4
Beroperasi selama 24 jam sehari, PT. Asahimas Chemical memperkerjakan lebih
dari seribu orang karyawan yang mayoritas berasal dari lingkungan sekitar
perusahaan, termasuk dari daerah Cilegon dan Serang, Banten. Hal ini
dimaksudkan sebagai upaya mewujudkan kepedulian sosial terhadap lingkungan
masyarakat secara terus menerus, di samping menjalankan program padat karya,
pembangunan puskesmas, pemberian beasiswa bagi siswa berprestasi, dan
menyediakan kesempatan berusaha bagi pengusaha kecil, dan lain-lain.
Di bidang mutu PT. Asahimas Chemical telah meraih sertifikat ISO 9001,
sedangkan di bidang lingkungan PT. Asahimas Chemical telah meraih sertifikat
ISO 14001, dan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja PT. Asahimas Chemical
juga telah meraih sertifikat OHSAS 18001 serta menerapkan Sistem Manajemen
K3 (SMK3). Semua pencapaian ini membuktikan komitmen PT. Asahimas
Chemical terhadap kualitas produknya demi meningkatkan kepuasan pelanggan,
pelestarian lingkungan hidup demi terjaganya kualitas lingkungan di masa depan
serta terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja karyawan dan orang lain yang
bekerja untuk dan atas nama PT. Asahimas Chemical.
5
Tata letak pabrik PT Asahimas Chemical adalah sebagai berikut :
1. Daerah Utilitas (Utility Area)
Daerah utilitas terletak pada pusat pabrik PT. Asahimas Chemical dan dikeilingi
oleh area proses VCM disebelah selatan, bengkel instrument, disebelah timur, dan
daerah klor disebelah utara.
5. Gedung Administrasi
Daerah ini terletak dekat gedung utama dan kantin.
6
Gambar 1. Peta Lokasi PT. Asahimas Chemical
(Sumber : PT. Asahimas Chemical, 2017 )
7
Gambar 2. Struktur Organisasi dan Manajemen Perusahaan PT.
Asahimas Chemical
(Sumber : PT. Asahimas Chemical, 2017 )
8
Luar Negeri
Domestik
Gambar 3. Pemasaran: Lingkup Ekspor PT. Asahimas Chemical
(Sumber :http://www.asc.co.id/?idm=4. Tahun 2017)
9
b. Air Industri
Air industri diperoleh dari PT Krakatau Tirta Industri (KTI) sebagian
penerimaan bahan baku dan distribusi hasil produksi, dilakukan dengan
menggunakan fasilitas pelabuhan khusus (Jetty) yang masing-masing
mempunyai kapasitas 50.000 DWT dan 4.000 DWT. Sedangkan sebagian
lainnya dilakukan melalui transportasi darat dengan menggunakan sarana
fasilitas, stasiun-stasiun pemuatan barang dengan truk tangki serta
kontainer-kontainer untuk kepentingan domestik maupun ekspor.
c. Energi Listrik
Sumber energi listrik PT Asahimas Chemical berasal dari PLTU Suralaya,
Merak yang disalurkan melalui stasiun penerimaan khusus yang dibangun
dibagian depan area PT Asahimas Chemical. Jumlah listrik yang dibeli adalah
152 MVA . Energi listrik merupakan bahan baku yang sangat penting untuk
kelangsungan proses elektrolisis pada chlor/alkali plant. Sisa energi listrik
digunakan untuk kebutuhan kantor.
10
- CO2 maksimum 7 ppm
- C3 dan heavier maksimum 20 ppm
- H2 maksimum 10 ppm
- Sulfur sebagai H2S maksimum 3 ppm
- Air maksimum 10 ppm
- Metanol maksimum 20 ppm
b. Gas Klorin
gas klorin didapat melalui hasil elektrolisis C/A plant sebanyak
3.000-5.000 Nm3/jam. Kemurnian yang dibutuhkan minimal 98,3%. Gas klorin
disimpan pada tekanan 3 kg/cm2G dan pada temperatur lingkungan. Klorin
dibutuhkan sebagai umpan LP-EDC plant. Spesifikasi kandungan klorin yang
dibutuhkan sebagai bahan baku yaitu :
- Oksigen maksimum 1,15%
- CO2 maksimum 0,3 %
- Air maksimum 50 ppm
- Nitrogen maksimum 0,45 %
c. Oksigen
oksigen diperoleh dari utility plant/air separation plant sebanyak
600-1000 Nm3/jam. Kemurnian dari gas oksigen adalah 99,56%. Oksigen
ditampung pada vessel dengan tekanan 6,5 kg/cm2G dan temperatur minimal
15oC maksimum 130oC. Spesifikasi oksigen yang dibutuhkan adalah kandungan
maksimum nitrogen 0,5%. Oksigen dibutuhkan sebagai OHC-EDC plant.
11
b. Katalis LP-EDC
katalis LP-EDC didapat dari Y.S. Corp di Alabamma, USA. Kebutuhan
katalis sebanyak 262 kg/tahun (tergantung kebutuhan). Kualitas katalis (FeCl3)
minimal 95%-w anhidrat. Katalis LP-EDC digunakan pada reaktor.
c. Katalis OHC-EDC
katalis OHC-EDC didapat dari Y.S. Corp di Alabamma, USA.
Kebutuhan katalis sebanyak 315 kg/tahun (tergantung kebutuhan). Kualitas
katalis memiliki spesifikasi sebagai berikut :
- Kandungan tembaga (Cu) minimal 9,5%-wt
- Kandungan kalium (K) minimal 8,2%-wt dengan luas permukaan 23-27 m2/gr
- Resistensi atrisi minimal 75% /0,5 jam
- Volatilitas (LOI) pada 150oC maksimum 2%-wt
- Warna merah atau coklat
Bahan baku utama yang dibutuhkan untuk proses produksi yang
dilakukan oleh PT. Asahimas Chemical antara lain:
1. Etilen (Ethylene), sebanyak 200.000 ton/tahun yang dipasok dari Timur
Tengah dan domistik (PT. Chandra Asri) melalui pipa.
2. Garam Industri (Industrial Salt), sebanyak 630.000 ton/tahun yang dipasok
dari Australia dan India.
3. Oksigen (Oxygen), diperoleh dari PT. Air Liquid Indonesia (Alindo) dan
sebagian diproses sendiri.
4. Tenaga Listrik, sebesar 152 MVA yang diperoleh dari Perusahaan Listrik
Negara (PLN)
5. Air Industri, diperoleh dari PT Krakatau Tirta Industri (KTI).
12
2.1.2.2 Proses Produksi PT. Asahimas Chemical
PT. ASC merupakan sebuah pabrik terpadu (integrated plant) dimana
produk yang dihasilkan saling berkaitan dan digunakan pada proses-proses
selanjutnya.
PT. ASC mempunyai tiga plant (pabrik) utama, yaitu:
1. Chlor Alkali Plant (Pabrik C/A)
Garam dari penampung dilarutkan dalam tangki pelarutan garam (Salt
Dissolver) dengan menggunakan air industri, sehingga terbentuk larutan NaCl
±300 g/lt. Larutan ini kemudian diumpankan ke dalam reaktor pada tahap
pemurnian pertama. Penambahan beberapa bahan kimia, yang berhubungan ion-ion
pengotor dalam larutan garam dinon-aktifkan. Dimasukkan ke dalam tangki
penjernihan (Clarifier), sehingga kotorannya mengendap. Larutan garam tersebut
lalu disaring dengan menggunakan saringan pasir (Sand Filter) agar diperoleh
larutan yang benar-benar bebas dari pengotor.
Pada tahap pemurnian kedua, larutan garam (Brine) Lalu diumpankan ke
dalam Brine Resin Tower (Anion / Cation Bed) yang menggunakan Resin Chelatin
(R-Na2). Resin tower ini digunakan untuk mengikat ion-ion pengotor yang masih
terikut dalam larutan garam. Larutan garam yang sudah bersih disebut sebagai BRP
(Purified Brine).
Proses BRP direaksikan dengan proses elektrolisa (Electrolysis Process)
selanjutnya dilakukan dengan menggunakan Ion Exchange Membrane
Technology, yang biasa disebut dengan Azec System. Azec System adalah
teknologi yang dikembangkan oleh Asahi Glass Co. Ltd., dari Jepang yang
mempunyai keunggulan bebas dari polusi, karena tidak menggunakan unsur
merkuri dan dapat menghemat energi yang disebabkan oleh konsumsi listrik yang
rendah.
BRP diumpankan ke sel elektrolisa pada bagian anoda, sedangkan pada katoda
diumpankan demineralized water (WD). Di dalam sel elektrolisa terdapat membran
jenis monopolar yang hanya dapat ditembus (dilewati) oleh ion Na+.Proses
elektrolisa ini dapat terjadi dengan adanya bantuan energi listrik. Energi listrik dari
PLN diubah dari arus bolak balik (AC) menjadi arus searah (DC) dengan
menggunakan Rectifier sesuai dengan kebutuhan energi di sel elektrolisa.
13
Dalam sel membran, ruang anoda dan ruang katoda dipisahkan oleh membran
kation-permeabel. Jenuh air garam (Larutan NaCl) yang yang terdiri dari ion-ion
Na+ dan Cl-yang diumpankan ke ruang anoda. Sebuah arus DC dilewatkan melalui
sel. Pada anoda, ion klorida (Cl) dalam larutan air garam (NaCl) yang teroksidasi
untuk klorin (Cl2) dengan reaksi sebagai berikut:
Dan di katoda, ion hidrogen (H+) dalam air direduksi menjadi gas hidrogen (H2)
dengan reaksi sebagai berikut:
2 H+ + 2 e- → H2 (g)
14
Gambar 4.Blog Diagram Produksi Chlor Alkali
(Sumber : PT. Asahimas Chemical, 2017
Hasil yang keluar dari proses elektrolisa yaitu gas Hidrogen (Hydrogen/H2),
gas Klorin (chlorine/Cl2) dan cairan Soda Api (causticsoda/NaOH) dengan
konsentrasi ±32 %weight. Selanjutnya gas hidrogen digunakan sebagai bahan bakar
pada furnace. Gas Klorin digunakan untuk proses pembentukan Etilen di-klorida
(EDC).
15
Cairan NaOH 32 %weight kemudian diuapkan (evaporasi) kandungan airnya
sehingga terbentuk cairan NaOH 48% di unit Triple Effect Evaporator. Produk
yang terbentuk kemudian disimpan di dalam tangki penampungan dan siap untuk
dipasarkan. Sebagian dari produk larutan NaOH 48% juga dipekatkan kembali
untuk mendapatkan NaOH dalam bentuk padatan (Flake) dengan konsentrasi
sekitar 98%.
Sebagian cairan NaOH direaksikan dengan gas klorin sehingga membentuk
Sodium Hypo chloride (NaClO) sebagai hasil samping. C/A plant juga
menghasilkan cairan HCl 33% dengan sumber HCl gas dari VCM plant.
16
Gambar 6. Blok diagram proses produksi VCM
(Sumber : PT. Asahimas Chemical, 2017 )
17
terjadi pemanasan pada suhu ±500°C. Kemudian digunakan kembali dalam Proses
Oxy-Chlorination untuk menghasilkan EDC. Reaksi pada Proses EDC Cracking
sebagai berikut:
C2H4Cl2 C2H3Cl + HCl
18
Gambar 8. Blok diagram proses produksi PVC
(Sumber : PT. Asahimas Chemical, 2017 )
19
e. Pengepakan (Bagging)
Proses pengemasan produk PVC dilakukan kedalam kantong kemasan (bag)
dalam ukuran 25 kg dan 600 kg. PT. Asahimas Chemical juga menyediakan
kemasan curah dalam bentuk peti kemas (container). Produk PVC yang dihasilkan
PT. Asahimas Chemical dikenal dengan nama ASNYL.
20
anion. Pada saat terjadi regenerasi maka NaOH akan bercampur kedalam tangki
utama dan akan meng-atifkan kembali resin anion yang awalnya sudah jenuh.
Selain digunakan di dunia filter air NaOH juga digunakan dalam proses
pembuatan sabun yaitu NaOH 30%. NaOH 30% , arti secara sederhana adalah
melarutkan 30 gr NaOH dengan air sebanyak / seberat 100 gr, (100 ml dan 100 gr
sama khusus untuk air). NaOH merupakan senyawa alkali yang bersifat basa dan
mampu menetralisir asam.
2. Ethylene Dichloride (EDC)
EDC yang dihasilkan pada VCM plant sebagian digunakan sebagai bahan baku
bagi proses pembuatan VCM dan sebagian lagi ada yang dijual. Pada proses
pembuatannya ada dua jenis EDC yang dihasilkan yaitu EDC saleable dan crude
EDC. EDC saleable memiliki kemurnian 99,8% dan EDC inilah yang dijual
sebagai produk sedangkan crude EDC akan dialirkan ke feed furnace untuk proses
EDC cracking.
3. VCM (Vinyl Chloride Monomer)
VCM merupakan produk utam ayang dihasilkan dari VCM plant. VCM
memiliki kemurnian 99,9%-wt dan diproduksi sebesar 285.000 ton/tahun. Vinyl
chloride adalah senyawa organochloride dengan rumus H2C=CHCl yang juga
disebut vinyl chloride monomer, VCM or chloroethene. Senyawa ini tak berwarna
dan merupakan senyawa kimia penting dalam industri terutama digunakan untuk
menghasilkan polymer poly vinyl chloride (PVC). Kira-kira 13 juta ton diproduksi
setiap tahun.VCM masuk dua puluh bahan petrokimia terbesar produksi
dunia.China adalah pembuat terbesar dan juga pemakai terbesar dari VCM.
Vinyl chloride adalah gas dengan bau manis, sangat beracun, mudah terbakar,
dan karsinogenik. Vinil klorida yang dilepaskan oleh industri atau dibentuk oleh
kerusakan bahan kimia yang terklorinasi bisa masuk ke udara dan pasokan air
minum.Vinyl chloride adalah kontaminan yang umum ditemukan di dekat tempat
pembuangan sampah. Pada massa lalu VCM digunakan sebagai refrigeran.
Pentingnya vinil klorida hasil dari meluasnya penggunaan poli (vinil klorida),
salah satu polimer yang paling penting. Sintesis pertama dari vinil klorida pada
tahun 1830-1834 ketika V.REGNAULT memperolehnya dengan
dehydrochlorinating 1,2 - dikhloroetana dengan kalium beralkohol. Pada tahun
21
1902, diperoleh oleh BILTZ dengan thermal cracking dari senyawa yang sama.
Namun, pada saat itu, ilmu dan teknologi polimer belum canggih, sehingga
penemuan ini tidak mengakibatkan konsekuensi industri atau komersial. Kerja
dasar dari F.KLATTE atas polimerisasi senyawa vinylic memunculkan produksi
industri vinil klorida pada 1930-an.
Vinyl chloride yang diperoleh oleh KLATTE pada 1912 melalui
hydrochlorination katalitik acetylene.Rute ini hampir secara eksklusif digunakan
selama hampir 30 tahun.Karena tingginya kebutuhan energi untuk produksi
asetilena, penggantian dengan pengganti yang lebih murah adalah tantangan untuk
waktu yang lama.
Pada 1940-1950, acetylene dapat digantikan sebagian oleh ethylene, dimana
vinil klorida diproduksi oleh klorinasi langsung ke 1,2-dikhloroetana dan
berikutnya thermal cracking. Unit produksi pertama yang besar untuk rute ini
dilakukan oleh Dow Chemical Co., Monsanto Chemical Co. dan Shell Oil Co.
Pergantian lengkap untuk penggunaan eksklusif etilena sebagai bahan baku
menjadi mungkin ketika oxychlorination skala besar etilena dengan
1,2-dikhloroetana telah terbukti secara teknis layak (Dow Chemical, 1955 –
1958).
Dengan menggunakan plasticizer dan karena efisiensi energi yang tinggi, PVC
telah menjadi salah satu industry polimer yang paling penting. Meskipun
merupakan salah satu polimer tertua, kesiapan persediaan, produksi relatif murah
oleh pabrik besar, dan pembangunan berkelanjutan dari formulasi baru dengan
penggunaan yang luas menjadi daya tarik di masa depan. Beberapa pabrik VCM
dibangun sebelum tahun 1986. Karena situasi bahan baku dan pasar, pabrik baru
akan terletak terutama di negara-negara penghasil minyak atau di negara-negara
berkembang.
4. Resin Poly Vinyl Chloride (PVC)
Resin PVC dijual dengan nama dagang ASNYL yang merupakan produk dari
tiga plant PVC yaitu PVC I plant, PVC II plant, dan PVC III plant dan memiliki
tingkatan berbeda yaitu SM, SL-P, SE-S, SR dan SL-K. Jumlah resin yang
dihasilkan setiap harinya berjumlah 60 hingga 720 ton resin yang dihasilkan
mempunyai keunggulan-keunggulan sehingga bisa digunakan pada banyak proses
22
seperti calendaring, vacum forming, extrusion, injection, blow molding.
Keunggulan resin PVC yaitu daya serap plasticizer yang sangat baik, kejernihan
baik dan permukaan produk akhir bagus, dan memiliki stabilitas panas tinggi dan
kemudahan pewarnaan, serta kemampuan melebur yang cepat dan sifat mengalir
yang baik.
Produk ini kemudian dipasarkan baik dalam negeri maupun keluar negeri
khususnya berbagai negara Asia dan Australia. Resin yang dihasilkan digunakan
pada beberapa industri seperti industri kulit, industri pipa, industri plastik, alas kaki,
dll.
Polivinil klorida (IUPAC: Poli(kloroetanadiol)), biasa disingkat PVC, adalah
polimer termoplastik urutan ketiga dalam hal jumlah pemakaian di dunia, setelah
polietilena dan polipropilena. Di dunia, lebih dari 50% PVC yang diproduksi
dipakai dalam konstruksi. Sebagai bahan bangunan, PVC relatif murah, tahan
lama, dan mudah dirangkai.PVC bisa dibuat lebih elastis dan fleksibel dengan
menambahkan plasticizer, umumnya ftalat.PVC yang fleksibel umumnya dipakai
sebagai bahan pakaian, perpipaan, atap, dan insulasi kabel listrik.
PVC diproduksi dengan carapolimerisasi monomer vinil klorida
(CH2=CHCl). Karena 57% massanya adalah klor, PVC adalah polimer yang
menggunakan bahan bakuminyak bumi terendah di antara polimer lainnya.Proses
produksi yang dipakai pada umumnya adalah polimerisasi suspensi. Pada proses
ini, monomer vinil klorida dan air diintroduksi ke reaktor polimerisasi dan
inisiator polimerisasi, bersama bahan kimia tambahan untuk menginisiasi reaksi.
Kandungan pada wadah reaksi terus-menerus dicampur untuk mempertahankan
suspensi dan memastikan keseragaman ukuran partikel resin PVC. Reaksinya
adalah eksotermik, dan membutuhkan mekanisme pendinginan untuk
mempertahankan reaktor pada temperatur yang dibutuhkan.Karena volume
berkontraksi selama reaksi (PVC lebih padat daripada monomer vinil klorida), air
secara kontinu ditambah ke campuran untuk mempertahankan suspensi.
Ketika reaksi sudah selesai, hasilnya, cairan PVC, harus dipisahkan dari
kelebihan monomer vinil klorida yang akan dipakai lagi untuk reaksi berikutnya.
Lalu cairan PVC yang sudah jadi akan disentrifugasi untuk memisahkan kelebihan
air. Cairan lalu dikeringkan dengan udara panas dan dihasilkan butiran PVC.Pada
23
operasi normal, kelebihan monomer vinil klorida pada PVC hanya sebesar kurang
dari 1 PPM.
Proses produksi lainnya, seperti suspensi mikro dan polimerisasi emulsi,
menghasilkan PVC dengan butiran yang berukuran lebih kecil, dengan sedikit
perbedaan sifat dan juga perbedaan aplikasinya.
Produk proses polimerisasi adalah PVC murni. Sebelum PVC menjadi produk
akhir, biasanya membutuhkan konversi dengan menambahkan heat stabilizer, UV
stabilizer, pelumas, plasticizer, bahan penolong proses, pengatur termal, pengisi,
bahan penahan api, biosida, bahan pengembang, dan pigmen pilihan.
B. PRODUK SAMPING
1. Asam Klorida (HCl)
Asam klorida merupakan produk samping dari C/A plant dan VCM plant.
Asam klorida memiliki konsentrasi 33%-wt dan mengandung maksimum 5 ppm.
Hampir semua industri kimia menggunakan HCl antara lain industri galvani,
industri pengolahan air, industri sengklorida, dll.
Asam Klorida merupakan larutan jernih, tidak berwarna dari hidrogen klorida
(HCl) dalam air. Asam ini sangat korosif, merupakan asam mineral kuat yang
banyak kegunaannya dalam industri.Asam hidroklorida ditemukan di alam
sebagai asam lambung.
24
Secara historis disebut asam muriatat, dan roh garam, asam hidroklorida
dihasilkan dari vitriol (asam sulfat) dan garam biasa.Asam ini pertama kali
muncul selama Renaissance, dan kemudian digunakan oleh ahli kimia seperti
Glauber, Priestley dan Davy dalam penelitian ilmiah mereka.
Dengan produksi utama dimulai pada revolusi Industri, asam klorida
digunakan dalam industri kimia sebagai pereaksi kimia dalam produksi skala
besar vinil klorida untuk plastik PVC, dan MDI/TDI untuk poliuretan.Asam ini
memiliki banyak aplikasi-skala yang lebih kecil, termasuk pembersih rumah
tangga, produksi gelatin dan aditif makanan lainnya, anti-kerak (descaling), dan
pengolahan kulit.Sekitar 20 juta ton asam klorida diproduksi di seluruh dunia
setiap tahunnya.Senyawa terkait dengan asam hidroklorida adalah asam
hidrobromida dan asam hidro-iodida.
Hidrogen klorida (HCl) adalah suatu asam monoprotik, yang berarti asam ini
dapat berdisosiasi (yaitu, mengion) hanya sekali untuk menghasilkan satu ion H+
(proton tunggal). Dalam air asam hidroklorida, H+ bergabung dengan satu
molekul air membentuk ion hidronium, H3O+:
HCl + H2O → H3O+ + Cl−
Ion lain yang terbentuk ialah Cl−, ion klorida. Oleh karena itu, asam
klorida digunakan untuk membuat garam-garam yang disebut klorida, seperti
natrium klorida (NaCl). Asam klorida merupakan suatu asam kuat, karena ia
secara esensial terdisosiasi dengan sempurna di dalam air.
Asam monoprotik memiliki satu konstanta disosiasi asam, Ka, yang
menunjukkan tingkat disosiasi dalam air.Untuk asam kuat seperti HCl, Ka-nya
besar. Upaya teoritis untuk menetapkan Ka bagi HCl telah dibuat.[21] Bila garam
klorida seperti NaCl ditambahkan pada HCl encer mereka secara praktis tidak
memiliki efek terhadap pH, yang menunjukkan bahwa Cl− adalah basa konjugasi
sangat lemah dan HCl sepenuhnya terdisosiasi dalam larutan berair.
Bagi “zat-antara” untuk larutan asam klorida kuat, asumsi bahwa molaritas
H+ (unit konsentrasi) sama dengan molaritas HCl yang sangat baik, menyetujui
empat angka signifikan.
Dari enam asam mineral kuat yang umum dalam kimia, asam klorida
merupakan asam monoprotik yang paling tidak mungkin menjalani reaksi
25
reduksi-oksidasi. HCl merupakan salah satu dari asam kuat paling berbahaya
untuk ditangani, terlepas dari keasamannya, asam ini terdiri dari ion non reaktif
dan non-toksik.Larutan asam klorida dengan kekuatan sedang adalah sangat stabil
pada penyimpanan, mempertahankankonsentrasinya melampaui waktu.Atribut ini,
ditambah fakta bahwa HCl tersedia sebagai reagen murni, membuat asam klorida
reagen pengasaman yang baik.
Asam hidroklorida adalah asam yang lebih disukai dalam titrasi untuk
penentuan jumlah basa.Tintran asam kuat memberikan hasil lebih tepat karena
titik akhir yang lebih jelas. Azeotrop atau asam hidroklorida “bertitik didih
konstan” (secara kasar 20,2%) dapat digunakan sebagai standar primer dalam
analisis kuantitatif, meskipun konsentrasinya yang tepat bergantung pada tekanan
atmosfir ketika asam ini dibuat.
Asam hidroklorida sering kali digunakan dalam analisis kimia untuk
menyiapkan (“menghancurkan”) sampel untuk analisis. Asam kloridabegitu ia
sering disebut–dapat melarutkan banyak logam dan menjadi logam klorida dan
gas hidrogen, dan asam ini bereaksi dengan senyawa basa seperti kalsium
karbonat atau tembaga (II) oksida, yang membentuk klorida terlarut yang dapat
dianalisis.
Sifat-sifat fisika dari asam klorida, seperti titik didih dan titik lebur, densitas,
dan pH, bergantung pada konsentrasi atau molaritas HCl dalam larutan
berair.Molaritasnya berkisar dari larutan dalam air pada konsentrasi sangat rendah
yang mendekati 0% HCl hingga nilai bagi asam klorida berasap pada konsentrasi
melebihi 40% HCl.
2. Gas Klorin
Gas klorin merupakan produk samping dari C/A plant yang digunakan lagi pada
proses pembentukan EDC di plant VCM. Gas klorin memiliki konsentrasi
minimum 98,5%-volum (basis kering) dengan spesifikasi minimum sebagai
berikut :
- Oksigen maksimum 1%-volum (basis kering)
- CO2 maksimum 0,5%-volum (basis kering)
- Tekanan 3,5 kg/cm2.G
- Kelembaban <50 ppm
26
- Temperatur maksimum 50oC
Klorin banyak digunakan pada industri pengolahan air, sebagai pemutih dalam
industri pulp dan kertas, campuran pada insektisida dan sebagai pelarut.
3. Sodium Hypochlorite (NaClO)
Natrium hipokhlorit merupakan produk samping dari plant C/A yang memiliki
konsentrasi 10%. Senyawa ini banyak digunakan sebgai bahan pemutih pada
industri benang, kapas, dan serat sintesis. Selain itu, natrium hipoklorit juga
digunakan sebagai bahan campuran desinfektan.
4. Gas Hidrogen
Gas hidrogen merupakan produk samping dari C/A plant. Konsentrasi minimum
gas hidrogen adalah 99,9%-volum (basis kering) dengan spesifikasi sebagai
berikut :
- O2 maksimum 0,1%-vol (dry base)
- Tekanan 0,86 kg/cm2.G
- Temperatur maksimum 50oC
Dibawah ini merupakan total produksi PT. Asahimas per tahunnya ( Ton/tahun).
Tabel 2. Produksi PT Asahimas Chemical (Ton/tahun)
Produk 1989 1992 1996 1997 2009 2014 2016
27
Gambar 9. Blok diagram proses di PT. Asahimas Chemical
(Sumber : PT. Asahimas Chemical, 2017 )
28
penunjang lainnya.Utilitas yang digunakan oleh PT.Asahimas Chemical antara
lain:
29
Tabel 3. Kualitas dan prasyarat air sebagai bahan baku
Parameter Kadar Minimum Kadar Maksimum
Kesadahan Total 178 mg/L
Kadar Ca2+ 142 mg/L
Kadar Mg2+ 36 mg/L
Kadar Na+ dan K+ 182 mg/L
M Alkalinitas (HCO3-) 148 mg/L
Kadar SO42- 90 mg/L
Kadar Cl- 122 mg/L
pH 6,5 8,5
Total Fe 36 mg/L
Kadar Mn3+ 0,05 mg/L
Kadar SiO2 36 mg/L
CO2 Bebas 15mg/L
Residu Cl2 0,5 mg/L
COD (Mn)
Turbiditas 5 mg/L 10 mg/L
Temperature normal 30oC 35oC
(Sumber : PT. Asahimas Chemical, 2018 )
Air yang telah diolah di unit pengolahan air dibagi berdasarkan kegunaannya
dengan kapasitas yang berbeda-beda seperti pada Tabel dibawah ini :
30
1. Air Industri (WI)
Pengolahan air sebagai air industri (WI) :
Air yang disuplai dari PT. Krakatau Tirta Industri (KTI) ditampung dalam
basin dan diberi koagulan. Selanjutnya bahan baku air dari basin dikirim ke
coagulant filter untuk menyaring suspended solid yang terkoagulasi. Lalu, gas
Cl2diinjeksikan ke dalam air untuk mengontrol pertumbuhan makhluk hidup
didalamnya.Air yang sudah diinjeksikan gas Cl2 dipompakan ke dalam tangki
penampungan air industri (WI) melewati carbon filter. Zat organik dan Cl2akan
diserap oleh carbon filter. Air hasil proses ini ditampung dalam tangki
penampungan air industri (WI) yang kemudian digunakan untuk bahan baku air
demineralisasi(WD).
Jika bahan baku air industri merupakan air tanah, air dari basin dikirim ke
Coagulant Filter dimana partikel-partikel solid akan terkoagukasi karena
penambahan flokulan. Kemudian air dilewatkan pada karbon filter yang
mengandungn Cl2 maksimum 0,1 mg/L.
2. Air Demineralisasi (WD)
Air demineralisasi merupakan air yang kandungan-kandungan pengotor dan
mineral-mineral didalamnya sudah sangat rendah. Zat-zat pengotor tersebut perlu
dikurangi agar tidak menimbulkan masalah pada alat proses seperti korosi dan
kerak. Bahan baku air demineralisasi adalah air industri.
Air industri (WI) dimasukkan kedalam ion Exchanger yang terdiri dari 3
bagian yaitu cation exchanger, coloumn gasifier dan anion exchanger.Air yang
masuk dalam cation exchanger terjadi pertukaran ion-ion positif yang ada didalam
air industri. Setelah itu proses yang terjadi ialah proses penghilangan gas CO2
terlarut dalam air. Air yang berasal dari cation exchanger, kemudian dialirkan ke
coloumngasifier. Mekanisme kerja column degasifer yaitu karbondioksida dalam
airdihilangkan, dimana prosesnya menggunakan ejektor (pemvakuman) yang
tekanan di dalam degasifer hingga -760 mm H2O. Proses selanjutnya air akan
dipompa menuju anion exchanger untuk menghilangkan ion-ion negatif dalam air.
Pada umumnya air demineralisasi digunakan untuk air proses semua pabrik,
untuk regenerasi dan backwash kolom resin, selain itu juga untuk air umpan boiler
(BFW/Boiling feed water).
31
3. Air Keperluan Rumah Tangga (Portable Water/WP)
Portable water merupakan air yang dimanfaatkan untuk keperluan
rumahtangga yaitu kantin, toilet, dll. Bahan bakuPotable water adalah air sumur
(Deepweel). Pembuatan air ini relatif mudah yaitu hanya dengan menyaring air
sumurdengan coagulant filter lalu menambahkan klorin 0.5 ppm ke dalam air
tersebut.Kemudian, disaring dengan carbon filter untuk menyerap zat organik dan
Cl2 yang terkandung di dalam air.
4. Air Pendingin
Utility air pendingin berasal dari :
a. Water Cooling System
Bahan bakuwater cooling system adalah air pendingin yang telah digunakan
dan air industri (WI). Air industri yang akan digunakan sebagai air pendingin,
disalurkan ke water cooling system. Air ini diproses dalam cooling tower, menjadi
air pendingin.
Air pendingin dari water cooling system kemudian, disirkulasikan untuk
digunakan sebagai pendingin di plant yang membutuhkan.Pada cooling tower
diinjeksikan chemical yaitu NaClO dan Nitrit. NaClO berfungsi membunuh
mikroorganisme dan Nitrit berfungsi untuk membentuk lapisan pada bagian dalam
pipa agar tidak terbentuk kerak air (scale).
b. Sea Water Supply
Air laut diambil langsung dari laut dengan menggunakan pipa yang
dihubungkan dengan pompa, kemudian disaring dengan bar sreen dan fine screen
untuk menyaring kotoran yang ikut bersama air laut, baik yang besar maupun kecil,
seperti kayu, plastik dll. Air tersebut ditampung pada bak penampungan, lalu akan
ditransfer oleh pompa sebagai media pendingin Heat exchanger di plant yang
membutuhkan.
5. Air Pemadam Kebakaran (WF)
Air pemadam kebakaran adalah air yang digunakan untuk memadamkan api
ketika terjadi kebakaran di dalam pabrik. Air ini diambil langsung dari air sumur
yang ditampung pada bak penampungan dan didistribusikan ke bagian – bagian
pabrik dengan system hydrant.Selain itu jika terjadi keadaan yang mendesak air
pemadam kebakaran juga diambilkan dari air laut.
32
2.1.2.4.2. Sistem Penyediaan Steam
Uap air (steam) dihasilkan oleh steam boiler unit. Bahan baku steam adalah
air demineralisasi. Ada 3 unit boiler yang digunakan oleh PT. Asahimas Chemical,
yaitu untuk menghasilkan steam :
1) Boiler I dengan kapasitas maksimum 45 ton/jam
2) Boiler II dengan kapasitas maksimum 17,6 ton/jam
3) Boiler III dengan kapasitas maksimum 50 ton/jam
Jenis boiler yang digunakan di PT. Asahimas Chemical adalah Boiler Pipa
Air. Bahan bakar yang digunakan pada boiler adalah campuran IDO (Industrial
Diesel Oil) dan Heavy Oil (HO). Ketiga boiler tersebut menghasilkan :
1) Steam bertekanan tinggi (SHP), 15-17 kg/cm2G
2) Steam bertekanan sedang (SMP), 10-12,5 kg/cm2G
3) Steam bertekanan rendah (SLP), 4-5 kg/cm2G
4) Steam bertekanan sangat rendah (SLLP), 1,5 kg/cm2G
Bahan bakar yang digunakan PT. Asahimas Chemical disediakan oleh
departemen utility meliputi :
1) Industrial Diesel Oil (IDO)
IDO digunakan sebagai bahan bakar boiler dan diesel.
2) Heavy Oil (HO)
HO disimpan dalam dua unit dengan densitas yang berbeda.
3) Liquid Petroleum Gas (LPG)
LPG digunakan untuk start up reactor OHC-EDC, Cracking Furnace,
incinerator, start up boiler, dan pembuatan flake NaOH.
33
2.1.2.4.4. Sistem Penyediaan Udara Bertekanan
Udara bertekanan diproses di unit pemisah udara atau Air Separation Unit
(ASP). ASP terdiri dari tiga tahap, yaitu pemurnian udara, pemisahan udara dan
loop refrigeration. Udara dikompresi dengan kompresor hingga tekanan 8,5 kg/cm2.
Udara yang terbentuk dipisahkan dan diumpankan kedalam Air Cleaner Absorber
untuk pemisahan uap air dan CO2. Udara yang keluar disaring lagi untuk
menghilangkan partikel-partikel padat. Udara tersebut terdiri dari :
a. Instrument Air dan Plant Air
Instrument air dan plant air digunakan untuk menggerakkan
peralatan-peralatan control dan proses. Kapasitas dari instrumen air adalah 1800
Nm3/jam sedangkan plant air 1.530 Nm3/jam. Instrument air disediakan oleh unit
pusat utility dengan tekanan 4,5 kg/cm2G, digunakan pada control valve, rotary
feeder dan mesin pengemas. Plant air yang digunakan mempunyai tekanan 3,5
kg/cm2G dan biasa dipakai pada unit drying.
b. Nitrogen
Nitrogen bertekanan dan nitrogen bertekanan rendah diperoleh dari nitrogen
cair hasil pemisahan udara. Low pressure nitrogen gas (NL) digunakan untuk
membilas air murni yang diumpankan kedalam reaktor, membilas air murni yang
berisi VCM, pembuatan seal water. Nitrogen yang dihasilkan memiliki tekanan 4
kg/cm2G. High pressure nitrogen gas (NH) mempunyai tekanan sebesar 20
kg/cm2G. NH diperoleh dengan cara menekan Low pressure nitrogen gas (LN)
menggunakan kompresor nitrogen. NH digunakan sebagai reactor sealing mekanis,
poison tank bertekanan, zat kimia anti kerak dalam water sprayer yang dimasukkan
ke dalam reaktor.
c. Cracker Purge Air
Udara ini digunakan pada proses pembakaran di furnace pada plant VCM.
Kadar uap air dikurangi dengan cara mencampur purge air berkapasitas maksimum
200 Nm3/jam dengan udara instrument.
34
2.1.2.5 Pengelolaan Lingkungan PT. Asahimas Chemical
PT. Asahimas Chemical (ASC) merasa berkewajiban untuk berperan
serta dalam kesejahteraan sosial, beasiswa dan kegiatan-kegiatan kemasyarakatan
lainnya. PT. Asahimas Chemical juga membantu pengusaha-pengusaha skala kecil
hingga menengah. Selain itu PT. Asahimas Chemical juga secara aktif terlibat
dalam sejumlah kegiatan sosial melalui program jangka panjang dengan
memanfaatkan pengetahuan dan pengalaman dari para profesionalnya. Hal ini
dicapai dengan memberikan kesempatan kepada para siswa yang terpilih yang
berasal dari berbagai sekolah dan universitas, baik negeri maupun swasta, untuk
mempelajari lebih banyak hal-hal yang berhubungan dengan kimia dan
keselamatan.
Mengingat proses produksi yang dilakukan melibatkan bahan kimia yang
berkategori Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) sehingga dapat menghasilkan
timbulan produk samping dan limbah berbahaya dan beracun pula sebagai hasil
proses, maka perusahaan telah mengantisipasinya dengan mempersiapkan instalasi
pengolah limbah sesuai jenis limbah yang timbul, seperti :
1. Instalasi Pengolahan Air Limbah (Waste Water Treatment/WWT)
2. Instalasi Pengolahan Limbah Padat (Solid Waste Incinerator/SWI)
3. Instalasi Pengolahan Limbah Gas
Pengolahan limbah pabrik baik untuk limbah cair maupun limbah gas
dioperasikan dan dikontrol secara seksama sesuai dengan standar yang ditentukan,
sementara untuk limbah-limbah yang tidak dapat diolah sendiri, dikirimkan ke
Perusahaan Pengolah Limbah yang ditunjuk pemerintah.Dengan demikian
pencemaran yang berdampak buruk terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar
dapat dihindarkan, sesuai prasyarat Undang-undang terkait dan Sistem Manajemen
Lingkungan ISO 14001.
Proses produksi PT. Asahimas Chimcal sealin menghasilkan bahan baku,
juga dapat menghasilkan limbah. Limbah ini jika tidak diolah dengan baik maka
akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Limbah yang dihasilkan PT.
Asahimas Chemical dibagi menjadi tiga jenis yakni jenis cair, padat dan gas.
Limbah cair PT. Asahimas Chemical mengandung senyawa organik, sedangkan
limbah jenis padat yakni coke yang berasal dari unit cracking EDC ditemukan
35
mengendap membentuk kerak pada furnance dan limbah tarr ditemukan dalam
bentuk lumpur yang mengandung senyawa tembaga. Limbah gas biasanya
mengandung senyawa klorin (Cl2) dan HCl yang harus diolah lebih lanjut dalam
unit inicinerator.
36
Gambar 22. Diagram Penanganan Limbah ASC
(Sumber : PT. Asahimas Chemical, 2017 )
37
melewati tahap ini komposisi sludge menjadi 10 ppm senyawa organik, 440
ppm COD, 45 ppm SS dan 0,9 ppm Cu. (Reff: ASC – WWT Project Mass
Balance).
Proses Pengolahan Limbah: Limbah dari VCM-1 dikirim ke kolam aerasi
lalu dikirim ke tangki aerasi untuk mengendapkan SS khususnya kandungan
tembaga melalui proses pengendapan flokulan. Fliltrat dialirkan ke PIT untuk
mengurangi COD lagi lalu dicampur dengan lumpur lain kemudian disaring
dalam filter untuk memisahkan cake.
3. Line 3. WD Regenerasi
Sumber: Limbah generasi WD
Kandungan organik cukup rendah yakni sekitar dengan kandungan COD juga
sekitar Tingkat keasaman yang tinggi (pH 6,5 – 8,5) dan kandungan SS harus
diturunkan menjadi 30 ppm. (Reff: ASC - WWT Project Mass Balance)
Proses Pengolahan Limbah: Limbah generasi WD ditampung di dalam kolam
untuk dinetralisasi. Setelah kadar keasaman sesuai lalu dikeluarkan lewat
selokan. Biasanya kandungan SS yang masih ada dalam limbah harus dikirim ke
line 6-1 untuk dilakukan pengolahan lanjut.
4. Line 4. Limbah Cair Asam Organik
Sumber: Limbah dari VCM-1 lim
Total limbah yang masuk memiliki kandungan senyawa organik, SS dan COD
dan keasaman yang tinggi. Keluaran yang diharapkan memiliki komposisi
senyawa organik maksimal 0,005 ppm.
Proses Pengolahan Limbah: Limbah asam ditampung dalam kolam untuk
dinetralkan melalui penambahan NaOH hingga pH 5-7. Setelah itu limbah
dikirim ke kolom destilasi untuk memisahkan limbah organiknya. Zat
organiknya lalu ditransfer ke VCM-1 sedangkan sisa air sebagai refluks untuk
kolom destilasi. Limbah yang sudah didestilasi lalu dikirim ke pengolahan
berikutnya yakni unit netralisasi dan clarifier (line-5).
5. Line 5 dan Line 6-1 Organic Acid Waste Water dan Old Incine Scrubbing
Sumber: Limbah HCl 19%, SWI (Solid Waste Incinerator), air HCl scrubbing
pembakaran.
38
Umpan limbah dengan kandungan sejumlah Fe, SS, dan Cu, dengan total ,
jumlah senyawa organik kurang dari 5 ppm. Setelah proses dari line ini
kemudian hasilnya tidak lebih dari 50 ppm dengan pH netral. (Reff: ASC -
WWT Project Mass Balance).
Proses Pengolahan Limbah: limbah dari pendinginan HCl 19%, SWI dan
limbah dari line 5 dikirim ke kolam dan dicampur dengan limbah dari line 6-1
untuk diatur keasamannya. Kemudian limbah dikoagulasikan menggunakan
polimer, dikumpulkan jadi satu dengan idari line 2 untuk diolah sebagai limbah
industri melalui proses dehidrasi. Cairan ini kemudian diatur pH-nya agar
sesuai.
6. Line 6-2 C/A Slurry
Sumber: Umpan limbah dengan kandungan COD (>700 ppm) dan senyawa lain
berupa seperti NaCl, NaHCO3, NaSO4 dalam suasana basa. Setelah pengolahan
diharapkan limbah berkurang menjadi 300 ppm dan netral.
Proses Pengolahan Limbah: Limbah VCM-2 dengan kandungan COD
dioksidasi melalui kontrol pH dengan ditambahkan NaClO. Sisa NaClO
ditangkap dengan Na2SO3 dan sebelum dibuang, diatur pH-nya menggunakan
NaOH.
39
2.2 PT. Lotte Chemical Titan Nusantara
2.2.1 Pendahuluan
2.2.1.1 Sejarah Perkembangan PT. Lotte Chemical Titan Nusantara
PT. Lotte Chemical Titan Nusantara yang dahulu bernama PT.
Petrokimia Nusantara Interindo (PENI) adalah perusahaan petrokimia pertama di
Indonesia sebagai penghasil polietilena yang merupakan salah satu bentuk
kerjasama penanaman modal asing yang dipusatkan di daerah Cilegon.
Kebutuhan polietilena untuk pasar dalam negeri di Indonesia pada tahun 1986
adalah 207.000 ton yang semuanya harus dipenuhi dengan impor. Polietilena
tersebut banyak diimpor dari beberapa negara di Timur Tengah, Amerika Selatan,
dan Afrika. Pada tahun-tahun berikutnya kebutuhan polietilena meningkat sebesar
16%.
Proyeksi kebutuhan polietilena yang terus meningkat dan tidak adanya
industri polietilena di Indonesia mendorong beberapa perusahaan luar negeri
untuk melakukan investasi dengan mendirikan PT. Petrokimia Nusantara
Interindo sekarang dikenal dengan PT. Lotte Chemical Titan Nusantara sebagai
produsen pertama penghasil polietilena di Indonesia. Perusahaan-perusahaan
tersebut adalah BP Chemica (Inggris) sebagai pemegang saham terbesar yang
bekerjasama dengan PT. Arseto Petrokimia (Indonesia), Mitsui & Co. Ltd
(Jepang), dan Sumitomo Co (Jepang). Investasi saham Penanaman Modal Awal
(PMA) dari PT. PENI sebagai berikut:
1. BPChemical =50%
2. Mitsui&Co.Ltd =25 %
3. SumitomoCo. = 12,5%
4. PT. Arseto Petrokimia = 12,5%
40
polietilena pertama di Indonesia dengan kapasitas produksi untuk Train 1 pada
Juni 1993 mencapai 200.000 ton/tahun.
Pada tahun 1994 pembangunan Train 2 selesai dilaksanakan sehingga
menambah kapasitas sebesar 50.000 ton/tahun. Dengan selesainya pembangunan
Train 3 pada tahun 1998 maka kapasitas produksi total bertambah menjadi
450.000 ton/tahun dan mulai beroperasi pada bulan Juni 1998. Penambahan
kapasitas produksi selanjutnya direncanakan pada tahun 1999 sampai tahun 2002
yaitu penambahan kapasitas produksi menjadi 560.00 ton/tahun. Namun rencana
ini sedikit terhambat oleh krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia, sehingga
mempengaruhi kepemilikan saham perusahan.
Pada bulan Mei 2003 terjadi penjualan seluruh saham kepada Indika
Group. Akan tetapi sejak 26 Maret 2006 kepemilikan saham PT. PENI (PT.
Petrokimia Nusantara Interindo) sepenuhnya dimiliki oleh TITAN Chemical yang
berasal dari Malaysia dan namanya berubah menjadi PT. TITAN Petrokimia
Nusantara.
Pada tahun 2010 terjadi penjualan saham kembali kepada HONAM, salah
satu anak perusahaan LOTTE Group yang berasal dari Korea Selatan, akan tetapi
dengan adanya pergantian kepemilikan tersebut PT. TITAN Petrokimia Nusantara
belum mengalami perubahan nama sampai sekarang. Dan pada bulan April 2013
nama PT. TITAN Petrokimia Nusantara berganti nama menjadi PT. Lotte
Chemical Titan Nusantara.
41
Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut:
1. Lokasi dipinggir pantai sehingga memudahkan transport bahan baku ( Ethylene dan
Butene) yang diimport dari luar negeri dan dapat membangun pelabuhan kecil
(Jetty) untuk sarana bongkar bahan baku tersebut.
2. Lokasi yang berdekatan dengan Selat Sunda memudahkan penyediaan sumber air
yang banyak dibutuhkan untuk sistem utilitas, misalnya untuk Treated Cooling
Water, Cooling Water Storage, Sea Water Intake, Steam water dan air untuk
pemadam kebakaran. Selain itu lokasi PT. Lotte Chemical Titan Nusantara
berdekatan dengan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya sehingga
mudah dalam penyaluran tenaga listriknya.
3. Lokasi PT. Lotte Chemical Titan Nusantara terletak di pinggir selat sunda dan
dekat dengan sarana dan prasarana transportasi laut, sehingga mempermudah
dalam transportasi produk yang akan diekspor ke luar negeri lewat jalan laut.
4. Lokasi PT. Lotte Chemical Titan Nusantara dekat dengan sarana dan prasarana
transportasi darat sehingga memudahkan pemasaran produk dalamnegeri.
Area pabrik PT. Lotte Chemical Titan Nusantara dibagi menjadi dua area,
yaitu sebagai berikut:
1. Area1
Area ini terdiri dari unit utilitas dan unit core common yang berfungsi sebagai
unit pendukung proses utama atau proses polimerisasi sampai finishing.Unit
Utilitas meliputi beberapa bagian seperti Jetty, Sea Water Intake (SWI),
Ethylene Storage Unit (ESU), Butene Sphere, Treated Cooling Water (TCW),
Potable Unit, Waste Water Treatment, Instrument and Plant Air, Steam
Generation, Fuel Oil Storage, Plant Flare and Vent, LPG Storage, Nitrogen
Supply, Hydrogen Supply. Unit Core Common meliputi Reagent Storage Unit
(RSU), Solvent Recovery Unit (SRU), Feed Purification Unit (FPU), Catalyst
Preparation Unit (CPU), Catalyst Activation Unit (CAU).
2. Area2
Area 2 ini terdiri dari Train 1, Train 2, dan Train 3 yang merupakan area proses
utama untuk menghasilkan polyethylene. Train 1 dan Train 2 meliputi
Prepolymerization Unit (PPU), Polymerization Unit (PU), Additive and
42
Pelletizing Unit (APU), Product Store and Bagging Unit (PBU). Sedangkan pada
Train 3 tidak dilakukan proses Prepolymerization Unit (PPU) karena katalis yang
digunakan langsung di injeksikan ke dalam reaktor utama. Train 1 menghasilkan
produk polyethylene berupa High Density Polyethylene (HDPE) dengan
menggunakan katalis Ziegler, Train 2 menghasilkan produk polyethylene jenis
HDPE dengan menggunakan katalis Kromium, dan Train 3 memproduksi Linear
Low Density Polyethylene (LLDPE) dengan katalis Sylopole.
43
Gambar 8. Lokasi PT. Lotte Chemical Titan Nusantara
(Sumber : PT. Lotte Chemical Titan Nusantara, 2017 )
44
2.2.1.3 Struktur Organisasi dan Manajemen Perusahaan
Gambar 10. Struktur Grup Perusahaan PT. Lotte Chemical Titan Nusantara
(Sumber : PT. Lotte Chemical Titan Nusantara, 2017 )
45
Gambar 11. Struktur Organisasi PT. Lotte Chemical Titan Nusantara
(Sumber : PT. Lotte Chemical Titan Nusantara, 2017 )
46
2.2.1.4 Pemasaran PT. Lotte Chemical Titan Nusantara
PT. Lotte Chemical Titan Tbk (LCT) sebagai perusahaan induk bergerak
dalam bidang perdagangan dan impor produk Polyethylene (PE) dan
Polypropylene (PP) sedangkan Anak Perusahaannya, PT. Lotte Chemical Titan
Nusantara (LCTN) bergerak dalam pabrikasi PE dengan kapasitas terpasang
tahunan sebesar 450.000 MT. LCTN memproduksi Polyethyelene sebanyak
316.254 MT yang setara dengan 70% dari kapasitas terpasang setahun. Angka
tersebut menunjukkan penurunan 13% dibanding volume produksi tahun 2014
sebesar 362.818 MT. Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh rendahnya
ketersediaan bahan baku utama di pasar. Seluruh PE yang diproduksi sendiri serta
persediaan yang terbawa dari produksi tahun 2014 berjumlah 277.159 MT dijual
dalam negeri (domestik), sementara sejumlah 42.034 MT diekspor.
PT. Lotte Chemical Titan Nusantara telah mencatat kinerja produksi pada
tahun 2015 sekitar 70% dari kapasitas, yang didistribusikan ke dalam negeri
sekitar 87% dan sisanya diekspor terutama ke Malaysia dan kawasan SEA lainnya
dan juga sedikit ke China. Sebagai pangsa pasar grup perusahaan, LCTN telah
mengalami penurunan pangsa pasar PE sebesar 26,6% pada tahun 2015
dibandingkan tahun lalu sebesar 28,9%. Sementara pangsa pasar impor meningkat
sekitar 7% dibandingkan dengan tahun 2014 menjadi 56% pada tahun 2015.
Ke depan, LCTN memperkirakan tahun 2016 akan menjadi tahun yang
penuh tantangan karena ketidakpastian situasi ekonomi, fluktuasi harga minyak
mentah dan nilai tukar dolar AS terhadap Rupiah dan impor lebih signifikan
produk Polyethylene terutama dari negara-negara pengekspor bersih seperti
Malaysia dan Filipina. Petronas dan JG Summit adalah 2 (dua) pemasok baru
yang agresif dari kawasan di mana LCTN harus bersaing.
47
Wujud : cair (-1030C, 40-80 mbarg)
Kenampakan : cairan bening, tidak berwarna
Tabel 5. Komposisi Ethylene
Komposisi % Volume
C2H4 min 99,9
C2H2 maks0,0001
CO maks 0,00002
CO2 maks 0,00002
O2 maks 0,09966
H2S maks 0,0002
Hidrogen (H2), digunakan sebagai pengatur melt index (MI) pada unit polimerisasi.
Melt Index diatur oleh ratio hidrogen terhadap ethylene (R H2/C2). Hidrogen
48
berbanding lurus dengan Melt Index, semakin banyak hidrogen yang ditambahkan
maka Melt Index akan naik dan sebaliknya. Berikut sifat fisik dari hidrogen :
Wujud : gas (36 barg)
Kenampakan : tidak berwarna
Tabel 7. Komposisi Hidrogen
Komposisi %Volume
H2 min 98
O2 maks 0,67
CO maks 0,33
CO2 maks 0,33
H2O maks 0,67
Nitrogen (N2), digunakan sebagai gas inert yang ditambahkan dalam reaktor dan
sebagai sistem conveying. Berikut sifat fisik dari Nitrogen:
Wujud : gas
Kenampakan : tidak berwarna
Tekanan : 3,5 barg (Low Pressure Nitrogen)
7 barg (Medium Pressure Nitrogen)
32 barg (High Pressure Nitrogen)
Katalis, PT. Lotte Chemical Titan Nusantara menggunakan 3 jenis katalis, yaitu
katalis Ziegler-Natta (Train 1), katalis Chromium (Train 2), dan katalis Sylopol
(Train 3).Katalis Ziegler-Natta dan katalis Sylopol merupakan campuran dari
Ti[OR]Cl2, Mg[OR]Cl, MgCl2, BuMgCl. Katalis Ziegler-Natta merupakan katalis
yang dibuat sendiri oleh PT. Lotte Chemical Titan Nusantara sedangkan katalis
Chromium dan Sylopol dibeli dari luar negeri dalam kondisi siap pakai.
49
Wujud : cair
Kenampakan : tidak berwarna
Kemurnian : p.a 99%
Core Common
Pada unit Core Common, terdiri dari 5 unit yaitu Unit Penyimpanan
Reagen (Reagent Storage Unit / RSU), Unit Preparasi Katalis (Catalyst
Preparation Unit /CPU), Unit Aktifasi Katalis (Catalyst Activation Unit /CAU),
Unit Pemurnian Pelarut (Solvent Recovery Unit /SRU) dan Unit Pemurnian Umpan
(Feed Purification Unit /FPU).
50
2. Unit Preparasi Katalis (Catalyst Preparation Unit /CPU)
Catalyst Preparation Unit (CPU) adalah unit pembuatan katalis. Katalis yang
dibuat oleh PT. Lotte Chemical Titan Nusantara adalah katalis Ziegler-natta.
Katalis Ziegler-natta M10 digunakan dalam pembuatan LLDPE sedangkan
M11 digunakan dalam proses pembuatan HDPE. Proses pembuatan katalis
Ziegler M10 sama dengan pembuatan katalis Ziegler-Natta M11, perbedaan
dari keduanya adalah jumlah electron yang dimiliki. Katalis M11 mendapatkan
donor electron dari Dimetil Formamide (DMF).
51
menggunakan n-hexane sebagai pelarut. Berikut ini adalah reaksi yang terjadi
dalam reaktor katalis:
a. Pembentukan campuran organomagnesium
Pembentukan campuran organomagnesium ini adalah dengan mereaksikan
magnesium dan butyl klorida.
Mg + BuCl → BuMgCl
- Reduksi dari tetravalent titanium
Untuk mereduksi titanium ini adalah dengan menggunakan campuran
organomagnesium
½ Ti(OR)4 + ½ TiCl4 + BuMgCl →Ti(OR)Cl2Mg(OR)Cl + Bu
- Klorinasi campuran organomagnesium
Klorinasi ini dilakukan dengan mereaksikan campuran organomagnesium
dan butyl klorida (BuCl) yang menghasilkan MgCl.
BuMgCl + BuCl → MgCl2 + 2Bu
Kombinasi dari radikal butyl (Bu ) sebagai indicator terjadinya reaksi
(Butena, butane, oktana, polibutena)
Buo → Butena, butane, oktana, polibutena
Semua reaksi diatas dilakukan dalam reaktor dengan suhu 800C.
52
katalis yang ukurannya sesuai dimasukkan ke dalam tangki penampung katalis dan
siap dikirm ke unit prepolimerisasi train 1. Sedangkan katalis dengan ukuran
partikel kecil (fines), digunakan untuk membantu proses penghilangan BuCl pada
solvent.
53
bertekanan rendah selama 5 jam. Pelarut yang menguap akan dikondensasikan
oleh air pendingin.
b. Penghilangan air
Air merupakan racun bagi katalis. Air dapat berasal dari pelarut baru (fresh
solvent) atau dari operasi peralatan pada CPU dan PPU. Penghilangan air
dilakukan dengan proses distilasi.
54
Setiap aliran pengiriman pelarut dalam CPU dan PPU akan diolah di SRU
sesuai dengan karakteristik spesifiknya.
Di unit ini, bahan baku utama ethylene dan butane dibebaskan dan
dikeringkan dari kandungan sulfur, asethylene, karbon monoksida, karbon dioksida,
oksigen dan air sebelum masuk reaktor polimerisasi. Karena kemurnian bahan baku
sangat berpengaruh terhadap reaksi polimerisasi dari produk yang dihasilkan.
Ethylene yang berasal dari jetty dicampur dengan ethylene dari tangki
penyimpanan yang kemudian suhunya dinaikkan untuk menguapkan ethylene yang
akan digunakan pada proses menggunakan vaporizer. Sebelum ethylene ditransfer
untuk proses, terlebih dahulu dihilangkan impuritasnnya (berupa sulfur) di dalam
sulfur absorber dengan menggunakan solid catalyst zinc oxide. Adsorbsi sulfur ini
dilakukan untuk mencegah poisoning pada katalis palladium yang digunakan pada
reaksi hidrogenasi asethylene dalam acetylene hydrogenator. Kedua jenis katalis
yang digunakan dalam treatment awal untuk ethylene ini tidak dapat diregenerasi
55
kembali, karena setelah waktu tinggal diperbolehkan habis maka katalisnya harus
segera diganti.
Tahapan selanjutnya adalah untuk menghilangkan impuritas berupa CO di
dalam CO treater menggunakan katalis copper oxidized dan O2 dalam O2 treater
menggunakan katalis copper reduced. Untuk treatment H2O menggunakan katalis
molecular sieve 3A. Impuritas lain berupa CO2, digunakan CO2 treater
menggunakan katalis alumina. Proses pemurnian butena untuk menghilangkan
kandungan H2Onya dengan menggunakan katalis molecular sieve 3A, untuk
selanjutnya digunakan dalam proses.
B. Area 2
Area 2 ini terdiri dari Train 1 dan Train 2 yang merupakan area proses
utama untuk menghasilkan polyethylene. Area 2 ini meliputi Prepolymerization
Unit (PPU), Polymerization Unit (PU), Additive and Pelletizing Unit (APU),
Product Store and Bagging Unit (PBU). Train 1 menghasilkan produk polietilen
High Density Polyethylene (HDPE) dengan menggunakan katalis Ziegler,
sedangkan Train 2 menghasilkan produk polietilen jenis HDPE saja dengan
menggunakan katalis Kromium.
1. Unit Prepolimerisasi
Unit prepolimerisasi bertujuan untuk membentuk sejumlah kecil polimer
di sekitar katalis, hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa partikel katalis dengan
aktivasi tinggi tidak masuk ke reaktor utama, karena dapat mengakibatkan local hot
spot, pembentukan gel dan untuk mengatur distribusi penyebaran katalis dalam
reaktor fluidised bed. Efek yang lain adalah untuk membatasi kecepatan akses
monomer ke katalis selama polimerisasi di reaktor. Hasil akhir dari reaktor
prepolimerisasi adalah powder prepoli yang akan digunakan dalam pembuatan
polietilen di reaktor polimerisasi.
56
Gambar 2.15. Flowsheet Proses pada Unit Prepolimerisasi
(Sumber : PT. Lotte Chemical Titan Nusantara, 2017)
57
Pada awal charging, agitator bergerak dengan kecepatan rendah sekitar 20 rpm.
Selama charging berlangsung solvent tetap ditambahkan secara kontinue ke
dalam reaktor prepolimerisasi (R-200) sampai volume 7 m³. Setelah solvent
maksimal, maka agitator akan bergerak dengan kecepatan tinggi sekitar 150
rpm. Perubahan kecepatan agitator bertujuan untuk menghomogenasikan
larutan dan mempercepat reaksi prepolimerisasi.
b. Tahap Reaksi
Setelah charging selesai maka ethylene dan hidrogen dimasukkan secara
kontinyu dengan flow rate 400 kg/jam. Penambahan hidrogen (H2)
berdasarkan kontrol rasio dari etilene. Ethylene dan Hidrogen masuk melalui
submerge dip pipe. Tekanan awal reaksi 0,2 barg dan temperature inisiasi
50 °C. Temperatur reaksi dijaga pada suhu 68 °C dengan tekanan reaksi sekitar
1-1,5 barg. Prepolimer yang terbentuk mengandung 10 gr prepoli katalis
berbentuk slurry. Reaksi per batch berlangsung selama 8 jam.
c. Tahap Pengeringan
Setelah tahap reaksi selesai, prepolimer slurry dialirkan ke Prepolymer Dryer
(R-300) dengan membuka blow down reaktor preplimerisasi (R-200), dan
powder prepolimer akan turun ke Prepolymer Dryer secara gravitasi.
Perubahan prepolimer dari slurry menjadi bubuk kering akan membuat
prepolimer lebih simpel dan efisien dalam mengontrol rasio prepolimer yang
akan digunakan di reaktor utama. R-300 dilengkapi dengan jacket pada
dinding dryer dengan pengaduk tipe helical dengan diameter 1,8 m.
Untuk mengurangi kandungan solvent, dialirkan nitrogen panas bersuhu 70°C
dan tekanan 7 barg dengan flow rate 960 m3/ jam yang masuk dari bagian
bawah Prepolymer Dryer (R-300). Lewatnya nitrogen panas pada slurry
prepolimer menyebabkan solvent menguap dan terbawa keluar dari bagian atas
Prepolymer Dryer (R-300), yang kemudian akan dikompresi oleh Drying Loop
Compressor (C-300) menuju Separator Drum (D-301). Nitrogen panas akan
menuju ke Solvent Condenser (E-304). Vapor solvent yang terbawa akan
terkondensasi dan akan terpisah di Cyclone Separator (S-304). Nitrogen akan
58
digunakan kembali sebagai nitrogen panas dalam dryer yang sebelumnya
melewati Nitrogen Heater (E-307) sebelum kembali masuk ke dalam
Prepolymer Dryer. Sedangkan solvent akan tertampung dalam Cyclone
Separator (S- 304) dan mengalir secara gravitasi ke Cyclone Separator (S-210).
Vapor solvent yang terpisah dari Separator Drum (D-301) akan dipompa
dengan pompa (P-301) type centrifugal menuju Cyclone Separator (S-210)
bercampur dengan kondensat solvent, setelah itu dipompa dengan pompa
(P-210) type centrifugal menuju Solvent Recovery Unit. Untuk mengecek
derajat kekeringan bubuk prepolimer maka dilakukan pengambilan sample
yang dianalisa di laboratorium.
d. Tahap Penyimpanan
Setelah ± 8 jam maka proses pengeringan selesai dan menghasilkan prepolimer
powder yang kemudian ditansfer oleh Blower (C-310) dengan tekanan 0,5 barg
menuju Prepolymer silo cyclone (S-310) untuk memisahkan nitrogen dari
prepolimer powder. Selanjutnya prepolimer powder masuk ke Prepolimer silo
(D-310). Dari Prepolimer silo (D-310) prepolimer powder ditransfer oleh
Blower (C-320) dengan tekanan 0,37 barg menuju Vibrating Screen (S-320)
yang mempunyai multi screen dengan 3 buah screen dengan ukuran 32 mesh,
64 mesh dan 100 mesh, yang berfungsi untuk memisahkan powder dengan
fines dan agglom. Selanjutnya powder mengalami pemisahan dengan gas pada
Cyclone Separator (S-330). Dari Cyclone Separator (S-330) powder ditransfer
menuju Powder Reciever (D-330) dan kemudian ditranfer menuju
Intermediate Hopper (D-340) dan selanjutnya ke Powder Primary Feeder
Hopper (D-345) kemudian menuju line injeksi Secondary Feer Hopper (D-350)
ke reaktor utama (R-400). Prepolimer diinjeksikan menuju reaktor utama
dengan bantuan Nitrogen High Pressure (NHP) dengan tekanan 30 barg yang
berfungsi sebagai gas carrier.
2. Unit Polimerisasi
Polimerisasi dilakukan dalam Fluidized Bed Reactor (R-400) yang
mereaksikan etilena, hidrogen, nitrogen, butena dan prepolimer powder.
59
Etilena, hidrogen, nitrogen, dan butena diinjeksikan oleh kompresor utama
(C-400) dengan tekanan 20 barg dari bawah Fluidised Bed Reactor (R-400),
sedangkan prepolimer powder diinjeksikan secara bertahap dari Secondary
Feed Hopper (D-350) dengan bantuan Nitrogen High Pressure (NHP) dengan
tekanan 30 barg yang berfungsi sebagai gas Carrier. Selama proses injeksi
bahan perlu di jaga flow rate dan tekanan parsial dari tiap bahan reaksi yang
masuk dalam reaktor sehingga dapat menghasilkan rate produk yang baik dan
kualitas produk sesuai dengan grade yang diinginkan. Tekanan injeksi bahan
kedalam reaktor ini minimal lebih besar 5 barg dari tekanan reaktor, untuk
mencegah terjadinya feed back dari reaktor.
Reaksi polimerisasi terjadi secara eksotermal sehingga untuk
menjaga temperatur reaktor yang konstan diperlukan penghilangan panas dari
reaksi, yaitu dengan menggunakan 2 buah exchanger pada gas loop yang
berfungsi menjaga Fluidized Bed Reactor (R-400) supaya suhunya tidak
lebih dari 800C. Selain itu dapat juga memanfaatkan pendinginan gas
hidrokarbon yang meningalkan reaktor dari bagian atas sebagai pendingin
reaksi.
Gas hidrokarbon yang meninggalkan reaktor akan dipisahkan dalam
separator utama (S-400), fines yang terbawa oleh gas akan dikembalikan ke
dalam reaktor melalui Recycle Ejector (J-400). Sedangkan gas sisa
didinginkan di Primary Gas Cooler (E-400), gas yang telah dingin akan
dikembalikan ke reaktor bersama dengan feed gas (ethylene, butene, hidrogen
dan gas inert) melalui compressor utama (C-400). Setelah itu feed gas tersebut
didinginkan kembali pada Final cooler (E-401) sebelum masuk ke dalam
reaktor fluidized bed.
Setelah 4 sampai 5 jam, diharapkan reaksi polimerisasi optimum,
polyethylene diambil melalui Lateral Widrawal Lock Hopper (D-420) dari
bagian samping reaktor dengan memanfaatkan Rotating Full Bar Valve pada
bagian atas dan bawah hopper ini yang bekerja secara berlawanan. Dari Lock
Hopper, powder polimer mengalir ke Primary Degassing (S-425) berdasarkan
perbedaan tekanan. Pada Primary Degassing (S-425) terjadi pemisahan
powder polimer dengan gas hidrokarbon. Gas hidrokarbon di recycle ke
60
reaktor oleh Recycle Gas Compresor (C-470) setelah terjadi pemisahan fines
pada Recycle Gas Filter (F-426) dan oligomer dalam sistem kompresor
Gambar 2.16. Flowsheet Proses pada Unit Polimerisasi dan Degassing System
(Sumber : PT. Lotte Chemical Titan Nusantara, 2017)
61
Polimer powder dari Primary Degasser (S-425) mengalir ke Secondary
Degasser (D-430) melalui Rotary Valve (V-425) yang berfungsi untuk mengatur
lavel pada degasser. Powder polimer dalam Secondary Degasser (D-430) di
flushing menggunakan nitrogen low dengan tekanan 3 barg untuk menghilangkan
gas proses hidrokarbon yang masih tersisa. Gas tersebut meninggalkan Secondary
Degasser (D-430) melalui bagian-bagian atasnya kemudian dibuang melewati
Polymer Cyclone Filter (S-430) untuk memisahkan fines. Powder polimer dari
Secondary Degasser ditransfer oleh Blower (C-430) yang bertekanan 0,7 barg
dengan media nitrogen sebagai media transport ke Recycle Filter (F-435). Dari
Recycle Filter (S-435) gas mengalir kembali ke Blower (C-430) dan untuk menjaga
tekanannya terdapat make up nitrogen low dan venting ke flare.
Sedangkan powder polimer mengalir secara grafitasi ke Polymer Screen
(S-440) untuk pemisahan agglomdan dibuang ke pembuangan. Polimer powder
dalam ukuran normal ditransferke Final Degasser (D-440) melalui Rotary Valve
(V-441). Dalam Final Degasser (D-440) terjadi penghilangan gas hidrokarbon
yang terakhir dandeaktivasi sisa / residu katalis dengan fluidisasi powder polimer
dengan aliranudara yang disupply Fluidisasi Air Fan (C-440). Gas fluidisasi
meninggalkanbagian atas degasser dan masuk ke Cyclone Separator (S-445)
sebelum keatmosfer. Polimer yang telah diolah dari Final Degassing (D-440)
mengalir ke Storage Bin (D-460) melalui Rotary Valve (V-441). Lavel di Final
Degasser difinal degasser diatur oleh bukaan weir di keluaran final degasser drum.
62
Pada Master Batch Blender (M-825) dimasukkan additive dengan jenis
yang disesuaikan dengan produk yang dikehendaki. Penambahan aditif ini
bertujuan untuk menjaga kualitas pellet yang dihasilkan dari kerusakan yang
disebabkan oleh pengaruh temperatur, anti slip anti oksidan dan oksidasi. Dalam
Master Batch Blender (M-825) powder polimer dan aditif akan dicampur dengan
menggunakan pengaduk vertical dan orbital agitator berdiameter 0,4 m dengan
kecepatan 50 rpm selama 2 jam. Untuk menjaga temperatur di dalam Master Batch
Blender agar tidak melebihi 60 0C maka dialirkan Cooling Water didinding jaket
Master Batch Blender (M-825) dengan suhu masuk 260C dan suhu keluar 510C
dengan debit 7500 m3/ jam. Tujuan pendinginan tersebut untuk powder tidak
melebihi melt point aditif (50-60 0C) sehingga saat pencampuran tidak meleleh.
63
menggunakan screw conveying untuk menjaga contiunitas feed yang masuk ke
ekstruder. Powder dari Feed Hopper Exstruder (H-840) akan masuk ke Ekstruder
(X-840) dengan tipe twin screw yang berputar secara co-current dengan kecepatan
224 rpm. Didalam ekstruder terdapat 3 barel. Pada barel A virgin powder dan
powder master batch akan meleleh pada suhu 150-220 0C karena adanya panas dari
electrik heater. Pada barel B campuran molten menjadi lebih homogen dan akan
dihomogenkan lagi pada barel C.
Powder yang sudah meleleh dialirkan ke gear pump yang menekan molten
ke die plate yang berlubang sehingga molten yang keluar berbentuk seperti spageti,
lalu dipotong oleh cutter yang mempunyai 12 mata pisau yang diputar motor
dengan kecepatan 850-1000 rpm sehingga memotong molter menjadi bentuk pellet.
Pisau tersebut berada dalam air (under water cutter) yang bersuhu 65-72 0C dengan
flow rate 240 m3/jam. Air tersebut berasal dari Pellet Cooling Water Cooler
(E-844). Selain sebagai pendingin pellet air tersebut juga sebagai media transport
pellet yang sudah dipotong masuk ke Pellet Filter (S-846) untuk dipisahkan airnya,
lalu air tersebut kembalikan lagi ke PCW Tank (T-848). Selanjutnya pellet masuk
ke Spin Dryer (R-847) untuk menghilangkan air yang masih terkandung dalam
pellet. Pellet yang sudah kering masuk ke Vibrating Classifier (S-847) yang
mempunyai ukuran 12 mesh dan 32 mesh. Pada Classifier terjadi pemisahan pellet
menurut ukurannya yaitu over size dan normal size. Pellet dengan ukuran normal
akan masuk ke Silo (H-850), sedangkan pellet yang over size akan ditampung
dalam surge bag.
4. Unit Bagging
Pellet dari unit additive dan pelletisasi (APU) di transfer ke Homogenisasi
Silo (H-101) dengan menggunakan Blower (C-101) dengan tekanan 0,5 bar. Dalam
Homogenasasi Silo (H-101) pellet diblending selama 3 jam dengan menggunakan
Blower (C-102) dengan tekanan 1 bar yang bertujuan untuk mencampur grade dari
pellet. Pellet yang telah dihomogenisasi kemudian ditransfer ke Bagging Silo
(H-103) dengan menggunakan Blower (C-104) dengan tekanan 0,5 bar.
Selanjutnya pellet ditransfer ke Bagging machine package dengan Rotary Valve
(V-107). Bagging machine akan mengepak pellet dalam kantong-kantong plastik
64
yang setiap kantongnya berisi 25 kg polyethylene sesuai dengan jenisnya
masing-masing. Polyethylene yang over grade juga akan di bag off tiap 25 kg dan
dijual dalam harga dibawah polyethylene yang on grade. Normalnya satu batch
menghasilkan produk sebanyak 190 ton. Setelah proses bagging selesai,
kantong-kantong yang berisi polyethylene tersebut diangkut dengan menggunakan
belt conveyor menuju warehouse. Untuk selanjutnya polyethylene ini siap
dipasarkan atau dikirim ke konsumen dengan menggunakan truk.
C. Area 3
Area 3 (Train 3) meliputi Sistem Utiliti Train 3 yang merupakan area
proses utama untuk menghasilkan polyethylene meliputi Polymerization Unit (PU),
Additive and Pelletizing Unit (APU), dan Product Storage and Bagging Unit (PBU).
Train 3 tidak dilakukan proses Prepolymerization Unit (PPU) karena katalis yang
digunakan langsung di injeksikan ke dalam reaktor utama. Train 3 memproduksi
Linear Low Density P olyethylene (LLDPE) dengan katalis Sylopole.
65
2.2.2.3 Produk yang dihasilkan
Produk yang dihasilkan oleh PT. Lotte Chemical Titan Nusantara adalah:
Polietilen. Polietilen diproduksi pertama kali dalam laboratorium Imperal Chemical
Industries, Ltd (ICI), Inggris. Pada percobaan tak terduga dimana etilen
(merupakan bahan baku reaksi) diteliti sampai tekanan 1400 atm dan temperatur
170 C. Fenomena ini diuraikan pertama kali oleh EW. Ffewcett di Staudinger pada
tahun 1936. Pada tahun 1940, Polietilen diperkenalkan secara komersil. Polimer
etilen yang pertama kali diperdagangkan adalah polietilen cabang dengan densitas
rendah (low density) dan tekanan tinggi (high density). Setelah mengalami
perkembangan, produksi polietilen cabang (low density polietilen) meluas dengan
cepat. Produksi ini merupakan plastik pertama dengan produksi tahunan mencapai
1 milyar lb (tahun 1959). Kemudian diproksi ulang lagi dengan kapasitas 7,9 milyar
lb (tahun 1979), tetapi tahun 1982 kapasitas produksinya menurun karena krisis
ekonomi sampai sekitar 6,3 milyar lb (termasuk tambahan produksi LLDPE
beberapa milyar lb).
Dengan semakin berkembangnya penggunaan etilen di pasar dunia,
maka tahun 1953 Ziegler menemukan pembuatan polietilen dengan katalis
organometalik. Setahun kemudian Ziegler berhasil memproduksi polietilen tanpa
tekanan. Pada tahun 1962, gabungan polietilen dan polipropilen diperkenalkan
secara komersil. Pada perkembangan selanjutnya ditemukan hasil-hasil lain dari
etilen. Berikut adalah produk yang dihasilkan oleh PT. Lotte Chemical Titan
Nusantara:
Polietilen
Lotte Chemical Titan menghasilkan berbagai jenis produk Polietilena,
terdiri dari Polietilena masa jenis tinggi (HDPE), Polietilena masa jenis rendah
(LDPE), dan Polietilena linier masa jenis rendah (LLDPE) dengan total kapasitas
produksi terpasang sebanyak 1,105 KTA PE yang fasilitas produksinya berada di
Malaysia dan Indonesia.
66
a. Innovex,LLDPE (Linier Low Density Polyethylene)
LLDPE adalah polimer linear dengan percabangan rantai pendek dan memiliki
ketahanan yang lebih tinggi terhadap tekanan. LLDPE merupakan bahan baku
prima untuk pembuatan kantong plastik mulai dari kemasan tipis sampai
dengan yang tebal.
b. Rigidex, HDPE (High Density Polyethylene)
HDPE memiliki derajat rendah dalam percabngannya dan memiliki kekuatan
antar molekul yang sangat tinggi. HDPE biasa digunakan sebagai bahan
pembuatan botol susu, kemasan detergen, kemasan margarin, pipa air dan
tempat sampah. Polietilena masa jenis tinggi produk Titanvene®, Titanzex®,
dan Titanex® terkenal dengan konsistensi produktivitas dan kualitas produk
yang baik, memiliki berbagai macam karakteristik, diantaranya kemampuan
tinggi aliran, kekakuan, tangguh, isolasi listrik, mudah di cetak, dan tahan suhu
dingin, yang membuatnya sangat baik untuk membuat peralatan rumah tangga
umum, jaring ikan, tali, wadah kimia, kantong kemasan (pertanian, industri,
kemasan), pallet, peti, & tutup botol.
c. Kualitas Produk
PT Lotte Chemical Titan Nusantara menghasilkan produk yang dapat
digunakan untuk berbagai aplikasi. Berdasarkan kualitas produk yang
dihasilkan, polietilena dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, yaitu :
1. Prime
Merupakan produk yang mempunyai kualitas yang sesuai dengan
spesifikasi yang diinginkan pemesan.
2. Near Prime
Merupakan produk yang mempunyai kualitas yang sedikit menyimpang
darti spesifikasi yang diinginkan oleh pemesan.
- Off Grade
Produk yang tidak sesuai dengan yang diinginkan ukurannya oleh
pemesan.
- Scrap
Produk yang kurang sempurna dimana terjadi kesalahan prosedur pada
proses produksi.
67
2.2.2.4 Utilitas
PT. Lotte Chemical Titan Nusantara memiliki Area 1 yang meliputi unit
utilitas.Unit utilitas dibagi menjadi dua yaitu Internal Battery Limits (IBL) dan
core common.Unit utilitas merupakan unit yang menunjang kelangsungan proses
di dalam suatu pabrik. IBL menyuplai kebutuhan pokok dari suatuproses seperti
listrik, air, bahan baku dan lainnya. Sedangkan core common merupakan unit
pembuatan katalis dan pemurnian bahan baku.
68
Sebagai spray water traveling screen.
Proses Pengolahan Air Laut menjadi Air Kebutuhan Plant dan Rumah
Tangga
Proses pada unit ini dimulai dengan air laut masuk ke area SWI melalui
suction yang terletak 300-400 m dari pantai untuk mencegah pasir masuk dalam
suction, sebelum dipompa masuk ke dalam area pengolahan air laut disaring
terlebih dahulu dengan Bar Screen (7-S-101) untuk menghilangkan sampah
dengan ukuran >10 cm. Kemudian dilanjutkan Travelling Screen (7-S-102) untuk
menyaring sampah yang lolos dari Bar Screen. Untuk menghilangkan sampah di
Travelling Screen menggunakan menggunakan prinsip back wash.
Air laut yang telah disaring di pompa oleh Sea Water Pump (7-P-101)
yang didesain vertikal dengan kapasitas laju alir 8000 – 10.000 m3/jam. Ada 2
buah pompa centrifugal lift pump yang tersedia tapi hanya satu yang dioperasikan
sementara yang satu stand by. Air laut sebelum masuk ke Sea Water Intake
System diinjeksikan dengan Sodium Hipoclorid (NaOCl) sebanyak 3 ppm dengan
flow sekitar 10 m3/ jam dengan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme
69
dalam Sea Water Intake Line. Air Laut kemudian digunakan sebagai pendingin
TCW di PlateHeat Exchanger (8-E-101)dan umpan pada Unit desalinasi yang
selanjutnya digunakan sebagai umpan boiler dan sebagian lagi untuk make up di
TCW tank. Bagian-bagian pelengkap dari SWI meliputi :
1. Stop log, sebagai penahan ombak
2. Bar screen, sebagai penyaring sampah-sampah yang berukuran besar
3. Traveling screen, sebagai penahan sampah yang tidak tersaring di Bar screen
dan mengeluarkannya dengan bantuan pompa (7-P-102 A / B)
4. Suction chamber, sebagai tempat penyedia air suction pompa.
3. Butene Sphere
Tangki tempat menyimpan 1-butena ini berbentuk bulat. Di dalam butene
sphere (7-T-240), 1-butena mempunyai temperatur 300C dengan tekanan
1-1,5barg. Butene sphere ini di lengkapi dua buah pompa untuk memindahkan
1-butena ke area proses. Butene storage pump(7-P-240A/B) dilengkapi cooler
dengan tujuanmendinginkan temperatur 1-butena. Tangki ini di lengkapi dengan
pipa–pipa fire water dan bagian luar tangki di selimuti oleh fire protection.
70
4. Boil off Gas Compressor
BOG berfungsi untuk menstabilkan tekanan di dalam tangki ethylene.
BOG kompresor terdiri dari dua buah, yaitu:
1. BOG liquifier / BOG recovery compressor yang berfungsi untuk merubah
ethylene uap menjadi ethylene cair untuk dikembalikan ke dalam
ethylenestorage tank (7-T-350). Keberadaan ethylene uap di dalam tangki
sangat dibutuhkan sebagai penyeimbang tekanan tangki.
2. BOG feed compressor yang di gunakan apabila ada penarikan ethylene dari
train dan pompa ethylene tidak mampu melayani penarikan ethylene dari train
dengan menggunakan evaporasi 7-E-350 dan 7-C-352.
71
Gambar 2.20. Blok Diagram Proses Treated Cooling Water
(sumber : www.scribd.com)
Parameter Range
pH air 8-9
72
mencegah menurunnya kualitas air dan mencegah korosi. Sand filter dipasang
secara horizontal, air masuk pada bagian atas dan keluar dari bagian bawah.
Cooling water yang disaring hanya 200 m3/jam.Hasilnya berupa clean water yang
langsung ditambahkan ke TCW tank. Jika mencapai kejenuhan sand filter ini akan
di back wash dengan tekanan tinggi dan dialirkan ke pembuangan.Kebutuhan
plant dalam pemakaian TCW adalah 6.600 m3/jam untuk operasi normal,
sedangkan untuk kebutuhan darurat adalah sebanyak 8.700 m3/jam. Fungsi air
pendingin (cooling water) pada area proses adalah:
1. Sebagai pendingin pada primary gas cooler, final cooler, dan reaktor loop.
2. Sebagai air pemadam.
3. Pemindah panas pada heat exchanger dan vessel (jaket).
73
utama boiler, dibakar di dalam burner dengan bantuan LPG sebagai pemantik. PT.
Lotte Chemical Titan Nusantara memiliki 4 buah boiler, di mana tiap boiler
dilengkapi dengan 2 buah pompa tipe centrifugal, satu dioperasikan dan satu
dalam keadaan stand by. Boiler yang digunakan adala jenis fire tube boiler
dengan kapasitas produksi steam 255360 m3/jam per boiler dengan kapasitas
produksi maksimum 672000 m3/jam jika ketiga boiler beroperasi. Sedangkan
kapasitas air (umpan boiler) adalah 313600 kg/jam. Air umpan boiler berasal dari
saluran kondensat ditambah make up dari unit desalinasi. Air umpan boiler harus
memenuhi karakteristik seperti pada tabel berikut:
Air umpan boiler dipompa ke boiler melalui Boiler Feed Water Pump. Air
umpan di injeksi dengan dua chemical agent, yaitu :
a. Phosphate sebagai inibitor korosi, diinjeksikan pada Section Line Boiler Feed
Water Pump.
b. Sulfite sebagai pengikat oksigen, diinjeksikan pada dischange line Boiler Feed
Water Pump.
74
Gambar 2.21 Blok diagram proses penyediaan steam
Sumber: www.scribd.com.
75
mencegah masuknya partikel solid ke boiler. Pada deaerator ini ditambah make up
dari air unit desalinasi sebagai umpan boiler. Steam yang dihasilkan dari steam
generator ini ada 2 macam yaitu lowsteam dan medium steam.Medium steam di
distribusikan secara langsung dari boiler pada teakanan 7 barg, sedangkan low
pressure steam di distribusikan dari medium pressure steam setelah tekanannya
diturunkan manjadi 3,5 barg. Mediumsteam berfungsi untuk media evaporasi di
unit desalinasi dan untuk proses polimerisasi. Sedangkan low steam digunakan
untuk media pemanas di kolom destilasi dan striping di Solvent Recovery Unit dan
sebagai pemanas aliran hexane pada unit prepolimerisasi.
8. Instrument Air
Fungsi dari Instrument Air adalah menyuplai kebutuhan udara bertekanan.
Kebutuhan udara instrument setiap jam sekitar 17.490 Nm3. Di PT. Lotte
Chemical Titan Nusantara, kebutuhan udara dapat dipenuhi oleh empat buah
kompresor yang mempunyai tipe screw compressor. Kompresor dengan tipe
screw tersebut mempunyai keuntungan dapat menghasilkan pressure yang lebih
tinggi dan kandungan compressed air yang lebih banyak, dengan cara
memberikan pelumasan pada bagian screw yang berputar dengan oli atau minyak
pelumas sehingga screw tersebut berjalan dengan cepat. Screw compressor
tersebut digerakkan oleh motor dengan daya 175 kW. Udara yang terkompresi
kemudian disimpan di tempat penampungan sementara yaitu surge drum. Dalam
surge drum ini terdapat tiga tahap pemurnian udara dari kandungan minyak, debu
dan air.
Udara bertekanan ini dipakai sebagai penggerak utama equipment
instrument seperti ROV dan PV, aktivasi katalis, regenerasi FPU.
Peralatan utama untuk instrument air:
a. Instrument air pre filter jenis catridge untuk menyaring udara dari debu.
b. Instrument air after filter untuk menyaring udara dari kandungan air.
c. Instrument air dryer jenis desiccant untuk mengeringkan udara.
d. Instrument air surge drum untuk menampung udara tekan sebelum ke area
proses.
76
Kapasitas dari kompresor yang dihasilkan adalah 21.400 Nm3/jam pada
tekanan 7 barg, temperatur ambient dan kandungan minyak 1 ppm
(maximal).Compressed air (udara tekan) ini didistribusikan sebagai penggerak
instrumentasi, oksidator di catalist Activtion Unit, dan regenerasi katalis di Feed
Purification Unit.
77
Medium Pressure Nirogen (NM)
NM yang berasal dari PT API mempunyai tekanan 7 barg dan laju alir
7,42 Nm3/jam. NM dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
Medium pressure nitrogen vital (NMV), didistribusikan pada dua sistem yaitu
continue purging pada masing-masing vent dan sistem flare, sedangkan lainnya
untuk purging pada reaktor polimerisasi.
Medium pressure nitrogen non vital, digunakan untuk cadangan pada
instrument air.
Nitrogen low pressure digunakan untuk purging, seal, dll.
78
13. Flare Stack dan Cold Vent
Flare stackyaitu sarana untuk membakar limbah gas hidrokarbon dengan
konsentrasi lebih dari 2 ppm. Inlet dari hidrokarbon yang akan dibakar terdiri dari
high pressure dan low pressure. Pada flare juga terdapat seal water yang
berfungsi sebagai pengabsorpsi dari partikel yang terbawa oleh hidrokarbon. Pada
flare juga terdapat jalur steam medium yaitu sebagai cooling down tip temperatur
agar tidak terjadinya pelelehan pada flare, menjaga agar temperatur > 1500C, dan
menjaga agar asap pembakaran tidak terlalu pekat atau hitam.
Cold vent stack adalah sarana untuk mengolah atau membuang limbah gas
hidrokarbon yang mempunyai kadar hidrokarbon kurang dari 2 ppm. Cold vent
dilengkapi dengan drain line valve dan seal water. Drain line valve berfungsi
untuk mengeluarkan air hujan yang masuk dari bagian atas cold vent. Sedangkan
sealwater berfungsi untuk mencegah uap keluar dari cold vent.
79
2. Catalyst Preparation Unit (CPU)
Catalyst Preparation Unit (CPU) adalah unit pembuatan katalis.Katalis yang
dibuat oleh PT Lotte Chemical Titan Nusantara adalah katalis Ziegler-natta.
Katalis Ziegler-natta M10 digunakan dalam pembuatan LLDPE sedangkan M11
digunakan dalam proses pembuatan HDPE. Proses pembuatan katalis Ziegler M10
sama dengan pembuatan katalis Ziegler-Natta M11, perbedaan dari keduanya
adalah jumlah electron yang dimiliki. Katalis M11 mendapatkan donor electron
dari Dimetil Formamide (DMF).
Katalis Ziegler-natta terbuat dari pereduksian TiCl4 dan Ti(OR)4 oleh
senyawa organomagnesium yang dibentuk dari pereaksian Mg sebagai metal
dengan BuCl. Mg mempunyai pelapis yang kuat sehingga akan susah bereaksi.
Untuk memecahkan pelapis dari Mg yaitu MgO maka Mg direaksikan terlebih
dahulu dengan iodine, setelah itu Mg dapat bereaksi dengan BuCl membentuk
senyawa organomagnesium.Bentuk dari campuran organomagnesium dan reduksi
dari garam-garam titanium adalah larutan yang diproses dalam reaktor yang
menggunakan n-hexane sebagai pelarut. Berikut ini adalah reaksi yang terjadi
dalam reaktor katalis:
1. Pembentukan campuran organomagnesium
Pembentukan campuran organomagnesium ini adalah dengan mereaksikan
magnesium dan butyl klorida.
Mg + BuCl → BuMgCl
80
4. Kombinasi dari radikal butyl (Bu) sebagai indicator terjadinya reaksi
(Butena, butane, oktana, polibutena)
Buo → Butena, butane, oktana, polibutena
Semua reaksi diatas dilakukan dalam reaktor dengan suhu 800C.
1. Katalis fines
Sedangkan katalis dengan ukuran partikel kecil (fines), digunakan untuk
membantu proses penghilangan BuCl pada solvent.
81
pengaktifan ini menggunakan pemanasan pada suhu tinggi dalam bentuk udara
kering (dry air) selama beberapa jam dalam reaktor fluidized bed. Selama proses
aktivasi katalis, kromium dioksidasi menjadi bentuk heksavalent oleh
penambahan udara. Katalis kromium ini digunakan untuk pembuatan polyethilene
high density di train 2.
82
kerugian pada saat proses evaporasi dan pengeringan. Proses heavy fraction
dilakukan dengan cara distilasi.
Adapun pelarut yang akan direcovery di SRU adalah:
1. Pelarut baru dari container yang digunakan untuk make up, spent solvent, solvent
with slurry, wash solvent, used solvent dan clean solvent. Pelarut yang telah
diolah ini akan dikembalikan untuk digunakan kembali dalam proses.
2. Spent solvent, mengandung bekas reaktan dan fine pada jumlah kecil yang berasal
dari unit produksi katalis.
3. Solvent with slurry, mengandung wax dari pembentukan prepolimer yang
menggunakan katalis kromium.
4. Used solvent, mengandung fine dalam jumlah besar yang berasal dari area katalis
dan prepolimer yang ditampung dalam pengering.
5. Wash solvent, mengandung BuCl dari area produksi katalis yang dikumpulkan di
bagian pencucian.
6. Clean solvent, pelarut yang telah dimurnikan dengan proses evaporasi dari
pengering prepolimer dikembalikan lagi ke drum recovered solvent untuk diolah
kembali.
Setiap aliran pengiriman pelarut dalam CPU dan PPU akan diolah di SRU sesuai
dengan karakteristik spesifiknya.
83
digunakan pada reaksi hidrogenasi asethylene dalam acetylene hydrogenator.
Kedua jenis katalis yang digunakan dalam treatment awal untuk ethylene ini tidak
dapat diregenerasi kembali, karena setelah waktu tinggal diperbolehkan habis
maka katalisnya harus segera diganti.
Tahapan selanjutnya adalah untuk menghilangkan impuritas berupa CO di
dalam CO treater menggunakan katalis copper oxidized dan O2 dalam O2 treater
menggunakan katalis copper reduced. Untuk treatment H2O menggunakan katalis
molecular sieve 3A. Impuritas lain berupa CO2, digunakan CO2 treater
menggunakan katalis alumina. Proses pemurnian butena untuk menghilangkan
kandungan H2Onya dengan menggunakan katalis molecular sieve 3A, untuk
selanjutnya digunakan dalam proses.
84
PT. Lotte Chemical Titan Nusantara memiliki beberapa unit pengolahan
limbah cair antara lain
a. Neutralization Unit
Unit ini digunakan untuk menetralkan catalyst residu slurry yang berasal
dari unit persiapan katalis dan mengurangi kandungan COD/BOD, n-propanol dan
hexane. Catalyst residu slurry ini mengandung BOD/COD sebesar 11.200 ppm
selanjutnya dimasukkan ke neutralization pit,diaduk dengan agigator supaya
tercampur dan ditambah NaOH 50 % berat untuk mengatur pH 6,5-8.
Setelah pHnya mencapai 6,5-8, catalyst residu slurry kemudian ditransfer
ke dewatering area dengan menggunakan pompa. Dewatering area ini berfungsi
untuk menghilangkan kandungan air yang tercampur dengan catalyst residu slurry.
Setelah kering catalyst residu slurry akan berubah menjadi powder yang kemudian
di pak dalam drum dan dikirim ke Pusat Pengendaliaan Limbah Industri (PPLI).
c. Aerated Lagoon
Aerated lagoon adalah tempat pengolahan limbah cair yang terakhir
sebelum dibuang ke laut bersama dengan sea water return. Air limbah di aerated
lagoon ini berasal dari CPI Separator dan foul water treatment. Pada aerated
lagoon terjadi proses aerasi dengan menggunakan bantuan 2 buah lagoon aerator
berfungsi untuk mengambil oksigen dari udara luar sebagai makanan bakteri aerob,
sehingga dengan banyaknya oksigen yang disuplai oleh aerator maka bakteri aerob
85
akan berkembang lebih banyak dan menjadi lebih efektif untuk menguraikan
kandungan BOD/COD serta bahan berbahaya lainnya sehingga air yang dibuang ke
laut memenuhi kualitas standart air limbah yang tidak mencemari laut. Setelah
melalui proses aerasi, air akan dipompa ke outfall oleh Sludge Circulating Pump.
Sebelum menuju ke outfall air akan melewati disinfektor yang berfungsi
untuk membunuh mikroorganisme yang terbawa, sehingga air yang dibuang ke laut
benar-benar aman untuk lingkungan. Air olahan dari aerated lagoon dibuang ke laut
dengan kapasitas 51,7 m3 /hari pada musim kemarau dan 121,6 m3 /hari pada
musim hujan. Karakteristik air limbah yang memenuhi standart kualitas adalah
seperti pada tabel berikut :
Tabel 9. Karakteristik air limbah
Parameter Kualitas
PH 6-8
BOD 30 ppm
COD 60 ppm
Solid Suspension 100 ppm
Oil 5 ppm
Mg 200 ppm
Ti < 0,1 ppm
Al <0,1 ppm
Total Logam <1 ppm
(Sumber : PT. Lotte Chemical Titan Nusantara, 2017)
86
tidak berbahaya seperti sampah-sampah umum dari rumah tangga akan dibakar di
incinerator.
Incinerator Unit
Incinerator adalah alat yang berfungsi sebagai tempat pengolahan atau
pembakaran limbah padat. Inecerator di desain untuk membakar 125 kg/jam
material padat dan biasanya dioperasikan 8 jam/hari.
Umpan yang masuk ke inecerator adalah sebagai berikut :
Oil separator sludge 30 ton/tahun
Waste polyethylene 20 ton/tahun
Biogical Treatment sludge 50 ton/tahun
General garbage 300 ton/tahun
Waste Solvent 400 ton/tahun
87
menganalisis pencemaran (oleh pihak ketiga) dan melaporkan ke Departemen
Lingkungan Hidup Indonesia.
Pengelolaan Limbah B3
Limbah B3 yang dihasilkan dari pabrik Polietilen disimpan sementara
sebelum nantinya diolah oleh perusahaan jasa pengolah limbah B3 bersertifikat.
88
Gambar 15. Proses Pengelolaan Air Limbah
(Sumber : PT. Lotte Chemical Titan Nusantara, 2017 )
89
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
90
cair, padat dan gas yang masing-masing akan diolah sehingga memenuhi baku
mutu lingkungan.
91
DAFTAR PUSTAKA
92