Anda di halaman 1dari 13

Mata Kuliah : Antropologi & Budaya

Dosen Pengampuh : Sunarni Yassa, S.Ag., M.Pd

BUDAYA MASYARAKAT BUGIS

OLEH :

DILLA JABBAR 1701401022


NENENG AGUSTRIANA 1701401033
NURUL KURNIA 1701401038
SURYA PRATIWI 1701401050
ABDUL WAFIQ KADIR 1701401053

KELOMPOK V

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini membahas tentang "Budaya Masyarakat Bugis/Luwu". Kami
menyusun makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Antropologi dan
Budaya yang diampu oleh Ibu Sunarni Yassa, S.Ag.,M.Pd

Dalam pembuatan makalah ini, kami memperoleh banyak bantuan dari


berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah


ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan
untuk menyempurnakan makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca


terutama diri kami pribadi dan dapat menambah wawasan tentang suku dan
budaya yang ada di Indonesia, khususnya suku bugis.

Palopo, 3 Oktober 2020

Kelompok V

i
DAFTAR ISI

Sampul ..................................................................................................................
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 2
1.3 Tujuan Masalah ............................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 3


2.1 Adat Perkawinan Suku Bugis ......................................................... 3
2.1.1 Mattiro (menjadi tamu) .......................................................... 3
2.1.2 Mapessek-pessek (mencari informasi) ................................... 3
2.1.3 Mammanu-manu (mencari calon) .......................................... 3
2.1.4 Madduta Mallino ................................................................... 4
2.1.5 Mappasiarekkeng ................................................................... 4
2.1.6 Prosesi Acara Appassili ......................................................... 5
2.1.7 Appakanre Bonting ................................................................ 5
2.1.8 Akkorongtigi/Mappaci ........................................................... 5
2.1.9 Assimorong/Menre’kawing .................................................... 6
2.1.10 Appabajikang Bunting ........................................................... 7
2.1.11 Alleka bunting (marolla) ........................................................ 7
2.2 Mahar ............................................................................................... 7
2.3 Seserahan .......................................................................................... 8

BAB III PENUTUP ............................................................................................ 9


3.1 Kesimpulan ....................................................................................... 9
3.2 Saran ................................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seperti yang kita ketahui, Indonesia adalah negara kepulauan yang


memiliki bermacam- macam suku, kebudayaan dan bangsa. Kebudayaan yang
beraneka ragam tersebut tentu dapat terjadi karena perbedaan suku yang sangat
terlihat pada setiap wilayah dan daerah di Indonesia. Tentu saja ini menjadi
sebuah tradisi yang turun-temurun sejak dahulu. Kebudayaan ini tentu saja harus
kita pelihara dan lestarikan keberadaannya, ini merupakan bekal untuk generasi
yang akan datang agar mereka juga bisa mengetahui danmelihat keindahan,
keunikkan dan keaslian dari kebudayaan tersebut. Pada kesempatan kali ini,
penulis ingin memberitahu tentang kebudayaan yangada di Indonesia. Khususnya
kebudayaan yang berada di daerah Sulawesi Selatan yaitu ‘Suku Bugis’ melalui 7
unsur kebudayaan yang ada. Melihat keunikkan dari daerah Sulawesi Selatan ini
sendiri, kami tertarik untuk membahasnya lebih lanjut.

Suku Bugis adalah salah satu suku yang berdomisili di Sulawesi Selatan.
Ciri utama kelompok etnik ini adalah bahasa dan adat-istiadat, sehingga
pendatang Melayu dan Minangkabau yang merantau ke Sulawesi sejak abad ke-15
sebagai tenaga administrasi dan pedagang di Kerajaan Gowa dan telah
terakulturasi, juga bisa dikategorikan sebagai orang Bugis. Diperkirakan populasi
orang Bugis mencapai angka enam juta jiwa. Kini orang-orang Bugis menyebar
pula di berbagai provinsi Indonesia, seperti Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah,
Papua, Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan. Orang Bugis juga banyak yang
merantau ke mancanegara seperti di Malaysia, India, dan Australia.

Suku Bugis hidup dari berburu, menangkap ikan, bertani, beternak dan
kerajinan. Mereka yang tinggal dipegunungan hidup dari bercocok tanam, sedang
yang dipesisir hidup sebagai nelayan.Mereka dikenal sebagai pedagang barang
kelontong, juga terkenal sebagai pelaut yang sering merantau & menyebar ke
seluruh Indonesia. Di daerah rantau mereka membuat komunitas sendiri dan kuat.
Untuk transportasi digunakan kuda, sapi (di darat), rakit atau sampan (di sungai),

1
lambok, benggok, pinisi & sandek (di laut). Pakaian tradisional mereka bernama
Wajo Ponco, yang diperkirakan muncul dari pengaruh Melayu. Sekarang baju ini
hanyak untuk upacara-upacara, tarian dan penjemputan secara adat. Bahasa
mereka adalah bahasa Ugi yang terbagi dalam beberapa dialek, seperti Luwu,
Wajo, Bira, Selayar, Palaka, Sindenneng dan Sawito. Makanan utama mereka
yaitu beras dan jagung.Mereka memiliki minuman khas seperti tuak, sarabba dan
air tape.

Di kalangan orang Bugis masih hidup diantara aturan-aturan yang


dianggap luhur dan keramat yang dinamakan Panngaderreng atau
panngadakkang. Diartikan sebagai keseluruhan norma yang meliputi bagaimana
seseorang harus bertingkah-laku terhadap sesama manusia dan terhadap pranata
sosialnya secara timbal balik (etika).

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana ritual perkawinan di Budaya Bugis?


2. Apa yang dimaksud dengan mahar?
3. Apa yang dimaksud dengan seserahan?

1.3 Tujuan Masalah

1. Menjelaskan ritual perkawinan di Budaya Bugis.


2. Menjelaskan yang di maksud dengan mahar.
3. Menjelaskan yang di maksud dengan seserahan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Adat Perkawinan Suku Bugis

Dalam upacara perkawinan adat masyarakat Bugis yang disebut


”Appabottingeng ri Tana Ugi” terdiri atas beberapa tahap kegiatan. Kegiatan-
kegiatan tersebut merupakan rangkaian yang berurutan yang tidak boleh saling
tukar menukar, kegiatan ini hanya dilakukan pada masyarakat Bugis yang betul-
betul masih memelihara adat istiadat. Pada masyarakat Bugis sekarang ini masih
kental dengan kegiatan tersebut, karena hal itu merupakan hal yang sewajarnya
dilaksanakan karena mengandung nilai-nilai yang sarat akan makna, diantaranya
agar kedua mempelai dapat membina hubungan yang harmonis dan abadi, dan
hubungan antar dua keluarga tidak retak. Adapun tahap-tahap yang harus
dilakukan itu yaitu :

2.1.1 Mattiro (menjadi tamu)

Merupakan suatu proses dalam penyelenggaraan perkawinan. Mattiro


artinya melihat dan memantau dari jauh atau Mabbaja laleng (membuka jalan).
Maksudnya calon mempelai laki-laki melihat calon mempelai perempuan dengan
cara bertamu dirumah calon mempelai perempuan, apabila dianggap layak, maka
akan dilakukan langkah selanjutnya.

2.1.2 Mapessek-pessek (mencari informasi)

Saat sekarang ini, tidak terlalu banyak melakukan mapessek-pessek


karena mayoritas calon telah ditentukan oleh orang tua mempelai laki-laki yang
sudah betul-betul dikenal. Ataupun calon mempelai perempuan telah dikenal
akrab oleh calon mempelai laki-laki.

2.1.3 Mammanu-manu (mencari calon)

Biasanya orang yang datang mammanuk-manuk adalah orang yang


datang mapessek-pessek supaya lebih mudah menghubungkan pembicaraan yang
pertama dan kedua. Berdasarkan pembicaraan antara pammanuk-manuk dengan
orang tua si perempuan, maka orang tua tersebut berjanji akan memberi tahukan

3
kepada keluarga dari pihak laki-laki untuk datang kembali sesuai dengan waktu
yang ditentukan. Jika kemudian terjadi kesepakatan maka ditentukanlah waktu
Madduta Mallino (duta resmi)

2.1.4 Madduta Mallino

Mallino artinya terang-terangan mengatakan suatu yang tersembunyi.


Jadi Duta Mallino adalah utusan resmi keluarga laki-laki kerumah perempuan
untuk menyampaikan amanat secara terang-terangan apa yang telah dirintis
sebelumnya pada waktu mappesek-pesek dan mammanuk-manuk.

Pada acara ini pihak keluarga perempuan mengundang pihak keluarga


terdekatnya serta orang-orang yang dianggap bisa mempertimbangkan hal
lamaran pada waktu pelamaran. Setelah rombongan To Madduta (utusan) datang,
kemudian dijemput dan dipersilahkan duduk pada tempat yang telah disediakan.
Dimulailah pembicaraan antara To Madduta dengan To Riaddutai, kemudian
pihak perempuan pertama mengangkat bicara, lalu pihak pria menguitarakan
maksud kedatangannya.

Apa bila pihak perempuan menerima maka akan mengatakan


”Komakkoitu adatta, srokni tangmgaka, nakkutananga tokki” yang artinya bila
demiokian tekad tuan, kembalilah tuan, pelajarilah saya dan saya pelajari tuan,
atau dengan kata lain pihak perempuan menerima, maka dilanjutkan dengan
pembicaraan selanjutnya yaitu Mappasiarekkeng.

2.1.5 Mappasiarekkeng

Artinya mengikat dengan kuat. Biasa jua disebut dengan Mappettuada


maksudnya kedua belah pihak bersama-sama mengikat janji yang kuat atas
kesepakatan pembicaraan yang dirintis sebelumnya. Dalam acara ini akan
dirundingkan dan diputuskan segala sesuatu yang bertalian dengan upacara
perkawinan, antara lain :

1. Tanra esso (penentuan hari);


2. Balanca (uang belanja) / doi menre (uang naik);
3. Sompa (emas kawin) dan lain-lain.

4
Setelah acara peneguhan Pappettuada selesai, maka para hadirin
disuguhi hidangan yang terdiri dari kue-kue adat Bugis yang pad umumnya
manis-manis agar hidup calon pengantin selalu manis (senang) dikemudian hari.

2.1.6 Prosesi Acara Appassili

Sebelum dimandikan, calon mempelai terlebih dahulu memohon doa


restu kepada kedua orang tua di dalam kamar atau di depan pelaminan. Kemudian
calon mempelai akan diantarkan ke tempat siraman di bawah naungan payung
berbentuk segi empat (Lellu) yang dipegang oleh 4 (empat) orang gadis bila calon
mempelai wanita dan 4 (empat) orang laki-laki jika calon mempelai pria. Setelah
tiba di tempat siraman, prosesi dimulai dengan diawali oleh Anrong Bunting,
setelah selesai dilanjutkan oleh kedua orang tua serta orang-orang yang dituakan
(To’malabbiritta) yang berjumlah tujuh atau sembilan pasang.

2.1.7 Appakanre Bonting

Appakanre bonting artinya menyuapi calon mempelai dengan makan


berupa kue-kue khas tradisional bugis makassar, seperti Bayao nibalu, Cucuru’
bayao, Sirikaya, Onde-onde / Umba-umba, Bolu peca dan lain - lain yang telah
disiapkan dan ditempatkan dalam suatu wadah besar yang disebut bosara lompo.

2.1.8 Akkorongtigi/Mappaci

Upacara ini merupakan ritual pemakaian daun pacar ke tangan si calon


mempelai. Daun pacar memiliki sifat magis dan melambangkan kesucian.
Menjelang pernikahan biasanya diadakan malam pacar atau Wenni Mappaci
(Bugis) atau Akkorontigi (Makassar) yang artinya malam mensucikan diri dengan
meletakan tumbukan daun pacar ke tangan calon mempelai. Orang-orang yang
diminta meletakkan daun pacar adalah orang-orang yang punya kedudukan sosial
yang baik serta memiliki rumah tangga langgeng dan bahagia. Malam mappaci
dilakukan menjelang upacara pernikahan dan diadakan di rumah masing-masing
calon mempelai. Acara Akkorontigi/Mappacci merupakan suatu rangkaian acara
yang sakral yang dihadiri oleh seluruh sanak keluarga (famili) dan undangan.

5
Acara Akkorontigi memiliki hikmah yang mendalam, mempunyai nilai
dan arti kesucian dan kebersihan lahir dan batin, dengan harapan agar calon
mempelai senantiasa bersih dan suci dalam menghadapi hari esok yaitu hari
pernikahannya.

Kemudian prosesi Mappacci pernikahan adat Bugis dimulai dengan


perlengkapan yang telah disiapkan sebelumnya. Tahukah kamu bahwa seluruh
perlengkapan ini memiliki makna yang baik, seperti:

1. Sebuah bantal atau pengalas kepala yang diletakkan di depan calon pengantin,
yang memiliki makna penghormatan atau martabat, kemuliaan dalam bahasa
Bugis berarti mappakalebbi
2. Sarung sutera 7 lembar yang disusun di atas bantal. Ini menyimbolkan akan
seuah harga diri.
3. Pucuk daun pisang yang diletakan diatas bantal yang melambangkan
kehidupan yang berkesinambungan dan lestari
4. Di atas pucuk daun pisang diletakkan pula daun nangka sebanyak 7 atau 9
lembar sebagai permakna sebuah harapan.
5. Sebuah piring yang berisi wenno, yaitu beras yang disangrai hingga
mengembang sebagai simbol berkembang dengan baik
6. Tai bani, patti atau lilin yang bermakna sebagai suluh penerang atau simbol
kehidupan yang senantiasa rukun.
7. Daun pacar atau pacci sebagai simbol dari kebersihan dan kesucian sang
mempelai wanita yang akan segera menempuh hidup baru di keesokan
harinya. Daun pacci yang menjadi bahan utama sebelumnya sudah dihaluskan
dan disimpan dalam wadah bekkeng.Ini mengartikan kesatuan jiwa atau
kerukunan dalam kehidupan keluarga dan kehidupan masayarakat.

2.1.9 Assimorong/Menre’kawing

Acara ini merupakan acara akad nikah dan menjadi puncak dari
rangkaian upacara pernikahan adat Bugis-Makassar. Calon mempelai pria diantar
ke rumah calon mempelai wanita yang disebut Simorong (Makasar) atau
Menre’kawing (Bugis). Di masa sekarang, dilakukan bersamaan dengan prosesi
Appanai Leko Lompo (seserahan). Karena dilakukan bersamaan, maka rombongan

6
terdiri dari dua rombongan, yaitu rombongan pembawa Leko Lompo (seserahan)
dan rombongan calon mempelai pria bersama keluarga dan undangan.

2.1.10 Appabajikang Bunting

Prosesi ini merupakan prosesi menyatukan kedua mempelai. Setelah akad


nikah selesai, mempelai pria diantar ke kamar mempelai wanita. Dalam tradisi
Bugis-Makasar, pintu menuju kamar mempelai wanita biasanya terkunci rapat.
Kemudian terjadi dialog singkat antara pengantar mempelai pria dengan penjaga
pintu kamar mempelai wanita. Setelah mempelai pria diizinkan masuk, kemudian
diadakan acara Mappasikarawa (saling menyentuh). Sesudah itu, kedua mempelai
bersanding di atas tempat tidur untuk mengikuti beberapa acara seperti
pemasangan sarung sebanyak tujuh lembar yang dipandu oleh indo botting
(pemandu adat). Hal ini mengandung makna mempelai pria sudah diterima oleh
keluarga mempelai wanita.

2.1.11 Alleka bunting (marolla)


Acara ini sering disebut sebagai acara ngunduh mantu. Sehari sesudah
pesta pernikahan, mempelai wanita ditemani beberapa orang anggota keluarga
diantar ke rumah orang tua mempelai pria. Rombongan ini membawa beberapa
hadiah sebagia balasan untuk mempelai pria. Mempelai wanita membawa sarung
untuk orang tua mempelai pria dan saudara-saudaranya.

2.2 Mahar

Mahar secara bahasa artinya maskawin, secara istilah, mahar ialah


pemberian wajib dari calon suami kepada calon istri sebagai ketulusan cinta kasih
calon suami untuk menimbulkan rasa cinta kasih bagi seorang istri kepada calon
suaminya atau suatu pemberian yang diwajibkan bagi calon suami kepada calon
istrinya, baik dalam bentuk benda maupun jasa.

Syarat-syarat mahar yaitu :


1. Harta atau bendanya berharga. Tidak sah mahar dengan yang tidak berharga,
walaupun tidak ada ketentuan banyak atau sedikitnya mahar. Akan tetapi
apabila mahar sedikit tapi bernilai maka tetap sah.

7
2. Barangnya suci dan bias diambil manfaat. Tidak sah mahar dengan khamr,
babi, atau darah karena semua itu tidak haram dan tidak berharga.
3. Barangnya bukan ghasab, ghasab artinya mengambil barang milik orang lain
tanpa seizinnya, namun tidak bermaksud untuk memilikinya karena berniat
untuk mengembalikannya di kemudian hari. Memberikan mahar dengan hasil
ghasab tidak sah, tetapi akadnya sah.
4. Bukan barang tidak jelas keadaannya. Tidak sah mahar dengan memberika
barang yang tidak jelas keadaannya, atau tidak disebutkan jelasnya.

2.3 Seserahan

Di Bugis, ada sebuah istilah bernama erang-erang. Erang-erang adalah


istilah untuk seserahan adat Suku Bugis.Pada dasarnya, erang-erang tidak jauh
berbeda dari seserahan pada umumnya.Di dalamnya terdapat sebuah perhiasan
lengkap sebagai mahar. Selain itu, terdapat juga berbagai perlengkapan kebutuhan
sehari-hari.

Seperti seserahan pada umumnya, erang-erang akan diberikan oleh


pengantin pria. Namun, ada yang khas pada saat memberikan erang-erang. Yaitu
saat penyerahannya, erang-erang akan dibawa oleh sejumlah gadis. Jumlah
pembawa erang-erang biasanya mencapai 12 orang, untuk 12 jenis seserahan.

Bagi suku Bugis, jumlah pembawa erang-erang biasanya menunjukkan


status sosial mempelai.Semakin banyak jumlah pembawanya, maka semakin
tinggi status sosial mempelai. Karena, jumlah erang-erangnya pun akan lebih
banyak.

Umumnya jumlah erang-erang terdiri atas 12 macam. Jika anda


mampu, bisa menambahnya adapun macam-macamnya yaitu:
1. Buah buahan 7. Peralatan mandi
2. Alat makeup 8. Kelambu
3. Sepasang sandal atau sepatu 9. Perhiasan
4. Kain kebaya 10. Makanan tradisional
5. Sisir dan cermin 11. Tas
6. Seperangkat alat sholat dan Al-Qur’an 12. Pakaian dalam

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Mappabotting merupakan upacara adat pernikahan orang bugis di


Sulawesi selatan. Pernikahan menurut orang bugis bukanlah sekedar untuk
menyatukan kedua mempelai pria dan wanita tetapi lebih dari pada terjalin
hubungan kekerabatan yang semakin erat. Untuk itulah, budaya pernikahan orang
bugis perlu tetap dipertahankan karena dapat memperat hubungan silaturahmi
antar kerabat.

3.2 Saran

Tetaplah melestarikan budaya bangsa Indonesia.

9
DAFTAR PUSTAKA

https://aanborneo.blogshpot.com/2013/01/makalah-budaya-pernikahan-masyara-
kat
https://ayuruyantii.blogspot.com/2012/12/posesi-adat-pernikahan-suku-bugis.
html\

10

Anda mungkin juga menyukai