OLEH :
KELOMPOK V
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini membahas tentang "Budaya Masyarakat Bugis/Luwu". Kami
menyusun makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Antropologi dan
Budaya yang diampu oleh Ibu Sunarni Yassa, S.Ag.,M.Pd
Kelompok V
i
DAFTAR ISI
Sampul ..................................................................................................................
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Suku Bugis adalah salah satu suku yang berdomisili di Sulawesi Selatan.
Ciri utama kelompok etnik ini adalah bahasa dan adat-istiadat, sehingga
pendatang Melayu dan Minangkabau yang merantau ke Sulawesi sejak abad ke-15
sebagai tenaga administrasi dan pedagang di Kerajaan Gowa dan telah
terakulturasi, juga bisa dikategorikan sebagai orang Bugis. Diperkirakan populasi
orang Bugis mencapai angka enam juta jiwa. Kini orang-orang Bugis menyebar
pula di berbagai provinsi Indonesia, seperti Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah,
Papua, Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan. Orang Bugis juga banyak yang
merantau ke mancanegara seperti di Malaysia, India, dan Australia.
Suku Bugis hidup dari berburu, menangkap ikan, bertani, beternak dan
kerajinan. Mereka yang tinggal dipegunungan hidup dari bercocok tanam, sedang
yang dipesisir hidup sebagai nelayan.Mereka dikenal sebagai pedagang barang
kelontong, juga terkenal sebagai pelaut yang sering merantau & menyebar ke
seluruh Indonesia. Di daerah rantau mereka membuat komunitas sendiri dan kuat.
Untuk transportasi digunakan kuda, sapi (di darat), rakit atau sampan (di sungai),
1
lambok, benggok, pinisi & sandek (di laut). Pakaian tradisional mereka bernama
Wajo Ponco, yang diperkirakan muncul dari pengaruh Melayu. Sekarang baju ini
hanyak untuk upacara-upacara, tarian dan penjemputan secara adat. Bahasa
mereka adalah bahasa Ugi yang terbagi dalam beberapa dialek, seperti Luwu,
Wajo, Bira, Selayar, Palaka, Sindenneng dan Sawito. Makanan utama mereka
yaitu beras dan jagung.Mereka memiliki minuman khas seperti tuak, sarabba dan
air tape.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
kepada keluarga dari pihak laki-laki untuk datang kembali sesuai dengan waktu
yang ditentukan. Jika kemudian terjadi kesepakatan maka ditentukanlah waktu
Madduta Mallino (duta resmi)
2.1.5 Mappasiarekkeng
4
Setelah acara peneguhan Pappettuada selesai, maka para hadirin
disuguhi hidangan yang terdiri dari kue-kue adat Bugis yang pad umumnya
manis-manis agar hidup calon pengantin selalu manis (senang) dikemudian hari.
2.1.8 Akkorongtigi/Mappaci
5
Acara Akkorontigi memiliki hikmah yang mendalam, mempunyai nilai
dan arti kesucian dan kebersihan lahir dan batin, dengan harapan agar calon
mempelai senantiasa bersih dan suci dalam menghadapi hari esok yaitu hari
pernikahannya.
1. Sebuah bantal atau pengalas kepala yang diletakkan di depan calon pengantin,
yang memiliki makna penghormatan atau martabat, kemuliaan dalam bahasa
Bugis berarti mappakalebbi
2. Sarung sutera 7 lembar yang disusun di atas bantal. Ini menyimbolkan akan
seuah harga diri.
3. Pucuk daun pisang yang diletakan diatas bantal yang melambangkan
kehidupan yang berkesinambungan dan lestari
4. Di atas pucuk daun pisang diletakkan pula daun nangka sebanyak 7 atau 9
lembar sebagai permakna sebuah harapan.
5. Sebuah piring yang berisi wenno, yaitu beras yang disangrai hingga
mengembang sebagai simbol berkembang dengan baik
6. Tai bani, patti atau lilin yang bermakna sebagai suluh penerang atau simbol
kehidupan yang senantiasa rukun.
7. Daun pacar atau pacci sebagai simbol dari kebersihan dan kesucian sang
mempelai wanita yang akan segera menempuh hidup baru di keesokan
harinya. Daun pacci yang menjadi bahan utama sebelumnya sudah dihaluskan
dan disimpan dalam wadah bekkeng.Ini mengartikan kesatuan jiwa atau
kerukunan dalam kehidupan keluarga dan kehidupan masayarakat.
2.1.9 Assimorong/Menre’kawing
Acara ini merupakan acara akad nikah dan menjadi puncak dari
rangkaian upacara pernikahan adat Bugis-Makassar. Calon mempelai pria diantar
ke rumah calon mempelai wanita yang disebut Simorong (Makasar) atau
Menre’kawing (Bugis). Di masa sekarang, dilakukan bersamaan dengan prosesi
Appanai Leko Lompo (seserahan). Karena dilakukan bersamaan, maka rombongan
6
terdiri dari dua rombongan, yaitu rombongan pembawa Leko Lompo (seserahan)
dan rombongan calon mempelai pria bersama keluarga dan undangan.
2.2 Mahar
7
2. Barangnya suci dan bias diambil manfaat. Tidak sah mahar dengan khamr,
babi, atau darah karena semua itu tidak haram dan tidak berharga.
3. Barangnya bukan ghasab, ghasab artinya mengambil barang milik orang lain
tanpa seizinnya, namun tidak bermaksud untuk memilikinya karena berniat
untuk mengembalikannya di kemudian hari. Memberikan mahar dengan hasil
ghasab tidak sah, tetapi akadnya sah.
4. Bukan barang tidak jelas keadaannya. Tidak sah mahar dengan memberika
barang yang tidak jelas keadaannya, atau tidak disebutkan jelasnya.
2.3 Seserahan
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
9
DAFTAR PUSTAKA
https://aanborneo.blogshpot.com/2013/01/makalah-budaya-pernikahan-masyara-
kat
https://ayuruyantii.blogspot.com/2012/12/posesi-adat-pernikahan-suku-bugis.
html\
10