Oleh :
Monica Sandra
112014321
PEMBIMBING :
dr. Intan. R. Silitonga, Sp.OG, M.Kes
Infertilitas merupakan suatu permasalahan yang cukup lama dalam dunia kedokteran.
Namun sampai saat ini ilmu kedokteran baru berhasil menolong ± 50% pasangan infertil untuk
memperoleh anak. Perkembangan ilmu infertilitas lebih lambat dibanding cabang ilmu
kedokteran lainnya, kemungkinan disebabkan masih langkanya dokter yang berminat pada
ilmu ini.1
Sesuai dengan definisi fertilitas yaitu kemampuan seorang isteri untuk menjadi hamil
dan melahirkan anak hidup oleh suami yang mampu menghamilinya, maka pasangan infertil
haruslah dilihat sebagai satu kesatuan. Penyebab infertilitas pun harus dilihat pada kedua belah
pihak yaitu isteri dan suami. Salah satu bukti bahwa pasangan infertil harus dilihat sebagai satu
kesatuan adalah aadanya faktor imunologi yang memegang peranan dalam fertilitas suatu
pasangan. Faktor imunologi ini erat kaitannya dengan faktor semen/sperma, cairan/lendir
serviks dan reaksi imunologi isteri terhadap semen/sperma suami. Termasuk juga sebagai
faktor imunologi adanya autoantibodi.1
Pada pasangan yang normal yang berhubungan seksual secara teratur untuk
memperoleh anak, maka persentase untuk dapat hamil dalam satu bulan adalah 20%, 57%
dalam 3 bulan, 75% dalam 6 bulan, 90% dalam 1 tahun.2
Walaupun pasangan suami-istri dianggap infertil, bukan tidak mungkin kondisi infertil
sesungguhnya hanya dialami oleh sang suami atau sang istri. Hal tersebut dapat dipahami
karena proses pembuahan yang berujung pada kehamilan dan lahirnya seorang manusia baru
merupakan kerjasama antara suami dan istri. Kerjasama tersebut mengandung arti bahwa dua
faktor yang harus dipenuhi adalah: (1) suami memiliki sistem dan fungsi reproduksi yang sehat
sehingga mampu menghasilkan dan menyalurkan sel kelamin pria (spermatozoa) ke dalam
organ reproduksi istri dan (2) istri memiliki sistem dan fungsi reproduksi yang sehat sehingga
mampu menghasilkan sel kelamin wanita (sel telur atau ovum) yang dapat dibuahi oleh
spermatozoa dan memiliki rahim yang dapat menjadi tempat perkembangan janin, embrio,
hingga bayi berusia cukup bulan dan dilahirkan. Apabila salah satu dari dua faktor yang telah
disebutkan tersebut tidak dimiliki oleh pasangan suami-istri, pasangan tersebut tidak akan
mampu memiliki anak.1
Infertilitas merupakan kondisi medis yang mempunyai efek tidak hanya secara medis bagi
penderitanya, tapi juga secara psikologi terutama pada wanita. Wanita seringnya menjadi
menderita karena beban hal ini, apalagi ada budaya-budaya tertentu yang menganggap wanita
merupakan sumber masalah bagi pasangan infertil. Hal ini akan meningkatkan angka kekerasan
yang terjadi pada wanita dan juga angka perceraian. Bagi sang suami yang menganggap wanita
sebagai sumber masalah infertilitas, akan berubah perilaku seksualnya, mereka akan sering
berganti-ganti pasangan seksual walaupun sudah bercerai dengan istrinya yang mana akan
meningkatkan risiko terjangkit HIV/AIDS. Beberapa penelitian dalam 10 tahun terakhir,
walaupun etiologinya belum diketahui, mulai mengetahui bahwa infertilitas mungkin dapat
ikut menjadi faktor yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas pada ibu dan bayi.3
BAB II
PEMBAHASAN
Pada bayi laki-laki, mereka lahir dengan 2 testis. Setiap testis mempunyai
kemampuan untuk membuat dan menyimpan sperma secara berkelanjutan. Hal ini dimulai
ketika masa pubertas, stok sperma yang baru akan dibuat setiap 72 jam, akibat respon
terhadap hormon testosteron, GnRH, LH, dan FSH. Saluran epididimis merupakan tempat
untuk pematangan sperma yang kemudian akan berjalan melalui vas deferens dan duktus
ejakulatorius. Selama dalam perjalanan ini, sperma akan bercampur dengan sekret dari
epididimis, vas deferens, vesikula seminalis, dan prostat untuk membentuk semen. Ketika
sudah diejakulasikan, sperma harus berenang melalui serviks untuk bertemu dengan sel
telur.2
Fertilitas adalah kemampuan seorang isteri untuk menjadi hamil dan melahirkan anak
Infertilitas primer merupakan ketidakmampuan pasangan suami istri untuk memperoleh anak
setelah berhubungan seksual secaa teratur selama 1 tahun dan tanpa menggunakan kontrasepsi.
memperoleh anak lagi setelah berhubungan seksual secara teratur selama 1 tahun tanpa
Etiologi
Laki-laki menyebabkan infertilitas sekitar 50% pada pasangan infertil. Apabila hanya
ada faktor tunggal, maka pasangannya yang subur dapat mengimbangi pasangan yang
kurang subur. Namun dalam banyak pasangan, baik laki-laki maupun perempuan
mempunya faktor infertilitas secara bersamaan. Infertilitas biasanya menjadi nyata jika
kedua pasangan subfertile atau atau kurang subur.4
Kurangnya kesuburan pada pria dapat terjadi akibat dari kelainan urogenital bawaan
dan dapatan, infeksi pada saluran sperma, peningkatan suhu skrotum (varikokel), gangguan
endokrin, kelainan genetik dan faktor imunologi. Pada 60-75% kasus, tidak ditemukan
adanya faktor penyebab (infertilitas idiopatik pria). Pria seperti ini biasanya datang tanpa
ada riwayat yang berkaitan dengan masalah kesuburan sebelumnya dan pada pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan laboratorium endokrin memiliki temuan yang normal. Pada Analisis
semen ditemukan penurunan jumlah spermatozoa (oligozoospermia), penurunan motilitas
(asthenozoospermia) dan banyak bentuk morfologi yang abnormal (teratozoospermia).
Kelainan ini dapat terjadi bersama-sama dan dapat dikatakan sebagai sindrom oligoastheno
teratozoospermia atau sindrom OAT.4
Sedangkan Bentuk unexplained infertility pada pria dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
seperti stres kronis, gangguan kelenjar endokrin akibat polusi lingkungan, dan kelainan
genetik.4
Selain itu infertilitas pada pria juga dapat disebabkan oleh impotensi. Pada impotensi,
penis pria tidak dapat ereksi sehingga tidak mungkin dapat melakukan koitus. Penyebab
impotensi sendiri bermacam-macam, bisa karena penyakit DM, hiperprolaktinemia,
atauriwayat pembedahan sebelumnya, atau mungkin juga faktor psikologis.5
Varikokel pada pria juga salah satu penyebab infertilitas. Varikokel merupakan suatu
keadaan dimana adanya dilatasi vena. Aliran darah yang terlalu banyak akan menyebabkan
pembuluh darah disekitar testis membesar sehingga akan meningkatkan suhu testis dan pada
akhirnya akan berpengaruh pada produksi sperma. Sperma pada laki-laki melalui beberapa
saluran dari testis sampai ke uretra, dan apabila terjadi kerusakan pada saluran-saluran ini
maka akan dapat menghambat pengeluaran sperma dan bisa berakhir pada infertilitas.
Kerusakan saluran ini dapat berupa kelainan genetik, namun yang paling sering adalah
akibat adanya infeksi atau vasektomi.5
Penyebab terjadinya infertilitas pada wanita dapat dibagi menjadi beberapa golongan
penyebab, yaitu:6
1. Kegagalan Ovulasi
Gangguan ovulasi merupakan salah satu penyebab yang paling sering kenapa wanita
tidak bisa memiliki anak, yaitu sekitar 30% dari seluruh wanita infertil. Penyebab
terjadinya gangguan ovulasi dapat diklasifikasikan menjadi:6
a. Gangguan Hormonal
Gangguan ini merupakan penyebab paling sering terjadinya gangguan ovulasi.
Proses dari suatu ovulasi tergantung dari keseimbangan yang kompleks dari interaksi
hormon-hormon.
b. Scar pada ovarium
Kerusakan fisik pada ovarium dapat berakibat gagalnya ovulasi. Sebagai contoh,
adanya operasi ekstensif dan invasi yang dilakukan beruang-ulang pada kista
ovarium dapat menyebabkan kapsul ovarium menjadi rusak, sehingga folikel tidak
dapat menjadi matur dengan bennar dan ovulasi tidak terjadi. Selain itu infeksi juga
dapat berakibat seperti ini.
c. Menopause prematur
Hal ini jarang terjadi dan belum dapat dijelaskan bagaimana hal ni mempengaruhi
ovulasi.
d. Masalah Folikel
e. Polycistic Ovarium syndrome (PCOS)
Pada penyakit ini, tubuh memproduksihormon androgen yang terlalu banyak,
sehingga dapat mempengaruhi ovulasi. PCOS berhubungan dengan resistensi insulin
dan obesitas.
2. Fungsi Tuba Fallopi yang Menurun
Penyakit tuba terjadi pada sekitar 25% pasangan yang infertil, dan sangat bervariasi,
mulai dariadesi ringan sampai penutupan total tuba fallopi. Penyebab utama kelainan
tuba ini antara lain:6
a. Infeksi
Infeksi bisa disebabkan baik oleh bakteri maupun virus yang biasanya
ditularkan melalui hubungan seksual, infeksi ini akan menyebabkan inflamasi pada
tuba sehingga terjadi scar dan kerusakan pada tuba. Sebagai contoh adalah
hydrosalphing, sebuah kondisi dimana tuba fallopi menjadi tertutup pada kedua
ujungnya sehingga cairan terkumpul dituba.
b. Penyakit Abdominal
Penyakit abdominal yang paling sering menyebabkan infertilitas adalah
apendisitis dan kolitis. Penyakit ini dapat menimbulkan inflamasi pada cavum
abdominal yang dapat mempengaruhi tuba fallopi yang dapat berakibat timbulnya
skar dan penutupan saluran tuba.
c. Riwayat Operasi
Riwayat operasi merupakan salah satu penyebab penting pada terjadinya
kerusakan tuba. Operasi pada abdomen dan pelvis dapat menyebabkanb terjadinya
adhesi yang dapat merubah tuba sehingga sel telur tidak dapat melewatinya.
d. Kehamilan ektopik
Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang terjadi di saluran tuba, sehingga
dapat terjadi kerusakan tuba.
e. Kelainan kongenital
Hal ini sangat jarang terjadi, pada beberapa kasus, wanita dapat dilahirkan
dengan tuba yang abnormal.
3. Endometriosis
Sekitar 10% dari pasangan infertil disebabkan oleh endometriosis. Dan pada
kenyataannya, 30-40% pasien dengan endometriosis didiagnosis infertil. Endometriosis
merupakan penyakit kronik yang ditandai dengan adanya pertumbuhan jaringan
endometrium pada daerah lain selain cavum uteri, yang paling sering terjadi pada
cavum pelvis, termaduk ovarium.6 Diagnosis pasti dari penyakit ini hanya bisa
ditegakkan dengan laparoskopi untuk melihat uterus, tuba fallopi, ovarium,
danperitoneum pelvis secara langsung. Gejala pada endometriosis antara lain adanya
menstruasi yang lama, banyak dan nyeri, bercak premenstrual, perdarahan rectal, dan
urgensi urin.6
4. Kelainan pada mukus serviks
Mukus serviks berperan sebagai sarana transportasi sperma yang masuk ke
dalam vagina. Spematozoa memerlukan cairan mukus untuk melindunginya dari
keasaman vaginadan membantunya bergerak masuk kedalam uterus. Oleh karena itu
adanya kelainan pada mukus ini dapat menghambat pergerakan sperma sehingga tidak
bisa sampai ke sel telur.Pada beberapa kasus, mukus serviks juga dapat mengandung
antibodi antisperma, yang juga dapat mengganggu sperma.7
5. Kelainan Uterus
Kelainan uterus seperti adhesi dan polips dapat menyebabkan infertilitas. Selain
itu variasi posisi uterus, sumbatan kanalis servikalis juga dapat menyebabkan
infertilitas.7
3. Etiologi Infertilitas dalam Pasangan
Hubungan Seksual. Penyebab infertilitas ditinjau dari segi hubungan seksual meliputi:
Frekuensi. Hubungan intim (disebut koitus) atau onani (disebut masturbasi) yang
dilakukan setiap hari akan mengurangi jumlah dan kepadatan sperma. Frekuensi yang
dianjurkan adalah 2-3 kali seminggu sehingga memberi waktu testis memproduksi
Posisi. Infertilitas dipengaruhi oleh hubungan seksual yang berkualitas, yaitu dilakukan
dengan frekuensi 2-3 kali seminggu, terjadi penetrasi dan tanpa kontrasepsi. Penetrasi
adalah masuknya penis ke vagina sehingga sperma dapat dikeluarkan, yang nantinya
akan bertemu sel telur yang “menunggu” di saluran telur wanita. Penetrasi terjadi bila
penis tegang (ereksi). Oleh karena itu gangguan ereksi (disebut impotensi) dapat
menyebabkan infertilitas. Penetrasi yang optimal dilakukan dengan cara posisi pria di
atas, wanita di bawah. Sebagai tambahan, di bawah pantat wanita diberi bantal agar
berbaring selama 10 menit sampai 1 jam bertujuan memberi waktu pada sperma bergerak
Setiap pasangan infertil harus diperlakukan secara satu kesatuan. Itu berarti, kalau istri
saja sedangkan suaminya tidak mau diperiksa, maka pasangan itu tidak diperiksa. Adapun
1. Istri yang berumur antara 20-30 tahun baru akan diperiksa setelah berusaha untuk
mendapatkan anak selama 12 bulan. Pemeriksaan dapat dilakukan lebih dini apabila:
2. Istri yang berumur antara 31-35 tahun dapat diperiksa pada kesempatan pertama pasangan
3. Istri pasangan infertil yang berumur antara 36-40 tahun hanya dilakukan pemeriksaan
4. Pemeriksaan infertiitas tidak dilakukan pada pasangan infertil yang salah satu anggota
pasangannya mengidap penyakit yang dapat membahayakan kesehatan istri dan anaknya.
2. Pemeriksaan fisik
a. Payudara. Payudara pria harus normal, jika terlihat membesar atau
ginekomastia, mungkin ada peningkatan kadar hormon estrogen pada pria.3
b. Penis. Perlu diperhatikan letak uretra yang dapat terkait dengan abnormalitas
seperti hipospadia.3
c. Skrotum. Skrotum harus diraba untuk menilai kemungkinan skrotum terisi
banyak cairan, terdapat hernia skrotalis atau terdapat varikokel. Jumlah testis,
volume testis dan turunnya testis ke dalam skrotum juga perlu diperhatikan.3
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan dasar yang wajib dikerjakan pada pasangan suami istri dengan
masalah infertilitas adalah pemeriksaan analisis sperma. Sebelum dilakukan
analisis sperma, dilakukan tahap pra analisis yang dapat mempengaruhi hasil
analisis sperma, yaitu sebagai berikut:11
a. Sediaan diambil setelah abstinensia sedikitnya 48 jam dan tidak lebih dari 7 hari
b. Oleh karena variasi yang besar dalam produksi semen dapat terjadi pada
seseorang, sebaiknya dilakukan pemeriksaan dua sediaan. Waktu antara kedua
pemeriksaan tersebut tidak boleh kurang dari 7 hari atau kurang dari 3 bulan
c. Sebaiknya sediaan dikeluarkan dalam kamar yang tenang dekat laboratorium.
Jika tidak, maka sediaan harus diantar ke laboratorium dalam waktu satu jam
setelah dikeluarkan dan jika motilitas sperma sangat rendah (< 25% bergerak
maju terus), sediaan kedua harus diperiksa secepatnya.
d. Sediaan sebaiknya diperoleh dengan cara masturbasi dan ditampung dalam
botol kaca atau plastik bermulut lebar.
e. Gunakan kondom dengan bahan plastik khusus (Mylex) atau penyimpan cairan
khusus (HDC corporation, Mountian view, calif). Kondom biasa sebaiknya
tidak digunakan untuk menampung semen karena mengandung spermatisid.
f. Coitus interuptus tidak dapat dipakai untuk mendapatkan siapan karena ada
kemungkinan bagian pertama ejakulat yang mengandung sperma paling banyak
akan hilang. Selain itu juga akan terjadi kontaminasi seluler dan bakteri pada
siapan serta dapat terjadi pula pengaruh kurang baik terhadap motilitas sperma
sebagai akibat PH cairan vagina yang asam.
g. Siapan yang tidak lengkap sebaiknya tidak diperiksa, terutama jika bagian
pertama ejakulat hilang.
h. Siapan harus dilindungi terhadap suhu yang ekstrim selama pengangkutan ke
laboratorium (suhu antara 20-400 C)
i. Botol harus diberi label dengan nama penderita, tanggal pengumpulan, dan
lamanya abstinensia
Pemeriksaan mikroskopis
1) Jumlah spermatozoa per ml
Konsentrasi sperma ialah jumlah spermatozoa per ml sperma. Jumlah
spermatozoa total ialah jumlah seluruh spermatozoa dalam ejakulat. Berikut
ini adalah klasifikasinya:
a. Normal: jumlah spermatozoa di atas 60 juta/ml
b. Subfertil: 20-60 juta /ml
c. Steril: 20 juta atau kurang/ml
Namun, WHO menganggap jumlah sperma 20 juta/ml atau lebih masih
dianggap normal.
2) Jumlah spermatozoa motil per ml/persentase spermatozoa motil.
Motilitas sperma dipengaruhi oleh adanya perubahan PH, infeksi,
morfologi, pematangan, dan gangguan hormonal. Namun, secara garis besar
WHO dan beberapa ahli berpendapat motilitas dianggap normal bila 50%
atau lebih bergerak maju atau 25% atau lebih bergerak maju dengan cepat
dalam waktu 60 menit setelah ditampung.
Motilitas sperma juga dapat dilihat dari gerakan maju spermatozoa
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Grade 0 (none) bila tidak ada spermatozoa yang bergerak
b. Grade 1 (poor) bila terlihat gerakan maju spermatozoa yang lemah
c. Grade 2 (good) bila terlihat gerak maju yang cukup baik dari
spermatozoa, termasuk yang bergerak zig zag dan berputar-putar
d. Grade 3 (excellent) bila ada gerakan maju dari spermatozoa yang seperti
roket.
3) Kecepatan.
Semen yang tidak diencerkan diteteskan ke dalam titik hitung, tentukan
waktu yang dibutuhkan satu spermatozoa untuk menempuh jarak 1/20 mm,
pada keadaan normal dibutuhkan 1-1,4 detik, ini disebut normokinetik.
4) Morfologi.
Morfologi spermatozoa yang normal ditentukan oleh bentuk kepala,
leher, tanpa adanya sitoplasmik “droplets” dan bentuk ekor. Semen yang
normal mengandung setidaknya 48%-50% spermatozoa normal.
5) Komponen seluler lain dari semen (leukosit dan eritrosit).
Leukosit sangat sering dijumpai dalam spesimen semen, sebagian besar
adalah neutrofil. Jumlah leukosit yang tinggi ( lebih dari 106/ml) pria,
menandakan leukospermia. Leukospermia bisa disebabkan oleh infeksi
pada sistem duktus ekskretorius pria, terutama di kelenjar asesorius, yang
harus diselidiki dengan anamnesis, pemeriksaan klinis, dan analisis
bakteriologis semen dan cairan prostat setelah tindakan masase prostat dan
USG. Pada cairan prostat yang didapat dengan masase prostat, jumlah
leukosit tak sampai melebihi 15 per LP dengan pembesaran tinggi (LBP).
Jumlah sel 15-40/LBP disebut zona perbatasan dan bila jumlahnya lebih
dari 40 maka kemungkinan besar terdapat inflamasi prostat.
Jenis sel bulat lain yang kadang ditemukan adalah sel-sel imatur dari
segi spermatogenesis dan sel epitel dari uretra dan vesica urinaria,
sedangkan untuk eritrosit dalam keadaan normal tidak ditemukan pada
pemeriksaan semen.11
Kriteria Jumlah
Volume 2 ml atau lebih
PH 7,2-7,8
Jumlah sperma/ml 20 juta sperma/ml atau lebih
Jumlah sperma 40 juta sperma/ejakulat atau lebih
total/ejakulat
Motilitas 50% atau lebih bergerak maju atau 25%
lebih bergerak maju dengan cepat dalam
waktu 60 menit setelah ditampung
Morfologi 50% atau lebih bermorfologi normal
Viabilitas 50% atau lebih hidup, yaitu tidak terwarna
dengan pewarnaan supravital
Sel leukosit Kurang dari 1 juta/ml
Seng (total) 2,4 mikromol atau lebih setiap ejakulat
Asam sitrat (total) 52 mikromol (10 mg) atau lebih setiap
ejakulat
Fruktosa (total) 13 mikromol atau lebih setiap ejakulat
Uji MAR Perlekatan pada kurang dari 10% sperma
Uji butir imun Perlekatan butir imun pada kurang dari 10%
sperma
Tabel 2. Kriteria Sperma normal
1. Inseminasi Buatan
Inseminasi buatan adalah peletakan sperma ke vagina wanita. Sperma tersebut
diletakkan di follicle ovarian (intrafollicular insemination), uterus (intrauterine
insemination-IUI), cervix (intracervical insemination-ICI), atau tube fallopian
(intratubal) wanita dengan menggunakan cara buatan dan bukan dengan kopulasi
alami.2
Dilihat dari asal sperma yang digunakan, inseminasi buatan dapat dibagi dua, yaitu:2
a. Inseminasi buatan dengan sperma sendiri (sperma suami) atau AIH (artificial
insemination husband).
b. Inseminasi buatan dengan donor sperma (bukan sperma suami) atau AID
(artificial insemination donor).
Dilihat dari tempat peletakkan sperma, inseminasi buatan yang paling sering
digunakan adalah:2
a. ICI (Intracervical Insemination).
Intracervical insemination (ICI) merupakan jenis inseminasi buatan
yang paling sering digunakan terutama pada AID. Prosedur penggunaan ICI
relatif cepat dan tidak menyakitkan. Sperma yang berasal dari donor langsung
dimasukkan ke dalam serviks sehingga memungkinkan sperma berjalan menuju
uterus dan tuba falopii, dimana akan terjadi pembuahan.
b. IUI (Intrauterine Insemination)
Intrauterine insemination (IUI) merupakan jenis inseminasi buatan yang
paling sering digunakan pada AIH. Sperma suami langsung dimasukan ke
dalam tuba falopii, sehingga bila sperma tersebut bertemu dengan ovum,
kemungkinan akan terjadi fertilisasinya sangat tinggi. Prosedur IUI sangat
efektif digunakan oleh pasangan infertil yang tidak mengenal jelas penyebab
dari masalah infertil tersebut, misalnya pada pria yang mengalami defisiensi
sperma atau pada wanita yang mempunyai masalah pada produksi mukus
serviks.2
Prognosis Infertilitas
Prognosis terjadinya kehamilan tergantung pada umur suami, umur istri, dan lamanya
dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan (frekuensi senggama dan lamanya perkawinan).
Fertilitas maksimal wanita dicapai pada umur 24 tahun, kemudian menurun perlahan-lahan
sampai umur 30 tahun, dan setelah itu menurun dengan cepat.1
Fertilitas maksimal pria dicapai pada umur 24-25 tahun. Hampir pada setiap golongan
umur pria proporsi terjadinya kehamilan dalam waktu kurang dari enam bulan meningkat
dengan meningkatnya frekuensi senggama.
Penyelidikan jumlah bulan yang diperlukan untuk terjadinya kehamilan tanpa
pemakaian kontrasepsi telah dilakukan di Taiwan dan di Amerika Serikat dengan kesimpulan
bahwa 25% akan hamil dalam 1 bulan pertama, 63% dalam 6 bulan pertama, 75% dalam 9
bulan pertama, 80% dalam 12 bulan pertama, dan 90% dalam 18 bulan pertama. Dengan
demikian, makin lama pasangan kawin tanpa hasil, makin turun prognosis kehamilannya.1
Pengelolaan mutakhir terhadap pasangan infertil dapat membawa kehamilan kepada
lebih dari 50% pasangan, walaupun masih selalu ada 10-20% pasangan yang belum diketahui
etiologinya. Separuhnya lagi terpaksa harus hidup tanpa anak, atau memperoleh anak dengan
jalan lain, misalnya dengan inseminasi buatan donor atau mengangkat anak (adopsi).
Jones and Pourmand berkesimpulan bahwa pasangan yang telah dihadapkan kepada
kemungkinan kehamilan selama 3 tahun kurang dapat mengharapkan angka kehamilan sebesar
50% , yang lebih dari 5 tahun, menurun menjadi 30%.1
Definisi
Bayi tabung atau dalam bahasa kedokteran disebut In Vitro Fertilization (IVF) merupakan
suatu upaya memperoleh kehamilan dengan jalan mempertemukan sel sperma dan sel telur
dalam suatu wadah khusus. Pada kondisi normal, pertemuan ini berlangsung di dalam saluran
tuba rahim. Dalam proses bayi tabung proses ini berlangsung di laboratorium dan dilaksanakan
oleh tenaga medis sampai menghasilkan suatu embrio dan ditanamkan ke dalam rahim wanita
yang mengikuti program bayi tabung tersebut. Embrio ini juga dapat disimpan dalam bentuk
beku (cryopreserved) dan dapat digunakan kelak jika dibutuhkan. Bayi tabung merupakan
pilihan untuk memperoleh keturunan bagi ibu-ibu yang memiliki gangguan pada saluran
tubanya. Pada kondisi normal, sel telur yang telah matang akan dilepaskan oleh indung telur
(ovarium) menuju saluran tuba (tuba fallopi) untuk selanjutnya menunggu sel sperma yang
akan membuahi sel telur tersebut tersebut. Dalam bayi tabung proses ini terjadi dalam tabung
dan setelah terjadi pembuahan yaitu berupa embrio, maka segera diiplementasikan ke rahim
wanita tersebut dan akan terjadi kehamilan seperti kehamilan normal.13
Aspek Medis
Aspek Legal
Jika salah satu benihnya berasal dari donor. Jika Suami mandul dan Istrinya subur, maka
dapat dilakukan fertilisasi-in-vitro transfer embrio dengan persetujuan pasangan tersebut. Sel
telur istri akan dibuahi dengan sperma dari donor di dalam tabung petri dan setelah terjadi
pembuahan diimplantasikan ke dalam rahim istri. Anak yang dilahirkan memiliki status anak
sah dan memiliki hubungan mewaris dan hubungan keperdataan lainnya sepanjang si suami
tidak menyangkalnya dengan melakukan tes golongan darah atau tes DNA. Dasar hukum ps.
250 KUHPer.14
Jika embrio diimplantasikan ke dalam rahim wanita lain yang bersuami maka anak yang
dilahirkan merupakan anak sah dari pasangan penghamil tersebut. Dasar hukum ps. 42 UU
No. 1/1974 dan ps. 250 KUHPer.14
Aspek Etik (Moral)
Pada kasus yang sedang dibahas ini tampak sekali ketidaksesuaiannya dengan
budaya dan tradisi ketimuran kita. Sebagian agamawan menolak Fertilisasi in vitro pada
manusia, sebab mereka berasumsi bahwa kegiatan tersebut termasuk intervensi terhadap
“karya Illahi”. Dalam artian, mereka yang melakukakan hal tersebut berarti ikut campur
dalam hal penciptaan yang tentunya itu menjadi hak prerogatif Tuhan. Padahal
semestinya hal tersebut bersifat natural, bayi itu terlahir melalui proses alamiah yaitu
melalui hubungan sexsual antara suami-istri yang sah menurut agama.14
Dalam DUHAM dikatakan semua orang dilahirkan bebas dengan martabat yang
setara. Pengakuan hak-hak manusia telah diatur di dunia international, salah satunya
tentang hak reproduksi. Dalam kasus ini, meskipun keputusan inseminasi buatan dengan
donor sperma dari laki-laki yang bukan suami wanita tersebut adalah hak dari pasangan
suami istri tersebut, namun harus dipertimbangkan secara hukum, baik hukum perdata,
hukum pidana ,hukum agama, hukum kesehatan serta etika (moral) ketimuran yang
berlaku di Indonesia.14
Tinjauan dari Segi Hukum Perdata Terhadap Inseminasi Buatan (Bayi Tabung):14
Jika embrio diimplantasikan ke dalam rahim wanita lain yang bersuami, maka
secara yuridis status anak itu adalah anak sah dari pasangan penghamil, bukan
pasangan yang mempunyai benih. Dasar hukum ps. 42 UU No. 1/1974 dan ps. 250
KUHPer. Dalam hal ini suami dari istri penghamil dapat menyangkal anak tersebut
sebagai anak sahnya melalui tes golongan darah atau dengan jalan tes DNA.
Jika embrio diimplantasikan ke dalam rahim wanita lain yang bersuami maka
anak yang dilahirkan merupakan anak sah dari pasangan penghamil tersebut. Dasar
hukum ps. 42 UU No. 1/1974 dan ps. 250 KUHPer.
Salah satu aturan tentang bayi tabung terdapat dalam pasal 16 UU No. 23 Tahun
1992 tentang kesehatan yang berbunyi:14
Ayat 1
Kehamilan di luar cara alami dapat dilaksanakan sebagai upaya terakhir untuk
membantu uami istri mendapat keturunan
Ayat 2
Upaya kehamilan di luar cara alami sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 hanya
dapat dilaksanakan oleh pasangan suami istri yang sah, dengan ketentuan:
1. Hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istri yang bersangkutan ditanamkan
dalam rahim istri darimana ovum itu berasal.
2. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan
untuk itu.
3. Ada sarana kesehatan tertentu
Ayat 3
Ketentuan mengenai persyaratan penyelenggaraan kehamilan diluar cara alam
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) ditentukan dengan PP.
DAFTAR PUSTAKA