Utuk memenuhi
oleh :
Doni Nurdiansyah
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang
“Keterampilan Keperawatan Khusus Pada Lansia”.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang “Keterampilan Keperawatan
Khusus Pada Lansia” ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Lanjut usia mengalami proses menua (aging process) secara alami yang tidak dapat
dihindari. Proses penuaan lansia tentunya berdampak pada berbagai aspek kehidupan, baik
sosial, ekonomi, dan terutama kesehatan, karena dengan semakin bertambahnya usia, fungsi
organ tubuh akan semakin menurun baik karena faktor alamiah maupun karena penyakit.
Perubahan-perubahan yang umum terlihat pada masa usia lanjut adalah ditandai dengan
perubahan fisik dan psikologis tertentu. Dengan bertambahnya usia, secara umum kekuatan
dan kualitas fisik juga mengalami penurunan, salah satunya adalah berkaitan dengan aktivitas
fisik yang meliputi otot dan persendian (Hawari, 2007).
Semakin memburuknya fungsi kognitif pada lanjut usia, maka akan berdampak terhadap
penurunan kemampuan aktivitas sehari-hari. Sedangkan Azizah (2010) menjelaskan bahwa
demensia dapat mempengaruhi kemampuan aktivitas sehari-hari karena dipengaruhi kumpulan
gejala yang ada seperti penurunan fungsi kognitif, perubahan mood, dan tingkah laku. Menurut
Setiono dan Hidayati (2012), penyandang demensia selain mengalami kelemahan kognisi
secara bertahap, juga akan mengalami kemunduran aktivitas sehari-hari (activity of
daily/ADL). Awalnya, kemunduran aktivitas sehari-hari ini berwujud sebagai
ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas hidup yang kompleks (complexs activity of daily
living) lambat laun, penyandang tersebut tidak mampu melakukan aktivitas hidup sehari-hari
yang dasar (basic activity of daily living)
Penurunan aktivitas fisik sehari-hari atau Activity Daily Living (ADL) pada lanjut usia
disebabkan oleh persendian yang kaku, pergerakan yang terbatas, keadaan tidak stabil bila
berjalan, keseimbangan tubuh yang jelek, gangguan peredaran darah, dan penurunan fungsi
penglihatan, pendengaran, dan perabaan. Terjadinya kemunduran fungsi kemampuan fisik
menyebabkan pemenuhan kebutuhan aktivitas fisik sehari-hari (ADL) pada lanjut usia menjadi
terganggu (Hawari, 2007).
Kemunduran fisik dan menurunnya fungsi organ dapat menyebabkan lansia menjadi
tergantung kepada orang lain (Nugroho, 2008). Meskipun lansia secara alamiah mengalami
penurunan dan kemunduran fisik, tetapi tidak menutup kemungkinan lansia dapat melakukan
aktivitas dan pemenuhan kebutuhan seharihari secara mandiri. Ketersediaan bantuan sepanjang
waktu di rumah atau institusi layanan kesehatan atau rawatan rumah berfungsi melindungi
kebutuhan lansia untuk tetap tinggal di rumahnya dan mempertahankan kemandiriannya
selama mungkin (Friedman, 2010).
Pada saat ini lansia kurang sekali mendapatkan perhatian serius ditengah keluarga dan
masyarakat terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan aktifitas seharihari/ ADL. Hal ini
disebabkan karena lansia mempunyai keterbatasan waktu, dana, tenaga dan kemampuan untuk
merawat diri. sedangkan keluarga tidak mampu untuk membantu lansia. Kemandirian pada
lansia dinilai dari kemampuannya untuk melakukan aktivitas sehari-hari (ADL). Activity of
daily living (ADL) adalah suatu bentuk pengukuran kemampuan seseorang untuk melakukan
ADL secara mandiri, sehingga dapat meminimalkan morbiditas lansia. ADL dalam indeks
Barthel terdiri dari 10 item, meliputi: makan, mandi, berhias, berpakaian, kontrol kandung
kencing, dan kontrol anus, toileting, transfer kursi/tempat tidur, mobilitas dan naik tangga.
Permasalahan yang muncul adalah terkadang lansia tidak memenuhi salah satu dari aktivitas
tersebut dikarenakan lupa (Maryam, 2008).
1.2 RumusanMasalah
1. Apa senam lansia itu?
2. Bagaimana keterampilan untuk memenuhi kebutuhan eliminasi pada lansia?
3. Bagaimana cara memenuhi aktifitas gerak pada lansia?
4. Bagaimana cara memenuhi kebutuhan rasa nyaman pada lansia?
1.3 Tujuan
1. Untuk menjelaskan tentang senam lansia.
2. Untuk menjelaskan tentang cara memenuhi kebutuhan eliminasi pada lansia.
3. Untuk menjelaskan tentang cara memenuhi aktifitas gerak pada lansia.
4. Untuk menjelaskan tentang cara memenuhi kebutuhan rasa nyaman pada lansia.
BABII
PEMBAHASAN
2.1 SenamLansia
Senam adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta terencana yang
dilakukan secara tersendiri atau berkelompok dengan maksud meningkatkan kemampuan
fungsional raga untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam bahasa Inggris terdapat istilah
exercise atau aerobic yang merupakan suatu aktifitas fisik yang dapat memacu jantung dan
peredaran darah serta pernafasan yang dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama
sehingga menghasilkan perbaikan dan manfaat kepada tubuh. Senam berasal dari bahasa
yunani yaitu gymnastic (gymnos) yang berarti telanjang, dimana pada zaman tersebut
orang yang melakukan senam harus telanjang, dengan maksud agar keleluasaan gerak dan
pertumbuhan badan yang dilatih dapat terpantau ( Suroto, 2004).
Senam lansia yang dibuat oleh Menteri Negara Pemuda dan Olahraga
(MENPORA) merupakan upaya peningkatan kesegaran jasmani kelompok lansia yang
jumlahnya semakin bertambah. Senam lansia sekarang sudah diberdayakan diberbagai
tempat seperti di panti wredha, posyandu, klinik kesehatan, dan puskesmas. (Suroto, 2004).
Senam lansia adalah olahraga ringan dan mudah dilakukan, tidak memberatkan
yang diterapkan pada lansia. Aktifitas olahraga ini akan membantu tubuh agar tetap bugar
dan tetap segar karena melatih tulang tetap kuat, memdorong jantung bekerja optimal dan
membantu menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran di dalam tubuh. Jadi senam
lansia adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta terencana yang diikuti
oleh orang lanjut usia yang dilakukan dengan maksud meningkatkan kemampuan
fungsional raga untuk mencapai tujuan tersebut.
Semua senam dan aktifitas olahraga ringan tersebut sangat bermanfaat untuk
menghambat proses degeneratif/penuaan. Senam ini sangat dianjurkan untuk mereka yang
memasuki usia pralansia (45 thn) dan usia lansia (65 thn ke atas). Orang melakukan senam
secara teratur akan mendapatkan kesegaran jasmani yang baik yang terdiri dari unsur
kekuatan otot, kelentukan persendian, kelincahan gerak, keluwesan, cardiovascular fitness
dan neuromuscular fitness. Apabila orang melakukan senam, peredarah darah akan lancar
dan meningkatkan jumlah volume darah. Selain itu 20% darah terdapat di otak, sehingga
akan terjadi proses indorfin hingga terbentuk hormon norepinefrin yang dapat
menimbulkan rasa gembira, rasa sakit hilang, adiksi (kecanduan gerak) dan menghilangkan
depresi. Dengan mengikuti senam lansia efek minimalnya adalah lansia merasa berbahagia,
senantiasa bergembira, bisa tidur lebih nyenyak, pikiran tetap segar.
Manfaat senam lainnya yaitu terjadi keseimbangan antara osteoblast dan osteoclast.
Apabila senam terhenti maka pembentukan osteoblast berkurang sehingga pembentukan
tulang berkurang dan dapat berakibat pada pengeroposan tulang. Senam yang diiringi
dengan latihan stretching dapat memberi efek otot yang tetap kenyal karena ditengah-
tengah serabut otot ada impuls saraf yang dinamakan muscle spindle, bila otot diulur
(recking) maka muscle spindle akan bertahan atau mengatur sehingga terjadi tarik-menarik,
akibatnya otot menjadi kenyal. Orang yang melakukan stretching akan menambah cairan
sinoval sehingga persendian akan licin dan mencegah cedera (Suroto, 2004).
Olahraga yang bersifat aerobik seperti senam merupakan usaha-usaha yang akan
memberikan perbaikan pada fisik atau psikologis. Faktor fisiologi dan metabolik yang
dikalkulasi termasuk penambahan sel-sel darah merah dan enzim fosforilase (proses
masuknya gugus fosfat kedalam senyawa organik), bertambahnya aliran darah sewaktu
latihan, bertambahnya sel-sel otot yang mengandung mioglobin dan mitokondria serta
meningkatnya enzim-enzim untuk proses oksigenasi jaringan (Kusmana, 2006).
Sedangkan menurut Depkes (2003) olahraga dapat memberi beberapa manfaat, yaitu:
meningkatkan peredaran darah, menambah kekuatan otot, dan merangsang pernafasan
dalam. Selain itu dengan olahraga dapat membantu pencernaan, menolong ginjal,
membantu kelancaran pembuangan bahan sisa, meningkatkan fungsi jaringan,
menjernihkan dan melenturkan kulit, merangsang kesegaran mental, membantu
mempertahankan berat badan, memberikan tidur nyenyak, memberikan kesegaran jasmani.
Tahapan latihan kebugaran jasmani adalah rangkaian proses dalam setiap latihan,
meliputi pemanasan, kondisioning (inti), dan penenangan ( pendinginan ) (Sumintarsih,
2006).
a. Pemanasan
b. Kondisioning
Setelah pemansan cukup dilanjutkan tahap kondisioning atau gerakan inti
yakni melakukan berbagai rangkaian gerak dengan model latihan yang sesuai dengan
tujuan program latihan.
c. Penenangan
Penenangan merupakan periode yang sangat penting dan esensial. Tahap ini
bertujuan mengembalikan kodisi tubuh seperti sebelum berlatih dengan melakukan
serangkaian gerakan berupa stretching. Tahapan ini ditandai dengan menurunnya
frekuensi detak jantung, menurunnya suhu tubuh, dan semakin berkurangnya
keringat. Tahap ini juga bertujuan mengembalikan darah ke jantung untuk
reoksigenasi sehingga mencegah genangan darah diotot kaki dan tangan.
1. Definisi
Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang mempengaruhi output urine
(jumlah urine). Protein dapat menentukan jumlah urine yang dibentuk.Selain itu, juga
dapat meningkatkan pembentukan urine.
c. Gaya Hidup
d. Stress Psikologis
e. Tingkat Aktivitas
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk fungsi
sfingter.Hilangnya tonus otot vesika urinaria menyebabkan kemampuan pengontrolan
berkemih menurun dan kemampuan tonus otot didapatkan dengan beraktivitas.
f. Tingkat Perkembangan
g. Kondisi Penyakit
h. Sosiokultural Budaya
i. Kebiasaan Seseorang
Tonus otot yang memiliki peran penting dalam membantu proses berkemih adalah
ototkandung kemih, otot abdomen dan pelvis. Ketiganya sangat berperan dalam
kontraksi pengontrolan pengeluaran urine.
k. Pengobatan
l. Pemeriksaan Diagnostik
Kebutuhan rasa nyaman adalah suatu keadaan yang membuat seseorang merasa nyaman,
terlindung dari ancaman psikologis, bebas dari rasa sakit terutama nyeri (Purwanto dalam
Karendehi, 2015).
Kolcaba (1992, dalam Potter & Perry, 2005) megungkapkan kenyamanan/rasa nyaman
adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan
ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan
(kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi
masalah dan nyeri). Kenyamanan mesti dipandang secara holistik yang mencakup empat
aspek yaitu:
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Partisipasi Lansia dalam aktivitas fisik yang teratur atau program latihan fisik yang
terstruktur sangat disarankan dan mempunyai banyak manfaat. Perbaikan cara berjalan,
keseimbangan, kapasitas fungsional tubuh secara umum, dan kesehatan tulang dapat
diperoleh melalui latihan. Kesehatan olahraga bagi Lansia merupakan hal penting yang
harus diprogramkan, baik dari petugas kesehatan, profesional olahraga, maupun
masyarakat.
3.2 Saran
Pengetahuan tentang pola hidup sehat dapat mencegah timbulnya berbagai penyakit.
Bagi Lansia yang menderita gangguan penyakit, penerapan pola hidup sehat sesuai dengan
jenis penyakitnya akan sangat membantu mengontrol penyakit yang diderita, yang pada
akhirnya dapat meningkatkan kualitas hidup mereka. Agar tetap aktif sampai tua, sejak
muda seseorang perlu menerapkan kemudian mempertahankan pola hidup sehat dengan
mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang, melakukan aktivitas fisik/olahraga secara
benar dan teratur dan tidak merokok.
DAFTAR PUSTAKA
Erin, Hanssen. 2000. Exercise and the Eldery: An Important Prescription. TOH, Civic Campus.
Kathy Gunter. 2002. Healthy, Active Aging: Physical Activity Guidelines for Older Adults. Oregon
State University.
Nina Waaler. 2007. It’s Never Too Late: Physical Activity and Elderly People.
Norwegian Knowledge Centre for the Health Services.
Wojtek Chodzo. 2000. The Active Aging Blueprint: a National Initiative for the Promotion of
Successful Aging. Departement of Kinesiology University of Illinois, USA.