Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang cara mendapatkannya
melalui langkah-langkah tertentu yang disebut logico hypotetico verifikasi.
Logico hypotetico verifikasi dimulai dengan mengajukan suatu permasalahan,
menyusun kerangka teori, merumuskan hipotesis, menguji hipotesis dan
menarik kesimpulan (Mulyo, 2005:9).
Berkaitan dengan ilmu pengetahuan ini, filsafat ilmu turut andil
sebagai cara pemikirannya. Hal ini terkait dengan hakikat ilmu itu sendiri,
proses mendapatkan ilmu tersebut serta kegunaan ilmu dalam kehidupan
sehari-harinya.
Oleh karena itu, pengetahuan tentang filsafat ilmu dianggap penting
untuk mengetahui hakikat filsafat dalam ilmu itu sendiri. Filsafat sebagai cara
memperoleh ilmu kah? Filsafat sebagai pedoman ilmu kah? Atau filsafat
sebagai sudut pandang ilmu.
Dalam hal ini makalah ini bermaksud memberikan sumbangsih
pengetahuan kepada pembaca mengenai pengetahuan, ilmu, filsafat, filsafat
ilmu pun segala yang melingkupinya secara sederhana.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Jelaskan Latar Belakang Filsafat Ilmu dan Tokohnya!
2. Apa yang di maksud Ilmu Sebagai Objek Kajian Filsafat?
3. Jelaskan Pengertian Filsafat dan Ilmu Secara Etimologi dan Terminologi!
4. Jelaskan Pengertian Filsafat Ilmu!
C. TUJUAN
1. Menjelaskan Latar Belakang Filsafat Ilmu dan Tokohnya!
2. Menjelaskan Ilmu Sebagai Objek Kajian Filsafat?
3. Menjelaskan Pengertian Filsafat dan Ilmu Secara Etimologi dan
Terminologi!
4. Menjelaskan Pengertian Filsafat Ilmu!

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. LATAR BELAKANG FILSAFAT ILMU DAN TOKOHNYA


1. Latar Belakang Lahirnya Filsafat Islam dan Tokoh-tokohnya
Sejarah filsafat Islam tidak dapat dilepaskan dari filsafat Yunani.
Filsafat Yunani dikembangkan oleh Alexander Agung yang sering juga
dikenal Iskandar Zulkarnain. Alexander Agung adalah Raja Macedonia yang
juga merupakan murid dari Aristoteles. Cita-cita Alexander ingin menguasai
Mesir karena Mesir dianggap tempat yang strategis untuk mengembangkan
kekuasaan dan peradaban. Ternyata keinginannya terwujud, sehingga dia
tidak hanya menguasai Mesir, tetapi juga Syiria dan sebagian India.
Alexander mencoba memperkenalkan filsafat dan budaya Yunani di
daerah jajahannya dengan cara menganjurkan para prajurit dan intelektual
Yunani untuk mengawini penduduk setempat sehingga mereka betah hidup di
tempat yang dikuasai. Transformasi inilah yang menjadi cikal bakal
perkembangan filsafat dan peradaban Yunani di luar wilayah Yunani. Karena
itu, tidak heran wilayah yang dikuasainya lebih maju dibandingkan dengan
Yunani sendiri. Peradaban Yunani lebih berkembang di Mesir, Syiria dan
Yudinsapur. Perkembangan peradaban filsafat Yunani di luar Yunani disebut
Hellenisme.
Hellenisme memiliki pengaruh masuknya filsafat dalam Islam. Sebab,
ketika Islam berhasil menaklukan Mesir, Syiria dan Baghdad, wilayah
tersebut sudah maju oleh peradaban Yunani. Pada masa al-Ma’mun, Harun
al-Rasyid dan al-Amin berusaha mengembangkan tradisi tersebut dengan
memberikan dorongan dan intensif yang cukup besar bagi perkembangan
filsafat dan ilmu. Jadi dapat dikatakan bahwa perhatian khalifah yang begitu
besar bagi perkembangan ilmu dan filsafat merupakan salah satu faktor
peradaban Islam maju dan dapat dibanggakan. Disamping itu, ayat-ayat Al-
Qur’an mendorong umat Islam untuk selalu memaksimalkan daya akalnya.
Perjumpaan tradisi Islam dengan tradisi-tradisi yang sudah maju merupakan
faktor lain yang cukup dominan dalam memberikan kontribusi positif bagi
kemajuan ilmu dan filsafat di dunia Islam. Kemajuan Islam relatif mudah
diraih karena bibit kemajuan sudah berkembang di wilayah tersebut. Begitu
juga filosof dan ilmuwan muslim bermunculan seiring dengan kemajuannya.
Tokoh filosof Islam yang terkenal di dunia sangatlah banyak, namun
beberapa tokoh yang sudah banyak dikenal antara lain :
a. Al-Kindi
Falsafat baginya adalah pengetahuan tentang yang benar. Tuhan dalam
falsafatnya tidak mempunyai hakikat dalam arti aniyah maupun hamiyah.

2
Tidak aniyah karena Tuhan tidak masuk dalam benda-benda yang ada
dalam alam. Tidak hamiyah karena Tuhan tidak merupakan genus atau
species. Sesuai paham dalam Islam, Tuhan bagi Al-Kindi adalah pencipta
dan bukan penggerak pertama sebagaimana pendapat Aristoteles.
b. Al-Razi
Seorang rasionalis yang hanya percaya pada kekuatan akal dan tidak
percaya pada wahyu dan perlunya Nabi-nabi. Ia berkeyakinan bahwa
akal manusia kuat untuk mengetahui yang baik dan yang buruk, untuk
tahu pada Tuhan dan mengatur hidup manusia di dunia ini.
c. Al-Farabi
Berkeyakinan bahwa falsafat tak boleh dibocorkan dan sampai ke tangan
orang awam. Oleh karena itu, para filosof harus menuliskan pendapat-
pendapat dalam gaya bahasa yang gelap agar jangan diketahui oleh
sembarang orang. Ia mengatakan bahwa agama dan falsafat tidak
bertentangan, keduanya sama-sama membawa kepada kebenaran.
d. Ibn Thufail
Menurutnya, filsafat dan agama adalah selaras, bahkan merupakan
gambaran dari hakikat yang satu. Yang dimaksudkan agama di sini
adalah batin dan syari’at. Dia juga menyadari adanya perbedaan tingkat
akal antara sesama manusia.
e. Ibn Rusyd
Sebagai filsuf besar, juga memikirkan, membahas dan memecahkan
masalah-masalah yang pernah dipikirkan oleh filsuf-filsuf sebelumnya. Ia
tidak menerima begitu saja pikiran-pikiran mereka, tetapi mereka
menerima yang setuju dan menolak yang sebaliknya.
f. Nashiruddin Thusi
Filsafat pertama meliputi alam semesta dan hal-hal yang berhubungan
dengan alam semesta. Termasuk dalam hal ini pengetahuan tentang
ketunggalan dan kemajemukan, kepastian dan kemungkinan, esensi dan
eksistensi, kekekalan dan ketidakkekalan. Bagi dia Tuhan tidak perlu
dibuktikan secara logis. Eksistensi Tuhan harus diterima dan dianggap
sebagai postulat, bukannya dibuktikan. Mustahil bagi manusia yang
terbatas untuk memahami Tuhan di dalam keseluruhan-Nya, termasuk
membuktikan eksistensi-Nya.
g. Suhrawardi Al-Maqtul
Menggunakan istilah atau lambang yang berbeda dari biasanya dipahami
orang banyak. Seperti barzah, tidak berkaitan dengan persoalan kematian.
Namun istilah tersebut adalah ungkapan pemisah antara dunia cahaya
dengan dunia kegelapan. Timur dan Barat tidak berhubungan dengan
letak geografisnya, tetapi berlandaskan pada penglihatan horizontal yang

3
memanjang dari Timur ke Barat. Jadi, makna Timur diartikan sebagai
Dunia Cahaya atau Dunia Malaikat yang bebas dari kegelapan dan
materi, sedangkan Barat adalah Dunia Kegelapan dan Materi. Barat
Tengah adalah langit-langit yang menampakkan pembauran antara
cahaya dengan sedikit kegelapan. Timur yang sebaliknya adalah apa
yang berada dibalik langit yang kelihatan, dan apa yang di atasnya, maka
batas antara Timur dan Barat bukanlah falak bulan seperti dalam filsafat
Aristotelian, tetapi ia adalah langit bintang-bintang tetap, atau penggerak
yang tidak bergerak.
h. Mulla Shadra
Menurutnya, filsafat dibedakan menjadi dua pembagian utama yaitu :
1) Bersifat teoritis, yang mengacu kepada pengetahuan tentang segala
sesuatu sebagaimana adanya. Perwujudannya tercermin dalam dunia
akal, termasuk jiwa didalamnya sebagaimana yang dikemukakan
oleh Al-Farabi dan Ibn Sina.
2) Bersifat praktis, yang mengacu pada pencapaian kesempurnaan-
kesempurnaan yang cocok bagi jiwa. Perwujudannya adalah
mendekatkan diri kepada Tuhan. Ia juga meyakini adanya titik temu
antara filsafat dan agama sebagai kesatuan kebenaran yang dapat
dibuktikan melalui mata rantai historis yang berkesinambungan dari
Adam sampai Ibrahim, orang-orang Yunani, para sufi Islam dan para
filsuf.
2. Latar Belakang Lahirnya Filsafat Islam dan Tokoh-tokohnya
1) Filsafat Sebelum Socrates
Filsafat yunani dalam sejarah filsafat merupakan tonggak pangkal
munculnya filsafat, sekitar abad VI SM, di wilayah Yunani muncul
pemikir-pemikir yang disebut filosof alam. Pada masa itu keterangan-
keterangan tentang terjadinya alam semesta serta dengan penghuninya,
akan tetapi ketenagan ini berdasarkan hanya kepercayaan, ahli-ahli pikir
tidak puas akan keterangan itu,lalu mencoba mencari keterangan melalui
budinya. Mereka menanyakan dan mencari jawabanya, apakah
sebetulnya alam ini, apakah inti sarinya, mereka mencari inti alam
dengan bahasa yunani mereka mencari arche ( Arche berarti mula,asal).
Para filosof yang tergolong dalam filosof alam adalah:
a) Thales (625 – 545 SM)
Thales merupakan bapak filosofi Yunani dan merupakan filosof pertama,
dimana ia berpendapat bahwa dasar pertama atau intisari alam adalah air.
Aristoteles lah yang menyimpulkan semua ajaran Thales, dimana ia
berpikir semuanya itu air, air yang cair adalah pangkal, pokok dan dasar (

4
principle ) segala galanya semua barang terjadi dari air dan semuanya
kembali kepada air pula.
Dalam pandangan Thales yang animisme. Animisme adalah kepercayaan,
bahwa bukan saja barang yang hidup mempunyai jiwa tetapi juga benda
mati. Kepercayaan ini dikuatkan dengan pengalaman yaitu ketika besi
berani dan batu api yang di gosok sampai panas menarik barang yang ada
di dekatnya dan ini di pandangnya mempunyai kodrat tanda berjiwa.
b) Pythagoras (580 – 500 SM)
Menurut Pythagoras dasar segala sesuatunya adalah bilangan, sehingga
orang yang tahu dan mengerti betul akan bilangan, tahu juga ia akan
segala sesuatunya. Ia juga ada sedikit memperfilsafatkan manusia, ia
mengemukakan pendapat bahwa manusia adalah sesuatu yang bukan
jasmani dan yang tak dapat mati, yang masih terus ada, jika manusia
sudh tidak ada,menurut dia jiwa itu sekarang terhukum dan dari itu
terkurung dalam badan, manusia membersihkan diri dan karena
pembersihan ini (catharsis) jiwa mungkin melepaskan dirinya dari
kurungan dan demikian dapatlah ia masuk kedalam kebahagiaan, jika
belum cukup khatarsisnya,maka terpaksalah jiwa itu, jika manusianya
meninggal, akan masuk ke dalam badan lain. Sebagai contoh yang ia
lihat ketika tampak seseorang sedang memukul anjing, sehingga anjing
itu menjerit jerit dan lalu ia berkata : “hai Sanak, jangan di pukul anjing
itu, di dalamnya ada jiwa seorang sahabatku, terdengarlah olehku
jeritnya“.
Menurut Pythagoras manusia itu asalnya Tuhan, Jiwa itu adalah
penjelmaan dari Tuhan yang jatuh ke dunia karena berdosa, dan ia akan
kembali ke langit ke dalam lingkungan Tuhan bermula, apabila sudah
habis di cuci dosanya itu.
Hidup murni adalah jalan untuk menghapuskan dosanya, tetapi prosesnya
tidak tercapai sekaligus melainkan berangsur-angsur, untuk mencapai
hidup murni haruslah orang memantangkan makan daging dan kacang,
dan Pythagoras menjadi penganjur vegetarisme, makan sayur mayur dan
buah-buahan.
Adapun pengetahuan yang dimaksud di atas itu tak boleh dipisahkan dari
catharsis, makin bersih manusia , makin baik pengetahuannya juga, sebab
itu lalu ada hubungan erat antara tingkah laku dan pengetahuan.
2) Perkembangan Masa Socrates
Perkembangan filsafat di Yunani amat pesat jalannya dan besarlah minat
orang terhadap filsafat. Istilah cinta pada kebijaksanaan ini menjadi kata
sehari-hari. Banyak orang yang mengikuti pelajaran dan pidato ahli fikir
atau pencinta kebijaksanaan .

5
Filosof pada zaman Sokrates adalah:
a) Sofisme
Sofisme berasal dari kata sofis yang berarti cerdik, pandai. Berhubungan
dengan minat orang terhadap filsafat, maka timbullah orang-orang yang
menamai dirinya bijaksana. Sofoi ( bijaksana ) artinya mereka sudah
memiliki kebijaksanaan, mereka tidak berusaha mencari kebijaksanaan,
dan ini berkembang menjadi bersilat lidah, sebab kaum sofis cara
meyampaikan filsafatnya dengan hal berkeliling ke kota-kota dan ke
pusat-pusat.
Ajaran Sofis adalah :
 Manusia menjadi ukuran segala galanya
 Kebenaran umum ( mutlak ) tidak ada
 Kebenaran hanya berlaku sementara
 Kebenaran tidak terdapat pada dirinya sendiri
Tergolong aliran Relativisme,pengaruhnya :
 Positif, dimana banyak orang yang terampil berpidato
 Negatif, dimana orang tidak bertanggung jawab atas ucapan-
ucapannya, sebab apa yang di katakan hari ini untuk sesuatu, bisa saja
hari besoknya berlawanan dengan dalil bahwa kebenaran hanyalah
berlaku sementara.
 Dunia pengetahuan jadi tidak pasti dan semata-mata terletak di tangan
orang-orang yang kecakapannya berpidato.
 Kecakapan berpidato menjadi kunci kebenaran untuk membela suatu
pendirian.
Pemikirannya à Ukuran segala sesuatu tentang adanya yang ada dan
tentang adanya yang tidak ada.
b) Gorgias ( 475 sm )
Pandangan falsafahnya ia mengajukan tiga proporsi :
 Pertama : Tidak ada yang ada ; maksudnya realitas itu sebenarnya
tidak ada, kita harus mengatakan bahwa realitas itu tunggal dan
banyak, terbatas dan tak terbatas, dicipta dan tak di cipta.
 Kedua : Akal tidak juga mampu menyakinkan kita tentang bahan alam
semesta karena kita telah ditentang oleh dilema subyektif.
 Ketiga : Ia menegaskan sekalipun realitas itu dapat kita ketahui,
namun ia tidak dapat diberitahukan kepada orang lain.
Ajaran Sokrates dipusatkan kepada manusia, ia mencari pengertian yang
murni dan sebenarnya pengertian sejati, jadi filsafat itu dipusatkan oleh
sokrates pada manusia dan terutama pada tingkah lakunya, filsafat tidak
lain adalah usaha melalui pengertian sejati untuk mencapai kebajikan.
3) Filsafat Klasik

6
Disebut filsafat klasik karena falsafah yang dibangunnya mampu
menguasai system pengetahuan alam pikiran barat sampai kira-kira
selama dua ribu tahun.
Para filosof klasik muncul berusaha untuk membangkitkan kembali
kepercayaan masyarakat terhadap ilmu pengetahuan yang waktu itu
mengalami pendangkalan dan melemahnya tanggung jawab manusia
karena pengaruh negative dari para filosof.
Filosof klasik antara lain:
 Plato ( 427 – 347 sm )
Plato di lahirkan di Athena tahun 427 sm dan hidup sezaman dengan
Socrates. Plato mencoba mencari penyelesaian dalam soal lama yaitu
tentang pertanyaan, hanya terdapat yang berubah-ubahkah
(HERAKLEITOS) atau yang tetapkah (PARMENINDES) manakah yang
benar, pengetahuan indra ataukah pengetahuan budi. Yang berubah itu
dikenal dengan pengalaman, adapun yang tetap kita kenal dengan budi
kita, yang berubah itu realitas dunia pengalaman ini.
Dunia ide à mengingat dua pengetahuan yang bermacam-macam itu,
boleh di katakana bahwa manusia itu masuk dalam dua dunia yaitu dunia
pengalaman dan dunia yang tetap yang di sebut dunia ide. Yang ada di
dunia ide itu adalah idea yang sifatnya satu dalam macamnya, tetap dari
itu, tidak berubah-ubah. Idea idea itu merupakan suatu yang sungguh-
sungguh ada realitas. Tugas idea itu memimpin budi kita, ia menjadi
contoh terhadap dunia pengalaman ini, dalam dunia idea itu ada
tingkatan-tingkatan yaitu yang tertinggi ialah idea “ kebaikan”.
Dunia bayang-bayang adalah dunia pengalaman. Dunia yang sebenarnya
itu dunia idea. Idea-idea yang ada di sana itu realitas yang sebenarnya,
yang merupakan contoh dan pawing bagi hal di dunia ini, manusia itu
asalnya dari dunia idea, maka dari itu tujuannya di dunia ini tidak terus
menerus ada di dunia baying-bayang saja, melainkan haruslah ia kembali
ke asal mulanya untuk selama-lamanya karena idea yang tertinggi adalah
kebaikan. Untuk mempersiapkan diri bagi pulangnya ke dunia idea ini,
maka haruslah orang sekarang dalam tindakannya berusaha sungguh-
sungguh tidak hanya puas akan yang bermacam-macam dan berubah-
ubah dan yang fana ini, melainkan haruslah ia sekarang sedapat mungkin
menyelami hal-hal fana itu sampai ia mempunyai pengertian yang
sebaik-baiknya di dunia ini hendaknya ia dapat mengambil intisari dari
dunia pengalaman. Jika sudah waktunya jiwa terlepas dari badannya,
maka dengan bekal yang diperolehnya itu akan masuklah ia untuk
memandangi dan menikmati idea-idea di dunia baka dengan idea
“kebaikan” dan itulah kepuasan dan kebahagian yang sempurna. Hanya

7
para bijaksana saja yang dapat dan patut menjadi pengemudi Negara, dan
filsafat plato yang terkenal adalah pemikiran dia tentang Negara.
 Aristoteles
Aristoteles dilahirkan di Stagira pada tahun 384, karyanya banyak sekali,
dia bukan saja ahli filsafat, tetapi ahli semua ilmu yang terkenal pada saat
itu, Karya Aristoteles di bagi menjadi empat yaitu :
 Logika à biasanya disebutorganon ( alat ) membentangkan tentang
pengertian, putusan, syllogismus,bukti.
 Fisika à tentang alam, langit, bintang dan hewan, jiwa.
 Metafisika à tentang filsafat.
 Pengetahuan praktik à etika,tatanegara atena dan tentang ceramah dan
berpidato.
Logika menurut aristoteles adalah ajaran tentang jalan pikiran dan
bukti, jalan pikiran itu baginya berupa syllogismus, yaitu putusan dua
yang tersusun demikian rupa sehingga melahirkan putusan yang ke tiga.
Tiap putusan terdiri dari pengertian, jika pengertian satu dihubungkan
dengan pengertian lain maka adalah putusan.
Aristoteles membedakan sepuluh macam pengertian yang disebutnya
kategoria yaitu Substantia yang mengenai inti hal yang ditunjuk
pengertian itu dan Sembilan lainnya hanya mengenai yang kebetulan
saja, yaitu : kuantitas, kualitas, hubungan, waktu, lingkungan, keadaan,
tempat, aktivitas dan passivitas. Pengertian yang bukan substansia ini
disebut accidensia.
Bagi aristoteles pengetahuan itupun ada dua macam, ialah pengetahuan
indra dan pengetahuan budi, kedua-duanya adalah pengetahuan yang
sesungguhnya, kedua-duanya mungkin benar, mungkin sesuai objeknya.
Pengetahuan indra mencapai yang kongkrit, pengetahuan budi mencapai
inti.
Aristoteles terkenal sebagai Bapak Logika, dimana pandangan filsafatnya
tentang etika adalah sarana untuk mencapai kebahagiaan dan merupakan
sebagai barang yang tertinggi dalam kehidupan. Etika dapat mendidik
manusia supaya memiliki sikap yang pantas dalam segala perbuatan
lebih lanjut, ia menjelaskan kebaikan terletak di tengah-tengah antara dua
ujung yang paling jauh. Contoh pemberani adalah sifat baik yang terletak
di antara pengecut dan nekat.
B. ILMU SEBAGAI OBJEK KAJIAN FILSAFAT

Pada dasarnya, setiap ilmu memiliki dua objek, yaitu objek material
dan objek formal. Objek material adalah sesuatu yang dijadikan sasaran
penyelidikan, seperti tubuh manusia adalah objek material ilmu kedokteran.

8
Adapun objek formalnya adalah metode untuk memahami objek material
tersebut, seperti pendekatan induktif dan deduktif. Filsafat sebagai proses
berpikir yang sistematis dan radikal juga memiliki objek material dan objek
formal. Objek material filsafat adalah segala sesuatu yang ada mencangkup
ada yang tampak da nada yang tidak tampak. Ada yang tampak adalah dunia
empiris, dan yang tidak tampak adalah alam metafisika. Sebagian filosof
membagi objek material filsafat atas tiga bagian, yaitu yang ada dalam alam
empiris, yang ada dalam pikiran dan yang ada dalam kemungkinan. Adapun
objek formal filsafat adalah sudut pandang yang menyeluruh, radikal dan
rasional tentang segala yang ada.

Will Durant mengibaratkan filsafat bagaikan pasukan mariner yang


merebut pantai untuk pendaratan pasukan infanteri. Pasukan infanteri adalah
sebagai pengetahuan yang diantaranya adalah ilmu. Filsafatlah yang
menyediakan tempat berpijak bagi kegiatan keilmuan setelah itu, ilmu
berkembang sesuai dengan spesialisasi masing-masing, sehingga ilmulah
secara praktis membelah gunung dan merambah hutan. Setelah itu, filsafat
kembali ke laut lepas untuk berspekulasi dan melakukan eksplorasi lebih
jauh.

Karena itu, filsafat oleh para filosof disebut sebagai induk ilmu. Sebab
dari filsafatlah, ilmu-ilmu modern dan kontemporer berkembang, sehingga
manusia dapat menikmati ilmu dan sekaligus buahnya, yaitu teknologi.
Awalnya filsafat terbagi pada teoritis dan praktis. Filsafat teoritis
mencangkup metafisika, fisika, matematika, dan logika. Sedangkan filsafat
praktis adalah ekonomi, politik, hokum dan etika. Setiap bidang ilmu ini
kemudian berkembang dan menspesialisasi, seperti fisika berkembang
menjadi biologi, biologi berkembang menjadi anatomi, kedokteran dan
kedokteranpun terspesialisasi menjadi beberapa bagian. Perkembangan ini
dapat di ibaratkan sebuah pohon dengan cabang dan ranting yang semakin
lama semakin rindang.

Dalam perkembangan selanjutnya filsafat bukan sebagai induk lagi


karena filsafat sudah menjadi bagian dari ilmu tersebut dan sudah sektorial,
contohnya, filsafat agama, filsafat hokum, dan filsafat ilmu. Di sisi lain,
perkembangan ilmu yang sangat cepat tidak saja menjauhkan ilmu dari
induknya, tetapi juga mendorong munculnya arogansi dan bahkan
kompartementalisasi yang tidak sehat antara satu bidang ilmu dengan bidang
yang lain. Tugas filsafat dianaranya adalah menyatukan visi keilmuan itu
sendiri agar tidak terjadi bentrokan antara berbagai kepentingan.

9
Ilmu sebagai objek filsafat sepatutnya mengikuti alur filsafat, yaitu
objek material yang didekati lewat pendekatan radikal, menyeluruh dan
rasional. Begitu juga sifat pendekatan spekulatif dalam filsafat sepatutnya
merupakan bagian dari ilmu karena ilmu dilihat pada posisi yang tidak
mutlak, sehingga masih ada ruang untuk berspekulasi demi pengembangan
ilmu itu sendiri.

C. PENGERTIAN FILSAFAT DAN ILMU SEBAGAI ETIMOLOGI DAN


TERMINOLOGI
Secara etimologi, istilah filsafat berasal dari bahasa Arab, yaitu
falsafah atau juga dari bahasa Yunani yaitu philosophia – philien : cinta dan
sophia : kebijaksanaan. Jadi bisa dipahami bahwa filsafat berarti cinta
kebijaksanaan. Dan seorang filsuf adalah pencari kebijaksanaan, pecinta
kebijaksanaan dalam arti hakikat.
Pengertian filsafat secara terminologi sangat beragam. Para filsuf
merumuskan pengertian filsafat sesuai dengan kecenderungan pemikiran
kefilsafatan yang dimilikinya. Seorang Plato mengatakan bahwa : Filsafat
adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang
asli. Sedangkan muridnya Aristoteles berpendapat kalau filsafat adalah ilmu (
pengetahuan ) yang meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-
ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika. Lain
halnya dengan Al Farabi yang berpendapat bahwa filsafat adalah ilmu (
pengetahuan ) tentang alam maujud bagaimana hakikat yang sebenarnya.
Beberapa arti filsafat menurut para ahli:
 Aristoteles ( (384 - 322 SM) : Bahwa kewajiban filsafat adalah
menyelidiki sebab dan asas segala benda. Dengan demikian filsafat
bersifat ilmu umum sekali. Tugas penyelidikan tentang sebab telah dibagi
sekarang oleh filsafat dengan ilmu.
 Cicero ( (106 – 43 SM ) : filsafat adalah sebagai “ibu dari semua seni “(
the mother of all the arts“ ia juga mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae
(seni kehidupan )
 Johann Gotlich Fickte (1762-1814 ) : filsafat sebagai Wissenschaftslehre
(ilmu dari ilmu-ilmu , yakni ilmu umum, yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu
membicarakan sesuatu bidang atau jenis kenyataan. Filsafat
memperkatakan seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu mencari kebenaran
dari seluruh kenyataan.
 Paul Nartorp (1854 – 1924 ) : filsafat sebagai Grunwissenschat (ilmu dasar
hendak menentukan kesatuan pengetahuan manusia dengan menunjukan
dasar akhir yang sama, yang memikul sekaliannya .

10
 Imanuel Kant ( 1724 – 1804 ) : Filsafat adalah ilmu pengetahuan yange
menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang didalamnya
tercakup empat persoalan.
Apakah yang dapat kita kerjakan ?(jawabannya metafisika )
Apakah yang seharusnya kita kerjakan (jawabannya Etika )
Sampai dimanakah harapan kita ?(jawabannya Agama )
Apakah yang dinamakan manusia ? (jawabannya Antropologi )
 Notonegoro: Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut
intinya yang mutlak, yang tetap tidak berubah , yang disebut hakekat.
 Driyakarya : filsafat sebagai perenungan yang sedalam-dalamnya tentang
sebab-sebabnya ada dan berbuat, perenungan tentang kenyataan yang
sedalam-dalamnya sampai “mengapa yang penghabisan “.
 Sidi Gazalba: Berfilsafat ialah mencari kebenaran dari kebenaran untuk
kebenaran , tentang segala sesuatu yang di masalahkan, dengan berfikir
radikal, sistematik dan universal.
 Harold H. Titus (1979 ): (1) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan
kepecayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara
tidak kritis. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap
kepercayaan dan sikap yang dijunjung tinggi; (2) Filsafat adalah suatu
usaha untuk memperoleh suatu pandangan keseluruhan; (3) Filsafat adalah
analisis logis dari bahasa dan penjelasan tentang arti kata dan pengertian (
konsep ); Filsafat adalah kumpulan masalah yang mendapat perhatian
manusia dan yang dicirikan jawabannya oleh para ahli filsafat.
 Hasbullah Bakry: Ilmu Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala
sesuatu dengan mendalam mengenai Ke-Tuhanan, alam semesta dan
manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana
sikap manusia itu sebenarnya setelah mencapai pengetahuan itu.
 Prof. Mr.Mumahamd Yamin: Filsafat ialah pemusatan pikiran , sehingga
manusia menemui kepribadiannya seraya didalam kepribadiannya itu
dialamiya kesungguhan.
 Prof.Dr.Ismaun, M.Pd. : Filsafat ialah usaha pemikiran dan renungan
manusia dengan akal dan qalbunya secara sungguh-sungguh , yakni secara
kritis sistematis, fundamentalis, universal, integral dan radikal untuk
mencapai dan menemukan kebenaran yang hakiki (pengetahuan, dan
kearifan atau kebenaran yang sejati.
 Bertrand Russel: Filsafat adalah sesuatu yang berada di tengah-tengah
antara teologi dan sains. Sebagaimana teologi , filsafat berisikan
pemikiran-pemikiran mengenai masalah-masalah yang pengetahuan
definitif tentangnya, sampai sebegitu jauh, tidak bisa dipastikan;namun,

11
seperti sains, filsafat lebih menarik perhatian akal manusia daripada
otoritas tradisi maupun otoritas wahyu.
D. PENGERTIAN FILSAFAT ILMU
1. Filsafat Ilmu
 Idzam (2012:1) menyatakan Filsafat ilmu atau teori keilmuan, sering
direduksi hanya menjadi ajaran tentang metode keilmuan. Lebih jelas lagi,
ia direduksi menjadi sebuah refleksi atau metode-metode yang belum
dimasukkan ke dalam bidang matematika atau logika formal, etika dan
nilai. Padahal filsafat ilmu tidak boleh dibatasi atau direduksi hanya
sekedar mengenal metode-metode atau teori-teori. Apabila filsafat ilmu
atau teori keilmuan tidak direduksi, maka sebagai filsafat, akan dapat
merefleksikan pertanyaan-pertanyaan yang bersangkut paut dengan
masalah keilmuan dan kehidupan yang lebih luas.
 Sedangkan Martini (2011:109) menyatakan bahwa Filsafat ilmu adalah
bagian dari filsafat pengetahuan yang secara spesifik mengkaji hakikat
ilmu atau pengetahuan ilmiah. Ilmu merupakan cabang dari pengetahuan.
Sasaran filsafat ilmu adalah mengadakan penataan dan pengetahuan atas
dasar asas-asas yang yng dapat menerangkan terjadinya ilmu pengetahuan.
Dalam melakukan penataan dan pengorganisasian ilmu, filsafat ilmu
pertama-tama berusaha menjelaskan unsur yang terlibat dalam penelitian
ilmiah, yaitu: prosedur-prosedur pengamatan, pola-pola argumentasi, metode
penyajian dan perhitungan, asumsi-asumsi metafisika dan seterusnya.
Kemudian mengevaluasi dasar-dasar validitasnya berdasarkan sudut p andang
logika formal, dan metodologi praktis

Djamaris (2011:112) menyatakan perbedaan filsafat dengan filsafat


ilmu, sebagai berikut:

1) Objek material filsafat bersifat universal. Yaitu segala sesuatu yang ada
di dalam realita. Di pihak lain, objek material filsafat ilmu bersifat khusu
dan empiris. Artinya ilmu terfokus pada disiplin bidang masing-masing
secara kaku dan terkotak-kotak. Sedangkan kajian filsafat tidak terkotak-
kotak.
2) Objek formal atau sudut pandang filsafat bersifat non fragmentaris
karena mencari pengertian dari segala sesuatu yang ada secara luas,
mendalam, dan mendasar. Sedangkan filsafat ilmu bersifat fragmentaris,
spesifik, dan intensif.
3) Filsafat dilaksanakan dalam suatu suasana pengetahuan yang
menonjolkan daya spekulasi, pemikiran kritis, dan pengamatan. Filsafat
Ilmu menggunakan pendekatan riset.
Sedangkan persamaan filsafat dan filsafat ilmu adalah sebagai berikut:

12
1) Filsafat dengan filsafat ilmu sama-sama mencari rumusan yang terbaik
dalam melakukan penyelidikan secara tuntas.
2) Filsafat dengan filsafat ilmu sama-sama memberikan pemahaman tentang
kejadian dan pemahamannya.
3) Filsafat dengan filsafat ilmu sama-sama menyintesis pandangan yang
berhubungan dan berkaitan.
4) Filsafat dengan filsafat ilmu sama-sama memiliki sistem dan metode
penelaahan.
5) Filsafat dengan filsafat ilmu sama-sama memberikan penjelasan tentang
kenyataan secara holistik yang timbul dari rasa ingin tahu manusia dan
pengetahuan yang didasarinya.
6) Filsafat menurut Hamdani dan Ihsan (2001:11) bila ditinjau dari segi
bahasa dapat disimpulkan sebagai pengetahuan tentang kebijaksanaan,
pencarian kebenaran, dan pengetahuan tentang dasr-dasar atau prinsip-
prinsip.
Perbedaan mendasar antara filsafat dengan filsafat ilmu yang
dikemukakan oleh Erliana (2011:09) adalah filsafat diartikan sebagai proses
berpikir dalam melakukan penyelidikan tentang ciri-ciri untuk
memperolehnya secara benar sampai pada hakikatnya. Sedangkan filsafat
ilmu diartikan bukan hanya mempersoalkan gejala-gejala atau fenomena,
tetapi yang dicari adalah hakikat dari suatu fenomena.
2. Ruang Lingkup Filsafat Ilmu
Ruang lingkup filsafat ilmu menurut Jujun Suriasumantri (dalam
Nasiwan, 2010:6) dilandaskan atas tiga hal, ontologi, epistimologi, dan
aksiologi.
Ruang lingkup filsafat ilmu dapat diartikan ilmu sebagai objek kajian
filsafat. Amsal (2004:1) menyatakan bahwa pada dasarnya setiap ilmu
memiliki dua objek. Yaitu objek material dan objek formal. Objek material
adalah sesuatu yang dijadikan sasaran penyelidikan. Sedangkan objek formal
adalah metode untuk memahami objek material tersebut.
Ilmu sebagai objek kajian filsafat sudah sepatutnya mengikuti alur
filsafat. Yaitu objek material yang didekati lewat pendekatan radikal,
menyeluruh, dan rasional. Begitu juga sifat pendekatan spekulatif dalam
filsafat sepantasnya merupakan bagian dari ilmu. Karena ilmu dilihat dari
posisi yang tidak mutlak. Sehingga masih ada ruang untuk berspekulasi demi
pengembangan ilmu itu sendiri. Ilmu sebagai objek kajian filsafat karena
dirasa relevan untuk dikaji dan didalami.
 Cosmologi, yaitu suatu pemikiran dalam permasalahan yang
berhubungan dengan alam semesta, ruang dan waktu, kenyataan hidup

13
manusia sebagai ciptaan tuhan, serta proses kejadian dan perkembangan
hidup manusia di alam nyata, dan sebagainya.
 Ontologi, yaitu suatu pemikiran tentang asal usul kejadian alam semesta,
dari mana dan ke arah mana proses kejadiannya. Pemikiran ontologis
akhirnya akan menentukan suatu kekuatan yang menciptakan alam
semesta ini, apakah pencipta itu suatu zat (monoisme) ataukah dua zat
(Dualisme) atau banyak zat (Pluralisme). Dan apakah kekuatan
penciptaan alam semesta ini bersifat kebendaan ataukah roh. Bilamana
kekuatan itu bersifat kebendaan, paham ini disebut materialisme dan bila
bersifat roh, paham ini disebut spiritualisme (serba roh).
 Philosophy of mind, yaitu pemikiran filosofis tentang jiwa dan
bagaimana hubungannya dengan jasmani serta bagaimana tentang
kebebasan berkehendak manusia (free will), dan sebagainya.
 Epistemologi, yaitu pemikiran tentang apa dan bagaimana sumber
pengetahuan manusia diperoleh; apakah dari akal pikiran (aliran
Rasionalisme) atau dari pengalaman pancaindra (aliran Empirisme) atau
dari ide-ide (aliran Idealisme) atau dari Tuhan (aliran Teologisme). Juga
pemikiran tentang validitas pengetahuan manusia, artinya sampai dimana
kebenaran pengetahuan kita. Hal ini menimbulkan berbagai pahan seperti
idealisme yang beranggapan bahwa kebenaran itu terletak dalam ide,
sedang realisme beranggapan bahwa kebenaran terletak pada kenyataan
yang ada (realitas). Juga paham pragmatisme bahwa kebenaran itu
terletak pada kemanfaatan atau kegunaannya, bukan pada ide atau realita.
 Aksiologi, yaitu suatu pemikiran tentang masalah nilai-nilai termasuk
nilai-nilai tinggi dari Tuhan. Misalnya, nilai moral, nilai agama, nilai
keindahan (estetika). Aksiologi ini mengandung pengertian lebih luas
daripada etika atau higher values of life (nilai-nilai kehidupan yang
bertaraf lebih tinggi)

14
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Filsafat dibagi menjadi 4 babakan yakni Filsafat klasik, filsafat abad
pertengahan filsafat modern dan filsafat kontemporer. Filsafat klasik di
dominasi oleh rasionalisme, filsafat abad pertengahan didominasi dengan
doktrin-doktrin agama Kristen selanjutnya filsafat modern didominasi oleh
rasionalisme sedangkan filsafat kontemporer didominasi oleh kritik terhadap
filsafat modern.
Filsafat barat kontemporer ini muncul pada abad XX sebagai kritik
dari filsafat modern, hal ini dapat terungkap dalam istilah dekonstruksi, yang
didekonstruksi oleh filsafat kontemporer ini adalah rasionalisme yang
digunakan untuk membangun seluruh isi kebudayaan dunia barat,
Rasionalisme Filsafat modern perlu di dekonstruksi menurut Ahmad
Tafsir karena ia Filsafat yang keliru dan juga keliru cara penggunaannya,
akibatnya budaya Barat menjadi hancur. Renaisans yang secara berlebihan
mendewakan rasio manusia. Mencerminkan kelemahan manusia modern.
Akibatnya timbullah kecenderungan untuk menyisihkan seuruh nilai dan
norma yang berdasarkan agama dalam memandang kenyataan hidup,
sehingga manusia modern yang mewarisi sikap positivistic cenderung
menolak keterkaitan antara substansi jasmani dan rohani manusia, mereka
juga menolak adanya hari akhirat, akibatnya manusia terasing tanpa batas,
kehilangan orientasi dan sebagai konsekuensinya lahirlah trauma kejiwaan
dan ketidakstabilan hidup.
Aliran-aliran yang muncul pada abad ini adalah Pragmatisme,
vitalisme, Fenomenologi, Eksistensialisme, Filsafat Analitis (filsafat bahasa),
Strukturalisme dan Postmodernisme.
B. SARAN
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, ke depannya
penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makala di atas
dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang sesungguhnya dapat
dipertanggungjawabkan.

15
DAFTAR PUSTAKA

 https://alshof.wordpress.com/2015/12/08/180/
 https://www.materipendidikan.info/2017/12/latar-belakang-lahirnya-filsafat-
islam.html
 https://abadisaada.blogspot.co.id/2010/10/filsafat-barat-kontempore.html
 http://kumpulanmakalahq.blogspot.co.id/2011/07/perkembangan-filsafat-dan-
tokoh.htmlhttp://kumpulanmakalahq.blogspot.co.id/2011/07/perkembangan-
filsafat-dan-tokoh.html
 http://dahsyat-me.blogspot.co.id/2015/02/ilmu-sebagai-objek-kajian-
filsafat.html
 http://papfastabiqulkhairat.blogspot.co.id/2010/07/pengertian-filsafat-secara-
etimologi.html

16

Anda mungkin juga menyukai