Anda di halaman 1dari 2

Kelebihan :

1. Pelayanan gawat darurat model Shanghai mampu menyediakan layanan darurat


pra-rumah sakit yang disediakan di 10 puskesmas pembantu. Serta, sistem
layanan darurat pra-rumah sakit memiliki 500 ambulans yang menyediakan
jaringan dalam radius 4,5km di wilayah perkotaan.
2. Di Beijing dan shenyang terdapat pelayanan perawatan gawat daarurat dengan
radius pelayanan 3-5km.
3. Jika di wilayah Guangzhou dan Shenzen, 120 panggilan darurat dipusatkan pada
komando komunikasi, yaitu dengan cara memberikan tanggung jawab
penanganan kepada rumah sakit terdekat dari wilayah kejadian , fungsinya untuk
mempercepat respon penanganan gawat darurat.
4. Pemerintah mendukung adanya pengembangan layanan darurat pra-rumah
sakitnyaitu adanya layanan darurat pra-rumah sakit harus disediakam oleh
profesi medis independen, program pelatihan khusus pada personel paramedis
yang mememnuhi syarat profesional yang dilindungi UU, dan dukungan
pemerintah dalam fasilitas serta keuangan untuk pengembangan layanan darurat
pra-rumah sakit.

Kekurangan :

1. Kategori penanganan gawat darurat untuk ambulans masih berdasarkan tiga


kategori, yaitu trauma kecelakaan, kondisi medis umum, dan keracunan.
2. Di tim darurat , dokter dan perawat masih belum diharuskan untuk mengikuti
pelatihan khusus pada perawatan rumah sakit, padahal seharusnya memiliki
kemampuan khusus dalam penanganan gawat darurat. Ini akan mempengaruhi
kualitas keadaan pasien untuk perawatan pra-rumah sakit.
3. Kurangnya keahlian perawat dan dokter untuk penanganan gawat darurat
mengakibatkan kurang fokusnya penanganan selanjutnya di rumah sakit, ini
karena tidak memfokuskan pada lokasi trauma yang harus ditangani.
4. Ambulans yang tidak layak pakai masih ada yang digunakan, ini perlu dikoreksi
untuk keselamatan ahli medis dengan pasien.
Hal hal diatas dapat dibandingkan dengan Permenkes No 19 Tahun 2016 yaitu:

1. Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu yang selanjutnya disingkat


SPGDT adalah suatu mekanisme pelayanan Korban/Pasien Gawat Darurat yang
terintegrasi dan berbasis call center dengan menggunakan kode akses
telekomunikasi 119 dengan melibatkan masyarakat.

2. Kode Akses Telekomunikasi 119, yang selanjutnya disebut Call Center 119
adalah suatu desain sistem dan teknologi menggunakan konsep pusat panggilan
terintegrasi yang merupakan layanan berbasis jaringan telekomunikasi khusus di
bidang kesehatan.

3. Di Indonesia SPGDT bertujuan untuk :

a. meningkatkan akses dan mutu pelayanan kegawatdaruratan; dan

b. mempercepat waktu penanganan (respon time) Korban/Pasien Gawat Darurat


dan menurunkan angka kematian serta kecacatan.

4. Di Indonesia Penyelenggaraan SPGDT terdiri atas :

a. sistem komunikasi Gawat Darurat;

b. sistem penanganan Korban/Pasien Gawat Darurat; dan

c. sistem transportasi Gawat Darurat.

5. Di Indonesia waktu operasional SPGDT selama 24 jam sehari secara terus


menerus namun tidak dijelaskan berapa menit kedatangan ambulans saat ada
keadaan gawat darurat

6. Tenaga kesehatan sebagaimana memiliki tugas:

a. memberikan pertolongan Gawat Darurat dan stabilisasi bagi korban; dan

b. mengevakuasi korban ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk


mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat
kegawatdaruratannya.

Anda mungkin juga menyukai