tertinggal. Sementara itu, dalam konteks kawasan khusus, penguatan manajemen KAPET
Mbay dalam mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi masih belum optimal dikarenakan
masih belum berkembangnya keterpaduan program antara sektor dan antara wilayah (kabupaten,
provinsi) serta antar pelaku usaha domestik maupun internasional.
Hal lain yang terkait erat dengan masalah perbatasan adalah penanganan masalah warga ex
Timor Leste serta pemberdayaan ekonomi masyarakat yang belum dilakukan secara menyeluruh. Di
samping itu, masih kurangnya kestabilan keamanan dan penegakan hukum menyebabkan masih
sering terjadinya konflik di daerah perbatasan.
8. Isu Strategis 8 : Penanggulangan Kawasan Rawan Bencana.
Provinsi Nusa Tenggara Timur sebagai kawasan rawan bencana alam, baik itu bencana alam
geologi berupa gempa bumi, tsunami, gunung berapi (ring of fire) maupun bencana akibat
perubahan iklim seperti banjir, angin topan, kekeringan, longsor dan gelombang pasang. Disamping
itu juga rentan terhadap bencana yang akibatkan oleh kegiatan manusia seperti kebakaran karena
pembakaran hutan dan ladang.

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

85

BAB 5
PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN
5.1. VISI
Sesuai Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur
(RPJPD) Tahun 2005-2025 yang merupakan kaidah penuntun pembangunan daerah setiap lima
tahun memuat arah kebijakan dan target pembangunan dalam kurun waktu 20 tahun ke depan.
Sebagai Provinsi Kepulauan yang berbatasan darat dan laut dengan Negara Timor Leste dan
berbatasan laut dengan Australia berkomitmen untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Untuk mewujudkan harapan tersebut maka Visi Pembangunan Provinsi Nusa tenggara
Timur Tahun 2014-2018 yaitu:
TERWUJUDNYA MASYARAKAT NUSA TENGGARA TIMUR YANG BERKUALITAS, SEJAHTERA DAN
DEMOKRATIS DALAM BINGKAI NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
Asumsi dasar visi pembangunan dimaknai sebagai berikut:
a. Kualitas, mencerminkan keterwakilan sumber daya manusia (agenda pendidikan, kesehatan,
perempuan, anak dan pemuda) dengan indikator-indikator kualitas IPM dan dikaitkan dengan
upaya meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang berdaya-saing
b. Sejahtera, mencerminkan keterwakilan agenda pembangunan (pendidikan, kesehatan dan
perempuan, anak dan pemuda) dengan indikator-indikator kualitas IPM; serta pembangunan
ekonomi dan pariwisata, infrastruktur, dan tata ruang dan lingkungan hidup, perikanan dan
kelautan dengan indikator-indikator ekonomi, infrastruktur dan tata ruang dan lingkungan hidup
yang terukur;
c. Demokratis, mencerminkan keterwakilan proses dan substansi agenda-agenda pembangunan
yang dilakukan secara rasional dan objektif dengan mempertimbangkan aspek keterbukaan,
partisipasi publik, kesamaan dan keadilan;
d. Dalam Bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagai provinsi tedepan di Selatan
Indonesia maka seluruh rakyat Nusa Tenggara Timur dengan tekad yang bulat dan komitmen
yang tinggi untuk tetap menjaga keutuhan, kedaulatan, kehormatan dan martabat bangsa
Indonesia.

5.2. MISI
Untuk mewujudkan visi pembangunan tersebut maka ditetapkan 8 misi pembangunan yang
akan menjadi acuan dalam penyiapan kerangka kerja agenda pembangunan yaitu;
1. Meningkatkan pelayanan pendidikan dalam rangka terwujudnya mutu pendidikan, kepemudaan
dan keolahragaan yang berdaya saing;
2. Meningkatkan derajat dan kualitas kesehatan masyarakat melalui pelayanan yang dapat
dijangkau seluruh masyarakat;
3. Memberdayakan ekonomi rakyat dan mengembangkan ekonomi kepariwisataan dengan
mendorong pelaku ekonomi untuk mampu memanfaatkan keunggulan potensi lokal;
4. Pembenahan system hukum dan reformasi birokrasi daerah;
5. Mempercepat pembangunan infrastruktur yang berbasis tata ruang dan lingkungan hidup;
6. Meningkatkan kualitas kehidupan keluarga, pemberdayaan perempuan, serta perlindungan dan
kesejahteraan anak;
7. Mempercepat pembangunan kelautan dan perikanan.
8. Mempercepat penanggulangan kemiskinan, bencana dan pengembangan kawasan perbatasan.

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

86

5.3. TUJUAN DAN SASARAN


Tujuan pembangunan yang dilaksanakan melalui pencapaian tujuan strategis masing-masing
agenda pembangunan yang akan menjadi dasar penetapan program dan kegiatan prioritas
pembangunan. Tujuan strategis pembangunan ditetapkan untuk mencapai visi, misi dan agenda
pembangunan. Atas dasar itu misi, agenda dan tujuan strategis mempunyai keterkaitan
sebagaimana uraian masing-masing misi pembangunan.

1. Keterkaitan Misi-1 dengan Tujuan dan Sasaran


Misi-1 diwujudkan pencapaiannya melalui 6 tujuan dan 6 sasaran pembangunan agenda
pendidikan dan olah raga. Keterkaitan misi-1, tujuan dan sasaran sebagaimana tabel 5.1
Tabel 5.1
Misi-1, Tujuan dan Sasaran tahun 2014-2018
Misi-1
Meningkatkan pelayanan pendidikan dalam rangka terwujudnya
mutu pendidikan, kepemudaan dan keolahragaan yang berdaya saing;
No
1
2
3
4
5
6

Tujuan
Meningkatkan Mutu Pendidikan dan
mengurangi jumlah murid putus sekolah
Menurunkan jumlah masyarakat buta aksara
dan tidak berijazah
Meningkatkan jumlah tenaga pengajar
bersetifikat dan meningkatkan pemahaman
terhadap kurikulum
Pemerataan pelayanaan tenaga pengajar
Mempercepat pencapaian Target MDG's
pendidikan tahun 2015
Membina atlet-atlet berprestasi di daerah
untuk dapat bersaing di
kejuaraan nasional dan dunia

No
1
2
3
4
5
6

Sasaran
Lulusan pendidikan dasar, menengah dan
atas yang berkualitas; Rata-rata umur
sekolah meningkat
Masyarakat buta aksara dan pemuda putus
sekolah yang tidak memiliki ijazah
Meningkatkan jumlah guru bersertifikat dan
paham terhadap kurikulum pendidikan
Ratio antara guru dan murid sesuai SPM
Mencapai pendidikan dasar bagi seluruh
masyarakat
Setiap cabang olah raga berprestasi memiliki
atlit muda berbakat

2. Keterkaitan Misi-2 dengan Tujuan dan Sasaran


Misi-2 diwujudkan pencapaiannya melalui 10 tujuan dan 10 sasaran pembangunan agenda
kesehatan. Keterkaitan misi-2, tujuan dan sasaran sebagaimana tabel 5.2
Tabel 5.2
Misi-2, Tujuan dan Sasaran tahun 2014-2018
Misi-2
Meningkatkan derajat dan kualitas kesehatan masyarakat
melalui pelayanan yang dapat dijangkau seluruh masyarakat
No
1
2

Tujuan
Meningkatkan akses dan mutu pelayanan
kesehatan masyarakat
Meningkatkan mutu pelayanan RSUD W.Z.
Johanes sebagai rumah sakit rujukan daerah
dan rumah sakit pendidikan

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

No

Sasaran
Bertambahnya jumlah prasarana kesehatan
Meningkatnya status rumah sakit W.Z.Johanes
menjadi type A & RS Pendidikan

87

No
3
4
5
6

7
8
9

Tujuan
Meningkatkan mutu pelayanan Posyandu bagi
masyarakat di pedesaan
Meningkatkan tenaga kesehatan secara jumlah
dan mutu tenaga yang tersebar secara merata
di daerah
Memberdayakan masyarakat miskin
berpendidikan rendah untuk meningkatkan
akses terhadap pangan bergizi dan aman
Meningkatkan akses penduduk miskin,
terutama anak balita dan ibu hamil untuk
memperoleh makanan yang aman dan bergizi
cukup serta mendapatkan intervensi
pelayanan lainnya
Menurunkan AKI dan AKB

No

Bertambahnya jumlah tenaga kesehatan dan


meningkatnya rasio ketersediaan
tenaga
kesehatan
Menurunnya kasus kesehatan akibat
kekurangan asupan gizi

Menurunnya kasus balita gizi buruk dan


kurang gizi
Menurunnya AKI dan AKB
Meningkatnya proporsi kelahiran yang
ditangani tenaga kesehatan
Meningkatnya proporsi peserta KB aktif
Menurunnya jumlah temuan kasus baru
Malaria, TBC dan HIV/AIDS

Meningkatkan proporsi peserta KB Aktif


Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang
intervensi pencegahan dan pengendalian
penyakit menular; Meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam pembangunan kesehatan
Menurunkan jumlah kasus penyakit di desa
dan kelurahan

10

Sasaran
Meningkatnya jumlah posyandu

Meningkatnya penanganan orang dengan


penyakit Malaria, TBC dan HIV/AIDS setiap
tahunnya.

3. Keterkaitan Misi-3 dengan Tujuan dan Sasaran


Misi-3 diwujudkan pencapaiannya melalui 15 tujuan dan 16 sasaran pembangunan
agenda ekonomi kerakyatan dan pariwisata . Keterkaitan misi-3, tujuan dan sasaran sebagaimana
tabel 5.3
Tabel 5.3
Misi-3, Tujuan dan Sasaran tahun 2014-2018
Misi-3
Memberdayakan ekonomi rakyat dan mengembangkan ekonomi keparawisataan dengan
mendorong pelaku ekonomi untuk mampu memanfaatkan keunggulan potensi lokal;
No

Tujuan

No

Sasaran

Meningkatkan Produksi padi dan jagung yang


tahan perubahan iklim

Meningkatkan Luas tanam komoditas


Perkebunan (Ha)

Peningkatan Produksi Padi/gabah (ton) dan


Produksi Jagung (ton) dari 1.327.952 ton menjadi
1.605.886 ton
Peningkatan Luas tanam komoditas Perkebunan
kelapa, jambu mete, kemiri, pinang, vanili,
cengkeh, kopi, kakao) dari 463.666 ha menjadi
594.823 ha

Meningkatkan Jumlah Desa Mandiri Pangan


dari 128 menjadi 290 desa
Meningkatkan Populasi ternak (ekor)

5
6

Meningkatkan produksi daging olahan (kg)


Meningkatkan produksi hutan non kayu

5
6

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

Peningkatan Populasi ternak sapi, kerbau, kuda,


kambing/domba, babi dari 2.608.064 ekor
menjadi 4.050.473 ekor
Peningkatan produksi daging olahan
Peningkatan Produksi Kayu-kayuan (Kayu Rimba

88

Misi-3
Memberdayakan ekonomi rakyat dan mengembangkan ekonomi keparawisataan dengan
mendorong pelaku ekonomi untuk mampu memanfaatkan keunggulan potensi lokal;
No

Tujuan

No

7
7

Meningkatkan Jumlah kunjungan wisatawan

Meningkatkan Jumlah Akmodasi Pariwisata

Meningkatnya Industri besar dan Menengah

10

10

Meningkatnya Prosentase Desa/ kelurahan


ada Industri Kerajinan rakyat
Meningkatkan Jumlah Koperasi

11

Meningkatkan PDRB Harga Konstan Tahun


2000 (Rp. Juta)
Meningkatnya realisasi investasi dan
kerjasama di daerah di sektor primer,
sekunder dan tersier
Meningkatnya ketersediaan data potensi
investasi daerah
Pemberdayaan Tenaga Kerja

13

11

12
13
14
15

12

14
15
16

Sasaran
Persegi, Kayu Jati Persegi, Mahoni Olahan) dari
32.173 M3 menjadi 41.823 M3
Peningkatan Produksi non kayu (asam isi, asam
biji, kemiri isi, kemiri biji) dari 4.658.592 ton
menjadi 5.357.381 ton
Peningkatan Jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara dari 48,608 menjadi 162,231 org
dan domestik dari 338,472 menjadi 643,097 org
serta peningkatan rata-rata lama menginap dari
2,25 menjadi 2,75 hari
Peningkatan Jumlah hotel, losmen dari 276
menjadi 301 unit beserta peningkatan jumlah
kamar dari 5.147 menjadi 6.691 buah dan
tempat tidur dari 9.044 menjadi 13.114 unit
Peningkatan Jumlah Industri dari 24 menjadi 32
(unit dan tenaga kerja dari 1,681 menjadi 1,714
(org)
Peningkatan prosentase industri kerajinan rakyat
Peningkatan Jumlah Koperasi dari 2534 menjadi
3570 unit; Jumlah Anggota Koperasi dari 581.975
menjadi 827,009 org dan modal sendiri koperasi
dari 1,196,229 menjadi 2,332,295 juta
Peningkatan PDRB Harga Konstan dari 15,826.89
menjadi 21,612.54 (juta)
Meningkatkan promosi dan kerjasama investasi
di sektor primer, sekunder dan tersier
Mengembangkan sistem data dalam upaya
meningkatkan Investasi Daerah
Desa/kelurahan yang memiliki lembaga pelatihan
(%)

4. Keterkaitan Misi-4 dengan Tujuan dan Sasaran


Misi-4 diwujudkan pencapaiannya melalui 8 tujuan dan 10 sasaran pembangunan agenda
pembenahan system hukum dan reformasi birokrasi daerah. Keterkaitan misi-4, tujuan dan sasaran
sebagaimana tabel 5.4
Tabel 5.4
Misi-4, Tujuan dan sasaran tahun 2014-2018
Misi-4
Pembenahan system hukum dan reformasi birokrasi daerah;
No
1
2
3

Tujuan
Menata kelembagaan dan sumber daya
yang ada pada Pemprov NTT
Menata pengembangan aparatur
Pemprov menuju aparatur yang
profesional
Meningkatkan keselarasan dan

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

No
1
2

Sasaran
Terwujudnya penataan kelembagaan
sumber daya pada pemprov NTT
Terwujudnya aparatur yang profesional

Terwujudnya sinkronisasi antara produk hukum

dan

89

Misi-4
Pembenahan system hukum dan reformasi birokrasi daerah;
No

Tujuan
sinkronnya produk-produk hukum, dan
meningkatkan kesadaran hukum dan
HAM masyarakat

No

4
5
4

Meningkatkan Pemahaman, kesadaran


dan keterlibatan masyarakat dalam
berdemokrasi
Meningkatkan kualitas pelayanan publik

5
6

Meningkatkan akuntabilitas kinerja


pemerintah
Meningkatkan pelaksanaan dan
kepatuhan terhadap sistem
pengawasan internal
Meningkatkan pelayanan publik melalui
sarana dan prasarana
aparatur/perkantoran yang memadai

7
8

Sasaran
daerah

6
7
8
9
10

Terwujudnya ketentraman dan ketertiban umum


Meningkatnya partisipasi dan kesadararan
masyarakat akan hukum serta HAM
Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam
berdemokrasi
Terwujudnya pelayanan publik yang memenuhi
SPM dan SPD
Meningkatnya sistem akuntabilitas pengelolaan
pemerintahan di Provinsi Nusa Tenggara Timur
Terbangunnya sistem pengawasan internal pada
setiap SKPD Pemprov
Tersedianya sarana parasarana
perkantoran yang memadai

aparatur/

5. Keterkaitan Misi-5 dengan Tujuan dan Sasaran


Misi-5 diwujudkan pencapaiannya melalui 14 tujuan dan 14 sasaran pembangunan
agenda infrastruktur berbasis Tata Ruang dan Lingkungan Hidup. Keterkaitan misi-5, tujuan dan
sasaran sebagaimana tabel 5.5
Tabel 5.5
Misi-1, Tujuan dan Sasaran tahun 2014-2018
Misi-5
Mempercepat Pembangunan Infrastruktur yang Berbasis Tata Ruang dan Lingkungan Hidup;
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Tujuan
Mewujudkan Rencana Tata Ruang
sebagai Dasar dalam Pelaksanaan
Pembangunan
Mewujudkan Akses Antar Desa
Pengurangan Jumlah Rumah Miskin
Mewujudkan Akses Air Bersih untuk
Masyarakat
Menyediakan Air Baku
Menetapkan Batas Kawasan Hutan
Menjaga Kawasan Hutan dari
Kerusakan
Mewujudkan Kualitas Sanitasi
Lingkungan
Mewujudkan Transportasi Publik yang
Memadai
Menjaga Lingkungan dari Dampak
Perubahan Iklim dan Emisi Gas Rumah
Kaca
Menjaga Kelestarian Habitat Laut

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

No
1
2
3
4

Sasaran
Tata Ruang Sebagai Dasar Pelaksanaan
Pembangunan

5
6
7

Terciptanya Konektivitas Antar Desa


Peningkatan Jumlah Rumah Layak Huni
Terwujudnya Akses dan Peningkatan Sumber
Air Bersih untuk Masyarakat Pedesaan
Tersedianya Air Bersih untuk masyarakat
Penetapan Batas Kawasan Hutan
Pelestarian Hutan dan Habitatnya

Kualitas Sanitasi Lingkungan yang Memadai

Transportasi Publik yang Memadai

10

Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim serta


Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca

11

Perlindungan dan Pengawasan Habitat Laut

90

Misi-5
Mempercepat Pembangunan Infrastruktur yang Berbasis Tata Ruang dan Lingkungan Hidup;
No
12
13
14

Tujuan
Mewujudkan Penggunanaan Energi
Baru Terbarukan
Menjaga Kelestarian Alam Akibat
Usaha Pertambangan

No
12

Mewujudkan Pemeliharaan Jaringan


Irigasi yang Ada Menjadi Lebih
Optimal

14

13

Sasaran
Pemanfaatan Penggunanaan Energi Baru
Terbarukan
Pemanfaatan Sumber Daya Alam Pertambangan
dan Peningkatan Kelestarian Lingkungan akibat
Pertambangan
Pemeliharaan Jaringan Irigasi yang Ada Menjadi
Lebih Optimal

6. Keterkaitan Misi-6 dengan Tujuan dan Sasaran


Misi-6 diwujudkan pencapaiannya melalui 3 tujuan dan 5 sasaran pembangunan agenda
pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak. Keterkaitan misi-6, tujuan dan sasaran
sebagaimana tabel 5.6
Tabel 5.6
Misi-6, Tujuan dan Sasaran tahun 2014-2018
Misi-6
Meningkatkan kualitas kehidupan keluarga, pemberdayaan perempuan, serta perlindungan
dan kesejahteraan anak
No
1

Tujuan
Meningkatkan pemberdayaan dan
peran serta perempuan dalam
pembangunan.

No

Sasaran

Meningkatnya pemberdayaan perempuan yang


ditandai meningkatnya kelompok usaha
perempuan

Meningkatnya peran serta perempuan dalam


pembangunan dengan indikasi 1) jumlah
perempuan diparlemen mencapai 30% ; 2)
perempuan yang menduduki jabatan dalam
pemerintahan

Meningkatkan perlindungan dan


kesejahteraan anak

Meningkatnya perlindungan dan kesejahteraan


anak melalui: 1) menurunnya jumlah anak
jalanan, 2) menurunnya jumlah anak putus
sekolah; 3) Menurunnya jumlah pekerja anak

Meningkatkan kualitas kehidupan


keluarga

Meningkatnya jumlah akseptor KB

Meningkatnya jumlah keluarga pra sejahtera


menjadi keluarga kesjahtera

7. Keterkaitan Misi-7 dengan Tujuan dan Sasaran


Misi-7 diwujudkan pencapaiannya melalui 6 tujuan dan 7 sasaran pembangunan
bidang pendidikan dan olah raga. Keterkaitan misi-7, tujuan dan sasaran sebagaimana tabel
5.7

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

91

Tabel 5.7
Misi-7, Tujuan dan Sasaran tahun 2014-2018
Misi-7
Mempercepat pembangunan kelautan dan perikanan.
No
1
2
3
4
5

Tujuan
Meningkatnya Rumah Tangga
Perikanan
Meningkatnya jumlah SMK Perikanan
Meningkatnya produksi perikanan
Meningkatkan ketahanan pangan dan
gizi masyarakat
Meningkatnya pertumbuhan dan
kontribusi sub sektor perikanan dan
kelautan

No
1
2
3
4
5
6

Meningkatnya Produktivitas RT
Perikanan

Sasaran
Peningkatan rumah tangga perikanan laut dan
perikanan darat
Peningkatan jumlah SMK perikanan
Peningkatan produksi perikanan laut dan darat
Peningkatan Ketahanan pangan dan gizi
masyarakat
Peningkatan pertumbuhan sub sektor perikanan
pada PDRB NTT
Peningkatan Kontribusi Sektor perikanan dari
PDRB NTT
Peningkatan Produktivitas RT Perikanan

8. Keterkaitan Misi-8 dengan Tujuan dan Sasaran


Misi-8 diwujudkan pencapaiannya melalui 6 tujuan dan 6 sasaran pembangunan
agenda khusus. Keterkaitan misi-8, tujuan dan sasaran sebagaimana tabel 5.8
Tabel 5.1
Misi-1, Tujuan dan sasaran tahun 2014-2018

Misi-8
Mempercepat Penanggulangan Kemiskinan, Bencana dan Pengembangan Kawasan Perbatasan.
No
1
2
3
4

Tujuan
Memacu Pertumbuhan Ekonomi
Masyarakat di Kawasan Khusus dan
Perbatasan
Mewujudkan Ketahanan Terhadap
Bencana
Mengurangi Kesenjangan Ekonomi
Mewujudkan Pembangunan
Infrastruktur di Wilayah Perbatasan

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

No
1

Sasaran
Penurunan Tingkat Kemiskinan Masyarakat

Dampak Bencana Berkurang

3
4

Kesenjangan Ekonomi Berkurang


Pembangunan Infrastruktur di Wilayah Perbatasan
Meningkat

92

BAB 6
STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
6.1. STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH
Strategi pembangunan daerah merupakan rencana yang menyeluruh dan terpadu
mengenai upaya-upaya pembangunan yang akan dilaksanakan oleh pemerintah bersama seluruh
komponen masyarakat untuk mewujudkan visi pembangunan daerah. Untuk mewujudkan visi
pembangunan daerah tersebut maka pemerintah melaksanakan 8 (delapan) misi pembangunan
daerah yang akan ditempuh melalui 4 (empat) STRATEGI POKOK PEMBANGUNAN DAERAH, yaitu:

1. Strategi Kemitraan
Satuan pemerintahan provinsi mengemban misi representasi pemerintahan dan sekaligus
sebagai daerah otonom. Karenanya, pemerintah Provinsi memiliki kewenangan sekaligus
tanggungjawab untuk mengembangkan kemitraan secara internal dan eksternal. Kemitraan daerah
kabupaten/kota didasarkan atas asas/prinsip kebersamaan, solidaritas dan komitmen yang sama
untuk mewujudkan kemajuan bersama serta mengurangi kesenjangan antar daerah. Kemitraan
daerah provinsi, LSM regional/nasional/internasional maupun Negara asing merupakan bentuk
kemitraan eksternal.

2. Strategi Berkelanjutan
Program pembangunan yang digulirkan merupakan rangkaian yang tak terpisahkan dari
berbagai program pembangunan yang telah dicanangkan dan dilaksanakan pada masa-masa
sebelumya. Melalui proses pengkajian dan evaluasi yang akurat, dipetik hikmah dan pengalaman
untuk menata program-program pembangunan selanjutnya dan tetap merangkainya sebagai suatu
jalinan yang bermanfaat bagi rakyat NTT. Pembangunan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan
masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka
sendiri.

3. Strategi Peningkatan dan Percepatan


Pembangunan diarahkan untuk melakukan perubahan untuk kondisi saat ini yang masih
kurang menguntungkan rakyat menuju kondisi yang lebih baik dan bermanfaat bagi kepentingan
rakyat NTT. Perubahan tersebut dalam rangka percepatan mewujudkan kesejahteraan rakyat NTT.

4. Strategi Pembedayaan Masyarakat


Kegiatan pembangunan yang dijalankan bertujuan untuk membangun kapasitas
masyarakat dalam melaksanakan dan mengawasi pembangunan, sehingga masyarakat memiliki
akses dalam pembangunan. Terkait dengna strategi tersebut, dikembangkanlah spirit dan paradigma
Anggaran untuk Rakyat Menuju Sejahtera (Anggur Merah), yaitu mengembangkan birokrasi
pelayanan publik yang cepat dan murah melalui penataan kelembagaan dan kultur untuk
mewujudkan anggaran pembangunan yang lebih besar berpihak pada kepentingan rakyat (belanja
publik) dari pada untuk belanja pemerintah (belanja aparatur) dengan penerapan APBD Pro-Rakyat
menuju terjelmanya kesejahteraan rakyat.

6.2. ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN


Tujuan pembangunan yang dilaksanakan melalui pencapaian tujuan strategis masingmasing agenda pembangunan yang akan menjadi dasar penetapan program dan kegiatan priorotas
pembangunan. Tujuan strategis pembangunan ditetapkan untuk mencapai visi, misi dan agenda
Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

93

pembangunan. Atas dasar itu misi, agenda dan tujuan strategis mempunyai keterkaitan sebagi
berikut:

1. Perwilayahan Pembangunan
Nusa Tenggara Timur merupakana Provinsi Kepulauan sehingga untuk meningkatkan
efisiensi dan efektifitas pembangunan maka wilayah administratif dibagi dalam 3 Perwilayah
pembangunan yaitu;
1) Wialyah pembangunan I (WP-I), meliputi wilayah Kabupaten/kota di Pulau Timor Barat, Alor,
Rote Ndao dan Sabu Raijua;
2) Wialyah pembangunan II (WP-II), meliputi wilayah Kabupaten di Pulau Flores, Lembata dan
pulau-pualua sekitarnya;
3) Wialyah pembangunan III (WP-I), meliputi wilayah Kabupaten di Pulau Sumba
4) Selanjutnya dalam setiap satuan wilayah pembangunan dibangun dalam sub-sub wilayah
pembangunan hingga satuan wilayah terkecil pembangunan yaitu Desa/Kelurahan.
Desa/kelurahan sebagai satuan pemerintahan terdepan dan satuan wilayah pembangunan
terkecil memiliki posisi strategis pembangunan karena kebutuhan pembangunan bisa
dilaksanakan sesuai karakteristik spesifik wilayah.

2. Landasan Pembangunan

a. Sinergi dan Keserasian Pembangunan


Sebagai provinsi Kepulauan, maka dalam pembangunan di Provinsi Nusa Tenggara Timur
dilaksanakan dengan pendekatan kewilayahan dan menjamin keterpaduan program pembangunan.
Atas dasar itu untuk mewujudkan sinergi dan Keserasian pembangunan maka dilaksanakan
kebijakan pembangunan daerah terpadu berbasis desa/kelurahan sehinga terjamin sinergi dan
keserasian program dan kegiatan lintas sektor yang dilakukan oleh Pemerintah dan/atau
pemerintah daerah maupun oleh masyarakat atau badan usaha di desa/kelurahan.
Pembangunan daerah merupakan upaya strategis pembangunan untuk mewujudkan
keserasian pembangunan desa/kelurahan sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan
memenuhi syarat seperti memiliki potensi yang dapat dikembangkan sebagai produk unggulan yang
memenuhi skala ekonomi. Proses pembangunan daerah terpadu berbasis desa/kelurahan
dilaksanakan dengan tahapan proses sistematis sebagai berikut:
1) Peningkatan pemanfaatan potensi wilayah dengan upaya: (i) inventarisasi potensi sumberdaya
wilayah; (ii) rencana pemanfaatan potensi sumberdaya wilayah; (iii) penguatan kapasitas
pengelolaan pemanfaatan potensi sumberdaya wilayah; dan (iv) penguatan pemanfaatan
potensi sumberdaya wilayah (regional management);
2) Peningkatan SDM, dengan upaya: (i) penyediaan pelayanan sarana sosial dasar dan utilitas
(pelayanan pendidikan, kesehatan, air bersih dan sanitasi, listrik, telekomunikasi);
(ii) penyediaan prasarana dasar kawasan (jalan, embung, irigasi, pasar, dermaga sungai/laut, air
strip, sarana transportasi); dan (iii) fasilitasi pengembangan infrastruktur antar wilayah;
3) Peningkatan perekonomian, dengan upaya: (i) rencana pengembangan ekonomi produktif,
(ii) penyusunan rencana investasi daerah, (iii) peningkatan kerjasama investasi,
(iv) pengembangan jaringan sarana distribusi dan perdagangan antar wilayah; dan
(v) pengembangan kawasan produksi;
4) Peningkatan infrastruktur, dengan upaya: (i) penyediaan pelayanan sarana sosial dasar dan
utilitas (pelayanan pendidikan, kesehatan, air bersih & sanitasi, listrik, telekomunikasi);
(ii) penyediaan prasarana dasar kawasan (jalan, embung, irigasi, pasar, dermaga sungai/laut,
sarana transportasi); dan (iii) fasilitasi pengembangan infrastruktur antar wilayah;
5) Penguatan lembaga daerah, dengan upaya: (i) penguatan kapasitas lembaga pemerintah
daerah, (ii) penguatan kapasitas lembaga ekonomi masyarakat setempat, dan (iii) peningkatan
pemberdayaan masyarakat.
Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

94

b. Fokus dan Pendekatan Pembangunan


Pembangunan daerah terpadu berbasis desa/kelurahan sangat penting dan perlu untuk
memperkuat fondasi perekonomian, sosial dan infrastruktur daerah, mempercepat pengentasan
kemiskinan, dan pengurangan kesenjangan antar wilayah. Proses transformasi sosial-ekonomi dan
lingkungan fisik desa/kelurahan diarahkan untuk menciptakan masyarakat yang maju dan produktif
(sejahtera). Untuk mewujudkan harapan tersebut, maka fokus dan Pendekatan pembangunan
dilakssanakan berbasis desa/kelurahan untuk mendukung peningkatan kemajuan masyarakat
sebagai berikut:
1) Peningkatan ketrampilan dan pengetahuan yang dimiliki masyarakat;
2) Perbaikan kapasitas kemampuan masyarakat untuk melakukan interaksi sosial, adaptasi budaya
baru, pemanfaatan sumberdaya yang tersedia, dan proses produksi;
3) Pengembangan industrialisasi pertanian, melalui pemanfaatan teknologi, sehingga kegiatan
usahanya lebih efisien dan produktif;
4) Peningkatan produktivitas tenaga kerja untuk membuka peluang pendapatan yang lebih besar,
sehingga daya beli masyarakat meningkat.
5) Pengembangan perekonomian perdesaan berbasis ekonomi rakyat, melalui pemanfaatan
sumberdaya alam, penguatan kegiatan on-farm dan off-farm sektor pertanian, dan
industrialisasi pertanian yang ramah lingkungan, Pariwisata dan jasa serta ;
6) Pengembangan investasi pada produk komoditi unggulan yang memiliki siklus hidup yang
panjang (long life product cycle), berbasis sumber daya yang terbarukan, permintaan pasar yang
besar/terjamin (industri dan ekspor), dan harga komoditi yang kompetitif;
7) Pengembangan investasi produksi skala besar untuk mempermudah pengerahan dana investasi
swasta dan pemerintah dengan tetap memberikan akses yang sebesar-besarnya bagi
kesejahteraan masyarakat;
8) Pengembangan kegiatan usaha ekonomi produktif yang dimiliki dan dikelola masyarakat
setempat dengan dukungan usaha swasta dan lembaga keuangan (Bank dan LKM);
9) Penggunaan teknologi produksi/pertanian yang tepat guna untuk menjamin kualitas produk,
efisiensi produksi, dan daya saing usaha;
10) Adopsi industri klaster untuk mendukung mata rantai proses produksi, pengolahan, dan
pemasaran, diversifikasi produk, nilai tambah produk, dan penciptaan pekerja kreatif (kawasan
produksi/agro-industri).

3. Pembangunan Sesuai Karakteristik Wilayah


Pembangunan yang dilaksanakan untuk mencapai hasil yang optimal harus didasarkan pada
karakteristik wilayah dengan pendekatan pembangunan yaitu: (i) pemihakan, (ii) percepatan,
(iii) peningkatan, (iv) penyerasian dan mengoptimalkan; (v) pengembangan, serta (vi) Pemberdayaan
masyarakat dan kelembagaan dengan penerapan pada masing-masing elemen sebagai berikut:
a.

Pembangunan SDM

Salah satu indikator yang utama yang digunakan untuk mengukur kualitas sumber daya
manusia adalah indeks pembangunan manusia (IPM). Indeks pembangunan manusia mencerminkan
tiga aspek utama yang terkait dengan kualitas sumberdaya manusia, yaitu : (i) aspek pendidikan
ditunjukkan dengan tingkat melek huruf dan rata-rata lama sekolah; (ii) aspek kesehatan,
ditunjukkan dengan angka harapan hidup, angka kematian bayi waktu lahir, dan angka kematian ibu
waktu melahirkan; (iii) aspek ketenagakerjaan, ditunjukkan dengan pengeluaran untuk konsumsi per
tahun.
Berdasarkan katagori tersebut maka strategi pengembangan sesuai Wilayah
Pembangunan (WP) sebagai berikut:
1) WP kualitas SDM rendah diterapkan kebijakan percepatan. Percepatan peningkatan sumber
daya manusia dilakukan melalui percepatan pelaksanaan wajib belajar 12 tahun yang
Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

95

diwujudkan dengan penyediaan prasarana dan sarana pendidikan SD, SLTP dan SLTA yang
sejenis, peningkatan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan dengan memberikan bantuan
khusus kesehatan di daerah miskin; peningkatan kualitas tenaga kerja dengan pemagangan dan
penciptaan peluang kerja;
2) WP kualitas SDM sedang diterapakan kebijakan pemberdayaan. Pemberdayaan terhadap SDM
dilakukan melalui pengembangan sarana dan prasarana yang dapat menjamin kualitas
kesehatan dan pendidikan masyarakat;
3) WP kualitas SDM tinggi diterapkan kebijakan penguatan. Penguatan kualitas sumber daya
manusia dilakukan melalui fasilitasi pengembangan pendidikan unggulan, peningkatan
pelayanan kesehatan; peningkatan kualitas tenaga kerja lokal, pemberian bantuan modal usaha,
pengembangan jamsostek bagi tenaga kerja dan pemberian beasiswa pada mahasiswa di bidang
yang sesuai dengan potensial sumber daya alam dan kebutuhan setempat.
b. Pembangunan Basis Ekonomi
Dalam rangka pemanfaatan sumber daya alam yang lebih berkelanjutan maka harus
diupayakan dua hal utama yaitu melakukan eksploitasi sumber daya alam termasuk kelautan dan
potensi keanekaragaman hayati dalam batas-batas lestari (apabila sumber daya alam tersebut
merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, maka hasil eksploitasinya sebagian
digunakan mencari cadangan baru atau mengembangkan komoditas pengganti) dan
penganekaragaman ekonomi baik horizontal maupun vertikal.
Berdasarkan kondisi tersebut, maka dapat diidentifikasi empat karakteristik basis ekonomi wilayah
yaitu
1) WP Pertanian Terpadu, dengan unggulan Tanaman Pangan Lahan Kering, Tanaman pangan
lahan basah, Perkebunan, peternakan, dan industri kecil pengolahan hasil pertanian
2) WP Pesisir Terpadu, dengan unggulan perikanan budidaya, perikanan perikanan Tangkap dan
industri pengolahan hasil perikanan dan kelautan didukung kegiatan ekonomi lainnya
3) WP Wisata Terpadu, Unggulan Wisata Bahari, Unggulan Wisata Alam, Unggulan Wisata Budaya
dan Religius, Wisata Kuliner dan ekonomi kreatif khas destinasi wisata didukung kegiatan
ekonomi lainnya
4) WP Pertambangan dan Industri terpadu, dengan unggulan Unggulan Pertambangan dan Industri
menengah didukung ekonomi lainnya
5) WP Jasa terpadu dengan, unggulan perdagangan dan jasa-jasa didukung ekonomi lainnya.
Wilayah potensial tersebut dibangun dengan strategi pengembangan yang sesuai dengan
kebutuhan pembangunan sebagai berikut:
1) WP potensi dan keragaman usaha rendah, diterapkan kebijakan pengembangan sumberdaya
secara berkelanjutan dengan strategi pemanfaatan sumberdaya alam yang berpihak pada
masyarakat lokal dengan melibatkan pihak-pihak terkait; perkembangan agroindustri berbasis
sunberdaya terbaharui; pengelolaan usaha penambangan berwawasan lingkungan,
pengembangan energi baru dan terbarukan, dan pemanfaatan sumberdaya alam yang
mengutamakan pendekatan ekosistem.
2) WP potensi rendah dan keragaman usaha tinggi diterapkan kebijakan peningkatan daya saing
dan daya tarik investasi dengan strategi penetpan standarisasi dan peningkatan mutu produksi;
pengelolaan sumber daya alam yang berwawasan lingkungan; pengupayaan harga-harga produksi
berada pada harga pasar yang wajar dan pemberian intensif bagi usaha pengelolaan sumber daya
alam lestari
3) WP potensi tinggi dan keragaman usaha rendah, diterapkan kebijakan peningkatan
keanekaragaman produk hasil pengelolaan dan pelestarian sumberdaya alam dengan strategi
penganekaragaman horizontal bagi produk-produk yang mempunyai nilai tambah dan
permintaan pasar tinggi dan penganekaragaman produk sumberdaya alam yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat lokal.
Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

96

4) WP potensi dan keragaman usaha tinggi, diterapkan kebijaksaan peningkatan produksi,


distribusi, dan pemasaran dengan strategi intensifikasi dan ekstensifikasi produk-produk sumber
daya alam yang mempunyai nilai tambah dan permintaan pasar tinggi baik di dalam maupun luar
negeri; serta peningkatan akses pasar, sistem distribusi, dan pemasaran.
c. Pembangunan Prasarana dan Sarana
Ketersediaan prasarana dan sarana wilayah merupakan faktor penunjang pengembangan
desa/kelurahan. Oleh sebab itu, secara garis besar terdapat tiga katagori kondisi sarana dan
prasarana yang pembangunannya dilaksanakan strategi pengembangan sebagai berikut:
WP dengan prasaran dan sarana tinggi, kebijakan pembangunan yang diterapkan adalah
penyerasian dan pengoptilmalan serta penguatan prasarana dan sarana yang ada;
WP dengan prasaran dan sarana sedang, kebijakan pembangunan yang diterapkan adalah
pengoptilmalan yang ada dan percepatan pembangunan prasarana dan sarana yang dibutuhkan;
WP dengan prasarana dan sarana rendah, kebijakan yang diterapkan adalah percepatan dan
perluasan pembangunan prasarana dan sarana.
d. Percepatan Penurunan Kemiskinan
Kebijakan percepatan penurunan kemiskinan dilaksanakan melalui pendekatan
pembangunan secara terpadu dan menyeluruh aspek-aspek pembangunan yang menjadi sumber
utama kemiskinan masyarakat melalui pengembangan potensi keunggulan wilayah melalui sinergi
Program pemberdayaan Kementrian/Lembaga, Pemerintah Provinsi, Pemerintah kabuaten/kota dan
program-program pemberdayaan masyarakat lainya yaitu:
Kluster-1: Bantuan perlindungan sosial. Bantuan perlindungan sosial berupa alokasi BOS, PKH,
Jamkesmas, BOK dan bantuan pada korban bencana alam dan lansia dalam pelaksanaannya
telah disinergikan dengan program hibah dari dana APBD Provinsi seperti beasiswa, jamkesda
dan hibah sosial;
Kluster-2: Pemberdayaan Masyarakat. Pelaksanaan program pemberdayaan meliputi PNPM,
PUAP,PPIPD, Desa Wisata dan P2DTK telah dilaksanakan sesuai mekanisme yang ditetapkan;
Kluster-3: Kredit Usaha Rakyat (KUR). KUR merupakan sumber permodalan bagi pengembangan
ekonomi masyarakat. Untuk meningkatkan pelaksanaan KUR melalui kelembagaan Koperasi
terus dilaksanakan advokasi pada masyarakat;
Kluster-4: Program Pro rakyat. Kebijakan nasional tentang program rumah sangat murah dan
murah, kendaraan umum angkutan murah, penyediaan air minum berbasis masyarakat, listrik
murah dan hemat sangat penting bagi masyarakat.

6.3. FAKTOR-FAKTOR PENENTU KEBERHASILAN


Keberhasilan implementasi strategi pembangunan daerah sangat ditentukan oleh sampai
sejauhmana sejumlah faktor penentu keberhasilan dapat dikendalikan dan dipenuhi dengan baik.
Faktor penentu keberhasilan yang dimaksud mencakup perencanaan dan penganggaran partisipatif,
pemberdayaan masyarakat, kapasitas kelembagaan dan aparatur pemerintah dan pemerintahan
yang baik dan bersih (good governance).

1. Kualitas Perencanaan dan Penganggaran


Keberhasilan pelaksanaan pembangunan sangat ditentukan oleh kualitas perencanaan dan
sinkronisasi antara perencanaan dan kemampuan keuangan daerah. Melibatkan pemangku
kepentingan dalam proses perencanaan dan penganggaran secara berjenjang akan membantu
meningkatkan kualitas perencanan. Model perencanaan dan penganggaran secara partisipatif akan
menjamin keterkaitan antara permasalahan riil yang sedang dihadapi masyarakat dan prioritas
upaya pemecahannya dengan memberdayakan segala potensi yang dimiliki oleh pemerintah dan

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

97

masyarakat. Selain itu perencanaan dan penganggaran secara partisipatif akan menjamin tingkat
partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan dan keberlanjutan pembangunan.
Prinsip perencanaan dan penganggaran partisipatif adalah:1). Proses pengambilan
keputusan dilakukan bersama dan 2). Keberlanjutan proses pengambilan keputusan bersama
tersebut dalam tahapan selanjutnya yaitu: a). penetapan tujuan, b). identifikasi sumberdaya dan
kebutuhan, c). koleksi sumberdaya dan perumusan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan),
d). alokasi sumberdaya untuk kegiatan prioritas, e). pelaksanaan kegiatan, dan monitoring dan
evaluasi. Perencanaan dan penganggaran secara partisipatif dilakukan mulai dari tahapan proses
perencanaan yang paling bawah yaitu Musrenbang Dusun/Desa. Perencanaan dan dan
penganggaran partisipatif merupakan salah satu faktor penentu yang akan mendukung pencapaian
tujuan pembangunan daerah jangka menengah yang telah ditetapkan.

2. Partisipasi Masyarakat
Peningkatan partisipasi masyarakat melalui Pemberdayaan dengan mengikuti kaidah
yang benar yaitu mengikuti suatu siklus kegiatan pemberdyaan melalui tahap-tahap inisiasi,
sosialisasi, pemberian program, penguatan kemampuan baik petani sebagai individu maupun
kelompoknya. Dengan demikian, kemampuan yang diperoleh masyarakat dalam kegiatan
pemberdayaan akan menjadi nilai baru dan terinternalisasi dalam kehidupan mereka setiap hari.
Pembangunan yang akan dilaksanakan dalam lima tahun ke depan harus dalam konteks
memberdayakan masyarakat sehingga visi yang diemban dapat dicapai. Dalam memberdayakan
masyarakat harus memperhatikan prinsip-prinsip seperti: 1).Mengembangkan potensi yang dimiliki
oleh rakyat, 2). Adanya kontribusi dari masyarakat, 3). Menumbuhkan dan mengembangkan
swadaya gotong-royong masyarakat, 4). Bekerja untuk dan bersama masyarakat, 5). Komunikasi,
Informasi dan Edukasi (KIE) berbasis masyarakat, 6). Kemitraan dengan berbagai pemangku
kepentingan, dan 1). Desentralisasi.

3. Tersedianya Data Yang Akurat.


Faktor ini memiliki nilai yang strategis dalam pencapaian visi dan misi pembangunan
daerah. Data yang akurat dan mutakhir merupakan informasi dasar yang sangat menentukan
penyusunan kebijakan, perencanaan, dan pelaksanaan kegiatan pembangunan. Dalam
penyelenggaraan otonomi daerah, informasi memiliki posisi strategis untuk merealisasikan
terwujudnya kebijakan pemerintah yang memiliki responsivitas, cermat, dan tepat sasaran.
Semangat desentralisasi dalam otonomi daerah menuntut pemerintah daerah lebih
mendayagunakan dan mengembangkan potensi daerah. Dengan adanya tuntutan tersebut, daerah
memerlukan data potensi dan kondisi daerah yang obyektif, akurat dan aktual, sebagai bahan
informasi kebijakan daerah. Hal tersebut dikarenakan suatu informasi tidak akan bernilai tanpa
didukung data. Informasi yang baik dan berbobot hanyalah informasi yang didukung oleh data.
Penggunaan data yang salah akan menghasilkan informasi yang salah dan sudah barang
tentu akan mewujudkan kebijakan/keputusan yang salah pula. Selain hal tersebut, keputusan yang
baik hanya berasal dari pembuat keputusan yang baik (jujur, berani, objektif, dan tahu persoalan)
dan didukung dengan data yang obyektif, mewakili (representatif), memiliki akurasi tinggi, tepat
waktu, dan relevan terhadap permasalahan yang dipecahkan. Apabila data yang digunakan sebagai
input merupakan data yang salah maka saat tahapan proses akan menghasilkan output berupa
informasi yang salah. Informasi yang salah akan menghasilkan keputusan yang salah pula sehingga
tujuan yang diharapkan tidak dapat dicapai.

4. Kapasitas Kelembagaan dan Aparatur Pemerintah


Kapasitas kelembagaan dan aparatur pemerintah menjelaskan tentang kemampuan
kelembagaan pemerintah mengakomodasi aspirasi yang berkembang, menyesuaikan diri terhadap
perubahan yang terjadi, kemampuan mendefinisikan permasalahan dan merumuskan berbagai
Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

98

kebijakan yang sesuai kebutuhan masyarakat dan menciptakan birokrasi yang efisien dan efektif,
kemampuan aparatur dalam mengimplementasikan kebijakan-kebijakan secara arif-bijaksana serta
kemampuan aparat untuk berempati dalam melayani kepentingan masyarakat.
Kemampuan-kemampuan yang disebutkan di atas mengisyaratkan adanya perubahan
mendasar dalam model kepelayanan birokrasi dari rowing oriented ke steering oriented. Birokrasi
pemerintah bukanlah satu-satunya sarana yang mengerjakan segala sesuatu (rowing) untuk
pembangunan, tetapi hanya salah satu sarana yang menjalankan fungsi pokok mengarahkan dan
kesempatan (steering) bagi segenap elemen masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan.
Dengan kata lain postur birokrasi harus mengalami pencerahan (enlightment) dari postur birokrasi
yang dilayani menjadi birokrasi yang melayani.

5. Keterpaduan Sektor
Keberhasilan pembangunan membutuhkan keterlibatan berbagai pihak, baik dari
pemerintah, swasta, akademisi, masyarakat maupun pemangku kepentingan terkait. Tiap pihak yang
terkait diwakili oleh berbagai kepentingan dan sektor yang menjadi kewenangan mereka, oleh sebab
itu dibutuhkan suatu payung untuk mewadahi berbagai sektor tersebut sehingga agenda
pembangunan bisa terpadu untuk mencapai tujuan pembangunan yaitu kesejahteraan rakyat.

6. Pemerintahan yang Bersih dan Berwibawa


Fakta menunjukkan bahwa praktik KKN yang telah berkembang demikian canggih
merupakan penghambat yang paling utama dalam pembangunan. Budaya KKN yang terus meluas
telah merusak sendi-sendi kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Ide good
governance mendapat aksentuasi yang kuat dalam kaitannya dengan pertanggungjawab moral,
sosial, politik dan hukum pemerintah terhadap masyarakat sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki
pemerintah.
UNDP merumuskan sembilan prinsip pemerintahan yang bersih dan berwibawa (Good
Governance) adalah sebagai berikut: Partisipasi yang konstruktif, Penegakan hukum, Keterbukaan,
Melayani, Berorientasi pada kesepakatan, pemerataan, efektif dan efisien, bertanggungjawab dan
memiliki visi. Mewujudkan sembilan prinsip good governance tersebut dalam praktik pemerintahan
bukanlah hal yang mudah. Praktik pemerintahan yang diwarnai KKN, cenderung top down dan
sentralistik yang telah demikian lama diterapkan telah menjadikan birokrasi pemerintah resistens
terhadap berbagai perubahan. Diperlukan kerja keras dengan strategi yang tepat untuk mewujudkan
praktik pemerintahan yang memenuhi prinsip good governance tersebut.

6.4. ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH


Untuk menjabarkan strategi dan agenda pembangunan yang telah ditetapkan maka diperlukan
arah kebijakan agar dapat menjadi pedoman bagi pemerintah maupun stakeholder dalam melaksanakan
pembangunan serta sebagai dasar untuk menentukan indikasi program sesuai tugas dan
kewenangannya. Selanjutnya berdasarkan lima strategi pembangunan daerah serta berbagai faktor
pendukung maka dirumuskan keterkaitan misi, tujuan, strategis yang menentukan arah kebijakan
yang perlu akan ditetapkan. Sehubungan dengan itu arah kebijakan masing-masing misi sebagai
berikut:

1. Misi-1
Misi-1 yaitu meningkatkan pelayanan pendidikan dalam rangka terwujudnya mutu
pendidikan, kepemudaan dan keolahragaan yang berdaya saing dicapai melalui Tujuan, strategi dan
arah kebijakan sebagaimana tabel 6.1.

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

99

Tabel 6.1
Tujuan, Strategi dan Arah Kebijakan Misi-1 tahun 2014-2018
No
1.1

Tujuan
Meningkatkan Mutu
Pendidikan dan mengurangi
jumlah murid putus sekolah

Strategi
Peningkatan mutu guru; peningkatan
Kompetensi pendidikan dan
menyiapkan pendidikan murah

1.2

Menurunkan jumlah
masyarakat buta aksara dan
tidak berijazah
Meningkatkan jumlah tenaga
pengajar bersetifikat dan
meningkatkan pemahaman
terhadap kulikulum

Frekuensi kejar paket B dan C


diperbanyak di kabupaten dan kota

1.4

Pemerataan pelayanaan
tenaga pengajar

1.5

Mempercepat pencapaian
Target MDG's pendidikan
sebesar 100% di tahun 2015
Membina atlet-atlet
berprestasi di daerah untuk
dapat bersaing di kejuaraan
nasional dan dunia

Tahun 1 hingga 5 meningkatkan


kemitraan dan koordinasi ke seluruh
kabupaten dalam melaksanakan
SPM pendidikan terutama
penyebaran sarana dan prasarana
pendidikan
Tahun 1 - 5 mewajibkan pwndidikan
9 tahun bagi anak dan pemuda

1.3

1.6

Tahun 1 dan 3 Pemberian sertifikasi


pada guru honor sesuai standar
pendidikan

Pembinaan altlet-atlet berprestasi

Arah Kebijakan
Tahun 2014-2018
peningkatan kualitas
pengajar; tahun 2015
Peningkatan pengawasan
lembaga pendidikan negeri
dan swasta;
Dilaksanakan tahun 1 - 5
dalam bentuk peningkatan
kapasitas dan tes
Meningkatkan jumlah
tenaga pengajar selama
tahun 1-5 sesuai dengan
kompetensi dan kurikulum
pendidikan
Meningkatkan kualitas
pendidikan di seluruh
kabupaten dan kota

Advokasi dan koordinasi


program belajar 9 tahun di
seluruh kabupaten dan kota
Terseleksinya altlet-atlet
berbakat dengan
penyelengaraan event dan
lomba kejuaraan di daerah

2. Misi-2
Misi-2 yaitu meningkatkan derajat dan kualitas kesehatan masyarakat melalui pelayanan
yang dapat dijangkau seluruh masyarakat akan dicapai melalui pencapaain tujuan, pendekatan
strategi dan arah kebijakan sebagaimana tabel 6.2
Tabel 6.2
Tujuan, Strategi dan Arah Kebijakan Misi-2 tahun 2014-2018
No
2.1

Tujuan
Meningkatkan akses dan
mutu pelayanan kesehatan
masyarakat (Bab V; Hal 5)

2.2

Meningkatkan
mutu
pelayanan
RSUD
W.Z.
Johanes sebagai rumah sakit
rujukan daerah dan rumah
sakit pendidikan
Meningkatkan
mutu
pelayanan Posyandu bagi

2.3

Strategi
Peningkatan jumlah,jaringan dan
kualitas sarana dan prasarana
kesehatan, obat dan perbekalan
(Bab IV, hal 6);
Meningkatkan jumlah dan kualitas
puskesmas dan jaringannya
Meningkatkan kualitas manajemen
upaya pelayanan kesehatan
masyarakat di RSUD dan upaya
pelayanan kesehatan rujukan

Arah Kebijakan
Dilaksanakan secara
prioritas pd tahun 1 s/d 3
periode RPJMD

Meningkatkan upaya pemberdayaan


masyarakat melalui pengembangan

Prioritas program selama 5


tahun periode RPJMD

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

Upaya peningkatan status


RSUD diprioritaskan pada
tahun 4 & 5 Periode RPJMD

100

No

Tujuan
masyarakat di pedesaan

2.4

Meningkatkan
tenaga
kesehatan secara jumlah
dan mutu tenaga yang
tersebar secara merata di
daerah
Memberdayakan
masyarakat miskin
berpendidikan rendah
untuk meningkatkan akses
terhadap pangan bergizi
dan aman
Meningkatkan akses
penduduk miskin, terutama
anak balita dan ibu hamil
untuk memperoleh
makanan yang aman dan
bergizi cukup serta
mendapatkan intervensi
pelayanan lainnya
Menurunkan AKI dan AKB

2.5

2.6

2.7

2.8

Meningkatkan proporsi
peserta KB Aktif

2.9

Meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang
intervensi pencegahan dan
pengendalian penyakit
menular; Meningkatkan
partisipasi masyarakat
dalam pembangunan
kesehatan
Menurunkan jumlah kasus
penyakit di desa dan
kelurahan

2.10

Strategi
upaya kesehatan berbasis
masyarakat (UKBM) seperti
posyandu, UKS dan Desa Siaga; (Bab
VI, Hal 11)
Meningkatkan akses masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan;
Memenuhi jumlah kebutuhan nakes
pd puskesmas dan RS (Bab VI, hal 10)

Arah Kebijakan

Prioritas program selama 5


tahun periode RPJMD

Meningkatkan koordinasi lintas


bidang dalam rangka meningkatkan
produksi dan ketahanan pangan,
perbaikan pola distribusi pangan dan
perbaikan gizi masyarakat

Prioritas program selama 5


tahun periode RPJMD

Meningkatkan upaya pemberdayaan


masyarakat melalui pengembangan
upaya kesehatan berbasis
masyarakat (UKBM) seperti
posyandu, UKS dan Desa Siaga;

Prioritas program selama 5


tahun periode RPJMD

(Meningkatkan proporsi kelahiran


yang ditangani tenaga kesehatan)
Meningkatkan akses masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan;
Memenuhi jumlah kebutuhan nakes
pd puskesmas dan RS
Meningkatkan pelayanan KB

Prioritas program selama 5


tahun periode RPJMD

Mengembangkan kegiatan penelitian


sebagai masukan dalam perumusan
kebijakan dan program kesehatan;
Mengembangkan jarinngan
kerjasama antar daerah dalam
mengatasi masalah-masalah
kesehatan terutama lintas wilayah

Prioritas program selama 5


tahun periode RPJMD

Prioritas program selama 5


tahun periode RPJMD

Prioritas program selama 5


tahun periode RPJMD

3. Misi-3
Misi-3 yaitu memberdayakan ekonomi rakyat dan mengembangkan ekonomi
keparawisataan dengan mendorong pelaku ekonomi untuk mampu memanfaatkan keunggulan
potensi lokal akan dicapai melalui pencapaain tujuan, pendekatan strategi dan arah kebijakan
sebagaimana tabel 6.3

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

101

Tabel 6.3
Tujuan, Strategi dan Arah Kebijakan Misi-3 tahun 2014-2018
No
3.1
3.2

3.3

Tujuan
Meningkatkan Produksi
padi dan jagung yang tahan
perubahan iklim
Meningkatkan Luas tanam
komoditas Perkebunan (Ha)

Strategi
Perluasan Areal Pertanian Pangan
dan Budidaya Perikanan

Meningkatkan Jumlah Desa


Mandiri Pangan dari 128
menjadi 290 desa

Perbaikan
dan
Pengembangan
Sarana dan Prasarana Pertanian yang
memperhatikan perubahan iklim
Mengembangkan diversifikasi
produk pangan pokok untuk
menurunkan ketergantungan pada
beras.
Meningkatkan kapasitas dan
kerjasama kelembagaan
petani/nelayan untuk melindungi
petani dari permainan harga.
Mengoptimalnya layanan pemasaran
dan distribusi produksi pangan serta
pengolahan hasil dalam rantai usaha
agribisnis.
Percepatan Diversifikasi Pangan

3.4

Meningkatkan Populasi
ternak (ekor)

3.5

Meningkatkan produksi
daging olahan (kg)
Meningkatkan produksi
hutan non kayu

3.6

3.7

Meningkatkan Jumlah

Mengembangkan produk unggulan


daerah
berbasis
klaster
dan
pemberdayaan ekonomi lokal

Mencegah konversi lahan pertanian


produktif.
Penyesuaian
system
produksi
pangan
Pengembangan Teknologi Inovatif
dan
Adaptif
untuk
budidaya
tanaman sumber bahan bakar nabati
dan hutan tanaman untuk energi
(energi plantation)
Meningkatkan akses masyarakat
terhadap pangan, baik sumber
energi maupun protein hewani
(ternak dan ikan).
Pengembangan Teknologi Inovatif
dan Adaptif
Mempertahankan areal lahan hutan
dan pengelolaan pemanfaatan hasil
hutan secara berkelanjutan.
Perbaikan dan konservasi wilayah
tangkapan hujan
Perluasan pemanfaatan sumber
energi terbarukan
Mengembangkan industri pariwisata

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

Arah Kebijakan
Perluasan Areal Pertanian
Pangan dan Holtikultura
dalam 5 tahun
Mengembangkan
produk
unggulan daerah berbasis
klaster dan pemberdayaan
ekonomi lokal dalm 5 tahun

Meningkatkan akses
masyarakat terhadap
pangan sebagai sumber
energi maupun protein
hewani selama 5 tahun

Peningkatan Produksi Kayu


dan non kayu melalui
pemanfaatan secara
berkelanjutan selam 5
tahun

Pemberdayaan Ekonomi

102

No

Tujuan
kunjungan wisatawan

3.8

Meningkatkan Jumlah
Akmodasi Pariwisata
Meningkatnya Industri
besar dan Menengah

3.9

3.10

Meningkatnya Prosentase
Desa/ kelurahan ada
Industri Kerajinan rakyat

3.11

Meningkatkan Jumlah
Koperasi
Meningkatnya realisasi
investasi dan kerjasama di
daerah di sektor primer,
sekunder dan tersier
Meningkatnya ketersediaan
data potensi investasi
daerah
Pemberdayaan Tenaga
Kerja

3.12

3.13
3.14

Strategi
berbasis pariwisata bahari dan
kepulauan (coastal tourism).

Arah Kebijakan
Kerakyatan melalui industri
pariwisata selam 5 tahun

Mengembangkan
industri
pengolahan hasil produksi pangan,
ternak dan perikanan skala rumah
tangga ditngkat pedesaan

Pemberdayaan Ekonomi
Kerakyatan melalui
pengembangan industri
berbasis rakyat selama 5
tahun

Membuka
dan
memperluas
pemasaran bagi produk-produk
pertanian dan perikanan serta hasil
industrinya.
Meningkatkan daya saing dan nilai
tambah produk pertanian, perikanan
dan kehutanan
Mengurangi ekonomi biaya tinggi
dalam perdagangan dan distribusi
produk-produk
pertanian
dan
olahannya.
Merevitalisasi institusi ekonomi
Menciptakan iklim investasi dan
usaha yang kondusif dalam sektor
ekonomi unggulan

Pendidikan keterampilan kerja untuk


sektor-sektor mata pencaharian
pada pasca produksi, pemasaran dan
industri pedesaan

Pemberdayaan Ekonomi
Kerakyatan
Meningkatkan investasi
selama 5 tahun

Meningkatkan ketrampilan
kerja dan membuka
lapangan kerja pada sektor
ekonomi yang dapat
menyerap tenaga kerja

Membuka lapangan kerja baru pada


sektor-sektor ekonomi yang dapat
menyerap tenaga kerja

4. Misi-4
Misi-4 yaitu pembenahan sistem hukum dan reformasi birokrasi daerah akan dicapai
melalui pencapaain tujuan, pendekatan strategi dan arah kebijakan sebagaimana tabel 6.4
Tabel 6.4
Tujuan, Strategi dan Arah Kebijakan Misi-2 tahun 2014-2018
No
4.1
4.2

Tujuan
Menata kelembagaan dan
sumber daya yang ada pada
Pemprov NTT
Menata pengembangan
aparatur Pempprov menuju
aparatur yang profesional

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

Strategi
Reformasi Birokrasi

Arah Kebijakan
dilaksanakan pada tahun 12
dilaksanakan 5 tahun

103

No
4.3

4.4

4.5

Tujuan
Meningkatkan keselarasan
dan sinkronnya produkproduk hukum, dan
meningkatkan kesadaran
hukum dan HAM masyarakat
Meningkatkan Pemahaman,
kesadaran dan keterlibatan
masyarakat dalam
berdemokrasi
Meningkatkan kualitas
pelayanan publik

4.6

Meningkatkan akuntabilitas
kinerja pemerintah

4.7

Meningkatkan pelaksanaan
dan kepatuhan terhadap
sistem pengawasan internal

4.8

Meningkatkan pelayanan
publik melalui sarana dan
prasarana
aparatur/perkantoran yang
memadai

Strategi
Pengendalian dan penegakkan
produk hukum daerah

Arah Kebijakan
5 tahun

Penguatan
dan
pemberdayaan
masyarakat, institusi, kelompok dan
partai politik

selama 5 tahun

1) Menerapkan SPM dan SPD dalam


memberikan pelayanan publik
kepada masyarakat;
2) Menerapkan sistem evaluasi
kinerja pelayanan;
3) melakukan evaluasi kepuasan
masyakat
1) memastikan tersedianya indikator
kinerja utama yang cukup solid
untuk mengukur kinerja SKPD; 2)
meningkatkan ketaatan terhadap
peraturan perundangan; 3)
Memberikan perhatian serius
terhadap aspek pengendalian,
evaluasi dan pelaporan (konsistensi
dengan perencanaan dan
penganggaran)?
1) Menerapkan Sistem pengawasan
internal pada setiap SKPD; 2)
Meningkatkan profesionalisme
aparat / SDM pengawas; 3)
Komitmen untuk menindaklanjuti
LHP dengan menyelesaikan temuantemuan yang ada
Peningkatan dan percepatan
penyediaan sarana prasarana
aparatur/perkantoran

5 tahun

5 tahun

5 tahun

tahun 1-3

5. Misi-5
Misi-5 yaitu mempercepat pembangunan infrastruktur yang berbasis tata ruang dan
lingkungan hidup akan dicapai melalui pencapaain tujuan, pendekatan strategi dan arah kebijakan
sebagaimana tabel 6.5
Tabel 6.5
Tujuan, Strategi dan Arah Kebijakan Misi-5 tahun 2014-2018
No
5.1

Tujuan
Mewujudkan Rencana Tata
Ruang sebagai Dasar dalam
Pelaksanaan Pembangunan

Strategi
Pemanfaatan Ruang Mengacu pada
Rencana Tata Ruang serta Daya
Dukung dan Daya Tampung
Lingkungan

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

Arah Kebijakan
Dilaksanakan secara
prioritas sampai tahun akhir
rencana, berkaitan dengan
penyelarasan antar
dokumen perencanaan

104

No

Tujuan

Strategi

Arah Kebijakan
dengan tata ruang,
penyusunan review tata
ruang pada tahun awal
RPJM, dan Penyusunan
Rencana Rinci selama 5
tahun
Dilaksanakan dari awal
sampai akhir tahun rencana

5.2

Mewujudkan Akses Antar


Desa

Mengembangkan Sarana dan


Prasarana Transportasi untuk
Meningkatkan Akses dan
Konektivitas Antar Desa

5.3

Pengurangan Jumlah Rumah


Miskin

Meningkatkan Pertumbuhan
Ekonomi dan Pemahaman
Masyarakat akan Pentingnya Rumah
yang Sehat

Dilaksanakan dari awal


sampai akhir tahun rencana

5.4

Mewujudkan Akses Air Bersih


untuk Masyarakat
Menyediakan Air Baku

Menciptakan Akses dan Penyediaan


Sumber Air Bersih Bagi Masyarakat
Pembangunan dan Perbaikan
Embung dan Irigasi
Penegasan Luas Wilayah Hutan dan
Upaya Pemanfaatan

Dilaksanakan dari awal


sampai akhir tahun rencana
Dilaksanakan dari awal
sampai akhir tahun rencana
Dilaksanakan awal tahun
perencanaan sehubungan
dengan luasan kawasan
hutan, sedangkan
pengembangan
pemanfaatan dilaksanakan
sepanjang tahun rencana
Dilaksanakan dari awal
sampai akhir tahun rencana
Dilaksanakan dari awal
tahun rencana sampai akhir
Dilaksanakan dari awal
sampai akhir tahun rencana

5.5
5.6

Menetapkan Batas Kawasan


Hutan

5.7

Menjaga Kawasan Hutan dari


Kerusakan
Mewujudkan Kualitas Sanitasi
Lingkungan
Mewujudkan Transportasi
Publik yang Memadai

Pengurangan Kerusakan Hutan

Menjaga Lingkungan dari


Dampak Perubahan Iklim dan
Emisi Gas Rumah Kaca

Menurunkan Kerentanan Terhadap


Perubahan Iklim dan Emisi Gas
Rumah Kaca

5.8

5.9

Meningkatkan Kualitas Sanitasi


Lingkungan
Mengembangkan Transportasi Publik
untuk Meningkatkan Akses dan
Mobilitas Masyarakat

5.10

Menjaga Kelestarian Habitat


Laut

Pelestarian Habitat Laut

5.11

Mewujudkan Penggunanaan
Energi Baru Terbarukan
Menjaga Kelestarian Alam

Meningkatkan Penggunaan Energi


Baru Yang Ramah Lingkungan
Meningkatkan Pengawasan dan

5.12

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

Diproritaskan pada (2) dua


tahun awal rencana
Dilaksanakan dari awal
sampai akhir tahun rencana
Dilaksanakan dari awal
tahun tahun rencana adalah
penguatan kapasitas
kelembagaan, tahun kedua
berupa perencanaan zonasi
sedangkan kegiatan
perlingdungan kawasan
berlangsung sepanjang
tahun rencana
Dilaksanakan dari awal
sampai akhir tahun rencana
Dilaksanakan dari awal
sampai akhir tahun rencana
Dilaksanakan dari awal

105

No
5.13

Tujuan
Akibat Usaha Pertambangan
Mewujudkan Pemeliharaan
Jaringan Irigasi yang Ada
Menjadi Lebih Optimal

Strategi
Pengendalian Usaha Pertambangan
Meningkatkan Pemeliharaan
Jaringan Irigasi

Arah Kebijakan
sampai akhir tahun rencana
Dilaksanakan dari awal
sampai akhir tahun rencana

6. Misi-6
Misi-6 yaitu meningkatkan kualitas kehidupan keluarga, pemberdayaan perempuan, serta
perlindungan dan kesejahteraan anak akan dicapai melalui pencapaain tujuan, pendekatan strategi
dan arah kebijakan sebagaimana tabel 6.6
Tabel 6.6
Tujuan, Strategi dan Arah Kebijakan Misi-6 tahun 2014-2018
No
6.1

6.2
6.3

Tujuan
Meningkatkan
pemberdayaan dan peran
serta perempuan dalam
pembangunan.

Meningkatkan perlindungan
dan kesejahteraan anak
Meningkatkan kualitas
kehidupan keluarga

Strategi
Mendorong pemberdayaan ekonomi
kelompok perempuan

Arah Kebijakan
5 tahun

Menerapkan PUG dalam perencanaan


dan penganggaran (dan vocal poin)
Meningkatkan perlindungan
terhadap perempuan dan anak
Memasyarakatkan kembali gerakan
KB
Pemberdayaan masyarakat

5 tahun
5 tahun
5 tahun
5 tahun

7. Misi-7
Misi-7 yaitu mempercepat pembangunan kelautan dan perikanan akan dicapai melalui
pencapaain tujuan, pendekatan strategi dan arah kebijakan sebagaimana tabel 6.7
Tabel 6.7
Tujuan, Strategi dan Arah Kebijakan Misi-7 tahun 2014-2018
No
7.1

Tujuan
Meningkatnya Rumah
Tangga Perikanan

Strategi
Membuka lapangan kerja baru pada
sub sektor perikanan dan kelautan

7.2

Meningkatnya jumlah SMK


Perikanan
Meningkatnya produksi
perikanan

Mengembangkan industri berbasis


maritime
Menciptakan iklim investasi dan
usaha yang kondusif dalam sub
sektor perikanan dan kelautan

Meningkatkan ketahanan
pangan dan gizi masyarakat

Membuka
dan
memperluas
pemasaran bagi produk-produk
perikanan dan hasil industrinya.
Meningkatkan pengawasan dan
pengamanan sumberdaya ikan.
Mengembangkan dan menerapkan
inovasi (teknologi) system produksi

7.3

7.4

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

Arah Kebijakan
Peningkatan kualitas dan
Kuantitas SDM perikanan
dan kelautan selama 5
tahun

Peningkatan produktivitas
sumber daya perikanan dan
kelautan dengan
Mengantisipasi Perubahan
Iklim selama 5 tahun

106

No

7.5

7.6

Tujuan

Meningkatnya
pertumbuhan dan
kontribusi sub sektor
perikanan dan kelautan

Meningkatnya Produktivitas
RT Perikanan

Strategi
yang mengantisipasi perubahan
iklim
Meningkatkan pengawasan dan
pengamanan sumberdaya ikan.
Meningkatkan daya saing dan nilai
tambah produk perikanan dan
kelautan

Arah Kebijakan

Peningkatan nilai tambah


ekonomis produk olahan
perikanan dan kelautan
selama 5 tahun

Mengembangkan produk unggulan


daerah berbasis klaster dan
pemberdayaan
daya
dukung
perikana dan keluatan
Meningkatkan
kapasitas
dan
kerjasama kelembagaan nelayan
untuk melindungi petani dari
permainan harga.

8. Misi-8
Misi-8 yaitu mempercepat penanggulangan kemiskinan, bencana dan pengembangan
kawasan perbatasan akan dicapai melalui pencapaian tujuan, pendekatan strategi dan arah
kebijakan sebagaimana tabel 6.8
Tabel 6.8
Tujuan, Strategi dan Arah Kebijakan Misi-8 tahun 2014-2018
No
8.1

8.2
8.3

8.4

Tujuan
Memacu Pertumbuhan
Ekonomi Masyarakat di
Kawasan Khusus dan
Perbatasan
Mewujudkan Ketahanan
Terhadap Bencana
Mengurangi Kesenjangan
Ekonomi
Mewujudkan Pembangunan
Infrastruktur di Wilayah
Perbatasan

Strategi
Meningkatkan Produktivitas dan
Pemberdayaan Masyarakat

Arah Kebijakan
Dilaksanakan dari awal sampai
akhir tahun rencana

Meningkatkan Mitigasi dan Adaptasi


terhadap Bencana
Meningkatkan Pertumbuhan
Ekonomi Masyarakat di Perbatasan
agar Tidak Terjadi Kesenjangan
Ekonomi
Meningkatkan Pembangunan
Infrastruktur di Wilayah Perbatasan

Dilaksanakan dari awal sampai


akhir tahun rencana

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

Dilaksanakan dari awal sampai


akhir tahun rencana

107

BAB 7
KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM
PEMBANGUNAN DAERAH
a.

Kebijakan Umum

Dalam mewujudkan capaian keberhasilan pembangunan Daerah Provinsi Nusa Tenggara


Timur menetapkan rangkaian program sesuai dengan Urusan Wajib dan Urusan Pilihan yang
dilaksanakan oleh SKPD Provinsi Nusa Tenggara Timur Penetapan program pembangunan dan
penanganan urusan pembangunan yang disesuaikan dengan misi pembangunan daerah adalah
sebagai berikut.

b.

Program pembangunan Daerah

Program prioritas pembangunan untuk mendukung pencapaian misi pembangunan


didukung melalui pellaksanaan 8 agendan pembangunan dan prioritas pembangunan. Pencapaian
Misi pembangunan melalui agenda dan program prioritas sebagai berikut:
1. Misi Pembangunan Meningkatkan pelayanan pendidikan dalam rangka terwujudnya mutu
pendidikan, kepemudaan dan keolahragaan yang berdaya saing
a. Agenda Peningkatan Kualitas Pendidikan, Kepemudaan dan Keolahragaan
Tujuan agenda: Meningkatkan pelayanan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan,
kepemudaan dan keolahragaan yang bermutu tinggi dan berdaya saing
b. Program Prioritas
1) Program Meningkatnya jumlah warga belajar pada jenjang pendidikan non formal
2) Program Pengembangan dan Peningkatan Pendidikan Luar Biasa
3) Program Peningkatan Mutu Pendidikan
4) Program Manajemen Pelayanan Pendidikan
5) Program Pembinaan Dan Pengembangan Pemuda dan Olahraga
6) Program Hibah & Bantuan Sosial Kemasyarakatan Bidang Kependidikan, Kepemudaan
dan Olah Raga
2. Misi Meningkatkan derajat dan kualitas kesehatan masyarakat melalui pelayanan yang dapat
dijangkau seluruh masyarakat;
a. Agenda Pembangunan Kesehatan
Tujuan: Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pelayanan yang bermutu dan
dapat dijangkau seluruh masyarakat
b. Program Prioritas
1) Program Peningkatan Kesehatan Masyarakat
2) Program Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak
3) Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
4) Program Peningkatan Gizi
5) Program Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan
6) Program Dukungan Manajemen Pembangunan Kesehatan
7) Program Hibah & Bantuan Sosial Kemasyarakatan Bidang Kesehatan
8) Program Upaya Kesehatan Perorangan
9) Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

108

3. Misi Memberdayakan ekonomi rakyat dan mengembangkan ekonomi keparawisataan dengan


mendorong pelaku ekonomi untuk mampu memanfaatkan keunggulan potensi lokal;
a. Agenda Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan dan Pengembangan Pariwisata
Tujuan Agenda: Mengembangkan potensi sektor-sektor ekonomi unggulan, pemberdayaan
ekonomi rakyat dan pembangunan pariwisata dengan mengembangkan kemampuan pelaku
ekonomi dalam memanfaatkan keunggulan potensi lokal.
b. Program Prioritas
1) Program Urusan Ketenagakerjaan
a) Program Pembinaan dan Peningkatan Ketenagakerjaan
b) Program Perlindungan dan Pengawasan Ketenagakerjaan
c) Program Pengembangan dan Pembinaan Wilayah Transmigrasi
2) Program Urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
a) Program Peningkatan dan Pengembangan Koperasi
b) Program pengembangan usaha kecil menengah
c) Program Hibah Bantuan Koperasi
3) Program Urusan Penanaman Modal
a) Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi
b) Program Peningkatan Investasi Daerah
c) Program Pengembangan Data Informasi Perijinan Investasi
d) Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Perijinan
e) Program Koordinasi dan Pembinaan Pembangunan Perekonomian dan Sumber Daya
Alam
f) Fasilitas Kerjasama Ekonomi dan Pembinaan Badan Usaha
g) Program Hibah Bidang Perekonomian
4) Program Urusan Kebudayaan dan Pariwisata
a) Program Pengelolaan Kekayaan Budaya
b) Program Pengembangan Kemitraan Kebudayaan, destinasi dan Promosi Pariwisata
5) Program Urusan Ketahahan Pangan
a) Program Peningkatan Ketahanan Pangan Pertanian Perkebunan
b) Program Peningkatan Penyuluhan Usaha Tani
6) Program Urusan Pertanian
a) Program Peningkatan Produksi dan Produktifitas Tanaman Perkebunan
b) Program Peningkatan Produksi dan Produktifitas Tanaman Pangan dan Hortikultura
c) Program Pengembangan Benih dan Pembibitan
d) Program Dukungan dan Manajemen Pembangunan Peternakan
e) Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan
f) Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak
7) Program Urusan Kehutanan
a) Program Pengembangan Pemanfaatan dan Penertiban Sumber Daya Hutan
b) Program Rehabilitasi dan Konservasi Hutan dan Lahan
8) Program Urusan Energi dan Sumber Daya Mineral
a) Program Pembinaan Pengawasan dan Penertiban Usaha Pertambangan dan Migas
b) Program Pengembangan Pertambangan
c) Program Pembinaan dan Pengembangan Ketenagalistrikan

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

109

9) Program Urusan Perindustrian


a) Program Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Perdagangan
b) Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah
c) Program Peningkatan Perdagangan Dalam Negeri dan Luar Negeri
4. Misi Pembenahan system hukum dan reformasi birokrasi daerah;
a. Agenda Pembenahan Sistem Hukum dan Birokrasi Daerah
Tujuan Agenda: Meningkatkan penegakan supremasi hukum dalam rangka menjelmakan
pemerintahan yang bersih dan bebas KKN serta mewujudkan masyarakat yang adil dan sadar
hukum
b. Program Prioritas:
1) Program Urusan Perencanaan
a) Program Perencanaan dan Evaluasi Pembangunan Daerah
b) Program Dukungan Manajemen Kerjasama Pembangunan Daerah Dengan Lembaga
Internasional
2) KESATUAN BANGSA DAN POLITIK DALAM NEGERI
a) Program pemeliharaan ketahanan dan kenyamanan lingkungan
b) Program pengembangan wawasan kebangsaan dan politik
c) Program Peningkatan Keamanan dan Kenyamanan Lingkungan
d) Program Penyandang penyakit sosial
e) Program Pencegahan Dini dan Penanggulangan Korban Bercana Alam
3) OTDA, UM, ADMINKU PERANGKAT DAERAH, KEPEGAWAIAN DAN PERSANDIAN
a) Program Peningkatan Pelayanan Kedinasan Kepala Daerah Wakil Kepala Daerah
b) Program peningkatan dan Pengembangan pengelolaan keuangan daerah
c) Program pembinaan dan fasilitasi pengelolaan keuangan kabupaten kota
d) Program Pendidikan Kedinasan
e) Program Pembinaan dan Pengembangan Aparatur
f) Program Penataan Peraturan Perundang Undangan
g) Program Peningkatan Kesadaran Hukum Masyarakat
h) Program Penataan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan
i) Program Penerapan Kepemerintahan Yang Baik
j) Program Pengendalian Administrasi Pembangunan Daerah
k) Program Koordinasi Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat
l) Program Peningkatan Kerukunan Hidup Umat Beragama
m) Program Hibah Organisasi Kemasyarakatan Bidang Pendidikan & Keagamaan
n) Program Peningkatan Kerjasama Antar Pemerintah Daerah
o) Program Peningkatan Kerjasama Antar Pemerintah Daerah
p) Program Peningkatan Tata Kelola Pemerintahan Kependudukan dan Otda
q) Program Peningkatan Kapasitas Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah
r) Peningkatan Sistem Pengawasan Internal dan Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan
KDH
s) Peningkatan Profesionalisme Tenaga Pemeriksa dan Aparatur Pengawasan
t) Program Peningkatan Pelayanan Kedinasan Kepala Daerah Wakil Kepala Daerah
u) Program Peningkatan Kerjasama Antar Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat
v) Program peningkatan dan Pengembangan pengelolaan keuangan daerah dan
Penataan Aset
Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

110

w) Program Pendidikan Kedinasan


x) Program Pengembangan Data/Informasi Penelitian dan Pembangunan
y) Program Pembinaan Pengembangan dan Perlindungan KORPRI
4) KEARSIPAN
a) Program peningkatan sistem informasi administrasi dan kearsipan
b) Program Pembinaan dan Pengembangan Aparatur
5) KOMUNIKASI DAN INFORMASI
a) Program Peningkatan Komunikasi dan Informasi Daerah
b) Program Kerjasama Informasi dan Media Massa
c) Program Pengembangan Informasi Pembangunan Daerah
d) Program Hibah Organisasi Bidang Komunikasi dan Informasi
e) Program Pengembangan Data/Informasi
6) PERPUSTAKAAN
a) Program Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan
7) URUSAN UMUM
a) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran dan Pelaporan Capaian Kinerja
b) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
5. Misi Mempercepat pembangunan infrastruktur yang berbasis tata ruang dan lingkungan
hidup;
a. Agenda Percepatan Pembangunan Infrastruktur Berbasis Tata Ruang dan Lingkungan Hidup
b. Program Priotitas
1) Pekerjaan Umum
a) Program Pengolahan Sumber Air
b) Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi
c) Program Pengembangan Sarana dan Prasarana Pedesaan
d) Program Pengembangan Data Perencanaan dan Pembinaan Tata Ruang
e) Program Pembangunan Jalan dan Jembatan
f) Program Pengembangan Perumahan dan Permukiman
g) Program Manajemen dan Layanan Tata Laksana Infrastruktur PU
2) Perhubungana
a) Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan
b) Program Peningkatan Pelayanan Angkutan
3) LINGKUNGAN HIDUP
a) Program Peningkatan Pengendalian Pemanfaaatan Sumber Daya Alam dan
Lingkungan Hidup
b) Program Perlindungan Pemulihan Konservasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Hidup
6. Misi Meningkatkan kualitas kehidupan keluarga, pemberdayaan perempuan, serta
perlindungan dan kesejahteraan anak;
a. Agenda Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Tujuan agenda:
Peningkatan pemberdayaan perempuan untuk menjelmakan keadilan dan kesetaraan
gender:
Peningkatan perlindungan dan jaminan kesejahteraan bagi anak:
b. Program Prioritas:
Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

111

7.

b.

8.
a.

b.

1) Program pemberdayaan dan perlindungan anak dan perempuan


2) Program Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak
3) Program Hibah Bidang Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan KB
Misi Mempercepat pembangunan kelautan dan perikanan.
a. Agenda Pembangunan Perikanan dan Kelautan
Tujan Meningkatkan kualitas dan kuantitas produk perikanan dan kelautan melalui
peningkatan skill sumberdaya pelaku produksi perikanan secara berkelanjutan.
Peningkatan kualitas SDM perikanan dan kelautan, baik dalam produksi penangkapan dan
budidaya perikanan serta dalam pengolahannya:
Peningkatan produktifitas sumber daya perikanan dan kelautan:
Peningkatan nilai tambah ekonomis produk olahan perikanan dan kelautan
Program Priotritas
1) Program Pengembangan Perikanan Budidaya
2) Program Pengembangan Perikanan Tangkap
3) Program Pengembangan Penyuluhan Kapasitas Kelembagaan dan Pemasaran Produksi
Perikanan
Misi Mempercepat penanggulangan kemiskinan, bencana dan pengembangan kawasan
perbatasan.
Agenda Khusus:
Tujuan Provinsi NTT merupakan wilayah pengembangan khusus secara nasional, dalam skala
kawasan bagian timur maupun dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Karena bentangan
wilayah dan rentang kendali penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, maka
strateginya perlu dirancang sesuai dengan kekhususannya dalam skala nasional dan regional
sebagai berikut:
Program Prioritas
1) Pemberdayaan Masyarakat
a) Program Desa Mandiri Anggur Merah
b) Program Hibah Kelompok Masyakarat Bidang Pengembangan Perekonomian
2) Perbatasan
a) Program Pengembangan Wilayah Perbatasan
3) SOSIAL
a) Program Pemberdayaan Fakir Miskin Komunitas Adat Terpencil KAT dan Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial PMKS Lainnya
b) Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial
c) Program pembinaan para penyandang cacat dan eks trauma
d) Program Penyandang penyakit sosial
e) Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial
f) Program Bantuan Sosial Kepada Individu dan /Keluarga
4) PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA
a) Program Pemberdayaan dan Pengembangan Masyarakat Pedesaan
b) Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Sosial Ekonomi dan Aparatur Desa
c) Program Pengembangan Kemitraan dan Teknologi Pedesaan
d) Program Hibah Bantuan Perumahan (P2LDT)

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

112

c.

Kebijakan Umum dan Program Pembangunan

Kebijakan umum dan program pembangunan daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur yang diharapkan dapat mewujudkan pencapaian 8 misi
pembangunan daerah tahun 2014-2018 berikut ini:
1. Misi-1, Meningkatkan pelayanan pendidikan dalam rangka terwujudnya mutu pendidikan, kepemudaan dan keolahragaan yang
berdaya saing;
Pencapaian Misi-1 akan diwujudkan melalui pencapaian sasaran sesuai kebijakan umum pembangunan dan program prioritas dengan
target yang ditetapkan secara terukur untuk dapat dicapai melalui SKPD Provinsi sebagaimana Tabel 7.1.
No

Tabel 7.1
Sasaran, Kebijakan Umum.Program prioritas dan target untuk mencapai Misi-1

Sasaran

Kebijakan Umum

Lulusan pendidikan dasar,


menengah dan atas yang
berkualitas; Rata-rata
umur sekolah meningkat

Peningkatan kualitas
pengajar, Kompetensi
siswa dan perbaikan
sarana pendidikan

Masyarakat buta aksara


dan pemuda putus
sekolah yang tidak
memiliki ijazah
Meningkatkan jumlah
guru bersertifikat dan
paham terhadap
kurikulum pendidikan
Ratio antara guru dan
murid sesuai SPM
Mencapai pendidikan
dasar bagi seluruh
masyarakat

Melakukan pendidikan
paket B dan C kepada usia
> 15 yang tidak memiliki
ijazah
Pemberian honor kepada
guru kontrak dan

Program Prioritas

Indikator Target

Program pengembangan
mutu pendidikan, sadar,
menengah, atas dan Sekolah
luar biasa; Rehabilitasi
sekolah;
Penyelenggaraan kejar
paket B dan C

APK,APM,Proporsi umur
diatas 10 tahun berijazah,
Jumlah Rehab sekolah dan
Jumlah lulusan tes paket B
dan C
Jumlah peserta dan
Tingkat kelulusan peserta
tes

Kondisi
Awal
(2012)

Target
Akhir
(2018)

PPO

Tersedianya tenaga
pendidik yang bermutu

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

SKPD
Penanggung
Jawab
PPO

113

No

Sasaran

Kebijakan Umum

Setiap cabang olah raga


berprestasi memiliki atlit
muda berbakat

Penyelengaraan
perlombaan dan
pembinaan altlet-altlet
berbakat di kabupaten dan
kota

Program Prioritas

Indikator Target

Kondisi
Awal
(2012)

Target
Akhir
(2018)

SKPD
Penanggung
Jawab

2. Misi 2, Meningkatkan derajat dan kualitas kesehatan masyarakat melalui pelayanan yang dapat dijangkau seluruh masyarakat;
Pencapaian Misi-2 akan diwujudkan melalui pencapaian sasaran sesuai kebijakan umum pembangunan dan program prioritas
dengan target yang ditetapkan secara terukur untuk dapat dicapai melalui SKPD Provinsi sebagaimana Tabel 7.2.
No

Tabel 7.2
Sasaran, Kebijakan Umum.Program prioritas dan target untuk mencapai Misi-2

Sasaran

Kebijakan Umum

Bertambahnya jumlah
prasarana
kesehatan
sebanyak ...% pada
akhir periode RPJMD

Melakukan koordinasi
dengan Pemerintah
Kabupaten dalam rangka
peningkatan kapasitas
Puskesmas; Bantuan Hibah
pada Puskesmas (Bantuan
operasional puskesmas)
Optimalisasi pemberian
dan pengelolaan Jamkesda
Pemindahan lokasi RSUD
dalam rangka peningkatan
kapasitas dan Mutu RSUD

Meningkatnya
status
rumah
sakit
W.Z.Johanes menjadi
type A & RS Pendidikan

Program Prioritas

Indikator Target

Kondisi
Awal
(2012)

Program Peningkatan
Kesehatan Masyarakat

Program Upaya Kesehatan


Perorangan

Meningkatnya pelayanan
RSUD

SKPD
Penanggung
Jawab
Dinas
Kesehatan

RSUD

Program Dukungan

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

Target
Akhir
(2018)

RSUD

114

No

Sasaran

Kebijakan Umum

Program Prioritas

Indikator Target

Kondisi
Awal
(2012)

Target
Akhir
(2018)

SKPD
Penanggung
Jawab

Manajemen dan
Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya
Meningkatnya jumlah
posyandu
menjadi
10,062
di
akhir
peruiode RPJMD (Bab V,
Hal. 5)
Bertambahynya jumlah
tenaga kesehatan dan
meningkatnya
rasio
ketersediaan
nakes
sebanyak ....% (Bab V;
hal 5)
Menurunnya kasus
balita gizi buruk dan
kurang menjadi 0,76%
dan 7,64% pada akhir
periode RPJMD (Bab V.
Hal. 5)

Menurunnya AKI dan


AKB
Meningkatnya proporsi
kelahiran
yang
ditangani
tenaga
kesehatan sebesar ....%
pada akhir periode

Pemberian beasiswa pada


mahasiswa kedokteran
dan kesehatan lainnya;
Koordinasi

Penanganan balita bergizi


buruk;
Penyuluhan masyarakat
terhadapgizi;
Pemberdayaan kader
posyandu dan Desa Siaga
Melakukan penyuluhan
melalui media-media
promosi

Program Pengembangan
dan Pemberdayaan SDM
Kesehatan

Meningkatnya proporsi
tenaga kesehatan di NTT

Dinkes

Program Peningkatan Gizi

Meningkatnya proporsi
status gizi balita

Dinkes

Program Peningkatan
Ketahanan Pangan
Pertanian Perkebunan
Program Peningkatan
Kesehatan Ibu dan Anak

BKP2
Menurunnya kasus
kematian ibu dan anak

Dinkes

Program Peningkatan
Kesehatan Ibu dan Anak

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

Dinkes

115

No

Sasaran

Kebijakan Umum

RPJMD
Meningkatnya proporsi
peserta
KB
aktif
menjadi 85% pd akhir
periode RPJMD (Bab v.
Hal 5)
Menurunnya
jumlah
temuan kasus baru
Malaria,
TBC
dan
HIV/AIDS, ......% setiap
tahunnya
Meningkatnya
penanganan
orang
dengan
penyakit
Malaria,
TBC
dan
HIV/AIDS
setiap
tahunnya.

Memasyarakatkan
Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS)

Program Prioritas

Indikator Target

Kondisi
Awal
(2012)

Program Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan

SKPD
Penanggung
Jawab

Dinkes

Program Peningkatan
Kesehatan Masyarakat

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

Target
Akhir
(2018)

116

3. Misi 3, Memberdayakan ekonomi rakyat dan mengembangkan ekonomi keparawisataan dengan mendorong pelaku ekonomi untuk
mampu memanfaatkan keunggulan potensi lokal;
Pencapaian Misi-3 akan diwujudkan melalui pencapaian sasaran sesuai kebijakan umum pembangunan dan program prioritas
dengan target yang ditetapkan secara terukur untuk dapat dicapai melalui SKPD Provinsi sebagaimana Tabel 7.3.

No

Tabel 7.3
Sasaran, Kebijakan Umum.Program prioritas dan target untuk mencapai Misi-3

Sasaran

Kebijakan Umum

Peningkatan
Produksi
Padi/gabah (ton) dan
Produksi Jagung (ton)
dari
1.327.952
ton
menjadi 1.605.886 ton

Peningkatan luas areal


pertanian pangan untuk
menunjang Ekonomi
Unggulan sebagai kekuatan
utama percepatan
pembangunan dan
peningkatan kesejahteraan
masyarakat melalui
penyerapan tenaga kerja
dan peningkatan
produktivitas
Meningkatkan produksi
sektor pertanian,
perkebunan, peternakan
dan perikanan untuk
ketahanan pangan
pedesaan dan pemenuhan
gizi keluarga NTT dalam
mendukung Ketahahan
Pangan Nasional
berdasarkan MP3EI

Peningkatkan Luas
tanam komoditas
Perkebunan kelapa,
jambu mete, kemiri,
pinang, vanili, cengkeh,
kopi, kakao) dari 463.666
ha menjadi 594.823 ha

Program Prioritas

Indikator Target

Kondisi
Awal
(2012)

Target
Akhir
(2018)

SKPD
Penanggung
Jawab
Dinas
Pertanian dan
Perkebunan

Program Peningkatan
Produksi dan Produktifitas
Tanaman Pangan dan
Hortikultura

Meningingkatnya produksi
dan produktivitas
tanaman pangan unggulan
(Jagung & Padi)

Program Peningkatan
Produksi dan Produktifitas
Tanaman Perkebunan

Meingkatnya penggunaan
teknoligi pertanian dalam
pengelolaan tanaman
perkebunan

Dinas
Pertanian dan
Perkebunan

Program Pengembangan

Meningkatnya

Dinas

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

117

No

Sasaran

Kebijakan Umum

Program Prioritas
Benih dan Pembibitan
Program Peningkatan
Ketahanan Pangan
Pertanian Perkebunan
Program Peningkatan
Penyuluhan Usaha Tani

Indikator Target

Meningkatkan sektor
peternakan yang
terintegrasi dengan
perindustrian serta
mendorong peningkatan
produksi sektor peternakan
untuk swasembada daging
melalui pembangunan
sarana prasarana

Program Peningkatan
Produksi Hasil Peternakan

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

Target
Akhir
(2018)

ketersediaan benih dan


bibit sesuai kebutuhan
Meningkatnya ketahanan
pangan masyarakat
1. Meningkatnya
kemampuan lembaga tani
dan poktan;
2. Meningkatnya cakupan
informasi ketahanan
pangan di masyarakat
Pengembangan
Ketersediaan Pangan
Penanganan Daerah
Rawan Pangan 60%
Pengembangan
Penganekaragaman
konsumsi pangan dan
peningkatan keamanan
pangan segar

Peningkatan Populasi
ternak sapi, kerbau,
kuda, kambing/domba,
babi dari 2.608.064 ekor
menjadi 4.050.473 ekor

Kondisi
Awal
(2012)

SKPD
Penanggung
Jawab
Pertanian dan
Perkebunan
BKP2
BKP2

128

290

BKP2

194

326

BKP2

110

800

BKP2

Meningkatnya produksi
dan produktifitas ternak

Dinas
Peternakan

118

No

Sasaran

Kebijakan Umum

Program Prioritas

Indikator Target

Kondisi
Awal
(2012)

Target
Akhir
(2018)

SKPD
Penanggung
Jawab

pembibitan, distribusi
vaksin dan pakan ternak,
pengawasan perdagangan
ternak dan penerapan
teknologi tepat guna
Peningkatan produksi
daging olahan dari . Kg
menjadi . Kg

Peningkatan
Produksi
Kayu-kayuan
(Kayu
Rimba Persegi, Kayu Jati
Persegi, Mahoni Olahan)
dari 32.173 M3 menjadi
41.823 M3

Meningkatkan
produksi
hasil
hutan
melalui
pembuatan
pembibitan
benih tanam kehutanan
dan pengelolaan Cendana
Lestari serta reboisasi
dalam upaya konservasi
wilayah tangkapan air

Peningkatan
Produksi
non kayu (asam isi, asam
biji, kemiri isi, kemiri biji)
dari
4.658.592
ton
menjadi 5.357.381 ton
Peningkatan
Jumlah
kunjungan
wisatawan
mancanegara
dari
48,608 menjadi 162,231
org dan domestik dari
338,472
menjadi
643,097
org
serta

Meningkatkan kunjungan
wisatawan mancanegara
dan domestik melalui
pengembangan potesni
pariwisata

Program Pencegahan dan


Penanggulangan Penyakit
Ternak
Program Dukungan dan
Manajemen Pembangunan
Peternakan
Program Pengembangan
Pemanfaatan dan
Penertiban Sumber Daya
Hutan

Meningkatnya tingkat
penanganan penyakit
ternak

Meningkatnya penertiban
sumber daya hutan

Dinas
Kehutanan

Program Rehabilitasi dan


Konservasi Hutan dan Lahan

Meningkatnya luas
wilayah hutan yg
doknservasi

Dinas
Kehutanan

Program Pengelolaan
Kekayaan Budaya

Meningkatnya
pengelolaan obyek budaya

Dinas
Kebudayaan
dan Pariwisata

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

Dinas
Peternakan
Dinas
Peternakan

119

No

Sasaran

Kebijakan Umum

peningkatan
rata-rata
lama menginap dari 2,25
menjadi 2,75 hari
Peningkatan
Jumlah
hotel, losmen dari 276
menjadi 301 unit beserta
peningkatan
jumlah
kamar
dari
5.147
menjadi 6.691 buah dan
tempat tidur dari 9.044
menjadi 13.114 unit
Peningkatan
Jumlah
Industri dari 24 menjadi
32 (unit dan tenaga kerja
dari 1,681 menjadi 1,714
(org)

Peningkatan prosentase
industri kerajinan rakyat

Peningkatan Jumlah
Koperasi dari 2534
menjadi 3570 unit;
Jumlah Anggita Koperasi

Mengembangkan industri
pengolahan hasil produksi
pangan,
ternak
dan
perikanan
berbasis
masyarakat
dengan
meningkatkan daya saing,
nilai
tambah
dan
memperluas pemasaran

Program Prioritas

Indikator Target

Kondisi
Awal
(2012)

Target
Akhir
(2018)

SKPD
Penanggung
Jawab

Program Pengembangan
Kemitraan Kebudayaan,
destinasi dan Promosi
Pariwisata

1. Meningkatnya
kerjasama promosi wisata
antar daerah;
2. Meningkatnya cakupan
promosi obyek wisata
daerah

Dinas
Kebudayaan
dan Pariwisata

Program Pengembangan
Industri Kecil dan Menengah

Meningkatnya omzet
penjualan industri kecil
dan menengah yg dibina

Dinas
Perindustrian
dan
Perdagangan

Program Perlindungan
Konsumen dan Pengamanan
Perdagangan
Program Peningkatan
Perdagangan Dalam Negeri
dan Luar Negeri

Meningkatnya
perlindungan konsumen
terhadap kecurangan
pedagang
Meningkatnya nilai
eksport perdagangan
produk NTT

Dinas
Perindustrian
dan
Perdagangan
Dinas
Perindustrian
dan
Perdagangan

Program Peningkatan dan


Pengembangan Koperasi

Meningkatnya proporsi
jumlah koperasi yang aktif

Dinas Koperasi
dan Usaha
Mikro Kecil

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

120

No

Sasaran

Kebijakan Umum

Program Prioritas

Indikator Target

Kondisi
Awal
(2012)

Target
Akhir
(2018)

SKPD
Penanggung
Jawab

dari 581.975 menjadi


827,009 org dan modal
sendiri koperasi dari
1,196,229 menjadi
2,332,295 juta

Meningkatkan promosi
dan kerjasama investasi
di
sektor
primer,
sekunder dan tersier

Mengembangkan sistem
data dalam upaya
meningkatkan Investasi
Daerah

Meningkatkan promosi dan


kerjasama investasi dengan
mengembangkan
ketersediaan
data
pembangunan
dalam
meningkatkan
investai
daerah

Program pengembangan
usaha kecil menengah

Meningkatnya aktifitas
usaha UMKM

Program Hibah Bantuan


Koperasi
Program Peningkatan
Promosi dan Kerjasama
Investasi

Tersalurnya bantuan
untuk koperasi
Meningkatnya realisasi
investasi dan kerjasama di
daerah

Program Peningkatan
Investasi Daerah

Meningkatnya
ketersediaan data potensi
investasi daerah

Dinas Koperasi
dan Usaha
Mikro Kecil

Badan
Koordinasi
Penanaman
Modal Daerah

Badan
Koordinasi
Penanaman
Modal Daerah
Badan
Koordinasi
Penanaman
Modal Daerah
Kantor
Pelayanan
Perijinan
Terpadu Satu
Pintu
Kantor
Pelayanan

Tersedianya informasi
peluang usaha
sektor/bidang unggulan
Program Pengembangan
Data Informasi Perijinan
Investasi
Program Peningkatan
Kualitas Pelayanan Perijinan

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

Meningkatnya pelayanan
perijinan

121

No

Sasaran

Desa/kelurahan yang
memiliki lembaga
pelatihan (%)

Kebijakan Umum

Pendampingan terhadap
calon TKW/TKI dan
perluasan ketrampilan
usaha dalam meningkatkan
investasi pada sektor yang
dapat menyerap banyak
tenaga kerja

Program Prioritas

Program Pembinaan dan


Peningkatan
Ketenagakerjaan

Program Perlindungan dan


Pengawasan
Ketenagakerjaan

Program Pengembangan
dan Pembinaan Wilayah
Transmigrasi

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

Indikator Target

Kondisi
Awal
(2012)

Meningkatnya jumlah
angkatan kerja yg memiliki
ketrampilan

Besaran tenaga kerja yang


mendapatkan pelatihan
berbasis kompetensi 75 %
Meningkatnya
perlindungan tenaga kerja

Target
Akhir
(2018)

SKPD
Penanggung
Jawab
Perijinan
Terpadu Satu
Pintu
Dinas Tenaga
Kerja dan
Transmigrasi

Dinas Tenaga
Kerja dan
Transmigrasi
Dinas Tenaga
Kerja dan
Transmigrasi
Dinas Tenaga
Kerja dan
Transmigrasi

Besaran Kasus yang


diselesaikan dengan
Perjanjian Bersama (PB)
50 %
Meningkatnya
pengembangan dan
pembinaan wilayah
transmigrasi

Dinas Tenaga
Kerja dan
Transmigrasi

122

4.

Misi 4, Pembenahan sistem hukum dan reformasi birokrasi daerah;

Pencapaian Misi-4 akan diwujudkan melalui pencapaian sasaran sesuai kebijakan umum pembangunan dan program prioritas
dengan target yang ditetapkan secara terukur untuk dapat dicapai melalui SKPD Provinsi sebagaimana Tabel 7.4.

No

Tabel 7.4
Sasaran, Kebijakan Umum Program prioritas dan target untuk mencapai Misi-4

Sasaran

Kebijakan Umum

Terwujudnya penataan
kelembagaan
dan
sumber
daya
pada
pemprov NTT

Menata kelembagaan dan


berbagai aspek yang
mengikutinya (beban
kerja, personil, dll sesuai
arahan ketentuan
peraturan yang berlaku
(pembentukan struktur
organisasi dan
kewenangan)
3) Menertibkan
administrasi pemerintah
agar berorientasi pada
pelayanan masyarakat,
menata struktur birokrasi
dan meningkatkan disiplin
aparatur.

Program Prioritas

Program Penataan
Kelembagaan Dan
Ketatalaksanaan

aparatur

Pembenahan terhadap

Terlaksananya penataan
kelembagaanyang
ditunjukkan dengan perda
ttg penataan kelembagaan

Kondisi
Awal
(2012)

Target
Akhir
(2018)
Revisi
perda

SKPD
Penanggung
Jawab
Biro Organisasi

Meningkatnya efisiensi
dan kinerja perangkat
organisasi daerah

Fasilitasi Penataan,
Pembinaan dan
Pengendalian Kelembagaan,
Anjab dan ABK Kabupaten
/Kota se NTT
Terwujudnya

Indikator Target

Terbina dan
terfasilitasinya penataan
dan pengendalian
kelembagaan , anjab dan
ABK Kab/kota se-NTT

Biro orgnisasi

1) Program Pembinaan dan

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

123

No

Sasaran
yang profesional

Kebijakan Umum
pola pembinaan karir PNS
Redistribusi PNS;
Pemberian motivasi
berupa penghargaan
kepada yang berprestasi,
peningkatan
kesejahteraan PNS dan
penjatuhan hukuman
kepada yang melanggar
aturan

Program Prioritas

Kondisi
Awal
(2012)

Target
Akhir
(2018)

Kesra PNS

pendidikan penjenjangan
struktural

Meningkatnya
pengetahuan dan
ketrampilan PNS
Meningkatnya
pengetahuan dan
ketrampilan PNS

Biro
Kepegawaian
Biro
Kepegawaian

Pendidikan dan Pelatihan


Teknis
Memberikan kesempatan
kepada
aparatur
pemerintah daerah untuk
melanjutkan pendidikan
formal
ke jenjang
Diploma, S1, S2 dan S3,
baik berupa tugas belajar
maupun ijin belajar.

SKPD
Penanggung
Jawab

Pengembangan Aparatur

Program Pendidikan
Kedinasan
Memberikan kesempatan
kepada pejabat untuk
mengikuti pendidikan dan
pelatihan kepemimpinan
serta diklat teknis
fungsional

Indikator Target

Pendidikan dan pelatihan


formal

Biro
kepegawaian,
BP4D
Biro
Kepegawaian

Pendidikan dan Pelatihan


prajabatan bagi calon PNS

Biro
Kepegawaian

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

124

No

Sasaran

1) Terwujudnya
sinkronisasi antara
produk hukum daerah

Kebijakan Umum

Pengendalian penegakkan
produk hukum daerah

2) Terwujudnya
ketentraman dan
ketertiban umum
3) Meningkatnya
partisipasi dan
kesadararan masyarakat
akan hukum serta HAM

Meningkatnya partisipasi
masyarakat dalam
berdemokrasi

1. Memberikan bantuan
keuangan kepada partai
politik

Program Prioritas
Daerah
1) Program Penataan
Peraturan Perundangundangan;

Indikator Target

2) Program Peningkatan
Kesadaran Hukum
Masyarakat

Meningkatnya
ketersediaan perangkat
aturan perundangan yg
dibbutuhkan
1. Meningkatnya
penyebaran informasi
tentang Perda baru;

Program pemeliharaan
ketahanan dan kenyamanan
lingkungan

2. Meningkatnya
penyebaran informasi
tentang perundangan yg
baru
Menurunnya tingkat
gangguan ketertiban di
daerah

Program Peningkatan
Keamanan dan Kenyamanan
Lingkungan
Program Penyandang
penyakit sosial
Program pengembangan
wawasan kebangsaan dan
politik

Meningkatnya peran Pol


PP dalam penanganan
keamanan lingkungan
Meningkatnya
kemampuan PPNS
Meningkatnya upaya
upaya pengembangan
wawasan kebangsaan

Kondisi
Awal
(2012)

Target
Akhir
(2018)

Badan
Kesatuan
Bangsa Politik
dan
Perlindungan
Masyarakat
Satuan Polisi
Pamong Praja
Satuan Polisi
Pamong Praja
Badan
Kesatuan
Bangsa Politik
dan
Perlindungan
Masyarakat

2) Melakukan advokasi,
pendampingan,dan

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

SKPD
Penanggung
Jawab

125

No

Sasaran

Kebijakan Umum
fasilitasi kepada
masyarakat, institusi dan
partai politik, sekaligus
meningkatkan kapasitas
kelembagaan DPRD
a) meningkatkan peran
DPRD dalam
memperjuangkan
anggaran pendidikan dan
kesehatan; b)
meningkatkan peran DPRD
dalam menghasillkan
Peraturan Daerah (Perda)
yang berasal dari hak
inisiatif; dan c)
meningkatkan peran DPRD
dalam menghasilkan
rekomendasi kepada
eksekutif sebagai tindak
lanjut dari aspirasi
masyarakat.
a) meningkatkan fasilitas
bagi kelompok
penyandang cacat dalam
menggunakan hak
memilih; b)
memperbaiki/meningkatk
an kualitas daftar pemilih
tetap (DPT); dan c)
mendorong peningkatan
jumlah/persentase
perempuan dalam

Program Prioritas

Peningkatan kapasitas
kelembagaan DPRD

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

Indikator Target

Kondisi
Awal
(2012)

Target
Akhir
(2018)

SKPD
Penanggung
Jawab

Jumlah PERDA inisiatif,


jumlah anggaran
pendidikan dan kesehatan,
jumlah rekomendasi DPRD
kepada Pemerintah
sebagai TL dari aspirasi
masyarakat

DPRD/Setwan

Fasilitas bagi penyandang


cacat dalam menggunakan
hak pilih, meningkatkan
kualitas DPT,
jumlah/presentasi
perempuan dalam
keanggotaan DPRD

Setwan

126

No

Sasaran

Terwujudnya pelayanan
publik yang memenuhi
SPM dan SPD

Kebijakan Umum
keanggotaan DPRD
provinsi.
Meningkatkan kualitas
layanan publik dalam hal
perijinan, layanan
kesehatan, layanan sosial,
ketenagakerjaan,informasi
dan komunikasi dan
ketenagakerjaan.

Program Prioritas

Program Peningkatan
Kualitas Pelayanan Perijinan

Program Pengembangan
Data Informasi Perijinan
Investasi
Program Peningkatan
Komunikasi dan Informasi
Daerah
Program Kerjasama
Informasi dan Media Massa
Program Pengembangan
Informasi Pembangunan
Daerah

Meningkatkan
kualitas
perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi
pembangunan

Program Pembinaan
Pengembangan dan
Perlindungan KORPRI
Program Peningkatan
Pelayanan Kedinasan Kepala
Daerah Wakil Kepala Daerah

Program Peningkatan

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

Indikator Target

Kondisi
Awal
(2012)

Target
Akhir
(2018)

SKPD
Penanggung
Jawab

Meningkatnya pelayanan
perijinan

KP2TSP

Meningkatnya
kemampuan aparat
pengelola komunikasi dan
informasi

Kominfo

Meningkatnya persebaran
informasi pembangunan di
media masa

Kominfo

Terfasilitasinnya
pembinaan Korpri

KORPRI

1) Tersedianya SPM dan


SPD ; 2) Tersedianya
instrumen pengukuran
evaluasi kinerja, #)
Terukurnya indeks
kepuasan masyrakat
Terfasilitasinya agenda

Biro Umum

127

No

Sasaran

Kebijakan Umum

Program Prioritas

Indikator Target

Pelayanan Kedinasan Kepala


Daerah Wakil Kepala Daerah
Program Penerapan
Kepemerintahan Yang Baik

kegiatan Gub & wagub


selama 1 tahun
Tersedianya perangkat
penilaian kinerja
organisasi daerah
Meningkatnya koordinasi
dan kerjasama bidang
kesejahteraan masyarakat
Meningkatnya kerukunan
hidup beragama di daerah

Program Koordinasi
Peningkatan Kesejahteraan
Masyarakat
Program Peningkatan
Kerukunan Hidup Umat
Beragama
Program Peningkatan
Kerjasama Antar
Pemerintah Daerah

Target
Akhir
(2018)

SKPD
Penanggung
Jawab

Biro Pem
Biro Kesra
Biro Kesra

Meningkatnya kerjasama
antar pemerintah daerah

Biro Pem

Terfasilitasinya kerjasama
antar daerah
Meningkatnya fasiliitasi
koordinasi daerah dengan
K/L

Biro Pem

Program Pengendalian
Administrasi Pembangunan
Daerah

Meningkatnya
pengelolaan program dan
kegiatan SKPD

Biro AP

Program Pengembangan
Data/Informasi Penelitian
dan Pembangunan

Tersedianya data dan


informasi

Badan
Pendidikan
Pelatihan
Penelitian dan
Pengembanga

Program Peningkatan
Kerjasama Antar
Pemerintah Daerah dan
Pemerintah Pusat
Menerapkan egovernment dan
penggunaan teknologi
informasi untuk
meningkatkan kualitas
layanan administrasi.

Kondisi
Awal
(2012)

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

Kantor
Penghubung

128

No

Sasaran

Kebijakan Umum

Program Prioritas

Program Peningkatan
Komunikasi dan Informasi
Daerah
Program Pengembangan
Data/Informasi
Pembangunan Daerah
Program Pemberdayaan dan
Pengembangan Masyarakat
Pedesaan
Program Peningkatan
Kapasitas Kelembagaan
Sosial Ekonomi dan
Aparatur Desa
Program Pengembangan
Kemitraan dan Teknologi
Pedesaan
Program peningkatan sistem
informasi administrasi dan
kearsipan
Program Pembinaan dan
Pengembangan Aparatur
Program Perencanaan dan
Evaluasi Pembangunan
Daerah
Program Dukungan
Manajemen Kerjasama
Pembangunan Daerah

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

Indikator Target

Kondisi
Awal
(2012)

Target
Akhir
(2018)

Meningkatnya
kemampuan aparat
pengelola komunikasi dan
informasi
Meningkatnya
penggunaan TIK dalam
pelayanan pemerintahan
1. Meningkatnya
kemampuan aparat dan
kader desa;
Meningkatnya kualitas
pelaksanaan program
pemberdayaan
masyarakat desa (PNPM)
Meningkatnya
penggunaan TTG di
wilayah pedesaan
Tersedianya arsip daerah
yang lengkap dan terkini

SKPD
Penanggung
Jawab
n Daerah
Kominfo

Kominfo
BPMPD
BPMPD

BPMPD
Badan Arsip

Meningkatnya
pemahaman aparatur
terhadap pentuingnya
arsip
Meningkatnya keselarasan
perencanaan
pembangunan daerah dan
pusat
Meningkatnya keselarasan
perencanaan
pembangunnan antara

Badan Arsip

Bappeda

Bappeda

129

No

Sasaran

Kebijakan Umum

Program Prioritas
Dengan Lembaga
Internasional
Program Desa Mandiri
Anggur Merah

Meningkatnya
sistem
akuntabilitas
pengelolaan
pemerintahan di Provinsi
Nusa Tenggara Timur

Terbangunnya
sistem
pengawasan
internal
pada
setiap
SKPD
Pemprov

1) Meningkatkan tertib
perencanaan, 2)
Meningkatkan tertib
pengelolaan keuangan
daerah (pendapatan,
belanja, pembiayaan dan
aset daerah), 3)
Meningkatkan tertib
pelaporan

Peningkatan Sistem
Pengawasan Internal dan
Pengendalian Pelaksanaan
Kebijakan KDH

Peningkatan
Profesionalisme Tenaga
Pemeriksa dan Aparatur
Pengawasan
Program peningkatan dan
Pengembangan pengelolaan
keuangan daerah
Program pembinaan dan
fasilitasi pengelolaan
keuangan kabupaten kota

Program peningkatan dan

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

Indikator Target

Kondisi
Awal
(2012)

Target
Akhir
(2018)

daerah dan lembaga


donor
Meningkatnya
pengembalian &
perguliran dana desa
mandiri
1) berjalannya SPI, 2)
berkurangnya temuan; 3)
berkurangnya kegiatan
yang tidak selesai pada
akhir tahun

SKPD
Penanggung
Jawab

Bappeda, Biro
Keuangan

2) kualifikasi SDM
Pengawas;

Inspektorat

Meningkatnya
pengelolaan keuangan
daerah sesuai aturan yg
berlaku
Meningkatnya
pengelolaan keuangan
daerah kabupaten dan
kota
Meningkatnya predikat
dalam akuntabilitas
anggaran maupun
program (Opini BPK)
Meningkatnya penerimaan

Inspektorat,
Biro Keuangan
Biro Keuangan

DPPAD

130

No

Sasaran

Kebijakan Umum

Program Prioritas
Pengembangan pengelolaan
keuangan daerah dan
Penataan Aset

Tersedianya
sarana
parasarana
aparatur/perkantoran
yang memadai

5.

Indikator Target

Kondisi
Awal
(2012)

Target
Akhir
(2018)

SKPD
Penanggung
Jawab

PAD

1) Pembangunan gedung
kantor' 2) Menyediakan
pemeliharaan gedung
kantor yang mencukupi

Misi 5, Mempercepat pembangunan infrastruktur yang berbasis tata ruang dan lingkungan hidup;

Pencapaian Misi-5 akan diwujudkan melalui pencapaian sasaran sesuai kebijakan umum pembangunan dan program prioritas
dengan target yang ditetapkan secara terukur untuk dapat dicapai melalui SKPD Provinsi sebagaimana Tabel 7.5.
No

Sasaran

5,1

Tata Ruang Sebagai


Dasar Pelaksanaan
Pembangunan

5,2

Terciptanya Konektivitas

Tabel 7.5
Sasaran, Kebijakan Umum Program prioritas dan target untuk mencapai Misi-5

Kebijakan Umum

Menyelaraskan kebijakan
penataan ruang Nasional,
wilayah Propinsi dan
wilayah Kabupaten/Kota;
Melakukan review
Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi NTT,
sesuai dengan regulasi dan
kondisi terkini serta
Penyusunan Rencana Rinci
Tata Ruang;
Meningkatkan Penataan

Program Prioritas

Indikator Target

Program Pengembangan
Data Perencanaan dan
Pembinaan Tata Ruang;

Kesesuaian Pemanfaatan
Ruang Sesuai Rencana
Tata Ruang dan
Kesesuaian Rencana Tata
Ruang Provinsi dengan
Kab/Kota serta dengan
Dokumen RPJPD dan
RPJMD Meningkat

Program Pembangunan

Panjang Jalan dan Jumlah

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

Kondisi
Awal
(2012)
45%

Target
Akhir
(2018)
90%

1330.46

SKPD
Penanggung
Jawab
Bappeda dan
Dinas Pekerjaan
Umum

Dinas PU

131

No

Sasaran
Antar Desa

5,3

5,4

5,5

5,6

Peningkatan Jumlah
Rumah Layak Huni

Terwujudnya Akses dan


Peningkatan Sumber Air
Bersih untuk
Masyarakat Pedesaan
Tersedianya Air Bersih
untuk masyarakat
sebesar volume
Penetapan Batas
Kawasan Hutan

Kebijakan Umum
Sistem Trasportasi di
Provinsi NTT yang di
fokuskan pada
Konektivitas antar Wilayah
melalui Pembangunan
Sarana dan Prasarana
Trasportasi Antar Desa

Pembangunan Rumah
Layak Huni bagi
Masyarakat
Berpenghasilan Rendah
khususnya di Kawasan
Perdesaaan

Meningkatkan akses air


minum bagi masyarakat
Miskin dikhususkan pada
tingkat desa
Meningkatkan Kualitas
dan Debit Air Baku dengan
pembangunan dan
perbaikan embung dan
irigasi
Luas Kawasan Hutan yang
sesuai dengan kondisi
terkini dan upaya
pemanfaatan serta

Program Prioritas
Jalan dan Jembatan;

Program Peningkatan
Sarana dan Prasarana
kePUan
Program Pengembangan
Perumahan dan
Permukiman

Program Pengembangan
Sarana Dan Prasarana
Pedesaan;
Program Pelayanan Air
Minum
Program Pengolahan Air
Baku dan Pengolahan Air
Tanah;
Program Pengembangan
Pemanfaatan dan
Penertiban sumber Daya
Hutan

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

Indikator Target

Target
Akhir
(2018)

Jembatan;

Kondisi
Awal
(2012)
Km

Peningkatan Jumlah
Rumah Layak Huni

.Unit/8
9.82%

..Unit
/98.9

Peningkatan
Pembangunan Perumahan
dan Air Minum
Peningkatan Presentase
Jumlah Akses Air Bersih
pada Masyarakat
berdasarkan rumah tangga
Peningkatan Kualitas dan
Debit Air Baku

Luasan Kawasan Hutan


dan Pemanfaatan hasil
hutan

46%

SKPD
Penanggung
Jawab

Dinas PU dan
Dinas
Transmigrasi
Tenaga Kerja

Dinas PU dan
Dinas
Kesehatan

Volume

Volume

Dinas PU

Ha/Km2

Ha/Km
2

Dinas
Kehuatanan

132

No

5,7

Sasaran

Pelestarian Hutan dan


Habitatnya

Kebijakan Umum
pelestarian kawasan
Hutan
Mengurangi Tingkat
Kerusakan Hutan dengan
upaya rehabilitasi dan
konservasi

Kualitas Sanitasi
Lingkungan yang
Memadai
5,8

5,9

Transportasi Publik yang


Memadai

Mitigasi dan Adaptasi


Perubahan Iklim serta
Penurunan Emisi Gas
Rumah Kaca

Penyediaan Transportasi
Publik yang aman, nyaman
dan terjangkau
dikhususkan pada
Pembangunan, Perbaikan
Terminal serta Peninkatan
Daya Angkut

Meningkatkan
pemahaman tentang
kerentanan dan
keterlibatan masyarkat
dalam penyusunan
rencana adaptasi
perubahan iklim pada
perkotaan dan perdesaan

Program Prioritas

Program Rehabilitasi dan


Konservasi Hutan dan
Lahan;
1) Program Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan;
2).
Program Pembangunan
Prasarana dan Fasilitas
Perhubungan;

Indikator Target

Pengurangan Kerusakan
Hutan

Kondisi
Awal
(2012)

Target
Akhir
(2018)

SKPD
Penanggung
Jawab

Dinas
Kehutanan dan
BLHD
Dinas
Kesehatan

Peningkatkan Jumlah
Simpul Transportasi

Jumlah

Jumlah

Dinas
Perhubungan
dan Dinas
Pekerjaan
Umum

Program Peningkatan
pelayanan Angkutan
Program pembentukan
system informasi dan
komunikasi Ketahanan
Perubahan Iklim berbasis
Masyarakat;

Peningkatan Kualitas
Moda Angkutan Publik
Peningkatan informasi,
pemahaman serta
pemberdayaan
masyarakat dalam upaya
penurunan dampak
perubahan iklim

Daya
Angkut

Daya
Angkut

Program Revitalisasi system


penyuluhan kesehatan,
pertanian, peternakan,

Terciptanya kesadaran dan


aksi nyata dalam
penanganan perubahan

Dinas
Perhubungan
Dinas PU, Dinas
Perikanan
Keluatan, Dinas
Pertanian
Perkebunan,
Dinas
Peternakan,
Dinas
Pertambangan
Energi
Dinas PU,
Kesehatan,
Perikanan

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

133

No

5.1
0

Sasaran

Perlindungan dan
Pengawasan Habitat
Laut

5.1
1

Pemanfaatan
Penggunanaan Energi
Baru Terbarukan

5.1
2

Pemanfaatan Sumber
Daya Alam
Pertambangan dan
Peningkatan Kelestarian
Lingkungan akibat

Kebijakan Umum

Menjaga kelestarian
pesisir laut dari kerusakan
dengan upaya penyusunan
rencana zonasi pesisir laut
serta penguatan kapasitas
kelembagaan untuk
perlindungan pesisir laut
Pemanfaatan Sumberdaya
Alam yang
mempertimbangkan aspek
daya dukung lingkung
lingkungan
Penggunaan Sumber
Energi yang Terbarukan
serta pengurangan
penggunaan energi Fosil
dikhususkan pada
Pembangunan Pembangkit
Listrik Tenaga Surya dan
Air
Peningkatan Pemanfaatan
SDA Pertambangan
khususny Perijinan dan
Pegawasan Usaha
Pertambangan guna

Program Prioritas

Indikator Target

perkebunan, perikanan dan


ketahanan pangan serta
pengairan untuk antisipasi
perubahan iklim dan
penurunan emisi gas rumah
kaca

iklim yang memberikan


dampak positif bagi
masyarakat

Program Perlindungan
Pemulihan Konservasi
Sumber Daya Alam dan
Lingkungan Hidup,

Penurunan Kerusakan
Pesisir dan Laut

Program Peningkatan
Pengendalian Pemanfaaatan
Sumber Daya Alam dan
Lingkungan Hidup

Tingkat Pemanfaatan
lingkungan

Program Pembinaan Dan


Pengembangan
Ketenagalistrikan

Jumlah Pembangkit Listrik


tenaga Surya dan Air

Program Pembinaan
Pengawasan Dan Penertiban
Usaha Pertambangan Dan
Migas

Jumlah Ijin Usaha


Pertambangan dan Wajib
AMDAL

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

Kondisi
Awal
(2012)

Target
Akhir
(2018)

SKPD
Penanggung
Jawab
Keluatan,
Pertanian
Perkebunan,
Peternakan,
Dan
Pertambangan
Energi
BLHD , Dinas
Perikanan
Kelautan

BLHD , Dinas
Perikanan
Kelautan
kwh

kwh

Dinas
Pertambangan

Dinas
Pertambangan
dan BLHD

134

No

Sasaran
Pertambangan

5.1
3

Pemeliharaan Jaringan
Irigasi yang Ada Menjadi
Lebih Optimal

Kebijakan Umum
mencapai keseimbangan
antara Pemanfaatan dan
Pelestarian Lingkungan
Pembangunan dan
Pemeliharaan Jaringan
Irigasi

Program Prioritas

Program pengembangan
dan pengelolaan jaringan
irigasi rawa dan jaringan
pengairan lainnya

Indikator Target

Pengurangan Persentase
Kerusakan Irigasi dan
Jaringan Irigasi Lainnya

Kondisi
Awal
(2012)

Target
Akhir
(2018)

SKPD
Penanggung
Jawab

Dinas PU

6. Misi 6, Meningkatkan kualitas kehidupan keluarga, pemberdayaan perempuan, serta perlindungan dan kesejahteraan anak;
Pencapaian Misi-6 akan diwujudkan melalui pencapaian sasaran sesuai kebijakan umum pembangunan dan program prioritas
dengan target yang ditetapkan secara terukur untuk dapat dicapai melalui SKPD Provinsi sebagaimana Tabel 7.6.
No

Sasaran
Meningkatnya
pemberdayaan
perempuan
yang
ditandai meningkatnya
kelompok
usaha
perempuan
dari...
Menjadi...
Meningkatnya
peran
serta perempuan dalam
pembangunan dengan
indikasi
1) jumlah

Tabel 7.6
Sasaran, Kebijakan Umum.Program prioritas dan target untuk mencapai Misi-6

Kebijakan Umum
Penguatan kapasitas
Kelompok ekonomi
perempuan

Program Prioritas

Program Penguatan
Kelembagaan
Pengarusutamaan Gender
dan Anak

Indikator Target

Kondisi
Awal
(2012)

Target
Akhir
(2018)

Meningkatnya
perlindungan anak dan
perempuan

Penguatan Kapasitas
Perempuan NTT

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

135

SKPD
Penanggung
Jawab
Biro
Pemberdayaan
Perempuan

No

Sasaran

Kebijakan Umum

Program Prioritas

Indikator Target

Kondisi
Awal
(2012)

Target
Akhir
(2018)

SKPD
Penanggung
Jawab

perempuan diparlemen
mencapai 30% ; 2)
perempuan
yang
menduduki
jabatan
dalam pemerintahan

Meningkatnya
perlindungan
dan
kesejahteraan anak yang
diindikasikan dengan : 1)
menurunnya
jumlah
anak
jalanan,
2)
menurunnya
jumlah
anak putus sekolah; 3)
Menurunnya
jumlah
pekerja anak

Mendorong peran serta


perempuan dalam urusan
adat dan pengambilan
keputusan di tingkat
masyarakat adat
Perlindungan Sosial dan
Hukum bagi korban
perdagangan perempuan
dan anak

Program pemberdayaan dan


perlindungan anak dan
perempuan

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

Meningkatnya
perlindungan anak dan
perempuan

Biro
Pemberdayaan
Perempuan

136

7. Misi -7, Mempercepat pembangunan kelautan dan perikanan.


Pencapaian Misi-7 akan diwujudkan melalui pencapaian sasaran sesuai kebijakan umum pembangunan dan program prioritas
dengan target yang ditetapkan secara terukur untuk dapat dicapai melalui SKPD Provinsi sebagaimana Tabel 7.7.
No

Tabel 7.7
Sasaran, Kebijakan Umum Program prioritas dan target untuk mencapai Misi-7

Sasaran

Kebijakan Umum

Peningkatan
rumah
tangga perikanan laut
dan perikanan darat dari
32.417 menjadi 40.884
rumah tangga perikanan

Meningkatkan
investasi
sektor perikanan dan
kelautan dalam rangka
perluasan pemasaran dan
daya saing hasil perikanan
serta membuka lapangan
kerja baru

Peningkatan jumlah SMK


perikanan
Peningkatan
produksi
perikanan laut dan darat
dari 592.714 menjadi
1.374.060 ton
Peningkatan Ketahanan
pangan
dan
gizi
masyarakat
Peningkatan sub sektor
perikanan dari 3,12 ke
4,18 %

Program Prioritas

Indikator Target

Program Pengembangan
Perikanan Tangkap

Meningkatnya jumlah
sarana dan prasarana alat
tangkap ikan

Program Pengembangan
Perikanan Budidaya

Terpenuhinya kebutuhan
bibit ikan
Pengembangan produksi
perikanan tangkap

Program Pengembangan
Penyuluhan Kapasitas
Kelembagaan dan
Pemasaran Produksi
Perikanan

Kondisi
Awal
(2012)

Target
Akhir
(2018)

Dinas Kelautan
dan Perikanan
97,797

113,278

Meningkatnya penjualan
produk perikanan NTT

Dinas Kelautan
dan Perikanan
Dinas Kelautan
dan Perikanan

Peningkatan Kontribusi
Sektor perikanan dari

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

SKPD
Penanggung
Jawab
Dinas Kelautan
dan Perikanan

137

No

Sasaran

Kebijakan Umum

Program Prioritas

Indikator Target

Kondisi
Awal
(2012)

Target
Akhir
(2018)

SKPD
Penanggung
Jawab

3,78 menjadi 5,07


Peningkatan
Produktivitas
RT
Perikanan dari 22,70
menjadi 41,45

8. Misi- 8, Mempercepat penanggulangan kemiskinan, bencana dan pengembangan kawasan perbatasan.


Pencapaian Misi-8 akan diwujudkan melalui pencapaian sasaran sesuai kebijakan umum pembangunan dan program prioritas
dengan target yang ditetapkan secara terukur untuk dapat dicapai melalui SKPD Provinsi sebagaimana Tabel 7.8.

No
8,1

Tujuan
Memacu Pertumbuhan
Ekonomi Masyarakat di
Kawasan Khusus dan
Perbatasan

Tabel 7.8
Sasaran, Kebijakan Umum Program prioritas dan target untuk mencapai Misi-8

Kebijakan Umum

Meningkatnya
Produktivitas dan
Partisipasi Masyarakat
khususnya di Desa
Terpadu Anggur Merah
yang terpadu dengan
kegiatan pembangunan
infrastruktur

Program Prioritas

Indikator Target

Kondisi
Awal
(2012)

Target
Akhir
(2018)

Program Peningkatan
Kapasitas Kelembagaan
Sosial Ekonomi Dan
Aparatur Desa

Program Pemberdayaan dan


Pengembangan Masyarakat
Pedesaan;
Program Desa Mandiri
Anggur Merah

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

Tingkat Partisipasi
Masyarkat dalam
Pembangunan
Peningkatan
Perekonomian

SKPD
Penanggung
Jawab
Bappeda, Badan
Perbatasan

Bappeda, BPMD,
Badan Perbatasan

138

No

Tujuan

Kebijakan Umum

Program Prioritas

8,2

Mewujudkan Ketahanan
Terhadap Bencana

Program Pencegahan Dini


dan Penanggulangan Korban
Bercana Alam

8,3

Mengurangi
Kesenjangan Ekonomi

8,4

Mewujudkan
Pembangunan
Infrastruktur di Wilayah
Perbatasan

Meningkatnya Upaya
Mitigasi dan Adaptasi
terhadap Bencana yang
merupakan kewenangan
provinsi
Mengurangi Kesenjangan
Pendapatan Per kapita
masyarkat perbatasan
dengan ditandai dengan
menurunnya indeks
ketimpangan pendapatan
dari .menjadi .
Pembangunan Infastruktur
di Wilayah Perbatasan
baik batas antar
kabupaten/Kota maupun
antar negara yang
merupakan kewenangan
provinsi

Program Pengembangan
Wilayah Perbatasan

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

Indikator Target

Kondisi
Awal
(2012)

Target
Akhir
(2018)

Masyarakat Desa
Jumlah Desa Tangguh
Bencana dan Jumlah
Kegiatan Fasilitasi
kesiapsiagaan

SKPD
Penanggung
Jawab
Badan
Penanggulangan
Bencana

Persentase Dukungan
SAPRAS pada Kawasan
Perbatasan

Dinas PU, Badan


Perbatasan

139

BAB 8
INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS
YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN
8.1. Kebijakan Program Prioritas
Untuk mewujudkan tujuan dan sasaran setiap misi serta kebijakan yang telah dijelaskan
sebelumnya, disusun program-program pembangunan sesuai dengan bidang urusan pemerintahan
selama periode lima tahun, dengan prioritas program beserta indikator kinerja program. Dalam
perencanaan pembangunan lima tahunan daerah, ditetapkan program-program pembangunan
daerah, yaitu program yang merupakan prioritas kepala daerah terpilih untuk mencapai visi dan misi
yang telah ditetapkan, serta program penyelenggaraan pemerintahan, yang merupakan program
prioritas SKPD berkaitan dengan kewenangan serta tugas pokok dan fungsi SKPD yang mendukung
pencapaian visi dan misi kepala daerah.
RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2014 2018 memuat Program pembangunan
daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur diarahkan untuk mencapai 6 tekad Pemerintah Provinsi Nusa
Tenggara Timur, yaitu :1) Menjadikan NTT sebagai provinsi jagung, 2) Menjadikan NTT sebagai
provinsi ternak, 3) Menjadikan NTT sebagai provinsi koperasi, 4) Mengembalikan keharuman
Cendana di Provinsi NTT, 5) Meningkatkan produksi perikanan, dan 6) Meningkatkan pariwisata NTT

8.2. Target Program Prioritas dan Pendanaan


Untuk mendukung tercapainya keenam tekad, tersebut, telah ditetapkan berbagai
program yang akan dilaksanakan selama 5 (lima) tahun ke depan. Indikasi rencana programprogram prioritas tersebut membutuhkan pendanaan yang proporsional sesuai tingkat urgensi dan
kemendesakan. Program prioritas dengan dana yang dialokaskan untuk dapat mencapai misi
pembangunan harus dilaksanakan dengan pengelolaan yang memperhatikan hal-hal sebagai
berikut: (i) Aspek Pengelolaan Anggaran: Clear, Clean dan Akuntabel, Mengeliminir pelanggaran
administratif dan hukum penggunan anggaran, dan mencapai tata kelola keuangan dengan Opini
WTP ,(ii) 2. Aspek Manfaat : Memberikan maanfaat optimal bagi masyarakat/sasaran,
Meningkatkan daya ungkit besar, Meningkatkan daya tarik investasi, Menumbuhkan partisipasi
masyarakat, dan Mampu mengatasi permasalahan pembangunan, (iii) Aspek Capaian Kinerja:
Mendukung pencapaian Visi dan target pembangunan Provinsi ; Mendukung pencapaian target
pembangunan Nasional dan Kabupaten/kota, Secara spesifik mendukung pencapaian target
pembangunan yaitu: Meningkatkan kapasitas ekonomi masyarakat dan daerah, Meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan menurunkan jumlah penduduk miskin .
Untuk meningkatkan daya dorong dana yang dialokasikan pada program prioritas maka
kegiatan yang dilaksanakan dengan fokus pada pendanaan kegiatan-kegiatan pro rakyat,
meningkatkan daya saing wilayah dan mamou mencapai target-target yang ditetapkan dalam upaya
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Program prioritas pada masing-masing urusan dan
pendanaan untuk mencapai target per tahun RPJMD tahun 2014-2018 sebagaimana tabel 8.1

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

140

Tabel 8.1
Indikasi Rencana Program yang Disertai Kebutuhan Pendanaan
BU

Program Prioritas
Pembangunan

Indikator Kinerja
Program
(Outcome)

Rumus Indikator

2
Program
Pelayanan
Administrasi
Perkantoran dan
Pelaporan Capaian
Kinerja

3
1. Terpenuhinya
kebutuhan
administrasi
perkantoran selama
12 bulan;
2. Terlaporkannya
kinerja dan
keuangan SKPD
secara berkala dan
tepat waktu

4
1. administrasi
perkantoran yg tersedia
administrasi
perkantoran yg
dibutuhkan;
2. Jumlah laporan
kinerja dan keuangan
Jumlah laporan kinerja
dan keuangan yg
diwajibkan

03.

URUSAN UMUM
Program
Peningkatan
Sarana dan
Prasarana Aparatur
URUSAN WAJIB
PENDIDIKAN

Terpenuhinya
kebutuhan sarana
dan prasarana
aparatur

Sarana & prasarana yg


tersedia
Sarana dan prasarana
yg dibutuhkan

04.

05.

06.

07.

Meningkatnya
jumlah warga
belajar pada
jenjang pendidikan
non formal
Program
Pengembangan
dan Peningkatan
Pendidikan Luar
Biasa
Program
Peningkatan Mutu
Pendidikan

Program
Manajemen

Kondisi Kinerja
pada Awal
RPJMD
5

Tahun 2014
Target
Rp
(Juta)
6
7
100%
66,440

100%

Tahun 2016
Target
Rp
(Juta)
10
11
100%
75,700

Tahun 2017
Target
Rp
(Juta)
12
13
100%
83,400

Tahun 2018
Target
Rp
(Juta)
14
15
100%
91,700

16
Semua SKPD

100%

100%

100%

132,20
0

Semua SKPD

99,300

1,500

1,500

1,600

1,900

2,000

Dinas
Pendidikan
Pemuda dan
Olahraga

Sarana PLB dlm kondisi


baik
Jumlah sarana PLB

3,700

3,700

4,000

4,500

4,900

Dinas
Pendidikan
Pemuda dan
Olahraga

1. Persentase kelulusan
siswa pd setiap jenjang
pendidikan;
2. Proprosi tenaga
pendidik bersertifikasi

40,870

40,900

44,900

49,500

54,400

Dinas
Pendidikan
Pemuda dan
Olahraga

Jumlah masalah yg
teridentifikasi

1,650

1,700

1,800

2,100

2,300

Dinas
Pendidikan

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

109,200

141

120,200

Penanggung
Jawab

99,250

Jumlah warga
belajar non formal
jumlah penduduk
usia kerja
Terpenuhinya
kebutuhan
pelayanan
pendidikan luar
biasa
1. Meningkatnya
komptensi siswa pd
setiap jenjang
pendidikan;
2. Meningkatnya
komptensi tenaga
pengajar pd setiap
jenjang pendidikan
Berkurangnya
permasalahan

Tahun 2015
Target
Rp
(Juta)
8
9
68,900

BU

08.

09.

04.

05.

06.

07.

08.

09.

Program Prioritas
Pembangunan
Pelayanan
Pendidikan
Program
Pembinaan Dan
Pengembangan
Pemuda dan
Olahraga

Program Hibah &


Bantuan Sosial
Kemasyarakatan
Bidang
Kependidikan,
Kepemuda & Olah
Raga
KESEHATAN
Program
Peningkatan
Kesehatan
Masyarakat
Program
Peningkatan
Kesehatan Ibu dan
Anak

Program
Pengendalian
Penyakit dan
Penyehatan
Lingkungan
Program
Peningkatan Gizi
Program
Pengembangan
dan Pemberdayaan
SDM Kesehatan
Program Dukungan
Manajemen

Indikator Kinerja
Program
(Outcome)
dalam pelayanan
pendidikan
1. Meningkatnya
pembinaan
kepemudaan
2. Meningkatnya
prestasi olahraga
NTT

Menurunnya kasus
kematian ibu dan
anak

Meningkatnya
proporsi status gizi
balita
Meningkatnya
proporsi tenaga
kesehatan di NTT

Rumus Indikator

Kondisi Kinerja
pada Awal
RPJMD

Tahun 2014
Target
Rp
(Juta)

Tahun 2015
Target
Rp
(Juta)

Tahun 2016
Target
Rp
(Juta)

Tahun 2017
Target
Rp
(Juta)

Tahun 2018
Target
Rp
(Juta)

22 Kab/kota
1. Jumlah org.
kepemudaan yg dibina
Jumlah organisasi
kepemudaan
2. Jumlah medali/piala
yg diperoleh
Jumlah event olahraga
yg diikuti

1. Jumlah kasus
kematian ibu
melahirkan
Jumlah ibu melahirkan;
2. Jumlah kasus
kematian bayi
Jumlah bayi

Jumlah balita berstatus


gizi baik
Jumlah Balita
1. Jumlah Nakes di
NTT
Jumlah Penduduk

Pemuda dan
Olahraga
Dinas
Pendidikan
Pemuda dan
Olahraga

4,850

4,900

5,300

6,000

6,600

745,570

745,600

820,100

902,200

992,40
0

BTL

6,950

7,000

7,700

8,500

9,300

Dinas
Kesehatan

710

800

800

1,000

1,100

Dinas
Kesehatan

650

700

700

900

900

Dinas
Kesehatan

2,800

2,800

3,000

3,400

3,700

Dinas
Kesehatan

4,800

4,800

5,200

5,900

6,400

Dinas
Kesehatan

570

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

Penanggung
Jawab

600

600

800

142

800

Dinas
Kesehatan

BU

10.

04.

05.

04.

05.

06.

08.

Program Prioritas
Pembangunan
Pembangunan
Kesehatan
Program Hibah &
Bantuan Sosial
Kemasyarakatan
Bidang Kesehatan
Program Upaya
Kesehatan
Perorangan

Program Dukungan
Manajemen dan
Pelaksanaan
Tugas Teknis
Lainnya
PEKERJAAN
UMUM
Program
Pembangunan
Jalan dan
Jembatan

Program
Pengembangan
Perumahan dan
Permukiman
Program
Pengolahan
Sumber Air
Program
Pengembangan
dan Pengelolaan
Jaringan Irigasi

Indikator Kinerja
Program
(Outcome)

Rumus Indikator

Kondisi Kinerja
pada Awal
RPJMD

Tahun 2014
Target
Rp
(Juta)

Tahun 2015
Target
Rp
(Juta)

Tahun 2016
Target
Rp
(Juta)

Tahun 2017
Target
Rp
(Juta)

Tahun 2018
Target
Rp
(Juta)

Penanggung
Jawab

BTL

Meningkatnya
pelayanan RSUD

Meningkatnya
kualitas jalan dan
jembatan provinsi

Meningkatnya
kualitas perumahan
dan permukiman di
NTT
Meningkatnya
proporsi masyarakat
yg mendapat
pelayanan air bersih
Meningkatnya luas
wilayah pertanian yg
mendapat
pelayanan air irigasi
dan embung

1. Persediaan medis yg
tersedia
Persediaan medisyg
dibutuhkan
2. Peralatan medis yg
tersedia
Perlatan medis yg
dibutuhkan

1. Panjang jalan
provinsi dlm kondisi
baik
Total panjang jalan
provinsi
2. Jumlah jembatan dlm
kondisi baik
Total jumlah jembatan
Jumlah rumah kumuh
yg ditangani
Jumlah rumah kumuh
Jumlah kk yg mendapat
air bersih
Jumlah KK di NTT
1. Luas wilayah Irigasi
dlm kondisi baik
Total luas wilayah
irigasi;
2. Jumlah embung baru
dlm tahun N

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

7,393

7,400

7,400

7,400

9,900

23,540

23,600

25,900

28,600

31,400

50,170

50,200

55,200

60,800

66,800

127,700

127,700

140,400

154,600

170,00
0

Dinas
Pekerjaan
Umum

9,700

9,700

10,600

11,800

12,900

Dinas
Pekerjaan
Umum

69,530

69,600

76,500

84,300

92,700

Dinas
Pekerjaan
Umum

143

RSUD Prof.
Dr. W.Z.
Johannes
Kupang

RSUD Prof.
Dr. W.Z.
Johannes
Kupang

Dinas
Pekerjaan
Umum

BU

Program Prioritas
Pembangunan

09.

Program
Pengembangan
Sarana dan
Prasarana
Pedesaan
Program
Manajemen dan
Layanan Tata
Laksana
Infrastruktur PU

10.

04.

05.

06.

07.

08.

PERENCANAAN
PEMBANGUNAN
Program
Pengembangan
Data Perencanaan
dan Pembinaan
Tata Ruang

Program
Perencanaan dan
Evaluasi
Pembangunan
Daerah
Program Dukungan
Manajemen
Kerjasama
Pembangunan
Daerah Dengan
Lembaga
Internasional
Program Desa
Mandiri Anggur
Merah
Program Hibah
Kelompok

Indikator Kinerja
Program
(Outcome)
Meningkatnya
jumlah desa yg telah
dikembangkan
infrastrukturnya

Rumus Indikator

1.Jumlah data yg
dimuktahirkan
Total jumlah data yg
dipantau;
2. Jumlah pengujian yg
dilaksanakan
Total jumlah pengujian
yg diminta

1. Meningkatnya
ketersediaan data
perencanaan
pembangunan;
2. Meningkatnya
pembinaan tata
ruang wilayah
provinsi
Meningkatnya
keselarasan
perencanaan
pembangunan
daerah dan pusat

1. Jumlah data yg
dimuktahirkan
Total jumlah data yg
dipantau
2. Jumlah kasus tata
ruang yg diselesaikan
Jumlah kasus tata
ruang yg teridentifikasi
Jumlah Program
daerah yg mendukung
prioritas Nasional &
Prov
Jumlah program yg
direncanakan
Jumlah program donor
yg mendukung prioritas
Total jumlah program
donor

Meningkatnya
pengembalian &
perguliran dana
desa mandiri
Minigkatnya proporsi
desa yang menirima

Tahun 2014
Target
Rp
(Juta)

Total jumlah embung


Jumlah desa yg
dibangun infastruktur
Total jumlah desa

1. Meningkatnya
ketersediaan data
PU yang
termuktahir;
2. Menigkatnya
pelayanan jasa
labotarium pengujian

Meningkatnya
keselarasan
perencanaan
pembangunnan
antara daerah dan
lembaga donor

Kondisi Kinerja
pada Awal
RPJMD

Jumlah desa yg
menggulirkan dana
Jumlah desa yg
menerima bantuan
Jumlah desa yg
menerima dana

48%

Tahun 2015
Target
Rp
(Juta)

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

Tahun 2017
Target
Rp
(Juta)

Tahun 2018
Target
Rp
(Juta)

Penanggung
Jawab

2,000

2,000

2,200

2,500

2,700

Dinas
Pekerjaan
Umum

2,100

3,000

3,300

3,700

4,000

Dinas
Pekerjaan
Umum

1,550

1,600

1,700

2,000

2,200

3,670

3,700

4,000

4,500

4,900

830

900

900

1,100

1,200

55%

60%
34,750

30%

Tahun 2016
Target
Rp
(Juta)

48%

65%
34,800

67%
153,000

70%
38,200

85%
153,000

75%
42,200

100%
153,000

153,000

144

46,400

Badan
Perencanaan
Pembangunan
Daerah

Badan
Perencanaan
Pembangunan
Daerah

Badan
Perencanaan
Pembangunan
Daerah

Badan
Perencanaan
Pembangunan
Daerah
BTL

BU

04.

04.

05.

04.

05.

04.

Program Prioritas
Pembangunan
Masyakarat Bidang
Pengembangan
Perekonomian
Program
Pengembangan
Wilayah
Perbatasan

Indikator Kinerja
Program
(Outcome)
bantuan dana desa
mandiri
Meningkatnya
tingkat keamanan di
wilayah perbatasan

PERHUBUNGAN
Program
Pembangunan
Prasarana dan
Fasilitas
Perhubungan

Meningkatnya
tingkat keamanan
pelayanan
perhubungan di
daerah

Program
Peningkatan
Pelayanan
Angkutan

Meningkatnya
tingkat keselamatan
lalulintas darat, laut
dan udara

LINGKUNGAN
HIDUP
Program
Peningkatan
Pengendalian
Pemanfaaatan
Sumber Daya Alam
dan Lingkungan
Hidup
Program
Perlindungan
Pemulihan
Konservasi Sumber
Daya Alam dan
Lingkungan Hidup
SOSIAL
Program
Pemberdayaan
Fakir Miskin
Komunitas Adat
Terpencil KAT dan

Rumus Indikator

Tahun 2014
Target
Rp
(Juta)

Tahun 2015
Target
Rp
(Juta)

Tahun 2016
Target
Rp
(Juta)

Tahun 2017
Target
Rp
(Juta)

Tahun 2018
Target
Rp
(Juta)

Penanggung
Jawab

Total jumlah desa

Kasus wilayah
perbatasan yg
diselsaikan
Jumlah kasus
perbatasan yg
diidentifikasi
Jumlah kasus
perhubungan yg
diselsaikan
Jumlah kasus
perhubungan yg
diidentifikasi
Jumlah kasus
keselamtan lalulintas yg
ditangani
Jumlah potensi
keselamatan lalulintas
yg diidentifikasi

Meningkatnya
kualitas lingkungan
hidup wilayah
provinsi NTT

Jumlah kasus
pencemaran lingkungan
yg ditangani
Jumlah kasus
pencemaran lingkungan
yg teridnetifikasi

Meningkatnya luas
lahan kritis yang
ditangani

Luas lahan kritis yg


ditangani
Luas lahan kritis yg
diidentifikasi

Meningkatnya
pelayanan sosial
untuk masyarakat
miskin, terpencil dan
penyandang

Kondisi Kinerja
pada Awal
RPJMD

Jumlah masyarakat
miskin, terpencil dan
penyandang masalah
kesra yg ditangani
Jumlah masyarakat

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

Badan
Pengelola
Perbatasan
Daerah

1,290

1,300

1,400

1,600

1,700

4,290

4,300

4,700

5,300

5,800

Dinas
Perhubungan

1,910

2,000

2,200

2,500

2,700

Dinas
Perhubungan

2,750

2,800

3,000

3,400

3,700

Badan
Lingkungan
Hidup Daerah

770

800

800

1,000

1,100

Badan
Lingkungan
Hidup Daerah

1,210

1,300

1,400

1,600

1,700

Dinas Sosial

145

BU

05.

06.

07.

08.

09.

04.

05.

06.

Program Prioritas
Pembangunan
Penyandang
Masalah
Kesejahteraan
Sosial PMKS
Lainnya
Program
Pelayanan dan
Rehabilitasi
Kesejahteraan
Sosial
Program
pembinaan para
penyandang cacat
dan eks trauma
Program
Penyandang
penyakit sosial
Program
Pemberdayaan
Kelembagaan
Kesejahteraan
Sosial
Program Bantuan
Sosial Kepada
Individu dan
/Keluarga
KETENAGAKERJA
AN
Program
Pembinaan dan
Peningkatan
Ketenagakerjaan
Program
Perlindungan dan
Pengawasan
Ketenagakerjaan
Program
Pengembangan
dan Pembinaan
Wilayah
Transmigrasi

Indikator Kinerja
Program
(Outcome)
masalah kesra

Meningkatnya
ketrampilan dan
kemampuan
masyarakat
penyandang
masalah sosial

Rumus Indikator

Kondisi Kinerja
pada Awal
RPJMD

Tahun 2014
Target
Rp
(Juta)

Tahun 2015
Target
Rp
(Juta)

Tahun 2016
Target
Rp
(Juta)

Tahun 2017
Target
Rp
(Juta)

Tahun 2018
Target
Rp
(Juta)

Penanggung
Jawab

miskin, terpencil dan


penyandang maslah
kesra yg teridentifikasi

Jumlah penyandang
masalah sosial yg
dilatih
Jumlah penyandang
masalah sosial yg
teridentifikasi

Dinas Sosial
6,870

6,900

7,500

8,400

9,200

390

400

400

500

500

430

500

500

700

700

450

500

500

700

700

890

900

900

900

900

3,560

3,600

3,900

4,400

4,800

Dinas Tenaga
Kerja dan
Transmigrasi

1,350

1,400

1,500

1,700

1,800

Dinas Tenaga
Kerja dan
Transmigrasi

1,650

1,700

1,800

2,100

2,300

Dinas Tenaga
Kerja dan
Transmigrasi

Dinas Sosial

Dinas Sosial

Dinas Sosial

BTL

Meningkatnya
jumlah angkatan
kerja yg memiliki
ketrampilan
Meningkatnya
perlindungan tenaga
kerja
Meningkatnya
pengembangan dan
pembinaan wilayah
transmigrasi

Jumlah angkatan kerja


yg dilatih
Jumlah angkatan kerja
yg teridnetifikasi
Jumlah kasus tenaga
kerja yg diselsaikan
Jumlah kasus tenaga
kerja yg diidentifikasi
1. Jumlah transmigran
baru yg difasilitasi
Jumlah peminat
transmigrasi
2. Luas wilayah
transmiggrasi yg ditata

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

146

BU

Program Prioritas
Pembangunan

Indikator Kinerja
Program
(Outcome)

Rumus Indikator

Kondisi Kinerja
pada Awal
RPJMD

Tahun 2014
Target
Rp
(Juta)

Tahun 2015
Target
Rp
(Juta)

Tahun 2016
Target
Rp
(Juta)

Tahun 2017
Target
Rp
(Juta)

Tahun 2018
Target
Rp
(Juta)

Penanggung
Jawab

Total luas wilayah


transmigrasi

04.

05.

06.

04.

05.

04.

06.

KOPERASI DAN
USAHA KECIL
MENENGAH
Program
Peningkatan dan
Pengembangan
Koperasi
Program
pengembangan
usaha kecil
menengah

Program Hibah
Bantuan Koperasi
PENANAMAN
MODAL
Program
Peningkatan
Promosi dan
Kerjasama
Investasi
Program
Peningkatan
Investasi Daerah

Meningkatnya
proporsi jumlah
koperasi yang aktif
Meningkatnya
aktifitas usaha
UMKM

Jumlah koperasi yg
aktif
Jumlah koperasi yg
terdaftar
1. Jumlah UMKM baru
tahun N - (N-1)
Total jumlah UMKM yg
teridentifikasi;
2. Omzet UMKM tahun
N - (N-1)
Total omzet UMKM

930

1,000

1,100

1,300

1,400

Dinas Koperasi
dan Usaha
Mikro Kecil

2,000

2,000

2,200

2,500

2,700

Dinas Koperasi
dan Usaha
Mikro Kecil

2,000

2,000

2,000

2,000

2,000

960

1,000

1,100

1,300

1,400

1,150

1,200

1,300

1,500

1,600

5,240

5,300

5,800

6,500

7,100

Dinas
Kebudayaan
dan Pariwisata

3,540

3,600

3,900

4,400

4,800

Dinas
Kebudayaan
dan Pariwisata

BTL

Meningkatnya
realisasi investasi
dan kerjasama di
daerah

Realisasi investasi
Rencana investasi

Meningkatnya
ketersediaan data
potensi investasi
daerah

Jumlah data yg
dimuktahirkan
Total jumlah data yg
dipantau

KEBUDAYAAN
Program
Pengelolaan
Kekayaan Budaya

Meningkatnya
pengelolaan obyek
budaya

Program
Pengembangan
Kemitraan
Kebudayaan,
destinasi dan
Promosi Pariwisata

1. Meningkatnya
kerjasama promosi
wisata antar daerah;
2. Meningkatnya
cakupan promosi
obyek wisata daerah

Jumlah obyek budaya


yg ditangani
Jumlah obyek budaya
yg diidentifikasi
1. Jumlah daerah yg
bekerjasama
Total potensi daerah
untuk kerjasama;
2. Jumlah obyek wisata
yg dipromosi
Jumlah obyek wisata yg
diidentifikasi

KESATUAN

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

147

Badan
Koordinasi
Penanaman
Modal Daerah
Badan
Koordinasi
Penanaman
Modal Daerah

BU

04.

06.

04.

05.

04.

04.

Program Prioritas
Pembangunan

Indikator Kinerja
Program
(Outcome)

Rumus Indikator

Menurunnya tingkat
gangguan ketertiban
di daerah

Jumlah kasus
gangguan ketertiban
Tahun N
Total jumlah kasus
gangguan

Program
pengembangan
wawasan
kebangsaan dan
politik

Meningkatnya upaya
upaya
pengembangan
wawasan
kebangsaan

Program
Peningkatan
Keamanan dan
Kenyamanan
Lingkungan
Program
Penyandang
penyakit sosial
Program
Pencegahan Dini
dan
Penanggulangan
Korban Bercana
Alam
OTDA, UM,
ADMINKU
PERANGKAT
DAERAH,
KEPEGAWAIAN
DAN
PERSANDIAN
Program
Peningkatan
Pelayanan
Kedinasan Kepala

Meningkatnya peran
Pol PP dalam
penanganan
keamanan
lingkungan
Meningkatnya
kemampuan PPNS

!. Jumlah tokoh daerah


yg diberdayakan
Jumlah tokoh daerah yg
diidentifikasi
2. Jumlah forum
kebangsaan yg aktif
Jumlah forum
kebangsaan yg
diidentifikasi
Jumlah kasus yg
diamankan Pol PP
Jumlah kasus yg
teridentifikasi

BANGSA DAN
POLITIK DALAM
NEGERI
Program
pemeliharaan
ketahanan dan
kenyamanan
lingkungan

Kondisi Kinerja
pada Awal
RPJMD

Tahun 2014
Target
Rp
(Juta)

Jumlah PPNS yg dilatih


Jumlah calon PPNS

Meningkatnya
kerjasama dalam
tanggap darurat

Jumlah bencana yg
ditangani
Jumlah bencana yg
terjadi

Terfasilitasinya
agenda kegiatan
Gub & wagub
selama 1 tahun

Jumlah kegiatan Gub &


Wagub yg dilaksanakan
Jumlah kegiatan Gub &
Wagub yg diagendakan

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

Tahun 2015
Target
Rp
(Juta)

Tahun 2016
Target
Rp
(Juta)

Tahun 2017
Target
Rp
(Juta)

Tahun 2018
Target
Rp
(Juta)

Penanggung
Jawab

Badan
Kesatuan
Bangsa Politik
dan
Perlindungan
Masyarakat
Badan
Kesatuan
Bangsa Politik
dan
Perlindungan
Masyarakat

800

800

800

1,000

1,100

2,380

2,400

2,600

3,000

3,300

1,140

1,200

1,300

1,500

1,600

Satuan Polisi
Pamong Praja

250

300

300

400

400

Satuan Polisi
Pamong Praja

2,900

2,900

3,100

3,600

3,900

7,770

7,800

8,500

9,500

10,400

Badan
Penanggulang
an Bencana
Daerah

Biro Umum

148

BU

04.

05.

04.

05.

04.

05.

Program Prioritas
Pembangunan
Daerah Wakil
Kepala Daerah
Program
peningkatan dan
Pengembangan
pengelolaan
keuangan daerah

Indikator Kinerja
Program
(Outcome)

Meningkatnya
pengelolaan
keuangan daerah
sesuai aturan yg
berlaku

Program
pembinaan dan
fasilitasi
pengelolaan
keuangan
kabupaten kota
Program
Pendidikan
Kedinasan
Program
Pembinaan dan
Pengembangan
Aparatur

Meningkatnya
pengelolaan
keuangan daerah
kabupaten dan kota

Program Penataan
Peraturan
Perundang
Undangan

Meningkatnya
ketersediaan
perangkat aturan
perundangan yg
dibbutuhkan

Program
Peningkatan
Kesadaran Hukum
Masyarakat

1. Meningkatnya
penyebaran
informasi tentang
Perda baru;
2. Meningkatnya

Meningkatnya
pengetahuan dan
ketrampilan PNS
Meningkatnya
kinerja aparatur

Rumus Indikator

Kondisi Kinerja
pada Awal
RPJMD

Tahun 2014
Target
Rp
(Juta)

1.Jumlah dokumen
anggaran dan laporan
yg diselesaikan tepat
waktu
Jumlah dokumen
anggaran dan laporan
2. Jumlah temuan BPK
tahun N - (N-1)
Total temuan BPK
Jumlah kabupaten yg
menyelesaikan
dokumen anggaran
tepat waktu
Jumlah kabupaten
Jumlah PNS yg dilatih
Total PNS
1. Jabatan struktural yg
terisi
Jumlah jabatan
strukktural
2. Jumlah PNS pd
setiap SKPD
Jumlah kebutuhan PNS
pd setiap SKPD
3. Jumlah kasus disiplin
PNSyg ditangani
Jumlah kasus disiplin
PNS yg teridentifikasi
Jumlah aturan
perundangan yg
diasistensi
Jumlah aturan
perundangan yg
dibutuhkan/diwajibkan
1. Jumlah Perda yg
disosialisasikan
Total jumlah perda
baru;
2. Jumlah aturan

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

Tahun 2015
Target
Rp
(Juta)

9,800

9,800

1,880

1,900

100

100

7,770

7,800

1,090

1,100

1,130

1,200

Tahun 2016
Target
Rp
(Juta)

Tahun 2017
Target
Rp
(Juta)

Tahun 2018
Target
Rp
(Juta)

Penanggung
Jawab

100%

100%

100%

Biro Keuangan

10,700

100%

11,900

100%
2,000

100%

100%
2,300

100%
100

100%

100%

100%

100%

100%

100%

10,400

Biro
Kepegawaian

Biro Hukum
1,500

100%
1,500

149

Biro
Kepegawaian

100%
1,400

1,300

200
100%

9,500

1,200

Biro Keuangan
2,500

200

8,500

100%

13,000

Biro Hukum
1,600

BU

04.

05.

04.

04.

05.

05.

04.

Program Prioritas
Pembangunan

Program Penataan
Kelembagaan dan
Ketatalaksanaan
Program
Penerapan
Kepemerintahan
Yang Baik
Program
Pengendalian
Administrasi
Pembangunan
Daerah

Indikator Kinerja
Program
(Outcome)
penyebaran
informasi tentang
perundangan yg
baru
Meningkatnya
efisiensi dan kinerja
perangkat organisasi
daerah
Tersedianya
perangkat penilaian
kinerja organisasi
daerah
Meningkatnya
pengelolaan
program dan
kegiatan SKPD

Program
Koordinasi dan
Pembinaan
Pembangunan
Perekonomian dan
Sumber Daya Alam
Fasilitas Kerjasama
Ekonomi dan
Pembinaan Badan
Usaha

Meningkatnya
kerjasama dan
kooridnasi
pembangunan
perekonomian

Program Hibah
Bidang
Perekonomian

Hibah kepada
Dekranasda dan
Lembaga Penjamin
Kredit Daerah
(LPKD)
Meningkatnya
koordinasi dan

Program
Koordinasi

Meningkatnya
fasilitasi kerjasama
ekonomi dan
pembinaan badan
usaha

Rumus Indikator

Kondisi Kinerja
pada Awal
RPJMD

Tahun 2014
Target
Rp
(Juta)

perundangan yg
disosialisasikan
Total aturan
perundangan baru
Status penilaian kinerja
tahun N
Status penilian kinerja
tahun N -1
Perangkat penilaian
kinerja yg tersedia
Perangkat penilaian
kinerja yg diwajibkan
!. Jumlah SKPD yg
melaksanakan program
sesuai jadwal yg
disusun
Jumlah SKPD
2. Jumlah SKPD yg
melaksanakan tender
tepat waktu
Jumlah SKPD yg
melaksanakan tender
Jmlh masalah bidang
ekonomi yg
diselesaikan
Jmlh masalahs bidang
ekonomi yg
diidentifikasi
Jumlah
potensi/permslhn
kerjasama yg
diselesaikan
Jumlah
potensi/permshln
kerjasama yg
diidentifikasi

Tahun 2015
Target
Rp
(Juta)

Tahun 2016
Target
Rp
(Juta)

Tahun 2017
Target
Rp
(Juta)

Tahun 2018
Target
Rp
(Juta)

Penanggung
Jawab

100%

100%

100%
1,400

Biro
Organisasi

2,000

Biro
Organisasi

970

1,000

1,100

1,450

1,500

4,300

4,300

4,700

5,300

5,800

900

900

900

1,100

1,200

Biro
Perekonomian

450

500

500

700

700

Biro
Perekonomian

2,350

2,400

2,400

2,400

2,400

1,730

1,800

1,900

2,200

2,400

100%

1,300

100%
1,600

100%

100%
1,900

100%

100%

Biro
Administrasi
Pembangunan

BTL

Jmlh masalah bidang


kesra yg diselsaikan

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

150

Biro
Kesejahteraan

BU

05.

06.

04.

05.

06.

04.

Program Prioritas
Pembangunan
Peningkatan
Kesejahteraan
Masyarakat
Program
Peningkatan
Kerukunan Hidup
Umat Beragama
Program Hibah
Organisasi
Kemasyarakatan
Bidang Pendidikan
& Keagamaan

Program
Peningkatan
Kerjasama Antar
Pemerintah Daerah

Indikator Kinerja
Program
(Outcome)
kerjasama bidang
kesejahteraan
masyarakat
Meningkatnya
kerukunan hidup
beragama di daerah
Hibah
pemberdayaan
ekonomi, sarana
prasarana dan
pelayanan
keagamaan melalui
lembaga agama dan
bantuan pendidikan
bagi mahasiswa
kedokteran hewan
Meningkatnya
kerjasama antar
pemerintah daerah

Program
Peningkatan
Kerjasama Antar
Pemerintah Daerah

Terfasilitasinya
kerjasama antar
daerah

Program
Peningkatan Tata
Kelola
Pemerintahan
Kependudukan dan
Otda

Terfasilitasinya
semua kebutuhan
tata kelola
pemerintahan dan
kebutuhan
administrasi
kependudukan
Meningkatnya
perlindungan anak
dan perempuan

Program
pemberdayaan dan
perlindungan anak
dan perempuan

Rumus Indikator

Kondisi Kinerja
pada Awal
RPJMD

Tahun 2014
Target
Rp
(Juta)

Tahun 2015
Target
Rp
(Juta)

Tahun 2016
Target
Rp
(Juta)

Tahun 2017
Target
Rp
(Juta)

Tahun 2018
Target
Rp
(Juta)

Jmlh masalah bidang


kesra yg diidentifikasi
Jumlah kasus tantrib
bernuansa agama
Total jumlah kasus
tantrib

1. Jumlah
permshln/potensi yg
diselsaikan
Jumlah
permsalhn/potensi yg
diidnetifikasi
Jumlah fasilitasi
kerjasama yg
dilaksanakan
Jumlah kebutuhan
fasilitasi yg diidentifikasi
Jumlah kebutuhan tata
kelola yg terfasilitasi
Jumlah kebutuhan
fasilitasi tata kelola

Jumlah kasus
kekerasan anak &
perempuan yg
diselesaikan
Jumlah kasus
kekerasan anak &
perempuan yg
teridentifikasi

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

Penanggung
Jawab
Rakyat

2,770

2,800

3,000

3,400

3,700

Biro
Kesejahteraan
Rakyat

10,500

10,500

11,500

12,800

14,000

Biro
Kesejahteraan
Rakyat

150

200

200

300

300

Biro
Pemerintahan

330

400

400

500

500

Biro
Pemerintahan

1,130

1,200

1,300

1,500

1,600

Biro
Pemerintahan

1,070

1,100

1,200

1,400

1,500

151

Biro
Pemberdayaan
Perempuan

BU

Program Prioritas
Pembangunan

05.

Program
Penguatan
Kelembagaan
Pengarusutamaan
Gender dan Anak
Program Hibah
Bidang
Pemberdayaan
Perempuan,
Perlindungan Anak
dan KB
Program
Peningkatan
Kapasitas
Lembaga
Perwakilan Rakyat
Daerah

05.

04.

04.

05.

04.

05.

Indikator Kinerja
Program
(Outcome)
Meningkatnya peran
lembaga
perlindungan anak
dan pengaras
utamaan gender
Hibah kepada PKBI
dan OKK

Meningkatnya peran
DPRD

Peningkatan
Sistem
Pengawasan
Internal dan
Pengendalian
Pelaksanaan
Kebijakan KDH

Meningkatnya
pengawasan dan
pengendalian
pembangunan
daerah

Peningkatan
Profesionalisme
Tenaga Pemeriksa
dan Aparatur
Pengawasan
Program
Peningkatan
Pelayanan
Kedinasan Kepala
Daerah Wakil
Kepala Daerah
Program
Peningkatan
Kerjasama Antar
Pemerintah Daerah
dan Pemerintah

Meningkatnya
kemampuan aparat
pemeriksa

Meningkatnya
fasilitasi kegiatan
Gub & wagub

Meningkatnya
fasiliitasi koordinasi
daerah dengan K/L

Rumus Indikator

Kondisi Kinerja
pada Awal
RPJMD

Tahun 2014
Target
Rp
(Juta)

Jumlah lembaga yg
dilatih
Jumlah lembaga yg
teridnetifikasi

Tahun 2015
Target
Rp
(Juta)

Tahun 2016
Target
Rp
(Juta)

Tahun 2017
Target
Rp
(Juta)

Tahun 2018
Target
Rp
(Juta)

Penanggung
Jawab
Biro
Pemberdayaan
Perempuan

1,160

1,200

1,300

1,500

1,600

1,350

1,400

1,400

1,400

1,400

32,310

32,400

35,600

39,300

43,200

5,530

5,600

6,100

6,800

7,400

150

200

200

300

300

260

300

300

400

400

Kantor
Penghubung

250

300

300

400

400

Kantor
Penghubung

BTL

1. Jumlah ranperda yg
diselesaikan
Jumlah Ranperda yg
diajukan
2. Jumlah ranperda
inisiatif yg diselesaikan
Jumlah ranperda
inisiatif yg diajukan
1. Jumlah kasus yg
ditemukan tahun N
Jumlah kasus yg
ditemukan tahun N-1;
2. Jumlah temuan yg
diselesaikan
Jumlah temuan yg
diidentifikasi
Jumlah aparat
pemeriksa yg dilatih
Total aparat pemeriksa

Jumlah kegiatan Gub &


Wagub yg difasilitasi
tahun N
Jumlah kegiatan Gub&
Wagub yg di fasilitasi
Tahun N-1
Jumlah fasilitasi
koordinasi K/L tahun N
Jumlah fasilitasi
koordinasi K/L tahun N1

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

Sekretariat
Dewan
Perwakilan
Rakyat Daerah

Inspektorat

Inspektorat

152

BU

04.

04.

05.

04.

06.

04.

05.

07.

Program Prioritas
Pembangunan
Pusat
Program
peningkatan dan
Pengembangan
pengelolaan
keuangan daerah
dan Penataan Aset
Program
Pendidikan
Kedinasan

Program
Pengembangan
Data/Informasi
Penelitian dan
Pembangunan

Indikator Kinerja
Program
(Outcome)

Rumus Indikator

Meningkatnya
penerimaan PAD

PAD Tahun N
PAD Tahun N-1

Meningkatnya
pemahaman dan
pengetahuan
aparatur

Jumlah PNS yg
mengikuti Diklat
Jumlah PNS yg perlu
mengikuti diklat

Tersedianya data
dan informasi

Jumlah data yg
dimuktahirkan
Total jumlah data yg
dipantau

Kondisi Kinerja
pada Awal
RPJMD

Tahun 2014
Target
Rp
(Juta)

Program
Pengembangan
Data Informasi
Perijinan Investasi
Program
Peningkatan
Kualitas Pelayanan
Perijinan

Meningkatnya
pelayanan perijinan

Jumlah ijin yg difasilitasi


Jumlah ijin yg diajukan

Program
Pembinaan
Pengembangan
dan Perlindungan
KORPRI
KETAHANAN
PANGAN
Program
Peningkatan
Ketahanan Pangan
Pertanian
Perkebunan
Program
Peningkatan

Terfasilitasinnya
pembinaan Korpri

Jumlah pembinaan/keg
Korpriyg dilaksanakan
Jumlah pembinaan
Korpri yg dibutuhkan

Meningkatnya
ketahanan pangan
masyarakat

Jumlah pangan yg
tersedia
Jumlah pangan yg
dibutuhkan

1. Meningkatnya
kemampuan

1. Jumlah Lembaga tani


& potkan yg dibina

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

Tahun 2015
Target
Rp
(Juta)

Tahun 2016
Target
Rp
(Juta)

Tahun 2017
Target
Rp
(Juta)

12,920

13,000

14,300

15,800

17,300

4,480

4,500

4,900

5,500

6,000

1,020

1,100

1,200

1,400

1,500

630

700

700

900

900

340

400

400

500

500

1,560

1,600

1,700

2,000

2,200

1,740

1,800

1,900

2,200

2,400

5,940

6,000

6,600

7,300

8,000

153

Tahun 2018
Target
Rp
(Juta)

Penanggung
Jawab

Dinas
Pendapatan
dan Aset
Daerah

Badan
Pendidikan
Pelatihan
Penelitian dan
Pengembanga
n Daerah
Badan
Pendidikan
Pelatihan
Penelitian dan
Pengembanga
n Daerah
Kantor
Pelayanan
Perijinan
Terpadu Satu
Pintu
Kantor
Pelayanan
Perijinan
Terpadu Satu
Pintu
Sekretariat
Dewan
KORPRI

Badan
Ketahanan
Pangan dan
Penyuluhan
Badan
Ketahanan

BU

Program Prioritas
Pembangunan
Penyuluhan Usaha
Tani

04.

05.

06.

07.

04.

PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
DESA
Program
Pemberdayaan dan
Pengembangan
Masyarakat
Pedesaan

Program
Peningkatan
Kapasitas
Kelembagaan
Sosial Ekonomi
dan Aparatur Desa
Program
Pengembangan
Kemitraan dan
Teknologi
Pedesaan
Program Hibah
Bantuan
Perumahan
(P2LDT)

KEARSIPAN
Program
peningkatan sistem
informasi
administrasi dan
kearsipan

Indikator Kinerja
Program
(Outcome)
lembaga tani dan
poktan;
2. Meningkatnya
cakupan informasi
ketahanan pangan
di masyarakat

1. Meningkatnya
kemampuan aparat
dan kader desa;

Rumus Indikator

Kondisi Kinerja
pada Awal
RPJMD

Tahun 2014
Target
Rp
(Juta)

Tahun 2015
Target
Rp
(Juta)

Tahun 2016
Target
Rp
(Juta)

Tahun 2017
Target
Rp
(Juta)

Tahun 2018
Target
Rp
(Juta)

Jumlah lembaga tani


dan poktan yg
diidentifikasi;
2. Jumlah media
informasi yg tersedia
Jumlah penduduk

1. Jumlah kader dan


aparat desa tg dilatih
Total jumlah kader dan
aparat desa
2. Jumlah kader &
aparat yg mendapat
penghargaan
Total jumlah kader dan
aparat desa
Jumlah kasus
pelaksanaan PNPM yg
diselsaikan
Jumlah kasus
pelaksanaan PNPM yg
diidentifikasi

Pangan dan
Penyuluhan

1,550

1,600

1,700

2,000

2,200

1,100

1,100

1,200

1,400

1,500

Jumlah masyarakat yg
memnafaatkan TTG
Total masyarakat desa

360

400

400

500

500

Meningkatnya
kualitas lingkungan
dan perumahan
masyarakat

Jumlah rumah kumuh


yg ditangani
Jumlah rumah kumuh

30,600

30,600

33,600

37,100

40,800

Tersedianya arsip
daerah yang
lengkap dan terkini

Jumlah berkas yg
terarsipkan
Jumlah berkas yg
teridnetifikasi

1,000

1,000

1,100

1,300

1,400

Meningkatnya
kualitas
pelaksanaan
program
pemberdayaan
masyarakat desa
(PNPM)
Meningkatnya
penggunaan TTG di
wilayah pedesaan

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

Penanggung
Jawab

Badan
Pemberdayaan
Masyarakat
dan
Pemerintahan
Desa

Badan
Pemberdayaan
Masyarakat
dan
Pemerintahan
Desa
Badan
Pemberdayaan
Masyarakat
dan
Pemerintahan
Desa
Badan
Pemberdayaan
Masyarakat
dan
Pemerintahan
Desa
Badan Arsip

154

BU

Program Prioritas
Pembangunan

05.

Program
Pembinaan dan
Pengembangan
Aparatur
KOMUNIKASI DAN
INFORMASI
Program
Peningkatan
Komunikasi dan
Informasi Daerah

05.

06.

07.

07.

04.

05.

04.

04.

Program
Kerjasama
Informasi dan
Media Massa
Program
Pengembangan
Informasi
Pembangunan
Daerah
Program Hibah
Organisasi Bidang
Komunikasi dan
Informasi
Program
Pengembangan
Data/Informasi
Program
Kerjasama
Informasi dan
Media Massa
PERPUSTAKAAN
Program
Pengembangan
Budaya Baca dan
Pembinaan
Perpustakaan
URUSAN PILIHAN
PERTANIAN
Program
Peningkatan
Produksi dan

Indikator Kinerja
Program
(Outcome)
Meningkatnya
pemahaman
aparatur terhadap
pentuingnya arsip

Meningkatnya
kemampuan aparat
pengelola
komunikasi dan
informasi

Meningkatnya
persebaran
informasi
pembangunan di
media masa
Hibah kepada KPDI

Meningkatnya
penggunaan TIK
dalam pelayanan
pemerintahan

Rumus Indikator

Kondisi Kinerja
pada Awal
RPJMD

Tahun 2014
Target
Rp
(Juta)

Jumlah PNS yg dilatih


Total PNS

Jumlah aparat informasi


& komunikasi yg dilatih
Total jumlah aparat
informasi & komunikasi

Frekuensi berita
pembangunan daerah
yg tersebar dalam 1
tahun

Tahun 2015
Target
Rp
(Juta)

Tahun 2016
Target
Rp
(Juta)

Tahun 2017
Target
Rp
(Juta)

Tahun 2018
Target
Rp
(Juta)

Penanggung
Jawab
Badan Arsip

280

300

300

400

400

1,280

1,300

1,400

1,600

1,700

130

200

200

300

300

700

700

700

900

900

500

500

500

500

500

700

700

700

900

900

Kantor
Pengolahan
Data Elektronik

180

200

200

300

300

Kantor
Pengolahan
Data Elektronik

1,810

1,900

2,000

2,300

2,500

Badan
Perpustakaan
Daerah

18,560

18,600

20,400

22,600

24,800

Dinas
Pertanian dan
Perkebunan

Dinas
Komunikasi
dan
Informatika
Dinas
Komunikasi
dan
Informatika
Dinas
Komunikasi
dan
Informatika
BTL

Jumlah pelayanan yg
menggunakan TIK
Total jumlah pelayanan
yg teridentifikasi

Meningkatnya
budaya membaca
pada masyarakat

Jumlah pengunjung
perpustakaan tahun N
Jumlah pengunjung
perpustakaan tahun N1

Meingkatnya
penggunaan
teknoligi pertanian

1. Luas lahan
perkebunan yg
berteknologi

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

155

BU

05.

06.

04.

05.

07.

04.

05.

04.

Program Prioritas
Pembangunan
Produktifitas
Tanaman
Perkebunan
Program
Peningkatan
Produksi dan
Produktifitas
Tanaman Pangan
dan Hortikultura
Program
Pengembangan
Benih dan
Pembibitan
Program Dukungan
dan Manajemen
Pembangunan
Peternakan
Program
Peningkatan
Produksi Hasil
Peternakan
Program
Pencegahan dan
Penanggulangan
Penyakit Ternak

KEHUTANAN
Program
Pengembangan
Pemanfaatan dan
Penertiban Sumber
Daya Hutan
Program
Rehabilitasi dan
Konservasi Hutan
dan Lahan
ENERGI DAN
SUMBER DAYA
MINERAL
Program
Pembinaan

Indikator Kinerja
Program
(Outcome)
dalam pengelolaan
tanaman
perkebunan
Meningingkatnya
produksi dan
produktivitas
tanaman pangan
unggulan (Jagung &
Padi)
Meningkatnya
ketersediaan benih
dan bibit sesuai
kebutuhan

Rumus Indikator

Total produksi tanaman


pangan
Luas lahan tanaman
pangan

Jumlah benih & bibit yg


disediakan
Jumlah benih dan bibit
yg dibutuhkan

Jumlah ternak tahun N


Jumlah ternak tahun N1

Meningkatnya
tingkat penanganan
penyakit ternak

Jumlah ternak
berpenyakit yg
ditangani
Jumlah ternak
berpenyakit yg
teridentifikasi

Meningkatnya
penertiban sumber
daya hutan

Jumlah pelanggaran
sumbar daya hutan yg
diselesaikan
Jumlah pelanggaran
sumber daya hutan yg
teridentifikasi
Luas wilayah hutan yg
diknservasi
Total luas wilayah
hutan yg rusak

Meningkatnya
pengelolaan

Tahun 2014
Target
Rp
(Juta)

Tahun 2015
Target
Rp
(Juta)

Tahun 2016
Target
Rp
(Juta)

Tahun 2017
Target
Rp
(Juta)

Tahun 2018
Target
Rp
(Juta)

Penanggung
Jawab

10,250

10,300

11,300

12,500

13,700

Dinas
Pertanian dan
Perkebunan

900

900

900

1,100

1,200

Dinas
Pertanian dan
Perkebunan

680

700

700

900

900

Dinas
Peternakan

14,010

14,100

15,500

17,100

18,800

Dinas
Peternakan

2,000

2,000

2,200

2,500

2,700

Dinas
Peternakan

1,700

1,700

1,800

2,100

2,300

Dinas
Kehutanan

6,850

6,900

7,500

8,400

9,200

Dinas
Kehutanan

2,420

2,500

2,700

3,100

3,400

Dinas
Pertambangan

Luas total lahan


perkebunan

Meningkatnya
produksi dan
produktifitas ternak

Meningkatnya luas
wilayah hutan yg
doknservasi

Kondisi Kinerja
pada Awal
RPJMD

Jumlah kasus
pelanggaran

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

156

BU

Program Prioritas
Pembangunan
Pengawasan dan
Penertiban Usaha
Pertambangan dan
Migas

05.

06.

04.

05.

06.

04.

05.

06.

Program
Pengembangan
Pertambangan
Program
Pembinaan dan
Pengembangan
Ketenagalistrikan
KELAUTAN DAN
PERIKANAN
Program
Pengembangan
Perikanan
Budidaya
Program
Pengembangan
Perikanan Tangkap
Program
Pengembangan
Penyuluhan
Kapasitas
Kelembagaan dan
Pemasaran
Produksi Perikanan
PERINDUSTRIAN
Program
Perlindungan
Konsumen dan
Pengamanan
Perdagangan
Program
Pengembangan
Industri Kecil dan
Menengah
Program

Indikator Kinerja
Program
(Outcome)
pertambangan

Rumus Indikator

Jumlah KK pengguna
listrik non-PLN
Jumlah KK yg tidak
mendapat listrik

Terpenuhinya
kebutuhan bibit ikan

Jumlah bibit ikan yg


dilayani
Jumlah permintaan bibit
ikan
Jumlah alat tangkap yg
tersedia
Jumlahalat tangkap yg
dibutuhkan
Nilai penjualan produk
perikanan tahun N
Nilai penjualan produk
perikanan tahun N-1

Meningkatnya
perlindungan
konsumen terhadap
kecurangan
pedagang
Meningkatnya omzet
penjualan industri
kecil dan menengah
yg dibina
Meningkatnya nilai

Tahun 2014
Target
Rp
(Juta)

Tahun 2015
Target
Rp
(Juta)

Tahun 2016
Target
Rp
(Juta)

Tahun 2017
Target
Rp
(Juta)

Tahun 2018
Target
Rp
(Juta)

pertambangan yg
diselesaikan
Jumlah kasus
pelanggaran
pertambangan yg
diidentifikasi

Meningkatnya
penggunaan listrik
alternatif non PLN
pd wilayah yg tdiak
dilayani PLN

Meningkatnya
jumlah sarana dan
prasarana alat
tangkap ikan
Meningkatnya
penjualan produk
perikanan NTT

Kondisi Kinerja
pada Awal
RPJMD

Jumlah kasus
kecurangan yg
diselesaikan
Jumlah kasus
kecurangan yg
teridentifikasi
Nilai omzet penjualan
tahun N
Nilai omzet penjualan
tahun N-1
Nilai eksport tahun N

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

Penanggung
Jawab
dan Energi

Dinas
Pertambangan
dan Energi
Dinas
Pertambangan
dan Energi

100

100

100

200

200

1,350

1,400

1,500

1,700

1,800

850

900

900

1,100

1,200

Dinas Kelautan
dan Perikanan

18,320

18,400

20,200

22,300

24,500

Dinas Kelautan
dan Perikanan

440

500

500

700

700

Dinas Kelautan
dan Perikanan

730

800

800

1,000

1,100

5,710

5,800

6,300

7,100

7,800

157

Dinas
Perindustrian
dan
Perdagangan

Dinas
Perindustrian
dan
Perdagangan
Dinas

BU

Program Prioritas
Pembangunan
Peningkatan
Perdagangan
Dalam Negeri dan
Luar Negeri

Indikator Kinerja
Program
(Outcome)
eksport
perdagangan produk
NTT

Rumus Indikator

Nilai eksport tahun N-1

Kondisi Kinerja
pada Awal
RPJMD

Tahun 2014
Target
Rp
(Juta)
490

1,770,173

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

Tahun 2015
Target
Rp
(Juta)
500

Tahun 2016
Target
Rp
(Juta)
500

1,777,9
00

1,933,6
00

Tahun 2017
Target
Rp
(Juta)
700

2,122,000

158

Tahun 2018
Target
Rp
(Juta)
700

2,162,
200

Penanggung
Jawab
Perindustrian
dan
Perdagangan

BAB 9
PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH
9.1. DASAR PENETAPAN INDIKATOR
Penetapan indikator kinerja daerah bertujuan untuk memberi gambaran tentang ukuran
keberhasilan pencapaian visi dan misi kepala daerah dan wakil kepala daerah pada akhir periode
masa jabatan. Hal ini ditunjukan dari akumulasi pencapaian indikator outcome program
pembangunan daerah setiap tahun atau indikator capaian yang bersifat mandiri setiap tahun
sehingga kondisi kinerja yang diinginkan pada akhir periode RPJMD dapat dicapai.

9.2. INDKATOR KINERJA SESUAI MISI


9.2.1. Misi-1
Misi-1 yaitu Meningkatkan pelayanan pendidikan dalam rangka terwujudnya mutu
pendidikan, kepemudaan dan keolahragaan yang berdaya saing pencapaian kinerjanya dilaksanakan
melalui agenda-1 dengan tujuan strategis, Indikator sasaran dan sasaran Pembangunan 2013-2018
sebagaimana Tabel 9.1 berikut;
Tabel 9.1
Sasaran Indikator Kinerja Misi-1 Tahun 2014-2018
No

1
1)

2)

3)

4)
A

Tujuan Strategis dan Indikator


sasaran Pembangunan Daerah

Konerja
Awal
RPJMD
2012

Proyeksi
2013

SD

96.89

SMP
SMA/SMK
APK (%)

Sasaran tahun 2014-2018


2014

2015

2016

2017

2018

98.21

99.53

100.53

101.53

102.55

103.57

83.26

89.19

95.13

96.08

97.04

98.01

98.99

69.45

79.6

89.75

90.65

91.55

92.47

93.39

SD

115.34

116.54

117.75

118.34

118.39

118.99

119.58

SMP

97.58

99.41

101.24

103.07

104.9

106.72

108.55

SMA/SMK
Proporsi Pendidikan penduduk
umur >10 tahun
Tidak berizasah

77.16

80.64

84.11

87.59

91.06

94.54

98.01

SD (%)

37.03
29.25

36.29
29.54

35.55
29.84

34.81
30.13

34.07
30.42

33.33
30.71

32.59
31.01

SMP (%)

13.05

13.23

13.42

13.60

13.78

13.96

14.15

SMA (%)

12.08

12.23

12.38

12.53

12.68

12.84

12.99

SMK (%)

3.44

3.49

3.54

3.59

3.65

3.70

3.75

Akademi/PT (%)
Kempuan Membaca
Penduduk Laki-laki >15 th

5.15

5.21

5.28

5.34

5.40

5.46

5.53

Dapat Membaca dan Menulis

91.81

92.26

92.70

93.15

93.59

94.04

94.48

Buta Huruf
Penduduk Perempuan >15 th

8.19

7.74

7.30

6.85

6.41

5.96

5.52

Dapat Membaca dan Menulis

88.84

89.58

90.33

91.07

91.81

92.55

93.30

Peningkatan dan perluasan akses


pendidikan
APM (%)

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

159

No

Tujuan Strategis dan Indikator


sasaran Pembangunan Daerah

Buta Huruf
Penduduk Umur >15 tahun
Dapat Membaca dan Menulis

5)

6)

7)

1.2
1)

4)

1.3
1)
2)

3)

Proyeksi
2013

11.16

10.42

Sasaran tahun 2014-2018


2014

2015

2016

2017

2018

9.67

8.93

8.19

7.45

6.70

90.3

90.91

91.51

92.12

92.72

93.33

93.93

9.7

9.10

8.49

7.89

7.28

6.68

6.07

SD

1 : 178

1 : 178

1 : 179

1 : 180

1 : 181

1 : 182

1 : 183

SMP

1 : 203

1 : 206

1 : 212

1 : 215

1 : 218

1 : 221

1 : 225

SMA/MA/ SMALB

1 : 403

1 : 409

1 : 415

1 : 421

1 : 427

1 : 433

1 : 436

SMK
Rasio Kelas-Siswa

1 : 328

1 : 338

1 : 348

1 : 358

1 : 368

1 : 378

1 : 378

SD

1:34

1:37

1:36

1:41

1:43

1:45

1:48

SMP

1:32

1:34

1:36

1:37

1:37

1:38

1:39

SMA/MA/SMALB/SMK
Prosentase Desa/ kelurahan lokasi
Prasana pendidikan (%)

1:30

1:30

1:30

1:30

1:30

1:30

1:30

TK

48.34

51.96

55.86

60.05

64.55

69.40

74.60

SD sederajat

96.10

96.58

97.06

97.54

98.03

98.52

99.01

SLTP Sederajat

35.88

36.06

36.24

36.42

36.61

36.79

36.97

SMU Sederajat
Meningkatkan mutu pendidikan
Tingkat Kelulusan

14.77

14.85

14.92

15.00

15.07

15.15

15.22

100

100

100

100

100

100

100

SMP (%)

97,56

100

100

100

100

100

100

SMA (%)

94.5

100

100

100

100

100

100

96.49

100

100

100

100

100

100

7.19

7.38

7.58

7.77

7.97

8.16

8.36

SD

1:17

1:17

1:19

1:19

1:19

1:19

1:17

SMP

1:18

1:18

1:20

1:20

1:20

1:20

1:18

SMA/MA/ SMALB

1:20

1:20

1:21

1:21

1:21

1:21

1:20

SMK
Jumlah guru berpendidikan S1

1:15

1:15

1:17

1:17

1:17

1:17

1:15

SD (%)

19.0

22.9

26.8

30.7

34.6

38.5

42.4

Buta Huruf
Rasio Sekolah-Siswa

SD (%)

2)
3)

Konerja
Awal
RPJMD
2012

SMK (%)
Rata-rata lama sekolah
Rasio guru: murid

SMP (%)

59.0

60.7

62.4

64.1

65.8

67.5

69.2

SMA (%)

85.6

86.14

86.69

87.23

87.77

88.32

88.86

SMK (%)
Sertifikasi guru (%)
Penguatan manajemen pendidikan
Penerapkan manajemen berbasis
Sekolah (MBS)
Penerapan kurikulum 2013 (%) yang
memiliki muatan local (lingkungan,
dsb)

78.5

79.21

79.91

80.62

81.33

82.03

82.74

26.51

32.42

38.32

44.23

50.14

56.04

61.95

40

44

48

52

56

60

64

SD

5,0

25,0

50,0

100,00

100,00

100,00

SMP

5,0

25,0

50,0

100,00

100,00

100,00

SMA/SMK
Penerapan SPM Pendidikan

5,0

25,0

50,0

100,00

100,00

100,00

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

160

No

1.4
1)
2)
4)

Tujuan Strategis dan Indikator


sasaran Pembangunan Daerah

Peningkatan pembangunan
Pemuda dan olah raga
Organisasi Kepemuddaan yang aktif
Cabang Olah Raga Prestasi
Nasional/Internasional
Gelanggang Olah Raga

Konerja
Awal
RPJMD
2012

Proyeksi
2013

Sasaran tahun 2014-2018


2014

2015

2016

2017

2018

10
4

12
4

12
8

12
8

12
8

12
8

12
8

9.2.1. Misi-2
Misi-2 yatu Meningkatkan derajat dan kualitas kesehatan masyarakat melalui pelayanan yang dapat
dijangkau seluruh masyarakat pencapaian kinerjanya dilaksanakan melalui agenda-2 dengan tujuan strategis
dan indikator sasaran pembangunan sebagaimana Tabel 9.2.

Tabel 9.2
Sasaran Indikator Kinerja Misi-2 Tahun 2014-2018
No

2.1.
1)
2)

Bidang Urusan/Indikator
Kinerja pembangunan Daerah

Konerja
Awal RPJMD
2012

Proyeksi
2013

67.99
97,280
1.46

68.22
98,484
1.43

98.54

Kurang
Buruk
Akses dan mutu pelayanan
kesehatan masyarakat:
Jumlah Parasaran kesehatan

Peningkatan Derajad Kesehatan


Masyarakat
Angka harapan hidup
Jumlah Kelahiran
Prosentase Bayi Lahir Hidup

3)

2.2.
1)

2)

2.3
1

Prosentase Bayi Lahir Mati


Kasus balita gizi

Sasaran tahun 2014-2018


2014

2015

2016

2017

2018

68.45
99,567
1.38

68.68
100,662
1.33

68.91
101,770
1.28

69.14
102,889
1.23

69.37
104,021
102,790

98.57

98.62

98.67

98.72

98.77

1,231

19.1

17.19

15.28

13.37

11.46

9.55

7.64

1.12

1.06

1.00

0.94

0.88

0.82

0.76

Rumah sakit

43

44

45

45

46

47

48

Puskesmas

353

356

359

362

365

368

371

Pustu

1,081

1,616

2,151

2,685

3,220

3,755

4,290

Posyandu
Tenaga Kesehatan

9,420

9,527

9,634

9,741

9,848

9,955

10,062

Jumlah Dokter

1052

1078

1105

1133

1161

1190

1220

Rasio per satuan penduduk

0,21

0.22

0.22

0.22

0.22

0.22

0.22

Jumlah Tenaga Paramedis


(Perawat/Bidan)

9577

9816

10062

10313

10571

10835

11106

1,95

1.96

1.97

1.98

1.98

1.99

2.00

Jumlah Akseptor KB

493,533

507,259

524,417

542,260

560,790

581,379

605,400

Jumlah Pasangan Usia Subur


(PUS)

668,017

679,031

690,045

690,045

701,059

701,059

712,073

Rasio
Peningatan Partisipasi
masyarakat dalam
pembangunan kesehatan:
Keluarga berencana (KB):

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

161

No

Bidang Urusan/Indikator
Kinerja pembangunan Daerah
Peserta KB Aktif (%)
TFR (%)
Ketersediaan Jemban untuk
peingkatan Sanitasi dan
Penurunan BABS pada
Desa/kelurahan (%)
Sendiri
bersama
Umum
Bukan jamban
penuranan kasus penyakit di
desa/keluraha (%)
Muntaber
Demam Berdarah
campak
ISPA
Malaria
Flu Burung
TBC
Lainnya

Konerja
Awal RPJMD
2012
73.88
3.3

Proyeksi
2013
74.7
2.97

Sasaran tahun 2014-2018


2014
76
2.64

2015
78.58
2.31

2016
79.99
1.98

2017
82.93
1.65

2018
85.02
1.32

78.59
3.27
1.03
17.11

80.46
3.36
1.06
15.12

82.33
3.45
1.09
13.13

84.20
3.54
1.12
11.14

86.07
3.63
1.15
9.15

87.94
3.72
1.18
7.16

89.81
3.81
1.21
5.17

12.29
3.37
2.03
11.59
19.12
0.00
6.64
1.42

11.60
3.18
1.92
10.95
18.05
0.00
6.27
1.34

10.92
2.99
1.81
10.30
16.99
0.00
5.90
1.26

10.24
2.81
1.70
9.66
15.93
0.00
5.54
1.19

9.56
2.62
1.58
9.02
14.87
0.00
5.17
1.11

8.87
2.43
1.47
8.37
13.81
0.00
4.80
1.03

8.19
2.24
1.36
7.73
12.74
0.00
4.43
0.95

9.2.3. Misi-3
Misi-3 yaitu Memberdayakan ekonomi rakyat dan mengembangkan ekonomi keparawisataan dengan
mendorong pelaku ekonomi untuk mampu memanfaatkan keunggulan potensi lokal pencapaian kinerjanya
dilaksanakan melalui agenda-3 dengan tujuan strategis dan indikator sasaran pembangunan sebagaimana
Tabel 9.3

Tabel 9.3
Sasaran Indikator Kinerja Misi-3 Tahun 2014-2018
No

3.1

1)

Bidang Urusan/Indikator
Kinerja pembangunan Daerah

Konerja
Awal RPJMD
2012

Sasaran tahun 2014-2018


Proyeksi
2013

2014

2915

2016

2017

2018

Mengembangkan Potensi
Sektor-Sektor Ekonomi
Unggulan
Peningkatan Produksi padi dan
jagung yang tahan perubahan
iklim
Produksi Padi/gabah (ton)

698,566

705,552

712,537

719,523

726,509

733,494

740,480

Produksi Jagung (ton)


Peningkatan Luas tanam
komoditas Perkebunan (Ha

629,386

645,121

676,590

715,927

763,131

810,334

865,406

Kelapa

161,601

169,681

177,761

185,841

193,921

202,001

210,081

Jambu Mete

179,009

187,959

196,910

196,910

205,860

205,860

214,811

Kemiri

81,836

85,928

90,020

94,111

98,203

102,295

106,387

Pinang

6,594

6,924

7,253

7,583

7,913

8,243

8,572

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

162

No

Bidang Urusan/Indikator
Kinerja pembangunan Daerah
Vanili

3)

1)

609

672

735

798

2,129

2,221

2,314

2,406

Kopi

20,253

23,291

26,329

26,329

29,367

29,367

32,405

Kakao
Peningkatan Populasi ternak
(ekor)

12,102

13,312

14,522

15,733

16,943

18,153

19,363

Sapi

814,450

850,267

886,084

921,901

957,718

993,535

1,029,352

Kerbau

152,449

154,860

157,271

159,682

162,093

164,504

166,915

Kuda

109,160

112,277

115,394

118,511

121,628

124,745

127,862

Kambing/domba

Babi
Peningkatan produksi hutan
non kayu
Produksi Kayu-kayuan

1)

638,938

647,032

655,126

663,220

671,314

679,408

687,502

1,724,316

1,740,477

1,842,854

1,859,823

1,875,984

1,892,145

2,038,842

Kayu Rimba Persegi (M3)

15,649

16,431

17,214

17,996

18,779

19,561

20,344

Kayu Jati Persegi (M3)

15,346

16,113

16,881

17,648

18,415

19,183

19,950

1,178

1,237

1,296

1,355

1,414

1,473

1,531

Asam Isi (Ton)

305,135

312,763

320,392

328,020

335,649

343,277

350,905

Asam Biji (Ton)

2,261,852

2,318,398

2,374,945

2,431,491

2,488,037

2,544,584

2,601,130

Kemiri Isi (Ton

1,586,805

1,626,475

1,666,145

1,705,815

1,745,486

1,785,156

1,824,826

504,800

517,420

530,040

542,660

555,280

567,900

580,520

13,966.86

14,826.13

15,745.35

16,729.43

17,783.38

18,930.41

20,170.35

15,826.89

16,816.03

17,875.40

19,010.44

20,265.01

21,612.54

35,253.34

39,184.85

41,144.09

45,772.81

50,945.13

56,778.35

63,336.25

39,395.61

44,044.29

49,263.54

55,125.90

61,768.57

69,273.45

2,850,811

2,880,200

2,989,826

3,109,038

3,238,645

3,382,724

3,604,292

3,074,613

3,193,135

3,322,007

3,462,111

3,621,206

3,861,999

7,612,250

7,812,702

8,506,529

9,277,940

10,145,868

11,317,716

7,653,193

8,363,409

9,155,255

10,039,326

11,037,583

12,378,650

5.41

6.15

6.2

6.25

6.3

6.45

6.55

2.22 -2.25

6.75
2.25-2.36

6.8
2.30-2.32

6.85
2.00- 2.21

6.9
1.95 - 2.02

7.05
1.60 - 1.76

7.15
1.25- 1.42

Kemiri Biji (Ton)


Peningkatan Kualitas dan
Perluasan Kesempatan Kerja
PDRB Harga Konstan Tahun
2000 (Rp. Juta)
Proyeksi Normatif

Proyeksi Optimis
PDRB Harga Berlaku (Rp.
Mlyard)
Proyeksi Optimis
PDRB Per Kapita Harga Konstan
2000 (Rp)
Proyeksi Optimis
PDRB Per Kapita Harga Berlaku
(Rp)

7,195,650

Proyeksi Optimis
Pertumbuhan Ekonomi (%)
Proyeksi Normatif

7)
3.3

2018

546

Proyeksi Normatif
6)

2017

2,036

Proyeksi Normatif
5)

2016

483

Proyeksi Normatif
3)

2915

1,944

2)

2014

420

Mahoni Olahan (M3)


Produksi Non Kayu

3.2

Sasaran tahun 2014-2018


Proyeksi
2013

1,851

Cengkeh

2)

Konerja
Awal RPJMD
2012

Proyeksi Optimis
Penurunan jumlah
pengangguran
Pemberdayaan Ekonomi
Kerakyatan
Industri besar dan Menengah

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

163

No

Bidang Urusan/Indikator
Kinerja pembangunan Daerah
Jml Industri (Unit)

2)

Tenaga Kerja (org)


Prosentase Desa/ kelurahan
ada Industri Kerajinan rakyat

2017

2018

24

25

26

29

30

31

32

1,681

1,836

1,991

2,146

2,301

2,456

1714

0.38

0.38

0.38

0.38

0.39

0.39

32.33

32.65

32.98

33.31

33.64

33.98

3.46

3.47

3.49

3.51

3.53

3.54

3.56

11.71

11.83

11.95

12.07

12.19

12.31

12.43

9.79

9.84

9.89

9.94

9.99

10.04

10.09

Industri dari Kain/Tenun

34.52

35.39

36.27

37.18

38.11

39.06

40.04

Industri Makanan dan


Minuman

18.98

19.07

19.17

19.26

19.36

19.45

19.55

5.81

5.82

5.83

5.85

5.86

5.87

5.88

Industri Lainnya
Peningkatan Jumlah Koperasi
Jumlah Anggota (Org)
Modal Sendiri (Rp.jt)
Usaha industri rumah tangga
(off farm dan rantai nilai) sector
pertanian, perkebunan,
peternakan dan perikanan di
pedesaan
Jumlah desa/kelompok industri
rumah tangga (off farm, rantai
nilai)
Modal Luar (Rp.jt)
Jumlah kunjungan wisatawan
Wisatawan Manca Negara
Wisatawan Nusantara
Rata-rata lama menginap
Jumlah Akmodasi Pariwisata
Hotel/Losmen (Unit)

4)

2016

0.37

Jumlah Koperasi (Unit)

3)

2915

32.01

Industri Gerabah/
Keramik/Batu

2)

2014

Industri dari Kayu

Industri Anyaman

3.4
1)

Sasaran tahun 2014-2018


Proyeksi
2013

Industri dari Kulit


Industri Logam Mulia dan
Bahan Logam

3)

Konerja
Awal RPJMD
2012

2534

2,746

3,021

3,021

3,295

3,295

3,570

581975

636,161

699,777

699,777

763,393

763,393

827,009

660,025.2

698,085

732,989

732,989

767,894

767,894

802,798

1,196,229.1

1,457,684

1,749,221

1,749,221

2,040,758

2,040,758

2,332,295

48,608

60,760

75,950

93,798

112,985

136,436

162,231

338,472
2.25

389,243
2.5

440,014
2.5

490,784
2.75

541,555
2.75

592,326
2.75

643,097
2.75

276

280

284

288

293

297

301

Kamar (buah)

5,147

5404

5662

5919

6176

6434

6691

Tempat Tidur (Buah)


Desa/kelurahan yang memiliki
lembaga pelatihan (%)

9,044

9722

10401

11079

11757

12436

13114

BahasaAsing

0.86

0.88

0.90

0.91

0.93

0.95

0.97

Komputer

2.46

2.52

2.58

2.64

2.70

2.76

2.82

Menjahit/Tata Busana

2.05

2.10

2.15

2.20

2.25

2.30

2.35

Kecantikan

0.63

0.64

0.66

0.67

0.69

0.70

0.72

Elektronik

0.37

0.38

0.39

0.39

0.40

0.41

0.42

Lainnya
Sarana perdagangan di
Desa/kelurahan (%)

0.57

0.58

0.60

0.61

0.63

0.64

0.66

Mini Market

2.37

2.43

2.49

2.54

2.60

2.66

2.71

Restoran/RM

2.23

2.28

2.33

2.39

2.44

2.49

2.54

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

164

No

Bidang Urusan/Indikator
Kinerja pembangunan Daerah

Konerja
Awal RPJMD
2012

Sasaran tahun 2014-2018


Proyeksi
2013

2014

2915

2016

2017

2018

Warung

12.14

12.43

12.72

13.01

13.29

13.58

13.87

Toko/Warung Kelontong

76.71

78.54

80.37

82.19

84.02

85.85

87.67

Hotel

3.36

3.44

3.52

3.60

3.68

3.76

3.84

Penginapan

2.61

2.68

2.74

2.80

2.86

2.93

2.99

9.2.4. Misi-4
Misi-4 yaitu Pembenahan sistem hukum dan reformasi birokrasi daerah pencapaian kinerjanya dilaksanakan
melalui agenda-4 dengan tujuan strategis dan indikator sasaran pembangunan sebagai berikut;

Tabel 9.4
Sasaran Indikator Kinerja Misi-4 Tahun 2014-2018
No

4.1
1)

2)

4.2

Indikator Kinerja pembangunan


Daerah

Konerja
Awal
RPJMD
2012

Sasaran tahun 2014-2018


Proyeksi
2013

2014

2915

2016

2017

2018

Pembenahan dan penegakan


supremasi hukum daerah
Sosialisasi dan penyebarluasan
informasi hukum (produk hukum
pusat & daerah)

Produk hukum pusa

10

12

13

13

13

13

14

Produk hukum daerah

15

17

20

20

20

20

21

Perda

10

12

13

13

13

13

14

Pergub

47

54

61

61

61

61

62

Keputusan Gubernur

320

336

352

352

352

352

353

Instruksi Gubernur

Asistensi Ranperda kab/kota


Ketaatan jadwal perencanaan,
pelaksanaan dan pelaporan
program/kegiatan
Kasus pelanggaran hukum di
desa/keluraahan (%)

215

226

237

237

237

237

238

40

60

80

100

100

100

100

Pencurian

18.57

17.54

16.50

15.47

14.44

13.41

12.38

Pencurian dengan Kekerasan

1.64

1.55

1.46

1.37

1.27

1.18

1.09

Penipuan/Penggelapan

2.61

2.47

2.32

2.18

2.03

1.89

1.74

Penganiayaan

7.25

6.85

6.45

6.05

5.64

5.24

4.84

Pembakaran

1.70

1.61

1.51

1.42

1.32

1.23

1.13

Perkosaan

3.43

3.24

3.05

2.86

2.67

2.48

2.29

Penyalahgunaan/Pengedaran
Narkoba

0.40

0.37

0.35

0.33

0.31

0.29

0.26

Perjudian

5.34

5.04

4.74

4.45

4.15

3.85

3.56

Pembunuhan

2.83

2.67

2.51

2.36

2.20

2.04

1.88

0.22

0.20

0.19

0.18

0.17

0.16

0.14

Perdagangan Orang
Pembenahan birokrasi untuk
terselenggaranya pemerintahan dan

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

165

No

pembangunan daerah yang bersih


dan baik (clean government dan
good governance)
Opini BPK terhadap Pengelolaan
keuangan Daerah
Provinsi NTT

1)

2)
4)

7)
8)
9)

4.3
1)
2)

Indikator Kinerja pembangunan


Daerah

Konerja
Awal
RPJMD
2012

Sasaran tahun 2014-2018


Proyeksi
2013

2014

2915

2016

2017

2018

WDP

WDP

WTP

WTP

WTP

WTP

Kabupaten/kota

WTP

WDP

14

16

17

15

15

15

Disklemer
Penerapan E-Proc dalam Pengadaan
Barang dan Jasa (%)
Penerapan SPM

25

50

100

100

100

100

100

Pendidikan

Kesehatan

Perizinan (%)

100

100

100

100

100

100

100

Smasat (%)
Realisasi Pembangunan sesuai
rencana (%)
Kerjasama penyelenggraan
pemerintahan, pembangunan dan
kemasyarakatan
Pendidikan PNS (%)

100

100

100

100

100

100

100

90

90

90

90

90

90

90

SD

1.57

1.43

1.28

1.13

1.12

0.99

0.84

SMP

2.16

1.90

1.65

1.40

1.39

1.15

0.90

SMA/SMK

44.52

44.49

44.45

44.42

41.41

44.39

44.35

Akademi/PT
Penataan dan pemantapan struktur
dan budaya politik lokal yang
semakin demokratis
Aspirasi masyarakat melalui DPRD
Indeks demokrasi
Orgamisasi yang ada di
desa/kelurahan (%)
Organisasi Kemasyarakatan
Organisasi Sosial
Organisasi Profesi
Perkumpulan
Sosial/Kebudayaan/Olahraga/Hobi
Lembaga Swadaya Masyarakat
Lembaga Keagamaan
Organisasi Bantuan Kemanusiaan/
Beasiswa

51.75

51.18

52.62

53.06

53.05

53.5

53.94

6.30
2.52
1.79

6.45
2.58
1.83

6.60
2.64
1.87

6.75
2.70
1.91

6.90
2.76
1.96

7.05
2.82
2.00

7.20
2.88
2.04

12.08
11.55
21.53

12.36
11.83
22.04

12.65
12.10
22.55

12.94
12.38
23.06

13.23
12.65
23.58

13.51
12.93
24.09

13.80
13.20
24.60

1.79

1.83

1.87

1.91

1.96

2.00

2.04

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

166

9.2.5. Misi-5
Misi-5 yaitu Mempercepat pembangunan infrastruktur yang berbasis tata ruang dan lingkungan hidup
pencapaian kinerjanya dilaksanakan melalui agenda-5 dengan tujuan strategis dan indikator sasaran
pembangunan sebagai berikut;

Tabel 9.4
Sasaran Indikator Kinerja Misi-4 Tahun 2014-2018
No

Indikator Kinerja
pembangunan Daerah

5.1

Peningkatan kualitas
infrasatruktur transportasi
Jalan Nasional (1.497 Km)
Kondisi Mantap (%)
Jalan Strategis Nasional
(1.103km)
Kondisi Mantap (%)
Jalan Provinsi (1.314)
Kondisi Mantap (%)
Jalan Non Status (379 Km)
Kondisi Mantap (%)
Jalan Kabupaten (14.871,87
Km)
Kondisi Mantap
Peningkatan pembangunan
dan perbaikan prasarana dan
sarana sumber daya air,
irigasi, embung dan
bendungan untuk antisipasi
dampak perubahan iklim
Pembangunan Embung Irigasi
(buah)
Pembangunan Embung Kecil
(buah)
Rehabilitasi Waduk, Embung
Irigasi, Embung Kecil (buah)
Peningkatan dan rehabilitasi
daerah irigasi (DI)
pembangunan baru daerah
irigasi
Peningkatan pembangunan
dan pemeliharaan prasarana
Perumahan, air bersih dan
sanitasi lingkungan
Proentase Rumah Tangga
Memiliki Rumah Layak Huni
(%)
Pengembangan rumah dengan
lantai bukan tanah (%)
Pengembangan rumah dengan
fasilitas air minum sendiri (%)
Pengembangan rumah dengan
fasilitas jamban sendiri (%)

1)
2)

3)
4)
5)

5.2

1)
2)
3)
4)
5)
5.3

1)

2)
3)
4)

Konerja Awal
RPJMD 2012

Proyeksi
2013

Sasaran tahun 2014-2018


2014
2915
2016

2017

2018

94

99

99

99

99

99

100

52

55

60

80

80

80

80

35

40

50

90

90

90

90

39

45

50

55

55

55

65

35

40

50

60

60

60

60

52

60

60

60

60

60

60

50

75

75

75

75

75

75

15

25

25

25

25

25

25

89.82

91.3

92.9

94.4

95.9

97.4

98.9

67.28

68.8

70.2

71.7

73.2

74.6

76.1

52.98

55.5

58

60.5

63

65.5

68.1

99.32

100

100

100

100

100

100

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

167

No

Indikator Kinerja
pembangunan Daerah

5)

Peningatan layanan air bersih


(%)
Peningkatan jalan lingkungan
pendukung sanitasi lingkungan
(%)
Peningkatan pembangunan
sarana dan prasarana
kelistrikan
Tingkat elektrifikasi desa (%)
Jumlah Peningkatan sumber
eneri baru dan terbarukan di
Desa tidak berlistrik yang pro
perubahan iklim (%)
Konsolidasi RTRWP/ RTRWK
Perda RTRWP/RTRWK
Regulasi Kawasan Strategis
Kawasan Lindung
Luas dan kualitas kawasan
lindung lestari (%)
Penurunan lahan kritis

6)

5.4

1)
2)

5.5
1)
2)
5.6
1)
2)

3)

Konerja Awal
RPJMD 2012

Proyeksi
2013

Sasaran tahun 2014-2018


2014
2915
2016

2017

2018

51

55

56

60

65

70

75

10

20

25

30

35

40

19
0

20
1

21
2

22
3

23
4

23
5

23
6

30

30

30

30

30

30

30

Dalam Kawasan Hutan

120,972

127,021

133,069

139,118

145,166

151,215

157,264

Luar Kawasan Hutan


Penurunan kasus pencemaran
pada desa/kelurahan (%)
Pencemaran Air
Pencemaran Tanah
Pencemaan Udara

33,536

35,213

36,890

38,566

40,243

41,920

43,597

2.24
0.67
1.99

2.18
0.66
1.93

2.12
0.64
1.88

2.07
0.62
1.83

2.01
0.60
1.78

1.95
0.59
1.72

1.89
0.57
1.67

9.2.6 Misi-6
Misi-6 yaitu Meningkatkan kualitas kehidupan keluarga, pemberdayaan perempuan, serta perlindungan dan
kesejahteraan anak pencapaian kinerjanya dilaksanakan melalui agenda-6 dengan tujuan strategis dan
indikator sasaran pembangunan sebagai berikut;

Tabel 9.6
Sasaran Indikator Kinerja Misi-6 Tahun 2014-2018
No

Indikator Kinerja
pembangunan Daerah

6.1

Peningkatan
pemberdayaan perempuan
untuk menjelmakan
keadilan dan kesetaraan
gender:
Penurunan kasus kekerasan
pada perempuan
Mitra Lembaga Sosial dalam
perlindungan perempuan
Organisai mitra dalam
Peningkatan peran

1)

Konerja Awal
RPJMD 2012

Proyeksi
2013

22

22

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

Sasaran tahun 2014-2018


2014
2915
2016

28

33

39

28

28

28

2017

2018

28

28

168

No

Indikator Kinerja
pembangunan Daerah
perempuan
Keterwakilan Perempuan di
Parlemen
DPR RI 1 orang (7,1%)
DPD 2 orang (50%)
DPRD Provinsi 4 orang
(7,27%)
DPRD Kabupaten/kota 45
orang (7,53%)
Peningkatan perlindungan
dan jaminan kesejahteraan
bagi anak:
Penurunan kasus kekerasan
pada anak
Lembaga perlindungan
anak
Dewan Forum anak
Unit Shelter perlayanan
perempuan dan anak
Kabupaten yang
menetapkan Perda Akta
kelahiran Gratis

6.2

1)

Konerja Awal
RPJMD 2012

Proyeksi
2013

Sasaran tahun 2014-2018


2014
2915
2016

2017

2018

7.1
50
7,27

7.1
50
7,27

15
15

15
15

15
15

15
15

15
15

15

15

15

15

15

7,53

7,53
15

15

15

15

15

11
16

14
20

16
22

20
22

22
22

16

20

22

22

22

20

21

21

22

22

13
13

3
3

16

9.2.7. Misi-7
Misi-7 yaiyu Mempercepat pembangunan kelautan dan perikanan pencapaian kinerjanya dilaksanakan melalui
agenda-7 dengan tujuan strategis dan indikator sasaran pembangunan sebagai berikut;

Tabel 9.7
Sasaran Indikator Kinerja Misi-7 Tahun 2014-2018
No

Indikator Kinerja
pembangunan Daerah

7.1

Peningkatan kualitas dan


Kuantitas SDM perikanan
dan kelautan
Peningkatan Rumah Tangga
Perikanan
Perikanan Laut (Nelayan)
Perikanan darat
Peningkatan jumlah SMK
Perikanan
Peningkatan produktivitas
sumber daya perikanan dan
kelautan dengan
Mengantisipasi Perubahan
Iklim
Peningkatan produksi
perikanan
Perikanan Laut
Perikanan Darat
Meningkatkan ketahanan

1)

2)
7.2

1)

3)

Konerja
Awal RPJMD Proyeksi
2012
2013

Sasaran
2014

2915

2016

2017

2018

26,711
5,706

27,983
5,845

29,255
5,985

30,527
6,124

31,799
6,263

33,071
6,402

34,343
6,541

589,009
3,705

677,360
3,816

778,964
4,770

895,809
5,963

1,030,180
7,453

1,184,707
9,317

1,362,414
11,646

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

169

No

7.3
1)

2)

Indikator Kinerja
pembangunan Daerah

Konerja
Awal RPJMD Proyeksi
2012
2013

pangan dan gizi masyarakat


Energi
Protein
Lemak
Peningkatan nilai tambah
ekonomis produk olahan
perikanan dan kelautan:
Peningkatan pertumbuhan
dan kontribusi sub sektor
perikanan dan kelautan
Peertumbuhan Sub Sektor
(%)
Kontribusi Sektor(%)
Peningkatan Produktivitas
RT Perikanan
Perikanan Laut
Perikanan Darat

Sasaran
2014

2915

2016

2017

2018

28.35
5.124
0.36

30.95
5.67
0.45

30.95
5.67
0.56

36.62
6.95
0.7

42.81
8.36
0.87

49
9.78
1.09

56.32
11.52
1.36

3.12
3.78

3.27
3.97

3.44
4.17

3.61
4.38

3.79
4.59

3.98
4.82

4.18
5.07

22.05
0.65

24.21
0.65

26.63
0.8

29.35
0.97

32.4
1.19

35.82
1.46

39.67
1.78

9.2.8. Misi-8
Misi-8 yaitu Mempercepat penanggulangan kemiskinan, bencana dan pengembangan kawasan perbatasan
pencapaian kinerjanya dilaksanakan melalui agenda-1 dengan tujuan strategis dan indikator sasaran
pembangunan sebagai berikut;

Tabel 9.8
Sasaran Indikator Kinerja Misi-8 Tahun 2014-2018
No
8.1
8.2

8.3
1)
2)

Indikator Kinerja
pembangunan Daerah
Penurunkan penduduk miskin
(%)
Meningkatkan kepaspadaan
bencana, pencegahan
bencana dan penurunan
dampak bencana pada
desa/kelurahan (%)
Tanah longsor
Banjir
Gempa Bumi
Gelombang Pasang laut
Angin Puyuh/Putting Beliung
Gunung Meletus
Kebakaran Hutan
Kekeringan (lahan)
Tanah longsor
Pembangunan Daerah
Perbatasan
Penyelesaian perbatasan
darat Negara (%)
Penyelesaian perbatasan
Kabupaten (%)

Konerja Awal
RPJMD 2012

Proyeksi
2013

Sasaran tahun 2014-2018


2014
2915
2016

2017

2018

20.03

18,5

17.0

16,0

15,5

15,25

15,0

18.10
17.95
0.45
3.37
12.35
0.06
2.30
13.17
18.10

17.62
17.47
0.43
3.18
11.66
0.06
2.18
12.44
17.62

17.15
17.00
0.42
2.99
10.98
0.06
2.05
11.70
17.15

16.67
16.53
0.41
2.81
10.29
0.05
1.92
10.97
16.67

16.19
16.06
0.40
2.62
9.60
0.05
1.79
10.24
16.19

15.72
15.58
0.39
2.43
8.92
0.05
1.66
9.51
15.72

15.24
15.11
0.38
2.24
8.23
0.04
1.54
8.78
15.24

90

90

90

90

90

90

90

75

75

80

80

90

90

90

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

170

BAB 10
PEDOMAN TRANSISI DAN KAEDAH PELAKSANAAN
10.1. PEDOMAN PEMBANGUNAN
Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Nusa
Tenggara Timur Tahun 2014-2018 menjabarkan perencanaan strategis yang erat kaitannya dengan
proses menetapkan arah pembangunan, perkembangannya dan sasara pembangunan lima tahun
kedepan serta bagaimana mencapainya dan langkah-langkah strategis apa yang perlu dilakukan agar
tujuan tercapai sesuai visi, misi, dan program pembangunan.
RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2014-2018 menjadi landasan dan rujukan dalam
penyusunan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra-SKPD) dan menjadi
pedoman bagi penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten/Kota se-Nusa Tenggara Timur. Selanjutnya dalam pelaksanannya RPJMD ini dijabarkan
ke dalam rencana pembangunan tahunan daerah (RKPD) yang merupakan dokumen perencanaan
daerah untuk periode satu tahun.
Dalam RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2014-2018 telah ditetapkan 8 agenda
pembangunan prioritas yang akan dilaksanakan selama lima tahun sebagai berikut:
1. Peningkatan Kualitas Pendidikan, Kepemudaan dan Keolahragaan
2. Pembangunan Kesehatan
3. Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan dan Pengembangan Pariwisata
4. Pembenahan Sistem Hukum dan Birokrasi Daerah
5. Agenda Percepatan Pembangunan Infrastruktur Berbasis Tata Ruang dan Lingkungan Hidup
6. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
7. Pembangunan Perikanan dan Kelautan
8. Agenda Khusus:
a. Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
b. Penanggulangan Bencana
c. Pembangunan Daerah Perbatasan
Selama kurun waktu lima tahun ke depan, diasumsikan berbagai program dan kegiatan
pembangunan yang dirumuskan dalam RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2014-2018
dapat dilaksanakan dengan konsisten oleh lembaga perangkat daerah, yang didukung peran aktif
seluruh stakeholders dan partisipasi masyarakat. Hasil pembangunan diharapkan dapat menjadi
fondasi terwujudnya kesejahteraan masyarakat secara berkesinambungan dan perkembangan
pembangunan periode berikutnya.
Secara garis besar, pembangunan yang berlangsung lima tahun ke depan bukan saja
diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan kualitas pelayanan
publik, terutama di bidang pendidikan, dan kesehatan, perekonomian rakyat dan pariwisata yang
semakin berdaya saing, perikanan dan kelautan yang berkembang, berkurangnya jumlah penduduk
dan keluarga miskin, dan berkurangnya jumlah pengangguran, tetapi sekaligus mampu mewujudkan
keharmonisan kehidupan masyarakat serta tumbuhnya kemandirian dan sikap hidup lebih
demokratis demokratisasi dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pada periode lima tahun ke depan, ketertinggalan pembangunan yang menyebabkan
seluruh kabupaten se Nusa Tenggara Timur sebagai Kabupaten tertinggal dapat terkurangi secara
signifikan. Ketersediaan fasilitas publik dan kualitas layanan publik diharapkan dapat berjalan
dengan baik, didukung kinerja aparat pemerintahan yang bersih, kreatif, inovatif, disiplin, dan
akuntabel serta didukung kerja keras, kerja keras dan kerja tuntas seluruh elemen pembangunan.
Program dan kegiatan yang akan dilaksanakan tetap berusaha menjamin keberlanjutan dari
apa yang telah dilaksanakan dan dicapai pada tahun-tahun sebelumnya. Untuk periode selanjutnya,
Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

171

program pembangunan yang dikembangkan dapat lebih banyak berorientasi pada upaya
memfasilitasi dan memberi berbagai kemudahan ekonomi (economic facilities) yang benar-benar
nyata, dan peluangpeluang sosial (social opportunities) yang adil kepada masyarakat. Kemudahan
ekonomi adalah kesempatan dan makin terbukanya akses masyarakat terhadap berbagai sumbersumber produksi dan pasar. Sedangkan peluang-peluang sosial adalah upaya meningkatkan
kesempatan masyarakat melakukan mobilitas sosial-ekonomi secara vertikal didukung kualitas
pendidikan dan kesehatan yang baik, serta makin meningkatnya partisipasi aktif masyarakat dalam
berbagai sendi kehidupan. Untuk mewujdukan harapan tersebut program-Program pemberdayaan
dan program pro rakyat akan dittingkakan kuantitas dan kualitas pelaksanaannya.

10.2. KAEDAH PELAKSANAAN


Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Nusa Tenggara Timur
Tahun 2014-2018 akan dilaksanakan secara konsisten, jujur, transparan, profesional, partisipatif, dan
penuh tanggung jawab, dengan kaidah-kaidah pelaksanaan, sebagai berikut:
1. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur,
Pemerintah Kabupaten/Kota, serta masyarakat, termasuk dunia usaha, agar melaksanakan
program-program dalam RPJMD Tahun 2014-2018 dengan sebaik baiknya.
2. RPJMD Tahun 2014-2018 dalam pelaksanaannya akan dijabarkan dalam Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD) mulai tahun 2014 hingga 2018.
3. SKPD di lingkungan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur, berkewajiban menyusun Rencana
Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra-SKPD) yang memuat visi, misi, tujuan, strategi,
kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan sesuai tugas dan fungsi yang selajutnya akan
menjadi pedoman dalam penyusunan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (RenjaSKPD).
4. Pemerintah Kabupaten/Kota dalam menyusun RPJMD Kabupaten/Kota yang merupakan
penjabaran visi, misi, dan program kepala daerah yang akan menjadi pedoman penyusunan
Renstra-SKPD Kabupaten/Kota, harus memperhatikan RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur
Tahun 2014-2018.
5. SKPD Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota berkewajiban menjamin konsistensi antara
RPJMD Provinsi Nusa tenggara Timur Tahun 2014-2018 dengan Renstra SKPD dan RPJMD
Kabupaten/Kota.
6. 8 Agenda pembangunan yang menjadi prioritas pembangunan dalam RPJMD Provinsi Nusa
Tenggara Timur Tahun 2014 - 2018 baik mengenai aspek program maupun wilayah, hanya
mempunyai implikasi terhadap konsentrasi intervensi terhadap program dan wilayah prioritas,
baik dalam kerangka anggaran maupun kegiatan, dan tidak berimplikasi terhadap peniadaan
program maupun wilayah non-prioritas.
7. Program prioritas dan program penunjang beserta kegiatan pokoknya tidak berimplikasi pada
besaran pengalokasian belanja, tetapi lebih pada logika alur berpikir mengenai skala prioritas
pentingnya sebuah program beserta kegiatan pokoknya dalam mewujudkan sasaran
pembangunan yang diagendakan
8. Dalam rangka meningkatkan efektivitas pelaksanaan RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur
Tahun 2014-2018, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Nusa Tenggara
Timur berkewajiban melakukan fasilitasi, monitoring dan evaluasi terhadap penjabaran RPJMD
Provinsi Nusa Tenggara Timur ke dalam Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah
(Renstra-SKPD)
9. Untuk menjaga sinergitas, harmonisasi dan sinkronisasi dengan RPJMD kabupaten/kota, maka
Bappeda Provinsi Nusa Tenggara Timur berkewajiban melaksanakan fasilitasi, monitoring dan
evaluasi terhadap RPJMD Kabupaten/Kota.

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

172

RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014-2018 merupakan dokumen pembangunan


daerah yang harus dipedomani bersama agar sinergitas dan sinkronisasi pembangunan yang dapat
meningkatkan efisiensi dan efektifitas penggunaan sumberdaya pembangunan dapat diwujudkan
secara optimal.
GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR,

DRS. FRANS LEBU RAYA

Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018

173

Anda mungkin juga menyukai