Anda di halaman 1dari 20

CASE

KATARAK SENILIS IMATUR

Pembimbing :

Dr. Dian Mulyawarman, Sp. M

Penyusun :

Monica Sandra

10.2011.321

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MATA

RSAU dr. ESNAWAN ANTARIKSA

PERIODE 5 SEPTEMBER 2016 – 8 OKTOBER 2016

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UKRIDA

JAKARTA, 2016
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS
Nama : Ny. S
Umur : 58 th
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jl. Raya Tajur Kp. Gandok 02/05
Tanggal pemeriksaan : 25 Januari 2016

II. ANAMNESIS
Auto anamnesis pada tanggal 25 Januari 2016

Keluhan utama: Pasien datang ke poliklinik dengan keluhan penglihatan kedua mata
buram sejak 1 bulan yang lalu

Riwayat Penyakit Sekarang


Keluhan penglihatan buram ini terjadi secara perlahan-lahan pada kedua mata, semakin
lama semakin memburuk. Penglihatan yang menurun pada mata kiri lebih buruk
dibandingkan mata kanan. Pasien merasa pandangannya seperti berkabut. Keluhan mata
merah, nyeri, berair, dan gatal disangkal. Pasien juga merasa sangat silau apabila melihat
cahaya lampu. Pasien sebelumnya tidak menggunakan kacamata. Riwayat trauma
disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien memiliki riwayat darah tinggi dan rutin meminum obat darah tinggi Captopril.
Pasien tidak ada riwayat kencing manis, asma, dan alergi.

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga lain yang memiliki keluhan serupa.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital : TD 160/100 mmHg, HR 88x/menit
Kepala/Leher : Normocephali, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Mulut : Tidak dilakukan pemeriksaan
Thorax, Jantung : Tidak dilakukan pemeriksaan
Paru : Tidak dilakukan pemeriksaan
Abdomen : Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas : Dalam batas normal

Status Ophtalmologi

KETERANGAN OD OS
1. VISUS
- Visus 2/60 ph (-) 1/300
- Koreksi - -
- Addisi - -
- Distansia pupil Tidak dilakukan Tidak dilakukan
2. KEDUDUKAN BOLA MATA
- Ukuran Normal Normal
- Eksoftalmus - -
- Endoftalmus - -
- Deviasi - -
- Gerakan Bola Mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah
3. SUPERSILIA
- Warna Hitam Hitam
- Simetris Normal Normal
4. PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR
- Edema - -
- Nyeri tekan - -
- Ekteropion - -
- Entropion - -
- Blefarospasme - -
- Trikiasis - -
- Sikatriks - -
- Punctum lakrimal Normal Normal
- Fissure palpebral - -
- Tes anel Tidak dilakukan Tidak dilakukan
5. KONJUNGTIVA SUPERIOR DAN INFERIOR
- Hiperemis - -
- Folikel - -
- Papil - -
- Sikatriks - -
- Hordeolum - -
- Kalazion - -
6. KONJUNGTIVA BULBI
- Sekret - -
- Injeksi Konjungtiva - -
- Injeksi Siliar - -
- Perdarahan - -
Subkonjungtiva/kemosis
- Pterigium - -
- Pinguekula - -
- Flikten - -
- Nevus Pigmentosus - -
- Kista Dermoid - -
7. SKLERA
- Warna Putih Putih
- Ikterik - -
- Nyeri Tekan - -
8. KORNEA
- Kejernihan Jernih Jernih
- Permukaan Rata Rata
- Ukuran Normal Normal
- Sensibilitas Baik Baik
- Infiltrat - -
- Keratik Presipitat - -
- Sikatriks - -
- Ulkus - -
- Perforasi - -
- Arcus senilis + +
- Edema - -
- Test Placido Tidak dilakukan Tidak dilakukan
9. BILIK MATA DEPAN
- Kedalaman Cukup Cukup
- Kejernihan Jernih Jernih
- Hifema - -
- Hipopion - -
- Efek Tyndall - -
10. IRIS
- Warna Coklat Coklat
- Kripta - -
- Sinekia - -
- Kolobama - -
11. PUPIL
- Letak Tengah Tengah
- Bentuk Bulat, isokor Bulat, isokor
- Ukuran 3 mm 3 mm
- Refleks Cahaya Langsung + +
- Refleks Cahaya Tidak + +
Langsung
12. LENSA
- Kejernihan Keruh Keruh
- Letak Tengah Tengah
- Test Shadow + -
13. BADAN KACA
- Kejernihan Jernih Jernih
14. FUNDUS OCCULI
- Batas Tegas Sulit dinilai
- Warna Jingga Sulit dinilai
- Ekskavasio Tidak ada Sulit dinilai
- Rasio arteri : vena 2:3 Sulit dinilai
- C/D rasio 0,3 Sulit dinilai
- Eksudat Tidak ada Sulit dinilai
- Perdarahan Tidak ada Sulit dinilai
- Sikatriks Tidak ada Sulit dinilai
- Ablasio Tidak ada Sulit dinilai
15. PALPASI
- Nyeri tekan - -
- Masa tumor - -
- Tensi Occuli Normal per palpasi Normal per palpasi
- Tonometry Schiotz - -
16. KAMPUS VISI
- Tes Konfrontasi Sesuai Pemeriksa Sulit dinilai

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

- Gula darah sewaktu, Blotting time, Clotting time, Hb, Ht, Leukosit, Trombosit

V. RESUME
Ny. S, perempuan, berusia 58 tahun, datang ke poliklinik mata dengan keluhan kedua
mata buram sejak 1 bulan yang lalu. Keluhan terjadi perlahan-lahan, mata seperti
tertutup kabut. Mata merah (-), nyeri (-), berair (-), dan gatal (-). Riwayat penggunaan
kacamata -,
Riwayat hipertensi (+)

Pada pemeriksaan fisik didapati status generalis: tekanan darah tinggi, lainnya dalam
batas normal, status ophtalmologi:
OD OS

Visus 2/60 ph (-) 1/300

TIO Normal per Palpasi Normal per Palpasi

Cts Tenang Tenang

Cti Tenang Tenang

Cb Tenang Tenang

C Jernih Jernih

CoA Cukup Cukup

P Bulat, Ø 3mm, RC + Bulat Ø, 3mm, RC +

I Sinekia - Sinekia -

L Keruh, shadow test (+) Keruh, shadow test (-)

F Ratio A:V = 2 : 3 Sulit dinilai


C/D Ratio = 0,3

VI. DIAGNOSIS KERJA


Katarak senilis imatur OD, katarak senilis matur OS

VII. DIAGNOSIS BANDING


- Katarak diabetikum ODS
- Katarak komplikata ODS

VIII. PENATALAKSANAAN
- Rujuk spesialis mata

IX. PROGNOSIS
OD OS

Ad Vitam Bonam Bonam

Ad Fungsionam Malam Malam

Ad Sanationam Bonam Bonam

TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Katarak adalah setiap kekeruhan pada lensa. Penuaan merupakan penyebab katarak
yang terbanyak, tetapi banyak juga faktor lain yang mungkin terlibat, antara lain: trauma,
toksin, penyakit sistemik (misalnya diabetes), merokok, dan herediter. Katarak akibat penuaan
merupakan penyebab umum gangguan penglihatan.1

Lensa

Gambar 1. Gambar lensa mata secara menyeluruh.2


Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna, dan hampir transparan
sempurna. Tebalnya sekitar 4mm dan diameternya 9mm. Lensa tergantung pada zonula di
belakang iris; zonula menghubungkannya dengan corpus siliare. Di sebelah anterior lensa
terdapat humor aqueous; di sebelah posteriornya, vitreus. Kapsul lensa adalah suatu membrane
semipermeabel (sedikit lebih permeable daripada dinding kapiler) yang akan memperbolehkan
air dan elektrolit masuk.1
Di sebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus lensa lebih keras daripada
korteksnya. Seiring dengan bertambahnya usia, serat-serat lamellar subepitel terus diproduksi
sehingga lensa perlahan-lahan menjadi lebih besar dan kurang elastik. Nukleus dan korteks
terbentuk dari lamellae konsentris yang panjang. Garis-garis persambungan yang terbentuk
dari penyambungan tepi-tepi serat lamellar tampak seperti huruf Y dengan slitlamp. Huruf Y
ini tampak tegak di anterior dan terbalik di posterior.1
Masing-masing serat lamellar mengandung sebuah inti gepeng. Pada pemeriksaan
mikroskop, inti ini jelas di bagian perifer lensa di dekat ekuator dan berbatasan dengan lapisan
epitel subkapsular.1
Lensa ditahan di tempatnya oleh ligamentum suspensorium yang dikenal sebagai
zonula (zonula Zinnii), yang tersusun atas banyak fibril; fibril-fibril ini berasal dari permukaan
corpus ciliare dan menyisip ke dalam ekuator lensa.1
Enam puluh lima persen lensa terdiri atas air, sekitar 35%-nya protein (kandungan
proteinnya tertinggi di antara jaringan-jaringan tubuh). Selain itu, terdapat sedikit sekali
mineral seperti yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di
lensa daripada di kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk
teroksidasi maupun tereduksi.1
Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah, atau saraf di lensa.1
Lensa merupakan struktur transparan yang berperan penting dalam fungsi mekanisme
penglihatan. Fisiologi dari lensa mencakup transparansi lensa, aktivitas metabolik lensa, dan
akomodasi.3
Faktor yang memegang peran penting untuk mempertahankan kejernihan dan
transparansi lensa adalah3
 Avaskularitas
 Sel lensa yang tersusun ketat
 Karakter kapsul lensa yang semipermeabel
 Mekanisme pompa membrane serat lensa yang mengatur keseimbangan elektrolit dan
air pada lensa, mengatasi dehidrasi relative
 Auto-oksidasi dan tingginya konsentrasi dari berkurangnya glutation pada lensa
mengatur protein lensa dalam kondisi mengurangi dan memastikan integritas pompa
membrane sel
Dalam metabolisme lensa, lensa membutuhkan suplai energi terus menerus untuk
transport aktif ion dan asam amino, mengatasi dehidrasi lensa, dan untuk sintesis protein dan
GSH berkelanjutan. Kebanyakan energy yang diproduksi diutilisasi di epitel dimana tempat
utama proses transport aktif. Hanya sekitar 10-20% ATP yang dihasilkan digunakan untuk
sintesis protein.3
Lensa sebagai struktur avaskular sangat bergantung pada metabolisme pertukaran kima
dengan humor aqueous. Komposisi kimia dari lensa dengan humor aqueous dan pertukaran
kimia diantaranya digambarkan pada gambar 2.3
Glukosa merupakan sumber esensial untuk fungsi lensa yang normal. Aktivitas
metabolik lensa sangat terbatas pada epitel dan korteks, ketika nukleus lensa relative inert.
Dalam lensa, 80% glukosa dimetabolisme secara anaerob dengan jalur glikolisis, 15% HMP
shunt dan proporsi kecil lewat siklus krebs. Jalur sorbitol tidak benar dalam lensa yang normal,
sementara jalur ini penting pada pasien katarak diabetikum dan katarak galaktosemia.3

Gambar 2. Komposisi kimia dari lensa berhadap-hadapan dengan humor aqueous dan
pertukaran kimia diantaranya.3
Kemampuan menyesuaikan kekuatan lensa dikenal sebagai akomodasi. Kekuatan lensa
bergantung pada bentuknya, yang selanjutnya dikendalikan oleh otot siliaris. Otot siliaris
adalah bagian dari badan siliar, suatu struktur khusus lapisan koroid bagian anterior. Badan
siliaris memiliki dua komponen utama: otot siliaris dan anyaman kapiler yang menghasilkan
humor akueus. Otot siliaris adalah suatu cincin melingkar otot polos yang melekat ke lensa
melalui ligamentum suspensorium.4
Ketika otot siliaris melemas, ligamentum suspensorium menegang, dan ligamentum ini
menarik lensa menjadi bentuk gepeng dan kurang refraktif. Sewaktu otot ini berkontraksi,
kelilingnya berkurang sehingga tegangan pada ligamentum suspensorium berkurang. Ketika
tarikan ligamentum suspensorium pada lensa berkurang, lensa menjadi lebih bulat karena lensa
menjadi membelokkan berkas sinar. Pada mata normal, otot siliaris melemas dan lensa
menggepeng untuk melihat jauh, tetapi otot ini berkontraksi agar lensa menjadi lebih konveks
dan lebih kuat untuk melihat dekat. Otot siliaris dikontrol oleh sistem syaraf otonom, dengan
stimulasi simpatis menyebabkan relaksasi dan stimulasi parasimpatis menyebabkannya
berkontraksi.4

Gambar 3. Mekanisme akomodasi mata.4

Klasifikasi Katarak
Klasifikasi katarak dapat dibedakan berdasarkan etiologi dan morfologi. Berdasarkan
etiologinya, katarak diklasifikasikan sebagai:3
I. Katarak congenital dan developmental
II. Katarak yang didapat
1. Katarak senilis
2. Katarak traumatic
3. Katarak komplikata
4. Katarak metabolik
5. Katarak elektrik
6. Katarak radiasi
7. Katarak toksik
i. Katarak diinduksi kortikosteroid
ii. Katarak diinduksi miotik
iii. Katarak diinduksi tembaga dan besi
8. Katarak diasosiasikan dengan penyakit kulit
9. Katarak diasosiasikan dengan penyakit tulang
10. Katarak pada sindron-sindrom tertentu
i. Miotonika distropik
ii. Sindrom down
iii. Sindrom lowe
iv. Sindrom Treacher-Collin

Gambar 4. Bentuk morfologi katarak.3


Berdasarkan morfologinya, katarak dibedakan berdasarkan:
1. Katarak kapsular.
 Katarak kapsular anterior
 Katarak kapsular posterior
2. Katarak subkapsular.
 Katarak subkapsular anterior
 Katarak subkapsular posterior
3. Katarak kortikal
4. Katarak supranuklear
5. Katarak nuclear
6. Katarak Polaris
 Katarak Polaris anterior
 Katarak Polaris posterior
Katarak Senilis
Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia
di atas 50 tahun. Terdapat stadium-stadium katarak senilis yang dibedakan secara klinik yaitu
insipient, imatur, intumesen, matur, hipermatur, dan morgagni.5

Etiologi
Etiologi dari katarak senilis masih belum jelas, terdapat beberapa faktor yang mengacu
pada katarak ini yaitu:3
1. Herediter. Hal ini memegang peran penting dalam insidens, onset usia, dan maturasi
dari katarak senilis pada keluarga yang berbeda
2. Sinar ultraviolet. Semakin banyak paparan UV dari sinar matahari dapat menyebabkan
onset dini dan maturasi dari katarak senilis dalam banyak pembelajaran epidemiologi
3. Faktor makanan. Faktor kurangnya asupan protein, asam amino, dan vitamin
(riboflavin, vitamin E, vitamin C), dan elemen esensial juga diduga sebagai pencetus
onset dini dan maturasi katarak senilis.
4. Krisis dehidrasi. Asosiasi dari dehidrasi berat (karena diare atau kolera) dan usia onset
juga berpengaruh
5. Merokok juga dilaporkan berpengaruh terhadap onset usia dari katarak senilis.
Merokok menyebabkan akumulasi molekul pigmen 3 hidroksikiurinin dan kromofor,
yang mengarah pada penguningan. Sianat pada rokok menyebabkan karbamilasi dan
denaturasi protein.

Epidemiologi
Katarak senilis timbul setara baik pada laki-laki dan perempuan. Katarak ini biasanya
muncul di atas usia 50 tahun. Pada usia 70 tahun, di atas 90% manusia akan terkena katarak
senilis. Kondisi ini bilateral, tetapi hampir selalu satu mata terkena terlebih dahulu
dibandingkan dengan mata yang satunya lagi.3

Patofisiologi
Terdapat beberapa jenis mekanisme hilangnya transparansi dari lensa yaitu pada
korteks dan nukleus dengan mekanisme yang berbeda.3
Pada kataran senilis bagian korteks, hal utama biokimianya adalah menurunnya jumlah
total protein, asam amino, dan kalium diasosiasikan dengan meningkatnya kadar garam dan
ditandai dengan hidrasi lensa, diikuti dengan koagulasi protein. Penyebab yang mungkin
mengarah pada katarak senilis yang buram pada korteks ditunjukkan pada gambar 5.3

Gambar 5. Mekanisme terbentuknya katarak senilis korteks.3


Pada katarak senilis nukleus, ada perubahan degeneratif yang intens pada sklerosis
nukleus dikaitkan dengan usia diasosiasikan dengan dehidrasi dan pemadatan nukleus
menghasilkan katarak keras. Hal ini diikuti dengan penambahan signifikan protein larut air.
Namun, kandungan total protein dan distribusi kation normal. Ada atau tidaknya diasosiasikan
dengan pigmen urokrom dan atau derivate melanin dari asam amino lensa.3

Jenis-jenis Katarak Senilis


Stadium awal dari katarak senilis korteks adalah pembatasan serat korteks yang
berhutang pada pemisahan oleh cairan. Fenomena pemisahan lamellar dapat dilihat hanya pada
pemeriksaan slitlamp saja. Perubahan ini reversible.3
Stadium insipient, merupakan stadium awal kesuraman yang terdeteksi dengan bagian
jernih diantaranya terlihat. Dua tipe berbeda dari katarak senilis kortikal dapat dilihat pada
stadium ini:3
a. Katarak senilis korteks kuneiform. Dicirikan dengan kesuraman bentuk mendesak
debfab area jernih diantaranya. Hal ini diperpanjang dari ekuator melalui senter dan
stadium awal dapat didemonstrasikan setelah dilatasi pupil. Mereka pertama kali
terlihat di kuadran nasal bawah. Kesuraman ini terlihat diantara korteks anterior dan
posterior dan progresi puncaknya lambat melalui pupil. Gambaran oblik terlihat seperti
pola jari-jari kesuraman abu-abu putih. Pada jarak oftalmoskopi langsung, kesuraman
muncul sebagai garus hitam melawan cahaya merah. Katarak kuneiform ini mulai pada
perifer dan menuju ke sentral, gangguan penglihatan disadari pada stadium lanjut.
b. Katarak senilis korteks kupuliform. Disini bentukn kesuraman seperti tempat saus
berkembang dari bawah kapsul biasanya di bagian sentral dari korteks posterior
(katarak subkapsular posterior), dengan secara bertahap meluas keluar. Biasanya ada
definit demarkasi antara katarak dan area korteks jernih sekitarnya. Katarak kupuliform
terbentang pada jalur aksial cahaya dan menyebabkan hilangnya visus awal.

Gambar 6. Penggambaran katarak senilis imatur tipe kuneiform, A dilihat pada penampang
oblik dan B dilihat dengan cahaya slitlamp.3
Pada stadium katarak senilis imatur, kesuraman bertambah lebih jauh. Pola tipe
kuneiform dan kupuliform dapat disadari hingga stadium lebih jauh lagi dari katarak senilis
imatur ketika kesuraman menjadi difus dan ireguler. Lensa terlihat abu-abu putih tetapi korteks
jernih masih terlihat dan bayangan iris juga terlihat.3
Pada beberapa pasien di stadium ini, lensa dapat membengkak karena hidrasi lanjutan.
Kondisi ini disebur “katarak intumesen”. Intumesen ini mungkin bertahan pada stadium
selanjutnya. Dikarenakan pembengkakan lensa, kamera okuli anterior jadi dangkal.3

Gambar 7. Katarak senilis imatur kortikal.3


Pada stadium katarak senilis matur, kesuraman sudah lengkap dan seluruh korteks
terlibat. Lensa menjadi berwarna putih. Tipe katarak ini disebut sudah matang.3

Gambar 6. Katarak senilis matur.3


Katarak senilis hipermatur ditandai dengan dua bentuk yaitu:3
a. Katarak hipermatur morgagni: Dalam beberapa pasien, setelah maturitas dari seluruh
korteks dan lensa berubah menjadi kantung cairan susu. Nukleus yang kecil dan coklat
terbentuk pada bagian bawah, dan berganti posisi dengan perubahan posisi kepala.
Katarak ini disebut katarak morgagni. Kadang-kadang stadium ini, deposit kalsium
mungkin juga terlihat pada kapsul lensa.
b. Katarak hipermatur tipe sklerotik: Kadang-kadang setelah stadium pematangan,
korteks menjadi tidak terintegrasi dan lensa menjadi mengecil dikarenakan tumpahnya
air. Kapsul anterior berkerut dan menebal dikarenakan proliferasi sel anterior dan
densitas putih katarak kapsular mungkin terbentuk pada area pupil. Karena penyusutan
lensa, kamera okuli anterior menjadi dalam dan iris menjadi tremulans.

Gambar 7. Katarak hipermatur morgagni.3


Pada maturasi dari katarak senilis nukleus, terdapat proses sklerotik menyebabkan lensa
tidak elastic dan keras, mengurangi kemampuan akomodasi dan menghambat cahaya.
Perubahan ini mulai dari tengah dan secara lambat ke perifer hampir sampai pada kapsul ketika
menjadi matur, namun lapisan sangat tipis dari korteks yang jelas mungkin tidak terpengaruh.3
Gambar 8. Awal katarak senilis nukleus.3
Nukleus mungkin menjadi berawan secara difus atau berwarna (kuning ke hitam)
karena deposisi pigmen. Dalam praktek, pigmen nukleus katarak biasanya diobservasi coklat
kekuningan (katarak bunesens) atau hitam (katarak nigra), dan jarang kemerahan (katarak
rubra).3

Gambar 9. Katarak nukleus, A. katarak brunesens, B. katarak nigra, C. katarak rubra.3

Manifestasi Klinik
Kekeruhan pada lensa dapat terjadi tanpa gejala; dan mungkin dapat dideteksi dengan
pemeriksaan mata. Gejala katarak adalah sebagai berikut:3
1. Silau. Satu dari gangguan visual tercepat orang dengan katarak adalah silau atau tidak
toleran terhadap cahaya terang; seperti cahaya matahari langsung atau cahaya lampu
kendaraan. Jumlah kesilauan akan bervariasi tergantung lokasi dan banyaknya
kesuraman.
2. Penglihatan ganda pada satu mata: Ini juga merupakan gejala dini. Hal ini terjadi karena
refraksi ireguler oleh lensa karena variasi indeks refraksi karena hasil dari proses
katarak
3. Halo berwarna. Ini merupakan gejala yang diterima pasien karena pecahnya cahaya
putih menjadi spectrum warna karena adanya droplet air di dalam lensa.
4. Titik hitam di depan mata. Penglihatan hitam mungkin diterima oleh beberapa pasien.
5. Penglihatan kabur, distorsi gambar dan penglihatan berkabut mungkin teradi pada awal
stadium katarak
6. Hilangnya penglihatan. Penglihatan yang menurun dikarenakan katarak senilis
memiliki beberapa gambaran tipikal. Gejalanya tidak nyeri dan progresi yang natural.
Pasien dengan kekeruhan sentral (contoh: katarak kupuliform) mempunyai penglihatan
yang turun di awal. Pasien ini melihat lebih baik saat pupil dilatasi karena kurangnya
cahaya pada malam hari (day blindness). Pasien dengan kekeruhan perifer (contoh:
katarak kuneiform) penglihatan menurunnya terlambat dan penglihatan lebih baik pada
siang hari karena pupil yang kontraksi. Pada pasien dengan sklerosis nukleus,
penglihatan jauh memburuk karena progresi indeks miopia. Pasien mungkin bisa
membaca tanpa kacamata presbiopia. Peningkatan kemampuan melihat dekat disebut
sebagai “second sight”. Pada progresi kekeruhan, penglihatan secara stabil berkurang,
hingga hanya persepsi dari cahaya dan keakuratan proyeksi cahaya yang tersisa di
stadium maturasi katarak.
Terdapat pula beberapa tanda dari katarak untuk melihat jenis-jenisnya:3
1. Tes visus. Tes ini tergantung dari lokasi dan maturasi katarak. Visus dapat dari 6/9
hingga light projection.
2. Tes iluminasi oblik. Hal ini menunjukkan warna lensa pada area pupil dengan tipe
bervariasi dari katarak.
3. Tes bayangan iris. Ketika cahaya oblik dari cahaya menuju ke pupil, aka nada bayangan
kresentik pada tepi pupil akan dibentuk pada kekeruhan abu-abu lensa, sepanjang
korteks jernih terlihat diantara kekeruhan dan tepi pupil. Ketika lensa sudah keruh
sepenuhnya, tidak ada bayangan iris lagi yang terbentuk. Karenanya, penampakan
bayangan iris terlihat sebagai tanda pada katarak imatur.
4. Pemeriksaan oftalmoskopi langsung jarak jauh. Cahaya fundus yang merah kekuningan
dilihat pada ketiadaan opasitas media. Pada katarak parsial lensa menunjukkan
bayangan hitam melawan cahaya merah di area katarak. Lensa katarak yang total tidak
menunjukkan cahaya merah.
5. Pada pemeriksaan slit-lamp harus dilihat dengan pupil yang dilatasi maksimal.
Pemeriksaan menunjukkan morfologi total dari kekeruhan (tempat, bentuk, ukuran,
warna, dan kekerasan nukleus.
Tabel 1. Tanda dari katarak senilis.3
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dalam kasus katarak senilis adalah pembedahan. Bedah katarak telah
mengalami perubahan dramatis selama 30 tahun terakhir ini dengan diperkenalkannya
mikroskop oprasi dan peralatan bedah mikro, perkembangan lensa intraocular, dan perubahan-
perubahan teknik anestesi lokal. Perbaikan lanjutan terus berjalan, dengan peralatan otomatis
dan berbagai modifikasi lensa intraocular yang memungkinkan dilakukannya operasi melalui
insisi kecil.1
Metode operasi yang umum dipilih untuk katarak dewasa atau anak-anak adalah
meninggalkankan bagian posterior kapsul lensa sehingga dikenal sebagai ekstraksi katarak
ekstrakapsular. Penanaman lensa intraocular merupakan bagian dari prosedur ini. Insisi dibuat
pada limbus atau kornea perifer, bagian superior atau temporal. Dibuat sebuah saluran pada
kapsul anterior, dan nukleus serta korteks lensanya diangkat. Kemudian lensa intraocular
ditempatkan pada “kantung kapsular” yang sudah kosong, disangga oleh kapsul posterior yang
utuh. Pada ekstraksi katarak ekstrakapsular bentuk ekspresi nukleus, nukleus lensa dikeluarkan
dalam keadaan utuh, tetapi prosedur ini memerlukan inisisi yang relative besar. Korteks lensa
disingkirkan dengan penghisapan manual atau otomatis. Saat ini fakoemulsi adalah teknik
ekstraksi katarak ekstrakapsular yang paling sering digunakan. Teknik ini menggunakan
vibrator ultrasonic genggam untuk menghancurkan nukleus yang keras hingga substansi
nukleus dan korteks dapat diaspirasi melalui suatu insisi berukuran 3 mm. Ukuran insisi
tersebut cukup untuk memasukkan lensa intraocular yang dapat dilipat (foldable intraocular
lens). Jika digunakan lensa intraocular yang kaku, insisi perlu dilebarkan hingga sekitar 5 mm.
Keuntungan-keuntungan yang didapat dari tindakan bedah insisi kecil adalah kondisi
intraoperasi yang lebih cepat dengan derajat distorsi kornea yang lebih rendah, dan mengurangi
peradangan intraocular pascaoperasi – yang semuanya berakibat pada rehabilitasi penglihatan
yang lebih singkat. Walaupun demikian, teknik fakoemulsi menimbulkan risiko yang lebih
tinggi terjadinya pergeseran materi nukleus ke posterior melalui suatu robekan kapsul
posterior; kejadian ini membutuhkan tindakan bedah vitreoretina yang kompleks. Setelah
tindakan bedah katarak ekstrakapsular apapun, mungkin terdapat kekeruhan sekunder pada
kapsul posterior yang memerlukan disisi dengan menggunakan laser YAG:neodymium.
Ekstraksi lensa melalui pars plana selama prosedur vitrektomi posterior disebut lensektomi
pars plana atau fakofragmentasi. Metode pengangkatan katarak ini biasanya dilakukan
bersamaan dengan pengangkatan vitreus yang opak atau berparut.1
Ekstraksi katarak intrakapsular, suatu tindakan mengangkat seluruh lensa berikut
kapsulnya, jarang dilakukan pada saat ini. Insiden terjadinya ablation retinae pascaoperasi jauh
lebih tinggi dengan tindakan ini dibandingkan dengan pascabedah ekstrakapsular; namun
bedah intrakapsular tetap merupakan suatu prosedur yang berguna, khususnya bila tidak
tersedia fasilitas untuk melakukan bedah ekstrakapsular.1
Lensa intraocular memiliki banyak jenis, tetapi sebagian besar desain terdiri atas sebuah
optic bikonveks di sentral dan dua buah kaki (atau haptik) untuk mempertahankan optic di
posisinya. Posisi lensa intraocular yang optimal adalah di dalam kantung kapsular setelah
dilakukannya prosedur ekstrakapsular. Ini berhubungan dengan rendahnya insiden komplikasi
pasca operasi, sepertu keratopati bulosa pseudofakik, glaukoma, kerusakan iris, hifema, dan
desentrasi lensa. Lensa bilik mata belakang yang paling baru terbuat dari bahan yang lentur,
seperti silicon dan polimer akrilik. Kelenturan ini memungkinkan lensa tanam untuk dilipat
sehingga ukuran insisi yang dibutuhkan dapat dikurangi. Desain lensa yang menggabungkan
optic multifocal juga telah dibuat. Tujuan desain ini adalah untuk memberikan pasien
penglihatan yang baik, dekat maupun jauh, tanpa kacamata; desain monofokal yang ada saat
ini belum bisa melakukan itu.1
Setelah pembedahan intrakapsular (atau bila terdapat rupture kapsul posterior saat
pembedahan ekstrakapsular yang kurang berhati-hati), lensa intraocular dapat ditempatkan di
bilik mata depan atau kadang-kadang bisa difiksasi di sulcus ciliaris.1
Apabila lensa intraocular tidak dapat ditempatkan dengan aman atau bila
dikontraindikasikan, koreksi refraksi pascaoperasi umumnya memerlukan sebuah lensa kontak
atau kacamata afakia.1
Jika digunakan teknik insisi-kecil, masa penyembuhan pasca operasi biasanya lebih
pendek. Pasien umumnya boleh pulang pada hari operasi, tetapi dianjurkan untuk bergerak
dengan hati-hati dan menghindari peregangan atau mengangkat benda berat selama sekitar satu
bulan. Matanya dapat dibalut pada hari operasi. Perlindungan pada malam hari dengan
pelindung logam sering kali disarankan selama beberapa hari pascaoperasi. Kacamata-
sementara dapat digunakan beberapa hari setelah operasi, tetapi kebanyakan pasien dapat
melihat cukup baik melalui lensa intraocular sambil menunggu kacamata permanen (biasanya
disediakan 4-8 minggu setelah operasi.1

Komplikasi
Terdapat beberapa komplikasi dari katarak senilis yaitu fakoanafilakik uveitis,
glaukoma diinduksi lensa, dan subluksasi atau dislokasi lensa. Pada katarak hipermatur
mungkin menyebabkan tumpahnya protein lensa menuju kamera okuli anterior. Protein ini
mungkin berperan sebagai antigen dan menginduksi reaksi antigen-antibodi menuju pada
uveitis.3
Mungkin juga dapat terjadi dengan berbeda mekanisme bahwa dikarenakan lensa
intumesens dan tumpahnya protein menuju kamera okuli anterior dari katarak hipermatur dapat
menyebabkan glaukoma diinduksi lensa. Pada degenerasi zonula di stadium hipermatur, dapat
menyebabkan subluksasi dan dislokasi dari lensa.3

Daftar Pustaka
1. Riordan-Eva P, Whitcher JP. Vaughan & Asbury oftalmologi umum. Edisi ke-17. Jakarta:
EGC; 2010.
2. Yanoff M, Duker JS. Ophthalmology. 4th edition. New York: Elsevier Saunders; 2014.
3. Khurana AK. Comprehensive ophthalmology. 4th edition. New Delhi: New Age
International; 2007.
4. Sherwood L. Human physiology from cell to system. Seventh Editon. Belmont:
Brooks/Cole; 2010.
5. Ilyas HS, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata. Edisi ke-4. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2013

Anda mungkin juga menyukai