Anda di halaman 1dari 8

STANDAR ETIKA PROFESI AKUNTAN (AKUNTAN

PUBLIK)

KELOMPOK RAJAWALI :
Dwi Astuti
Diyah Astuti
Rezin Andayani

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Pengembangan berkelanjutan standar profesional akuntan publik adalah Standar


Profesional Akuntan Publik (SPAP). Pengembangan ini sudah mulai dilakukan sejak tahun
1973. Pada tahap awal perkembangannya, standar ini disusun oleh suatu komite dalam
organisasi Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang diberi nama Komite Norma Pemeriksaan
Akuntan. Komite ini kemudian menghasilkan Norma Pemeriksaan Akuntan. Seperti
tercermin dari nama yang diberikan, standar yang dikembangkan pada saat itu lebih berfokus
ke jasa audit atas laporan keuangan historis.
Respon profesi akuntan publik terhadap perkembangan dunia bisnis dan
bidang profesi akuntan publik diwujudkan dalam dua keputusan penting yang dibuat oleh IAI
pada pertengahan tahun 1994 : (1) perubahan nama dari Komite Norma Pemeriksaan Akuntan
ke Dewan Standar Profesional Akuntan Publik dan (2) perubahan nama standar yang
dihasilkan dari Norma Pemeriksaan Akuntan ke Standar Profesional Akuntan Publik.
Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dijabarkan ke dalam Etika Kompartemen
Akuntan Publik untuk mengatur perilaku akuntan yang menjadi anggota IAI yang berpraktik
dalam profesi akuntan publik.Nilai-nilai moral atau yang sering lebih kita kenal dengan etika
merupakan topik yang sering menyita banyak perhatian di kalangan masyarakat sekarang ini,
karena nilai etika di kalangan masyarakat telah memudar seiring perkembangan zaman yang
semakin modern.Perhatian ini merupakan indikasi penting berperilaku dan beretika di
kalangan masyarakat.Perilaku beretika merupakan hal penting praktik akuntan public dan
harus di tanggapi secara serius oleh para mahasiswa akuntansi sebagai calon akuntan. Untuk
itulah etika profesi akuntan dipelajari secara khusus dan bab tersendiri di dalam mata kuliah
auditing.

RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana penerapan standar professional pada akuntan publik?
2. Apa saja standar profesional akuntan publik?
3. Mengapa kode etik penting bagi akuntan publik?
\
BAB II
PEMBAHASAN

STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK


Dalam Kongres ke VII Ikatan Akuntan Indonesia tahun 1994, disahkan Standar
Profesional Akuntan Publik yang secara garis besar berisi: .
1. Uraian mengenai standar profesional akuntan publik.
2. Berbagai pernyataan standar auditing yang telah diklasifikasikan.
3. Berbagai pernyataan standar atestasi yang telah diklasifikasikan.
4. Pernyataan jasa akuntansi dan review.
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) adalah kodifikasi berbagai pernyataan
standar teknis yang merupakan panduan dalam memberikan jasa bagi akuntan publik di
Indonesia. SPAP dikeluarkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik Institut
Akuntan Publik Indonesia (DSPAP IAPI).Didalam SPAP terdapat beberapa tipe standar
profesional yang terbagi menjadi enam tipe standar profesional yang dikodifikasikan dalam
standar auditing, standar atestasi, standar jasa akuntansi dan review, standar jasa konsultasi,
standar pengendalian mutu, dan aturan etika kompartemen akuntan publik.
Tipe Standar Profesional
A. Standar Auditing
Standar Auditing adalah sepuluh standar yang ditetapkan dan
disahkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yang terdiri dari standar umum,
standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan beserta interpretasinya. Standar auditing
merupakan pedoman audit atas laporan keuangan historis.
B. Standar Atestasi
Atestasi (attestation) adalah suatu pernyataan pendapat atau pertimbangan yang diberikan
oleh seorang yang independen dan kompeten yang menyatakan apakah asersi (assertion)
suatu entitas telah sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Asersi adalah suatu
pernyataan yang dibuat oleh satu pihak yang dimaksudkan untuk digunakan oleh pihak lain,
contoh asersi dalam laporan keuangan historis adalah adanya pernyataan manajemen bahwa
laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Standar atestasi membagi tiga tipe perikatan atestasi :


1. Pemeriksaan (examination)
2. Review
3. Prosedur yang disepakati (agreed-upon procedures).
Salah satu tipe pemeriksaan adalah audit atas laporan keuangan historis yang disusun
berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Pemeriksaan tipe ini diatur
berdasarkan standar auditing. Tipe pemeriksaan lain, misalnya pemeriksaan atas informasi
keuangan prospektif, diatur berdasarkan pedoman yang lebih bersifat umum dalam standar
atestasi. Standar atestasi ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia.

C. Standar Jasa Akuntansi dan Review


Standar jasa akuntansi dan review memberikan kerangka untuk fungsi non-atestasi bagi
jasa akuntan publik yang mencakup jasa akuntansi dan review.
Sifat pekerjaan non-atestasi tidak menyatakan pendapat, hal ini sangat berbeda dengan
tujuan audit atas laporan keuangan yang dilaksanakan sesuai dengan standar auditing. Tujuan
audit adalah untuk memberikan dasar memadai untuk menyatakan suatu pendapat
mengenai laporan keuangan secara keseluruhan, sedangkan dalam pekerjaan non-atestasi
tidak dapat dijadikan dasar untuk menyatakan pendapat akuntan.
Jasa akuntansi yang diatur dalam standar ini antara lain:
1. Kompilasi laporan keuangan : Penyajian informasi-informasi yang merupakan pernyataan
manajemen (pemilik) dalam bentuk laporan keuangan.
2. Review atas laporan keuangan : Pelaksanaan prosedur permintaan keterangan dan analisis
yang menghasilkan dasar memadai bagi akuntan untuk memberikan keyakinan terbatas,
bahwa tidak terdapat modifikasi material yagn harus dilakukan atas laporan keuangan agar
laporan tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
3. Laporan keuangan komparatif : Penyajian informasi dalam bentuk laporan keuangan dua
periode atau lebih yang disajikan dalam bentuk berkolom
Ketiga standar profesional di atas merupakan standar teknis yang bertujuan untuk
mengatur mutu jasa yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik di Indonesia.

Standar auditing berbeda dengan prosedur auditing yang mana berkaitan dengan
tindakan yang harus dilaksanakan, sedangkan standar berkaitan dengan suatu kriteria ukuran
mutu kinerja tindakan tersebut. Berikut akan dipaparkan tentang standar auditing yang telah
ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia.
1. Standar Umum
a) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan
teknis yang cukup sebagai auditor.
b) Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental
harus dipertahankan oleh auditor.
c) Dalam melaksanaan aufit dan penyusunan laporannya, auditor wajib mengggunakan
kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
2. Standar Pekerjaan Lapangan
a) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi
dengan semestinya.
b) Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit
dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.
c) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan
keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas
laporan keuangan yang diaudit.
3. Standar Pelaporan
a) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
b) Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan jika ada ketidakkonsistenan penerapan
prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan peride berjalan dibandingkan dengan
penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
c) Pengungkapan infomatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali
dinyatakan lain dalam lapran auditor.

KODE ETIK/KOMITMEN PROFESI AKUNTAN PUBLIK

Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia terdiri dari tiga bagian, yaitu :
1. Prinsip Etika
Prinsip Etika memberikan kerangka dasar bagi Aturan Etika, yang mengatur pelaksanaan
pemberian jasa profesional oleh anggota. Prinsip Etika disahkan oleh Kongres dan berlaku
bagi seluruh anggota
2. Aturan Etika
Aturan Etika disahkan oleh Rapat Anggota Himpunan dan hanya mengikat anggota
Himpunan yang bersangkutan
3. Interpretasi Aturan Etika
Interpretasi Aturan Etika merupakan interpretasi yang dikeluarkan oleh Badan yang dibentuk
oleh Himpunan setelah memperhatikan tanggapan dari anggota, dan pihak-pihak
berkepentingan lainnya, sebagai panduan dalam penerapan Aturan Etika, tanpa dimaksudkan
untuk membatasi lingkup dan penerapannya.
Kepatuhan terhadap Kode Etik, seperti juga dengan semua standar dalam masyarakat terbuka,
tergantung terutama sekali pada pemahaman dan tindakan sukarela anggota. Di samping itu,
kepatuhan anggota juga ditentukan oleh adanya pemaksaan oleh sesama anggota dan oleh
opini publik, dan pada akhirnya oleh adanya mekanisme pemrosesan pelanggaran Kode Etik
oleh organisasi, apabila diperlukan, terhadap anggota yang tidak menaatinya.

Menurut Mulyadi (2001: 53), Kode etik akuntan Indonesia memuat delapan prinsip etika,
yaitu :

1. Tanggung Jawab profesi


Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota harus
senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang
dilakukannya.
2. Kepentingan Publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada
publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan komitmen atas profesionalisme.
Profesi akuntan memegang peran yang penting di masyarakat, dimana publik dari profesi
akuntan yang terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja, pegawai, investor,
dunia bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya bergantung kepada obyektivitas dan integritas
akuntan dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis secara tertib. Untuk memelihara dan
meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab
profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.
3. Integritas
Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan
profesional.Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan
patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji keputusan yang diambilnya.Integritas
mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur dan berterus terang tanpa
harus mengorbankan rahasia penerima jasa.Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh
dikalahkan oleh keuntungan pribadi.Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak
disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak menerima kecurangan atau
peniadaan prinsip.
4. Obyektivitas
Obyektivitasnya adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan
anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur
secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau
dibawah pengaruh pihak lain. Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari
benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.Anggota bekerja dalam
berbagai kapasitas yang berbeda dan harus menunjukkan obyektivitas mereka dalam berbagai
situasi.
5. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman.Setiap anggota harus
melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-hati, kompetensi dan ketekunan, serta
mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan profesional
pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh
manfaat dari jasa profesional dan teknik yang paling mutakhir.Hal ini mengandung arti
bahwa anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan jasa profesional dengan sebaik-
baiknya sesuai dengan kemampuannya, demi kepentingan pengguna jasa dan konsisten
dengan tanggung jawab profesi kepada public.
6. Kerahasiaan
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama
melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut
tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk
mengungkapkannya.Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan
informasi tentang klien atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa profesional yang
diberikannya.Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan antar anggota dan
klien atau pemberi jasa berakhir.
7. Perilaku Profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik
dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.Kewajiban untuk menjauhi
tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh anggota sebagai
perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staf,
pemberi kerja dan masyarakat umum.
8. Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis
dan standar profesional yang relevan.Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati,
anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama
penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.Standar teknis dan
standar professional yang harus ditaati anggota adalah standar yang dikeluarkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia. Internasional Federation of Accountants, badan pengatur, dan pengaturan
perundang-undangan yang relevan.

Sehubungan dengan perkembangan yang terjadi dalam tatanan global dan tuntutan
transparansi dan akuntabilitas yang lebih besar atas penyajian Laporan Keuangan, IAPI
merasa adanya suatu kebutuhan untuk melakukan percepatan atas proses pengembangan dan
pemutakhiran standar profesi yang ada melalui penyerapan Standar Profesi International.
Sebagai langkah awal IAPI telah menetapkan dan menerbitkan Kode Etik Profesi Akuntan
Publik, yang berlaku efektif tanggal 1 Januari 2010. Untuk Standar Profesional Akuntan
Publik, Dewan Standar Profesi sedang dalam proses “adoption” terhadap International
Standar on Auditing yang direncanakan akan selesai di tahun 2010, berlaku efektif 2011.
Kode Etik Profesi Akuntan Publik yang baru saja diterbitkan oleh IAPI menyebutkan
5 prinsip-prinsip dasar etika profesi, yaitu:
1) Prinsip Integritas
Prinsip integritas mewajibkan setiap praktisi untuk tegas, jujur, dan adil dalam hubungan
profesional dan hubungan bisnisnya.
Praktisi tidak boleh terkait dengan laporan, komunikais atau informasi lainnya yang
diyakininya terdapat :
a) Kesalahan material atau pernyataan yang menyesatkan;
b) Pernyataan atau informasi yang diberikan secara tidak hati-hati; atau
c) Penghilangan atau penyembunyian yang dapat menyesatkan atas informasi yang seharusnya
diungkapkan.
2) Prinsip Objektivitas
Prinsip objektivitas mengharuskan praktisi untuk tidak membiarkan subjektivitas, benturan
kepentingan atau pengaruh yang tidak layak dari pihak-pihak lain

memengaruhi pertimbangan profesional atau pertimbangan bisnisnya.Praktisi mungkin


dihadapkan pada situasi yang dapat mengurangi objektivitasnya.
1) Prinsip Kompetensi serta Sikap Kecermatan dan Kehati-hatian Profesional
Prinsip kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional mewajibkan setiap
praktisi untuk :
a) Memelihara pengetahuan dan keahlian profesional yang dibutuhkan untuk menjamin
pemberian jasa profesional yang kompeten kepada klien atau pemberi kerja; dan
b) Menggunakan kemahiran profesionalnya dengan saksama sesuai dengan standar profesi dan
kode etik profesi yang berlaku dalam memberikan jasa profesionalnya.
Pemberian jasa profesional yang kompeten membutuhkan pertimbangan yang cermat dalam
menerapkan pengetahuan dan keahlian profesional. Kompetensi profesional dapat dibagi
menjadi dua tahap yang terpisah sebagai berikut :
a) Pencapaian kompetensi profesional; dan
b) Pemeliharaan kompetensi profesional
Pemeliharaan kompetensi profesional membutuhkan kesadaran pemahaman yang
berkelanjutan terhdap perkembangan teknis profesi dan perkembangan bisnis yang
relevan.Pengembangan dan pendidikan profesional yang berkelanjutan sangat diperlukan
untuk meningkatkan dan memelihara kemampuan Praktisi agar dapat melaksanakan
pekerjaannya secara kompeten dalam lingkungan profesional.Sikap kecermatan dan kehati-
hatian profesional mengharuskan setiap praktisi untuk bersikap dan bertindak secara hati-hati,
menyeluruh dan tepat waktu sesuai dengan persyaratan penugasan.
2) Prinsip Kerahasiaanan
Prinsip kerahasiaan mewajibkan setiap praktisi untuk tidak melakukan tindakan-tindakan
sebagai berikut :
a) Mengungkapkan informasi yang bersifat rahasia yang diperoleh dari hubungan profesional
dan hubungan bisnis kepada pihak di luar KAP atau jaringan KAP tempatnya bekerja tanpat
adanya wewenang khusus, kecuali jika terdapat kewajiban untuk mengungkapkannya sesuai
dengan ketentuan hukum atau peraturan lainnya yang berlaku; dan
b) Menggunakan informasi yang bersifat rahasian yang diperoleh dari hubungan profesional
dan hubungan bisnis untuk keuntungan pribadi atau pihak ketiga.
Setiap praktisi harus tetap menjaga prinsip kerahasiaan, termasuk dalam lingkungan
sosialnya.Setiap praktisi harus waspada terhadap kemungkinan pengungkapan yang tidak
disengaja, terutama dalam situasi yang melibatkan hubungan jangka panjang dengan rekan
bisnis maupun anggota keluarga langsung atau anggota keluarga dekatnya.
Setiap praktisi harus menjaga kerahasiaan informasi yang diungkapkan oleh calon klien
atau pemberi kerja harus mempertimbangkan pentingnya kerahasiaan informasi terjaga
dalam KAP atau jaringan KAP tempatnya bekerja.
Setiap praktisi harus menerapkan semua prosedur yang dianggap perlu untuk memastikan
terlaksananya prinsip kerahasiaan oleh mereka yang bekerja di bawah wewenangnya, serta
pihak lain yang memberkan saran dan bantuan profesionalnya.
Situasi-situasi yang mungkin mengharuskan praktisi untuk mengungkapkan informasi yang
bersifat rahasia atau ketika pengungkapan tersebut dianggap tepat :
a) Pengungkapan yang diperbolehkan oleh hukum dan disetujui oleh klien atau pemberi kerja;
b) Pengungkapan yang diharuskan oleh hukum, sebagai contoh :
(i) Pengungkapan dokumen atau bukti lainnya dalam sidang pengadilan; atau
(ii) Pengungkapan kepada otoritas publik yang tepat mengenai suatu pelanggaran hukum; dan
c) Pengungkapan yang terkait dengan kewajiban profesional untuk mengungkapan, selama
tidak dilarang oleh ketentuan hukum :
(i) Dalam mematuhi pelaksanaan penelaahan mutu yang dilakukan oleh organisasi profesi atau
regulator;
(ii) Dalam menjawab pertanyaan atau investigasi yang dilakukan oleh organisasi profesi atau
regulator;
(iii) Dalam melindungi kepentingan profesional praktisi dalam sidang pengadilan; atau
(iv) Dalam mematuhi standar profesi dan kode etik profesi yang berlaku.
Dalam memutuskan untuk mengungkapkan informasi yang bersifat rahasia, setiap praktisi
harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
a) Dirugikan tidaknya kepentingan semua pihak, termasuk pihak ketiga, jika klien atau pemberi
kerja mengizinkan pengungkapan informasi oleh praktisi;
b) Diketahui tidaknya dan didukung tidaknya semua informasi yang relevan. Ketika fakta atau
kesimpulan tidak didukung bukti, atau ketika informasi tidak lengkap, pertimbangan
profesional harus digunakan untuk menentukan jenis pengungkapan yang harus dilakukan;
dan
c) Jenis komunikasi yang diharapkan dan pihak yang dituju. Setiap praktisi harus memastikan
tepat tidaknya pihak yang dituju dalam komunikasi tersebut.
3) Prinsip Perilaku Profesional
Prinsip perilaku profesional mewajibkan setiap praktisi untuk mematuhi setiap ketentuan
hukum dan peraturan yang berlaku, serta menghindari setiap tindakan yang dapat
mendiskreditkan profesi.
Dalam memasarkan dan mempromosikan diri dan pekerjaannya, setiap praktisi tidak boleh
merendahkan martabat profesi. Setiap praktisi harus bersikap jujur dan tidak boleh bersikap
atau melakukan tindakan :
a) Membuat pernyataan yang berlebihan mengenai jasa profesional yang dapat diberikan,
kualifikasi yang dimiliki atau pengalaman yang telah diperoleh; dan
b) Membuat pernyataan yang merendahkan atau melakukan perbandingan yang tidak didukung
bukti terhadap hasil perkerjaan praktisi lain.

PENUTUP

Kesimpulan
Dari uraian yang telah dipaparkan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa standar
professional dan kode etik sangat penting bagi akuntan publik. Akuntan public sebagai
profesi yang mengembangkan kepercanyaan masyarakat public harus bekerja dalam
peraturan perudangan , kode etik dan standar professional.
Demikianlah bahwa salah satu hal yang membedakan profesi akuntan public dengan
profesi lainnya adalah tanggung jawab public untuk melindungi kepentingan public.Oleh
karena itu, tanggung jawab profesi akuntan public tidak hanya terbatas pada kepentingan
klien dan pemberi kerja. Ketika bertindak untuk kepentingan public, setiap akuntan public
harus mematuhi dan menerapkan kode etik .Kode etik yang dijalankan dengan benar
menjadikan sebuah profesi menjadi terarah dan jauh dari skandal

Anda mungkin juga menyukai