Bab 1. PENDAHULUAN............................................................................................................................ 3
1.1.
Latar Belakang......................................................................................................................... 3
1.2.
1.3.
1.4.
1.5.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2014 - 2018 merupakan penjabaran dari visi,
misi, dan program Kepala Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Derah (RPJPD) tahun
2005 - 2025. Untuk kebijakan kewilayahan mengacu pada kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2010 - 2030. Untuk mensinergikan kebijakan pembagunan
daerah dan nasional maka RPJMD Provinsi Nusa Tengggara Timur juga disinergikan dengan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) dan Master Plan Percepatan Pembangunan Ekonomi
Indonesia (MP3EI).
RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2014 2018 merupakan kesinambungan dari
pembangunan lima tahun sebelumnya dengan lebih mendorong sumberdaya yang mampu
meningkatkan dan mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mengeliminir kendala
dan tantangan pembangunan sesuai hasil analis lingkungan strategis internal dan eksternal. Untuk
mewujudkan harapan tersebut maka dalam penyusunan RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur 2013
2018 dilaksanakan dengan pendekatan teknokratis, politis, partisipatif dan pendekatan top-down
dan bottom-up.
Untuk menjamin agar kegiatan pembangunan berjalan efektif, efisien, dan bersasaran maka
diperlukan perencanaan pembangunan Daerah. RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2014
2018 merupakan dokumen perencanaan pembangunan daerah yang akan menjadi acuan dalam
penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD), Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat
Daerah (Renstra SKPD) dan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD) sesuai
amanat Undang- undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2014 2018 memuat Visi dan Misi kepada
Daerah, yang disusun berdasarkan analisis permasalahan pembangunan, isu-isu strategis daerah,
tujuan dan sasaran pembangunan daerah, strategi dan arah kebijakan, indikator sasaran dan target
pencapaian pembangunan daerah, kerangka penganggaran dan kaidah pelaksanaan.
Sebagai acuan pembangunan daerah maka strategi keberlanjutan, Peningkatan dan
Percepatan, Perbedayaan Masyarakat dengan spirit Anggaran untuk Rakyat Menuju Sejahtera
(Anggur Merah) dan Kemitraan. Secara operasional strategi tersebut akan menjadi landasan
pelaksanaan agendan dan program pembangunan yang target dan indikatornya terukur sehingga
dapat dijabarkan secara utuh dalam RKPD dan Renstra RKPD.
1.2.
1.3.
RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2014 2018 memiliki keterkaitan vertikal dan
horizontal dengan dokumen perencanaan lainnya sebagai sebagaimana gambar 1.
1. Merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional dengan mengacu
pada RPJP Nasional Tahun 2005 - 2025, RPJPD Provinsi Nusa Tenggara Timur 2005 2025 dan
RPJM Nasional Tahun 2010 2014.
2. RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2014 2018 menjadi pedoman dalam penyusunan
Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) dan Rencana Kerja
Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Nusa Tenggara Timur.
3. Perencanaan makro selanjutnya diterjemahkan ke dalam perencanaan sektoral yang dikaitkan
dengan perencanaan regional dan spasial.
Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018
Gambar 1.1
Bagan Alur Habungan RPJMD Dengan Dokumen Perencanaan Lain
Renstra KL
Pedoman
Pedoman
RPJP
Renja - KL
Nasional
Diacu
RPJP
Diperhatikan
Pedoman
Daerah
RPJM
Pusat
RKP
Dijabar
kan
Daerah
Pedoman
Renstra
Pemerintah
APBN
Pedoman
RPJM
kan
Nasional
Rincian
RKA-KL
Diacu
Dijabar
Pedoman
Pedoman
RAPBN
APBN
Pedoman
RAPBD
APBD
Pemerintah
Diacu
Pedoman
SKPD
Renja SKPD
UU SPPN
Pedoman
RKA SKPD
Daerah
Rincian
APBD
UU Keuangan Negara
Penyusunan RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2014 2018 juga harus
memperhatikan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Nusa Tenggara Timur. Hal ini
dimaksudkan agar terjadi keselarasan perencanaan pembangunan daerah dengan rencana tata
ruang wilayah.
TUJUAN PEMBANGUNAN
NASIONAL
RPJM
RPJP
NASIONAL
RTRW
NASIONAL
RPJMD
RPJPD
PROVINSI NTT
NASIONAL
PROVINSI NTT
RTRW
PROVINSI NTT
1.4.
SISTEMATIKA PENULISAN
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2014
- 2018 ini disusun dengan sistematika sebagai berikut :
- BAB I. PENDAHULUAN. Memuat gambaran umum penyusunan RPJMD agar substansi pada babbab berikutnya dapat dipahami dengan baik.
- BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH. Memuat secara logis dasar-dasar analisis,
gambaran umum kondisi daerah yang meliputi aspek geografi dan demografi serta indikator
kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah.
- BAB III. PENGELOLAAN KEUANGAN DAN KERANGKA PENDANAAN. Menggambarkan hasil
pengolahan data dan analisis terhadap pengelolaan keuangan daerah sebagaimana telah
dilakukan pada tahap perumusan ke dalam sub-bab.
- BAB IV. ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS. Memuat berbagai isu strategis yang akan menentukan
kinerja pembangunan dalam 5 (lima) tahun mendatang. Penyajian isu-isu strategis meliputi
permasalahan pembangunan daerah dan isu-isu strategis.
- BAB V. VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN. Menjelaskan visi dan misi Pemerintah Daerah Provinsi
Nusa Tenggara Timur untuk kurun waktu 5 (lima) tahun ke depan, tujuan dan sasaran serta
indikator kinerja setiap misi pembangunan.
- BAB VI. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN. Memuat dan menjelaskan strategi yang dipilih dalam
mencapai tujuan dan sasaran serta arah kebijakan dari setiap strategi terpilih.
- BAB VII. KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH. Menguraikan hubungan
antara kebijakan umum yang berisi arah kebijakan pembangunan berdasarkan strategi yang
dipilih dengan target capaian indikator kinerja. Dalam kaitan ini, dijelaskan tentang hubungan
antara program pembangunan daerah dengan indikator kinerja yang dipilih.
- BAB VIII. INDIKASI PROGRAM PRIORITAS DAN PENDANAAN. Memuat hubungan urusan
pemerintah dengan SKPD terkait beserta program yang menjadi tanggung jawab SKPD. Selain itu,
disajikan pula pencapaian target indikator kinerja pada akhir periode perencanaan yang
dibandingkan dengan pencapaian indikator kinerja pada awal periode perencanaan.
- BAB IX. INDIKATOR KINERJA DAERAH. Memuat indikator kinerja daerah yang bertujuan untuk
memberi gambaran tentang ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi pada akhir periode
masa jabatan. Hal ini ditunjukan dari akumulasi pencapaian indikator outcome program
pembangunan daerah setiap tahun atau indikator capaian yang bersifat mandiri setiap tahun
sehingga kondisi kinerja yang diinginkan pada akhir periode RPJMD dapat dicapai. Indikator
kinerja daerah tersebut dirumuskan berdasarkan hasil analisis pengaruh dari satu atau lebih
indikator capaian kinerja program (outcome) terhadap tingkat capaian indikator kinerja daerah
berkenaan.
- BAB X PEDOMAN PEMBANGUNAN DAN KAIDAH PELAKSANAAN. Memuat tentang pentingnya
RPJMD sebagai pedoman dalam penyusunan dan penetapan dokumen rencana pembangunan
lima tahunan. Untuk menjamin RPJMD dijadikan acuan dalan penyusunan dokumen rencana
pembangunan maka ditetapkan kaidah pelaksanaan yang menegaskan mekanisme pemantauan
dan pengendaliannya.
1.5.
Penyusunanan RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2014-2018 dimaksudkan untuk
memberikan arah sekaligus menjadi pedoman bagi seluruh pemangku kepentingan baik
pemerintah,masyarakat dan dunia usaha di dalam mewujudkan pembangunan daerah yang terpadu,
sinergis, harmonis dan berkesinambungan sekaligus merupakan acuan penentuan pilihan-pilihan
program daerah setiap tahunnya.
Sedangkan tujuan penyusunan RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2014 2018
adalah sebagai berikut :
1. Menjabarkan visi, misi, dan program prioritas kepala daerah
2. Mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan serta mewujudkan perencanaan
pembangunan daerah yang sinergis dan terpadu dengan perencanaan pembangunan nasional
3. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan
pengawasan.
4. Menjaga kesinambungan dan kesatuan arah antara Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat
Daerah (Renstra SKPD) dan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Nusa Tenggara
Timur.
BAB 2
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
2.1. ASPEK GEOGRAFI, TOPOGRAFI DAN IKLIM
Nusa Tenggara Timur sebagai Provinsi kepulauan secara geografis terletak di antara 8 - 12
Lintang Selatan dan 118 - 125 Bujur Timur. Luas wilayah daratan 4.734.990 ha dan luas wilayah
lautan 15.141.773,10 ha yang tersebar pada 1.192 pulau. Dari jumlah pulau tersebut, hanya 44
pulau yang dihuni dan 1.148 pulau belum dihuni, 246 pulau sudah bernama sedangkan 946 lainnya
belum bernama. Administrasi pemerintahan Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2012 terdiri dari 21
Kabupaten dan 1 kota, 306 Kecamatan, 317 Kelurahan dan 2.929 Desa. Sebagian besar wilayahnya
bergunung dan berbukit, hanya sedikit dataran rendah. Memiliki sebanyak 40 sungai dengan
panjang antara 25 - 118 kilometer.
Provinsi Nusa Tenggara Timur yang membentang sepanjang 160 Km dari Utara di Pulau
Palue sampai Selatan di Pulau Ndana dan sepanjang 400 km dari bagian barat di Pulau Komodo
sampai Alor di bagian Timur memiliki batas-batas wilayah yaitu; Sebelah Utara berbatasan dengan
Laut Flores; Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia dan Australia; Sebelah Timur
berbatasan dengan Negara Republic Democratic Timor Leste; dan Sebelah Barat berbatasan dengan
Selat Sape Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Topografi wilayah membentang dengang ketinggian 0 - 1.000 m dpl dengan luas 86,35% dan
sebagian kecil atau 3,65% wilayah berada pada ketinggian >1.000 m dpl. Topografi wilayah sebagian
besar berbukit hingga bergunung-gunung, dengan kemiringan lahan >40%. Wilayah-wilayah yang
datar hingga landai, dengan kemiringan <8% relatif terbatas. Sebagian besar kawasan produksi
berada pada lahan-lahan dengan kemiringan 8-40%. Akibat potensi erosi sangat tinggi dan
menyebabkan laju degradasi sumberdaya lahan tinggi. Tidaklah heran jika sebaran pemukiman yang
mengisi ruang yang terbatas menjadi salah satu tantangan pembangunan yang beresiko kepada
lingkungan mobilisasi menghalang pembangunan program untuk layanan umum, ekonomi harga
tinggi (tidak saja dalam berpulau pelbagai kondisi grografis.
Geologi wilayah termasuk dalam kawasan circum-pasifik dengan dua karakteritik yaitu;
Pulau-pulau seperti Pulau Flores, Alor, Komodo, Solor, Lembata dan pulau sekitarnya terbentuk
secara vulkanik dan sering terjadi patahan dan pulau Sumba, Sabu, Rote, Semau, Timor dan pulau
sekitarnya terbentuk dari dasar laut yang terangkat ke permukaan. Dengan kondisi ini maka jalur
pulau-pulau yang terletak pada jalur vulkanik dapat dikategorikan daerah dengan kondisi tanah yang
subur namun labil dan berpotensi untuk terjadi bencana alam namun cukup kaya dengan deposit
tambang. Deposit tambang, baik mineral maupun sumber-sumber energy yang menonjol yaitu Pasir
besi(Fe), Mangan(Mn), Emas(AU), Flourspor(Fs), Bari(Ba), Belerang(S), posfat(Po), Zeolit(Z), Batu
Permata(Gs), Pasir Kwarsa (Ps), Pasir(Ps), Gipsum(Ch), Batu Marmer(Mr), Batu Gamping, Granit(Gr),
Andesit (An), Balsistis, Pasir Batu(Pa), Batu Apung (Pu), Tanah Diatomea(Td) Lempung /clay (Td).
Dari aspek vulkanik dan kegempaan, NTT memiliki 11 gunung berapi aktif (vulkanik) dengan
ketinggian antara 600 2.200 meter di atas permukaan laut. Gunung api tersebut menyebar dari
pulau Flores hingga Lembata. Semuanya pernah erupsi, yang berlangsung dalam kurun waktu tahun
1881 sampai 2007. Hingga saat ini sebagian di antaranya masih aktif, satu diantaranya yang saat ini
sedang aktif yaitu Gunung Egon di Kabupaten Sikka.
Klimatologi Provinsi Nusa Tenggara Timur dikenal dengan iklim kering. Musim kemarau
berlangsung selama 8 (delapan) bulan , yakni periode bulan April sampai dengan Nopember
sedangkan periode musim hujan hanya berlangsung selama 4 (empat) bulan yaitu berkisar antara
bulan Desember sampai dengan Maret. Suhu udara maksimum rata-rata berkisar antara 300 C
sampai dengan 360 C dan suhu udara minimum berkisar antara 210 C sampai dengan 24, 50C, dengan
curah hujan rata-rata adalah 1.164mm/tahun.
Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018
Iklim wilayah dipengaruhi konfigurasi geografis Nusa Tenggara Timur sebagai provinsi
kepulauan dan letaknya pada posisi silang di antara dua benua yaitu Asia dan Australia, dan
di antara dua samudra yaitu Hindia dan Pasifik, menentukan karakteristik iklim di wilayah ini. Secara
umum termasuk ke dalam tipe iklim tropis, dengan variasi suhu dan penyinaran matahari yang
rendah. Rata-rata suhu minimum dan maksimum, masing-masing, 24 dan 320C, dengan panjang hari
12 jam. Pola umum iklim wilayah ini adalah pola musim hujan musim kemarau. Musim hujan
berlangsung antara November dan Maret, dan musim kemarau antara April dan Oktober. Pola iklim
demikian dikendalikan oleh pola angin moonsoon dari Tenggara yang relatif kering dan dari arah
Barat Laut, yang membawa banyak uap air. Konfigurasi kepulauan dan topografi wilayah juga
merupakan pengendali iklim lokal yang berpengaruh terhadap karakteristik iklim lokal. Akibatnya,
keragaman iklim antar wilayah di daerah ini juga sangat besar. Dari aspek curah hujan, rata-rata
curah hujan tahunan bervariasi antara 850 mm di daerah-daerah seperti Sabu, Maumere, dan
Waingapu, hingga lebih dari 2500 mm di Ruteng, Kuwus, dan Lelogama.
Secara umum, iklim wilayah Nusa Tenggara Timur termasuk ke dalam kategori iklim semiarid, dengan periode hujan yang hanya berlangsung 3-4 bulan, dan periode kering 8-9 bulan. Kondisi
iklim demikian mendeterminasi pola pertanian tradisional yang hanya mengusahakan tanaman
semusim, yang ditanam dalam periode musim hujan. Keadaan demikian juga mempengaruhi
produktivitas tenaga kerja pertanian, yang tergolong sangat rendah (jumlah jam kerja <5
jam/minggu), akibat dari waktu kerja bertani yang hanya berlangsung 3-4 bulan dalam setahun.
Persoalan cura hujan dan pengaruh iklim global, terutama fenomena elnino dan lanina, serta
fenomena perubahan iklim global yang kurang menguntungkan berakibat pada kekeringan, gagal
tanam, gagal panen, banjir, dan gangguan hama dan penyakit tanaman yang serius.
Iklim dan topografi merupakan dua di antara faktor pembentuk tanah yang penting. Kondisi
topografi wilayah yang berbukit dan bergunung-gunung, dan iklim yang relatif kering menyebabkan
jenis tanah dominan adalah tanah-tanah muda, seperti dari ordo entisol, alfisol dan inceptisol.
Jenis-jenis tanah lain yang luas dan sebarannya cukup signifikan adalah vertisol dan molisol. Secara
umum, tanah-tanah ini memiliki kapasitas tukar kation yang tinggi dan kandungan hara pada level
rendah sampai sedang. Tekstur tanah bervariasi dari berat, pada tanah-tanah vertisols, sampai
ringan pada tanah-tanah entisol dan alfisol.
Kondisi hidrologi wilayah berdasarkan potensi air permukaan dan air tanah menunjukkan
bahwa potensi air permukaan, tergolong kecil. Kondisi ini mengakibatkan sulitnya eksploitasi sumber
air permukaan. Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan jumlah 27 DAS dengan luas keseluruhan
1.527.900 Ha dibentuk dari beberapa sungai dan danau. Sungai yang terpanjang di wilayah Nusa
Tenggara Timur adalah Sungai Benenai (100 Km), yang mencakup Kabupaten TTS, TTU dan Belu
dengan DAS seluas : 4500 km di Kabupaten Belu. DAS terluas adalah DAS Benenai, seluas 329.841
Ha.
Persoalan penting yang berhubungan dengan tanah adalah kedalaman solum. Sebagian
besar tanah di wilayah ini memiliki solum yang sangat dangkal (<30 cm). Solum tanah yang dangkal
menyebabkan kapasitas retensi air tanah terbatas. Akibatnya tanaman yang tumbuh pada tanah
semacam ini sangat rentan terhadap kondisi kurang hujan. Dengan demikian, kendala utama
pengelolaan lahan untuk produksi pertanian adalah ketersediaan air.
Tabel 2.1
Kondisi kependudukan per Kabupaten/Kota tahun 2011-2012
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Kabupaten
Sumba Barat
Sumba Timur
Kupang
Timor Tengah Selatan
Timor Tengah Utara
Belu
Alor
Lembata
Flores Timur
Sikka
Ende
Ngada
Manggarai
Rote Ndao
Manggarai Barat
Sumba Tengah
Sumba Barat Daya
Nagekeo
Manggarai Timur
Sabu Raijua
Kota Kupang
Nusa Tenggara Timur
2. Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk pada suatu wilayah dipengaruhi oleh faktor migrasi, kelahiran dan
kematian. Ketiga faktor tersebut berkontribusi bervariasi setiap tahun yang berpengaruh pada
tingkat pertumbuhan setiap tahun. Pertumbuhan penduduk periode 2009 - 2010 sebesar 1,39 % dan
meningkat menjadi 1,98 % pada periode 2010 - 2011 dan meningkat menjadi 2,60 % periode
2011 - 2012. Pertumbuhan penduduk yang meningkat 1,21 % pada periode 2009 - 2012 cukup
sebagai dampak dari meningatnya migrasi masuk penduduk dari luar Provinsi Nusa Tenggara Timur,
meningkatnya angka harapan hidup penduduk dan meningkatnya penduduk usia subur yang
melahirkan.
Bila dilihat dari penyebaran penduduk per Kabupaten/Kota terhadap total penduduk Nusa
Tenggara Timur tahun 2012, maka jumlah penduduk terbesar berada di Kabupaten Timor Tengah
Selatan sebanyak 453.386 jiwa (9,25%), disusul Kabupaten Belu sebanyak 370.770 jiwa (7,57%) dan
Kota Kupang sebanyak 362.104 jiwa (7,39%). Sedangkan Kabupaten dengan persentase jumlah
penduduk terendah pada tahun 2012, yakni Kabupaten Sumba Tengah dengan jumlah penduduk
sebanyak 65.606 jiwa (1,34%). Laju pertumbuhan Penduduk di Provinsi Nusa Tenggara Timur dari
tahun 2008-2012 sebagaimana terlihat pada tabel berikut.
3. Kepadatan Penduduk
10
Kabupaten/Kota
Luas
km2
Sumba Barat
Wilayah
Jumlah
Penduduk
(Jiwa)
Kepadatan
Penduduk
(Jiwa/Km2)
703
116,621
166
Sumba Timur
7,001
238,241
34
Kupang
5,418
321,384
59
TTS
3,947
453,386
115
TTU
2,670
238,426
89
Belu*
2,446
370,770
152
Alor
2,865
196,179
68
Lembata
1,266
124,912
99
Flores Timur
1,813
241,053
133
10
Sikka
1,732
309,074
178
11
Ende
2,047
267,262
131
12
Ngada
1,646
148,969
91
13
Manggarai
1,669
307,140
184
14
Rote Ndao
1,280
125,035
98
15
Manggarai Barat
2,947
236,604
80
16
Sumba Tengah
1,480
65,606
44
17
1,869
302,241
162
18
Nagekeo
1,417
135,419
96
19
Manggarai Timur
2,495
263,786
106
21
Sabu Raijua
461
75,048
163
20
Kota Kupang
180
362,104
2,009
NTT
47,350
4,899,260
103
11
4.
Penduduk Terpilah
Rasio jenis kelamin ( sex rasio) adalah perbandingan jumlah antara jenis kelamin laki-laki per
100 perempuan. Rasio jenis kelamin penduduk Provinsi Nusa Tenggara Timur pada tahun 2012
sebagaimana terlihat pada tabel 2.3. berikut.
Tabel 2.3
Kondisi penduduk terpilah per Kabupaten/Kota tahun 2012
No
Kabupaten
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17
18.
19.
20.
21.
Sumba Barat
Sumba Timur
Kupang
TTS
TTU
Belu
Alor
Lembata
Flotim
Sikka
Ende
Ngada
Manggarai
Rote Ndao
Manggarai Barat
Sumba Tengah
Sumba Barat Daya
Nagekeo
Manggrai Timur
Sabu Raijua
Kota Kupang
NTT
Sex Rasio
107
106
105
98
98
97
95
88
92
90
90
96
96
104
98
107
106
95
98
105
105
98
Bonus Demografi NTT yaitu dimana ratio ketergantungan (dependency ratio) yaitu
perbandingan antara jumlah usia non produktif (0-14 tahun ditambah dengan penduduk usia 64
tahun ke atas) dengan penduduk usia produktif (15-64) tahun menurun secara berkelanjutan.
Berdasarkan kriteria tersebut menunjukkan bahwa dalam dua tahun terakhir, bonus demografi NTT
stabil karena rasio ketergantungannya sama yaitu mencapai 73,21 % pada tahun 2010 dan 2011.
Khusus untuk penduduk perempuan mengalami peningkatan ketergantungan 0,01 % sebagaimana
tabel 2.4.
Tabel 2.4
Rasio Ketergantungan Penduduk NTT 2011 - 2012
Indikator
Usia Produktif (15-64 Thn)
Usia Kergantungan (0-14
dan > 64 Thn)
Angka Ketergantungan/
Depedency Ratio
Lak-laki
1,342,812
2011
Perempuan Jumlah
1,414,891 2,757,703
Lak-laki
1,397,994
2012
Perempuan
1,470,806
Jumlah
2,868,800
1,029,701
989,081
2,018,782
1,030,632
999,828
2,030,460
76.68
69.91
73.21
73.72
67.98
70.78
12
Peningkatan daya dukung bonus demografi juga berkaitan dengan kualitas, kompetensi,
dukungan sarana dan kondisi sosial budaya masyarakat. Berdasarkan karakteristik spepsifik kondisi
kependudukan di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang akan menjadi sumber daya utama dalam
percepatan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pada periode 2010 - 2011, penduduk umur
0 - 14 tahun menyumbang 23,807 jiwa atau 25,69% dari total tambahan jumlah penuduk 92.658
jiwa. Sehubungan dengan itu maka untuk meningkatkan potensi bonus demografi dalam
pembangunan Nusa Tenggara Timur diperlukan upaya terpadu menurunkan angka kelahiran dan
meningkatkan produktivitas penduduk usia produktif.
2. Pendidikan Penduduk
Tingkat pedidikan tertinggi penduduk yang ditamatkan menunjukkan akses pendidikan
pada masyarakat. Prosentase tingkat pedidikan penduduk per kabupaten/kota sebagaimana Tabel
2.5.
13
Tabel 2.5
Persentase Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2012
No
Kabupaten/Kota
1
Sumba Barat
2
Sumba Timur
3
Kabupaten Kupang
4
Timor Tengah Selatan
5
Timor Tengah Utara
6
Belu
7
Alor
8
Lembata
9
Flores Timur
10 Sikka
11 Ende
12 Ngada
13 Manggarai
14 Rote Ndao
15 Manggarai Barat
16 Sumba Tengah
17 Sumba Barat Daya
18 Nagekeo
19 Manggarai Timur
20 Sabu Raijua
21 Kota Kupang
Jumlah
Tidak
Punya
Ijasah
46,58
46,83
34,75
39,84
33,05
42,84
33,91
32,41
36,13
48,15
31,15
24,95
36,86
39,07
39,97
47,06
57,27
29,42
35,57
45,00
10,56
37,03
Tamat
SD/MI
SMP
SMA
SMK
DI-DII
DIII
IV-S1
S2-S3
21,99
23,20
31,84
31,24
38,06
28,14
34,32
37,98
35,00
23,52
27,18
44,11
38,36
32,59
38,65
27,32
22,27
38,07
46,69
32,43
16,61
31,04
12,10
12,96
14,69
14,19
12,72
13,31
13,75
12,35
12,74
10,76
15,00
14,59
10,93
12,72
10,29
11,35
8,89
13,41
9,72
12,09
14,81
12,67
10,01
9,83
13,46
9,66
8,55
9,67
9,99
8,89
8,99
8,60
14,07
8,24
7,84
10,31
6,29
8,80
7,28
9,87
5,27
6,74
37,05
11,45
3,73
3,43
1,81
2,74
2,63
1,92
3,82
3,31
3,81
3,33
6,14
3,03
1,93
1,12
1,63
2,56
1,96
2,65
0,53
1,07
6,44
2,98
0,45
0,31
0,38
0,26
0,49
0,60
1,24
0,62
0,80
0,79
0,83
1,13
0,49
1,08
0,87
0,49
0,41
1,05
0,92
0,61
0,68
0,65
1,20
0,97
0,48
0,62
1,44
1,04
0,54
1,43
0,90
1,35
1,00
0,99
0,74
0,48
1,16
0,62
0,64
1,69
0,34
0,23
2,45
1,01
3,76
2,42
2,32
1,34
2,94
2,49
2,39
2,81
1,62
3,48
4,51
2,96
2,83
2,62
1,06
1,81
1,19
3,74
0,95
1,76
10,23
3,00
0,17
0,05
0,26
0,11
0,13
0,00
0,04
0,19
0,03
0,02
0,12
0,00
0,00
0,00
0,06
0,00
0,10
0.11
0,00
0,06
0,16
0,16
Tingkat Pendididkan
Angka Buta Huruf
Penduduk Usia >10 th menurut
pendidikan tertinggi yang ditamatkan
SD
SMP
SMA
SMK
Penerapan Manajemen Berbasis
Sekolah
2009
10,34
2010
11,81
2011
10,80
2012
9,79
31,20
12,13
10,26
2,91
35
27,37
11,06
9,68
2,59
40
35,44
13,10
10,93
3,37
40
39,27
14,39
11,89
4,01
40
14
Penurunan angka buta huruf pada tabel 2.8 menunjukkan perkembangan yang baik dengan
jumlah penduduk yang buta huruf makin menurun. Angka buta huruf yang masih mencapai 9,79 %
tahun 2012 terutama pada penduduk dewasa dan lansia yang relatif sulit didorong untuk memasuki
dunia pendidikan karena faktor usia. Selanjutnya penduduk usia >10 yang menamatkan
pendidikannya tamat SD ke atas makin meningkat yang mencerminkan penurunan anak usia yang
drop out pada jenjang SD. Penngkatan jumlah penduduk yang menamatkan pendidikan pada jenjang
SMP, SMTA dan perguruan tinggi juga makin meningkat dari tahun ke tahun sebagai wujud
peningkatan kesadaran masyarakat dalam berpartisipasi dalam pembangunan pendidikan.
Peningkatan kesadaran pendidikan penduduk meningkatkan jumlah penduduk melek huruf.
Perkembangan prosentase penduduk melek huruf per kabupaten/kota pada tiga tahun terakhir
sebagaimana Gambar 2.1
Gambar 2.1
Angka Melek Huruf PendudukTahun 2009 - 2012
100
50
Kota
Manggara
Sabu Raijua
Nagekeo
Sumba
Sumba
Manggara
Rote Ndao
Manggarai
Ngada
Ende
Sikka
Flores
Lembata
Alor
Belu
TTU
TTS
Kupang
Sumba
Melek Huruf
Sumba
Buta Huruf
Gambar 2.1 menggambarkan tingkat perkembangan angka melek huruf provinsi NTT
fluktuatif dan angka melek huruf penduduk NTT mencapai angka 89,20% pada tahun 2011. Apabila
dibandingkan dengan rata-rata Nasional untuk tahun yang sama sebesar 93,56%, maka masih
terdapat gap sebesar 4,36%.
Jika dilihat menurut kabupaten/kota, maka angka melek huruf yang dimiliki sebagian
kabupaten di NTT sudah lebih tinggi dari rata-rata provinsi yaitu Kabupaten Kupang (96,82%),
Kabupaten Ngada (96,56%),dan Kabupaten Nagekeo (94,93%) sedangkan beberapa kabupaten yang
memiliki angka melek huruf relatif paling rendah adalah Sumba Tengah (74,74%), Sumba Barat
(81,03%), Sabu Raijua (81,74%) dan TTS (79,11%). Terhadap Kabupaten yang memiliki angka melek
relatif terendah tersebut perlu dilakukan upaya percepatan penuntasan buta aksara baik melalui
pendidikan formal, non formal dan informal.
15
Indikator
Jenis Lantai Terluas
- Bukan Tanah
- Tanah
Lantai terluas
- < 20 M2
- 20 - 49 M2
- 50 - 99 M2
>=100
Jenis Atap
- Beton
- Genteng
- Sirap
- Seng
- Asbes
- Ijuk
- Lainnya
Dinding Terluas
- Tembok
- Kayu
- Bambu
- Lainnya
2010
2011
2012
Perkembangan (%)
64.34
35.66
65.81
34.19
59,25
6.44
58.05
29.83
5.69
6.69
57.54
30.03
5.74
10,05
51,98
32,18
5,79
3,36
-5,56
2,15
0.05
0.41
0.96
0.44
75.71
0.22
3.98
18.29
0.58
0.81
0.59
75.89
0.34
2.05
19.73
0,63
0,79
0,24
78,12
0,29
2,09
17,84
0.05
-0,02
-0,35
2,23
-0,05
0,04
-1,89
30.8
10.94
33.92
24.34
31.37
10.46
34.38
23.79
32,58
10,28
31,65
25,50
1,21
-0.18
-2,73
1,71
-6,56
-1.89
32,30
Prosentase rumah tidak layak huni mencapai 35 % (lantai tanah, dinding bukan tembok,
atap daun dan lainnya) dan sekitar 15 % lebih rumah tangga belum memiliki rumah sendiri.
Selanjutnya berdasarkan kondisi rumah sehat sebagaimana Tabel 2.8.
Tabel 2.8
Persentase Rumah Sehat Tahun 2008 2012
No
Uraian
2008
2009
2010
2011
2012
Jumlah Rumah
Sehat
216.581
200.430
218.824
265.377
312.270
Jumlah Rumah
817.680
790.107
836.145
823.859
872.533
Persentase
26,8
25,4
26,2
32,2
35,8
16
No
Tahun
Perkembangan (+/-)
2010
2011
2012
2.65
0.77
3,91
3,14
Leding
16.68
14.68
14,69
0,01
Pompa Air
2.29
2.45
2,23
-0,22
Sumur/Perigi
30.32
26.47
27,16
0,69
Mata Air
40.05
44.21
43,66
-0,55
Sungai
4.36
5.2
4,87
-0,33
Air Hujan
2.95
2.92
2,98
0,06
Lainnya
0.70
0.99
0,50
-0,49
Selanjutnya prosentase ketersediaan fasilitas air minum tahun 2012 yaitu 19,23 % milik
sendiri, 31,54 % fasilitas bersama, 45,06 % umum dan 4,17 % lainnya. Sedangkan prosentase layanan
2010-2012 sebagaimana Gambar 2.2.
Gambar 2.2
Persentase Fasilitas Air Fasilitas Air Minum Tahun 2010-2012
50
40
30
20
10
0
Sendiri
Bersama
Tahun 2010
Umum
Tahun 2011
Lainnya
Tahun 2012
17
Fasilitas BAB
Tahun
2010
2011
2012
Perkembangan
(+/-)
Leher Angsa
49.82
52.22
53,68
1,46
Plengsengan
20.33
20.12
22,37
-,2,25
Cemplung
28.55
24.76
20,82
3,94
Lainnya
1.29
2.9
3,14
-6,04
6. Kondisi Kemiskinan
Nusa Tenggara Timur menunjukkan kemampuan yang cukup baik dalam menurunkan
angka kemiskinan per tahun. Pada periode 2008-2012 jumlah penduduk miskin menurun dari
1.098.400 orang atau 25,65 % menjadi 1.000.300 orang atau 20.03 % pada bulan September 2012.
Dalam kurun waktu lima tahun penduduk miskin berkurang sebesar 98.100 orang dan
mempertahankan:
- Jumlah penduduk miskin di NTT pada bulan Maret 2011 sebesar 1,012 juta orang (21,23 persen).
Dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin di NTT pada bulan Maret 2010 sebesar 1,014 juta
orang (23,03 persen), berarti jumlah penduduk miskin Provinsi NTT pada periode 2010-2011
mengalami penurunan sebesar 1,2 (ribuan).
- Selama Maret 2010-Maret 2011, Garis Kemiskinan naik sebesar 13,26 persen, yaitu dari
Rp 175.308,- per kapita per bulan pada Maret 2010 menjadi Rp 198.553,- per kapita per bulan
pada Maret 2011. Persentase kenaikan garis kemiskinan lebih tinggi terjadi di daerah pedesaan
dibanding daerah perkotaan, yaitu masing-masing 13,02 persen dan 10,70 persen pada periode
yang sama.
- Indeks Kedalaman Kemiskinan pada keadaan Maret 2010 4,74 turun menjadi 4,20 pada
keadaaan Maret 2011. Demikian pula Indeks Keparahan Kemiskinan mengalami penurunan dari
1,43 menjadi 1,27 pada periode yang sama sebagaimana terlihat pada tabel 2.11.
18
Tabel 2.11
Perkembangan Penurunan Kemiskinan 2009-2012
Penduduk Miskin
Tahun
Penduduk
Kota
Desa
Prosentase
Jumlah
Kota
Desa
Jumlah
2008
4,534,319
119
979
1,098
15.5
27.9
25.65
2009
4,619,655
109,400
903,700
1,013,100
14
25.4
23.31
2010
4,683,827
107,400
906,700
1,014,100
13.6
25.1
23.03
2011
4,776,485
99,200
887,300
986,500
10.5
22.9
20.48
2012
4,900,652
117,400
882,900
1,000,300
12.2
22.4
20.41
2013
4,900,652
113.57
879.99
993.56
11.54
22.13
20.03
366,333
-5.73
-99.11
-104.84
-3.96
-5.77
-5.62
Selanjutnya berdasarkan tempat tinggal, garis kemiskinan, peranan komoditas dan kedalaman
kemiskinan pada perode Maret 2012- Maret 2013 sebagai berikut:
-
Berdasarkan daerah tempat tinggal, selama periode Maret 2012 Maret 2013, persentase
penduduk miskin di daerah perkotaan maupun perdesaan mengalami penurunan dengan
persentase penurunan sebesar 0,68 persen untuk perkotaan dan 0,85 persen untuk perdesaan.
Penurunan ini juga terjadi pada periode September 2012 - Maret 2013.
Garis kemiskinan pada September 2012 sebesar Rp. 222.507 perkapita/bulan naik sebesar 6,26
persen menjadi Rp.235.805 perkapita/bulan pada Maret 2013.
Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan
komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada Maret 2013,
sumbangan garis kemiskinan makanan terhadap Garis Kemiskinan sebesar 78,65 persen, tidak
jauh berbeda dengan September 2012 yang sebesar 79,16 persen.
Pada periode September 2012-Maret 2013, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks
Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami penurunan. Indeks Kedalaman Kemiskinan turun dari
3,466 pada September 2012 menjadi 3,393 pada Maret 2013. Demikian pula Indeks Keparahan
Kemiskinan turun dari 0,908 menjadi 0,875 pada periode yang sama.
19
Ibu di NTTmasih tinggi yaitu 306/100.000 Kelahiran Hidup dan Angka Kematian Bayi juga masih
tinggi yaitu 57/1.000 Kelahiran Hidup sesuai SKDI 2007 dan menurun menjadi 45/1.000 kelahiran
hidup. Sedangkan kasus kematian ibu menurun dari 252 kasus tahun 2010, menjadi 208 kasus
tahun 2011 dan 172 kasus tahun 2012.
Untuk menekan pertumbuhan penduduk maka telah dilaksanakan upaya pengendalian
kelahiran melalui Keluarga Berencana (KB). Kepesertaan keluarga berencana melalui pemasangan
akseptor KB pada pasangan usia subur dalam tiga tahun terakhir meningkat relatif kecil yaitu
72,15 % tahun 2009 menjadi 732,15% tahun 2010, menjadi 73.88 % tahun 2011 dan
73,88 % tahun 2012 sebagaimana tabel 2.12.
Tabel 2.12
Rasio Akseptor KB tahun 2010-2012
No
Uraian
2010
2011
2012
Jumlah Akseptor KB
466.081
499.630
493.533
645.989
683.059
668.017
Persentase (%)
72.15
73.15
73.88
Lak-laki
311,191
319,385
285,791
223,363
172,565
167,971
154,495
2012
Perem
puan
Jumlah
Lak-laki
Perem
puan
295,934
300,715
268,996
213,200
181,238
186,615
172,701
607,125
620,100
554,787
436,563
353,803
354,586
327,196
316 994
304 335
295 452
247 702
183 508
163 029
157 131
303 481
290 254
279 184
234 045
185 835
180 512
177 540
Jumlah
620 475
594 589
574 636
481 747
369 341
343 541
334 671
20
2011
Kelompok
Umur
35-39
40-44
45-49
50-54
55-59
60-64
65-69
70-74
75+
Jumlah
(%)
2012
Perem
puan
Jumlah
Lak-laki
Perem
puan
145,194
132,824
117,426
98,746
72,950
57,278
46,103
31,972
35,259
159,054
142,668
123,022
101,097
72,752
62,544
46,896
35,084
41,456
304,248
275,492
240,448
199,843
145,702
119,822
92,999
67,056
76,715
2,372,513
2,403,972
4,776,485
49.67
50.33
146 674
135 398
121 586
103 998
79 231
59 739
46 695
32 765
34 391
2 428
626
49.57
163 192
147 600
129 307
107 983
81 087
63 705
49 846
35 093
41 970
2 470
634
50.43
Lak-laki
Jumlah
309 866
282 998
250 893
211 981
160 318
123 444
96 541
67 858
76 361
5,618
7,506
10,445
12,138
14,616
3,622
3,542
802
16
4 899 260
122,775
1.98
Indikator lainnya yang menggambarkan kondisi peserta KB aktif yang menentukan tingkat
kelahiran dan pertumbuhan penduduk. Peserta KB aktif sebesar 57,4% sebagaimana Tabel 2.14.
Tabel 2.14
Rasio Akseptor KB Tahun 2008 2012
No
1
2
3
Uraian
Jumlah Akseptor KB
Jumlah Pasangan Usia
Subur
Persentase
2008
438.774
593.697
2009
503.950
718.193
2010
442.321
770.816
2011
500.086
742.491
2012
681.068
757.760
73,9
70,2
57,4
67,3
89.8
Kepesertaan KB berasaran jenis akseptor yang dapat mendukung penurunan angka kelahiran.
Tingkat partisipasi pasangan usia pasangan subur sebagai akseptor KB rasionya sebagaimana Tabel
2.15.
Tabel 2.15
Rasio Akseptor KB menurut Kabupaten/Kota Tahun 2012
No
Kabupaten/Kota
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Sumba Barat
Sumba Timur
Kupang
Timor Tengah Selatan
Timor Tengah Utara
Belu
Alor
Lembata
Flores Timur
Sikka
Ende
Ngada
Jumlah Akseptor
KB
18.875
32.327
37.223
71.120
30.131
45.470
37.254
15.321
28.263
43.891
40.886
21.189
Jumlah PUS
Rasio
3.895
3.028
21.087
24.910
18.566
30.929
22.876
9.452
9.645
29.395
34.329
2.385
20,6
9,4
56,7
35,0
61,6
68,0
61,4
61,7
34,1
67,0
84,0
11,3
21
No
Kabupaten/Kota
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Manggarai
Rote Ndao
Manggarai Barat
Sumba Tengah
Sumba Barat Daya
Nagekeo
Manggarai Timur
Sabu Raijua
Kota Kupang
NTT
Jumlah Akseptor
KB
47.967
19.053
40.651
11.728
41.446
22.429
43.376
958
108.202
757.760
Jumlah PUS
Rasio
33.423
7.449
26.392
3.319
25.634
7.106
26.219
908
340.121
681.068
69,7
39,1
64,9
28,3
61,8
31,7
60,4
94,8
314,3
89,9
Indikator
SD
MIN
MIS
SDLBN
SDLBS
Total
Sekolah
1,850
21
129
19
2,024
Jumah Murid
318,904
4,657
15,758
1,248
287
340,854
Murid laki-laki
143,507
2,497
8,197
809
154
155,164
Murid Perempuan
Jumlah Guru
Guru Laki-laki
175,397
19,843
9,386
2,160
339
153
7,561
1,343
645
445
356
136
133
89
28
185,696
21,970
10,348
Guru Perempuan
Rasio Murid : Guru
10,457
16
186
14
698
12
220
4
61
3
11,622
16
22
51,71 % dan siswa perempuan mencapai 48,29 %. Kondisi pendidikan lanjutan pertama pada
tahun 2012 sebagaimana tabel 2.17.
Tabel 2.17
Sekolah, Murid, Guru dan Ratio Murid-Guru Pendidikan Lanjutan Pertama
No
Indikator
Sekolah
SMP
MTsS
Total
1,385
19
50
1,454
Jumah Murid
282,224
5,461
4,645
292,330
Murid laki-laki
119,299
2,663
2,223
124,185
Murid Perempuan
110,957
2,798
2,422
116,177
Jumlah Guru
19,357
355
528
20,240
Guru Laki-laki
8,326
178
321
8,825
11,031
177
207
11,415
12
13
12
Guru Perempuan
4
MTsN
Indikator
Sekolah
Jumah Murid
SMA
Jumlah Guru
MAN
MAS
SMK
Total
362
136,108
9
2,922
20
2,308
160
53,141
551
194,479
7,703
288
204
4,272
12,467
18
13
11
12
15
Berdasarkan data rasio murid-guru dalam tiga tahun terakhir untuk jenjang pendidikan
SD, SMP dan SMA per kabupaten bervariasi. Namun demikian tahun 2011 ketersediaan sekolah dan
guru terhadap Perkembangan rasio siswa-guru selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.19.
Tabel 2.19
Rasio guru dan Murid Provinsi NTT 2009-2012
No
Kab/Kota
1.
2.
3.
Sumba Barat
Sumba Timur
Kupang
Sekolah Dasar
2009/ 2010/
2010
2011
19
22
18
14
14
14
2011/
2012
31
18
17
SMTP
2009/
2010
17
21
12
2010/
2011
19
11
11
2011/
2012
17
20
10
SMA
2009/
2010
9
16
17
2010/
2011
10
9
14
2011/
2012
14
17
13
23
No
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Kab/Kota
TTS
TTU
Belu
Alor
Lembata
Flores Timur
Sikka
Ende
Ngada
Manggarai
Rote Ndao
Manggarai Barat
Sumba Tengah
Sumba Barat Daya
Nagekeo
Manggarai Timur
Sabu Raijua
Kota Kupang
NTT
Sekolah Dasar
17
14
41
17
15
14
17
16
12
12
15
15
16
15
12
12
15
13
27
29
17
15
18
25
14
16
70
43
13
13
27
22
20
20
16
24
18
17
18
17
14
16
12
15
15
12
14
29
15
25
43
16
12
22
20
16
17
SMTP
25
34
22
15
11
16
19
13
15
24
15
22
11
37
12
24
19
15
18
17
21
16
15
10
18
16
14
12
19
12
27
10
22
11
28
16
13
16
18
17
10
15
8
12
11
12
11
18
11
11
12
11
10
20
33
15
12
SMA
18
6
4
8
10
7
25
6
16
15
14
13
15
30
13
18
22
12
13
15
15
13
19
11
10
21
9
6
17
7
18
16
24
12
18
17
11
13
17
22
18
15
9
12
16
12
17
19
12
9
17
19
14
24
25
12
15
Indikator
Rasio Sekolah-Siswa
Rasio Kelas-Siswa
Rasio Guru-siswa
Tingkat
Pendidikan
SD
SMP
Tahun
2009
1 : 175
1 : 224
2010
1 : 175
1 : 224
2011
1 : 164
1 : 295
2012
1 : 178
1 : 203
SMA/MA/
SMALB
SMK
1 : 342
1 : 342
1 : 375
1 : 403
1 : 154
1 : 154
1 : 363
1 : 328
SD
SMP
1 :29
1:44
1:29
1:44
1:24
1:31
1:34
1:32
SMA/MA/SMA
LB/SMK
SD
1:54
1:54
1:32
1:30
1:17
1:17
1:16
1:17
SMP
SMA/MA/
SMALB
SMK
1:19
1:16
1:19
1:16
1:15
1:17
1:18
1:20
1:14
1:14
1:13
1:15
24
e. Tingkat Kelulusan
Berkembangan pembangunan pendidikan berdasarkan tingkat kelulusan sebagai salah
satu indikator yang menggambarkan keberhasilan pancapaiannya meningkat dari tahun ke tahun.
Kelulusan per tingkat pendidikan pada Tahun Pelajaran 2011/2012 di Provinsi Nusa Tenggara Timur
menunjukkan hasil yang cukup memuaskan. Persentase tingkat kelulusan pada tahun ajaran
2011/2012 berdasarkan data Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Provinsi Nusa Tenggara Timur
untuk tingkat SMP/MTs/SMPLB sebesar 97,56% atau mengalami penurunan sebesar 0,10 % dari
tahun pelajaran sebelumnya, untuk tingkat SMA/MA sebesar 94,50% atau mengalami peningkatan
sebesar 0,07% dari tahun pelajaran sebelumnya dan untuk tingkat SMK sebesar 96,49% atau
mengalami sedikit peningkatan sebesar 0,82% dari tahun pelajaran sebelumnya.
Perkembangan tingkat kelulusan semua jenjang pendidikan merupakan wujud
keberhasilan sinergi agenda pembangunan pendidikan dengan program Kementrian Pendidikan
Nasional, Program Kabupaten/Kota se Nusa Tenggara Timur, Yayasan pendidikan swasta dan
partisipasi masyarakat. Kelulusan sangat berpeluang ditingkatkan dengan memacu tingkat kelulusan
pada sekolah-sekolah yang masih mencapai < 50 %. Data selengkapnya tentang jumlah kelulusan
dapat dilihat pada tabel 2.21.
Tabel 2.21.
Data Kelulusan Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2018 - 2012
No
Tingkat
Pendidikan
2009/2010
97.06
SD
2008/2009
90.63
2012/2013
99,69
SMP
70.25
96.66
97.66
97.56
97,68
SMA
69.80
93.90
94.43
94.50
98,11
SMK
88.16
95.91
95.67
96.49
99,79
25
Tabel 2.22
Realisasi capaian Sasaran APM dan APK Tahun 2009 2012
No
1
Indikator sasaran
APM (%)
SD
SMP
SMA/SMK
APK (%)
SD
SMP
SMA/SMK
2009
2010
2011
2012
92,93
65,46
-
94,93
67,96
-
94,36
83,08
81,94
96,89
83,26
69,45
111,73
82,95
49,36
114,01
86,95
54,41
115,31
97,48
89,06
115,34
97,58
77,16
Secara periodik terjadi peningkatan APM yang signifikan pada semua tingkatan
pendidikan. Kondisi capaian APM tahun 2012 untuk tingkat SD/MI/SDLB sebesar 96,89%, terjadi
peningkatan sebesar 2,53%. Untuk APM tingkat SMP/MTs/SMPLB sebesar 83,26%, meningkat
sebesar 0,18%, sedangkan APM tingkat SMA/MA/SMK sebesar 69,45%, menurun 12,49%.
Selanjutnya pencapaian pada tahun 2012 APK untuk tingkat SD/MI/SDLB sebesar 115,34%,
terjadi peningkatan sebesar 0,03%. Untuk APK tingkat SMP/MTs/SMPLB sebesar 97,58%, meningkat
sebesar 0,10%, sedangkan APK tingkat SMA/MA/SMK sebesar 77,16%, menurun sebesar 11,9%.
Peningkatan APK di semua tingkatan pendidikan sebagai indikasi keberhasilan masyarakat dalam
mendorong meningkatkan pendidikan anak usia sekolah.
Peningkatan APK di semua tingkatan pendidikan juga sebagai indikasi kinerja pemerintah
provinsi dan pemerintah kabupaten/kota telah membawa perubahan signifikan dalam bidang
pendidikan yang mendorong semua usia sekolah melanjutkan jenjang pendidikan. Pengembangan
pendidikan Paket A, B dan C untuk menjaring kepesertaan pendidikan sangat dibutuhkan sekaligus
untuk menurunkan angka buta huruf. Untuk itu tetap diperlukan upaya pembinaan yang
berkelanjutan agar prestasi ini tetap terjaga ke depan.
g. Angka Partisipasi Sekolah (APS)
Angka partisipasi sekolah menunjukkan peningkatan kepesertaan dari tahun ke tahun
pada semua jenjang pendidikan. APS tahun 2012 yaitu SD/MI sebesar 96,13, SMP/MTS sebesar
88,73 selengkapnya sebagaimana tabel 2.23.
Tabel 2.23
Angka Partisipasi Sekolah(APS) Tahun 2009-2012
No
1
Jenjang Pendidikan
SD/MI
Jumlah Murid Usia 712 Thn
2009
2010
2012
700.854
810.469
817.278
798.371
95,99
96,49
95,96
96,13
188.387
250.036
232.152
232.959
79,28
81,24
85,88
88,73
APS SD/MI
SMP/MTS
Jumlah Murid Usia 1315 Thn
2011
APS SMP/MTS
26
Data pada tabel 2.17 menunjukan bahwa rata-rata APS untuk jenjang pendidikan SD dan
SMP di Provinsi NTT sampai dengan Tahun 2012 masih dibawah rata-rata Nasional sebesar 97,99%
dan 89,76%. Untuk meningkatkan APS maka desa/kelurahan yang banyak penduduknya miskin
yang belum memiliki sarana pendidikan SD dan SMP serta anak usia sekolah yang bersekolah
rendah, maka perlu mendapat pendampingan dan kebijakan percepatan pembangunan pendidikan
antara lain melalui penyediaan sarana pendidikan, pembinaan dan dukungan beasiswa miskin.
h. Rata-rata Lama Sekolah
Rata-rata lama sekolah memperlihatkan rata - rata periode setiap penduduk di suatu
wilayah yang mengenyam bangku pendidikan dapat menjadi salah satu indikator yang cukup
menentukan keberhasilan pembangunan di bidang pendidikan. Rata-rata lama sekolah merupakan
salah satu indukator kunci yang menentukan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Rata-rata lama
sekolah penduduk Nusa Tenggara Timur tahun 2008-2011 sebagaimana terlihat pada tabel 2.24.
Tabel 2.24
Rata-Rata Lama Sekolah Penduduk Provinsi NTT
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
Kabupaten/Kota
Sumba Barat
Sumba Timur
Kupang
Timor Tengah Selatan
Timor Tengah Utara
Belu
Alor
Lembata
Flores Timur
Sikka
Ende
Ngada
Manggarai
Rote Ndao
Manggarai Barat
Sumba Tengah
Sumba Barat Daya
Nagekeo
Manggarai Timur
Sabu Raijua
Kota Kupang
NTT
2008
5,84
5,93
6,71
6,08
6,24
6,06
7,38
6,47
6,58
6,13
6,77
6,73
6,71
6,18
6,23
6,20
5,40
6,69
5,92
10,89
6,55
2009
5,96
5,99
6,72
6,12
6,38
6,24
7,41
6,50
6,60
6,15
7,05
6,97
6,72
6,20
6,30
6,21
5,72
6,74
6,20
4,47
10,91
6,60
2010
6,42
6,11
6,85
6,61
6,77
6,33
7,42
6,83
6,62
6,36
7,38
7,26
6,79
6,49
6,54
5,22
5,90
6,96
6,49
5,20
11,06
6,99
2011
6,44
6,26
7,44
6,67
6,83
6,34
7,46
6,97
6,64
6,37
7,39
7,62
6,79
6,45
6,56
5,32
5,93
6,97
6,50
5,40
11,07
7,05
i. Kualifikasi Kompetensi
Penyediaan guru yang berkualitas menjadi salah upaya strategis untuk mendukung
percepatan pembangunan kualitas pendidikan. Untuk menjamin peningkatan kompetensi dan
peningkatan kualitas penyelenggaraan pendidikan ada tiga aspek yang didorong yaitu peningkatan
kualifikasi pendidikan, sertifikasi dan pelatihan. Realisasi pencapaian Taget RPJMD tahun 2009-2012
sebagaimana Tabel 2.25
27
Tabel 2.25
Kualifikasi Kompetensi GuruTahun 2009 2012.
No
1
Kualifikasi Kompetensi
Kualifikasi tenaga pendidik
akademis S1:
SD (%)
SMP (%)
SMA (%)
SMK (%)
Sertifikasi guru (%)
2009
2010
2011
2012
7,3
53,9
83,97
76,38
8,79
7,3
53,9
43,76
76,38
11,32
19
56
71
65
49
19
59
85,6
78,5
26,51
*) Total guru dari tingkat PAUD, TK, SD, SMP, SMA dan SMK, pendidikan luar biasa dan non formal
Sesuai dengan Tabel 2.19 menunjukkan bahwa realisasi pencapaian target kualifikasi
akademis pendidikan S1 pada jenjang pendidikan SD pencapaiannya fluktuatif dimana tahun 2009
dan 2011 berada di atas target dan tahun 2010 dan 2012 di bawah target. Selanjutnya untuk SMP,
SMA, dan SMK semuanya melampui target. Pencapaian target erat kaitannya dengan keberhasilan
program beasiswa yang diberikan pada guru-guru yang kualifikasi pendidikannya belum mencapai
S1. Ketersediaan fasilitas pendidikan tinggi melalui Universitas terbuka (UT) juga menjadi pilihan
para guru karena melaksanakan peningkatan kualifikasi pendidikan tanpa meninggalkan tugas.
j. Pendidikan Tinggi
Persentase penduduk yang menamatkan pendidikan tinggi dari tahun ke tahun terus
mengalami peningkatan. Tingakt pendidikan penduduk yang dihasilkan dari perguruan tinggi tahun
2011 yaitu Diploma I dan II 0,96 %, DIII 1,05 % dan D IV-S2 2.28 %. Jumlah perguruan tinggi Swasta
di NTT tersebar di Kabupaten/kota dengan sebaran di 55 Desa/kelurahan Khusus kondisi pendidikan
tinggi negeri sebagaimana tabel 2.26
Tabel 2.26
Tingkat Pendidikan Tinggi dan rasio Mahasiswa-Dosen 2012
No
Indikator pendidikan
Univ/Akedemi
Mahasiswa
22.213
Mahasiswa laki-laki
14.001
Mahasiswa Perempuan
10.371
Dosen
Guru besar
PTN
4
1,530
24
Dosen S3
254
Dosen S2
864
Dosen S1
399
Rasio mahasiswa-Dosen
13
28
1. Sarana Kesehatan
Sampai dengan Tahun 2012 terdapat 43 Rumah Sakit di Provinsi Nusa Tenggara Timur,
terdiri dari 20 Rumah Sakit Pemerintah, 13 Rumah Sakit Swasta, 5 Rumah Sakit TNI/Polri dan 4
Rumah Sakit Khusus. Rumah Sakit Pemerintah bertambah 1 di Kabupaten Manggarai Barat, Rumah
Sakit TNI mengalami peningkatan sebanyak 2 rumah sakit. Data jumlah Rumah Sakit umum dan
rumah sakit khusus yang tersedia dapat dilihat pada tabel 2.27
Tabel 2.27
Banyaknya Rumah Sakit dan Kapasitas Tempat Tidur
Menurut Jenis Rumah Sakit Per Kabupaten/Kota, Tahun 2013
Rumah Sakit Umum
Pemerintah
Swasta
N
o
Kabupaten/Kota
Sumba Barat
Sumba Timur
Kupang
TTS
TTU
Belu
Alor
Lembata
Flores Timur
10
Sikka
11
Ende
12
Ngada
13
Manggarai
14
Rote Ndao
15
Manggarai Barat
16
17
Sabu Raijua
18
Kota Kupang
1*
19
Malaka
NTT
1
19
14
Keteramhan: * RS Jiwa
Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi NTT, 2012
TNI/POLRI
29
Puskesmas
Puskesmas Pembantu
Puskesmas Keliling
Posyandu
Puskemas dan Puskemas Pembantu (Pustu) sebagai unit pelayanan kesehatan masyarakat di Tingkat
Kecamatan harus menjadi penyangga pelayanan kesehatan masyarakat sebelum rujukan ke rumah
sakit. Atas dasar itu kualitas pelayanan dan jangkauan pelayanan harus optimal. Terkait dengan
jangkauan pelayanan dilihat Rasionya sebagaimana tabel 2.28.
Tabel 2.28
Rasio pelayanan Pusakesmas dan Pustu Tahun 2012
No
1
2
3
4
Kabupaten/Kota
Sumba Barat
Sumba Timur
Kupang
Timor Tengah Selatan
Penduduk
(Jiwa)
116.621
238.241
321.384
453.386
Puskesmas
Jumlah
Rasio/Jiwa
7
16.660
20
11.912
24
13.391
28
16.192
Jumlah
16
69
150
63
Pustu
Rasio/Jiwa
7.289
3.453
2.143
7.197
30
No
Kabupaten/Kota
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Puskesmas
Jumlah
Rasio/Jiwa
26
9.170
33
11.235
22
8.917
9
3.879
20
2.053
23
3.438
24
1.136
10
14.897
17
18.067
12
10.420
12
19.717
8
8.201
10
30.224
7
19.346
20
13.189
6
12.508
10
36.210
348
14.078
Penduduk
(Jiwa)
238.426
370.770
196.179
124.912
241.053
309.074
267.262
148.969
307.140
125.035
236.604
65.606
302.241
135.419
263.786
75.048
362.104
4.899.260
Jumlah
41
47
48
32
41
61
51
32
62
83
33
12
35
33
46
51
33
1.039
Pustu
Rasio/Jiwa
5.815
7.889
4.087
3.904
5.879
5.067
5.240
4.655
4.954
1.506
7.170
5.467
8.635
4.104
5.734
1.472
10.973
4.715
Posyandu sebagai unit pelayanan kesehatan balita terdepan diharapkan dapat memberikan
pelayanan optimal dalam meningkatkan kualitas SDM. Rasio Posyandu dengan balita sebagaimana
tabel 2.29.
Tabel 2.29
Jumlah Posyandu dan Balita menurut Kabupaten/Kota Tahun 2012
Jumlah
Balita
Jumlah
Posyandu
No
Kabupaten/Kota
Sumba Barat
13.215
188
14,2
Sumba Timur
26.321
505
19,2
Kupang
22.626
675
29,8
39.801
712
17,9
24.922
459
18,4
Belu
33.369
788
23,6
Alor
18.174
423
23,3
Lembata
11.824
315
26,6
Flores Timur
16.166
530
32,8
10
Sikka
28.401
599
21,1
11
Ende
28.513
586
20,6
12
Ngada
19.237
294
15,3
13
Manggarai
32.277
547
16,9
14
Rote Ndao
13.757
358
26,0
15
Manggarai Barat
22.028
400
18,2
16
Sumba Tengah
7.611
154
20,2
Rasio
31
Jumlah
Balita
Jumlah
Posyandu
No
Kabupaten/Kota
Rasio
17
37.279
325
8,7
18
Nagekeo
14.956
226
15,1
19
Manggarai Timur
33.967
884
26,0
20
Sabu Raijua
8.127
184
22,6
21
Kota Kupang
20.340
268
13,2
NTT
472.911
9.420
19,9
Ketersediaan tenaga kesehatan juga merupakan salah satu indikator dalam pembangunan
kesehatan. Tabel 2.30 menunjukkan bahwa pada tahun 2012 jumlah dokter yang melaksanakan
pelayanan kesehatan sebanyak 976 orang, perawat & bidan sebanyak 9.385 orang, apoteker 750
orang, paramedis non perawat sebanyak 2.340 orang. Setiap tahunnya Pemerintah selalu berupaya
untuk meningkatkan ketersediaan tenaga pelayan kesehatan, terutama untuk tenaga dokter,
perawat dan bidan dalam rangka untuk meningkatkan pelayanan kesehatan terutama pada daerahdaerah yang terpencil dan terisolir. Komposisi tenaga kesehatan tahun 2012 sebagaimana Tabel
2.30.
Tabel 2.30
Tenaga Pelayanan Kesehatan, Tahun 2012
Unit Kerja
Rumah Sakit
Puskesmas
Institusi Diklat/
Diknakes
Sarana Kesehatan
Lain
Dinkes Kab/ Kota
Jumlah
Tenaga Medis
Perawat/ Apoteker/
Dokter
Bidan
Assisten
534
6.071
352
395
2.953
244
36
2
Ahli
Gizi
301
87
-
21
16
13
42
976
304
9.385
136
750
47
436
35
636
94
649
318
619
32
Tenaga kesehatan sebagai kekuatan pelayanan kesehatan kompetensi dan jumlahnya berbeda
antar kabupaten/kota. Berdasarkan ketersediaan tenaga kesehatan rasionya sebagaimana tabel
2.31
Tabel 2.31
Jumlah Dokter Tahun 2008 2012
No
1
Uraian
Jumlah Dokter
Rasio per satuan
penduduk
2008
751
0,17
2009
816
,0,18
2010
972
0,21
2011
1.096
0,23
2012
1.052
0,21
7.602
1,68
4.534.319
7.692
1,67
4.619.655
9.417
2,01
4.683.827
9.756
2,04
4.776.485
9.577
1,95
4.899.260
Kabupaten/Kota
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Sumba Barat
Sumba Timur
Kupang
Timor Tengah Selatan
Timor Tengah Utara
Belu
Alor
Lembata
Flores Timur
Sikka
Ende
Ngada
Manggarai
Rote Ndao
Manggarai Barat
Sumba Tengah
Sumba Barat Daya
Nagekeo
Manggarai Timur
Sabu Raijua
Kota Kupang
NTT
Jumlah
Penduduk
116.621
238.241
321.384
453.386
238.426
370.770
196.179
124.912
241.053
309.074
267.262
148.969
307.140
125.035
236.604
65.606
302.241
135.419
263.786
75.048
362.104
4.899.260
Jumlah
Dokter
37
55
65
79
45
83
51
33
31
66
29
29
63
27
25
27
14
18
45
17
213
1.052
Rasio
0,32
0,23
0,20
0,17
0,19
0,22
0,26
0,26
0,13
0,21
0,11
0,19
0,21
0,22
0,11
0,41
0,05
0,13
0,17
0,23
0,59
0,21
Jumlah Tenaga
Medis
493
565
619
433
399
933
439
385
605
927
539
461
620
220
340
65
145
400
513
88
388
9.577
Rasio
4,2
2,4
1,9
1,0
1,7
2,5
2,2
3,1
2,5
3,0
2,0
3,1
2,0
1,8
1,4
1,0
0,5
3,0
1,9
1,2
1,1
2,0
33
Fakta semakin banyaknya tenaga medis sejajar dengan capaian jumlah dan akses
masyarakat terhadap fasilitas kesehatan. Selain itu, angka kematian ibu yakni 330 kasus (0,30%)
pada tahun 2008 dari 109.604 kelahiran mengalami penurunan signifikan pada tahun 2011 menjadi
208 kasus atau sekitar 0,21% dari 96.262 kelahiran. Jika dikonversikan ke dalam angka kematian ibu
melahirkan, maka terdapat penurunan dari 3 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2011 (Laporan
Dinas Kesehatan Provinsi NTT, 2013).
Walaupun secara faktual terdapat peningkatan jumlah dan akses fasilitas kesehatan dan
penurunan signifikan dari angka kematian ibu melahirkan yang terkait dengan kinerja Revolusi KIA,
kinerja tersebut belum signifikan dengan Kesehatan Ibu Hamil dan anak dalam kandungan. Hal ini
merupakan masalah substantif bagi penyempurnaan program tersebut 5 (lima) tahun ke depan.
Permasalahan tersebut terindikasi dalam angka kematian bayi dilahirkan. Pada tahun 2008, tercatat
1.274 kematian bayi atau sekitar 1,16% dari 109.604 kelahiran meningkat menjadi 1.272 kematian
bayi (1,32%) dari 96.262 kelahiran pada tahun 2011. Dengan kata lain terdapat kenaikan angka
kematian bayi dari 12 per 1000 kelahiran tahun 2008 menjadi 13 per 1000 kelahiran hidup pada
tahun 2011.
Indikator lainnya yang menggambarkan kondisi adalah kasus kematian ibu, kasus kematian
bayi, kualitas lingkungan (rumah sehat), status gizi balita, usia harapan hidup dan jumlah penderita
AIDS. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur, jumlah Kematian Ibu
di Provinsi Nusa Tenggara Timur pada tahun 2011 sebanyak 209 kasus; kematian bayi sebanyak
1.253 kasus; persentase kualitas lingkungan (rumah sehat) sebesar 51,8%; persentase balita kurang
gizi sebanyak 10,15%; persentase balita gizi buruk sebesar 1,23%, dan jumlah penderita HIV/AIDS
sebanyak 1.479 orang. Karena itu, Pemerintah Provinsi NTT selalu berupaya untuk meningkatkan
kualitas dan kuantitas kesehatan masyarakat dengan melibatkan LSM dan masyarakat serta pihak
yang terkait dalam bidang kesehatan.
34
a.
Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan Negara, yaitu :
Kawasan perbatasan darat Republik Indonesia dengan Negara Timor Leste;
Kawasan perbatasan laut Republik Indonesia termasuk 5 (lima) pulau kecil terluar dengan Negara
Timor Leste dan Australia yaitu Pulau Alor, Batek, Dana, Ndana, dan Mengkudu;
b. Kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi yaitu berupa Kawasan Pengembangan
Ekonomi Terpadu (KAPET) Mbay;
c. Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup Kawasan
Taman Nasional Komodo;
d. Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup perairan
yaitu Kawasan Taman Nasional Perairan Laut Sawu dengan 3,5 juta Ha.
35
Jagung
Uraian
Luas Panen (ha)
Produksi Gabah (ton)
Produktivitas (ton/ha)
Luas Panen (ha)
Produksi (Ton)
Produktivitas (ton/ha)
Tahun
2011
2012
195.201
591.374
3.30
246.893
524.638
2.125
210.310
625.254
3.43
248.117
497.010
2.103
Perkembangan
15.109
33.880
13
1.224
-27.628
-0,22
36
Tanaman
Pangan
Tahun
Uraian
2011
2012
Perkembangan
Kedelai
1.366
1.379
1.01
1.347
1.359
1.07
-19
-20
-0,03
Kacang
Tanah
19.395
23.685
1.221
20.091
25.017
1.232
696
1.332
0,11
Kacang
Hijau
12.307
10.408
0.846
12.203
10.277
0.824
-104
-131
-0.022
Ubi Kayu
96.705
962.129
9.949
96.268
908.345
9.897
-437
-53.784
-0,52
Ubi Jalar
15.781
129.728
8.221
16.569
137.012
8.341
788
7.284
0,120
Berdasarkan tabel 2.33, produktivitas tanaman pangan yang ada di Nusa Tenggara Timur,
terjadi kenaikan produktivitas untuk tanaman padi, kacang tanah dan ubi jalar. Sedangkan untuk
tanaman pangan lainnya mengalami penurunan akibat pergeseran musim hujan yang berdampak
pada kesalahan perhitungan periode tanam dari petani.
Tanaman padi memiliki produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis tanaman
lainnya. Dengan luas panen 210.310 ha menghasilkan produksi sebesar 625.254 ton, meningkat
33.880 ton atau 5,42 % dari tahun sebelumnya. Produktivitas tanaman jagung sebesar 2.103 Ton/Ha
atau menurun 0,22 %. Penurunan produktivitas tanaman jagung ini diakibatkan oleh Curah hujan
di awal tahun 2012 yang sangat mempengaruhi produktivitas jagung.
b. Perkebunan
Provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki beberapa jenis komoditi perkebunan yang bernilai
ekonomis dan mempuyai peluang pasar yang baik. Komoditi tersebut antara lain kelapa, jambu
mete, kopi, kakao, cengkeh, vanili, tembakau, dan kapas. Hasil perkebunan ini pada umumnya
dipasarkan secara lokal, regional maupun global. Adapun produktivitas perkebunan di Provinsi Nusa
Tenggara Timur Tahun 2011-2012, dapat dilihat pada tabel 2.34.
Tabel 2.34
Produktivitas Perkebunan di Provinsi NTT Tahun 2011-2012
N
o
1
KOMODITI
Kelapa
Jambu
Mete
URAIAN
Luas areal tanaman menghasilkan (Ha)
Produksi (Ton)
Produktivitas (Ton/Ha)
Luas areal tanaman menghasilkan (Ha)
Produksi (Ton)
Produktivitas (Ton/Ha)
TAHUN
2011
2012
90,464
90,464
60,511
60,534
668.90
668.88
73,174
73,162
37,739
37,637
515.74
516.99
PENINGKATAN
-3,35
-0,023
1,18
-0,012
-0.102
1,25
37
N
o
3
KOMODITI
TAHUN
2011
2012
38,223
38,120
20,148
20,125
527.12
527.23
22,719
22,757
12,987
12,998
571.64
571.98
6,003
6,003
1,615
1,615
269.03
269.03
1,368
1,368
520
520
380.12
380.12
486
486
113
113
232.51
232.51
1,457
1,457
766
766
525.74
525.74
URAIAN
Kopi
PENINGKATAN
-0.103
-0,023
0,11
0,138
0,011
0,34
0,00
-0,55
-1,5
0,00
0,19
0,19
59,34
84,25
16,26
-99,78
117,61
-2,32
Tabel 2.30. menunjukkan bahwa selama kurun waktu tahun 2010-2011 produktivitas
tanaman perkebunan mengalami fluktuasi. Namun fluktuasi produktivitas yang terjadi masih dalam
kisaran yang wajar. Dimasa mendatang, Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur, melalui instansi
terkait, terus dan selalu berupaya untuk meningkatkan produktivitas tanaman perkebunan melalui
berbagai program pemerintah, diantaranya perluasan areal panen (ekstensifikasi) dan intensifikasi.
Jenis ternak
Populasi (Ekor/Tahun)
2011
2012
Sapi
778.633
Kerbau
150.038
Kuda
106.043
Kambing
568.125
591.139**
993.970
Perkembangan
ekor
215.337
27,66
150.457
419
0,28
108.001**
1.958
1,85
23.014
4,05
38
No
Jenis ternak
Populasi (Ekor/Tahun)
Perkembangan
Babi
1.708.155
1.798.030**
89.875
5,26
Domba
62.719
64.115**
1.436
2,29
Ayam buras
10.423.169
10.425.982**
2.813
0,03
Ayam pedaging
659.242
667.280**
8.038
1,23
Ayam petelur
179.669
180.917**
1.248
0,69
Sumber : Dinas Peternakan Prov. NTT & BPS Prov. NTT Tahun 2012
Keterangan: **) Angka sementara
Berdasarkan tabel 2.35 diketahui bahwa perkembangan populasi per komoditinya
cendrung menunjukkan angka positif. Dengan Kenaikan populasi tertinggi disumbangkan oleh ternak
Sapi (27,66%) diikuti Babi (5,26 %). Sedangkan Populasi Ternak Kerbau mengalami kenaikan (0,28%).
Hal ini menggambarkan adanya keberhasilan pembangunan di bidang peternakan di Provinsi Nusa
Tenggara Timur. Peningkatan ternak sapi ini merupakan wujud tekad Pemerintah Provinsi Nusa
Tenggara Timur untuk menjadikan Provinsi Nusa Tenggara Timur sebagai Provinsi Ternak.
39
Tawar: Kolam 8,375 Ha. Potensi produksi mencapai 1,297 ton/tahun dan Mina Padi 85 Ha dengan
potensi produksi mencapai 85 ton/tahun.
Semua Kabupaten/Kota berpotensi untuk budidaya rumput laut kecuali Kabupaten Timor
Tengah Selatan yang kecil peluangnya untuk budidaya rumput laut karena memiliki wilayah laut
di sebelah selatan Pulau Timor atau berbatasan dengan Samudera Hindia. Adapun
kabupaten-kabupaten yang budidaya rumput lautnya telah berkembang yaitu: Kabupaten Kupang,
Sabu Raijua, Rote Ndao, Alor, Lembata, Flores Timur, Sikka, Sumba Timur dan Kabupaten Manggarai
Barat. Komunitas rumput laut unggulan yang dibudidaya adalah Echeuma Cotonii, Eucheuma Sp, dan
Alga Merah (red algae). Luas lahan potensial untuk budidaya rumput laut di Provinsi Nusa Tenggara
Timur sebesar 51.870 Ha atau 5% dari garis pantai, dengan potensi produksi sebesar. 250.000 ton
Kering/tahun.
b. Perkembangan penbangunan Perikanan dan Kelautan
Potensi yang ada cukup besar namun lahan yang dimanfaatkan masih sangat terbatas. Potensi
rumput laut baru dimanfaatkan seluas 5.205,70 Ha dengan produksi 1,7 juta ton rumput laut basah.
Untuk itu, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota se Nusa Tenggara Timur terus berupaya untuk
meningkatkan luas lahan budidaya dan produksi rumput laut melalui pelaksanaan program dan
kegiatan dengan melibatkan peran pemerintah, masyarakat dan swasta. Potensi dan produksi
perikanan di Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2011-2012 selengkapnya dapat dilihat pada tabel
2.36
Tabel 2.36
Produksi Perikanan 2011-2012
N
o
1.
2011
2012
Perikanan laut
a.
Jumlah tangkapan (ton)
94.432,00
97.314,00
b. Jumlah kapal penangkap ikan (unit)
18.765,00
19.578,00
c.
Jumlah rumah tangga perikanan (KK)
23.813,00
23.813,00
d. Jumlah tempat pelelangan /PPI (unit)
14,00
14,00
2. Perikanan darat
a.
Luas tambak (Ha)
1.026,50
1.039,80
b. Luas kolam (Ha)
1.205,00
1.521,00
c.
Produksi perikanan (ton)
786.453,0
896.623,0
d. Jumlah rumah tangga perikanan (KK)
32.913,00
32.913,00
e.
BBIS
1
1
f.
BBI Lokal
8
8
3. Perusahaan
a.
Pengalengan ikan (unit)
b. Perusahaan pengolahan perikanan
21
21
(unit)
c.
Pembenihan (Hatchery) (unit)
d. Ekspor hasil perikanan (ton)
3.112.575,00 3.164.017,00
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi NTT & BPS Prov. NTT Tahun 2012.
*)Angka sementara
Perkembangan
2.882,00
813
13,3
316
110.170
-
51.442
40
Potensi Sumber Daya Garam: Provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan daerah potensial
untuk pengembangan industri garam. Dalam upaya peningkatan produksi garam nasional yang
ditargetkan sampai tahun 2014 untuk mencapai swasembada garam di Indonesia pada umumnya
dan Provinsi Nusa Tenggara Timur pada khususnya mencapai 1,2 juta ton, maka telah dicanangkan
pelaksanaan Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR). Dengan program ini, akan diberdayakan
119 kelompok usaha Garam Rakyat (KUGAR) dengan jumlah angota 939 petambak garam.
Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur, melalui pelaksanaan PUGAR menargetkan peningkatan
produktivitas lahan garam dari 60 ton/ha menjadi 80 ton/ha.
Potensi Budidaya Rumput Laut: Semua Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Nusa
Tenggara Timur berpotensi untuk budidaya rumput laut kecuali Kabupaten Timor Tengah Selatan
yang kecil peluangnya untuk budidya rumput laut karena memiliki wilayah laut di sebelah Pulau
Timor atau berbatasan dengan Samudera Hindia. Adapun kabupaten-kabupaten yang budidaya
rumput lautnya telah berkembang yaitu: Kabupaten Kupang, Sabu Raijua, Rote Ndao, Alor, Lembata,
Flores Timur, Sikka, Sumba Timur dan Kabupaten Manggarai Barat. Komunitas rumput laut unggulan
yang dibudidaya adalah Echeuma Cotonii, Eucheuma Sp dan Alga Merah (red algae). Luas lahan
potensial untuk budidaya rumput laut di Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 51. 870 Ha atau 5%
dari garis pantai, dengan potensi yang ada cukup besar namun lahan yang dimanfaatkan pada tahun
2010 baru seluas 5. 205,70 Ha dengan produksi 1,7 juta ton rumput laut basah. Untuk itu,
Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota se-Nusa Tenggara Timur terus berupaya untuk
meningkatkan luas lahan budidaya dan produksi rumput laut melalui peran pemerintah, masyarakat
dan swasta.
Potensi Budidaya Mutiara: Beberapa wilayah laut di Provinsi Nusa Tenggara Timur
memiliki potensi untuk pengembangan budidaya mutiara. Wilayah-wilayah laut tersebut terletak
di Kabupaten Kupang: Tanjung Ledo, Pulau Kambing, Tanjung Kabate, Talasa dan Tablolong, Rote
Ndao: Kecamatan Rote Barat Daya, Alor: Desa Moru kec. Alor Barat Daya, Lembata: Teluk Wai Enga
dan Lewo Lein, Flores Timur: Teluk Konga, Teluk Lebateta, Selat Solor, Perairan Nayu Baya, Baniona,
Sikka: Labuan Ndeteh, Desa Nagepanda dan Kabupaten Manggarai Barat: Tanjung Boleng dan Golo
Mori.
Kebijakan dan komitmen terhadap provinsi Kepulauan melalui Badan Kerja Sama (BKS)
Provinsi Kepulauan telah menjadikan Draft UU Daerah Kepulauan masuk dalam agenda Baleg DPR RI
Tahun 2013. Secara substantif, regulasi tersebut akan mendasari pengalihan kewenangan
pengaturan, pembinaan dan pengawasan terhadap Taman Nasional Laut Sawu sebagai kawasan
konservasi dari Pemerintah kepada Pemerintah Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Hal ini akan
menjadi acuan perubahan manajemen dan intervensi pengolahan sumber daya kelautan dan
perikanan yang signifikan pada kawasan laut sekitar yang potensial bagi peningkatan kesejahteraan
petani-nelayan serta masyarakat pesisir Provinsi Nusa Tenggara Timur
41
2) Kawasan peruntukan hutan produksi terbatas terdapat di Kabupaten Kupang, Timor Tengah
Selatan, Timor Tengah Utara, Belu, Alor, Flores Timur, Sikka, Ende, Nagekeo, Manggarai Barat,
Sumba Tengah, Sumba Barat, dan Sumba Timur dengan luas total kurang lebih 206.747 Ha.
3) Kawasan peruntukan hutan produksi yang dapat dikonversi terdapat di Kota Kupang, Kabupaten
Kupang, Timor Tengah Utara, Belu, Flores Timur, Ende, Ngada, Nagakeo, Manggarai Timur,
Manggarai, dan Sumba Timur, dengan luas total kurang lebih 103.889 Ha.
4) Kawasan hutan rakyat tersebar di seluruh Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi.
Luas kawasan hutan di Provinsi Nusa Tenggara Timur sesuai SK Menteri Kehutanan
Nomor: 423/Kpts-II/1999 tanggal 15 Juni 1999 sebesar 1.808.990 Ha, dengan rincian sebagaimana
diuraikan dalam tabel 2.37.
Tabel 2.37
Potensi Kehutanan di Provinsi Nusa Tenggara Timur
No
1
2
3
4
5
Luas (ha)
Proporsi (%)
66.65
18.92
159.155
59.06
40.695
5.85
731.22
197.25
428.36
101.83
3,68
1,05
8,8
3,26
2,25
0,32
40,42
10,9
23,28
5,63
42
Tabel 2.38
Produksi Kayu Komoditi Kehutanan 2011-2012
2011 (m3)
2012 (m3) *)
NO
Jenis Komoditi
a.
Jati
13.914,31
b.
Merah
c.
Mahoni
2.654,00
2,965.80
d.
Campuran
24.326,37
25,623.75
Bulat
Olahan
Bulat
Olahan
15,598.67
43
3) Klaster III, meliputi wilayah Kabupaten Ende, Kabupaten Sikka, Kabupaten Flores Timur, dan
Kabupaten Lembata untuk pengembangan ekowisata yang bertumpu pada Danau Kelimutu
dan berbagai atraksi budaya lokal;
4) Klaster IV, meliputi wilayah Pulau Sumba untuk pengembangan budaya lokal yang bertumpu
pada kehidupan megalitik dan ritual.
b. Perkembangan Pembangunan Pariwisata
Jumlah wisatawan yang datang ke Nusa tenggara Timur tahun 2011 sebanyak 332.676
wisatawan yang terbagai atas Wisatawan manca Negara 50.170 dan Wisatawan Nusantara 282.506.
Untuk mendukung pengembangan pariwisata didukung dengan akomodasi mencapai 269 buah dan
dan restaurant 704 unit. Perkembangan akomodasi dan tingkat hunian dan rata-rata menginap
wisatawan sebagaimana Tabel 2.39.
Tabel 2.39
Akomodasi, kamar dan tempat tidur di NTT Tahun 2010-2012
No
Indikator
2010
2011
2012
Kenaikan (%)
Akomodasi
259
269
276
3.86
Kamar
4,429
4,770
5,147
7.70
Tempat Tidur
7,934
8,645
9,044
8.96
Sesuai tabel 2.39 dimana dari akomodasi yang tersedia, capaian rata-rata hunian hotel
sangat fluktuatif sesuai dengan perkembangan ekonomi asal wisatawan. Pada tahun 2010 hunian
hotel bintang mencapai 43,39 % dan tahun 2011 mencapai 50,38 % tahun 2011. Sedangkan hotel
non bintang tingkat hunian naik dari 19,84 % menjadi 20,49 % . Selanjutnya rata-rata lama menginap
wisatawan yaitu wisatawan manca Negara mencapai 2,4 hari dan wisatawan nusantara 2,2 hari.
Khusus wisatawan yang mengunjungi Flores Barat terus meningkat sejalan dengan ditetapkannya
Komodo sebagai salah satu keajaiban dunia.
Wilayah Nusa Tenggara Timur memiliki keunikan (kekhasan) yang layak dikembangkan
menjadi wilayah peruntukan kepariwisataan. Karena itu, Nusa Tenggara Timur dikenal sebagai
destinasi wisata nasional ke depan dan sebagai gerbang wisata di Selatan Indonesia.
Dengan demikian, pembangunan dan pengembangan sumber-sumber pariwisata di Nusa
Tenggara Timur dapat menjadi sumber pendapatan di masyarakat, yang tentu saja pada Pendapatan
Asli Daerah (PAD). Peningkatan ini perlu didukung dengan peningkatan strategi pengembangan
pariwisata hulu-hilir secara terpadu dan terintegrasi berbasis potensi lokal. Hal ini dimaksudkan
untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi secara merata, seimbang bagi pelaku pariwisata
termasuk masyarakat sebagai basis utama pengembangan kepariwisataan di Nusa Tenggara Timur.
Beberapa permasalahan pembangunan di bidang pariwisata dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Belum memadainya dukungan infrastruktur kepariwisataan ;
Disamping memperlancar akses ke destinasi-destinasi, infrastruktur kepariwisataan juga
diperlukan untuk menciptakan kenyamanan dan kepuasan bagi wisatawan selama berada
di tempat wisata. Dukungan pembangunan infrastruktur jalan, hotel, PLN, restoran termasuk
sarana rekreasi di tempat wisata harus dibangun tanpa mengubah kekhasan setempat (lokal).
44
45
9) kawasan peruntukan industri pengolahan mente terdapat di Kabupaten Ende dan Sikka;
10) kawasan peruntukan industri mutiara terdapat di Kabupaten Flores Timur.
Pengembangan industri sebagai salah satu kegiatan mendukung peningkatan nilai tambah
juga mengalokasikan kawasan untuk industri menengah dan besar. Kawasan peruntukan industri
besar di Kota Kupang dan Kabupaten Kupang.
b. Perkembangan Pembangunan Industri
Industri merupakan salah satu sektor strategis dalam pembangunan ekonomi Nusa
Tenggara Timur. Pengembangan industri di desa dan kelurahan kondisinya yaitu; Industri kulit 11
desa (0,37 %), industri dari kayu 940 desa/kelurahan (31,69 %), Mulia dan Bahan dari Logam (102
desa (3.44 %), Industri Anyaman 344 desa (11.60 %), Industri Gerabah/Keramik/Batu 289 Desa
(9.74%), Industri dari Kain/Tenun 999 Desa (33.68 %) Industri Makanan dan Minuman 560 desa
(18.88 %), dan Industri Lainnya 172 Desa (5.80 %). Provinsi Nusa Tenggara Timur saat ini baru
mengembangan 8 jenis industri yang jumlah perusahaan dan tenaga kerja bervariasi. Jumlah industri
yang terbanyak yaitu industri makanan dengan jumlah tenaga kerja mencapai 417 tahun 2011.
Kondisi perusahaan industri dan tenaga kerjanya sebagaimana tabel 2.40
Tabel 2.40
Perusahaan Industri dan Tenaga Kerja 2010-2012
No Jenis Industri
1
2
3
Industri Makanan
Industri Minuman
Industri Tekstil
Industri Kulit, Barang
4
dari Kulit & Alas Kaki
Industri Pencetakan
5
dan reproduksi media
rekaman/Media
Industri barang galian
6
bukan logam
7
Industri
Industri Pengolahan
8
Lainnya
NTT
Sumber:...........................
2010
Perusa
Tenaga
Haan
kerja
8
418
3
121
5
152
2011
Perusa
Tenaga
haan
kerja
8
417
4
180
4
129
2012
Perusa
Tenaga
haan
Kerja
7
425
5
178
3
99
21
21
355
352
29
286
260
255
20
33
354
28
1.402
25
1.392
21
1.311
46
1. Perbankan
Berdasarkan data Bank Indonesia - Kupang, jumlah kantor bank di seluruh Kabupaten/Kota
se - Nusa Tenggara Timur tahun 2012 sebanyak 119 buah dengan asset tahun 2012 sebesar
Rp.20,151 milyard naik sebesar 19,34 % dibandingkan tahun 2011 dengan asset Rp.16,885 Milyard.
Penghimpunan dana masyarakat (DPK) sebesar Rp. 15,070 milyard tahun 2012 mengalami kenaikan
sebesar 16,84 %. Penyaluran kerdit tahun 2012 sebesar Rp. 13.398.812 juta dengan komposisi
kredit investasi 8,57 %, kredit modal kerja 25,98 % dan ktredit konsumsi 65,45 % sebagaimana
gambar 2.4.
Gambar 2.4. Perkembangan Kredit Tahun 2008-2012
10.000.000
8.000.000
6.000.000
4.000.000
2.000.000
Tahun
2008
investasi
Tahun
2009
Tahun
2010
Modal Kierja
Tahun
2011
Konsumasi
Tahun
2012
Penyaluran kredit yang disalurkan bagi usaha kecil menengah dalam lima tahun terakhir
meingkat cukup signifikan yaitu dari Rp.1.587.935 juta menigkat menjadi Rp.3.297.212 juta atau naik
rata-rata 26,91 %. Perkembangan penyaluran Kerdit Usaha kecil menengah (KUKM) sebagaimana
tabel 2.41.
Tabel 2.41
Kredit Usaha Kecil Menengah (KUKM)
Jumlah Kredit (RP)
KUKM
(Rp.juta)
No
Tahun
2008
5,528,592
1,587,935
28.72
2009
6,789,784
2,222,282
32.73
2010
7,385,940
2,165,423
29.32
2011
10,972,673
2,623,941
23.91
2012
13, 398,812
3,297,212
24.61
35.59
26.91
% KUKM
2. Koperasi
Tahun 2012 terdapat 2.534 unit koperasi yang terdiri dari Koperasi Aktif sebanyak 2.222
unit dan Koperasi Tidak Aktif sebanyak 312 unit. Bila dibandingkan dengan tahun 2011, jumlah
Koperasi mengalami peningkatan sebesar 212 unit. Sedangkan di sisi lainnya jumlah Koperasi Aktif
mengalami peningkatan 208 unit dan jumlah Koperasi Tidak Aktif tidak mengalami penurunan dari
318 menjadi 312 unit.
Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018
47
Dengan jumlah tenaga kerja koperasi sebanyak 6.338 orang yang terdiri dari Manajer
sebanyak 1.033 orang dan karyawan sebanyak 5.335 orang, telah memberikan pelayanan kepada
581.975 orang (meningkat 54.186 orang anggota pada tahun 2012) anggota koperasi yang tersebar
di 21 Kabupaten/Kota se Nusa Tenggara Timur.
Secara keseluruhan dari segi keuangan koperasi yang ada di Provinsi Nusa Tenggara
Timur telah memiliki modal sendiri sebesar Rp. 660.025.225.000,- atau meningkat sebesar
Rp.30.059.752.388,- (4,83%) dari tahun sebelumnya. Sedangkan modal luar sebesar
Rp. 261.455.202.000,- (27,97%). Sisa Hasil Usaha (SHU) pada tahun 2012 sebesar
Rp. 145.554.721.800,- atau mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar
Rp. 22.505.559.796,- (18,29%). Data selengkapnya tentang perkembangan koperasi Tahun
2011 - 2012 dapat dilihat pada tabel 2.42
Tabel 2.42
Perkembangan Koperasi di Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2011-2012
N
o
1
Tahun
Indikator Sasaran
2011
2012
Jumlah
2.322
2.534
212
9.13
2.014
2.222
208
10.33
318
312
-6
-1.89
527.789
581.975
54.186
10.27
- Laki-laki ( Org )
362.348
383.925
21.577
5.95
- Perempuan ( Org )
Peningkatan
165.441
198.050
32.609
10.71
1.246
1.659
413
33.15
Jumlah
Tenaga
Koperasi ( Org )
5.848
6.338
490
8.38
988
1.003
15
1.52
4.860
5.335
475
9.77
621.965,5
660.025,2
38.059,8
6.12
934.774,0
1.196.229,2
261.455,2
27.97
Kerja
- Manajer ( Org )
- Karyawan ( Org )
5
Permodalan
1.230.431,6
1.455.547,2
225.115,6
18.30
1.556.739,4
1.856.254,4
299.515,0
19.24
123.049,2
145.554,7
22.505,6
18.29
48
Dampak rendahnya sektor riil dan kapasitas ekonomi masyarakat berpengaruh pada
sumber pembiayaan pembangunan desa/kelurahan. Kondisi sumber pembiayaan pembangunan
desa/kelurahan yaitu; PAD 1.708 desa/kelurahan (57,59%), bantuan pemerintah kabupaten/kota
2.420 desa/kelurahan (81,59 %), pemerintah provinsi 2313 desa/kelurahan (77,98 %), pemerintah
pusat 633 desa/kelurahan (21,34 %), bantuan pemerintah luar negeri 69 desa (2,33 %), swasta 110
desa (3,71 %) dan lainnya 415 Desa (13,99 %). Kurangnya investasi masyarakat dan swasta
berpengaruh pada berbagai indikator capaian pembangunan ekonomi sebagai berikut:
Wilayah
1
2
2009
2010
2012
2011
11,920.600.0
12,546,822,0
13,253,420,2
13,971,621,9
4.3
5.2
5.6
5,4
2,178,850.4
2,313,838.0
2,463,242.0
2.618.100,0
4.6
6.2
6.5
5.92
0.55
0.54
2.55
2.51
Kontribusi terbesar PDRB Provinsi NTT atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha
tahun 2012 masih didominasi oleh sektor pertanian (28,06%); kemudian disusul sektor jasa jasa
(24,69%); Perdagangan hotel dan restoran (6,97%); Pengangkutan dan Komunikasi (5,78%);
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan (4,07%); industri pengolahan (1,54%); pertambangan dan
penggalian (1,31%); serta listrik, gas dan air minum (0,42%). Data selengkapnya dapat dilihat bpada
tabel sebagaimana 2.44
Tabel 2.44
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut lapangan Usaha
di Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2010 2012
No
1
2
3
4
5
6
Lapangan Usaha
Pertanian
Pertambangan
dan
Penggallian
Industri pengeolahan
Listrik,
Gas&
Air
Bersih
Bangunan/Kontruksi
Perdagangan
2010
10.657.816,12
382.545,48
2011
11.545.882,65
424.823,80
2012
12.677.148,11
483.522,92
+/-(%)
1.131.265,46
58.699,12
427.448,14
116.169,06
471.728,22
136.945,55
528.339,82
149.809,13
56.611,60
12.863,58
1.931.451,62
4.654.428,57
2.182.737,32
5.388.755,98
2.538.667,27
6.237.887,62
355.929,95
849.131,64
49
No
7
Lapangan Usaha
2010
2011
Pengangkutan dana 1.601.144,81
1.771.440,78
Komunikasi
8
Keuangan Persewaan 1.133.510,02
1.322.613,46
dan jasa Perusahaan
9
Jasa-Jasa
6.841.818,42
7.976.600,43
PDRB
27.746.332,23
31.221.528,20
Sumber: NTT Dalam Angka 2013 - BPS NTT, Analisis Bappeda
2012
1.771.440,78
+/-(%)
0
1.507.769,41
185.155,95
9.126.407,85
35.253.360,17
1.149.807,00
4.031.831,97
Chart Title
45,00
40,00
35,00
30,00
25,00
20,00
15,00
10,00
5,00
(5,00)
Tahun 2008
Tahun 2009
Tahun 2010
tahun 2011
tahun 2012
50
Uraraian
Pendapatan perkapita Harga
Berlaku
Pendapatan perkapita Harga
Konstan 2000
Pertumbuhan ekonomi
2009
2010
2011
2012
4,914,835
5,521,420
6,073,767
7,195,650
2,423,045
2,496,857
2,496,857
2,659,365
4.29
5.23
5.63
5,48
Pertumbuhan ekonomi menunjukkan perkembangan yang cukup baik, yaitu 4,84% pada
tahun 2008, kemudian 4.29 % pada tahun 2009, 5,63% pada tahun 2011 dan 5,48 % tahun 2012.
Pertumbuhan ekonomi yang cukup baik mampu meningkatkan kapasitas ekonomi daerah.
Perkembangan ekonomi berkembang relatif merata sehingga memberikan akses pada masyarakat
relatif merata yang dapat dilihat dari gini ratio Nusa Tengggara Timur tahun 2009 sebesar 0.36 dan
Indonesia 0.37, selanjutnya tahun 2010 gini ratio Nusa Tenggara Timur sama dengan Indonesia yaitu
0.38.
Kemampuan Ekonomi Provinsi Tenggara Timur perlu dipacu karena daya dorong pada
pembangunan ekonomi kesehatan dan pendidikan masih perlu ditingkatkan. Daya ungkit ekonomi
yang lemah berpengaruh terhadap IPM Nusa Tenggara Timur yang perkembangannya yaitu 67,26
Tahun 2009 menjadi 68,28 tahun 2012 dan berada di bawah Indonesia yang pada tahun 2011 telah
mencapai 72,64. Secara Nasonal posisi IPM Nusa Tenggara Timur masih tetap di urutan 31 dari 33
provinsi di Indonesia.
4. Ketenagakerjaan
Perkembangan pembangunan ekonomi dipengaruhi oleh produktivitas tenaga kerja
bekerja. Perkembangan ekonomi mampu meyerap sebagian besar tenaga kerja, sehingga mampu
menekan angka pengangguran terbuka. Perkembangan ketenagakerjaan di Provinsi Nusa Tenggara
Timur 2008-2012 menunjukkan.. yang ditujukan dengan perkembangan penduduk usia
produktif menunjukkan kondisi yang fluktuatif. Peningkatan jumlah penduduk usia produktif tahun
2012 yang mencapai 2.815.547 orang diserap dalam lapangan kerja sebanyak 2.095.683 orang dan
yang tidak diserap atau mengangnggur mencapai 62.356 orang. Perkembangan ketenagakerjaan
tahun 2008-2012 sebagaimana tabel 2.47
Tabel 2.47
Kondisi Ketenagakerjaan Tahun 2008-2012
No
1.
2.
3.
Keterangan
Penduduk
Penduduk Usia Kerja
Angkatan Kerja
2008
4.899.319
3.045.015
2.166.919
2009
4.619.655
3.121.422
2.250.128
2010
4.683.827
2.930.406
2.132.381
2011
4.776.485
3.003.516
2.154.258
2012
4.899.260
3.057.373
2.158.039
51
No
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Keterangan
Bukan Angkatan Kerja
Bekerja
Penganggur
Penduduk Usia Muda (014 thn)
Penduduk Usia Tua(65+)
Penduduk Usia
Produktiv(15 -64 thn)
2008
878.096
2.086.105
80.814
1.854.304
2009
871.294
2.160.733
89.395
1.498.233
2010
798.025
2.061.229
71.152
1.753.421
2011
849.258
2.096.526
57.999
1.772.969
2012
961.690
2.095.683
62.356
1.841.887
220.836
2.824.179
217.930
2.903.492
239.436
2.690.970
237.595
2.765.921
241.826
2.815.547
5. Lapangan Usaha
Lapangan usaha yang menjadi sumber penyerapan tenaga kerja dan perkembangan
ekonomi daerah berkembang variatif sehingga daya serap tenaga kerja dan kontribusinya pada PDRB
NTT berbeda. Kemampuan lapangan usaha utama dalam penyerapan penduduk berumur 15 tahun
ke atas bekerja seminggu yang lalu pada periode 2008-2011 mengalami penurunan pada tiga sektor
yaitu sektor pertanian, listrik, gas dan air minum, dan Angkutan, perdagangan, komunikasi dan
sektor lainnya mengalami pertumbuhan positif. Perekembangan lapangan pekerjaan 9 sektor utama
sebagaimana tabel 3.48
Tabel 2.48
Lapangan Usaha Utama Tahun 2008-2012
N
o
Lapangan
Pekerjaan Utama
2012
Perkemb
anganPer
th (+/-)
2008
2009
2010
2011
Lakilaki
Perem
puan
Total
1,448,074
1,472,627
1,333,638
1,360,265
729,568
561,623
1,291,191
-2.71
18,544
35,570
30,166
23,627
21,108
8,429
29,537
14.82
Pertanian
Pertambangan dan
penggalian
Industri
140,886
134,591
143,972
124,697
37,201
121,300
158,501
3.13
2,626
2,661
1,731
2,420
2,045
131
2,176
-4.28
Bangunan
Perdagangan dan
rumah makan
Angkutan,
pergudagangan,
komunikasi
Keuangan,
Asuransi, Usaha
persewaan dan
bangunan
Jasa
47,529
56,557
62,472
59,405
80,027
1,607
81,634
17.94
141,387
149,160
150,765
147,439
66,854
87,270
154,124
2.25
97,102
91,598
98,318
87,403
94,069
1,669
95,738
-0.35
6
7
8
9
Jumlah
10,059
12,864
9,766
20,810
13,081
5,403
18,484
20.94
179,918
204,745
230,401
270,189
145,087
119,211
264,298
11.72
2,086,125
2,160,373
2,061,229
2,096,255 1,189,040
906,643
2,095,683
0.11
52
1. Transportasi Darat
Sistem transportasi secara umum dibagi menjadi sistem transportasi darat, laut dan udara,
dimana prasarana dan sarana transportasi tersebut meliputi perhubungan darat dan ASDP,
perhubungan laut dan perhubungan udara.
a. Prasarana Jalan
Panjang jalan di NTT 4.203 Km (diluar Jalan Kabupaten lk. 13.000 Km), jalan Nasional
terjadi penambahan panjang ruas yang cukup signifikan yaitu untuk Ruas Ruteng Reo , Kota
Kefamenanu Oelfaub ( Bts Negara), sedangkan ruas-ruas yang lain relative kecil. Dengan
diterbitkan SK.Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 567/KPTS/MEN/2010 maka telah ditetapkan Ruas
Jalan Strategis Nasional Rencana sepanjang 1.104 Km, ruas ini dialihkan pada Status Ruas Jalan
Provinsi sepanjang 423 Km dan Non Status 696 Km.
Pengalihan status jalan menjadi ruas Jalan Strategis Nasional akan dapat mengurangi
pembiayaan pembangunan untuk peningkatan, rehabilitasi dan pemeliharaan dari APBD Provinsi
ke pembiayaan APBN. Ruas Jalan Strategis Nasional sebagian terletak pada lintas Utara Flores
(Sp. Nggorang Kabupaten Manggarai Barat sampai Magepanda Kabupaten Sikka) dan ruas jalan di
Selatan Timor (perbatasan negara) yang menghubungkan dari Batu Putih Kabupaten Timor Tengah
Selatan sampai Motamasin Kabupaten Malaka), sehingga terjadi pengurangan panjang Jalan Provinsi
dari 1.737 Km menjadi 1.314 Km senagaimana tabel 2.49.
Tabel 2.49
Panjang dan satus Jalan di NTT
No
Status
1
2
3
4
Nasional
SNR
Provinsi
Non Status
Jumlah
Sumber: Hasil analisa Bappeda NTT
Panjang (Km)
Semula
menjadi
1.273
1.407
1.103
1.737
1.314
1.080
379
4.010
4.203
Tambah
124
1.103
1.127
Kurang
423
681
1.104
Sebagai Provinsi kepulauan ruas jalan berbeda antar wilayah yang berdampak pada
perbedaan kualitas akses antar wilayah. Kondisi jalan Nasional, jalan strategis nasional dan jalan non
status tahun 2012 sebagaimana tabel 2.50
Tabel 2.50
Panjang Jalan per kabupaten/Kota se Nusa Tenggara Timur
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Kabupaten/Kota
Kota Kupang
Kupang
TTS
TTU
Belu
Rote Ndao
Sabu Raijua
Alor
Lembata
Status/Panjang Jalan ( Km )
Nasional
SN
Provinsi
39
22
28
70
151
104
148
78
72
74
87
66
42
85
45
112
33
62
52
21
NS
121
81
53
65
-
Jumlah
(Km)
89
342
411
199
218
85
45
207
73
53
No
Kabupaten/Kota
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Flotim
Sikka
Ende
Nagekeo
Ngada
Manggarai Timur
Manggarai
Manggarai Barat
Sumba Timur
Sumba Tengah
Sumba Barat
Sumba Barat Daya
Malaka
JUMLAH
Sumber: hasil analisa Bappeda NTT.
Status/Panjang Jalan ( Km )
Nasional
SN
Provinsi
136
48
121
76
39
29
135
126
62
39
51
108
68
143
46
40
73
182
53
35
62
120
24
71
120
165
61
44
41
38
5
90
25
1.407
1.104
1.314
NS
38
26
384
Jumlah
(Km)
343
170
323
90
319
159
270
206
356
105
79
95
25
4.209
54
ketertiban dalam angkutan ini maka terdapat beberapa Jembatan timbang di Oesapa,Nun Baun
Sabu,Nggorang dan Watu Alo
c. Angkutan Penyeberangan
Keberadaan ASDP (Fery) sangat dibutuhkan mengingat Provinsi NTT yang terdiri dari
banyak pulau memerlukan angkutan yang murah dan aman,angkutan ini telah banyak membantu
masyarakat di NTT karena keberadaan Angkutan ini mampu menggerakan perekonomian di NTT
karena digunakan untuk memasarkan hasil bumi dan ternak kecil. Lintasan penyeberangan komersil
yang paling banyak penyeberangan yaitu Route Kupang Rote 401 penyeberangan disusul Kupang
Kalabahi 98 penyeberangan,Kupang Larantuka 95 penyeberangan (di NTT ada 14 penyeberangan
komersil) Lintasan penyeberangan perintis yang paling banyak penyeberangan yaitu Ende
Waingapu 50 penyeberangan disusul LewolebaLarantuka 48 penyeberangan,WaingapuSabu 37
penyeberangan di NTT ada 24 penyeberangan Perintis), Lintas Antar Provinsi yaitu Labuhan Bajo,
Kabupaten Maanggarai Barat Sape, Kabupaten Bima NTB dan lintas Waekelo, Kabupaten. Sumba
Barat Daya Sape, Kabupaten Bima NTB. Untuk melayani angkutan barang dan penumpang dilayani
oleh 12 KMP yaitu KMP. Ile Mandiri,Inelika,Rokatenda,Cucut,Cengki Afo,Namparnos,Balibo,Ile
Ape,Uma Kalada,Pulau Sabu dan KMP Ile Boleng. Kondisi dermaga penyeberangan lintasan dalam
provinsi sebagaimana tabel 2.51
Tabel 2.51
Dermaga penyeberangan Lintasan Dalam provinsi
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Kabupaten
Kupang
Rote Ndao
Flores Timur
Manggarai Barat
Sabu Raijua
Alor
Ngada
Nagekeo
Belu
Sumba Timur
Sumba Barat Daya
Nagekeo
Lembata
JUMLAH
Dermaga
Bolok I, Bolok II
Pantai Baru
Waebalun
Labuhan Bajo
Biu
Kalabahi
Aimere
Nagekeo
Teluk Gurita
Waingapu
Waekelo
Nagekeo, Marapokot
Waijarang
15
Pengelola
PT. Indonesia Fery
PT. Indonesia Fery
PT. Indonesia Fery
PT. Indonesia Fery
UPT Ditjen Hubdar
UPT Ditjen Hubdar
Dishub NTT
Dishub NTT
Dishub NTT
Pem. Kabupaten
Pemerintah Kabupaten
Pemerintah Kabupaten
Pemerintah Kabupaten
Aktifitas
Aktif
Aktif
Aktif
Aktif
Aktif
Aktif
Aktif
Tidak aktif
Tidak Aktif
Aktif
Aktif
Tidak Aktif
Aktif
Dermaga penyeberangan akan meningkat karena saat ini sementara dibangun 6 dermaga
penyeberangan yaitu Dermaga Penyeberangan (i)Baranusa (ii) Hansisi (iii) Waewerang (iv)Solor (v)
Ndao dan (6) Seba Kontribusi Pemerintah Provinsi sebatas pada Survey Load Factor dan kegiatan
kegiatan kecil lainnya. Peningkatan jumlah prasarana angkutan penyebarangan akan mendukung
peningkatan konektivitas antar wilayah melalui transportasi terpadu antar moda.
2. Angkutan Laut
Provinsi Nusa Tenggara Timur yang akan dicanangkan menjadi Provinsi Kepulauan pasti
akan membawa dampak yang positif untuk kemajuan pembangunan di NTT,sehingga peran modal
angkutan laut sangat dibutuhkan. Kunjungan Kapal Laut yang paling banyak dikunjungi yaitu di
Pelabuhan Larantuka sebanyak 4.073 kali disusul di Pelabuhan Laut Labuhan Bajo sebnyak 2.388 kali
dan Pelabuhan Laut Nusa Lontar Kupang sebanyak 2.251 kali. Kunjungan kapal di NTT Tahun 2010
Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018
55
sebanyak 10.659 kali dan pada tahun 2011 sebanyak 14.559 kali/kunjungan, peningkatan ini
menunjukan pembangunan NTT sedang giat dilaksanakan karena para Investor sudah mulai
berinvestasi di Kupang khususnya dan NTT pada umumnya. Volume bongkar muat masih
menunjukkan kegiatan bongkar lebih besar bila dibandingkan dengan bahan yang diangkut,hal ini
juga menjadi tantangan karena ketergantungan NTT masih cukup besar dengan daerah lain. Barang
yang paling banyak dimuat dari NTT selain ternak yaitu mangan dan hasil bumi lainnya.
Untuk angkutan penumpang dilayani oleh Kapal PELNI sebanyak 6 Kapal yaitu KM.
AWU,KM. Sirimau,KM.Tilong Kabila,KM.Bukit Siguntang, KM. Wilis dan KM, Pangrango,Kapal kapal
ini melayani Route dalam NTT dan luar NTT (Bali,NTB,Makasar,Maluku,Kalimantan) dan angkutan
Perintis Subsidi dari Kementerian Perhubungan untuk melayani lintas Dalam NTT dan sekitrnya (NTB
dan P. Kiser Maluku) Kapal Perintis tersebut Yaitu KM.Nembrala,KM. Nangalala,KM.Berguna dan KM.
Maumere. Pelabubuhan layanan angkutan laut sebagaimana Tabel 2.52.
Tabel 2.52
Pelabuhan Laut di NTT
No
Kabupaten
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Kupang
Ende
Sikka
Sumba Timur
Belu
Manggarai Barat
Manggarai
Ngada
Alor
Sumba Barat Daya
Lembata
Flores Timur
Sabu Raijua
Rote Ndao
Nagekeo
TTU
TTS
Manggarai Timur
Sumba Barat
Jumlah
Internasional
Nusa Lontar*
Pelabuhan/Status
Nasional
Ippi*
Maumere*
Waingapu*
Labuhan Bajo
Kalabahi*,Maritaing
Waiwadan
Larantuka
Wini
Regional/lokal
Maurole
Wuring
Baing,
Atapupu
Nangalili*,
Komodo
Robek,Reo
Aimere **
Kolana**,Kabir**, Baranusa
Waekelo
Lewoleba, Balauring
Mananga, Waewerang
Paitoka**,Biu, Raijua,Seba
Ndao,Papela,Baa,Batutua, Oelaba**
Marapokot
Boking
Mborong
Rua
30
Sesuai dengan karakteritis Provinsi NTT jumlah Pelabuhan Laut akan dibangun lagi
sebanyak 30 buah Pelabuan laut hal ini sesuai dengan Master Plan Pengembangan Pelabuhan Laut di
NTT melalui dana APBN, penambahan atau pembangunan ini dimaksudkan untuk dan memudahkan
alih muat barang dan penumpang terutama pada menjangkau daerah terpencil. Kontribusi APBD. I
adalah Survey Load Factor Perintis,Penyuluhan SAR diatas Kapal, Pengaturan Lalu Lintas laut di
Pelabuhan (Tandu) dan SID Pelabuhan Laut
3. Transportasi Udara
Transportasi Udara di NTT juga sangat strategis karena angkutan ini adalah angkutan yang
cepat,sedangkan biaya penerbangan ini masyarakat sudah tidak memikirkan lagi hal ini disebabkan
Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018
56
oleh tingkat kesejahteraan masyarakat NTT yang mengalami kenaikan sehingga load Factor angkutan
udara ini mencapai diatas 70 %. Angkutan ini selain dipakai untuk pelayanan kemasyarakatan oleh
pemerintah,namun yang lebih banyak menggunakan adalah pihak swasta untuk keperluan ekonomi
dan juga keperluan penumpang wisatawan yang datang di NTT karena potensi pariwisata di NTT
telah terbukti diminati oleh wisatawan baik wisatawan dalan negeri maupun luar negeri.
Seperti Provinsi Lainnya di Indonesia,penumpukan penumpang terjadi pada hari hari
libur panjang seperti Hari Raya Natal & Tahun Baru,Hari Raya Idul Fitri,musim liburan sekolah,pada
saat seperti pelayanan penumpang kurang memuaskan,pada prinsipnya apabila pada setiap bandar
udara di NTT ada jadwal penerbangan yang rutin pasti masyarakat memilih moda ini. Maskapai yang
beroperasi di NTT yaitu GIA,MNA,Sriwijaya Airline,Lion Airline,Trans Nusa Air Service dan Susi Air.
Kondisi bandara untuk pelayanan transportasi udara sebagaimana tabel 2.53.
Tabel 2.53
Bandara Udara di NTT
No
Kabupaten
1
2
3
4
Kota Kupang
Ende
Sikka
Sumba Timur
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Belu
Manggarai Barat
Manggarai
Ngada
Alor
Sumba Barat Daya
Lembata
Flores Timur
Sabu Raijua
Rote Ndao
Nagekeo
JUMLAH
Bandar Udara
Tingkat Pelayanan
Status
El Tari
H.Aroebusman
Frans Seda
Umbu
Mehang
Kunda
Haliwen
Komodo
Frans Sales Lega
Soa
Mali
Tambolaka
Wunopito
Gewayantana
Terdamu
DC. Saudale
Surabaya II
15
Internasional
Domestik
Domestik
Domestik
Sda
Skala Pengumpan
Sda
Sda
Sda
Sda
Sda
Sda
Sda
Sda
-
Domestik
Domestik
Domestik
Domestik
Domestik
Domestik
Domestik
Domestik
Domestik
Domestik
Proses pembangunan
57
Jumlah DI
52
36
1,141
1,229
Luas Potensial
( ha )
133,929
49,326
126,838
310,093
Luas Fungsional
( ha )
31,356
27,589
67,223
126,168
Dengan memperhatikan data pada tabel 2.54. Daerah irigasi yang menjadi kewenangan
provinsi hanya 2,9 % dari 1.229 daerah irigasi dengan tingkat fungsional 55,6%. Peranan pemerintah
provinsi dalam pengembangan dan pembangunan irigasi sangat diperlukan untuk menunjang
perkembangan ekonomi daerah.
b. Sarana Prasarana Sumber daya Air
Untuk mengatasi kekurangan air, kekeringan dan konservasi lahan tanah maka pemerintah
provinsi NTT mengupayakan Pembangunan jebakan /tampungan air atau disebut embung yang
terdiri dari kecil, embung irigasi dan waduk untuk menampung air hujan sekaligus sebagai
pengendali banjir, peningkatan jumlah air tanah, yang merupakan kebutuhan untuk penyediaan air
lahan basah, lahan kering, penduduk kota dan desa.
Ketersediaan embung yang dibangun sebanyak 358 buah embung yang terdiri atas embung kecil
sebanyak 334 buah dan embung irigasi sebanyak 24 buah. Kabupaten Kupang memiliki jumlah
embung terbanyak 87 buah, menyusul Kabupaten TTS ada 61 embung dan Kabupaten TTU sebanyak
60 embung. Rincian menurut kabupaten/kota sebagaimana terlihat pada Tabel 2.55.
Tabel. 2.55
Realisasi Pembangunan Infrastruktur Sumber Daya Air
N
o
1
2
3
Tahun
2009
Pembangunan
Embung
Irigasi
(buah)
Pembangunan Embung Kecil (buah)
Rehabilitasi Waduk, Embung Irigasi,
Embung Kecil (buah)
2010
2011
2012
43
38
96
52
40
35
45
50
58
N
o
4
5
6
7
Tahun
2009
Pembangunan
Sarana/Prasarana
Pengendali Banjir (m)
Pembangunan
Sarana/Prasarana
Pengendali Pantai (m)
Rehabilitasi Sarana/
Prasarana Pengendali Banjir (m)
Rehabilitasi Sarana/ Prasarana
Pengendali Pantai (m).
2010
2011
2012
900
1.122
781
4.638
3.566
200
572
50
80
Sarana Pos
1
2
Kantor Pos
Kantor Pos Cabang
Pos Desa
2010
2011
2012
6
62
6
65
6
65
36
43
43
2
-
109
2009
Jumlah
104
109
Perkambangan
2009-2011 (+/-)
0
3
7
-105
59
6. Pembangunan Kelistrikan
a. Pembangkit Listrik
Peningkatan pelayanan listrik dilaksanakan melalui pelaksanaan pembangunan
pembangkit listrik yaitu; (i) Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) dengan kapasitas 85,5 MW
direncanakan dikembangkan pada 10 PLDT, (ii) Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPb), (iii)
Pengembangan dan Rencana pengembangan PLTPb dilaksanakan di 4 lokasi, (iv) Pembangkit Listrik
Tenaga Uap (PLTU), (v) Pengembangan dan Rencana pengembangan PLTU dilaksanakan di 5 lokasi,
(vi)Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTM) dilaksanakan di 3 lokasi, dan (vii) Pembangkit
Listrik Tenaga Hibrid (PLTH) dilaksanakan di 2 lokasi. Pengembangan dan Rencana pengembangan
Gardu Induk dilaksanakan di 12 lokasi
Secara umum ketersediaan tenaga listrik masih dilayani oleh PLN (Perusahaan Listrik
Negara) sementara kebutuhan energi listrik untuk rumah tangga, industri, perkantoran, perhotelan
dan lain-lain belum seluruhnya dapat dilayani, hal ini terlihat dari daya yang dibangkitkan dan jumlah
pelanggan yang terlayani pada tahun 2010-2012sebagaimana tabel 2.57.
Tabel 2.57
Banyaknya Tenaga Listrik yang Dibangkitkan PLN tahun 2012
No
1
2
3
Tahun
2010
2011
2012
Tenaga
Listrik yang
Dibangkitkan
474,144.56
531,332.29
641 332,338
Tenaga
Listrik Yang
Disalurkan
468,453.11
524,512.74
617 121,383
Tenaga Listrik
Yg Terpakai
Sendiri
5,738.29
6,872.00
24 210,955
Susut
Transmisi
Distribusi
33,291.73
36,945.27
35 240,961
b.
Desa/Kelurahan Berlistrik
Desa/kelurahan pada 21 Kabupaten dan 1 Kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur
berjumlah 3.246 Desa/kelurahan hasil pemekaran Desa/kelurahan pada tahun 2010 yang berjumlah
2.966 Desa/kelurahan. Berdasarkan pendataan 2.966 Desa/kelurahan komposisi keberadaan
keluarga pengguna listrik di desa-desa tahun 2011 mencapai 48,92 % dan pada tahun 2012 melalui
dukungan Program sehen elektrifikasi mencapai 56 %.
Tingkat elektrifikasi desa tahun 2011 baru mencapai 1.451 Desa/Kelurahan atau 48.92 %
pada posisi Desa berjumlah 2.966 Desa/kelurahan. Saat ini Desa/Kelurahan di Nusa Tenggara Timur
berjumlah 3.246 dengan tingkat elektrifikasi termasuk dukungan program Sehen telah mencapai
56 % dari target yang direncananakan PLN mencapai 75 %.
c. Pelanggan Listrik PLN
Penyediaan tenaga listrik PLN di Provinsi Nusa Tenggara Timur mengalami peningkatan,
namun belum mampu memenuhi kebutuhan yang terus bertambah sejalan dengan pertambahan
penduduk dan jumlah rumah tangga dan lain-lain. Jumlah rumah tangga yang dialiri listrik tahun
2011 sebanyak 376,026 rumah tangga dan sekitar 500.000 lebih rumah tangga belum terlayani
listrik. Banyaknya pelanggan, pemakaian listrik dan nilai pemakaian sebagaimana tabel 2.58
60
Tabel 2.58
Pelanggan, Pemakai dan Nilai Pemakaian Listrik Tahun 2012
No.
Tahun
Banyaknya
Pelanggan
Banyaknya Pemakaian
(Mwh)
Nilai Pemakaian
(juta rupiah)
1
2
3
2010
2011
2012
274,442
376,026
524 043
429,346.17
486,907.58
567 313,675
311,290.99
373,629.00
449 752,187
Catatan: Kabupaten Manggarai Timur, Sabu Raijua dan Sumba Tengah tergabung pada Kab.Induk
7. Pembangunan Pertambangan
a. Kawasan Peruntukan Pertambangan
Nusa Tenggara Timur memiliki aneka potensi pertambangan yang pengembangannya
dilaksanakan dengan mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah. Kawasan peruntukan
pertambangan sesuai RTRW provinsi yaitu;
kawasan peruntukan pertambangan mineral;
kawasan peruntukan pertambangan minyak dan gas bumi; dan
kawasan peruntukan pertambangan panas bumi.
b. Pembangunan Pertambangan
Sumber daya mineral logam yang telah diketahui potensinya antara lain : tembaga,
mangan dan besi. sedangkan timbal, emas, seng, perak, nikel dan timah hanya merupakan indikasi
dan sebagai mineral ikutan. Potensi sumberdaya yang telah diketahui dan terindikasi secara
keseluruhan terlihat pada tabel 2.59.
Tabel 2.59.
Potensi Sumberdaya Mineral Logam Provinsi NTT
Komoditi
Besi
Pasir Besi
Tembaga
Mangan
Timbal, emas
Nikel
Timah
Batu Gamping
Toseki
Andesit
Sirtu
Gipsum
Kaolin
Pasir Kwarsa
Sumberdaya (ton )
676.000
100.175.359
48.000
330.063
Indikasi
Indikasi
Indikasi
25.061.000.000
29.120.000
12.691.250.000
7.598.100
2.006.250
26.150.000
92.016.250
Komoditi
Lempung
Batu Hias
Batuapung
Tanah Urug
Granit
Zeolit
Batu Silika
Tras
Fosfat
Marmer
Dolomit
Bentonit
Perlit
61
Berdasarkan data pada tabel 2.58 maka potensi tersebut perlu ditindak lanjuti dengan
penelitian dan pengembangan untuk kesejahteraan masyarakat, seperti pemetaan dan digitasi serta
peningkatan status indikasi dengan penyedian sarana dan prasarana pertambangan
Kondisi
Dalam Kawasan Hutan
Tidak Kritis
Potensial Kritis
Agak Kritis
Kritis
Sangat Kritis
Jumlah
Luar Kawasan Hutan
Tidak Kritis
Potensial Kritis
Agak Kritis
2011
Prosentase (%)
120,972
530,238
964,247
19,527
13,507
1,648,492
7.34
32.17
58.49
1.18
0.82
100.00
33,536
1,521,846
505,366
1.09
49.31
16.37
62
No
4
5
Kondisi
Kritis
Sangat Kritis
Jumlah
2011
1,003,986
21,774
3,086,508
Prosentase (%)
32.53
0.71
100.00
Fungsi Hutan
Hutan Lindung
Hutan Pelestarian Alam
Cagar Alam
Suaka Margasatwa
Taman Wisata Alam (darat dan
perairan)
Tanam Nasional
Hutan Bakau
Taman Buru
Hutan Produksi
Hutan Produksi Terbatas
Hutan Produksi Tetap
Hutan Produksi Dapat Dikonversi
Luas
Luas (Ha)
651,472.64
430,071.88
66,653.25
18,916.81
%)
152.09
100.40
15.56
4.42
159,154.76
138,800.85
40,695.54
5,850.67
727,434.74
197,249.73
428,357.98
101,827.03
1,808,979.26
37.15
32.40
9.50
1.37
169.82
46.05
100.00
23.77
422.31
63
BAB 3
PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
DAN KERANGKA PENDANAAN
3.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU
Gambaran pengelolaan keuangan daerah dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar
kapasitas fiskal yang dimiliki, tingkat ketergantungan fiskal, realisasi belanja yang menggambarkan
tentang keterkaitan aspek perencanaan dan penganggaran serta bagaimana pengelolaan kas telah
dilakukan untuk menjamin likuiditas dan pemanfaatan unsur pembiayaan secara efisien dan efektif.
Karena itu gambaran pengelolaan keuangan daerah mencakup 3 (tiga) aspek aspek keuangan daerah
yaitu pendapatan, belanja dan pembiayaan. Sejumlah rasio pendapatan, belanja dan pembiayaan
ditampilkan untuk mendapatkan gambaran bagaimana wujud pengelolaan keuangan daerah yang
dimaksud
1. Pendapatan
Pendapatan daerah yang dinyatakan dalam total penerimaan daerah terdiri dari PAD,
Dana Perimbangan dan lain-ain penerimaan yang syah. Perkembangan pendapatan daerah dalam
lima tahun terakhir menunjukkan pertumbuhan cukup tinggi mencapai rata-rata 36,35 %.
Peningkatan pendapatan daerah yang meningkat cukukup signfikan akibat kenaikan pendapatan asli
daerah rata-rata 23,41 %, kenaikan dana merimbangan sebesar 15,63 % per tahun dan lain-lain
pendapatan daerah yang syah. Lain-lain pendapatan yang syah kontribusinya cukup besar terhadap
total pendapatan yaitu 32,37 % tahun 2012 dan 30,80 % tahun 2013 sebagai dampak kebijakan
pengalihan penyaluran dana BOS melalui APBD Provinsi. Karakteristik pendapatan daerah periode
2099-2013 sebagaimana berikut:
64
melalui APBD provinsi kontribusi PAD terhadap pendapatan menurun menjadi 17,65 % tahun
2012 dan naik menjadi 18,59 % tahun 2013.
b. Dana Perimbangan
Dana perimbangan bersumber dari tiga sumber yaitu bagi hasil pajak/bukan pajak,
Dana Alokasi Umum (DAU) dan dana Alokasi Khusus (DAK). Dari ketiga sumber dana
perimbangan terbesar bersumber dari DAU yang pada tahun 2009-2011 mencapai 62,5%
sampai 66,76 % dan pada tahun 12 sebesar 42,62 % dan tahun 2013 sebesar 42,86 %. Kobtribusi
DAU yang besar mempengaruhi besarnya dalan perimbangan dalam struktur pendapatan
daerah sangat dominan yaitu mencapai 76,55 % tahun 2009 menurun menjadi 75,46 % tahun
2010 dan 71,47 % tahun 2011. Dana perimbangan kontribusinya makin menurun yaitu 49,97 %
tahun 2012 dan 50,69 % tahun 2013 sebagai dampak dari kebijakan penyaluran dana Bos mlalui
APBD Provinsi. Peningkatan pendapatan dari dana perimbangan dan lain lain pendapatan yang
syah lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan peningkatan PAD yang berdampak pada
adanya gap antar tiga sumber utama pendapatan daerah sebagaimana gambar 3.1.
Gambar 3.1. Komposisi Sumber Pendapatan Daerah
1.400.000.000.000
1.200.000.000.000
1.000.000.000.000
Pendapatan Asli Daerah
800.000.000.000
Dana Perimbangan
600.000.000.000
Lain-lain Pendapatan
Daerah yang Sah
400.000.000.000
200.000.000.000
0
APBD
2009
APBD
2010
APBD
2011
APBD
2012
APBD
2013
Sesuai gambar 3.1 menunjukkan bahwa dana perimbangan yang komposisinya dominan
bertambah significant, diikuti sumber pendapatan asli daerah. Lain-lain pendapatan yang syah pada
periode 2009-2011 sangat kecil, tetapi pada tahun 2012 meningkat tajam dan selanjutnya pada
tahun 2013 bertambah tidak significant. Peningkatan lain-lain pendapatan yang syah meningkat
dalam dua tahun terakhir karena dalam kebijakan mengalihkan pengelolaan dana BOS untuk
mendukung pembangunan pendidikan dilaksanakan melalui APBD Provinsi. Perkembangan
pendapatan daerah tahun 2009-2013 yang menjadi sumber utama belanja penyelenggaraan
pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kemasyarakatan sebagaimana Tabel 3.1
65
Tabel 3.1.
Ringkasan Realisasi Pendapatan Daerah NTT, 2009-2013
No
1
1.1
URAIAN
Pendapatan Asli
Daerah
APBD 2010
APBD 2011
APBD 2012
Pertb/
tahun (%)
APBD 2013
PENDAPATAN
Prosentase (%)
1.2
APBD 2009
223,847,850,000
247,965,341,650
343,231,319,300
389,646,773,526
433,414,404,000
23.41
23.45
24.54
28.53
17.65
18.50
136,662,800,000
152,460,000,000
220,439,111,000
245,797,392,000
295,487,939,200
29.05
35,345,705,250
43,281,208,500
10,046,901,900
9,530,667,382
11,269,063,800
(17.03)
14,500,000,000
15,000,000,000
30,000,000,000
38,030,160,000
45,050,160,000
52.67
37,339,344,750
37,224,133,150
82,745,306,400
96,288,554,144
81,607,241,000
29.64
730,576,150,000
762,640,259,268
859,954,980,700
1,102,993,489,474
1,187,410,550,000
15.63
76.55
75.46
71.47
49.97
50.69
61,215,350,000
57,897,790,268
66,205,336,700
105,257,775,474
105,596,187,000
18.12
616,601,800,000
674,635,569,000
752,057,444,000
940,646,764,000
1,003,991,703,000
15.71
52,759,000,000
30,106,900,000
41,692,200,000
57,088,950,000
77,822,660,000
11.88
714,538,400,000
721,517,095,000
0.98
32.37
30.80
1.3.1 Hibah
Dana Penyesuaian
& Otonomi Khusus
714,538,400,000
714,538,400,000
6,978,695,000
954,424,000,000
1,010,605,600,918
1,203,186,300,000
2,207,178,663,000
2,342,342,049,000
36.35
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
Prosentase (%)
1.3.4
Bantuan Keuangan
1.3.5 dari Provinsi atau
Pemda lainnya
PENERIMAAN
1.3.6. DARI PIHAK
KETIGA
Jumlah
Pendapatan
Prosentase (%)
66
2. Belanja
Belanja daerah merupakan cerminan dari kebijakan anggaran yang ditetapkan untuk
mencapai tujuan-tujuan pembangunan sebagaimana tertera dalam dokumen perencanaan. Karena
itu dengan mencermati realisasi belanja daerah, dapat diketahui sampai sejauhmana penganggaran
konsisten dengan perencanaan pembangunan. Perkembangan belanja meningkat sebesar 33,46 %
per tahun sebagai dampak dari meningkatnya jumlah belanja tidak langsung dari
Rp. 530,065,465,400 tahun 2009 menjadi Rp. 1,641,480,848,050 atau rata-rata naik 33.46 per
tahun.
Selanjutnya komposisi belanja pegawai makin mengecil dibandingkan belanja non
pegawai. Total belanja pegawai tahun 2009 mencapai 38,31 % dan menurun menjadi 37,68 % tahun
2012, naik menjadi 38,23 % tahun 2011 selanjutnya turun menjadi 27,18 % tahun 2012 dan 24,22 %
tahun 2013. Prosentase secara akumulatif terjadi penurunan belanja pegawai sebesar 14,09 %
selama 5 tahun atau turun rata-rata 3,52 % sebagaimana Gambar 3.2
Gambar 3.3. Perkembangan belanja Pegawai dan Publik tahun 2009-2013
80
60
40
Belanja Pegawai
20
0
1
Belanja pembangunan yang dilaksanakan menunjukkan peningkatan yang cukup besar sebagai
akibat dari peningkatan jenis belanja pada belanja tidak langsung dan jenis belanja pada belanja
langsung. Realisasi belanja pembangunan yang dilaksanakan sebagaimana tabel 3.2. masingmasing berikut:
a. Belanja Tidak Langsung
Belanja tidak langsung
sebesar Rp. 530,065,465,400 meningkat
menjadi
Rp. 1,641,480,848,050 atau secara akumulatif dalam waktu lima tahun meningkat rata-rata
52,42 %. Peningkatan yang cukup besar tersebut sebagai dampak peningkatan pendapatan
yang disertai kebijakan peningkatan belanja rata-rata per tahun yaitu belanja hibah 4,816.29
%, belanja Belanja Bagi Hasil kepada Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa 22,77 %, belanja
tak terduga 16,20 % dan pegawai 9,24 % yang jauh lebih besar dibandingkan kebijakan
penurunan prosentase belanja pada belanja Belanja Bantuan Keuangan kepada Pemerintah
Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa 19,64 % dan bantuan sosial turun 2,06 %.
Pada tahun 2009-2011 belanja pegawai dominan dengan alokasi > 30 % dan tahun 20112013 belanja hibah dominan dengan alokasi belanja mencapai 37,07 % tahun 2012 dan 40,53
% tahun 2013 dari total belanja.
Peningkatan jumlah belanja hibah pada tahun 2012-2013 disamping akibat kebijakan
penyaluran dana BOS juga meningkatnya komitmen pemerintah memberikan kepercayaan
mayarakat untuk mengelola dana pemberdayaan masyarakat dan kegiatan pro rakyat
lainnya yaitu Program Desa Mandiri Anggur Merah, P2LDT, Desa Wisata, Beasiswa, bantuan
modal koperasi dan guru kontrak. Perkembangan belanja tersebut meningkatkan proporsi
belanja publik lebih dominan. Kondisi tersebut menunjukkan adanya konsistensi
Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018
67
URAIAN
BELANJA
2.1
BELANJA TIDAK
LANGSUNG
Prosentase (%)
APBD 2009
APBD 2010
APBD 2011
APBD 2012
APBD 2013
Pertb/
th (%)
530,065,465,400
558,013,827,150
623,944,785,000
1,452,137,268,800
1,641,480,848,050
52.42
51.63
47.51
47.70
67.62
68.37
2.1.1
Belanja Pegawai
347,763,137,000
380,989,161,000
422,181,048,000
476,859,774,741
476,232,546,450
9.24
2.1.2
Belanja Bunga
2.1.3
Belanja Subsidi
2.1.4
Belanja Hibah
5,025,000,000
5,655,000,000
6,700,000,000
796,088,400,000
973,099,124,800
4,816.29
2.1.5
46,641,892,900
44,666,700,000
71,660,260,000
52,421,990,000
42,801,000,000
(2.06)
2.1.6
62,210,698,000
69,420,566,150
90,651,227,000
100,954,604,059
118,915,926,800
22.79
2.1.7
Belanja Bantuan
Keuangan kepada
Pemerintah
Provinsi/Kabupaten/Kota
dan Pemerintah Desa
57,424,737,500
47,282,400,000
22,752,250,000
15,812,500,000
12,302,250,000
(19.64)
2.1.8
11,000,000,000
10,000,000,000
10,000,000,000
10,000,000,000
18,130,000,000
16.20
2.2
BELANJA LANGSUNG
496,557,909,653
616,616,339,268
684,218,640,000
695,217,394,200
759,337,407,900
13.23
48.37
52.49
52.30
32.38
31.63
Prosentase (%)
2.2.1
Belanja
Pegawai/Personalia
45,564,709,030
61,713,988,900
77,935,879,000
106,796,297,370
105,114,160,056
32.67
2.2.2
282,838,037,091
366,444,549,943
412,346,328,000
382,864,996,235
421,322,268,850
12.24
2.2.3
Belanja Modal
168,155,163,532
188,457,800,425
193,936,433,000
205,556,100,595
232,900,978,994
9.63
2,400,818,255,950
33.46
(58,476,206,950)
(4.75)
Jumlah Belanja
Surplu sampai dengan
efisit
(164,024,565,500) (104,977,125,000)
59,824,000,000
b. Belanja Langsung
Belanja langsung pada tahun 2009 sebesar Rp. 496,557,909,653 meningkat
menjadi Rp. 759,337,407,900 atau secara akumulatif dalam waktu lima tahun meningkat
rata-rata 13,23 %. Rendahnya peningkatan belanja langsung yang disertai penurunan
kontribusi terhadap todal belanja akibat adanya perubahan regulasi dimana Program
pemberdayaan dalam bentuk hibah uang pada pemerintah desa atau masyarakat dimasukan
sebagai belanja hibah pada belanja tidak langsung. Atas perubahan tersebut maka belanja
hibah pada program Desa Mandiri Anggur Merah dan Program P2LDT yang pada tahun 2011
masuk pos belanja barang jasa pada belanja langsung mulai tahun 2012 dialihkan ke pos
belanja hibah pada belanja tidak langsung dengan besar Rp.89,4 Milyard tahun 2012 dan
91,8 Milyard tahun 2013.
Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018
68
Prosentase alokasi belanja terhadap total belanja untuk tahun 2013 menurun
dibandingkan tahun 2009 yaitu untuk Belanja Belanja Pegawai/Personalia dari 4,44 % tahun
menjadi 4,38 %, Belanja Barang dan Jasa dari 27,55 % menjadi 17,55 % dan belanja modal
dari 16,38 % menjadi 9,70 %. Komposisi besaran jenis belanja pada belanja langsung
sebagaimana gambar 3.3
Gambar 3.3.
Komposisi jenis belanja Lansung Tahun 2009-2013
450.000.000.000
400.000.000.000
350.000.000.000
300.000.000.000
250.000.000.000
200.000.000.000
150.000.000.000
100.000.000.000
Belanja Pegawai/Personalia
50.000.000.000
APBD
2009
APBD
2010
APBD
2011
APBD
2012
APBD
2013
3. Pembiayaan
Pembiayaan daerah mencerminkan kemampuan pemerintah dalam menjalankan suatu
manajemen kas yang mampu memanfaatkan unsur penerimaan dan pengeluaran secara efisien dan
efektif serta pada sisi lain menciptakan likiditas keuangan yang memadai bagi pemerintah. Tiga
komponen pokok yang perlu mendapat perhatian dalam pembiayaan, yaitu surplus sampai dengan
efisit anggaran, penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan. Selisih antara pendapatan
dan belanja daerah selama tahun 2009-2013 menghasilkan surplus anggaran. Struktur pembiyaan
pada APBD Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2009-2013 sebagaimana Tabel 3.3 dimana dari sisi
penerimaan dan pengeluaran pembiayaan dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Penerimaan Pembiayaan
Penerimaan pembiayaan berasal dari dua sumber utama yaitu SILPA tahun lalu dan penerimaan
kembali pinjaman lain-lain. Pada tahun 2009, total penerimaan pembiayaan sebesar Rp. 109,77
milyard lebih naik menjadi Rp. 220,52 milyard lebih, turun menjadi 187,46 milyard lebih tahun
2010 dan Rp. 30 milyard dan tahun 2013 naik menjadi Rp. 118,34 milrad lebih. Kenaikan
penerimaan pembiayaan sebagai akibat besarnya Silpa dan untuk tahun 2013 mengalami
peningkatan karena adanya pencairan dana cadangan. SILPA yang besar pada satu sisi
memperkuat likuiditas dan pada sisi lain menghilangkan peluang pemerintah untuk melayani
masyarakat secara optimal. Realisasi pembiayaan tahun 2009-2013 sebagaimana Tabel 3.3.
69
Tabel 3.3.
Realisasi Pembiayaan Daerah NTT, 2009-2013
No
3
3.1
URAIAN
APBD 2009
APBD 2010
APBD 2011
APBD 2012
APBD 2013
Pertb/th
(%)
PEMBIAYAAN
Penerimaan Pembiayaan
13,426,062,175
19,617,571,000
20,000,000,000 53,108,126,000
(12.91)
- 57,470,732,150
10,000,000,000
7,767,348,800
(14.05)
2,000,000,000
600,000,000
6,000,000,000
9,312,224,757
321,814,000
3,500,000,000
3.2
3.2.4
3.2.5
220,524,565,500 187,460,125,000
30,000,000,000
118,346,206,950 (0.79)
Pengeluaran Pembiayaan
122,199,375,053
cadangan
Penyertaan modal
(investasi) Pemerintah
Daerah
Pemberian Pinjaman
Daerah
Pemberian pinjaman
kepada kelompok
masyarakat
23,500,000,000
35,000,000,000
55,000,000,000
4,000,000,000
29,000,000,000
38,700,000,000
29,000,000,000
54,870,000,000
317.94
8,783,000,000
5,824,000,000
5,000,000,000
(21.54)
21,000,000,000
27,500,000,000
1,500,000,000
3.3
3.3.1
Jumlah Pengeluaran
Pembiayaan
Pembiayaan Netto
50,000,000,000
72,199,375,053
56,500,000,000
82,483,000,000
164,024,565,500 104,977,125,000
89,824,000,000 59,870,000,000
4.94
-59,824,000,000
58,476,206,950
(4.75)
b. Pengeluaran Pembiayaan
Pengeluaran pembiayaan digunakan untuk penyertaan modal ke BUMD, pemberian pinjaman
jangka panjang dan dana investasi daerah. Pada tahun 2009, total pengeluaran pembiayaan
sebesar Rp. 50 milyar kemudian meningkat menjadi Rp 56,5 milyard tahun 2010 dan naik tajam
tahun 2011 menjadi Rp.82,82 milyard lebih dan Rp. 89,82 milyard lebih tahun 2012 serta turun
kembali menjadi Rp.59,87 milyard. Besarnya pengeluaran pembiayaan disebabkan kebijakan
Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018
70
pemerintah meningkatkan kinerja dan daya saing BUMD daerah yang mampu memberikan
sumbangan PAD yang cukup besar yaitu Bank NTT. Pengeluaran pembiayaan melalui investasi
dengan pemanfaatan SILPA dirasakan tepat,karena menjamin pemanfaatannya secara efektif.
c. Selisih Penerimaan dan Pengeluaraan Pembiayaan
Selisih antara penerimaan pembiyaan dan pengeluaran pembiayaan menghasilkan pembiayaan
netto yang positif dan negative. Pada tahun 2009-2011 dan tahun 2013 selisih pembiayaan
netto positif dan tahun 2012 negatif dalam jumlah besar. Hal ini tidak perlu dikuatirkan, karena
SILPA yang sifatnya akumulatif setiap tahun dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
pembangunan. Grafik perkembangan penerimaan pembiayaan, pengeluaran pembiayaan dan
pembiayaan netto sebagaimana Gambar 3.4
Gambar 3.4
Perkembangan Pembiayaan tahun 2009-2013
250.000.000.000
200.000.000.000
150.000.000.000
Jumlah Penerimaan
Pembiayaan
100.000.000.000
Jumlah Pengeluaran
Pembiayaan
50.000.000.000
Pembiayaan Netto
0
-50.000.000.000
APBD
2009
APBD
2010
APBD
2011
APBD
2012
APBD
2013
-100.000.000.000
1. Dana APBN
Dana APBN yang dialokasikan dana kantor pusat, dana kantor daerah, dana dekonsentrasi,
dana tugas pembantuan dan dana urusan bersama yang rasionya dibandingkan besar belanja
pada APBD Provinsi yaitu 5,71 tahun 2009, 4,76 tahun 2010, 5,99 tahun 2011, 5,51 tahun 2012
dan 3,23 tahun 2013. Jenis keuangan lainnya yang mendukung pembangunan daerah Nusa
Tenggara Timur sebagaimana Tabel 3.4
71
Tabel 3.4
Sumber pembiayaan pembangunan melalui APBN Tahun 2009-2013
Tahun
Tahun 2009
1,933,918,946
Kantor
Daerah
2,216,270,895
Tahun 2010
1,135,479,703
Tahun 2011
Prosetase
(%)
989,421,483
Tugas
Pembantuan
725,148,290
2,514,206,324
979,553,100
283,345,619
676,729,676
5,589,314,422
14.38
2,356,396,821
3,381,051,293
720,933,674
656,834,385
715,045,840
7,830,262,013
20.15
tahun 2012
4,768,022,040
4,728,133,892
908,005,057
1,047,388,018
384,410,947
11,835,959,954
30.45
Tahun 2013
2,498,169,138
3,648,571,260
467,163,621
488,421,629
643,880,565
7,746,206,213
19.93
38,866,502,216
100.00
Jumlah
Prosentase
(%)
Kantor Pusat
Dekonsentrasi
Urusan
bersama
-
5,864,759,614
15.09
42.42
10.46
8.24
6.23
Jumlah
100.00
Komposisi belanja APBN di Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam lima tahun terkhir pada
periode 2009-2013 sebagaimana Gambar 3.5.
Gambar 3.`5
Komposisi Belanja APBN 2009-2013
5.000.000.000
4.000.000.000
3.000.000.000
2.000.000.000
1.000.000.000
-
Tahun 2009
Tahun 2010
Tahun 2011
tahun 2012
Tahun 2013
72
Peningkatan pendapatan asli daerah dari masyarakat, harus berdasarkan pada Peraturan
Daerah, terutama untuk membiayai layanan-layanan yang diberikan, sehingga kemandirian daerah
dalam hal pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat terwujud. Untuk
mewujudkan sasaran tersebut maka kebijakan peningktan PAD dilaksanakan melalui:
73
1) Memperkuat otonomi daerah dan demokrasi, dimana pajak daerah dan retribusi daerah
dijadikan sebagai saluran aspirasi daerah dan mempermudah penerapan tingkat pelayanan
dengan beban pajak daerah dan retribusi daerah;
2) Meningkatkan akuntabilitas pelayanan Pemerintah Daerah;
3) Memberikan insentif untuk peningkatan efisiensi dan efektivitas dalam pelaksanaan layanan.
4) Menggali sumber-sumber pungutan daerah yang baru (ekstensifikasi) berdasarkan ketentuan
yang memenuhi kriteria pungutan daerah yang baik dan benar serta tidak bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Selanjunya secara operasional peningkatan pengelolaan PAD perlu difokuskan pada
langkah-langkah sebagai berikut:
1) Pemantapan kelembagaan dan sistem pemungutan pendapatan daerah
2) lntensifikasi dan ekstensifikasi sumber-sumber pendapatan daerah.
3) Peningkatan koordinasi dan pengawasan terhadap pemungutan pendapatan daerah.
4) Peningkatan pelayanan publik (masyarakat), baik kecepatan pelayanan pembayaran maupun
kemudahan untuk memperoleh informasi dan kesadaran masyarakat wajib pajak/retribusi
daerah.
5) Pemanfaatan sumber daya organisasi secara efektif dan efisien.
6) Peningkatan upaya sosialisasi pendapatan daerah.
7) Peningkatan kualitas data dasar seluruh pendapatan daerah.
8) Peningkatan peran dan fungsi UPT-PPD dan Kantor Bersama Samsat sebagai ujung tombak
pelayanan publik.
9) Peningkatan sinergitas dan koordinasi pendapatan asli daerah dengan Pemerintah Pusat,
Kabupaten/Kota serta instansi terkait.
Berdasarkan potensi yang ada maka peluang untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
(PAD), semakin besar dengan telah diterbitkannya Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Dalam upaya Peningkatan Pendapatan Asli Daerah, Pemerintah
Daerah telah melaksanakan investasi dan kemitraan pengelolaan asset Pemerintah daerah meliputi:
1) Penyertaan modal pada Bank Pembangunan Daerah, PD Flobamora dan PT. Hotel Sasando
2) Kemitraan pengeloaan aset Pemerintah pada Kawasan Industri Bolok, Kawasan Fatululi dan
kawasan Pantai Pede
3) Penyertaan Modal pada PT. Bangun Askrida
2. Dana Perimbangan
Dana yang berasal dari DAU perlu dikelola dengan sebaik-baiknya, meskipun relatif sulit
untuk memperkirakan jumlah realisasinya karena tergantung pada pemerintah pusat. Sumber Dana
Alokasi Khusus (DAK) juga dapat diupayakan peningkatannya melalui penyusunan program-program
unggulan yang dapat diajukan untuk dibiayai dengan dana DAK. Sedangkan peningkatan pendapatan
dari bagi hasil pajak provinsi dan pusat dapat diupayakan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi.
Pendapatan Bagi Hasil sangat terkait dengan aktivitas perekonomian daerah. Dengan semakin
meningkatnya aktivitas ekonomi akan berkorelasi dengan naiknya pendapatan yang berasal dari bagi
hasil. Pemerintah Daerah harus mendorong meningkatnya aktivitas perekonomian daerah.
Beberapa langkah yang akan dilaksanakan dalam rangka optimalisasi intensifikasi dan
ekstensifikasi melalui koordinasi penyaluran dana bagi hasil PBB, PPH dan CHT adalah:
1) Peningkatan akurasi data potensi sumber daya alam sebagai dasar perhitungan pembagian
dalam dana perimbangan dan lain-lain pendapatan yang sah;
2) Peningkatan koordinasi dengan pemerintah pusat dan kabupaten/kota dalam mengoptimalkan
bagi hasil dana perimbangan dan lain-lain pendapatan yang sah;
3) Mendorong perubahan kebijakan nasional dengan mendorong penetapan regulasi Provinsi Nusa
Tenggara Timur dan provinsi lainnya ditetapkan sebagai Provinsi kepulauan yang menjadikan
laut sebagai bagian dari luas wilayah yang masuk diperhitungkan dalam penetapan DAU.
Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018
74
75
kesejahteraan masyarakat yang lebih baik. Optimalisasi belanja langsung untuk pembangunan
infrastruktur publik dilakukan melalui kerjasama dengan pihak swasta/pihak ketiga, sesuai
ketentuan yang berlaku.
d. Transparansi dan Akuntabel. Setiap pengeluaran belanja dipublikasikan pada publik dan
dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dipublikasikan berarti pula
masyarakat mudah dan tidak mendapatkan hambatan dalam mengakses informasi belanja.
Pelaporan dan pertanggungjawaban belanja tidak hanya dari aspek administrasi keuangan,
tetapi menyangkut pula proses, keluaran dan hasil.
2. Kebijakan Belanja
Kebijakan umum belanja daerah diarahkan pada peningkatan efisiensi,efektivitas,
transparansi, akuntabilitas dan penetapan prioritas alokasi anggaran. Selain itu, kebijakan belanja
daerah juga diarahkan untuk mencapai visi dan misi yang ditetapkan dalam rangka memperbaiki
kualitas dan kuantitas pelayanan publik. Secara spesifik, efisiensi dan efektivitas belanja harus
menjadi kebijakan yang diaplikasikan pada semua pos-pos belanja.
Belanja daerah dikelompokkan ke dalam Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung
yang masing-masing kelompok dirinci ke dalam jenis belanja. Untuk Belanja Tidak Langsung, jenis
belanjanya terdiri atas Belanja Pegawai, Belanja Bunga, Belanja Subsidi, Belanja Hibah, Belanja
Bantuan Keuangan, Belanja Bantuan Sosial, Belanja Bagi Hasil, dan Belanja Tidak Terduga. Sementara
itu, untuk Belanja Langsung, jenis belanjanya terdiri atas Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa,
serta Belanja Modal.
a. Belanja Tidak Langsung
Belanja yang signifikan pada kelompok belanja tidak langsung adalah belanja gaji, hibah
dan bantuan sosial. Alokasi belanja hibah dan bantuan sosial diarahkan kepada masyarakat dan
berbagai organisasi baik profesi maupun kemasyarakatan. Tujuan alokasi belanja hibah dan bantuan
sosial adalah sebagai manifestasi pemerintah dalam memberdayakan masyarakat dan mengurangi
resiko sosial.
Mekanisme anggaran yang dilaksanakan adalah bersifat block grant, artinya masyarakat
dapat merencanakan sendiri sesuai dengan kebutuhan, dengan tidak keluar dari koridor peraturan
yang berlaku. Selain itu, komitmen Pemerintah Daerah Daerah untuk memperbaiki kualitas
pendidikan dan kesehatan juga berimplikasi pada meningkatnya belanja subsidi pendidikan dan
kesehatan yang juga akan berpengaruh pada peningkatan Belanja Tidak Langsung dalam lima tahun
ke depan.
b. Belanja Langsung
Belanja Langsung adalah belanja pemerintah daerah yang berhubungan langsung dengan
program dan kegiatan. Program dan kegiatan yang diusulkan pada belanja langsung disesuaikan
dengan Kebijakan Umum APBD (KUA), Prioritas dan Plafon Anggaran (PPAS) dan Rencana Strategis
Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra-SKPD).
Belanja Langsung terdiri atas Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa, serta Belanja
Modal. Belanja Pegawai dalam Belanja Langsung ini berbeda dengan Belanja Pegawai pada Belanja
Tidak Langsung. Belanja Pegawai pada Belanja Langsung antara lain untuk Honorarium, Uang
Lembur, Belanja Beasiswa Pendidikan, Belanja Kursus dan hadiah/penghargaan berupa uang yang
diserahkan pada masyarakat.
Sementara itu, Belanja Langsung untuk jangka waktu lima tahun ke depan diarahkan pada
pencapaian visi dan misi Daerah Istimewa Yogyakarta, antara lain untuk peningkatan kualitas SDM
melalui pendidikan, kesehatan, penciptaan lapangan kerja, perbaikan infrastruktur untuk
mempercepat peningkatan akses masyarakat dan mendorong pertumbuhan ekonomi serta
diarahkan untuk pengurangan kemiskinan. Besarnya dana yang dikeluarkan untuk masing-masing
Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018
76
kegiatan juga diperkirakan akan meningkat. Sementara itu, khusus untuk Belanja Modal,
pengeluaran belanja modal pada lima tahun mendatang diprioritaskan untuk membangun sarana
dan prasarana yang mendukung tercapainya visi dan misi Daerah
Telaah aspek pendapatan dan belanja daerah menunjukkan bahwa proses pembangunan
di NTT akan berjalan dalam kondisi keterbatasan fiskal dan ketergantungan fiskal yang tinggi serta
belum optimalnya upaya-upaya menggali pendapatan asli daerah. Pada sisi lain, realisasi belanja
daerah selama lima tahun terakhir memperlihatkan bereaucratic oriented yang tinggi dan tidak
konsisten dengan program prioritas sesuai RPJMD. Dalam kondisi seperti, beberapa prinsip perlu
diletakkan sebagai landasan bagi arah kebijakan keuangan daerah dalam jangka lima tahun ke
depan. Prinsip yang dimaksud bersumber pada paradigma Anggaran Untuk Rakyat Menuju Sejahtera
(Anggur Merah) sesuai dengan Visi, Misi, Strategi dan arah kebijakan Pembangunan daerah Nusa
Tengara Timur selama lima tahun kedepan, dengan penjabaran sebagai berikut:
a) Keterbatasan kapasitas fiskal menghendaki efisiensi dalam penggunaan anggaran, baik yang
bersumber dari APBD maupun dana dekonsentrasi.
b) Efisiensi dalam penggunaan anggaran dapat dicapai melalui perumusan kebijakan anggaran
(KUA-APBD) yang fokus pada prioritas pembangunan;
c) Untuk kepentingan ini, harus terjadi perubahan dalam struktur belanja. Struktur belanja, baik
menurut klasifikasi ekonomi maupun bidang kewenangan, harus konsisten dengan programprogram prioritas;
d) Ketergantungan fiskal menghendaki upaya-upaya kreatif dari semua unsur pemerintahan untuk
menggali dan memanfaatkan endowment faktor yang dimiliki untuk meningkatkan PAD;
e) Dalam kaitan ini, peranan retribusi daerah harus ditingkatkan dan pengembangannya harus
terfokus pada layanan publik yang mampu meningkatkan kemampuan ekonomi masyarakat.
f) Penerimaan pembiayaan yang sebagian besar bersumber dari SILPA harus digunakan menjamin
likuiditas keuangan pemerintah dan untuk pengeluaran pembiayaan yang berorientasi pada
penguatan investasi daerah melalui pembangunan infrastruktur dan kepentingan jangka pendek
yang bersifat mendesak.
77
URAIAN
PROYEKSI APBD
2014
PROYEKSI APBD
2015
PROYEKSI APBD
2016
PROYEKSI APBD
2017
PROYEKSI APBD
2018
Asumsi
PENDAPATAN
4.1
470.227.853.920
531.519.183.612
603.991.577.015
689.694.772.372
791.055.184.521
4.1.1
Pajak Daerah
326.459.778.420
386.593.669.605
457.804.223.546
542.131.761.523
641.992.431.996
18,42%
4.1.2
12.831.912.500
13.989.351.008
15.251.190.468
16.626.847.849
18.126.589.525
9,02%
49.897.476.000
49.897.476.000
49.897.476.000
49.897.476.000
49.897.476.000
konstan
4.1.4
Retribusi Daerah
Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan
Lain-lain Pendapatan
Asli Daerah
81.038.687.000
81.038.687.000
81.038.687.000
81.038.687.000
81.038.687.000
konstan
4.2
Dana Perimbangan
1.172.962.968.029
1.294.622.584.343
1.429.809.253.958
1.580.028.449.646
1.746.953.366.327
4.2.1
91.148.605.029
102.268.734.843
114.745.520.493
128.744.473.994
144.451.299.821
12,20%
4.2.2
1.003.991.703.000
1.114.531.189.500
1.237.241.073.464
1.373.461.315.653
1.524.679.406.506
11,01%
4.2.3
77.822.660.000
77.822.660.000
77.822.660.000
77.822.660.000
77.822.660.000
konstan
4.3
Lain-lain Pendapatan
Daerah yang Sah
740.139.275.000
717.287.620.000
717.287.620.000
717.287.620.000
717.287.620.000
4.3.1
4.3.2
Hibah
Dana Darurat
15.872.960.000
4.1.3
78
No
4.3.3
4.3.4
4.3.5
4.3.6
.
PROYEKSI APBD
2014
URAIAN
Dana Bagi Hasil Pajak
dari Provinsi dan Pemda
lainnya
Dana Penyesuaian dan
Otonomi Khusus
Bantuan Keuangan dari
Provinsi atau Pemda
lainnya
PENERIMAAN DARI
PIHAK KETIGA
Jumlah Pendapatan
PROYEKSI APBD
2015
PROYEKSI APBD
2016
PROYEKSI APBD
2017
PROYEKSI APBD
2018
Asumsi
717.287.620.000
717.287.620.000
717.287.620.000
717.287.620.000
717.287.620.000
konstan
6.978.695.000
2.383.330.096.949
2.543.429.387.955
2.751.088.450.972
2.987.010.842.018
3.255.296.170.847
BELANJA
5.1
BELANJA TIDAK
LANGSUNG
1.573.796.784.150
1.625.498.069.610
1.682.351.416.867
1.744.958.079.409
1.813.998.552.457
5.1.1
Belanja Pegawai
476.232.546.450
508.378.243.335
542.693.774.761
579.325.604.557
618.430.082.864
6,75%
5.1.2
Belanja Bunga
5.1.3
5.1.4
Belanja Subsidi
Belanja Hibah
927.817.620.000
927.817.620.000
927.817.620.000
927.817.620.000
927.817.620.000
konstan
5.1.5
21.211.000.000
21.211.000.000
21.211.000.000
21.211.000.000
konstan
128.233.367.700
147.788.956.275
170.326.772.106
196.301.604.853
226.237.599.593
15,25%
10.302.250.000
10.302.250.000
10.302.250.000
10.302.250.000
10.302.250.000
konstan
konstan
5.1.7
5.1.8
10.000.000.000
10.000.000.000
10.000.000.000
10.000.000.000
10.000.000.000
5.2
BELANJA LANGSUNG
816.408.787.599
917.931.318.345
1.068.737.034.105
1.242.052.762.609
1.441.297.618.390
2.390.205.571.749
2.543.429.387.955
2.751.088.450.972
2.987.010.842.018
3.255.296.170.847
5.1.6
5.2.1
5.2.2
5.2.3
Belanja
Pegawai/Personalia
Belanja Barang dan
Jasa
Belanja Modal
Jumlah Belanja
79
BAB 4
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
Analisis isu-isu strategis sebagai dasar penyusunan strategi pembangunan daerah provinsi
Nusa Tenggara Timur tahun 2014-2018 didasarkan pada hasil analisis potensi sumberdaya
pembangunan, kebijakan pembangunan meliputi RPJPN, RPJPD dan RTRWP, hasil analisis
perkembangan pembangunan daerah. Ketiga sumber dasar penyusunan strategi pembangunan
tersebut selanjutnya dianalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangannya dalam
pembangunan daerah yang ditinjau terhadap kondisi eksternal maupun internal.
Tinjauan analisis strategis daerah terhadap kondisi eksternal karena Nusa Tenggara Timur
sebagai salah satu provinsi yang mempunyai posisi strategis karena berbatasan darat dan laut
dengan Negara Republik Demokratik Timor Leste dan berbatasan laut dengan Australia. Nusa
Tenggara Timur. Tinjauan eksternal juga dilaksanakan dengan menempatkan Nusa Tenggara Timur
dalam satu kesatuan kebijakan pembangunan nasional. Tinjauan eksternal memiliki peran kuat yang
dapat memberikan peluang bagi pembangunan dan dapat menjadi ancaman.
Tinjauan internal dilaksanakan dengan melakukan analisis sumberdaya pembangunan,
hasil pembangunan dan kebijakan pembangunan daerah Nusa Tenggara Timur. Analisis internal
dilaksanakan untuk mengetahui titik kuat dan titik lemah daerah. Berdasarkan analisis eksternal dan
analisis internal selanjutnya dilaksanakan analisis strategis dengan memilih strategi pembangunan
yang paling tepat dalam mewujudkan perceatan pembangunan Nusa Tenggara Timur.
80
12. Adanya penduduk kekurangan gizi dan sebaran yang tinggi kasus gizi di desa/kelurahan
13. Sebagai daerah rawan bencana akibat kondisi geografis wilayah di NTT dan juga akibat
perubahan iklim secara global;
Permasalaan utama pembangunan ekonomi wilayah yang menentukan perkembangan
pembangunan daerah sebagai berikut:
1. Komposisi kontribusi sektor terhadap PDRB Nusa Tenggara Timur makin didominasi oleh sektor
tersier dengan kontribusi pada tahun 2008 baru mencapai 49,38 % menjadi 54,62 % tahun 2011
atau naik rata-rata per tahun sebesar 3,54 % sedangkan sektor primer turun 3,67 % per tahun
dan sektor sekunder turun rata- 2,51 % per tahun;
2. Produktivitas tenaga kerja sektor pertanian sebagai sektor primer makin menurun dengan rasio
0,58 tahun 2008 menjadi 0,55 tahun 2011 sebagai akibat kontribusi sektor pertanian dalam
PDRB terus menurun, dengan laju penurunan tahun 2008-2011 rata-rata per tahun 3,67%,
sedangkan kontribusi dalam penyerapan tenaga kerja menurun 1,51 %; Perbedaan produksi
ditingkat usaha tani dengan hasil introduksi belum mencapai angka yang optimal karena belum
berubahnya cara-cara baru di sektor pertanian untuk mengantisipasi perubahan iklim.
3. Rendahnya produktivitas produktivitas tenaga kerja pertanian menjadi masalah mendasar
masih tingginya kemiskinan di pedesaan yang mencapai 22.13 % bulan Maret 2013, sedangkan
pesatnya perkembangan sektor tersier yang menjadi basis utama ekonomi perkotaan belum
mampu menurunkan angka kemiskinan penduduk akibat makin meningkatnya ketimpangan
pendapatan penduduk dan memicu urbanisasi sehingga kemiskinan penduduk perkotaan yang
tahun 2011 mencapai 10,5 % naik menjadi 11,54 % tahun 2013 (keadaan bulan Maret).
4. Pertumbuhan ekonomi yang mencapai 5.44 % tahun 2012 berada di bawah rata-rata nasional
yang mencapai > 6 % yang berakibat makin melebarnya diviasi pendapatan pekapita penduduk
NTT yang baru mencapai Rp.7.195.630 atau 1/4 pendapatan perkapita Nasional;
5. Neraca perdagangan Nusa Tenggara Timur defisit dengan rasio Impor/perdagangan masuk
dengan eskpor/perdagangan keluar yaitu dari 1,86 tahun 2008, menjadi 2,04 tahun 2009 dan
menjadi 2,225 tahun 2011
6. Kontribusi ekonomi Nusa Tenggara Timur terhadap ekonomi nasional berada pada posisi ke 7
diantara 33 provinsi dengan dengan besar 0,52 % Dario total PDRB harga berlaku Indonesia
tahun 2011 sebesar Rp.7.247.086,1 milyard
7. Skala usaha tenaga kerja pada sektor pertanian sangat rendah yang berdampak pada
rendahnya produktivitas tenaga kerja pertanian dan rendahnya ekspor.
Permasalaan utama pembangunan fisik wilayah yang menentukan perkembangan
pembangunan daerah sebagai berikut:
1. Topografi wilayah sebagian besar berbukit hingga bergunung-gunung, dengan kemiringan lahan
>40%, wilayah yang datar hingga landai dengan kemiringan <8% relatif terbatas dan sebagian
besar kawasan lahan dengan kemiringan 8-40%.
2. Iklim 8 bulan kering yaitu periode bulan April sampai dengan Nopember sedangkan periode
musim hujan hanya berlangsung selama 4 bulan yaitu Desember sampai dengan Maret dengan
curah hujan rata-rata adalah 1.164mm/tahun.
3. Jangkauan akses desa/kelurahan yang tersebar di 44 Pulau yang dihuni belum merata;
4. Prosentase rumah tidak layak huni mencapai 35,8 % (lantai tanah, dinding bukan tembok, atap
daun dan lainnya) dan sekitar 15 % lebih rumah tangga belum memiliki rumah sendiri yang
tersebar dalam satuan-satuan permukiman yang kecil dan tersebar;
5. Sumber air bersih penduduk dari air bersih kemasan, perpipaan dan sumur baru mencapai
33,18 % dan lainnya bersumber dari mata air, air sungai, hujan dan mata air sekitar 66,82 %
6. Belum semua rumah tangga terlayani listrik yang baru mencapai 50 % lebih
7. Peningkatan kualitas sanitasi lingkungan belum optimal karena ada sekitar 20.63 % yang
sebagian besar rumah tangga belum didukung tempat pembuangan air besar sendiri;
81
8. Adanya potensi pencemaran lingkungan air, tanah, dan udara akibat kebakaran dan penggunaan
bahan kimia yang berlebihan;
9. Banyak wilayah resisten terhadap bencana tanah longsor, bajir, gempa bumi, tsunami, angin
puyuh, gunung meletus dan bencana kekeringan;
10. Sebagain besar jalan provinsi, jalan kabupaten dan jalan non status kurang mantap
11. Prasarana sumber daya air yaitu bandungan, bendung dan embung-embaung belum mampu
melayani air untuk kegiatan pertanian dan peternakan
12. Kelembagaan petani pemakai air belum mampu melaksanakan pengelola secara swadaya
parasarana sumber daya air yang menjadi tanggungjawabnya;
13. Adanya permukiman kumuh yang mencapai sekitar 0,67 % daro total desa/kelurahan terutama
di perkotaan
82
perdesaan. Sektor ekonomi masih digerakan oleh nilai konsumsi sehingga dibutuhkan fundamental
ekonomi yang baik yaitu dari sektor produksi.
3. Isu Strategis 3: Peningkatan Pengelolaan Sumberdaya Alam Unggulan Daerah.
Provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki potensi pengembangan yang sangat besar berbasis
sumberdaya alam terutama pada sub sektor pertanian tanaman pangan, perkebunan, petenakan
serta perikanan dan kelautan. Pengembangan pada sub sektor pertanian telah menghasilkan produk
unggulan seperti jagung, kakao, jambu mete. Begitu pula pada sub sektor peternakan telah
menghasilkan produk unggulan seperti ternak sapi dan babi yang sangat berkontribusi pada
peningkatan ekonomi wilayah dan penyerapan tenaga kerja. Namun dalam pengembangannya,
peningkatan komoditas unggulan ini mesih belum optimal karena masih belum didukung dengan
ketersedian prasarana produksi (industri), pasar dan tenaga kerja yang trampil.
Peningkatan produksi sector tersebut (pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan)
juga didorong untuk tujuan ketahanan pangan pedesaan dan pemenuhan gizi keluarga dengan
menerapkan system produksi berwawasan spesifik local serta memiliki ketahanan terhadap
perubahan iklim.
Khusus untuk perikanan dan kelautan perlu mendapatkan perhatian yang lebih optimal.
Sektor unggulan di provinsi NTT masih merupakan sektor primer. Selain itu, peran sektor unggulan
dalam mendorong pertumbuhan wilayah juga masih rendah. Secara keseluruhan kontribusi sektor
unggulan dalam pertumbuhan wilayah baru 28%. Intensitas perdagangan yang signifikan baru terjadi
dengan wilayah Jawa-Bali, sedangkan dengan pulau-pulau lain relatif kecil.
Sarana dan prasarana dasar belum mendukung pelaksanaan pembangunan pembangunan
baik dari tingkat pelayanan, sisi pemerataan pembangunan maupun dalam upaya peningkatan
ekonomi masyarakat.Prasarana jalan di Nusa Tenggara Timur dalam sepuluh tahun terakhir hampir
tidak mengalami perkembangan, baik panjang jalan maupun kualitas atau kelasnya. Bahkan yang
lebih memprihatinkan adalah masih banyaknya desa-desa yang letaknya terisolir, hubungan antar
sentral produksi dengan pasar masih tertutup. Kondisi jalan banyak mengalami kerusakan baik rusak
berat maupun rusak ringan. Keadaan ini tidak hanya pada jalan provinsi, tetapi juga jalan Nasional.
Kondisi infrastruktur jalan ini berimplikasi pada tingginya biaya transaksi dan transportasi yang
mengakibatkan daya saing komoditi dari NTT ke pasar regional maupun ekspor menjadi rendah.
Selain itu ketersediaan armada trasportasi antar pulau terutama laut dan udara juga terbatas dan
tidak menjamin faktor keamanan karena kualitas armada transportasi kurang optimal, sehingga
berimplikasi kepada penurunan investasi dari luar dan dalam negeri.
4. Isu Strategis 4: Peningkatan Konektivitas Intra dan Antar Pulau.
Provinsi NTT termasuk salah satu dari delapan provinsi kepulauan, terdiri dari 1.192 pulau
(711 belum bernama) dengan kualitas konektivitas wilayah yang belum memadai. Masalah dalam
konektivitas adalah transportasi publik yang masih lemah yang mengakibatkan ekonomi biaya tinggi,
daya saing lemah, penanggulangan kemiskinan relatif lambat.
Permasalahan transportasi publik lainnya yang perlu diketahui adalah kurangnya jumlah
sarana atau kapasitas pelayanan, jumlah pelayanan dan jaringan pelayanan terbatas, biaya
operasional terlalu tinggi, jumlah transfer antar intra moda tinggi, keuntungan rendah, kualitas
sarana dan prasarana dan keselamatan yang rendah.
Indeks pelayanan dan standar pelayanan minimal jalan yang belum terpenuhi, yang
disebabkan prasarana jalan di Nusa Tenggara Timur dalam sepuluh tahun terakhir hampir tidak
mengalami perkembangan, baik panjang jalan maupun kualitas atau kelasnya. Bahkan yang lebih
memprihatinkan adalah masih banyaknya desa-desa yang letaknya terisolir, hubungan antar sentrasentra produksi dengan pasar masih tertutup. Kondisi jalan banyak mengalami kerusakan baik rusak
berat maupun rusak ringan.
Keadaan ini tidak hanya pada jalan provinsi, tetapi juga jalan Nasional. Kondisi infrastruktur
jalan ini berimplikasi pada tingginya biaya transaksi dan transportasi yang mengakibatkan daya saing
Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018
83
komoditi dari NTT ke pasar regional maupun ekspor menjadi rendah. Selain itu ketersediaan armada
trasportasi antara pulau terutama laut dan udara juga terbatas dan tidak menjamin faktor keamanan
karena kualitas armada transportasi kurang optimal, sehingga berimplikasi kepada penurunan
investasi dari luar dan dalam negeri, serta sebagai upaya pencapaian target MP3EI
5. Isu Strategis 5: Peningkatan Kinerja Birokrasi dan Pelayanan Publik.
Faktor kualitas kelembagaan sangat penting untuk meningkatkan daya saing dan daya tarik
investasi daerah, khususnya daerah-daerah yang tidak memiliki sumber daya alam melimpah.
Kerjasama antardaerah dan sinergi pusat-daerah sangat strategis dalam mengurangi hambatan
distribusi barang antarwilayah dan mengurangi duplikasi perpajakan yang memicu ekonomi biaya
tinggi.
Permasalahan dalam konteks penegakan hukum dan kualitas birokrasi adalah (1) masih
adanya peraturan perundangan yang tumpang tindih, inkonsistensi, multi tafsir dan bertentangan
antara yang satu dengan yang lainnya; (2) masih rendahnya SDM, tingginya ego sektoral dan belum
memadainya dukungan sarana dan prasarana dalam bidang penegakan hukum dan birokrasi; serta
(3) belum optimalnya penegakan HAM dalam bidang pemenuhan, perlindungan, pemajuan dan
penegakan HAM. Sementara itu, penyelenggaraan birokrasi juga masih dirasakan belum optimal
dikarenakan kualitas sumberdaya aparatur serta Standar Pelayanan Minimum yang belum
sepenuhnya diterapkan oleh pemerintah daerah.Belum tercapainya SPM, Pelayanan dasar,
Reformasi birokrasi, Indeks Demokrasi Provinsi NTT, dan keterbukaan informasi public.
6. Isu Strategis 6: Peningkatan Kualitas dan Pencegahan Degradasi Lingkungan Hidup serta
Ketahanan Perubahan Iklim.
Kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup sangat penting bagi wilayah kepulauan
yang perekonomiannya sangat bergantung pada produksi komoditas primer. Dampak perubahan
iklim akan dirasakan paling besar di wilayah kepulauan, khususnya pulau-pulau kecil. Rehabilitasi
lingkungan lahan kritis akan meningkatkan daya tahan lingkungan. Disamping itu pembangunan di
NTT juga diupayakan untuk pengurangan tingkat pemanasan gobal, efek rumah kaca serta
peningkatan adaptasi terhadap perubahan iklim.
Provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki kerentanan tinggi terhadap eksploitasi SDA melalui
penebangan hutan (illegal logging) yang berlebihan yang mengakibatkan terjadinya banjir dan erosi.
Kemudian dalam bidang pertambangan seperti pertambangan marmer di Kabupaten TTU dan TTS
yang dilakukan oleh investor tidak memperhatikan aspek lingkungan, karena potensi tambang
marmer berada dikawasan konservasi Mutis Timau, dimana kedua kawasan tersebut adalah wilayah
penghasil persediaan air di pulau Timor.
Ancaman terhadap kerusakan ekosistem laut masih juga terjadi yang berakibat pada
penurunan produksi ikan dan kerusakan terumbung karang seperti pemboman ikan dan
penggunaan alat tangkap yang tidak ramah terhadap lingkungan yang masih dilakukan oleh
masyarakat di daerah pesisir pantai. Pengembangan potensi sumberdaya alam daratan dan lautan
seperti ; (a) hutan lindung Mutis dan Timau; (b) Taman Nasional Kelimutu; (c) Pulau Komodo; (d)
Taman Laut di Maumere, (e) Labuan bajo untuk pengembangan pariwisata serta pengembangan
ternak merupakan proritas pemerintah daerah Nusa Tenggara Timur untuk meningkatkan
pendapatan daerah. Namun pengelolaan sumber daya alam untuk menunjang pariwisata dan
peningkatan pendapatan masyarakat kurang didukung dengan prasarana pendukung dasar yang
memadai, seperti Jalan, transportasi dan penginapan.
Sementara itu, sektor pertenakan, pertanian, perkebunan dan perikanan tidak didukung
dengan cara-cara baru (inovasi teknologi) dalam system produksi, pengolahan hasil, system
pemasaran dan dukungan SDM yang memadai. Inovasi yang terintegrasi dengan kebutuhan
infrastruktur dan layanan ditingkat pedesaan, kabupaten dan provinsi serta memperhatikan
perubahan-perubahan lingkungan biopisik, iklim dan kebijakan nasional dan global yang terjadi.
Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018
84
85
BAB 5
PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN
5.1. VISI
Sesuai Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur
(RPJPD) Tahun 2005-2025 yang merupakan kaidah penuntun pembangunan daerah setiap lima
tahun memuat arah kebijakan dan target pembangunan dalam kurun waktu 20 tahun ke depan.
Sebagai Provinsi Kepulauan yang berbatasan darat dan laut dengan Negara Timor Leste dan
berbatasan laut dengan Australia berkomitmen untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Untuk mewujudkan harapan tersebut maka Visi Pembangunan Provinsi Nusa tenggara
Timur Tahun 2014-2018 yaitu:
TERWUJUDNYA MASYARAKAT NUSA TENGGARA TIMUR YANG BERKUALITAS, SEJAHTERA DAN
DEMOKRATIS DALAM BINGKAI NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
Asumsi dasar visi pembangunan dimaknai sebagai berikut:
a. Kualitas, mencerminkan keterwakilan sumber daya manusia (agenda pendidikan, kesehatan,
perempuan, anak dan pemuda) dengan indikator-indikator kualitas IPM dan dikaitkan dengan
upaya meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang berdaya-saing
b. Sejahtera, mencerminkan keterwakilan agenda pembangunan (pendidikan, kesehatan dan
perempuan, anak dan pemuda) dengan indikator-indikator kualitas IPM; serta pembangunan
ekonomi dan pariwisata, infrastruktur, dan tata ruang dan lingkungan hidup, perikanan dan
kelautan dengan indikator-indikator ekonomi, infrastruktur dan tata ruang dan lingkungan hidup
yang terukur;
c. Demokratis, mencerminkan keterwakilan proses dan substansi agenda-agenda pembangunan
yang dilakukan secara rasional dan objektif dengan mempertimbangkan aspek keterbukaan,
partisipasi publik, kesamaan dan keadilan;
d. Dalam Bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagai provinsi tedepan di Selatan
Indonesia maka seluruh rakyat Nusa Tenggara Timur dengan tekad yang bulat dan komitmen
yang tinggi untuk tetap menjaga keutuhan, kedaulatan, kehormatan dan martabat bangsa
Indonesia.
5.2. MISI
Untuk mewujudkan visi pembangunan tersebut maka ditetapkan 8 misi pembangunan yang
akan menjadi acuan dalam penyiapan kerangka kerja agenda pembangunan yaitu;
1. Meningkatkan pelayanan pendidikan dalam rangka terwujudnya mutu pendidikan, kepemudaan
dan keolahragaan yang berdaya saing;
2. Meningkatkan derajat dan kualitas kesehatan masyarakat melalui pelayanan yang dapat
dijangkau seluruh masyarakat;
3. Memberdayakan ekonomi rakyat dan mengembangkan ekonomi kepariwisataan dengan
mendorong pelaku ekonomi untuk mampu memanfaatkan keunggulan potensi lokal;
4. Pembenahan system hukum dan reformasi birokrasi daerah;
5. Mempercepat pembangunan infrastruktur yang berbasis tata ruang dan lingkungan hidup;
6. Meningkatkan kualitas kehidupan keluarga, pemberdayaan perempuan, serta perlindungan dan
kesejahteraan anak;
7. Mempercepat pembangunan kelautan dan perikanan.
8. Mempercepat penanggulangan kemiskinan, bencana dan pengembangan kawasan perbatasan.
86
Tujuan
Meningkatkan Mutu Pendidikan dan
mengurangi jumlah murid putus sekolah
Menurunkan jumlah masyarakat buta aksara
dan tidak berijazah
Meningkatkan jumlah tenaga pengajar
bersetifikat dan meningkatkan pemahaman
terhadap kurikulum
Pemerataan pelayanaan tenaga pengajar
Mempercepat pencapaian Target MDG's
pendidikan tahun 2015
Membina atlet-atlet berprestasi di daerah
untuk dapat bersaing di
kejuaraan nasional dan dunia
No
1
2
3
4
5
6
Sasaran
Lulusan pendidikan dasar, menengah dan
atas yang berkualitas; Rata-rata umur
sekolah meningkat
Masyarakat buta aksara dan pemuda putus
sekolah yang tidak memiliki ijazah
Meningkatkan jumlah guru bersertifikat dan
paham terhadap kurikulum pendidikan
Ratio antara guru dan murid sesuai SPM
Mencapai pendidikan dasar bagi seluruh
masyarakat
Setiap cabang olah raga berprestasi memiliki
atlit muda berbakat
Tujuan
Meningkatkan akses dan mutu pelayanan
kesehatan masyarakat
Meningkatkan mutu pelayanan RSUD W.Z.
Johanes sebagai rumah sakit rujukan daerah
dan rumah sakit pendidikan
No
Sasaran
Bertambahnya jumlah prasarana kesehatan
Meningkatnya status rumah sakit W.Z.Johanes
menjadi type A & RS Pendidikan
87
No
3
4
5
6
7
8
9
Tujuan
Meningkatkan mutu pelayanan Posyandu bagi
masyarakat di pedesaan
Meningkatkan tenaga kesehatan secara jumlah
dan mutu tenaga yang tersebar secara merata
di daerah
Memberdayakan masyarakat miskin
berpendidikan rendah untuk meningkatkan
akses terhadap pangan bergizi dan aman
Meningkatkan akses penduduk miskin,
terutama anak balita dan ibu hamil untuk
memperoleh makanan yang aman dan bergizi
cukup serta mendapatkan intervensi
pelayanan lainnya
Menurunkan AKI dan AKB
No
10
Sasaran
Meningkatnya jumlah posyandu
Tujuan
No
Sasaran
5
6
5
6
88
Misi-3
Memberdayakan ekonomi rakyat dan mengembangkan ekonomi keparawisataan dengan
mendorong pelaku ekonomi untuk mampu memanfaatkan keunggulan potensi lokal;
No
Tujuan
No
7
7
10
10
11
13
11
12
13
14
15
12
14
15
16
Sasaran
Persegi, Kayu Jati Persegi, Mahoni Olahan) dari
32.173 M3 menjadi 41.823 M3
Peningkatan Produksi non kayu (asam isi, asam
biji, kemiri isi, kemiri biji) dari 4.658.592 ton
menjadi 5.357.381 ton
Peningkatan Jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara dari 48,608 menjadi 162,231 org
dan domestik dari 338,472 menjadi 643,097 org
serta peningkatan rata-rata lama menginap dari
2,25 menjadi 2,75 hari
Peningkatan Jumlah hotel, losmen dari 276
menjadi 301 unit beserta peningkatan jumlah
kamar dari 5.147 menjadi 6.691 buah dan
tempat tidur dari 9.044 menjadi 13.114 unit
Peningkatan Jumlah Industri dari 24 menjadi 32
(unit dan tenaga kerja dari 1,681 menjadi 1,714
(org)
Peningkatan prosentase industri kerajinan rakyat
Peningkatan Jumlah Koperasi dari 2534 menjadi
3570 unit; Jumlah Anggota Koperasi dari 581.975
menjadi 827,009 org dan modal sendiri koperasi
dari 1,196,229 menjadi 2,332,295 juta
Peningkatan PDRB Harga Konstan dari 15,826.89
menjadi 21,612.54 (juta)
Meningkatkan promosi dan kerjasama investasi
di sektor primer, sekunder dan tersier
Mengembangkan sistem data dalam upaya
meningkatkan Investasi Daerah
Desa/kelurahan yang memiliki lembaga pelatihan
(%)
Tujuan
Menata kelembagaan dan sumber daya
yang ada pada Pemprov NTT
Menata pengembangan aparatur
Pemprov menuju aparatur yang
profesional
Meningkatkan keselarasan dan
No
1
2
Sasaran
Terwujudnya penataan kelembagaan
sumber daya pada pemprov NTT
Terwujudnya aparatur yang profesional
dan
89
Misi-4
Pembenahan system hukum dan reformasi birokrasi daerah;
No
Tujuan
sinkronnya produk-produk hukum, dan
meningkatkan kesadaran hukum dan
HAM masyarakat
No
4
5
4
5
6
7
8
Sasaran
daerah
6
7
8
9
10
aparatur/
Tujuan
Mewujudkan Rencana Tata Ruang
sebagai Dasar dalam Pelaksanaan
Pembangunan
Mewujudkan Akses Antar Desa
Pengurangan Jumlah Rumah Miskin
Mewujudkan Akses Air Bersih untuk
Masyarakat
Menyediakan Air Baku
Menetapkan Batas Kawasan Hutan
Menjaga Kawasan Hutan dari
Kerusakan
Mewujudkan Kualitas Sanitasi
Lingkungan
Mewujudkan Transportasi Publik yang
Memadai
Menjaga Lingkungan dari Dampak
Perubahan Iklim dan Emisi Gas Rumah
Kaca
Menjaga Kelestarian Habitat Laut
No
1
2
3
4
Sasaran
Tata Ruang Sebagai Dasar Pelaksanaan
Pembangunan
5
6
7
10
11
90
Misi-5
Mempercepat Pembangunan Infrastruktur yang Berbasis Tata Ruang dan Lingkungan Hidup;
No
12
13
14
Tujuan
Mewujudkan Penggunanaan Energi
Baru Terbarukan
Menjaga Kelestarian Alam Akibat
Usaha Pertambangan
No
12
14
13
Sasaran
Pemanfaatan Penggunanaan Energi Baru
Terbarukan
Pemanfaatan Sumber Daya Alam Pertambangan
dan Peningkatan Kelestarian Lingkungan akibat
Pertambangan
Pemeliharaan Jaringan Irigasi yang Ada Menjadi
Lebih Optimal
Tujuan
Meningkatkan pemberdayaan dan
peran serta perempuan dalam
pembangunan.
No
Sasaran
91
Tabel 5.7
Misi-7, Tujuan dan Sasaran tahun 2014-2018
Misi-7
Mempercepat pembangunan kelautan dan perikanan.
No
1
2
3
4
5
Tujuan
Meningkatnya Rumah Tangga
Perikanan
Meningkatnya jumlah SMK Perikanan
Meningkatnya produksi perikanan
Meningkatkan ketahanan pangan dan
gizi masyarakat
Meningkatnya pertumbuhan dan
kontribusi sub sektor perikanan dan
kelautan
No
1
2
3
4
5
6
Meningkatnya Produktivitas RT
Perikanan
Sasaran
Peningkatan rumah tangga perikanan laut dan
perikanan darat
Peningkatan jumlah SMK perikanan
Peningkatan produksi perikanan laut dan darat
Peningkatan Ketahanan pangan dan gizi
masyarakat
Peningkatan pertumbuhan sub sektor perikanan
pada PDRB NTT
Peningkatan Kontribusi Sektor perikanan dari
PDRB NTT
Peningkatan Produktivitas RT Perikanan
Misi-8
Mempercepat Penanggulangan Kemiskinan, Bencana dan Pengembangan Kawasan Perbatasan.
No
1
2
3
4
Tujuan
Memacu Pertumbuhan Ekonomi
Masyarakat di Kawasan Khusus dan
Perbatasan
Mewujudkan Ketahanan Terhadap
Bencana
Mengurangi Kesenjangan Ekonomi
Mewujudkan Pembangunan
Infrastruktur di Wilayah Perbatasan
No
1
Sasaran
Penurunan Tingkat Kemiskinan Masyarakat
3
4
92
BAB 6
STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
6.1. STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH
Strategi pembangunan daerah merupakan rencana yang menyeluruh dan terpadu
mengenai upaya-upaya pembangunan yang akan dilaksanakan oleh pemerintah bersama seluruh
komponen masyarakat untuk mewujudkan visi pembangunan daerah. Untuk mewujudkan visi
pembangunan daerah tersebut maka pemerintah melaksanakan 8 (delapan) misi pembangunan
daerah yang akan ditempuh melalui 4 (empat) STRATEGI POKOK PEMBANGUNAN DAERAH, yaitu:
1. Strategi Kemitraan
Satuan pemerintahan provinsi mengemban misi representasi pemerintahan dan sekaligus
sebagai daerah otonom. Karenanya, pemerintah Provinsi memiliki kewenangan sekaligus
tanggungjawab untuk mengembangkan kemitraan secara internal dan eksternal. Kemitraan daerah
kabupaten/kota didasarkan atas asas/prinsip kebersamaan, solidaritas dan komitmen yang sama
untuk mewujudkan kemajuan bersama serta mengurangi kesenjangan antar daerah. Kemitraan
daerah provinsi, LSM regional/nasional/internasional maupun Negara asing merupakan bentuk
kemitraan eksternal.
2. Strategi Berkelanjutan
Program pembangunan yang digulirkan merupakan rangkaian yang tak terpisahkan dari
berbagai program pembangunan yang telah dicanangkan dan dilaksanakan pada masa-masa
sebelumya. Melalui proses pengkajian dan evaluasi yang akurat, dipetik hikmah dan pengalaman
untuk menata program-program pembangunan selanjutnya dan tetap merangkainya sebagai suatu
jalinan yang bermanfaat bagi rakyat NTT. Pembangunan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan
masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka
sendiri.
93
pembangunan. Atas dasar itu misi, agenda dan tujuan strategis mempunyai keterkaitan sebagi
berikut:
1. Perwilayahan Pembangunan
Nusa Tenggara Timur merupakana Provinsi Kepulauan sehingga untuk meningkatkan
efisiensi dan efektifitas pembangunan maka wilayah administratif dibagi dalam 3 Perwilayah
pembangunan yaitu;
1) Wialyah pembangunan I (WP-I), meliputi wilayah Kabupaten/kota di Pulau Timor Barat, Alor,
Rote Ndao dan Sabu Raijua;
2) Wialyah pembangunan II (WP-II), meliputi wilayah Kabupaten di Pulau Flores, Lembata dan
pulau-pualua sekitarnya;
3) Wialyah pembangunan III (WP-I), meliputi wilayah Kabupaten di Pulau Sumba
4) Selanjutnya dalam setiap satuan wilayah pembangunan dibangun dalam sub-sub wilayah
pembangunan hingga satuan wilayah terkecil pembangunan yaitu Desa/Kelurahan.
Desa/kelurahan sebagai satuan pemerintahan terdepan dan satuan wilayah pembangunan
terkecil memiliki posisi strategis pembangunan karena kebutuhan pembangunan bisa
dilaksanakan sesuai karakteristik spesifik wilayah.
2. Landasan Pembangunan
94
Pembangunan SDM
Salah satu indikator yang utama yang digunakan untuk mengukur kualitas sumber daya
manusia adalah indeks pembangunan manusia (IPM). Indeks pembangunan manusia mencerminkan
tiga aspek utama yang terkait dengan kualitas sumberdaya manusia, yaitu : (i) aspek pendidikan
ditunjukkan dengan tingkat melek huruf dan rata-rata lama sekolah; (ii) aspek kesehatan,
ditunjukkan dengan angka harapan hidup, angka kematian bayi waktu lahir, dan angka kematian ibu
waktu melahirkan; (iii) aspek ketenagakerjaan, ditunjukkan dengan pengeluaran untuk konsumsi per
tahun.
Berdasarkan katagori tersebut maka strategi pengembangan sesuai Wilayah
Pembangunan (WP) sebagai berikut:
1) WP kualitas SDM rendah diterapkan kebijakan percepatan. Percepatan peningkatan sumber
daya manusia dilakukan melalui percepatan pelaksanaan wajib belajar 12 tahun yang
Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018
95
diwujudkan dengan penyediaan prasarana dan sarana pendidikan SD, SLTP dan SLTA yang
sejenis, peningkatan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan dengan memberikan bantuan
khusus kesehatan di daerah miskin; peningkatan kualitas tenaga kerja dengan pemagangan dan
penciptaan peluang kerja;
2) WP kualitas SDM sedang diterapakan kebijakan pemberdayaan. Pemberdayaan terhadap SDM
dilakukan melalui pengembangan sarana dan prasarana yang dapat menjamin kualitas
kesehatan dan pendidikan masyarakat;
3) WP kualitas SDM tinggi diterapkan kebijakan penguatan. Penguatan kualitas sumber daya
manusia dilakukan melalui fasilitasi pengembangan pendidikan unggulan, peningkatan
pelayanan kesehatan; peningkatan kualitas tenaga kerja lokal, pemberian bantuan modal usaha,
pengembangan jamsostek bagi tenaga kerja dan pemberian beasiswa pada mahasiswa di bidang
yang sesuai dengan potensial sumber daya alam dan kebutuhan setempat.
b. Pembangunan Basis Ekonomi
Dalam rangka pemanfaatan sumber daya alam yang lebih berkelanjutan maka harus
diupayakan dua hal utama yaitu melakukan eksploitasi sumber daya alam termasuk kelautan dan
potensi keanekaragaman hayati dalam batas-batas lestari (apabila sumber daya alam tersebut
merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, maka hasil eksploitasinya sebagian
digunakan mencari cadangan baru atau mengembangkan komoditas pengganti) dan
penganekaragaman ekonomi baik horizontal maupun vertikal.
Berdasarkan kondisi tersebut, maka dapat diidentifikasi empat karakteristik basis ekonomi wilayah
yaitu
1) WP Pertanian Terpadu, dengan unggulan Tanaman Pangan Lahan Kering, Tanaman pangan
lahan basah, Perkebunan, peternakan, dan industri kecil pengolahan hasil pertanian
2) WP Pesisir Terpadu, dengan unggulan perikanan budidaya, perikanan perikanan Tangkap dan
industri pengolahan hasil perikanan dan kelautan didukung kegiatan ekonomi lainnya
3) WP Wisata Terpadu, Unggulan Wisata Bahari, Unggulan Wisata Alam, Unggulan Wisata Budaya
dan Religius, Wisata Kuliner dan ekonomi kreatif khas destinasi wisata didukung kegiatan
ekonomi lainnya
4) WP Pertambangan dan Industri terpadu, dengan unggulan Unggulan Pertambangan dan Industri
menengah didukung ekonomi lainnya
5) WP Jasa terpadu dengan, unggulan perdagangan dan jasa-jasa didukung ekonomi lainnya.
Wilayah potensial tersebut dibangun dengan strategi pengembangan yang sesuai dengan
kebutuhan pembangunan sebagai berikut:
1) WP potensi dan keragaman usaha rendah, diterapkan kebijakan pengembangan sumberdaya
secara berkelanjutan dengan strategi pemanfaatan sumberdaya alam yang berpihak pada
masyarakat lokal dengan melibatkan pihak-pihak terkait; perkembangan agroindustri berbasis
sunberdaya terbaharui; pengelolaan usaha penambangan berwawasan lingkungan,
pengembangan energi baru dan terbarukan, dan pemanfaatan sumberdaya alam yang
mengutamakan pendekatan ekosistem.
2) WP potensi rendah dan keragaman usaha tinggi diterapkan kebijakan peningkatan daya saing
dan daya tarik investasi dengan strategi penetpan standarisasi dan peningkatan mutu produksi;
pengelolaan sumber daya alam yang berwawasan lingkungan; pengupayaan harga-harga produksi
berada pada harga pasar yang wajar dan pemberian intensif bagi usaha pengelolaan sumber daya
alam lestari
3) WP potensi tinggi dan keragaman usaha rendah, diterapkan kebijakan peningkatan
keanekaragaman produk hasil pengelolaan dan pelestarian sumberdaya alam dengan strategi
penganekaragaman horizontal bagi produk-produk yang mempunyai nilai tambah dan
permintaan pasar tinggi dan penganekaragaman produk sumberdaya alam yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat lokal.
Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018
96
97
masyarakat. Selain itu perencanaan dan penganggaran secara partisipatif akan menjamin tingkat
partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan dan keberlanjutan pembangunan.
Prinsip perencanaan dan penganggaran partisipatif adalah:1). Proses pengambilan
keputusan dilakukan bersama dan 2). Keberlanjutan proses pengambilan keputusan bersama
tersebut dalam tahapan selanjutnya yaitu: a). penetapan tujuan, b). identifikasi sumberdaya dan
kebutuhan, c). koleksi sumberdaya dan perumusan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan),
d). alokasi sumberdaya untuk kegiatan prioritas, e). pelaksanaan kegiatan, dan monitoring dan
evaluasi. Perencanaan dan penganggaran secara partisipatif dilakukan mulai dari tahapan proses
perencanaan yang paling bawah yaitu Musrenbang Dusun/Desa. Perencanaan dan dan
penganggaran partisipatif merupakan salah satu faktor penentu yang akan mendukung pencapaian
tujuan pembangunan daerah jangka menengah yang telah ditetapkan.
2. Partisipasi Masyarakat
Peningkatan partisipasi masyarakat melalui Pemberdayaan dengan mengikuti kaidah
yang benar yaitu mengikuti suatu siklus kegiatan pemberdyaan melalui tahap-tahap inisiasi,
sosialisasi, pemberian program, penguatan kemampuan baik petani sebagai individu maupun
kelompoknya. Dengan demikian, kemampuan yang diperoleh masyarakat dalam kegiatan
pemberdayaan akan menjadi nilai baru dan terinternalisasi dalam kehidupan mereka setiap hari.
Pembangunan yang akan dilaksanakan dalam lima tahun ke depan harus dalam konteks
memberdayakan masyarakat sehingga visi yang diemban dapat dicapai. Dalam memberdayakan
masyarakat harus memperhatikan prinsip-prinsip seperti: 1).Mengembangkan potensi yang dimiliki
oleh rakyat, 2). Adanya kontribusi dari masyarakat, 3). Menumbuhkan dan mengembangkan
swadaya gotong-royong masyarakat, 4). Bekerja untuk dan bersama masyarakat, 5). Komunikasi,
Informasi dan Edukasi (KIE) berbasis masyarakat, 6). Kemitraan dengan berbagai pemangku
kepentingan, dan 1). Desentralisasi.
98
kebijakan yang sesuai kebutuhan masyarakat dan menciptakan birokrasi yang efisien dan efektif,
kemampuan aparatur dalam mengimplementasikan kebijakan-kebijakan secara arif-bijaksana serta
kemampuan aparat untuk berempati dalam melayani kepentingan masyarakat.
Kemampuan-kemampuan yang disebutkan di atas mengisyaratkan adanya perubahan
mendasar dalam model kepelayanan birokrasi dari rowing oriented ke steering oriented. Birokrasi
pemerintah bukanlah satu-satunya sarana yang mengerjakan segala sesuatu (rowing) untuk
pembangunan, tetapi hanya salah satu sarana yang menjalankan fungsi pokok mengarahkan dan
kesempatan (steering) bagi segenap elemen masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan.
Dengan kata lain postur birokrasi harus mengalami pencerahan (enlightment) dari postur birokrasi
yang dilayani menjadi birokrasi yang melayani.
5. Keterpaduan Sektor
Keberhasilan pembangunan membutuhkan keterlibatan berbagai pihak, baik dari
pemerintah, swasta, akademisi, masyarakat maupun pemangku kepentingan terkait. Tiap pihak yang
terkait diwakili oleh berbagai kepentingan dan sektor yang menjadi kewenangan mereka, oleh sebab
itu dibutuhkan suatu payung untuk mewadahi berbagai sektor tersebut sehingga agenda
pembangunan bisa terpadu untuk mencapai tujuan pembangunan yaitu kesejahteraan rakyat.
1. Misi-1
Misi-1 yaitu meningkatkan pelayanan pendidikan dalam rangka terwujudnya mutu
pendidikan, kepemudaan dan keolahragaan yang berdaya saing dicapai melalui Tujuan, strategi dan
arah kebijakan sebagaimana tabel 6.1.
99
Tabel 6.1
Tujuan, Strategi dan Arah Kebijakan Misi-1 tahun 2014-2018
No
1.1
Tujuan
Meningkatkan Mutu
Pendidikan dan mengurangi
jumlah murid putus sekolah
Strategi
Peningkatan mutu guru; peningkatan
Kompetensi pendidikan dan
menyiapkan pendidikan murah
1.2
Menurunkan jumlah
masyarakat buta aksara dan
tidak berijazah
Meningkatkan jumlah tenaga
pengajar bersetifikat dan
meningkatkan pemahaman
terhadap kulikulum
1.4
Pemerataan pelayanaan
tenaga pengajar
1.5
Mempercepat pencapaian
Target MDG's pendidikan
sebesar 100% di tahun 2015
Membina atlet-atlet
berprestasi di daerah untuk
dapat bersaing di kejuaraan
nasional dan dunia
1.3
1.6
Arah Kebijakan
Tahun 2014-2018
peningkatan kualitas
pengajar; tahun 2015
Peningkatan pengawasan
lembaga pendidikan negeri
dan swasta;
Dilaksanakan tahun 1 - 5
dalam bentuk peningkatan
kapasitas dan tes
Meningkatkan jumlah
tenaga pengajar selama
tahun 1-5 sesuai dengan
kompetensi dan kurikulum
pendidikan
Meningkatkan kualitas
pendidikan di seluruh
kabupaten dan kota
2. Misi-2
Misi-2 yaitu meningkatkan derajat dan kualitas kesehatan masyarakat melalui pelayanan
yang dapat dijangkau seluruh masyarakat akan dicapai melalui pencapaain tujuan, pendekatan
strategi dan arah kebijakan sebagaimana tabel 6.2
Tabel 6.2
Tujuan, Strategi dan Arah Kebijakan Misi-2 tahun 2014-2018
No
2.1
Tujuan
Meningkatkan akses dan
mutu pelayanan kesehatan
masyarakat (Bab V; Hal 5)
2.2
Meningkatkan
mutu
pelayanan
RSUD
W.Z.
Johanes sebagai rumah sakit
rujukan daerah dan rumah
sakit pendidikan
Meningkatkan
mutu
pelayanan Posyandu bagi
2.3
Strategi
Peningkatan jumlah,jaringan dan
kualitas sarana dan prasarana
kesehatan, obat dan perbekalan
(Bab IV, hal 6);
Meningkatkan jumlah dan kualitas
puskesmas dan jaringannya
Meningkatkan kualitas manajemen
upaya pelayanan kesehatan
masyarakat di RSUD dan upaya
pelayanan kesehatan rujukan
Arah Kebijakan
Dilaksanakan secara
prioritas pd tahun 1 s/d 3
periode RPJMD
100
No
Tujuan
masyarakat di pedesaan
2.4
Meningkatkan
tenaga
kesehatan secara jumlah
dan mutu tenaga yang
tersebar secara merata di
daerah
Memberdayakan
masyarakat miskin
berpendidikan rendah
untuk meningkatkan akses
terhadap pangan bergizi
dan aman
Meningkatkan akses
penduduk miskin, terutama
anak balita dan ibu hamil
untuk memperoleh
makanan yang aman dan
bergizi cukup serta
mendapatkan intervensi
pelayanan lainnya
Menurunkan AKI dan AKB
2.5
2.6
2.7
2.8
Meningkatkan proporsi
peserta KB Aktif
2.9
Meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang
intervensi pencegahan dan
pengendalian penyakit
menular; Meningkatkan
partisipasi masyarakat
dalam pembangunan
kesehatan
Menurunkan jumlah kasus
penyakit di desa dan
kelurahan
2.10
Strategi
upaya kesehatan berbasis
masyarakat (UKBM) seperti
posyandu, UKS dan Desa Siaga; (Bab
VI, Hal 11)
Meningkatkan akses masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan;
Memenuhi jumlah kebutuhan nakes
pd puskesmas dan RS (Bab VI, hal 10)
Arah Kebijakan
3. Misi-3
Misi-3 yaitu memberdayakan ekonomi rakyat dan mengembangkan ekonomi
keparawisataan dengan mendorong pelaku ekonomi untuk mampu memanfaatkan keunggulan
potensi lokal akan dicapai melalui pencapaain tujuan, pendekatan strategi dan arah kebijakan
sebagaimana tabel 6.3
101
Tabel 6.3
Tujuan, Strategi dan Arah Kebijakan Misi-3 tahun 2014-2018
No
3.1
3.2
3.3
Tujuan
Meningkatkan Produksi
padi dan jagung yang tahan
perubahan iklim
Meningkatkan Luas tanam
komoditas Perkebunan (Ha)
Strategi
Perluasan Areal Pertanian Pangan
dan Budidaya Perikanan
Perbaikan
dan
Pengembangan
Sarana dan Prasarana Pertanian yang
memperhatikan perubahan iklim
Mengembangkan diversifikasi
produk pangan pokok untuk
menurunkan ketergantungan pada
beras.
Meningkatkan kapasitas dan
kerjasama kelembagaan
petani/nelayan untuk melindungi
petani dari permainan harga.
Mengoptimalnya layanan pemasaran
dan distribusi produksi pangan serta
pengolahan hasil dalam rantai usaha
agribisnis.
Percepatan Diversifikasi Pangan
3.4
Meningkatkan Populasi
ternak (ekor)
3.5
Meningkatkan produksi
daging olahan (kg)
Meningkatkan produksi
hutan non kayu
3.6
3.7
Meningkatkan Jumlah
Arah Kebijakan
Perluasan Areal Pertanian
Pangan dan Holtikultura
dalam 5 tahun
Mengembangkan
produk
unggulan daerah berbasis
klaster dan pemberdayaan
ekonomi lokal dalm 5 tahun
Meningkatkan akses
masyarakat terhadap
pangan sebagai sumber
energi maupun protein
hewani selama 5 tahun
Pemberdayaan Ekonomi
102
No
Tujuan
kunjungan wisatawan
3.8
Meningkatkan Jumlah
Akmodasi Pariwisata
Meningkatnya Industri
besar dan Menengah
3.9
3.10
Meningkatnya Prosentase
Desa/ kelurahan ada
Industri Kerajinan rakyat
3.11
Meningkatkan Jumlah
Koperasi
Meningkatnya realisasi
investasi dan kerjasama di
daerah di sektor primer,
sekunder dan tersier
Meningkatnya ketersediaan
data potensi investasi
daerah
Pemberdayaan Tenaga
Kerja
3.12
3.13
3.14
Strategi
berbasis pariwisata bahari dan
kepulauan (coastal tourism).
Arah Kebijakan
Kerakyatan melalui industri
pariwisata selam 5 tahun
Mengembangkan
industri
pengolahan hasil produksi pangan,
ternak dan perikanan skala rumah
tangga ditngkat pedesaan
Pemberdayaan Ekonomi
Kerakyatan melalui
pengembangan industri
berbasis rakyat selama 5
tahun
Membuka
dan
memperluas
pemasaran bagi produk-produk
pertanian dan perikanan serta hasil
industrinya.
Meningkatkan daya saing dan nilai
tambah produk pertanian, perikanan
dan kehutanan
Mengurangi ekonomi biaya tinggi
dalam perdagangan dan distribusi
produk-produk
pertanian
dan
olahannya.
Merevitalisasi institusi ekonomi
Menciptakan iklim investasi dan
usaha yang kondusif dalam sektor
ekonomi unggulan
Pemberdayaan Ekonomi
Kerakyatan
Meningkatkan investasi
selama 5 tahun
Meningkatkan ketrampilan
kerja dan membuka
lapangan kerja pada sektor
ekonomi yang dapat
menyerap tenaga kerja
4. Misi-4
Misi-4 yaitu pembenahan sistem hukum dan reformasi birokrasi daerah akan dicapai
melalui pencapaain tujuan, pendekatan strategi dan arah kebijakan sebagaimana tabel 6.4
Tabel 6.4
Tujuan, Strategi dan Arah Kebijakan Misi-2 tahun 2014-2018
No
4.1
4.2
Tujuan
Menata kelembagaan dan
sumber daya yang ada pada
Pemprov NTT
Menata pengembangan
aparatur Pempprov menuju
aparatur yang profesional
Strategi
Reformasi Birokrasi
Arah Kebijakan
dilaksanakan pada tahun 12
dilaksanakan 5 tahun
103
No
4.3
4.4
4.5
Tujuan
Meningkatkan keselarasan
dan sinkronnya produkproduk hukum, dan
meningkatkan kesadaran
hukum dan HAM masyarakat
Meningkatkan Pemahaman,
kesadaran dan keterlibatan
masyarakat dalam
berdemokrasi
Meningkatkan kualitas
pelayanan publik
4.6
Meningkatkan akuntabilitas
kinerja pemerintah
4.7
Meningkatkan pelaksanaan
dan kepatuhan terhadap
sistem pengawasan internal
4.8
Meningkatkan pelayanan
publik melalui sarana dan
prasarana
aparatur/perkantoran yang
memadai
Strategi
Pengendalian dan penegakkan
produk hukum daerah
Arah Kebijakan
5 tahun
Penguatan
dan
pemberdayaan
masyarakat, institusi, kelompok dan
partai politik
selama 5 tahun
5 tahun
5 tahun
5 tahun
tahun 1-3
5. Misi-5
Misi-5 yaitu mempercepat pembangunan infrastruktur yang berbasis tata ruang dan
lingkungan hidup akan dicapai melalui pencapaain tujuan, pendekatan strategi dan arah kebijakan
sebagaimana tabel 6.5
Tabel 6.5
Tujuan, Strategi dan Arah Kebijakan Misi-5 tahun 2014-2018
No
5.1
Tujuan
Mewujudkan Rencana Tata
Ruang sebagai Dasar dalam
Pelaksanaan Pembangunan
Strategi
Pemanfaatan Ruang Mengacu pada
Rencana Tata Ruang serta Daya
Dukung dan Daya Tampung
Lingkungan
Arah Kebijakan
Dilaksanakan secara
prioritas sampai tahun akhir
rencana, berkaitan dengan
penyelarasan antar
dokumen perencanaan
104
No
Tujuan
Strategi
Arah Kebijakan
dengan tata ruang,
penyusunan review tata
ruang pada tahun awal
RPJM, dan Penyusunan
Rencana Rinci selama 5
tahun
Dilaksanakan dari awal
sampai akhir tahun rencana
5.2
5.3
Meningkatkan Pertumbuhan
Ekonomi dan Pemahaman
Masyarakat akan Pentingnya Rumah
yang Sehat
5.4
5.5
5.6
5.7
5.8
5.9
5.10
5.11
Mewujudkan Penggunanaan
Energi Baru Terbarukan
Menjaga Kelestarian Alam
5.12
105
No
5.13
Tujuan
Akibat Usaha Pertambangan
Mewujudkan Pemeliharaan
Jaringan Irigasi yang Ada
Menjadi Lebih Optimal
Strategi
Pengendalian Usaha Pertambangan
Meningkatkan Pemeliharaan
Jaringan Irigasi
Arah Kebijakan
sampai akhir tahun rencana
Dilaksanakan dari awal
sampai akhir tahun rencana
6. Misi-6
Misi-6 yaitu meningkatkan kualitas kehidupan keluarga, pemberdayaan perempuan, serta
perlindungan dan kesejahteraan anak akan dicapai melalui pencapaain tujuan, pendekatan strategi
dan arah kebijakan sebagaimana tabel 6.6
Tabel 6.6
Tujuan, Strategi dan Arah Kebijakan Misi-6 tahun 2014-2018
No
6.1
6.2
6.3
Tujuan
Meningkatkan
pemberdayaan dan peran
serta perempuan dalam
pembangunan.
Meningkatkan perlindungan
dan kesejahteraan anak
Meningkatkan kualitas
kehidupan keluarga
Strategi
Mendorong pemberdayaan ekonomi
kelompok perempuan
Arah Kebijakan
5 tahun
5 tahun
5 tahun
5 tahun
5 tahun
7. Misi-7
Misi-7 yaitu mempercepat pembangunan kelautan dan perikanan akan dicapai melalui
pencapaain tujuan, pendekatan strategi dan arah kebijakan sebagaimana tabel 6.7
Tabel 6.7
Tujuan, Strategi dan Arah Kebijakan Misi-7 tahun 2014-2018
No
7.1
Tujuan
Meningkatnya Rumah
Tangga Perikanan
Strategi
Membuka lapangan kerja baru pada
sub sektor perikanan dan kelautan
7.2
Meningkatkan ketahanan
pangan dan gizi masyarakat
Membuka
dan
memperluas
pemasaran bagi produk-produk
perikanan dan hasil industrinya.
Meningkatkan pengawasan dan
pengamanan sumberdaya ikan.
Mengembangkan dan menerapkan
inovasi (teknologi) system produksi
7.3
7.4
Arah Kebijakan
Peningkatan kualitas dan
Kuantitas SDM perikanan
dan kelautan selama 5
tahun
Peningkatan produktivitas
sumber daya perikanan dan
kelautan dengan
Mengantisipasi Perubahan
Iklim selama 5 tahun
106
No
7.5
7.6
Tujuan
Meningkatnya
pertumbuhan dan
kontribusi sub sektor
perikanan dan kelautan
Meningkatnya Produktivitas
RT Perikanan
Strategi
yang mengantisipasi perubahan
iklim
Meningkatkan pengawasan dan
pengamanan sumberdaya ikan.
Meningkatkan daya saing dan nilai
tambah produk perikanan dan
kelautan
Arah Kebijakan
8. Misi-8
Misi-8 yaitu mempercepat penanggulangan kemiskinan, bencana dan pengembangan
kawasan perbatasan akan dicapai melalui pencapaian tujuan, pendekatan strategi dan arah
kebijakan sebagaimana tabel 6.8
Tabel 6.8
Tujuan, Strategi dan Arah Kebijakan Misi-8 tahun 2014-2018
No
8.1
8.2
8.3
8.4
Tujuan
Memacu Pertumbuhan
Ekonomi Masyarakat di
Kawasan Khusus dan
Perbatasan
Mewujudkan Ketahanan
Terhadap Bencana
Mengurangi Kesenjangan
Ekonomi
Mewujudkan Pembangunan
Infrastruktur di Wilayah
Perbatasan
Strategi
Meningkatkan Produktivitas dan
Pemberdayaan Masyarakat
Arah Kebijakan
Dilaksanakan dari awal sampai
akhir tahun rencana
107
BAB 7
KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM
PEMBANGUNAN DAERAH
a.
Kebijakan Umum
b.
108
109
110
111
7.
b.
8.
a.
b.
112
c.
Kebijakan umum dan program pembangunan daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur yang diharapkan dapat mewujudkan pencapaian 8 misi
pembangunan daerah tahun 2014-2018 berikut ini:
1. Misi-1, Meningkatkan pelayanan pendidikan dalam rangka terwujudnya mutu pendidikan, kepemudaan dan keolahragaan yang
berdaya saing;
Pencapaian Misi-1 akan diwujudkan melalui pencapaian sasaran sesuai kebijakan umum pembangunan dan program prioritas dengan
target yang ditetapkan secara terukur untuk dapat dicapai melalui SKPD Provinsi sebagaimana Tabel 7.1.
No
Tabel 7.1
Sasaran, Kebijakan Umum.Program prioritas dan target untuk mencapai Misi-1
Sasaran
Kebijakan Umum
Peningkatan kualitas
pengajar, Kompetensi
siswa dan perbaikan
sarana pendidikan
Melakukan pendidikan
paket B dan C kepada usia
> 15 yang tidak memiliki
ijazah
Pemberian honor kepada
guru kontrak dan
Program Prioritas
Indikator Target
Program pengembangan
mutu pendidikan, sadar,
menengah, atas dan Sekolah
luar biasa; Rehabilitasi
sekolah;
Penyelenggaraan kejar
paket B dan C
APK,APM,Proporsi umur
diatas 10 tahun berijazah,
Jumlah Rehab sekolah dan
Jumlah lulusan tes paket B
dan C
Jumlah peserta dan
Tingkat kelulusan peserta
tes
Kondisi
Awal
(2012)
Target
Akhir
(2018)
PPO
Tersedianya tenaga
pendidik yang bermutu
SKPD
Penanggung
Jawab
PPO
113
No
Sasaran
Kebijakan Umum
Penyelengaraan
perlombaan dan
pembinaan altlet-altlet
berbakat di kabupaten dan
kota
Program Prioritas
Indikator Target
Kondisi
Awal
(2012)
Target
Akhir
(2018)
SKPD
Penanggung
Jawab
2. Misi 2, Meningkatkan derajat dan kualitas kesehatan masyarakat melalui pelayanan yang dapat dijangkau seluruh masyarakat;
Pencapaian Misi-2 akan diwujudkan melalui pencapaian sasaran sesuai kebijakan umum pembangunan dan program prioritas
dengan target yang ditetapkan secara terukur untuk dapat dicapai melalui SKPD Provinsi sebagaimana Tabel 7.2.
No
Tabel 7.2
Sasaran, Kebijakan Umum.Program prioritas dan target untuk mencapai Misi-2
Sasaran
Kebijakan Umum
Bertambahnya jumlah
prasarana
kesehatan
sebanyak ...% pada
akhir periode RPJMD
Melakukan koordinasi
dengan Pemerintah
Kabupaten dalam rangka
peningkatan kapasitas
Puskesmas; Bantuan Hibah
pada Puskesmas (Bantuan
operasional puskesmas)
Optimalisasi pemberian
dan pengelolaan Jamkesda
Pemindahan lokasi RSUD
dalam rangka peningkatan
kapasitas dan Mutu RSUD
Meningkatnya
status
rumah
sakit
W.Z.Johanes menjadi
type A & RS Pendidikan
Program Prioritas
Indikator Target
Kondisi
Awal
(2012)
Program Peningkatan
Kesehatan Masyarakat
Meningkatnya pelayanan
RSUD
SKPD
Penanggung
Jawab
Dinas
Kesehatan
RSUD
Program Dukungan
Target
Akhir
(2018)
RSUD
114
No
Sasaran
Kebijakan Umum
Program Prioritas
Indikator Target
Kondisi
Awal
(2012)
Target
Akhir
(2018)
SKPD
Penanggung
Jawab
Manajemen dan
Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya
Meningkatnya jumlah
posyandu
menjadi
10,062
di
akhir
peruiode RPJMD (Bab V,
Hal. 5)
Bertambahynya jumlah
tenaga kesehatan dan
meningkatnya
rasio
ketersediaan
nakes
sebanyak ....% (Bab V;
hal 5)
Menurunnya kasus
balita gizi buruk dan
kurang menjadi 0,76%
dan 7,64% pada akhir
periode RPJMD (Bab V.
Hal. 5)
Program Pengembangan
dan Pemberdayaan SDM
Kesehatan
Meningkatnya proporsi
tenaga kesehatan di NTT
Dinkes
Meningkatnya proporsi
status gizi balita
Dinkes
Program Peningkatan
Ketahanan Pangan
Pertanian Perkebunan
Program Peningkatan
Kesehatan Ibu dan Anak
BKP2
Menurunnya kasus
kematian ibu dan anak
Dinkes
Program Peningkatan
Kesehatan Ibu dan Anak
Dinkes
115
No
Sasaran
Kebijakan Umum
RPJMD
Meningkatnya proporsi
peserta
KB
aktif
menjadi 85% pd akhir
periode RPJMD (Bab v.
Hal 5)
Menurunnya
jumlah
temuan kasus baru
Malaria,
TBC
dan
HIV/AIDS, ......% setiap
tahunnya
Meningkatnya
penanganan
orang
dengan
penyakit
Malaria,
TBC
dan
HIV/AIDS
setiap
tahunnya.
Memasyarakatkan
Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS)
Program Prioritas
Indikator Target
Kondisi
Awal
(2012)
Program Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan
SKPD
Penanggung
Jawab
Dinkes
Program Peningkatan
Kesehatan Masyarakat
Target
Akhir
(2018)
116
3. Misi 3, Memberdayakan ekonomi rakyat dan mengembangkan ekonomi keparawisataan dengan mendorong pelaku ekonomi untuk
mampu memanfaatkan keunggulan potensi lokal;
Pencapaian Misi-3 akan diwujudkan melalui pencapaian sasaran sesuai kebijakan umum pembangunan dan program prioritas
dengan target yang ditetapkan secara terukur untuk dapat dicapai melalui SKPD Provinsi sebagaimana Tabel 7.3.
No
Tabel 7.3
Sasaran, Kebijakan Umum.Program prioritas dan target untuk mencapai Misi-3
Sasaran
Kebijakan Umum
Peningkatan
Produksi
Padi/gabah (ton) dan
Produksi Jagung (ton)
dari
1.327.952
ton
menjadi 1.605.886 ton
Peningkatkan Luas
tanam komoditas
Perkebunan kelapa,
jambu mete, kemiri,
pinang, vanili, cengkeh,
kopi, kakao) dari 463.666
ha menjadi 594.823 ha
Program Prioritas
Indikator Target
Kondisi
Awal
(2012)
Target
Akhir
(2018)
SKPD
Penanggung
Jawab
Dinas
Pertanian dan
Perkebunan
Program Peningkatan
Produksi dan Produktifitas
Tanaman Pangan dan
Hortikultura
Meningingkatnya produksi
dan produktivitas
tanaman pangan unggulan
(Jagung & Padi)
Program Peningkatan
Produksi dan Produktifitas
Tanaman Perkebunan
Meingkatnya penggunaan
teknoligi pertanian dalam
pengelolaan tanaman
perkebunan
Dinas
Pertanian dan
Perkebunan
Program Pengembangan
Meningkatnya
Dinas
117
No
Sasaran
Kebijakan Umum
Program Prioritas
Benih dan Pembibitan
Program Peningkatan
Ketahanan Pangan
Pertanian Perkebunan
Program Peningkatan
Penyuluhan Usaha Tani
Indikator Target
Meningkatkan sektor
peternakan yang
terintegrasi dengan
perindustrian serta
mendorong peningkatan
produksi sektor peternakan
untuk swasembada daging
melalui pembangunan
sarana prasarana
Program Peningkatan
Produksi Hasil Peternakan
Target
Akhir
(2018)
Peningkatan Populasi
ternak sapi, kerbau,
kuda, kambing/domba,
babi dari 2.608.064 ekor
menjadi 4.050.473 ekor
Kondisi
Awal
(2012)
SKPD
Penanggung
Jawab
Pertanian dan
Perkebunan
BKP2
BKP2
128
290
BKP2
194
326
BKP2
110
800
BKP2
Meningkatnya produksi
dan produktifitas ternak
Dinas
Peternakan
118
No
Sasaran
Kebijakan Umum
Program Prioritas
Indikator Target
Kondisi
Awal
(2012)
Target
Akhir
(2018)
SKPD
Penanggung
Jawab
pembibitan, distribusi
vaksin dan pakan ternak,
pengawasan perdagangan
ternak dan penerapan
teknologi tepat guna
Peningkatan produksi
daging olahan dari . Kg
menjadi . Kg
Peningkatan
Produksi
Kayu-kayuan
(Kayu
Rimba Persegi, Kayu Jati
Persegi, Mahoni Olahan)
dari 32.173 M3 menjadi
41.823 M3
Meningkatkan
produksi
hasil
hutan
melalui
pembuatan
pembibitan
benih tanam kehutanan
dan pengelolaan Cendana
Lestari serta reboisasi
dalam upaya konservasi
wilayah tangkapan air
Peningkatan
Produksi
non kayu (asam isi, asam
biji, kemiri isi, kemiri biji)
dari
4.658.592
ton
menjadi 5.357.381 ton
Peningkatan
Jumlah
kunjungan
wisatawan
mancanegara
dari
48,608 menjadi 162,231
org dan domestik dari
338,472
menjadi
643,097
org
serta
Meningkatkan kunjungan
wisatawan mancanegara
dan domestik melalui
pengembangan potesni
pariwisata
Meningkatnya tingkat
penanganan penyakit
ternak
Meningkatnya penertiban
sumber daya hutan
Dinas
Kehutanan
Meningkatnya luas
wilayah hutan yg
doknservasi
Dinas
Kehutanan
Program Pengelolaan
Kekayaan Budaya
Meningkatnya
pengelolaan obyek budaya
Dinas
Kebudayaan
dan Pariwisata
Dinas
Peternakan
Dinas
Peternakan
119
No
Sasaran
Kebijakan Umum
peningkatan
rata-rata
lama menginap dari 2,25
menjadi 2,75 hari
Peningkatan
Jumlah
hotel, losmen dari 276
menjadi 301 unit beserta
peningkatan
jumlah
kamar
dari
5.147
menjadi 6.691 buah dan
tempat tidur dari 9.044
menjadi 13.114 unit
Peningkatan
Jumlah
Industri dari 24 menjadi
32 (unit dan tenaga kerja
dari 1,681 menjadi 1,714
(org)
Peningkatan prosentase
industri kerajinan rakyat
Peningkatan Jumlah
Koperasi dari 2534
menjadi 3570 unit;
Jumlah Anggita Koperasi
Mengembangkan industri
pengolahan hasil produksi
pangan,
ternak
dan
perikanan
berbasis
masyarakat
dengan
meningkatkan daya saing,
nilai
tambah
dan
memperluas pemasaran
Program Prioritas
Indikator Target
Kondisi
Awal
(2012)
Target
Akhir
(2018)
SKPD
Penanggung
Jawab
Program Pengembangan
Kemitraan Kebudayaan,
destinasi dan Promosi
Pariwisata
1. Meningkatnya
kerjasama promosi wisata
antar daerah;
2. Meningkatnya cakupan
promosi obyek wisata
daerah
Dinas
Kebudayaan
dan Pariwisata
Program Pengembangan
Industri Kecil dan Menengah
Meningkatnya omzet
penjualan industri kecil
dan menengah yg dibina
Dinas
Perindustrian
dan
Perdagangan
Program Perlindungan
Konsumen dan Pengamanan
Perdagangan
Program Peningkatan
Perdagangan Dalam Negeri
dan Luar Negeri
Meningkatnya
perlindungan konsumen
terhadap kecurangan
pedagang
Meningkatnya nilai
eksport perdagangan
produk NTT
Dinas
Perindustrian
dan
Perdagangan
Dinas
Perindustrian
dan
Perdagangan
Meningkatnya proporsi
jumlah koperasi yang aktif
Dinas Koperasi
dan Usaha
Mikro Kecil
120
No
Sasaran
Kebijakan Umum
Program Prioritas
Indikator Target
Kondisi
Awal
(2012)
Target
Akhir
(2018)
SKPD
Penanggung
Jawab
Meningkatkan promosi
dan kerjasama investasi
di
sektor
primer,
sekunder dan tersier
Mengembangkan sistem
data dalam upaya
meningkatkan Investasi
Daerah
Program pengembangan
usaha kecil menengah
Meningkatnya aktifitas
usaha UMKM
Tersalurnya bantuan
untuk koperasi
Meningkatnya realisasi
investasi dan kerjasama di
daerah
Program Peningkatan
Investasi Daerah
Meningkatnya
ketersediaan data potensi
investasi daerah
Dinas Koperasi
dan Usaha
Mikro Kecil
Badan
Koordinasi
Penanaman
Modal Daerah
Badan
Koordinasi
Penanaman
Modal Daerah
Badan
Koordinasi
Penanaman
Modal Daerah
Kantor
Pelayanan
Perijinan
Terpadu Satu
Pintu
Kantor
Pelayanan
Tersedianya informasi
peluang usaha
sektor/bidang unggulan
Program Pengembangan
Data Informasi Perijinan
Investasi
Program Peningkatan
Kualitas Pelayanan Perijinan
Meningkatnya pelayanan
perijinan
121
No
Sasaran
Desa/kelurahan yang
memiliki lembaga
pelatihan (%)
Kebijakan Umum
Pendampingan terhadap
calon TKW/TKI dan
perluasan ketrampilan
usaha dalam meningkatkan
investasi pada sektor yang
dapat menyerap banyak
tenaga kerja
Program Prioritas
Program Pengembangan
dan Pembinaan Wilayah
Transmigrasi
Indikator Target
Kondisi
Awal
(2012)
Meningkatnya jumlah
angkatan kerja yg memiliki
ketrampilan
Target
Akhir
(2018)
SKPD
Penanggung
Jawab
Perijinan
Terpadu Satu
Pintu
Dinas Tenaga
Kerja dan
Transmigrasi
Dinas Tenaga
Kerja dan
Transmigrasi
Dinas Tenaga
Kerja dan
Transmigrasi
Dinas Tenaga
Kerja dan
Transmigrasi
Dinas Tenaga
Kerja dan
Transmigrasi
122
4.
Pencapaian Misi-4 akan diwujudkan melalui pencapaian sasaran sesuai kebijakan umum pembangunan dan program prioritas
dengan target yang ditetapkan secara terukur untuk dapat dicapai melalui SKPD Provinsi sebagaimana Tabel 7.4.
No
Tabel 7.4
Sasaran, Kebijakan Umum Program prioritas dan target untuk mencapai Misi-4
Sasaran
Kebijakan Umum
Terwujudnya penataan
kelembagaan
dan
sumber
daya
pada
pemprov NTT
Program Prioritas
Program Penataan
Kelembagaan Dan
Ketatalaksanaan
aparatur
Pembenahan terhadap
Terlaksananya penataan
kelembagaanyang
ditunjukkan dengan perda
ttg penataan kelembagaan
Kondisi
Awal
(2012)
Target
Akhir
(2018)
Revisi
perda
SKPD
Penanggung
Jawab
Biro Organisasi
Meningkatnya efisiensi
dan kinerja perangkat
organisasi daerah
Fasilitasi Penataan,
Pembinaan dan
Pengendalian Kelembagaan,
Anjab dan ABK Kabupaten
/Kota se NTT
Terwujudnya
Indikator Target
Terbina dan
terfasilitasinya penataan
dan pengendalian
kelembagaan , anjab dan
ABK Kab/kota se-NTT
Biro orgnisasi
123
No
Sasaran
yang profesional
Kebijakan Umum
pola pembinaan karir PNS
Redistribusi PNS;
Pemberian motivasi
berupa penghargaan
kepada yang berprestasi,
peningkatan
kesejahteraan PNS dan
penjatuhan hukuman
kepada yang melanggar
aturan
Program Prioritas
Kondisi
Awal
(2012)
Target
Akhir
(2018)
Kesra PNS
pendidikan penjenjangan
struktural
Meningkatnya
pengetahuan dan
ketrampilan PNS
Meningkatnya
pengetahuan dan
ketrampilan PNS
Biro
Kepegawaian
Biro
Kepegawaian
SKPD
Penanggung
Jawab
Pengembangan Aparatur
Program Pendidikan
Kedinasan
Memberikan kesempatan
kepada pejabat untuk
mengikuti pendidikan dan
pelatihan kepemimpinan
serta diklat teknis
fungsional
Indikator Target
Biro
kepegawaian,
BP4D
Biro
Kepegawaian
Biro
Kepegawaian
124
No
Sasaran
1) Terwujudnya
sinkronisasi antara
produk hukum daerah
Kebijakan Umum
Pengendalian penegakkan
produk hukum daerah
2) Terwujudnya
ketentraman dan
ketertiban umum
3) Meningkatnya
partisipasi dan
kesadararan masyarakat
akan hukum serta HAM
Meningkatnya partisipasi
masyarakat dalam
berdemokrasi
1. Memberikan bantuan
keuangan kepada partai
politik
Program Prioritas
Daerah
1) Program Penataan
Peraturan Perundangundangan;
Indikator Target
2) Program Peningkatan
Kesadaran Hukum
Masyarakat
Meningkatnya
ketersediaan perangkat
aturan perundangan yg
dibbutuhkan
1. Meningkatnya
penyebaran informasi
tentang Perda baru;
Program pemeliharaan
ketahanan dan kenyamanan
lingkungan
2. Meningkatnya
penyebaran informasi
tentang perundangan yg
baru
Menurunnya tingkat
gangguan ketertiban di
daerah
Program Peningkatan
Keamanan dan Kenyamanan
Lingkungan
Program Penyandang
penyakit sosial
Program pengembangan
wawasan kebangsaan dan
politik
Kondisi
Awal
(2012)
Target
Akhir
(2018)
Badan
Kesatuan
Bangsa Politik
dan
Perlindungan
Masyarakat
Satuan Polisi
Pamong Praja
Satuan Polisi
Pamong Praja
Badan
Kesatuan
Bangsa Politik
dan
Perlindungan
Masyarakat
2) Melakukan advokasi,
pendampingan,dan
SKPD
Penanggung
Jawab
125
No
Sasaran
Kebijakan Umum
fasilitasi kepada
masyarakat, institusi dan
partai politik, sekaligus
meningkatkan kapasitas
kelembagaan DPRD
a) meningkatkan peran
DPRD dalam
memperjuangkan
anggaran pendidikan dan
kesehatan; b)
meningkatkan peran DPRD
dalam menghasillkan
Peraturan Daerah (Perda)
yang berasal dari hak
inisiatif; dan c)
meningkatkan peran DPRD
dalam menghasilkan
rekomendasi kepada
eksekutif sebagai tindak
lanjut dari aspirasi
masyarakat.
a) meningkatkan fasilitas
bagi kelompok
penyandang cacat dalam
menggunakan hak
memilih; b)
memperbaiki/meningkatk
an kualitas daftar pemilih
tetap (DPT); dan c)
mendorong peningkatan
jumlah/persentase
perempuan dalam
Program Prioritas
Peningkatan kapasitas
kelembagaan DPRD
Indikator Target
Kondisi
Awal
(2012)
Target
Akhir
(2018)
SKPD
Penanggung
Jawab
DPRD/Setwan
Setwan
126
No
Sasaran
Terwujudnya pelayanan
publik yang memenuhi
SPM dan SPD
Kebijakan Umum
keanggotaan DPRD
provinsi.
Meningkatkan kualitas
layanan publik dalam hal
perijinan, layanan
kesehatan, layanan sosial,
ketenagakerjaan,informasi
dan komunikasi dan
ketenagakerjaan.
Program Prioritas
Program Peningkatan
Kualitas Pelayanan Perijinan
Program Pengembangan
Data Informasi Perijinan
Investasi
Program Peningkatan
Komunikasi dan Informasi
Daerah
Program Kerjasama
Informasi dan Media Massa
Program Pengembangan
Informasi Pembangunan
Daerah
Meningkatkan
kualitas
perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi
pembangunan
Program Pembinaan
Pengembangan dan
Perlindungan KORPRI
Program Peningkatan
Pelayanan Kedinasan Kepala
Daerah Wakil Kepala Daerah
Program Peningkatan
Indikator Target
Kondisi
Awal
(2012)
Target
Akhir
(2018)
SKPD
Penanggung
Jawab
Meningkatnya pelayanan
perijinan
KP2TSP
Meningkatnya
kemampuan aparat
pengelola komunikasi dan
informasi
Kominfo
Meningkatnya persebaran
informasi pembangunan di
media masa
Kominfo
Terfasilitasinnya
pembinaan Korpri
KORPRI
Biro Umum
127
No
Sasaran
Kebijakan Umum
Program Prioritas
Indikator Target
Program Koordinasi
Peningkatan Kesejahteraan
Masyarakat
Program Peningkatan
Kerukunan Hidup Umat
Beragama
Program Peningkatan
Kerjasama Antar
Pemerintah Daerah
Target
Akhir
(2018)
SKPD
Penanggung
Jawab
Biro Pem
Biro Kesra
Biro Kesra
Meningkatnya kerjasama
antar pemerintah daerah
Biro Pem
Terfasilitasinya kerjasama
antar daerah
Meningkatnya fasiliitasi
koordinasi daerah dengan
K/L
Biro Pem
Program Pengendalian
Administrasi Pembangunan
Daerah
Meningkatnya
pengelolaan program dan
kegiatan SKPD
Biro AP
Program Pengembangan
Data/Informasi Penelitian
dan Pembangunan
Badan
Pendidikan
Pelatihan
Penelitian dan
Pengembanga
Program Peningkatan
Kerjasama Antar
Pemerintah Daerah dan
Pemerintah Pusat
Menerapkan egovernment dan
penggunaan teknologi
informasi untuk
meningkatkan kualitas
layanan administrasi.
Kondisi
Awal
(2012)
Kantor
Penghubung
128
No
Sasaran
Kebijakan Umum
Program Prioritas
Program Peningkatan
Komunikasi dan Informasi
Daerah
Program Pengembangan
Data/Informasi
Pembangunan Daerah
Program Pemberdayaan dan
Pengembangan Masyarakat
Pedesaan
Program Peningkatan
Kapasitas Kelembagaan
Sosial Ekonomi dan
Aparatur Desa
Program Pengembangan
Kemitraan dan Teknologi
Pedesaan
Program peningkatan sistem
informasi administrasi dan
kearsipan
Program Pembinaan dan
Pengembangan Aparatur
Program Perencanaan dan
Evaluasi Pembangunan
Daerah
Program Dukungan
Manajemen Kerjasama
Pembangunan Daerah
Indikator Target
Kondisi
Awal
(2012)
Target
Akhir
(2018)
Meningkatnya
kemampuan aparat
pengelola komunikasi dan
informasi
Meningkatnya
penggunaan TIK dalam
pelayanan pemerintahan
1. Meningkatnya
kemampuan aparat dan
kader desa;
Meningkatnya kualitas
pelaksanaan program
pemberdayaan
masyarakat desa (PNPM)
Meningkatnya
penggunaan TTG di
wilayah pedesaan
Tersedianya arsip daerah
yang lengkap dan terkini
SKPD
Penanggung
Jawab
n Daerah
Kominfo
Kominfo
BPMPD
BPMPD
BPMPD
Badan Arsip
Meningkatnya
pemahaman aparatur
terhadap pentuingnya
arsip
Meningkatnya keselarasan
perencanaan
pembangunan daerah dan
pusat
Meningkatnya keselarasan
perencanaan
pembangunnan antara
Badan Arsip
Bappeda
Bappeda
129
No
Sasaran
Kebijakan Umum
Program Prioritas
Dengan Lembaga
Internasional
Program Desa Mandiri
Anggur Merah
Meningkatnya
sistem
akuntabilitas
pengelolaan
pemerintahan di Provinsi
Nusa Tenggara Timur
Terbangunnya
sistem
pengawasan
internal
pada
setiap
SKPD
Pemprov
1) Meningkatkan tertib
perencanaan, 2)
Meningkatkan tertib
pengelolaan keuangan
daerah (pendapatan,
belanja, pembiayaan dan
aset daerah), 3)
Meningkatkan tertib
pelaporan
Peningkatan Sistem
Pengawasan Internal dan
Pengendalian Pelaksanaan
Kebijakan KDH
Peningkatan
Profesionalisme Tenaga
Pemeriksa dan Aparatur
Pengawasan
Program peningkatan dan
Pengembangan pengelolaan
keuangan daerah
Program pembinaan dan
fasilitasi pengelolaan
keuangan kabupaten kota
Indikator Target
Kondisi
Awal
(2012)
Target
Akhir
(2018)
SKPD
Penanggung
Jawab
Bappeda, Biro
Keuangan
2) kualifikasi SDM
Pengawas;
Inspektorat
Meningkatnya
pengelolaan keuangan
daerah sesuai aturan yg
berlaku
Meningkatnya
pengelolaan keuangan
daerah kabupaten dan
kota
Meningkatnya predikat
dalam akuntabilitas
anggaran maupun
program (Opini BPK)
Meningkatnya penerimaan
Inspektorat,
Biro Keuangan
Biro Keuangan
DPPAD
130
No
Sasaran
Kebijakan Umum
Program Prioritas
Pengembangan pengelolaan
keuangan daerah dan
Penataan Aset
Tersedianya
sarana
parasarana
aparatur/perkantoran
yang memadai
5.
Indikator Target
Kondisi
Awal
(2012)
Target
Akhir
(2018)
SKPD
Penanggung
Jawab
PAD
1) Pembangunan gedung
kantor' 2) Menyediakan
pemeliharaan gedung
kantor yang mencukupi
Misi 5, Mempercepat pembangunan infrastruktur yang berbasis tata ruang dan lingkungan hidup;
Pencapaian Misi-5 akan diwujudkan melalui pencapaian sasaran sesuai kebijakan umum pembangunan dan program prioritas
dengan target yang ditetapkan secara terukur untuk dapat dicapai melalui SKPD Provinsi sebagaimana Tabel 7.5.
No
Sasaran
5,1
5,2
Terciptanya Konektivitas
Tabel 7.5
Sasaran, Kebijakan Umum Program prioritas dan target untuk mencapai Misi-5
Kebijakan Umum
Menyelaraskan kebijakan
penataan ruang Nasional,
wilayah Propinsi dan
wilayah Kabupaten/Kota;
Melakukan review
Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi NTT,
sesuai dengan regulasi dan
kondisi terkini serta
Penyusunan Rencana Rinci
Tata Ruang;
Meningkatkan Penataan
Program Prioritas
Indikator Target
Program Pengembangan
Data Perencanaan dan
Pembinaan Tata Ruang;
Kesesuaian Pemanfaatan
Ruang Sesuai Rencana
Tata Ruang dan
Kesesuaian Rencana Tata
Ruang Provinsi dengan
Kab/Kota serta dengan
Dokumen RPJPD dan
RPJMD Meningkat
Program Pembangunan
Kondisi
Awal
(2012)
45%
Target
Akhir
(2018)
90%
1330.46
SKPD
Penanggung
Jawab
Bappeda dan
Dinas Pekerjaan
Umum
Dinas PU
131
No
Sasaran
Antar Desa
5,3
5,4
5,5
5,6
Peningkatan Jumlah
Rumah Layak Huni
Kebijakan Umum
Sistem Trasportasi di
Provinsi NTT yang di
fokuskan pada
Konektivitas antar Wilayah
melalui Pembangunan
Sarana dan Prasarana
Trasportasi Antar Desa
Pembangunan Rumah
Layak Huni bagi
Masyarakat
Berpenghasilan Rendah
khususnya di Kawasan
Perdesaaan
Program Prioritas
Jalan dan Jembatan;
Program Peningkatan
Sarana dan Prasarana
kePUan
Program Pengembangan
Perumahan dan
Permukiman
Program Pengembangan
Sarana Dan Prasarana
Pedesaan;
Program Pelayanan Air
Minum
Program Pengolahan Air
Baku dan Pengolahan Air
Tanah;
Program Pengembangan
Pemanfaatan dan
Penertiban sumber Daya
Hutan
Indikator Target
Target
Akhir
(2018)
Jembatan;
Kondisi
Awal
(2012)
Km
Peningkatan Jumlah
Rumah Layak Huni
.Unit/8
9.82%
..Unit
/98.9
Peningkatan
Pembangunan Perumahan
dan Air Minum
Peningkatan Presentase
Jumlah Akses Air Bersih
pada Masyarakat
berdasarkan rumah tangga
Peningkatan Kualitas dan
Debit Air Baku
46%
SKPD
Penanggung
Jawab
Dinas PU dan
Dinas
Transmigrasi
Tenaga Kerja
Dinas PU dan
Dinas
Kesehatan
Volume
Volume
Dinas PU
Ha/Km2
Ha/Km
2
Dinas
Kehuatanan
132
No
5,7
Sasaran
Kebijakan Umum
pelestarian kawasan
Hutan
Mengurangi Tingkat
Kerusakan Hutan dengan
upaya rehabilitasi dan
konservasi
Kualitas Sanitasi
Lingkungan yang
Memadai
5,8
5,9
Penyediaan Transportasi
Publik yang aman, nyaman
dan terjangkau
dikhususkan pada
Pembangunan, Perbaikan
Terminal serta Peninkatan
Daya Angkut
Meningkatkan
pemahaman tentang
kerentanan dan
keterlibatan masyarkat
dalam penyusunan
rencana adaptasi
perubahan iklim pada
perkotaan dan perdesaan
Program Prioritas
Indikator Target
Pengurangan Kerusakan
Hutan
Kondisi
Awal
(2012)
Target
Akhir
(2018)
SKPD
Penanggung
Jawab
Dinas
Kehutanan dan
BLHD
Dinas
Kesehatan
Peningkatkan Jumlah
Simpul Transportasi
Jumlah
Jumlah
Dinas
Perhubungan
dan Dinas
Pekerjaan
Umum
Program Peningkatan
pelayanan Angkutan
Program pembentukan
system informasi dan
komunikasi Ketahanan
Perubahan Iklim berbasis
Masyarakat;
Peningkatan Kualitas
Moda Angkutan Publik
Peningkatan informasi,
pemahaman serta
pemberdayaan
masyarakat dalam upaya
penurunan dampak
perubahan iklim
Daya
Angkut
Daya
Angkut
Dinas
Perhubungan
Dinas PU, Dinas
Perikanan
Keluatan, Dinas
Pertanian
Perkebunan,
Dinas
Peternakan,
Dinas
Pertambangan
Energi
Dinas PU,
Kesehatan,
Perikanan
133
No
5.1
0
Sasaran
Perlindungan dan
Pengawasan Habitat
Laut
5.1
1
Pemanfaatan
Penggunanaan Energi
Baru Terbarukan
5.1
2
Pemanfaatan Sumber
Daya Alam
Pertambangan dan
Peningkatan Kelestarian
Lingkungan akibat
Kebijakan Umum
Menjaga kelestarian
pesisir laut dari kerusakan
dengan upaya penyusunan
rencana zonasi pesisir laut
serta penguatan kapasitas
kelembagaan untuk
perlindungan pesisir laut
Pemanfaatan Sumberdaya
Alam yang
mempertimbangkan aspek
daya dukung lingkung
lingkungan
Penggunaan Sumber
Energi yang Terbarukan
serta pengurangan
penggunaan energi Fosil
dikhususkan pada
Pembangunan Pembangkit
Listrik Tenaga Surya dan
Air
Peningkatan Pemanfaatan
SDA Pertambangan
khususny Perijinan dan
Pegawasan Usaha
Pertambangan guna
Program Prioritas
Indikator Target
Program Perlindungan
Pemulihan Konservasi
Sumber Daya Alam dan
Lingkungan Hidup,
Penurunan Kerusakan
Pesisir dan Laut
Program Peningkatan
Pengendalian Pemanfaaatan
Sumber Daya Alam dan
Lingkungan Hidup
Tingkat Pemanfaatan
lingkungan
Program Pembinaan
Pengawasan Dan Penertiban
Usaha Pertambangan Dan
Migas
Kondisi
Awal
(2012)
Target
Akhir
(2018)
SKPD
Penanggung
Jawab
Keluatan,
Pertanian
Perkebunan,
Peternakan,
Dan
Pertambangan
Energi
BLHD , Dinas
Perikanan
Kelautan
BLHD , Dinas
Perikanan
Kelautan
kwh
kwh
Dinas
Pertambangan
Dinas
Pertambangan
dan BLHD
134
No
Sasaran
Pertambangan
5.1
3
Pemeliharaan Jaringan
Irigasi yang Ada Menjadi
Lebih Optimal
Kebijakan Umum
mencapai keseimbangan
antara Pemanfaatan dan
Pelestarian Lingkungan
Pembangunan dan
Pemeliharaan Jaringan
Irigasi
Program Prioritas
Program pengembangan
dan pengelolaan jaringan
irigasi rawa dan jaringan
pengairan lainnya
Indikator Target
Pengurangan Persentase
Kerusakan Irigasi dan
Jaringan Irigasi Lainnya
Kondisi
Awal
(2012)
Target
Akhir
(2018)
SKPD
Penanggung
Jawab
Dinas PU
6. Misi 6, Meningkatkan kualitas kehidupan keluarga, pemberdayaan perempuan, serta perlindungan dan kesejahteraan anak;
Pencapaian Misi-6 akan diwujudkan melalui pencapaian sasaran sesuai kebijakan umum pembangunan dan program prioritas
dengan target yang ditetapkan secara terukur untuk dapat dicapai melalui SKPD Provinsi sebagaimana Tabel 7.6.
No
Sasaran
Meningkatnya
pemberdayaan
perempuan
yang
ditandai meningkatnya
kelompok
usaha
perempuan
dari...
Menjadi...
Meningkatnya
peran
serta perempuan dalam
pembangunan dengan
indikasi
1) jumlah
Tabel 7.6
Sasaran, Kebijakan Umum.Program prioritas dan target untuk mencapai Misi-6
Kebijakan Umum
Penguatan kapasitas
Kelompok ekonomi
perempuan
Program Prioritas
Program Penguatan
Kelembagaan
Pengarusutamaan Gender
dan Anak
Indikator Target
Kondisi
Awal
(2012)
Target
Akhir
(2018)
Meningkatnya
perlindungan anak dan
perempuan
Penguatan Kapasitas
Perempuan NTT
135
SKPD
Penanggung
Jawab
Biro
Pemberdayaan
Perempuan
No
Sasaran
Kebijakan Umum
Program Prioritas
Indikator Target
Kondisi
Awal
(2012)
Target
Akhir
(2018)
SKPD
Penanggung
Jawab
perempuan diparlemen
mencapai 30% ; 2)
perempuan
yang
menduduki
jabatan
dalam pemerintahan
Meningkatnya
perlindungan
dan
kesejahteraan anak yang
diindikasikan dengan : 1)
menurunnya
jumlah
anak
jalanan,
2)
menurunnya
jumlah
anak putus sekolah; 3)
Menurunnya
jumlah
pekerja anak
Meningkatnya
perlindungan anak dan
perempuan
Biro
Pemberdayaan
Perempuan
136
Tabel 7.7
Sasaran, Kebijakan Umum Program prioritas dan target untuk mencapai Misi-7
Sasaran
Kebijakan Umum
Peningkatan
rumah
tangga perikanan laut
dan perikanan darat dari
32.417 menjadi 40.884
rumah tangga perikanan
Meningkatkan
investasi
sektor perikanan dan
kelautan dalam rangka
perluasan pemasaran dan
daya saing hasil perikanan
serta membuka lapangan
kerja baru
Program Prioritas
Indikator Target
Program Pengembangan
Perikanan Tangkap
Meningkatnya jumlah
sarana dan prasarana alat
tangkap ikan
Program Pengembangan
Perikanan Budidaya
Terpenuhinya kebutuhan
bibit ikan
Pengembangan produksi
perikanan tangkap
Program Pengembangan
Penyuluhan Kapasitas
Kelembagaan dan
Pemasaran Produksi
Perikanan
Kondisi
Awal
(2012)
Target
Akhir
(2018)
Dinas Kelautan
dan Perikanan
97,797
113,278
Meningkatnya penjualan
produk perikanan NTT
Dinas Kelautan
dan Perikanan
Dinas Kelautan
dan Perikanan
Peningkatan Kontribusi
Sektor perikanan dari
SKPD
Penanggung
Jawab
Dinas Kelautan
dan Perikanan
137
No
Sasaran
Kebijakan Umum
Program Prioritas
Indikator Target
Kondisi
Awal
(2012)
Target
Akhir
(2018)
SKPD
Penanggung
Jawab
No
8,1
Tujuan
Memacu Pertumbuhan
Ekonomi Masyarakat di
Kawasan Khusus dan
Perbatasan
Tabel 7.8
Sasaran, Kebijakan Umum Program prioritas dan target untuk mencapai Misi-8
Kebijakan Umum
Meningkatnya
Produktivitas dan
Partisipasi Masyarakat
khususnya di Desa
Terpadu Anggur Merah
yang terpadu dengan
kegiatan pembangunan
infrastruktur
Program Prioritas
Indikator Target
Kondisi
Awal
(2012)
Target
Akhir
(2018)
Program Peningkatan
Kapasitas Kelembagaan
Sosial Ekonomi Dan
Aparatur Desa
Tingkat Partisipasi
Masyarkat dalam
Pembangunan
Peningkatan
Perekonomian
SKPD
Penanggung
Jawab
Bappeda, Badan
Perbatasan
Bappeda, BPMD,
Badan Perbatasan
138
No
Tujuan
Kebijakan Umum
Program Prioritas
8,2
Mewujudkan Ketahanan
Terhadap Bencana
8,3
Mengurangi
Kesenjangan Ekonomi
8,4
Mewujudkan
Pembangunan
Infrastruktur di Wilayah
Perbatasan
Meningkatnya Upaya
Mitigasi dan Adaptasi
terhadap Bencana yang
merupakan kewenangan
provinsi
Mengurangi Kesenjangan
Pendapatan Per kapita
masyarkat perbatasan
dengan ditandai dengan
menurunnya indeks
ketimpangan pendapatan
dari .menjadi .
Pembangunan Infastruktur
di Wilayah Perbatasan
baik batas antar
kabupaten/Kota maupun
antar negara yang
merupakan kewenangan
provinsi
Program Pengembangan
Wilayah Perbatasan
Indikator Target
Kondisi
Awal
(2012)
Target
Akhir
(2018)
Masyarakat Desa
Jumlah Desa Tangguh
Bencana dan Jumlah
Kegiatan Fasilitasi
kesiapsiagaan
SKPD
Penanggung
Jawab
Badan
Penanggulangan
Bencana
Persentase Dukungan
SAPRAS pada Kawasan
Perbatasan
139
BAB 8
INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS
YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN
8.1. Kebijakan Program Prioritas
Untuk mewujudkan tujuan dan sasaran setiap misi serta kebijakan yang telah dijelaskan
sebelumnya, disusun program-program pembangunan sesuai dengan bidang urusan pemerintahan
selama periode lima tahun, dengan prioritas program beserta indikator kinerja program. Dalam
perencanaan pembangunan lima tahunan daerah, ditetapkan program-program pembangunan
daerah, yaitu program yang merupakan prioritas kepala daerah terpilih untuk mencapai visi dan misi
yang telah ditetapkan, serta program penyelenggaraan pemerintahan, yang merupakan program
prioritas SKPD berkaitan dengan kewenangan serta tugas pokok dan fungsi SKPD yang mendukung
pencapaian visi dan misi kepala daerah.
RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2014 2018 memuat Program pembangunan
daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur diarahkan untuk mencapai 6 tekad Pemerintah Provinsi Nusa
Tenggara Timur, yaitu :1) Menjadikan NTT sebagai provinsi jagung, 2) Menjadikan NTT sebagai
provinsi ternak, 3) Menjadikan NTT sebagai provinsi koperasi, 4) Mengembalikan keharuman
Cendana di Provinsi NTT, 5) Meningkatkan produksi perikanan, dan 6) Meningkatkan pariwisata NTT
140
Tabel 8.1
Indikasi Rencana Program yang Disertai Kebutuhan Pendanaan
BU
Program Prioritas
Pembangunan
Indikator Kinerja
Program
(Outcome)
Rumus Indikator
2
Program
Pelayanan
Administrasi
Perkantoran dan
Pelaporan Capaian
Kinerja
3
1. Terpenuhinya
kebutuhan
administrasi
perkantoran selama
12 bulan;
2. Terlaporkannya
kinerja dan
keuangan SKPD
secara berkala dan
tepat waktu
4
1. administrasi
perkantoran yg tersedia
administrasi
perkantoran yg
dibutuhkan;
2. Jumlah laporan
kinerja dan keuangan
Jumlah laporan kinerja
dan keuangan yg
diwajibkan
03.
URUSAN UMUM
Program
Peningkatan
Sarana dan
Prasarana Aparatur
URUSAN WAJIB
PENDIDIKAN
Terpenuhinya
kebutuhan sarana
dan prasarana
aparatur
04.
05.
06.
07.
Meningkatnya
jumlah warga
belajar pada
jenjang pendidikan
non formal
Program
Pengembangan
dan Peningkatan
Pendidikan Luar
Biasa
Program
Peningkatan Mutu
Pendidikan
Program
Manajemen
Kondisi Kinerja
pada Awal
RPJMD
5
Tahun 2014
Target
Rp
(Juta)
6
7
100%
66,440
100%
Tahun 2016
Target
Rp
(Juta)
10
11
100%
75,700
Tahun 2017
Target
Rp
(Juta)
12
13
100%
83,400
Tahun 2018
Target
Rp
(Juta)
14
15
100%
91,700
16
Semua SKPD
100%
100%
100%
132,20
0
Semua SKPD
99,300
1,500
1,500
1,600
1,900
2,000
Dinas
Pendidikan
Pemuda dan
Olahraga
3,700
3,700
4,000
4,500
4,900
Dinas
Pendidikan
Pemuda dan
Olahraga
1. Persentase kelulusan
siswa pd setiap jenjang
pendidikan;
2. Proprosi tenaga
pendidik bersertifikasi
40,870
40,900
44,900
49,500
54,400
Dinas
Pendidikan
Pemuda dan
Olahraga
Jumlah masalah yg
teridentifikasi
1,650
1,700
1,800
2,100
2,300
Dinas
Pendidikan
109,200
141
120,200
Penanggung
Jawab
99,250
Jumlah warga
belajar non formal
jumlah penduduk
usia kerja
Terpenuhinya
kebutuhan
pelayanan
pendidikan luar
biasa
1. Meningkatnya
komptensi siswa pd
setiap jenjang
pendidikan;
2. Meningkatnya
komptensi tenaga
pengajar pd setiap
jenjang pendidikan
Berkurangnya
permasalahan
Tahun 2015
Target
Rp
(Juta)
8
9
68,900
BU
08.
09.
04.
05.
06.
07.
08.
09.
Program Prioritas
Pembangunan
Pelayanan
Pendidikan
Program
Pembinaan Dan
Pengembangan
Pemuda dan
Olahraga
Program
Pengendalian
Penyakit dan
Penyehatan
Lingkungan
Program
Peningkatan Gizi
Program
Pengembangan
dan Pemberdayaan
SDM Kesehatan
Program Dukungan
Manajemen
Indikator Kinerja
Program
(Outcome)
dalam pelayanan
pendidikan
1. Meningkatnya
pembinaan
kepemudaan
2. Meningkatnya
prestasi olahraga
NTT
Menurunnya kasus
kematian ibu dan
anak
Meningkatnya
proporsi status gizi
balita
Meningkatnya
proporsi tenaga
kesehatan di NTT
Rumus Indikator
Kondisi Kinerja
pada Awal
RPJMD
Tahun 2014
Target
Rp
(Juta)
Tahun 2015
Target
Rp
(Juta)
Tahun 2016
Target
Rp
(Juta)
Tahun 2017
Target
Rp
(Juta)
Tahun 2018
Target
Rp
(Juta)
22 Kab/kota
1. Jumlah org.
kepemudaan yg dibina
Jumlah organisasi
kepemudaan
2. Jumlah medali/piala
yg diperoleh
Jumlah event olahraga
yg diikuti
1. Jumlah kasus
kematian ibu
melahirkan
Jumlah ibu melahirkan;
2. Jumlah kasus
kematian bayi
Jumlah bayi
Pemuda dan
Olahraga
Dinas
Pendidikan
Pemuda dan
Olahraga
4,850
4,900
5,300
6,000
6,600
745,570
745,600
820,100
902,200
992,40
0
BTL
6,950
7,000
7,700
8,500
9,300
Dinas
Kesehatan
710
800
800
1,000
1,100
Dinas
Kesehatan
650
700
700
900
900
Dinas
Kesehatan
2,800
2,800
3,000
3,400
3,700
Dinas
Kesehatan
4,800
4,800
5,200
5,900
6,400
Dinas
Kesehatan
570
Penanggung
Jawab
600
600
800
142
800
Dinas
Kesehatan
BU
10.
04.
05.
04.
05.
06.
08.
Program Prioritas
Pembangunan
Pembangunan
Kesehatan
Program Hibah &
Bantuan Sosial
Kemasyarakatan
Bidang Kesehatan
Program Upaya
Kesehatan
Perorangan
Program Dukungan
Manajemen dan
Pelaksanaan
Tugas Teknis
Lainnya
PEKERJAAN
UMUM
Program
Pembangunan
Jalan dan
Jembatan
Program
Pengembangan
Perumahan dan
Permukiman
Program
Pengolahan
Sumber Air
Program
Pengembangan
dan Pengelolaan
Jaringan Irigasi
Indikator Kinerja
Program
(Outcome)
Rumus Indikator
Kondisi Kinerja
pada Awal
RPJMD
Tahun 2014
Target
Rp
(Juta)
Tahun 2015
Target
Rp
(Juta)
Tahun 2016
Target
Rp
(Juta)
Tahun 2017
Target
Rp
(Juta)
Tahun 2018
Target
Rp
(Juta)
Penanggung
Jawab
BTL
Meningkatnya
pelayanan RSUD
Meningkatnya
kualitas jalan dan
jembatan provinsi
Meningkatnya
kualitas perumahan
dan permukiman di
NTT
Meningkatnya
proporsi masyarakat
yg mendapat
pelayanan air bersih
Meningkatnya luas
wilayah pertanian yg
mendapat
pelayanan air irigasi
dan embung
1. Persediaan medis yg
tersedia
Persediaan medisyg
dibutuhkan
2. Peralatan medis yg
tersedia
Perlatan medis yg
dibutuhkan
1. Panjang jalan
provinsi dlm kondisi
baik
Total panjang jalan
provinsi
2. Jumlah jembatan dlm
kondisi baik
Total jumlah jembatan
Jumlah rumah kumuh
yg ditangani
Jumlah rumah kumuh
Jumlah kk yg mendapat
air bersih
Jumlah KK di NTT
1. Luas wilayah Irigasi
dlm kondisi baik
Total luas wilayah
irigasi;
2. Jumlah embung baru
dlm tahun N
7,393
7,400
7,400
7,400
9,900
23,540
23,600
25,900
28,600
31,400
50,170
50,200
55,200
60,800
66,800
127,700
127,700
140,400
154,600
170,00
0
Dinas
Pekerjaan
Umum
9,700
9,700
10,600
11,800
12,900
Dinas
Pekerjaan
Umum
69,530
69,600
76,500
84,300
92,700
Dinas
Pekerjaan
Umum
143
RSUD Prof.
Dr. W.Z.
Johannes
Kupang
RSUD Prof.
Dr. W.Z.
Johannes
Kupang
Dinas
Pekerjaan
Umum
BU
Program Prioritas
Pembangunan
09.
Program
Pengembangan
Sarana dan
Prasarana
Pedesaan
Program
Manajemen dan
Layanan Tata
Laksana
Infrastruktur PU
10.
04.
05.
06.
07.
08.
PERENCANAAN
PEMBANGUNAN
Program
Pengembangan
Data Perencanaan
dan Pembinaan
Tata Ruang
Program
Perencanaan dan
Evaluasi
Pembangunan
Daerah
Program Dukungan
Manajemen
Kerjasama
Pembangunan
Daerah Dengan
Lembaga
Internasional
Program Desa
Mandiri Anggur
Merah
Program Hibah
Kelompok
Indikator Kinerja
Program
(Outcome)
Meningkatnya
jumlah desa yg telah
dikembangkan
infrastrukturnya
Rumus Indikator
1.Jumlah data yg
dimuktahirkan
Total jumlah data yg
dipantau;
2. Jumlah pengujian yg
dilaksanakan
Total jumlah pengujian
yg diminta
1. Meningkatnya
ketersediaan data
perencanaan
pembangunan;
2. Meningkatnya
pembinaan tata
ruang wilayah
provinsi
Meningkatnya
keselarasan
perencanaan
pembangunan
daerah dan pusat
1. Jumlah data yg
dimuktahirkan
Total jumlah data yg
dipantau
2. Jumlah kasus tata
ruang yg diselesaikan
Jumlah kasus tata
ruang yg teridentifikasi
Jumlah Program
daerah yg mendukung
prioritas Nasional &
Prov
Jumlah program yg
direncanakan
Jumlah program donor
yg mendukung prioritas
Total jumlah program
donor
Meningkatnya
pengembalian &
perguliran dana
desa mandiri
Minigkatnya proporsi
desa yang menirima
Tahun 2014
Target
Rp
(Juta)
1. Meningkatnya
ketersediaan data
PU yang
termuktahir;
2. Menigkatnya
pelayanan jasa
labotarium pengujian
Meningkatnya
keselarasan
perencanaan
pembangunnan
antara daerah dan
lembaga donor
Kondisi Kinerja
pada Awal
RPJMD
Jumlah desa yg
menggulirkan dana
Jumlah desa yg
menerima bantuan
Jumlah desa yg
menerima dana
48%
Tahun 2015
Target
Rp
(Juta)
Tahun 2017
Target
Rp
(Juta)
Tahun 2018
Target
Rp
(Juta)
Penanggung
Jawab
2,000
2,000
2,200
2,500
2,700
Dinas
Pekerjaan
Umum
2,100
3,000
3,300
3,700
4,000
Dinas
Pekerjaan
Umum
1,550
1,600
1,700
2,000
2,200
3,670
3,700
4,000
4,500
4,900
830
900
900
1,100
1,200
55%
60%
34,750
30%
Tahun 2016
Target
Rp
(Juta)
48%
65%
34,800
67%
153,000
70%
38,200
85%
153,000
75%
42,200
100%
153,000
153,000
144
46,400
Badan
Perencanaan
Pembangunan
Daerah
Badan
Perencanaan
Pembangunan
Daerah
Badan
Perencanaan
Pembangunan
Daerah
Badan
Perencanaan
Pembangunan
Daerah
BTL
BU
04.
04.
05.
04.
05.
04.
Program Prioritas
Pembangunan
Masyakarat Bidang
Pengembangan
Perekonomian
Program
Pengembangan
Wilayah
Perbatasan
Indikator Kinerja
Program
(Outcome)
bantuan dana desa
mandiri
Meningkatnya
tingkat keamanan di
wilayah perbatasan
PERHUBUNGAN
Program
Pembangunan
Prasarana dan
Fasilitas
Perhubungan
Meningkatnya
tingkat keamanan
pelayanan
perhubungan di
daerah
Program
Peningkatan
Pelayanan
Angkutan
Meningkatnya
tingkat keselamatan
lalulintas darat, laut
dan udara
LINGKUNGAN
HIDUP
Program
Peningkatan
Pengendalian
Pemanfaaatan
Sumber Daya Alam
dan Lingkungan
Hidup
Program
Perlindungan
Pemulihan
Konservasi Sumber
Daya Alam dan
Lingkungan Hidup
SOSIAL
Program
Pemberdayaan
Fakir Miskin
Komunitas Adat
Terpencil KAT dan
Rumus Indikator
Tahun 2014
Target
Rp
(Juta)
Tahun 2015
Target
Rp
(Juta)
Tahun 2016
Target
Rp
(Juta)
Tahun 2017
Target
Rp
(Juta)
Tahun 2018
Target
Rp
(Juta)
Penanggung
Jawab
Kasus wilayah
perbatasan yg
diselsaikan
Jumlah kasus
perbatasan yg
diidentifikasi
Jumlah kasus
perhubungan yg
diselsaikan
Jumlah kasus
perhubungan yg
diidentifikasi
Jumlah kasus
keselamtan lalulintas yg
ditangani
Jumlah potensi
keselamatan lalulintas
yg diidentifikasi
Meningkatnya
kualitas lingkungan
hidup wilayah
provinsi NTT
Jumlah kasus
pencemaran lingkungan
yg ditangani
Jumlah kasus
pencemaran lingkungan
yg teridnetifikasi
Meningkatnya luas
lahan kritis yang
ditangani
Meningkatnya
pelayanan sosial
untuk masyarakat
miskin, terpencil dan
penyandang
Kondisi Kinerja
pada Awal
RPJMD
Jumlah masyarakat
miskin, terpencil dan
penyandang masalah
kesra yg ditangani
Jumlah masyarakat
Badan
Pengelola
Perbatasan
Daerah
1,290
1,300
1,400
1,600
1,700
4,290
4,300
4,700
5,300
5,800
Dinas
Perhubungan
1,910
2,000
2,200
2,500
2,700
Dinas
Perhubungan
2,750
2,800
3,000
3,400
3,700
Badan
Lingkungan
Hidup Daerah
770
800
800
1,000
1,100
Badan
Lingkungan
Hidup Daerah
1,210
1,300
1,400
1,600
1,700
Dinas Sosial
145
BU
05.
06.
07.
08.
09.
04.
05.
06.
Program Prioritas
Pembangunan
Penyandang
Masalah
Kesejahteraan
Sosial PMKS
Lainnya
Program
Pelayanan dan
Rehabilitasi
Kesejahteraan
Sosial
Program
pembinaan para
penyandang cacat
dan eks trauma
Program
Penyandang
penyakit sosial
Program
Pemberdayaan
Kelembagaan
Kesejahteraan
Sosial
Program Bantuan
Sosial Kepada
Individu dan
/Keluarga
KETENAGAKERJA
AN
Program
Pembinaan dan
Peningkatan
Ketenagakerjaan
Program
Perlindungan dan
Pengawasan
Ketenagakerjaan
Program
Pengembangan
dan Pembinaan
Wilayah
Transmigrasi
Indikator Kinerja
Program
(Outcome)
masalah kesra
Meningkatnya
ketrampilan dan
kemampuan
masyarakat
penyandang
masalah sosial
Rumus Indikator
Kondisi Kinerja
pada Awal
RPJMD
Tahun 2014
Target
Rp
(Juta)
Tahun 2015
Target
Rp
(Juta)
Tahun 2016
Target
Rp
(Juta)
Tahun 2017
Target
Rp
(Juta)
Tahun 2018
Target
Rp
(Juta)
Penanggung
Jawab
Jumlah penyandang
masalah sosial yg
dilatih
Jumlah penyandang
masalah sosial yg
teridentifikasi
Dinas Sosial
6,870
6,900
7,500
8,400
9,200
390
400
400
500
500
430
500
500
700
700
450
500
500
700
700
890
900
900
900
900
3,560
3,600
3,900
4,400
4,800
Dinas Tenaga
Kerja dan
Transmigrasi
1,350
1,400
1,500
1,700
1,800
Dinas Tenaga
Kerja dan
Transmigrasi
1,650
1,700
1,800
2,100
2,300
Dinas Tenaga
Kerja dan
Transmigrasi
Dinas Sosial
Dinas Sosial
Dinas Sosial
BTL
Meningkatnya
jumlah angkatan
kerja yg memiliki
ketrampilan
Meningkatnya
perlindungan tenaga
kerja
Meningkatnya
pengembangan dan
pembinaan wilayah
transmigrasi
146
BU
Program Prioritas
Pembangunan
Indikator Kinerja
Program
(Outcome)
Rumus Indikator
Kondisi Kinerja
pada Awal
RPJMD
Tahun 2014
Target
Rp
(Juta)
Tahun 2015
Target
Rp
(Juta)
Tahun 2016
Target
Rp
(Juta)
Tahun 2017
Target
Rp
(Juta)
Tahun 2018
Target
Rp
(Juta)
Penanggung
Jawab
04.
05.
06.
04.
05.
04.
06.
KOPERASI DAN
USAHA KECIL
MENENGAH
Program
Peningkatan dan
Pengembangan
Koperasi
Program
pengembangan
usaha kecil
menengah
Program Hibah
Bantuan Koperasi
PENANAMAN
MODAL
Program
Peningkatan
Promosi dan
Kerjasama
Investasi
Program
Peningkatan
Investasi Daerah
Meningkatnya
proporsi jumlah
koperasi yang aktif
Meningkatnya
aktifitas usaha
UMKM
Jumlah koperasi yg
aktif
Jumlah koperasi yg
terdaftar
1. Jumlah UMKM baru
tahun N - (N-1)
Total jumlah UMKM yg
teridentifikasi;
2. Omzet UMKM tahun
N - (N-1)
Total omzet UMKM
930
1,000
1,100
1,300
1,400
Dinas Koperasi
dan Usaha
Mikro Kecil
2,000
2,000
2,200
2,500
2,700
Dinas Koperasi
dan Usaha
Mikro Kecil
2,000
2,000
2,000
2,000
2,000
960
1,000
1,100
1,300
1,400
1,150
1,200
1,300
1,500
1,600
5,240
5,300
5,800
6,500
7,100
Dinas
Kebudayaan
dan Pariwisata
3,540
3,600
3,900
4,400
4,800
Dinas
Kebudayaan
dan Pariwisata
BTL
Meningkatnya
realisasi investasi
dan kerjasama di
daerah
Realisasi investasi
Rencana investasi
Meningkatnya
ketersediaan data
potensi investasi
daerah
Jumlah data yg
dimuktahirkan
Total jumlah data yg
dipantau
KEBUDAYAAN
Program
Pengelolaan
Kekayaan Budaya
Meningkatnya
pengelolaan obyek
budaya
Program
Pengembangan
Kemitraan
Kebudayaan,
destinasi dan
Promosi Pariwisata
1. Meningkatnya
kerjasama promosi
wisata antar daerah;
2. Meningkatnya
cakupan promosi
obyek wisata daerah
KESATUAN
147
Badan
Koordinasi
Penanaman
Modal Daerah
Badan
Koordinasi
Penanaman
Modal Daerah
BU
04.
06.
04.
05.
04.
04.
Program Prioritas
Pembangunan
Indikator Kinerja
Program
(Outcome)
Rumus Indikator
Menurunnya tingkat
gangguan ketertiban
di daerah
Jumlah kasus
gangguan ketertiban
Tahun N
Total jumlah kasus
gangguan
Program
pengembangan
wawasan
kebangsaan dan
politik
Meningkatnya upaya
upaya
pengembangan
wawasan
kebangsaan
Program
Peningkatan
Keamanan dan
Kenyamanan
Lingkungan
Program
Penyandang
penyakit sosial
Program
Pencegahan Dini
dan
Penanggulangan
Korban Bercana
Alam
OTDA, UM,
ADMINKU
PERANGKAT
DAERAH,
KEPEGAWAIAN
DAN
PERSANDIAN
Program
Peningkatan
Pelayanan
Kedinasan Kepala
Meningkatnya peran
Pol PP dalam
penanganan
keamanan
lingkungan
Meningkatnya
kemampuan PPNS
BANGSA DAN
POLITIK DALAM
NEGERI
Program
pemeliharaan
ketahanan dan
kenyamanan
lingkungan
Kondisi Kinerja
pada Awal
RPJMD
Tahun 2014
Target
Rp
(Juta)
Meningkatnya
kerjasama dalam
tanggap darurat
Jumlah bencana yg
ditangani
Jumlah bencana yg
terjadi
Terfasilitasinya
agenda kegiatan
Gub & wagub
selama 1 tahun
Tahun 2015
Target
Rp
(Juta)
Tahun 2016
Target
Rp
(Juta)
Tahun 2017
Target
Rp
(Juta)
Tahun 2018
Target
Rp
(Juta)
Penanggung
Jawab
Badan
Kesatuan
Bangsa Politik
dan
Perlindungan
Masyarakat
Badan
Kesatuan
Bangsa Politik
dan
Perlindungan
Masyarakat
800
800
800
1,000
1,100
2,380
2,400
2,600
3,000
3,300
1,140
1,200
1,300
1,500
1,600
Satuan Polisi
Pamong Praja
250
300
300
400
400
Satuan Polisi
Pamong Praja
2,900
2,900
3,100
3,600
3,900
7,770
7,800
8,500
9,500
10,400
Badan
Penanggulang
an Bencana
Daerah
Biro Umum
148
BU
04.
05.
04.
05.
04.
05.
Program Prioritas
Pembangunan
Daerah Wakil
Kepala Daerah
Program
peningkatan dan
Pengembangan
pengelolaan
keuangan daerah
Indikator Kinerja
Program
(Outcome)
Meningkatnya
pengelolaan
keuangan daerah
sesuai aturan yg
berlaku
Program
pembinaan dan
fasilitasi
pengelolaan
keuangan
kabupaten kota
Program
Pendidikan
Kedinasan
Program
Pembinaan dan
Pengembangan
Aparatur
Meningkatnya
pengelolaan
keuangan daerah
kabupaten dan kota
Program Penataan
Peraturan
Perundang
Undangan
Meningkatnya
ketersediaan
perangkat aturan
perundangan yg
dibbutuhkan
Program
Peningkatan
Kesadaran Hukum
Masyarakat
1. Meningkatnya
penyebaran
informasi tentang
Perda baru;
2. Meningkatnya
Meningkatnya
pengetahuan dan
ketrampilan PNS
Meningkatnya
kinerja aparatur
Rumus Indikator
Kondisi Kinerja
pada Awal
RPJMD
Tahun 2014
Target
Rp
(Juta)
1.Jumlah dokumen
anggaran dan laporan
yg diselesaikan tepat
waktu
Jumlah dokumen
anggaran dan laporan
2. Jumlah temuan BPK
tahun N - (N-1)
Total temuan BPK
Jumlah kabupaten yg
menyelesaikan
dokumen anggaran
tepat waktu
Jumlah kabupaten
Jumlah PNS yg dilatih
Total PNS
1. Jabatan struktural yg
terisi
Jumlah jabatan
strukktural
2. Jumlah PNS pd
setiap SKPD
Jumlah kebutuhan PNS
pd setiap SKPD
3. Jumlah kasus disiplin
PNSyg ditangani
Jumlah kasus disiplin
PNS yg teridentifikasi
Jumlah aturan
perundangan yg
diasistensi
Jumlah aturan
perundangan yg
dibutuhkan/diwajibkan
1. Jumlah Perda yg
disosialisasikan
Total jumlah perda
baru;
2. Jumlah aturan
Tahun 2015
Target
Rp
(Juta)
9,800
9,800
1,880
1,900
100
100
7,770
7,800
1,090
1,100
1,130
1,200
Tahun 2016
Target
Rp
(Juta)
Tahun 2017
Target
Rp
(Juta)
Tahun 2018
Target
Rp
(Juta)
Penanggung
Jawab
100%
100%
100%
Biro Keuangan
10,700
100%
11,900
100%
2,000
100%
100%
2,300
100%
100
100%
100%
100%
100%
100%
100%
10,400
Biro
Kepegawaian
Biro Hukum
1,500
100%
1,500
149
Biro
Kepegawaian
100%
1,400
1,300
200
100%
9,500
1,200
Biro Keuangan
2,500
200
8,500
100%
13,000
Biro Hukum
1,600
BU
04.
05.
04.
04.
05.
05.
04.
Program Prioritas
Pembangunan
Program Penataan
Kelembagaan dan
Ketatalaksanaan
Program
Penerapan
Kepemerintahan
Yang Baik
Program
Pengendalian
Administrasi
Pembangunan
Daerah
Indikator Kinerja
Program
(Outcome)
penyebaran
informasi tentang
perundangan yg
baru
Meningkatnya
efisiensi dan kinerja
perangkat organisasi
daerah
Tersedianya
perangkat penilaian
kinerja organisasi
daerah
Meningkatnya
pengelolaan
program dan
kegiatan SKPD
Program
Koordinasi dan
Pembinaan
Pembangunan
Perekonomian dan
Sumber Daya Alam
Fasilitas Kerjasama
Ekonomi dan
Pembinaan Badan
Usaha
Meningkatnya
kerjasama dan
kooridnasi
pembangunan
perekonomian
Program Hibah
Bidang
Perekonomian
Hibah kepada
Dekranasda dan
Lembaga Penjamin
Kredit Daerah
(LPKD)
Meningkatnya
koordinasi dan
Program
Koordinasi
Meningkatnya
fasilitasi kerjasama
ekonomi dan
pembinaan badan
usaha
Rumus Indikator
Kondisi Kinerja
pada Awal
RPJMD
Tahun 2014
Target
Rp
(Juta)
perundangan yg
disosialisasikan
Total aturan
perundangan baru
Status penilaian kinerja
tahun N
Status penilian kinerja
tahun N -1
Perangkat penilaian
kinerja yg tersedia
Perangkat penilaian
kinerja yg diwajibkan
!. Jumlah SKPD yg
melaksanakan program
sesuai jadwal yg
disusun
Jumlah SKPD
2. Jumlah SKPD yg
melaksanakan tender
tepat waktu
Jumlah SKPD yg
melaksanakan tender
Jmlh masalah bidang
ekonomi yg
diselesaikan
Jmlh masalahs bidang
ekonomi yg
diidentifikasi
Jumlah
potensi/permslhn
kerjasama yg
diselesaikan
Jumlah
potensi/permshln
kerjasama yg
diidentifikasi
Tahun 2015
Target
Rp
(Juta)
Tahun 2016
Target
Rp
(Juta)
Tahun 2017
Target
Rp
(Juta)
Tahun 2018
Target
Rp
(Juta)
Penanggung
Jawab
100%
100%
100%
1,400
Biro
Organisasi
2,000
Biro
Organisasi
970
1,000
1,100
1,450
1,500
4,300
4,300
4,700
5,300
5,800
900
900
900
1,100
1,200
Biro
Perekonomian
450
500
500
700
700
Biro
Perekonomian
2,350
2,400
2,400
2,400
2,400
1,730
1,800
1,900
2,200
2,400
100%
1,300
100%
1,600
100%
100%
1,900
100%
100%
Biro
Administrasi
Pembangunan
BTL
150
Biro
Kesejahteraan
BU
05.
06.
04.
05.
06.
04.
Program Prioritas
Pembangunan
Peningkatan
Kesejahteraan
Masyarakat
Program
Peningkatan
Kerukunan Hidup
Umat Beragama
Program Hibah
Organisasi
Kemasyarakatan
Bidang Pendidikan
& Keagamaan
Program
Peningkatan
Kerjasama Antar
Pemerintah Daerah
Indikator Kinerja
Program
(Outcome)
kerjasama bidang
kesejahteraan
masyarakat
Meningkatnya
kerukunan hidup
beragama di daerah
Hibah
pemberdayaan
ekonomi, sarana
prasarana dan
pelayanan
keagamaan melalui
lembaga agama dan
bantuan pendidikan
bagi mahasiswa
kedokteran hewan
Meningkatnya
kerjasama antar
pemerintah daerah
Program
Peningkatan
Kerjasama Antar
Pemerintah Daerah
Terfasilitasinya
kerjasama antar
daerah
Program
Peningkatan Tata
Kelola
Pemerintahan
Kependudukan dan
Otda
Terfasilitasinya
semua kebutuhan
tata kelola
pemerintahan dan
kebutuhan
administrasi
kependudukan
Meningkatnya
perlindungan anak
dan perempuan
Program
pemberdayaan dan
perlindungan anak
dan perempuan
Rumus Indikator
Kondisi Kinerja
pada Awal
RPJMD
Tahun 2014
Target
Rp
(Juta)
Tahun 2015
Target
Rp
(Juta)
Tahun 2016
Target
Rp
(Juta)
Tahun 2017
Target
Rp
(Juta)
Tahun 2018
Target
Rp
(Juta)
1. Jumlah
permshln/potensi yg
diselsaikan
Jumlah
permsalhn/potensi yg
diidnetifikasi
Jumlah fasilitasi
kerjasama yg
dilaksanakan
Jumlah kebutuhan
fasilitasi yg diidentifikasi
Jumlah kebutuhan tata
kelola yg terfasilitasi
Jumlah kebutuhan
fasilitasi tata kelola
Jumlah kasus
kekerasan anak &
perempuan yg
diselesaikan
Jumlah kasus
kekerasan anak &
perempuan yg
teridentifikasi
Penanggung
Jawab
Rakyat
2,770
2,800
3,000
3,400
3,700
Biro
Kesejahteraan
Rakyat
10,500
10,500
11,500
12,800
14,000
Biro
Kesejahteraan
Rakyat
150
200
200
300
300
Biro
Pemerintahan
330
400
400
500
500
Biro
Pemerintahan
1,130
1,200
1,300
1,500
1,600
Biro
Pemerintahan
1,070
1,100
1,200
1,400
1,500
151
Biro
Pemberdayaan
Perempuan
BU
Program Prioritas
Pembangunan
05.
Program
Penguatan
Kelembagaan
Pengarusutamaan
Gender dan Anak
Program Hibah
Bidang
Pemberdayaan
Perempuan,
Perlindungan Anak
dan KB
Program
Peningkatan
Kapasitas
Lembaga
Perwakilan Rakyat
Daerah
05.
04.
04.
05.
04.
05.
Indikator Kinerja
Program
(Outcome)
Meningkatnya peran
lembaga
perlindungan anak
dan pengaras
utamaan gender
Hibah kepada PKBI
dan OKK
Meningkatnya peran
DPRD
Peningkatan
Sistem
Pengawasan
Internal dan
Pengendalian
Pelaksanaan
Kebijakan KDH
Meningkatnya
pengawasan dan
pengendalian
pembangunan
daerah
Peningkatan
Profesionalisme
Tenaga Pemeriksa
dan Aparatur
Pengawasan
Program
Peningkatan
Pelayanan
Kedinasan Kepala
Daerah Wakil
Kepala Daerah
Program
Peningkatan
Kerjasama Antar
Pemerintah Daerah
dan Pemerintah
Meningkatnya
kemampuan aparat
pemeriksa
Meningkatnya
fasilitasi kegiatan
Gub & wagub
Meningkatnya
fasiliitasi koordinasi
daerah dengan K/L
Rumus Indikator
Kondisi Kinerja
pada Awal
RPJMD
Tahun 2014
Target
Rp
(Juta)
Jumlah lembaga yg
dilatih
Jumlah lembaga yg
teridnetifikasi
Tahun 2015
Target
Rp
(Juta)
Tahun 2016
Target
Rp
(Juta)
Tahun 2017
Target
Rp
(Juta)
Tahun 2018
Target
Rp
(Juta)
Penanggung
Jawab
Biro
Pemberdayaan
Perempuan
1,160
1,200
1,300
1,500
1,600
1,350
1,400
1,400
1,400
1,400
32,310
32,400
35,600
39,300
43,200
5,530
5,600
6,100
6,800
7,400
150
200
200
300
300
260
300
300
400
400
Kantor
Penghubung
250
300
300
400
400
Kantor
Penghubung
BTL
1. Jumlah ranperda yg
diselesaikan
Jumlah Ranperda yg
diajukan
2. Jumlah ranperda
inisiatif yg diselesaikan
Jumlah ranperda
inisiatif yg diajukan
1. Jumlah kasus yg
ditemukan tahun N
Jumlah kasus yg
ditemukan tahun N-1;
2. Jumlah temuan yg
diselesaikan
Jumlah temuan yg
diidentifikasi
Jumlah aparat
pemeriksa yg dilatih
Total aparat pemeriksa
Sekretariat
Dewan
Perwakilan
Rakyat Daerah
Inspektorat
Inspektorat
152
BU
04.
04.
05.
04.
06.
04.
05.
07.
Program Prioritas
Pembangunan
Pusat
Program
peningkatan dan
Pengembangan
pengelolaan
keuangan daerah
dan Penataan Aset
Program
Pendidikan
Kedinasan
Program
Pengembangan
Data/Informasi
Penelitian dan
Pembangunan
Indikator Kinerja
Program
(Outcome)
Rumus Indikator
Meningkatnya
penerimaan PAD
PAD Tahun N
PAD Tahun N-1
Meningkatnya
pemahaman dan
pengetahuan
aparatur
Jumlah PNS yg
mengikuti Diklat
Jumlah PNS yg perlu
mengikuti diklat
Tersedianya data
dan informasi
Jumlah data yg
dimuktahirkan
Total jumlah data yg
dipantau
Kondisi Kinerja
pada Awal
RPJMD
Tahun 2014
Target
Rp
(Juta)
Program
Pengembangan
Data Informasi
Perijinan Investasi
Program
Peningkatan
Kualitas Pelayanan
Perijinan
Meningkatnya
pelayanan perijinan
Program
Pembinaan
Pengembangan
dan Perlindungan
KORPRI
KETAHANAN
PANGAN
Program
Peningkatan
Ketahanan Pangan
Pertanian
Perkebunan
Program
Peningkatan
Terfasilitasinnya
pembinaan Korpri
Jumlah pembinaan/keg
Korpriyg dilaksanakan
Jumlah pembinaan
Korpri yg dibutuhkan
Meningkatnya
ketahanan pangan
masyarakat
Jumlah pangan yg
tersedia
Jumlah pangan yg
dibutuhkan
1. Meningkatnya
kemampuan
Tahun 2015
Target
Rp
(Juta)
Tahun 2016
Target
Rp
(Juta)
Tahun 2017
Target
Rp
(Juta)
12,920
13,000
14,300
15,800
17,300
4,480
4,500
4,900
5,500
6,000
1,020
1,100
1,200
1,400
1,500
630
700
700
900
900
340
400
400
500
500
1,560
1,600
1,700
2,000
2,200
1,740
1,800
1,900
2,200
2,400
5,940
6,000
6,600
7,300
8,000
153
Tahun 2018
Target
Rp
(Juta)
Penanggung
Jawab
Dinas
Pendapatan
dan Aset
Daerah
Badan
Pendidikan
Pelatihan
Penelitian dan
Pengembanga
n Daerah
Badan
Pendidikan
Pelatihan
Penelitian dan
Pengembanga
n Daerah
Kantor
Pelayanan
Perijinan
Terpadu Satu
Pintu
Kantor
Pelayanan
Perijinan
Terpadu Satu
Pintu
Sekretariat
Dewan
KORPRI
Badan
Ketahanan
Pangan dan
Penyuluhan
Badan
Ketahanan
BU
Program Prioritas
Pembangunan
Penyuluhan Usaha
Tani
04.
05.
06.
07.
04.
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
DESA
Program
Pemberdayaan dan
Pengembangan
Masyarakat
Pedesaan
Program
Peningkatan
Kapasitas
Kelembagaan
Sosial Ekonomi
dan Aparatur Desa
Program
Pengembangan
Kemitraan dan
Teknologi
Pedesaan
Program Hibah
Bantuan
Perumahan
(P2LDT)
KEARSIPAN
Program
peningkatan sistem
informasi
administrasi dan
kearsipan
Indikator Kinerja
Program
(Outcome)
lembaga tani dan
poktan;
2. Meningkatnya
cakupan informasi
ketahanan pangan
di masyarakat
1. Meningkatnya
kemampuan aparat
dan kader desa;
Rumus Indikator
Kondisi Kinerja
pada Awal
RPJMD
Tahun 2014
Target
Rp
(Juta)
Tahun 2015
Target
Rp
(Juta)
Tahun 2016
Target
Rp
(Juta)
Tahun 2017
Target
Rp
(Juta)
Tahun 2018
Target
Rp
(Juta)
Pangan dan
Penyuluhan
1,550
1,600
1,700
2,000
2,200
1,100
1,100
1,200
1,400
1,500
Jumlah masyarakat yg
memnafaatkan TTG
Total masyarakat desa
360
400
400
500
500
Meningkatnya
kualitas lingkungan
dan perumahan
masyarakat
30,600
30,600
33,600
37,100
40,800
Tersedianya arsip
daerah yang
lengkap dan terkini
Jumlah berkas yg
terarsipkan
Jumlah berkas yg
teridnetifikasi
1,000
1,000
1,100
1,300
1,400
Meningkatnya
kualitas
pelaksanaan
program
pemberdayaan
masyarakat desa
(PNPM)
Meningkatnya
penggunaan TTG di
wilayah pedesaan
Penanggung
Jawab
Badan
Pemberdayaan
Masyarakat
dan
Pemerintahan
Desa
Badan
Pemberdayaan
Masyarakat
dan
Pemerintahan
Desa
Badan
Pemberdayaan
Masyarakat
dan
Pemerintahan
Desa
Badan
Pemberdayaan
Masyarakat
dan
Pemerintahan
Desa
Badan Arsip
154
BU
Program Prioritas
Pembangunan
05.
Program
Pembinaan dan
Pengembangan
Aparatur
KOMUNIKASI DAN
INFORMASI
Program
Peningkatan
Komunikasi dan
Informasi Daerah
05.
06.
07.
07.
04.
05.
04.
04.
Program
Kerjasama
Informasi dan
Media Massa
Program
Pengembangan
Informasi
Pembangunan
Daerah
Program Hibah
Organisasi Bidang
Komunikasi dan
Informasi
Program
Pengembangan
Data/Informasi
Program
Kerjasama
Informasi dan
Media Massa
PERPUSTAKAAN
Program
Pengembangan
Budaya Baca dan
Pembinaan
Perpustakaan
URUSAN PILIHAN
PERTANIAN
Program
Peningkatan
Produksi dan
Indikator Kinerja
Program
(Outcome)
Meningkatnya
pemahaman
aparatur terhadap
pentuingnya arsip
Meningkatnya
kemampuan aparat
pengelola
komunikasi dan
informasi
Meningkatnya
persebaran
informasi
pembangunan di
media masa
Hibah kepada KPDI
Meningkatnya
penggunaan TIK
dalam pelayanan
pemerintahan
Rumus Indikator
Kondisi Kinerja
pada Awal
RPJMD
Tahun 2014
Target
Rp
(Juta)
Frekuensi berita
pembangunan daerah
yg tersebar dalam 1
tahun
Tahun 2015
Target
Rp
(Juta)
Tahun 2016
Target
Rp
(Juta)
Tahun 2017
Target
Rp
(Juta)
Tahun 2018
Target
Rp
(Juta)
Penanggung
Jawab
Badan Arsip
280
300
300
400
400
1,280
1,300
1,400
1,600
1,700
130
200
200
300
300
700
700
700
900
900
500
500
500
500
500
700
700
700
900
900
Kantor
Pengolahan
Data Elektronik
180
200
200
300
300
Kantor
Pengolahan
Data Elektronik
1,810
1,900
2,000
2,300
2,500
Badan
Perpustakaan
Daerah
18,560
18,600
20,400
22,600
24,800
Dinas
Pertanian dan
Perkebunan
Dinas
Komunikasi
dan
Informatika
Dinas
Komunikasi
dan
Informatika
Dinas
Komunikasi
dan
Informatika
BTL
Jumlah pelayanan yg
menggunakan TIK
Total jumlah pelayanan
yg teridentifikasi
Meningkatnya
budaya membaca
pada masyarakat
Jumlah pengunjung
perpustakaan tahun N
Jumlah pengunjung
perpustakaan tahun N1
Meingkatnya
penggunaan
teknoligi pertanian
1. Luas lahan
perkebunan yg
berteknologi
155
BU
05.
06.
04.
05.
07.
04.
05.
04.
Program Prioritas
Pembangunan
Produktifitas
Tanaman
Perkebunan
Program
Peningkatan
Produksi dan
Produktifitas
Tanaman Pangan
dan Hortikultura
Program
Pengembangan
Benih dan
Pembibitan
Program Dukungan
dan Manajemen
Pembangunan
Peternakan
Program
Peningkatan
Produksi Hasil
Peternakan
Program
Pencegahan dan
Penanggulangan
Penyakit Ternak
KEHUTANAN
Program
Pengembangan
Pemanfaatan dan
Penertiban Sumber
Daya Hutan
Program
Rehabilitasi dan
Konservasi Hutan
dan Lahan
ENERGI DAN
SUMBER DAYA
MINERAL
Program
Pembinaan
Indikator Kinerja
Program
(Outcome)
dalam pengelolaan
tanaman
perkebunan
Meningingkatnya
produksi dan
produktivitas
tanaman pangan
unggulan (Jagung &
Padi)
Meningkatnya
ketersediaan benih
dan bibit sesuai
kebutuhan
Rumus Indikator
Meningkatnya
tingkat penanganan
penyakit ternak
Jumlah ternak
berpenyakit yg
ditangani
Jumlah ternak
berpenyakit yg
teridentifikasi
Meningkatnya
penertiban sumber
daya hutan
Jumlah pelanggaran
sumbar daya hutan yg
diselesaikan
Jumlah pelanggaran
sumber daya hutan yg
teridentifikasi
Luas wilayah hutan yg
diknservasi
Total luas wilayah
hutan yg rusak
Meningkatnya
pengelolaan
Tahun 2014
Target
Rp
(Juta)
Tahun 2015
Target
Rp
(Juta)
Tahun 2016
Target
Rp
(Juta)
Tahun 2017
Target
Rp
(Juta)
Tahun 2018
Target
Rp
(Juta)
Penanggung
Jawab
10,250
10,300
11,300
12,500
13,700
Dinas
Pertanian dan
Perkebunan
900
900
900
1,100
1,200
Dinas
Pertanian dan
Perkebunan
680
700
700
900
900
Dinas
Peternakan
14,010
14,100
15,500
17,100
18,800
Dinas
Peternakan
2,000
2,000
2,200
2,500
2,700
Dinas
Peternakan
1,700
1,700
1,800
2,100
2,300
Dinas
Kehutanan
6,850
6,900
7,500
8,400
9,200
Dinas
Kehutanan
2,420
2,500
2,700
3,100
3,400
Dinas
Pertambangan
Meningkatnya
produksi dan
produktifitas ternak
Meningkatnya luas
wilayah hutan yg
doknservasi
Kondisi Kinerja
pada Awal
RPJMD
Jumlah kasus
pelanggaran
156
BU
Program Prioritas
Pembangunan
Pengawasan dan
Penertiban Usaha
Pertambangan dan
Migas
05.
06.
04.
05.
06.
04.
05.
06.
Program
Pengembangan
Pertambangan
Program
Pembinaan dan
Pengembangan
Ketenagalistrikan
KELAUTAN DAN
PERIKANAN
Program
Pengembangan
Perikanan
Budidaya
Program
Pengembangan
Perikanan Tangkap
Program
Pengembangan
Penyuluhan
Kapasitas
Kelembagaan dan
Pemasaran
Produksi Perikanan
PERINDUSTRIAN
Program
Perlindungan
Konsumen dan
Pengamanan
Perdagangan
Program
Pengembangan
Industri Kecil dan
Menengah
Program
Indikator Kinerja
Program
(Outcome)
pertambangan
Rumus Indikator
Jumlah KK pengguna
listrik non-PLN
Jumlah KK yg tidak
mendapat listrik
Terpenuhinya
kebutuhan bibit ikan
Meningkatnya
perlindungan
konsumen terhadap
kecurangan
pedagang
Meningkatnya omzet
penjualan industri
kecil dan menengah
yg dibina
Meningkatnya nilai
Tahun 2014
Target
Rp
(Juta)
Tahun 2015
Target
Rp
(Juta)
Tahun 2016
Target
Rp
(Juta)
Tahun 2017
Target
Rp
(Juta)
Tahun 2018
Target
Rp
(Juta)
pertambangan yg
diselesaikan
Jumlah kasus
pelanggaran
pertambangan yg
diidentifikasi
Meningkatnya
penggunaan listrik
alternatif non PLN
pd wilayah yg tdiak
dilayani PLN
Meningkatnya
jumlah sarana dan
prasarana alat
tangkap ikan
Meningkatnya
penjualan produk
perikanan NTT
Kondisi Kinerja
pada Awal
RPJMD
Jumlah kasus
kecurangan yg
diselesaikan
Jumlah kasus
kecurangan yg
teridentifikasi
Nilai omzet penjualan
tahun N
Nilai omzet penjualan
tahun N-1
Nilai eksport tahun N
Penanggung
Jawab
dan Energi
Dinas
Pertambangan
dan Energi
Dinas
Pertambangan
dan Energi
100
100
100
200
200
1,350
1,400
1,500
1,700
1,800
850
900
900
1,100
1,200
Dinas Kelautan
dan Perikanan
18,320
18,400
20,200
22,300
24,500
Dinas Kelautan
dan Perikanan
440
500
500
700
700
Dinas Kelautan
dan Perikanan
730
800
800
1,000
1,100
5,710
5,800
6,300
7,100
7,800
157
Dinas
Perindustrian
dan
Perdagangan
Dinas
Perindustrian
dan
Perdagangan
Dinas
BU
Program Prioritas
Pembangunan
Peningkatan
Perdagangan
Dalam Negeri dan
Luar Negeri
Indikator Kinerja
Program
(Outcome)
eksport
perdagangan produk
NTT
Rumus Indikator
Kondisi Kinerja
pada Awal
RPJMD
Tahun 2014
Target
Rp
(Juta)
490
1,770,173
Tahun 2015
Target
Rp
(Juta)
500
Tahun 2016
Target
Rp
(Juta)
500
1,777,9
00
1,933,6
00
Tahun 2017
Target
Rp
(Juta)
700
2,122,000
158
Tahun 2018
Target
Rp
(Juta)
700
2,162,
200
Penanggung
Jawab
Perindustrian
dan
Perdagangan
BAB 9
PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH
9.1. DASAR PENETAPAN INDIKATOR
Penetapan indikator kinerja daerah bertujuan untuk memberi gambaran tentang ukuran
keberhasilan pencapaian visi dan misi kepala daerah dan wakil kepala daerah pada akhir periode
masa jabatan. Hal ini ditunjukan dari akumulasi pencapaian indikator outcome program
pembangunan daerah setiap tahun atau indikator capaian yang bersifat mandiri setiap tahun
sehingga kondisi kinerja yang diinginkan pada akhir periode RPJMD dapat dicapai.
1
1)
2)
3)
4)
A
Konerja
Awal
RPJMD
2012
Proyeksi
2013
SD
96.89
SMP
SMA/SMK
APK (%)
2015
2016
2017
2018
98.21
99.53
100.53
101.53
102.55
103.57
83.26
89.19
95.13
96.08
97.04
98.01
98.99
69.45
79.6
89.75
90.65
91.55
92.47
93.39
SD
115.34
116.54
117.75
118.34
118.39
118.99
119.58
SMP
97.58
99.41
101.24
103.07
104.9
106.72
108.55
SMA/SMK
Proporsi Pendidikan penduduk
umur >10 tahun
Tidak berizasah
77.16
80.64
84.11
87.59
91.06
94.54
98.01
SD (%)
37.03
29.25
36.29
29.54
35.55
29.84
34.81
30.13
34.07
30.42
33.33
30.71
32.59
31.01
SMP (%)
13.05
13.23
13.42
13.60
13.78
13.96
14.15
SMA (%)
12.08
12.23
12.38
12.53
12.68
12.84
12.99
SMK (%)
3.44
3.49
3.54
3.59
3.65
3.70
3.75
Akademi/PT (%)
Kempuan Membaca
Penduduk Laki-laki >15 th
5.15
5.21
5.28
5.34
5.40
5.46
5.53
91.81
92.26
92.70
93.15
93.59
94.04
94.48
Buta Huruf
Penduduk Perempuan >15 th
8.19
7.74
7.30
6.85
6.41
5.96
5.52
88.84
89.58
90.33
91.07
91.81
92.55
93.30
159
No
Buta Huruf
Penduduk Umur >15 tahun
Dapat Membaca dan Menulis
5)
6)
7)
1.2
1)
4)
1.3
1)
2)
3)
Proyeksi
2013
11.16
10.42
2015
2016
2017
2018
9.67
8.93
8.19
7.45
6.70
90.3
90.91
91.51
92.12
92.72
93.33
93.93
9.7
9.10
8.49
7.89
7.28
6.68
6.07
SD
1 : 178
1 : 178
1 : 179
1 : 180
1 : 181
1 : 182
1 : 183
SMP
1 : 203
1 : 206
1 : 212
1 : 215
1 : 218
1 : 221
1 : 225
SMA/MA/ SMALB
1 : 403
1 : 409
1 : 415
1 : 421
1 : 427
1 : 433
1 : 436
SMK
Rasio Kelas-Siswa
1 : 328
1 : 338
1 : 348
1 : 358
1 : 368
1 : 378
1 : 378
SD
1:34
1:37
1:36
1:41
1:43
1:45
1:48
SMP
1:32
1:34
1:36
1:37
1:37
1:38
1:39
SMA/MA/SMALB/SMK
Prosentase Desa/ kelurahan lokasi
Prasana pendidikan (%)
1:30
1:30
1:30
1:30
1:30
1:30
1:30
TK
48.34
51.96
55.86
60.05
64.55
69.40
74.60
SD sederajat
96.10
96.58
97.06
97.54
98.03
98.52
99.01
SLTP Sederajat
35.88
36.06
36.24
36.42
36.61
36.79
36.97
SMU Sederajat
Meningkatkan mutu pendidikan
Tingkat Kelulusan
14.77
14.85
14.92
15.00
15.07
15.15
15.22
100
100
100
100
100
100
100
SMP (%)
97,56
100
100
100
100
100
100
SMA (%)
94.5
100
100
100
100
100
100
96.49
100
100
100
100
100
100
7.19
7.38
7.58
7.77
7.97
8.16
8.36
SD
1:17
1:17
1:19
1:19
1:19
1:19
1:17
SMP
1:18
1:18
1:20
1:20
1:20
1:20
1:18
SMA/MA/ SMALB
1:20
1:20
1:21
1:21
1:21
1:21
1:20
SMK
Jumlah guru berpendidikan S1
1:15
1:15
1:17
1:17
1:17
1:17
1:15
SD (%)
19.0
22.9
26.8
30.7
34.6
38.5
42.4
Buta Huruf
Rasio Sekolah-Siswa
SD (%)
2)
3)
Konerja
Awal
RPJMD
2012
SMK (%)
Rata-rata lama sekolah
Rasio guru: murid
SMP (%)
59.0
60.7
62.4
64.1
65.8
67.5
69.2
SMA (%)
85.6
86.14
86.69
87.23
87.77
88.32
88.86
SMK (%)
Sertifikasi guru (%)
Penguatan manajemen pendidikan
Penerapkan manajemen berbasis
Sekolah (MBS)
Penerapan kurikulum 2013 (%) yang
memiliki muatan local (lingkungan,
dsb)
78.5
79.21
79.91
80.62
81.33
82.03
82.74
26.51
32.42
38.32
44.23
50.14
56.04
61.95
40
44
48
52
56
60
64
SD
5,0
25,0
50,0
100,00
100,00
100,00
SMP
5,0
25,0
50,0
100,00
100,00
100,00
SMA/SMK
Penerapan SPM Pendidikan
5,0
25,0
50,0
100,00
100,00
100,00
160
No
1.4
1)
2)
4)
Peningkatan pembangunan
Pemuda dan olah raga
Organisasi Kepemuddaan yang aktif
Cabang Olah Raga Prestasi
Nasional/Internasional
Gelanggang Olah Raga
Konerja
Awal
RPJMD
2012
Proyeksi
2013
2015
2016
2017
2018
10
4
12
4
12
8
12
8
12
8
12
8
12
8
9.2.1. Misi-2
Misi-2 yatu Meningkatkan derajat dan kualitas kesehatan masyarakat melalui pelayanan yang dapat
dijangkau seluruh masyarakat pencapaian kinerjanya dilaksanakan melalui agenda-2 dengan tujuan strategis
dan indikator sasaran pembangunan sebagaimana Tabel 9.2.
Tabel 9.2
Sasaran Indikator Kinerja Misi-2 Tahun 2014-2018
No
2.1.
1)
2)
Bidang Urusan/Indikator
Kinerja pembangunan Daerah
Konerja
Awal RPJMD
2012
Proyeksi
2013
67.99
97,280
1.46
68.22
98,484
1.43
98.54
Kurang
Buruk
Akses dan mutu pelayanan
kesehatan masyarakat:
Jumlah Parasaran kesehatan
3)
2.2.
1)
2)
2.3
1
2015
2016
2017
2018
68.45
99,567
1.38
68.68
100,662
1.33
68.91
101,770
1.28
69.14
102,889
1.23
69.37
104,021
102,790
98.57
98.62
98.67
98.72
98.77
1,231
19.1
17.19
15.28
13.37
11.46
9.55
7.64
1.12
1.06
1.00
0.94
0.88
0.82
0.76
Rumah sakit
43
44
45
45
46
47
48
Puskesmas
353
356
359
362
365
368
371
Pustu
1,081
1,616
2,151
2,685
3,220
3,755
4,290
Posyandu
Tenaga Kesehatan
9,420
9,527
9,634
9,741
9,848
9,955
10,062
Jumlah Dokter
1052
1078
1105
1133
1161
1190
1220
0,21
0.22
0.22
0.22
0.22
0.22
0.22
9577
9816
10062
10313
10571
10835
11106
1,95
1.96
1.97
1.98
1.98
1.99
2.00
Jumlah Akseptor KB
493,533
507,259
524,417
542,260
560,790
581,379
605,400
668,017
679,031
690,045
690,045
701,059
701,059
712,073
Rasio
Peningatan Partisipasi
masyarakat dalam
pembangunan kesehatan:
Keluarga berencana (KB):
161
No
Bidang Urusan/Indikator
Kinerja pembangunan Daerah
Peserta KB Aktif (%)
TFR (%)
Ketersediaan Jemban untuk
peingkatan Sanitasi dan
Penurunan BABS pada
Desa/kelurahan (%)
Sendiri
bersama
Umum
Bukan jamban
penuranan kasus penyakit di
desa/keluraha (%)
Muntaber
Demam Berdarah
campak
ISPA
Malaria
Flu Burung
TBC
Lainnya
Konerja
Awal RPJMD
2012
73.88
3.3
Proyeksi
2013
74.7
2.97
2015
78.58
2.31
2016
79.99
1.98
2017
82.93
1.65
2018
85.02
1.32
78.59
3.27
1.03
17.11
80.46
3.36
1.06
15.12
82.33
3.45
1.09
13.13
84.20
3.54
1.12
11.14
86.07
3.63
1.15
9.15
87.94
3.72
1.18
7.16
89.81
3.81
1.21
5.17
12.29
3.37
2.03
11.59
19.12
0.00
6.64
1.42
11.60
3.18
1.92
10.95
18.05
0.00
6.27
1.34
10.92
2.99
1.81
10.30
16.99
0.00
5.90
1.26
10.24
2.81
1.70
9.66
15.93
0.00
5.54
1.19
9.56
2.62
1.58
9.02
14.87
0.00
5.17
1.11
8.87
2.43
1.47
8.37
13.81
0.00
4.80
1.03
8.19
2.24
1.36
7.73
12.74
0.00
4.43
0.95
9.2.3. Misi-3
Misi-3 yaitu Memberdayakan ekonomi rakyat dan mengembangkan ekonomi keparawisataan dengan
mendorong pelaku ekonomi untuk mampu memanfaatkan keunggulan potensi lokal pencapaian kinerjanya
dilaksanakan melalui agenda-3 dengan tujuan strategis dan indikator sasaran pembangunan sebagaimana
Tabel 9.3
Tabel 9.3
Sasaran Indikator Kinerja Misi-3 Tahun 2014-2018
No
3.1
1)
Bidang Urusan/Indikator
Kinerja pembangunan Daerah
Konerja
Awal RPJMD
2012
2014
2915
2016
2017
2018
Mengembangkan Potensi
Sektor-Sektor Ekonomi
Unggulan
Peningkatan Produksi padi dan
jagung yang tahan perubahan
iklim
Produksi Padi/gabah (ton)
698,566
705,552
712,537
719,523
726,509
733,494
740,480
629,386
645,121
676,590
715,927
763,131
810,334
865,406
Kelapa
161,601
169,681
177,761
185,841
193,921
202,001
210,081
Jambu Mete
179,009
187,959
196,910
196,910
205,860
205,860
214,811
Kemiri
81,836
85,928
90,020
94,111
98,203
102,295
106,387
Pinang
6,594
6,924
7,253
7,583
7,913
8,243
8,572
162
No
Bidang Urusan/Indikator
Kinerja pembangunan Daerah
Vanili
3)
1)
609
672
735
798
2,129
2,221
2,314
2,406
Kopi
20,253
23,291
26,329
26,329
29,367
29,367
32,405
Kakao
Peningkatan Populasi ternak
(ekor)
12,102
13,312
14,522
15,733
16,943
18,153
19,363
Sapi
814,450
850,267
886,084
921,901
957,718
993,535
1,029,352
Kerbau
152,449
154,860
157,271
159,682
162,093
164,504
166,915
Kuda
109,160
112,277
115,394
118,511
121,628
124,745
127,862
Kambing/domba
Babi
Peningkatan produksi hutan
non kayu
Produksi Kayu-kayuan
1)
638,938
647,032
655,126
663,220
671,314
679,408
687,502
1,724,316
1,740,477
1,842,854
1,859,823
1,875,984
1,892,145
2,038,842
15,649
16,431
17,214
17,996
18,779
19,561
20,344
15,346
16,113
16,881
17,648
18,415
19,183
19,950
1,178
1,237
1,296
1,355
1,414
1,473
1,531
305,135
312,763
320,392
328,020
335,649
343,277
350,905
2,261,852
2,318,398
2,374,945
2,431,491
2,488,037
2,544,584
2,601,130
1,586,805
1,626,475
1,666,145
1,705,815
1,745,486
1,785,156
1,824,826
504,800
517,420
530,040
542,660
555,280
567,900
580,520
13,966.86
14,826.13
15,745.35
16,729.43
17,783.38
18,930.41
20,170.35
15,826.89
16,816.03
17,875.40
19,010.44
20,265.01
21,612.54
35,253.34
39,184.85
41,144.09
45,772.81
50,945.13
56,778.35
63,336.25
39,395.61
44,044.29
49,263.54
55,125.90
61,768.57
69,273.45
2,850,811
2,880,200
2,989,826
3,109,038
3,238,645
3,382,724
3,604,292
3,074,613
3,193,135
3,322,007
3,462,111
3,621,206
3,861,999
7,612,250
7,812,702
8,506,529
9,277,940
10,145,868
11,317,716
7,653,193
8,363,409
9,155,255
10,039,326
11,037,583
12,378,650
5.41
6.15
6.2
6.25
6.3
6.45
6.55
2.22 -2.25
6.75
2.25-2.36
6.8
2.30-2.32
6.85
2.00- 2.21
6.9
1.95 - 2.02
7.05
1.60 - 1.76
7.15
1.25- 1.42
Proyeksi Optimis
PDRB Harga Berlaku (Rp.
Mlyard)
Proyeksi Optimis
PDRB Per Kapita Harga Konstan
2000 (Rp)
Proyeksi Optimis
PDRB Per Kapita Harga Berlaku
(Rp)
7,195,650
Proyeksi Optimis
Pertumbuhan Ekonomi (%)
Proyeksi Normatif
7)
3.3
2018
546
Proyeksi Normatif
6)
2017
2,036
Proyeksi Normatif
5)
2016
483
Proyeksi Normatif
3)
2915
1,944
2)
2014
420
3.2
1,851
Cengkeh
2)
Konerja
Awal RPJMD
2012
Proyeksi Optimis
Penurunan jumlah
pengangguran
Pemberdayaan Ekonomi
Kerakyatan
Industri besar dan Menengah
163
No
Bidang Urusan/Indikator
Kinerja pembangunan Daerah
Jml Industri (Unit)
2)
2017
2018
24
25
26
29
30
31
32
1,681
1,836
1,991
2,146
2,301
2,456
1714
0.38
0.38
0.38
0.38
0.39
0.39
32.33
32.65
32.98
33.31
33.64
33.98
3.46
3.47
3.49
3.51
3.53
3.54
3.56
11.71
11.83
11.95
12.07
12.19
12.31
12.43
9.79
9.84
9.89
9.94
9.99
10.04
10.09
34.52
35.39
36.27
37.18
38.11
39.06
40.04
18.98
19.07
19.17
19.26
19.36
19.45
19.55
5.81
5.82
5.83
5.85
5.86
5.87
5.88
Industri Lainnya
Peningkatan Jumlah Koperasi
Jumlah Anggota (Org)
Modal Sendiri (Rp.jt)
Usaha industri rumah tangga
(off farm dan rantai nilai) sector
pertanian, perkebunan,
peternakan dan perikanan di
pedesaan
Jumlah desa/kelompok industri
rumah tangga (off farm, rantai
nilai)
Modal Luar (Rp.jt)
Jumlah kunjungan wisatawan
Wisatawan Manca Negara
Wisatawan Nusantara
Rata-rata lama menginap
Jumlah Akmodasi Pariwisata
Hotel/Losmen (Unit)
4)
2016
0.37
3)
2915
32.01
Industri Gerabah/
Keramik/Batu
2)
2014
Industri Anyaman
3.4
1)
3)
Konerja
Awal RPJMD
2012
2534
2,746
3,021
3,021
3,295
3,295
3,570
581975
636,161
699,777
699,777
763,393
763,393
827,009
660,025.2
698,085
732,989
732,989
767,894
767,894
802,798
1,196,229.1
1,457,684
1,749,221
1,749,221
2,040,758
2,040,758
2,332,295
48,608
60,760
75,950
93,798
112,985
136,436
162,231
338,472
2.25
389,243
2.5
440,014
2.5
490,784
2.75
541,555
2.75
592,326
2.75
643,097
2.75
276
280
284
288
293
297
301
Kamar (buah)
5,147
5404
5662
5919
6176
6434
6691
9,044
9722
10401
11079
11757
12436
13114
BahasaAsing
0.86
0.88
0.90
0.91
0.93
0.95
0.97
Komputer
2.46
2.52
2.58
2.64
2.70
2.76
2.82
Menjahit/Tata Busana
2.05
2.10
2.15
2.20
2.25
2.30
2.35
Kecantikan
0.63
0.64
0.66
0.67
0.69
0.70
0.72
Elektronik
0.37
0.38
0.39
0.39
0.40
0.41
0.42
Lainnya
Sarana perdagangan di
Desa/kelurahan (%)
0.57
0.58
0.60
0.61
0.63
0.64
0.66
Mini Market
2.37
2.43
2.49
2.54
2.60
2.66
2.71
Restoran/RM
2.23
2.28
2.33
2.39
2.44
2.49
2.54
164
No
Bidang Urusan/Indikator
Kinerja pembangunan Daerah
Konerja
Awal RPJMD
2012
2014
2915
2016
2017
2018
Warung
12.14
12.43
12.72
13.01
13.29
13.58
13.87
Toko/Warung Kelontong
76.71
78.54
80.37
82.19
84.02
85.85
87.67
Hotel
3.36
3.44
3.52
3.60
3.68
3.76
3.84
Penginapan
2.61
2.68
2.74
2.80
2.86
2.93
2.99
9.2.4. Misi-4
Misi-4 yaitu Pembenahan sistem hukum dan reformasi birokrasi daerah pencapaian kinerjanya dilaksanakan
melalui agenda-4 dengan tujuan strategis dan indikator sasaran pembangunan sebagai berikut;
Tabel 9.4
Sasaran Indikator Kinerja Misi-4 Tahun 2014-2018
No
4.1
1)
2)
4.2
Konerja
Awal
RPJMD
2012
2014
2915
2016
2017
2018
10
12
13
13
13
13
14
15
17
20
20
20
20
21
Perda
10
12
13
13
13
13
14
Pergub
47
54
61
61
61
61
62
Keputusan Gubernur
320
336
352
352
352
352
353
Instruksi Gubernur
215
226
237
237
237
237
238
40
60
80
100
100
100
100
Pencurian
18.57
17.54
16.50
15.47
14.44
13.41
12.38
1.64
1.55
1.46
1.37
1.27
1.18
1.09
Penipuan/Penggelapan
2.61
2.47
2.32
2.18
2.03
1.89
1.74
Penganiayaan
7.25
6.85
6.45
6.05
5.64
5.24
4.84
Pembakaran
1.70
1.61
1.51
1.42
1.32
1.23
1.13
Perkosaan
3.43
3.24
3.05
2.86
2.67
2.48
2.29
Penyalahgunaan/Pengedaran
Narkoba
0.40
0.37
0.35
0.33
0.31
0.29
0.26
Perjudian
5.34
5.04
4.74
4.45
4.15
3.85
3.56
Pembunuhan
2.83
2.67
2.51
2.36
2.20
2.04
1.88
0.22
0.20
0.19
0.18
0.17
0.16
0.14
Perdagangan Orang
Pembenahan birokrasi untuk
terselenggaranya pemerintahan dan
165
No
1)
2)
4)
7)
8)
9)
4.3
1)
2)
Konerja
Awal
RPJMD
2012
2014
2915
2016
2017
2018
WDP
WDP
WTP
WTP
WTP
WTP
Kabupaten/kota
WTP
WDP
14
16
17
15
15
15
Disklemer
Penerapan E-Proc dalam Pengadaan
Barang dan Jasa (%)
Penerapan SPM
25
50
100
100
100
100
100
Pendidikan
Kesehatan
Perizinan (%)
100
100
100
100
100
100
100
Smasat (%)
Realisasi Pembangunan sesuai
rencana (%)
Kerjasama penyelenggraan
pemerintahan, pembangunan dan
kemasyarakatan
Pendidikan PNS (%)
100
100
100
100
100
100
100
90
90
90
90
90
90
90
SD
1.57
1.43
1.28
1.13
1.12
0.99
0.84
SMP
2.16
1.90
1.65
1.40
1.39
1.15
0.90
SMA/SMK
44.52
44.49
44.45
44.42
41.41
44.39
44.35
Akademi/PT
Penataan dan pemantapan struktur
dan budaya politik lokal yang
semakin demokratis
Aspirasi masyarakat melalui DPRD
Indeks demokrasi
Orgamisasi yang ada di
desa/kelurahan (%)
Organisasi Kemasyarakatan
Organisasi Sosial
Organisasi Profesi
Perkumpulan
Sosial/Kebudayaan/Olahraga/Hobi
Lembaga Swadaya Masyarakat
Lembaga Keagamaan
Organisasi Bantuan Kemanusiaan/
Beasiswa
51.75
51.18
52.62
53.06
53.05
53.5
53.94
6.30
2.52
1.79
6.45
2.58
1.83
6.60
2.64
1.87
6.75
2.70
1.91
6.90
2.76
1.96
7.05
2.82
2.00
7.20
2.88
2.04
12.08
11.55
21.53
12.36
11.83
22.04
12.65
12.10
22.55
12.94
12.38
23.06
13.23
12.65
23.58
13.51
12.93
24.09
13.80
13.20
24.60
1.79
1.83
1.87
1.91
1.96
2.00
2.04
166
9.2.5. Misi-5
Misi-5 yaitu Mempercepat pembangunan infrastruktur yang berbasis tata ruang dan lingkungan hidup
pencapaian kinerjanya dilaksanakan melalui agenda-5 dengan tujuan strategis dan indikator sasaran
pembangunan sebagai berikut;
Tabel 9.4
Sasaran Indikator Kinerja Misi-4 Tahun 2014-2018
No
Indikator Kinerja
pembangunan Daerah
5.1
Peningkatan kualitas
infrasatruktur transportasi
Jalan Nasional (1.497 Km)
Kondisi Mantap (%)
Jalan Strategis Nasional
(1.103km)
Kondisi Mantap (%)
Jalan Provinsi (1.314)
Kondisi Mantap (%)
Jalan Non Status (379 Km)
Kondisi Mantap (%)
Jalan Kabupaten (14.871,87
Km)
Kondisi Mantap
Peningkatan pembangunan
dan perbaikan prasarana dan
sarana sumber daya air,
irigasi, embung dan
bendungan untuk antisipasi
dampak perubahan iklim
Pembangunan Embung Irigasi
(buah)
Pembangunan Embung Kecil
(buah)
Rehabilitasi Waduk, Embung
Irigasi, Embung Kecil (buah)
Peningkatan dan rehabilitasi
daerah irigasi (DI)
pembangunan baru daerah
irigasi
Peningkatan pembangunan
dan pemeliharaan prasarana
Perumahan, air bersih dan
sanitasi lingkungan
Proentase Rumah Tangga
Memiliki Rumah Layak Huni
(%)
Pengembangan rumah dengan
lantai bukan tanah (%)
Pengembangan rumah dengan
fasilitas air minum sendiri (%)
Pengembangan rumah dengan
fasilitas jamban sendiri (%)
1)
2)
3)
4)
5)
5.2
1)
2)
3)
4)
5)
5.3
1)
2)
3)
4)
Konerja Awal
RPJMD 2012
Proyeksi
2013
2017
2018
94
99
99
99
99
99
100
52
55
60
80
80
80
80
35
40
50
90
90
90
90
39
45
50
55
55
55
65
35
40
50
60
60
60
60
52
60
60
60
60
60
60
50
75
75
75
75
75
75
15
25
25
25
25
25
25
89.82
91.3
92.9
94.4
95.9
97.4
98.9
67.28
68.8
70.2
71.7
73.2
74.6
76.1
52.98
55.5
58
60.5
63
65.5
68.1
99.32
100
100
100
100
100
100
167
No
Indikator Kinerja
pembangunan Daerah
5)
6)
5.4
1)
2)
5.5
1)
2)
5.6
1)
2)
3)
Konerja Awal
RPJMD 2012
Proyeksi
2013
2017
2018
51
55
56
60
65
70
75
10
20
25
30
35
40
19
0
20
1
21
2
22
3
23
4
23
5
23
6
30
30
30
30
30
30
30
120,972
127,021
133,069
139,118
145,166
151,215
157,264
33,536
35,213
36,890
38,566
40,243
41,920
43,597
2.24
0.67
1.99
2.18
0.66
1.93
2.12
0.64
1.88
2.07
0.62
1.83
2.01
0.60
1.78
1.95
0.59
1.72
1.89
0.57
1.67
9.2.6 Misi-6
Misi-6 yaitu Meningkatkan kualitas kehidupan keluarga, pemberdayaan perempuan, serta perlindungan dan
kesejahteraan anak pencapaian kinerjanya dilaksanakan melalui agenda-6 dengan tujuan strategis dan
indikator sasaran pembangunan sebagai berikut;
Tabel 9.6
Sasaran Indikator Kinerja Misi-6 Tahun 2014-2018
No
Indikator Kinerja
pembangunan Daerah
6.1
Peningkatan
pemberdayaan perempuan
untuk menjelmakan
keadilan dan kesetaraan
gender:
Penurunan kasus kekerasan
pada perempuan
Mitra Lembaga Sosial dalam
perlindungan perempuan
Organisai mitra dalam
Peningkatan peran
1)
Konerja Awal
RPJMD 2012
Proyeksi
2013
22
22
28
33
39
28
28
28
2017
2018
28
28
168
No
Indikator Kinerja
pembangunan Daerah
perempuan
Keterwakilan Perempuan di
Parlemen
DPR RI 1 orang (7,1%)
DPD 2 orang (50%)
DPRD Provinsi 4 orang
(7,27%)
DPRD Kabupaten/kota 45
orang (7,53%)
Peningkatan perlindungan
dan jaminan kesejahteraan
bagi anak:
Penurunan kasus kekerasan
pada anak
Lembaga perlindungan
anak
Dewan Forum anak
Unit Shelter perlayanan
perempuan dan anak
Kabupaten yang
menetapkan Perda Akta
kelahiran Gratis
6.2
1)
Konerja Awal
RPJMD 2012
Proyeksi
2013
2017
2018
7.1
50
7,27
7.1
50
7,27
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
7,53
7,53
15
15
15
15
15
11
16
14
20
16
22
20
22
22
22
16
20
22
22
22
20
21
21
22
22
13
13
3
3
16
9.2.7. Misi-7
Misi-7 yaiyu Mempercepat pembangunan kelautan dan perikanan pencapaian kinerjanya dilaksanakan melalui
agenda-7 dengan tujuan strategis dan indikator sasaran pembangunan sebagai berikut;
Tabel 9.7
Sasaran Indikator Kinerja Misi-7 Tahun 2014-2018
No
Indikator Kinerja
pembangunan Daerah
7.1
1)
2)
7.2
1)
3)
Konerja
Awal RPJMD Proyeksi
2012
2013
Sasaran
2014
2915
2016
2017
2018
26,711
5,706
27,983
5,845
29,255
5,985
30,527
6,124
31,799
6,263
33,071
6,402
34,343
6,541
589,009
3,705
677,360
3,816
778,964
4,770
895,809
5,963
1,030,180
7,453
1,184,707
9,317
1,362,414
11,646
169
No
7.3
1)
2)
Indikator Kinerja
pembangunan Daerah
Konerja
Awal RPJMD Proyeksi
2012
2013
Sasaran
2014
2915
2016
2017
2018
28.35
5.124
0.36
30.95
5.67
0.45
30.95
5.67
0.56
36.62
6.95
0.7
42.81
8.36
0.87
49
9.78
1.09
56.32
11.52
1.36
3.12
3.78
3.27
3.97
3.44
4.17
3.61
4.38
3.79
4.59
3.98
4.82
4.18
5.07
22.05
0.65
24.21
0.65
26.63
0.8
29.35
0.97
32.4
1.19
35.82
1.46
39.67
1.78
9.2.8. Misi-8
Misi-8 yaitu Mempercepat penanggulangan kemiskinan, bencana dan pengembangan kawasan perbatasan
pencapaian kinerjanya dilaksanakan melalui agenda-1 dengan tujuan strategis dan indikator sasaran
pembangunan sebagai berikut;
Tabel 9.8
Sasaran Indikator Kinerja Misi-8 Tahun 2014-2018
No
8.1
8.2
8.3
1)
2)
Indikator Kinerja
pembangunan Daerah
Penurunkan penduduk miskin
(%)
Meningkatkan kepaspadaan
bencana, pencegahan
bencana dan penurunan
dampak bencana pada
desa/kelurahan (%)
Tanah longsor
Banjir
Gempa Bumi
Gelombang Pasang laut
Angin Puyuh/Putting Beliung
Gunung Meletus
Kebakaran Hutan
Kekeringan (lahan)
Tanah longsor
Pembangunan Daerah
Perbatasan
Penyelesaian perbatasan
darat Negara (%)
Penyelesaian perbatasan
Kabupaten (%)
Konerja Awal
RPJMD 2012
Proyeksi
2013
2017
2018
20.03
18,5
17.0
16,0
15,5
15,25
15,0
18.10
17.95
0.45
3.37
12.35
0.06
2.30
13.17
18.10
17.62
17.47
0.43
3.18
11.66
0.06
2.18
12.44
17.62
17.15
17.00
0.42
2.99
10.98
0.06
2.05
11.70
17.15
16.67
16.53
0.41
2.81
10.29
0.05
1.92
10.97
16.67
16.19
16.06
0.40
2.62
9.60
0.05
1.79
10.24
16.19
15.72
15.58
0.39
2.43
8.92
0.05
1.66
9.51
15.72
15.24
15.11
0.38
2.24
8.23
0.04
1.54
8.78
15.24
90
90
90
90
90
90
90
75
75
80
80
90
90
90
170
BAB 10
PEDOMAN TRANSISI DAN KAEDAH PELAKSANAAN
10.1. PEDOMAN PEMBANGUNAN
Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Nusa
Tenggara Timur Tahun 2014-2018 menjabarkan perencanaan strategis yang erat kaitannya dengan
proses menetapkan arah pembangunan, perkembangannya dan sasara pembangunan lima tahun
kedepan serta bagaimana mencapainya dan langkah-langkah strategis apa yang perlu dilakukan agar
tujuan tercapai sesuai visi, misi, dan program pembangunan.
RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2014-2018 menjadi landasan dan rujukan dalam
penyusunan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra-SKPD) dan menjadi
pedoman bagi penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten/Kota se-Nusa Tenggara Timur. Selanjutnya dalam pelaksanannya RPJMD ini dijabarkan
ke dalam rencana pembangunan tahunan daerah (RKPD) yang merupakan dokumen perencanaan
daerah untuk periode satu tahun.
Dalam RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2014-2018 telah ditetapkan 8 agenda
pembangunan prioritas yang akan dilaksanakan selama lima tahun sebagai berikut:
1. Peningkatan Kualitas Pendidikan, Kepemudaan dan Keolahragaan
2. Pembangunan Kesehatan
3. Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan dan Pengembangan Pariwisata
4. Pembenahan Sistem Hukum dan Birokrasi Daerah
5. Agenda Percepatan Pembangunan Infrastruktur Berbasis Tata Ruang dan Lingkungan Hidup
6. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
7. Pembangunan Perikanan dan Kelautan
8. Agenda Khusus:
a. Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
b. Penanggulangan Bencana
c. Pembangunan Daerah Perbatasan
Selama kurun waktu lima tahun ke depan, diasumsikan berbagai program dan kegiatan
pembangunan yang dirumuskan dalam RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2014-2018
dapat dilaksanakan dengan konsisten oleh lembaga perangkat daerah, yang didukung peran aktif
seluruh stakeholders dan partisipasi masyarakat. Hasil pembangunan diharapkan dapat menjadi
fondasi terwujudnya kesejahteraan masyarakat secara berkesinambungan dan perkembangan
pembangunan periode berikutnya.
Secara garis besar, pembangunan yang berlangsung lima tahun ke depan bukan saja
diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan kualitas pelayanan
publik, terutama di bidang pendidikan, dan kesehatan, perekonomian rakyat dan pariwisata yang
semakin berdaya saing, perikanan dan kelautan yang berkembang, berkurangnya jumlah penduduk
dan keluarga miskin, dan berkurangnya jumlah pengangguran, tetapi sekaligus mampu mewujudkan
keharmonisan kehidupan masyarakat serta tumbuhnya kemandirian dan sikap hidup lebih
demokratis demokratisasi dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pada periode lima tahun ke depan, ketertinggalan pembangunan yang menyebabkan
seluruh kabupaten se Nusa Tenggara Timur sebagai Kabupaten tertinggal dapat terkurangi secara
signifikan. Ketersediaan fasilitas publik dan kualitas layanan publik diharapkan dapat berjalan
dengan baik, didukung kinerja aparat pemerintahan yang bersih, kreatif, inovatif, disiplin, dan
akuntabel serta didukung kerja keras, kerja keras dan kerja tuntas seluruh elemen pembangunan.
Program dan kegiatan yang akan dilaksanakan tetap berusaha menjamin keberlanjutan dari
apa yang telah dilaksanakan dan dicapai pada tahun-tahun sebelumnya. Untuk periode selanjutnya,
Rancangan Awal RPJMD NTT 2014 2018
171
program pembangunan yang dikembangkan dapat lebih banyak berorientasi pada upaya
memfasilitasi dan memberi berbagai kemudahan ekonomi (economic facilities) yang benar-benar
nyata, dan peluangpeluang sosial (social opportunities) yang adil kepada masyarakat. Kemudahan
ekonomi adalah kesempatan dan makin terbukanya akses masyarakat terhadap berbagai sumbersumber produksi dan pasar. Sedangkan peluang-peluang sosial adalah upaya meningkatkan
kesempatan masyarakat melakukan mobilitas sosial-ekonomi secara vertikal didukung kualitas
pendidikan dan kesehatan yang baik, serta makin meningkatnya partisipasi aktif masyarakat dalam
berbagai sendi kehidupan. Untuk mewujdukan harapan tersebut program-Program pemberdayaan
dan program pro rakyat akan dittingkakan kuantitas dan kualitas pelaksanaannya.
172
173