Anda di halaman 1dari 16

“KETERAMPILAN KEPERAWATAN KHUSUS PADA LANSIA”

Utuk memenuhi

tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik

oleh :

Doni Nurdiansyah

Fitrah Eka Pratiwi

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

TAHUN PELAJARAN 2018/2019


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang
“Keterampilan Keperawatan Khusus Pada Lansia”.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang “Keterampilan Keperawatan
Khusus Pada Lansia” ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Malang, 21 Maret 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Lanjut usia mengalami proses menua (aging process) secara alami yang tidak dapat
dihindari. Proses penuaan lansia tentunya berdampak pada berbagai aspek kehidupan, baik
sosial, ekonomi, dan terutama kesehatan, karena dengan semakin bertambahnya usia, fungsi
organ tubuh akan semakin menurun baik karena faktor alamiah maupun karena penyakit.
Perubahan-perubahan yang umum terlihat pada masa usia lanjut adalah ditandai dengan
perubahan fisik dan psikologis tertentu. Dengan bertambahnya usia, secara umum kekuatan
dan kualitas fisik juga mengalami penurunan, salah satunya adalah berkaitan dengan aktivitas
fisik yang meliputi otot dan persendian (Hawari, 2007).

Semakin memburuknya fungsi kognitif pada lanjut usia, maka akan berdampak terhadap
penurunan kemampuan aktivitas sehari-hari. Sedangkan Azizah (2010) menjelaskan bahwa
demensia dapat mempengaruhi kemampuan aktivitas sehari-hari karena dipengaruhi kumpulan
gejala yang ada seperti penurunan fungsi kognitif, perubahan mood, dan tingkah laku. Menurut
Setiono dan Hidayati (2012), penyandang demensia selain mengalami kelemahan kognisi
secara bertahap, juga akan mengalami kemunduran aktivitas sehari-hari (activity of
daily/ADL). Awalnya, kemunduran aktivitas sehari-hari ini berwujud sebagai
ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas hidup yang kompleks (complexs activity of daily
living) lambat laun, penyandang tersebut tidak mampu melakukan aktivitas hidup sehari-hari
yang dasar (basic activity of daily living)

Penurunan aktivitas fisik sehari-hari atau Activity Daily Living (ADL) pada lanjut usia
disebabkan oleh persendian yang kaku, pergerakan yang terbatas, keadaan tidak stabil bila
berjalan, keseimbangan tubuh yang jelek, gangguan peredaran darah, dan penurunan fungsi
penglihatan, pendengaran, dan perabaan. Terjadinya kemunduran fungsi kemampuan fisik
menyebabkan pemenuhan kebutuhan aktivitas fisik sehari-hari (ADL) pada lanjut usia menjadi
terganggu (Hawari, 2007).
Kemunduran fisik dan menurunnya fungsi organ dapat menyebabkan lansia menjadi
tergantung kepada orang lain (Nugroho, 2008). Meskipun lansia secara alamiah mengalami
penurunan dan kemunduran fisik, tetapi tidak menutup kemungkinan lansia dapat melakukan
aktivitas dan pemenuhan kebutuhan seharihari secara mandiri. Ketersediaan bantuan sepanjang
waktu di rumah atau institusi layanan kesehatan atau rawatan rumah berfungsi melindungi
kebutuhan lansia untuk tetap tinggal di rumahnya dan mempertahankan kemandiriannya
selama mungkin (Friedman, 2010).

Pada saat ini lansia kurang sekali mendapatkan perhatian serius ditengah keluarga dan
masyarakat terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan aktifitas seharihari/ ADL. Hal ini
disebabkan karena lansia mempunyai keterbatasan waktu, dana, tenaga dan kemampuan untuk
merawat diri. sedangkan keluarga tidak mampu untuk membantu lansia. Kemandirian pada
lansia dinilai dari kemampuannya untuk melakukan aktivitas sehari-hari (ADL). Activity of
daily living (ADL) adalah suatu bentuk pengukuran kemampuan seseorang untuk melakukan
ADL secara mandiri, sehingga dapat meminimalkan morbiditas lansia. ADL dalam indeks
Barthel terdiri dari 10 item, meliputi: makan, mandi, berhias, berpakaian, kontrol kandung
kencing, dan kontrol anus, toileting, transfer kursi/tempat tidur, mobilitas dan naik tangga.
Permasalahan yang muncul adalah terkadang lansia tidak memenuhi salah satu dari aktivitas
tersebut dikarenakan lupa (Maryam, 2008).

1.2 RumusanMasalah
1. Apa senam lansia itu?
2. Bagaimana keterampilan untuk memenuhi kebutuhan eliminasi pada lansia?
3. Bagaimana cara memenuhi aktifitas gerak pada lansia?
4. Bagaimana cara memenuhi kebutuhan rasa nyaman pada lansia?

1.3 Tujuan
1. Untuk menjelaskan tentang senam lansia.
2. Untuk menjelaskan tentang cara memenuhi kebutuhan eliminasi pada lansia.
3. Untuk menjelaskan tentang cara memenuhi aktifitas gerak pada lansia.
4. Untuk menjelaskan tentang cara memenuhi kebutuhan rasa nyaman pada lansia.
BABII

PEMBAHASAN

2.1 SenamLansia

1. Definisi Senam Lansia

Senam adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta terencana yang
dilakukan secara tersendiri atau berkelompok dengan maksud meningkatkan kemampuan
fungsional raga untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam bahasa Inggris terdapat istilah
exercise atau aerobic yang merupakan suatu aktifitas fisik yang dapat memacu jantung dan
peredaran darah serta pernafasan yang dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama
sehingga menghasilkan perbaikan dan manfaat kepada tubuh. Senam berasal dari bahasa
yunani yaitu gymnastic (gymnos) yang berarti telanjang, dimana pada zaman tersebut
orang yang melakukan senam harus telanjang, dengan maksud agar keleluasaan gerak dan
pertumbuhan badan yang dilatih dapat terpantau ( Suroto, 2004).

Senam merupakan bentuk latihan-latihan tubuh dan anggota tubuh untuk


mendapatkan kekuatan otot, kelentukan persendian, kelincahan gerak, keseimbangan
gerak, daya tahan, kesegaran jasmani dan stamina. Dalam latihan senam semua anggota
tubuh (otot-otot) mendapat suatu perlakuan. Otot-otot tersebut adalah gross muscle (otot
untuk melakukan tugas berat) dan fine muscle (otot untuk melakukan tugas ringan).

Senam lansia yang dibuat oleh Menteri Negara Pemuda dan Olahraga
(MENPORA) merupakan upaya peningkatan kesegaran jasmani kelompok lansia yang
jumlahnya semakin bertambah. Senam lansia sekarang sudah diberdayakan diberbagai
tempat seperti di panti wredha, posyandu, klinik kesehatan, dan puskesmas. (Suroto, 2004).

Senam lansia adalah olahraga ringan dan mudah dilakukan, tidak memberatkan
yang diterapkan pada lansia. Aktifitas olahraga ini akan membantu tubuh agar tetap bugar
dan tetap segar karena melatih tulang tetap kuat, memdorong jantung bekerja optimal dan
membantu menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran di dalam tubuh. Jadi senam
lansia adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta terencana yang diikuti
oleh orang lanjut usia yang dilakukan dengan maksud meningkatkan kemampuan
fungsional raga untuk mencapai tujuan tersebut.

2. Manfaat Senam Lansia

Semua senam dan aktifitas olahraga ringan tersebut sangat bermanfaat untuk
menghambat proses degeneratif/penuaan. Senam ini sangat dianjurkan untuk mereka yang
memasuki usia pralansia (45 thn) dan usia lansia (65 thn ke atas). Orang melakukan senam
secara teratur akan mendapatkan kesegaran jasmani yang baik yang terdiri dari unsur
kekuatan otot, kelentukan persendian, kelincahan gerak, keluwesan, cardiovascular fitness
dan neuromuscular fitness. Apabila orang melakukan senam, peredarah darah akan lancar
dan meningkatkan jumlah volume darah. Selain itu 20% darah terdapat di otak, sehingga
akan terjadi proses indorfin hingga terbentuk hormon norepinefrin yang dapat
menimbulkan rasa gembira, rasa sakit hilang, adiksi (kecanduan gerak) dan menghilangkan
depresi. Dengan mengikuti senam lansia efek minimalnya adalah lansia merasa berbahagia,
senantiasa bergembira, bisa tidur lebih nyenyak, pikiran tetap segar.

Senam lansia disamping memiliki dampak positif terhadap peningkatan fungsi


organ tubuh juga berpengaruh dalam meningkatkan imunitas dalam tubuh manusia setelah
latihan teratur. Tingkat kebugaran dievaluasi dengan mengawasi kecepatan denyut jantung
waktu istirahat yaitu kecepatan denyut nadi sewaktu istirahat. Jadi supaya lebih bugar,
kecepatan denyut jantung sewaktu istirahat harus menurun.

Manfaat senam lainnya yaitu terjadi keseimbangan antara osteoblast dan osteoclast.
Apabila senam terhenti maka pembentukan osteoblast berkurang sehingga pembentukan
tulang berkurang dan dapat berakibat pada pengeroposan tulang. Senam yang diiringi
dengan latihan stretching dapat memberi efek otot yang tetap kenyal karena ditengah-
tengah serabut otot ada impuls saraf yang dinamakan muscle spindle, bila otot diulur
(recking) maka muscle spindle akan bertahan atau mengatur sehingga terjadi tarik-menarik,
akibatnya otot menjadi kenyal. Orang yang melakukan stretching akan menambah cairan
sinoval sehingga persendian akan licin dan mencegah cedera (Suroto, 2004).

Olahraga yang bersifat aerobik seperti senam merupakan usaha-usaha yang akan
memberikan perbaikan pada fisik atau psikologis. Faktor fisiologi dan metabolik yang
dikalkulasi termasuk penambahan sel-sel darah merah dan enzim fosforilase (proses
masuknya gugus fosfat kedalam senyawa organik), bertambahnya aliran darah sewaktu
latihan, bertambahnya sel-sel otot yang mengandung mioglobin dan mitokondria serta
meningkatnya enzim-enzim untuk proses oksigenasi jaringan (Kusmana, 2006).
Sedangkan menurut Depkes (2003) olahraga dapat memberi beberapa manfaat, yaitu:
meningkatkan peredaran darah, menambah kekuatan otot, dan merangsang pernafasan
dalam. Selain itu dengan olahraga dapat membantu pencernaan, menolong ginjal,
membantu kelancaran pembuangan bahan sisa, meningkatkan fungsi jaringan,
menjernihkan dan melenturkan kulit, merangsang kesegaran mental, membantu
mempertahankan berat badan, memberikan tidur nyenyak, memberikan kesegaran jasmani.

3. Gerakan Senam Lansia

Tahapan latihan kebugaran jasmani adalah rangkaian proses dalam setiap latihan,
meliputi pemanasan, kondisioning (inti), dan penenangan ( pendinginan ) (Sumintarsih,
2006).

a. Pemanasan

Pemanasan dilakukan sebelum latihan. Pemanasan bertujuan menyiapkan


fungsi organ tubuh agar mampu menerima pembebanan yang lebih berat pada saat
latihan sebenarnya. Penanda bahwa tubuh siap menerima pembebanan antara lain detak
jantung telah mencapai 60% detak jantung maksimal, suhu tubuh naik 1ºC - 2ºC dan
badan berkeringat. Pemanasan yang dilakukan dengan benar akan mengurangi cidera
atau kelelahan.

b. Kondisioning
Setelah pemansan cukup dilanjutkan tahap kondisioning atau gerakan inti
yakni melakukan berbagai rangkaian gerak dengan model latihan yang sesuai dengan
tujuan program latihan.

c. Penenangan

Penenangan merupakan periode yang sangat penting dan esensial. Tahap ini
bertujuan mengembalikan kodisi tubuh seperti sebelum berlatih dengan melakukan
serangkaian gerakan berupa stretching. Tahapan ini ditandai dengan menurunnya
frekuensi detak jantung, menurunnya suhu tubuh, dan semakin berkurangnya
keringat. Tahap ini juga bertujuan mengembalikan darah ke jantung untuk
reoksigenasi sehingga mencegah genangan darah diotot kaki dan tangan.

2.2 Keterampilan untuk Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi

1. Definisi

Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses


penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh
tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak
dipergunakan lagi oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
Sistem perkemihan terdiri dari dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin, dua ureter yang
membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih), satu vesika urinaria (VU),
tempat urin dikumpulkan, dan satu uretra, urin dikeluarkan dari vesika urinaria.

2. Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Urine


a. Diet dan Asupan (intake)

Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang mempengaruhi output urine
(jumlah urine). Protein dapat menentukan jumlah urine yang dibentuk.Selain itu, juga
dapat meningkatkan pembentukan urine.

b. Respon Keinginan Awal untuk Berkemih


Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat menyebabkan urine
banyak tertahan di dalam urinaria sehingga memengaruhi ukuran vesika urinaria dan
jumlah urine.

c. Gaya Hidup

Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi dalam


kaitannya terhadap tersedianya fasilitas toilet.

d. Stress Psikologis

Meningkatnya stres dapat mengakibatkan meningkatnya frekuensi keinginan


berkemih.Hal ini karena meningkatnya sensitifitas untuk keinginan berkemih dan
jumlah urine yangdiproduksi.

e. Tingkat Aktivitas

Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk fungsi
sfingter.Hilangnya tonus otot vesika urinaria menyebabkan kemampuan pengontrolan
berkemih menurun dan kemampuan tonus otot didapatkan dengan beraktivitas.

f. Tingkat Perkembangan

Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat memengaruhi pola berkemih.Hal


tersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih memiliki mengalami kesulitan
untukmengontrol buang air kecil. Namun dengan usia yang semakin bertambah
kemampuan dalam mengontrol buang airkecil semakin baik.

g. Kondisi Penyakit

Kondisi penyakit dapat mempengaruhi produksi urine,seperti diabetes melitus.

h. Sosiokultural Budaya

Dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine,sepertiadanya kulturpada


masyarakat tertentu yang melarang untuk buang air kecil di tempat tertentu.

i. Kebiasaan Seseorang

Seseorang yang memiliki berkemih mengalami kesulitan untuk berkemih dengan


melaluiurineal/pot urine bila dalam keadaan sakit.
j. Tonus otot

Tonus otot yang memiliki peran penting dalam membantu proses berkemih adalah
ototkandung kemih, otot abdomen dan pelvis. Ketiganya sangat berperan dalam
kontraksi pengontrolan pengeluaran urine.

k. Pengobatan

Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya peningkatan atau


penurunan proses perkemihan.Misalnya pemberian diuretik dapat meningkatkan
jumlah urine, sedangkan pemberian obat antikolinergik dan antihipertensi dapat
menyebabkan retensi urine.

l. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik ini juga dapat mempengaruhi kebutuhan eliminasi urine,


khususnya prosedur-prosedur yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan saluran
kemih, yang dapat membatasi jumlah asupan sehingga mengurangi produksi urine.
Selain itu tindakan sistoskopi dapat menimbulkan edema lokal pada uretra yang dapat
mengganggu pengeluaranurine.(Alimul,2006)

3. Masalah-masalah pada Gangguan Eliminasi Urine


a. Retensi yaitu adanya penumpukan urine didalam kandung kemih dan
ketidaksanggupan kandung kemih untuk mengosongkan diri.
b. Inkontinensia urineyaitu ketidaksanggupan sementara atau permanen otot sfingter
eksternal untuk mengontrol keluarnya urine dari kandung kemih.
c. Enuresis Sering terjadi pada anak-anak, umumnya terjadi pada malam hari (nocturnal
enuresis), dapat terjadi satu kali atau lebih dalamsemalam.
d. Urgency adalah perasaan seseorang untuk berkemih.
e. Dysuria adanya rasa sakit atau kesulitan dalam berkemih
f. Polyuria Produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal,seperti 2.500ml/hari,
tanpa adanya peningkatan intake cairan.
g. Urinari suppresi adalah berhenti mendadak produksi urine
2.3 Pemenuhan Aktivitas Gerak
Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang membutuhkan energi untuk
mengerjakannya, seperti berjalan, menari, mengasuh cucu, dan lain sebagainya. Aktivitas fisik
yang terencana dan terstruktur, yang melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang serta ditujukan
untuk meningkatkan kebugaran jasmani disebut olahraga (Farizati, 2002). Manfaat olahraga
pada Lansia antara lain dapat memperpanjang usia, menyehatkan jantung, otot, dan tulang,
membuat Lansia lebih mandiri, mencegah obesitas, mengurangi kecemasan dan depresi, dan
memperoleh kepercayaan diri yang lebih tinggi.
Olahraga dikatakan dapat memperbaiki komposisi tubuh, seperti lemak tubuh, kesehatan
tulang, massa otot, dan meningkatkan daya tahan, massa otot dan kekuatan otot, serta
fleksibilitas sehingga lansia lebih sehat dan bugar dan risiko jatuh berkurang.. Olahraga
dikatakan juga dapat menurunkan risiko penyakit diabetes melitus, hipertensi, dan penyakit
jantung. Secara umum dikatakan bahwa olahraga pada lansia dapat menunjang kesehatan, yaitu
dengan meningkatkan nafsu makan, membuat kualitas tidur lebih baik, dan mengurangi
kebutuhan terhadap obat-obatan.
Selain itu, olahraga atau aktivitas fisik bermanfaat secara fisiologis, psikologis maupun
sosial. Menurut Nina (2007), secara fisiologis, olahraga dapat meningkatkan kapasitas aerobik,
kekuatan, fleksibilitas, dan keseimbangan. Secara psikologis, olahraga dapat meningkatkan
mood, mengurangi risiko pikun, dan mencegah depresi. Secara sosial, olahraga dapat
mengurangi ketergantungan pada orang lain, mendapat banyak teman, dan meningkatkan
produktivitas.

2.3.1 Jenis Aktivitas Fisik pada Lansia


Aktivitas fisik yang bermanfaat untuk kesehatan Lansia sebaiknya memenuhi
kriteria FITT (frequency, intensity, time, type). Frekuensi adalah seberapa sering
aktivitas dilakukan, berapa hari dalam satu minggu. Intensitas adalah seberapa keras
suatu aktivitas dilakukan. Biasanya diklasifikasikan menjadi intensitas rendah, sedang,
dan tinggi. Waktu mengacu pada durasi, seberapa lama suatu aktivitas dilakukan dalam
satu pertemuan, sedangkan jenis aktivitas adalah jenis-jenis aktivitas fisik yang
dilakukan.
Jenis-jenis aktivitas fisik pada Lansia menurut Kathy (2002), meliputi latihan
aerobik, penguatan otot (muscle strengthening)), fleksibilitas, dan latihan
keseimbangan. Seberapa banyak suatu latihan dilakukan tergantung dari tujuan setiap
individu, apakah untuk kemandirian, kesehatan, kebugaran, atau untuk perbaikan
kinerja (performance).
1. Latihan Aerobik
Lansia direkomendasikan melakukan aktivitas fisik setidaknya selama 30 menit
pada intensitas sedang hampir setiap hari dalam seminggu. Berpartisipasi dalam
aktivitas seperti berjalan, berkebun, melakukan pekerjaan rumah, dan naik turun tangga
dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
Lansia dengan usia lebih dari 65 tahun disarankan melakukan olahraga yang tidak
terlalu membebani tulang, seperti berjalan, latihan dalam air, bersepeda statis, dan
dilakukan dengan cara yang menyenangkan. Bagi Lansia yang tidak terlatih harus mulai
dengan intensitas rendah dan peningkatan dilakukan secara individual berdasarkan
toleransi terhadap latihan fisik.
Olahraga yang bersifat aerobik adalah olahraga yang membuat jantung dan paru
bekerja lebih keras untuk memenuhi meningkatnya kebutuhan oksigen, misalnya
berjalan, berenang, bersepeda, dan lain-lain. Latihan fisik dilakukan sekurangnya 30
menit dengan intensitas sedang, 5 hari dalam seminggu atau 20 menit dengan intensitas
tinggi, 3 hari dalam seminggu, atau kombinasi 20 menit intensitas tinggi 2 hari dalam
seminggu dan 30 menit dengan intensitas sedang 2 hari dalam seminggu.
2. Latihan Penguatan Otot
Bagi Lansia disarankan untuk menambah latihan penguatan otot disamping latihan
aerobik. Kebugaran otot memungkinkan melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri.
Latihan fisik untuk penguatan otot adalah aktivitas yang memperkuat dan
menyokong otot dan jaringan ikat. Latihan dirancang supaya otot mampu membentuk
kekuatan untuk mengerakkan atau menahan beban, misalnya aktivitas yang melawan
gravitasi seperti gerakan berdiri dari kursi, ditahan beberapa detik, berulang-ulang atau
aktivitas dengan tahanan tertentu misalnya latihan dengan tali elastik. Latihan penguatan
otot dilakukan setidaknya 2 hari dalam seminggu dengan istirahat diantara sesi untuk
masing-masing kelompok otot. Intensitas untuk membentuk kekuatan otot
menggunakan tahanan atau beban dengan 10-12 repetisi untuk masing-masing latihan.
Intensitas latihan meningkat seiring dengan meningkatnya kemampuan individu.
Jumlah repetisi harus ditingkatkan sebelum beban ditambah. Waktu yang dibutuhkan
adalah satu set latihan dengan 10-15 repetisi.
3. Latihan Fleksibilitas dan Keseimbangan
Kisaran sendi (ROM) yang memadai pada semua bagian tubuh sangat penting
untuk mempertahankan fungsi muskuloskeletal, keseimbangan dan kelincahan pada
Lansia. Latihan fleksibilitas dirancang dengan melbatkan setiap sendi-sendi utama
(panggul, punggung, bahu, lutut, dan leher).
Latihan fleksibilitas adalah aktivitas untuk membantu mempertahankan kisaran
gerak sendi (ROM), yang diperlukan untuk melakukan aktivitas fisik dan tugas sehari-
hari secara teratur. Latihan fleksibilitas disarankan dilakukan pada hari- hari
dilakukannya latihan aerobik dan penguatan otot atau 2-3 hari per minggu. Latihan
dengan melibatkan peregangan otot dan sendi. Intensitas latihan dilakukan dengan
memperhatikan rasa tidak nyaman atau nyeri. Peregangan dilakukan 3-4 kali, untuk
masing-masing tarikan dipertahankan 10-30 detik. Peregangan dilakukan terutama pada
kelompok otot-otot besar, dimulai dari otot-otot kecil. Contoh: latihan Yoga.
Latihan keseimbangan dilakukan untuk membantu mencegah Lansia jatuh. Latihan
keseimbangan dilkakukan setidaknya 3 hari dalam seminggu. Sebagian besar aktivitas
dilakukan pada intensitas rendah. Kegiatan berjalan, Tai Chi, dan latihan penguatan otot
memperlihatkan perbaikan keseimbangan pada Lansia.
Program latihan untuk Lansia meliputi latihan daya tahan jantung paru (aerobik),
kekuatan (strenght), fleksibilitas, dan keseimbangan dengan cara progresif dan
menyenangkan. Latihan melibatkan kelompok otot utama dengan gerakan seoptimal
mungkin pada ROM yang bebas dari nyeri. Pembebanan pada tulang, perbaikan postur,
melatih gerakan-gerakan fungsional akan meningkatkan kekuatan, fleksibilitas, dan
keseimbangan.
Olahraga dilakukan dengan cara menyenangkan disertai berbagai modifikasi,
termasuk mengkombinasikan beberapa aktivitas sekaligus. Kombinasi berjalan yang
bersifat rekreasi dan senam di air dengan intensitas yang menantang namun tetap
nyaman dilakukan, kombinasi latihan spesifik untuk memperbaiki kekuatan dan
fleksibilitas (latihan beban, circuit training, latihan dengan musik, menari) bisa
dilakukan. Kombinasi latihan kekuatan, keseimbangan dan fleksibilitas bisa dilakukan
dengan menggunakan alat bola. Latihan difokuskan pada teknik yang menstabilkan dan
meningkatkan kekuatan, keseimbangan dan fleksibilitas, selain itu juga
mengintegrasikan tubuh dan pikiran serta melibatkan teknik pernafasan, konsentrasi dan
kontrol gerakan.
Bagi Lansia yang lemah secara fisik, aktivitas yang dilakukan dikaitkan dengan
kegiatan sehari-hari dan mempertahankan kemandirian, misalnya teknik mengangkat
beban yang benar, berjalan, cara menjaga postur yang benar, dan sebagainya.

2.4 Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman

Kebutuhan rasa nyaman adalah suatu keadaan yang membuat seseorang merasa nyaman,
terlindung dari ancaman psikologis, bebas dari rasa sakit terutama nyeri (Purwanto dalam
Karendehi, 2015).

Kolcaba (1992, dalam Potter & Perry, 2005) megungkapkan kenyamanan/rasa nyaman
adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan
ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan
(kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi
masalah dan nyeri). Kenyamanan mesti dipandang secara holistik yang mencakup empat
aspek yaitu:

a. Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh.

b. Sosial, berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dansosial.

c. Psikospiritual, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri sendiri yang


meliputi harga diri, seksualitas, dan makna kehidupan).

d. Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal manusia seperti


cahaya, bunyi, temperatur, warna, dan unsur alamiah lainnya.
BABIII

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Partisipasi Lansia dalam aktivitas fisik yang teratur atau program latihan fisik yang
terstruktur sangat disarankan dan mempunyai banyak manfaat. Perbaikan cara berjalan,
keseimbangan, kapasitas fungsional tubuh secara umum, dan kesehatan tulang dapat
diperoleh melalui latihan. Kesehatan olahraga bagi Lansia merupakan hal penting yang
harus diprogramkan, baik dari petugas kesehatan, profesional olahraga, maupun
masyarakat.
3.2 Saran
Pengetahuan tentang pola hidup sehat dapat mencegah timbulnya berbagai penyakit.
Bagi Lansia yang menderita gangguan penyakit, penerapan pola hidup sehat sesuai dengan
jenis penyakitnya akan sangat membantu mengontrol penyakit yang diderita, yang pada
akhirnya dapat meningkatkan kualitas hidup mereka. Agar tetap aktif sampai tua, sejak
muda seseorang perlu menerapkan kemudian mempertahankan pola hidup sehat dengan
mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang, melakukan aktivitas fisik/olahraga secara
benar dan teratur dan tidak merokok.
DAFTAR PUSTAKA

Erin, Hanssen. 2000. Exercise and the Eldery: An Important Prescription. TOH, Civic Campus.

Farizati Karim. 2002. Panduan Kesehatan Olahraga Bagi Petugas Kesehatan.


Depkes RI.

Kathy Gunter. 2002. Healthy, Active Aging: Physical Activity Guidelines for Older Adults. Oregon
State University.

Megan Johnston. 2008. Participation of Eldery in Cardiac Rehabilitation: Exercise


Consideration for the Eldery. Current Issue in Cardiac Rehabilitation and Prevention,
Vol.16, No.3:1-3.

Nina Waaler. 2007. It’s Never Too Late: Physical Activity and Elderly People.
Norwegian Knowledge Centre for the Health Services.

Wojtek Chodzo. 2000. The Active Aging Blueprint: a National Initiative for the Promotion of
Successful Aging. Departement of Kinesiology University of Illinois, USA.

Anda mungkin juga menyukai