Anda di halaman 1dari 58

362.

11
Ind
p

PEDOMAN
PENYELENGGARAAN RUMAH SAKIT
KELAS D PRATAMA
DA
BA

TI
HUS
A
K

DIREKTORAT JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN


KEMENTERIAN KESEHATAN RI
JAKARTA 2012
Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI
362. 11
Ind Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat
p Jenderal Bina Upaya Kesehatan
Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit
Kelas D Pratama.—
Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. 2013

ISBN 978-602-235-299-0

1. Judul I. HEALTH FACILITIES


II. EQUIPMENT AND SUPPLIES, HOSPITAL
III. HOSPITALS IV. HEALTH SERVICES
PEDOMAN
PENYELENGGARAAN RUMAH SAKIT
KELAS D PRATAMA
A
BA

AD

TI
H US
K

DIREKTORAT JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN


KEMENTERIAN KESEHATAN RI
JAKARTA 2012
SAMBUTAN
DIREKTUR JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN

R
umah Sakit Pratama adalah fasilitas kesehatan
yang siap guna dan bersifat sementara dalam
jangka waktu tertentu, dapat dipindahkan
dari satu lokasi ke lokasi lain di DTPK. Dalam rangka
penyelenggaraan rumah sakit Pratama kegiatan upaya
kesehatan perorangan yang dilaksanakan selama 24
jam melalui pelayanan rawat inap, rawat jalan, gawat
darurat/pelayanan darurat.

Rumah Sakit Pratama dibangun/didirikan dalam rangka peningkatan


mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat di daerah terpencil dan
daerah perbatasan yang kurang terjangkau oleh pelayanan kesehatan.
Pembangunan tersebut dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bina Upaya
Kesehatan Kementerian Kesehatan R.I bekerjasama dengan Pemerintah
Daerah setempat. Kementerian Kesehatan menyediakan infrastruktur
Rumah Sakit Beragerak lengkap dengan peralaatan medik, tenaga
kesehatan spesialis serta biaya operasional sampai dengan tahun ke
empat, sedangkan Pemerintah Daerah menyediakan lahan untuk rumah
sakit Pratama beserta sarana dan prasarana pendukung lainnya seperti
kantin, mess dokter dan jalan penghubung.

Kendala terbesar dalam operasional Rumah Sakit Pratama adalah masih


kurangnya tenaga (sumber daya manusia) terutama tenaga dokter spesialis
dan juga banyaknya alat kesehatan yang belum berfungsi secara optimal.
Kekurangan daya listrik yang ada di RS Pratama sehingga setiap Rumah
Sakit sedaya upaya mempersiapkan genset untuk mengoptimalkan
penggunaan daya listrik, itupun masih jauh dari sempurna.

Rumah Sakit Pratama merupakan jawaban terhadap kebutuhan sarana


pelayanan kesehatan di daerah yang baru baik di daerah terpencil (remote
area) maupun daerah-daerah yang rawan konflik dan rawan bencana
ataupun di daerah-daerah perbatasan (border area).

Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama i


Disadari bahwa substansi buku ini masih belum sempurna. Oleh karena
itu, komentar dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan
untuk menyempurnakan buku ini. Pedoman ini akan disempurnakan
terus sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang
kesehatan. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan
setinggi-tingginya kepada lintas Kementerian Kesehatan dan seluruh pihak
yang telah berkontribusi, sehingga tersusunnya Pedoman Penyelenggaraan
Rumah Sakit Pratama ini.

Akhirnya, mudah-mudahan pedoman ini dapat memberikan manfaat yang


optimal, khususnya bagi para penyelenggara Rumah Sakit Pratama.

Jakarta, 2012

Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan

dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS

ii Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama


TIM PENYUSUN
PEDOMAN PENYELENGGARAAN
RUMAH SAKIT KELAS D PRATAMA

dr. Supriyantoro, SpP, MARS


(Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan)

dr. Chairul. R. Nasution, SpPD, KGEH, FINASIM, FACP, M.Kes


(Direktur Bina Upaya Kesehatan Rujukan)

dr. H. Kuntjoro Adi Purjanto, M.Kes


(Direktur Bina Upaya Kesehatan Rujukan)

dr. Diar Wahyu Indriarti, MARS


(Kepala Subdit Bina Upaya Kesehatan Rujukan di RSU Publik)

Prof. DR. dr. Agus Purwadianto, SH, M.Si, Sp.F(K)


(Staf Ahli Menkes Bidang Teknologi Kesehatan & Globalisasi)

dr. Khrisnajaya, MS
(Ketua Asosiasi Dinas Kesehatan)

Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama iii


KONTRIBUTOR
PEDOMAN PENYELENGGARAAN
RUMAH SAKIT KELAS D PRATAMA

dr. Asral Hasan, MPH


(Kepala Seksi Standarisasi, Subdit RS Publik)

dr. Ady Iswandi Thomas


(Kepala Seksi Bimbingan dan Evaluasi,Subdit RS Publik)

dr. Vika Wahyudi


(Dit. Bina Upaya Kesehatan Rujukan)

dr. Andriani Vita Hutapea


(Dit. Bina Upaya Kesehatan Rujukan)

dr. Ahmad Agus Fauriza


(Dit. Bina Upaya Kesehatan Rujukan)

Romadona, ST
(Dit. Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan)

Siti Ulfa, ST
(Dit. Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan)

M. Rofiuddin, ST
(Dit. Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan)

Ir. Fadjrif H. Bustami, MARS

Ir. Syafiul A. Sya’af

Heru Prasetyo, SH, MARS


(Kabag Hukum, Organisasi dan Humas)

dr. Andi Ardjuna Sakti, SH, MPH


(Kasubbag Hukum)

Uud Cahyono, SH, MARS


(Subbag Hukum)

dr. Giovano Andhika


(Dit. Bina Upaya Kesehatan Rujukan)

dr. Christian Suharlim


(Dit. Bina Upaya Kesehatan Rujukan)

iv Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama


DAFTAR ISI

Sambutan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan ......................... i


Tim Penyusun.................................................................................... iii
Kontributor ....................................................................................... iv
Daftar Isi ........................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN . ................................................................ 1


A. Latar Belakang ............................................................ 1
B. Tujuan ........................................................................ 2
C. Sasaran . ..................................................................... 3
D. Ruang Lingkup ............................................................ 3
E. Pengertian ................................................................... 3

BAB II PERSYARATAN ................................................................... 5


A. Lokasi ......................................................................... 5
A.1 Kriteria Daerah...................................................... 5
A.2 Lahan, Akses, Keamanan dan fasilitas Penunjang... 6
B. Sarana dan Prasarana . ................................................. 7
B.1 Sarana................................................................... 7
B.2 Prasarana.............................................................. 18
B.3 Fasilitas ................................................................ 24
C. Sumber Daya Manusia................................................. 24
D. Peralatan . ................................................................... 26
E. Manajemen ................................................................. 37
E.1 Perizinan .............................................................. 37
E.2 Administrasi . ....................................................... 37
E.3 Organisasi ............................................................ 37

BAB III PENYELENGGARAAN.......................................................... 39


A. Lingkup Pelayanan ...................................................... 39
A.1 Pelayanan Medik Umum . ...................................... 39
A.2 Pelayanan Medik Spesialistik Dasar ...................... 39
A.3 Pelayanan Gawat Darurat ..................................... 39
A.4 Pelayanan Pemulihan pascatindakan .................... 40
A.5 Pelayanan Keperawatan ........................................ 40
A.6 Pelayanan Laboratorium ....................................... 40
A.7 Pelayanan Radiologi .............................................. 40

Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama v


A.8 Pelayanan Farmasi................................................. 40
A.9 Pelayanan Gizi ...................................................... 41
A.10 Pelayanan Sterilisasi . ......................................... 41
A.11 Pelayanan kesehatan tradisional
alternatif komplementer ..................................... 41
A.12 Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
Rumah Sakit (PKMRS)......................................... 41
B. Kerjasama Operasional . .............................................. 41
C. Klasifikasi..................................................................... 42
D. Pembiayaan Operasional.............................................. 42
E. Tarif............................................................................. 42
F. Peraturan internal Rumah Sakit .................................. 42
G. Komite Medik .............................................................. 42
H. Penelitian dan pengembangan dalam bidang
kedokteran komunitas dan humaniora kesehatan ...... 42
I. Pendidikan tenaga kesehatan dan SDM kesehatan
lainnya......................................................................... 43

BAB IV PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN...................................... 45

BAB V PENUTUP ........................................................................... 46

vi Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur
kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pembangunan
kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan Nasional
yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemampuan dan
kemauan untuk hidup sehat bagi setiap orang sehingga terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan
kesehatan yang telah diselenggarakan selama ini telah berhasil
meningkatkan derajat kesehatan secara bermakna, namun
belum dapat dinikmati secara merata oleh seluruh penduduk di
Indonesia, khususnya masyarakat yang bermukim di lokasi-lokasi
terpencil, termasuk di daerah pesisir, pulau-pulau kecil dan daerah
pemekaran.

Undang-undang No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan secara tegas


mengamanatkan kepada pemerintah untuk bertanggung jawab
merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina, dan
mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan
terjangkau oleh masyarakat. Penyelenggaraan upaya kesehataan
saat ini lebih mengedepankan pemerataan dan keterjangkauan akses
pelayanan kesehatan khususnya pelayanan rujukan.

Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan rujukan yang


memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki
peran yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan derajat
kesehatan masyarakat. Pengaruh dari pertumbuhan penduduk dan
peningkatan ekonomi tentunya akan meningkatkan kebutuhan
pelayanan rumah sakit yang bermutu dan menjangkau seluruh
lapisan masyarakat.

Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama 1


Permasalahan keterbatasan akses dan pemerataan fasilitas
pelayanan rumah sakit saat ini tidak hanya didominasi daerah
tertinggal, perbatasan dan kepulauan; tetapi ditemui juga pada
daerah perkotaan dimana daya tampung rawatan rumah sakit tidak
sebanding dengan jumlah penduduk disekitarnya. Kondisi ini sering
membuat persaingan tidak sehat pengguna jasa rumah sakit dalam
mendapatkan kesempatan prioritas pelayanan sehingga masyarakat
tidak mampu menjadi pihak yang sulit mendapatkan pelayanan
kesehatan dengan segala keterbatasannya.

Sebagai upaya pemenuhan kebutuhan fasilitas pelayanan kesehatan


pada saat beroperasionalnya Badan Pengelola Jaminan Sosial Nasional
(BPJSN) pada Januari tahun 2014 (sesuai amanat Undang-Undang
No. 24 Tahun 2011) dibutuhkan fasilitas pelayanan kesehatan yang
lebih memprioritaskan masyarakat tidak mampu.

Untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan


kesehatan Rumah Sakit di daerah tertinggal, perbatasan, kepulauan,
daerah bermasalah kesehatan, daerah pemekaran baru dan daerah
dengan tingkat kepadatan penduduk yang cukup tinggi; dimana
belum tersedianya fasilitas kesehatan tersebut atau sarana pelayanan
yang ada masih belum dapat memenuhi kebutuhan daerah tersebut,
maka pemerintah pusat, pemerintah daerah dan masyarakat dapat
menyediakan sarana pelayanan kesehatan rumah sakit yang bermutu
dan melayani seluruh lapisan masyarakat dalam upaya meningkatkan
akses pelayanan kesehatan rujukan di daerah tersebut.

B. Tujuan
Penyusunan Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama
bertujuan untuk melaksanakan upaya kesehatan perorangan dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi-
tingginya dengan cara:

1. Memberikan petunjuk atau arahan dalam merancang,


merencanakan bangunan dan penyelenggaraan Rumah Sakit
Kelas D Pratama yang belum secara tegas diatur didalam
peraturan menteri.

2 Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama


2. Menjamin ketersedian sarana, prasarana dan tenaga kesehatan
serta keberlangsungan pelayanan kesehatan tingkat dasar
khususnya dalam bidang kuratif dan rehabilitatif.
3. Menjamin tersedianya informasi kelahiran, morbiditas dan
mortalitas serta kualitas hidup masyarakat yang dilayani.
4. Meningkatkan akses, keterjangkauan biaya, dan cakupan pelayanan
kesehatan pada masyarakat khususnya didaerah DTPK, daerah
yang belum memiliki rumah sakit, dan daerah yang membutuhkan
lainnya.

C. Sasaran
Pemerintah, pemerintah daerah, TNI, POLRI, BUMN/BUMD, dan
masyarakat yang menyelenggarakan Rumah Sakit Kelas D Pratama
sebagai upaya untuk meningkatkan akses dan pemerataan pelayanan
rumah sakit.

D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D
Pratama meliputi:

1. Upaya kesehatan perorangan tingkat pertama


2. Upaya kesehatan perorangan medik spesialistik berdimensi
kedokteran komunitas.
3. Pelaksanaan sistem rujukan.
4. Pelayanan kesehatan tradisional alternatif komplementer.
5. PKMRS.
6. Pencatatan dan pelaporan.
7. Pelaksanaan program kesehatan dalam rangka kesepakatan
global, regional, nasional dan daerah.
8. Penelitian dan pengembangan dalam bidang kedokteran komunitas
dan humaniora kesehatan.
9. Pendidikan tenaga kesehatan dan SDM kesehatan lainnya.

E. Pengertian
Rumah Sakit Kelas D Pratama adalah rumah sakit umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan kesehatan tingkat
pertama dan spesialis dasar yang hanya menyediakan pelayanan

Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama 3


perawatan kelas 3 (tiga) yang memberikan pelayanan gawat darurat,
pelayanan rawat jalan, dan rawat inap serta pelayanan penunjang
lainnya untuk peningkatan akses bagi masyarakat dalam rangka
menjamin upaya pelayanan kesehatan perorangan.

4 Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama


BAB II
PERSYARATAN

R
umah Sakit Kelas D Pratama harus memenuhi persyaratan lokasi,
sarana dan prasarana, sumber daya manusia, organisasi, dan
peralatan.

A. Lokasi
Dalam menentukan lokasi/lahan untuk mendirikan Rumah Sakit
Kelas D Pratama perlu dilakukan kajian masalah kesehatan,
kebutuhan pelayanan kesehatan, dan skala prioritas daerah yang
membutuhkan disesuaikan dengan rencana tata ruang wilayah,
rencana tata bangunan dan lingkungan.

Lokasi Rumah Sakit Kelas D Pratama harus bebas dari pencemaran,


banjir, rawan longsor, dan tidak berdekatan dengan tempat bongkar
muat barang, fasilitas umum, fasilitas pendidikan, daerah industri,
dan areal limbah pabrik. Diperlukan studi kelayakan dalam penentuan
lokasi pembangunan Rumah Sakit Kelas D Pratama.

A.1 Kriteria daerah


Kriteria umum penetapan lokasi Rumah Sakit Kelas D Pratama adalah
sebagai berikut:

a. Rumah sakit sulit dijangkau atau belum tersedia.


b. Daerah Terpencil
Daerah Terpencil adalah daerah yang sulit dijangkau karena
berbagai sebab seperti keadaan geografis (kepulauan, pegunungan,
daratan, hutan dan rawa), transportasi, dan sosial budaya.
c. Daerah Tertinggal
Daerah tertinggal adalah daerah kabupaten yang relatif kurang
berkembang dibandingkan daerah lain dalam skala nasional dan
berpenduduk relatif tertinggal.

Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama 5


d. Daerah Perbatasan
Daerah perbatasan adalah kabupaten/wilayah geografis yang
berhadapan dengan negara tetangga, baik dibatasi darat maupun
laut.
e. Daerah pulau-pulau kecil terluar
Daerah pulau pulau kecil terluar adalah pulau dengan luas area
kurang atau sama dengan 2000 km2 yang memiliki titik dasar
koordinat geografis yang menghubungkan garis pangkal laut
kepulauan sesuai dengan hukum nasional dan internasional.
f. Daerah perkotaan dengan kepadatan penduduk yang cukup tinggi.

A.2 Lahan, akses, keamanan dan fasilitas penunjang


Penempatan Rumah Sakit Kelas D Pratama harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:

A.2. 1 Lahan

a. Kontur tanah datar (matang) dan stabil (tanah keras/


tanah pemadatan).
b. Luas lahan disesuaikan dengan luas lantai bangunan
rumah sakit yang akan dibangun, tergantung pada jumlah
kebutuhan tempat tidur pasien yang akan disediakan.
Luas lahan yang dapat dibangun mengikuti Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan (RTBL) daerah setempat.
c. Daerah pemekaran baru yang belum memiliki rumah
sakit dapat menempatkan Rumah Sakit Kelas D Pratama
pada bagian lahan yang direncanakan dalam Master Plan
sebagai lahan Rumah Sakit Umum Daerah setempat.
d. Memiliki surat pembebasan lahan atau sertifikat tanah
atau bukti kepemilikan tanah lainnya.

A.2.2 Akses

Akses yang mudah bagi masyarakat dan sarana pelayanan dasar


menjangkau fasilitas pelayanan Rumah Sakit Kelas D Pratama

A.2.3 Fasilitas Penunjang

Rumah sakit membutuhkan air bersih, pembuangan limbah,


listrik, dan sarana komunikasi.

6 Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama


B. Sarana dan Prasarana

B.1 Sarana

B.1.1 Massa Bangunan dan Block Plan

a. Intensitas antar bangunan gedung di RS harus


memperhitungkan jarak antara massa bangunan dalam
RS dengan mempertimbangkan hal-hal berikut:
■■ keselamatan terhadap bahaya kebakaran;
■■ kesehatan termasuk sirkulasi udara dan pencahayaan;
■■ kenyamanan; dan
■■ keselarasan dan keseimbangan dengan lingkungan.
b. Memenuhi persyaratan peraturan daerah setempat (tata
kota yang berlaku).
c. Penentuan pola pembangunan RS disesuaikan dengan
kebutuhan pelayanan kesehatan yang diinginkan RS
(health needs), kebudayaan daerah setempat (culture),
kondisi alam daerah setempat (climate), lahan yang
tersedia (site) dan kondisi keuangan manajemen RS
(budget).

B.1.2 Bentuk bangunan dan fasilitas bangunan

Bangunan Rumah Sakit Kelas D Pratama dapat bersifat


bangunan permanen, maupun bangunan knock down untuk
mempermudah pembangunan/perakitan dan pengiriman
sesuai dengan kebutuhan.

B.1.3 Zonasi

Zonasi rumah sakit diatur berdasarkan tingkat risiko


terjadinya penularan penyakit, zonasi berdasarkan privasi,
dan zonasi berdasarkan jenis dan kekhususan ruang lingkup
pelayanan.

B.1.4 Program Ruang dan Persyaratan Teknis Ruang

Program ruang dan persyaratan teknis minimal bangunan


Rumah Sakit Kelas D Pratama yang dibutuhkan untuk
kegiatan pelayanan pada tabel berikut

Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama 7


Tabel 1
Program ruang dan persyaratan teknis

No. Nama Ruang Persyaratan Teknis Bangunan


1. Ruang Poliklinik
Ruang Administrasi dan ■■Ukuran ruang tergantung Fungsi
Pendaftaran Klinik akan melayani apa dan
kapasitas pengguna dan pola
Ruang Rekam Medik
aktivitas
Klinik ■■Pengaturan/pengelompokan klinik
(Ket : jumlah klinik di sesuaikan berdasarkan penyakit menular dan
dengan kebutuhan pelayanan) tidak menular.
Ruang Tunggu ■■Tiap-tiap klinik mempunyai ruang
tunggu masing-masing
■■Toilet pasien aksesibel untuk
Toilet pegguna kursi roda
■■Lebar pintu toilet aksesibel min.
90 cm dan pintu membuka keluar.
2. Poliklinik Gigi
Persyaratan ruang disesuaikan dengan aktivilas layanan, kapaitas pengguna
dan khusus ketentuan dimensi dan ketentuan penunjang peralatan pada
“Dental Chair”
3. Ruang Gawat Darurat
Ruang Administrasi dan ■■Area IGD harus terletak pada area
Pendaftaran depan atau muka dari tapak RS.
Ruang Tunggu ■■Area IGD harus mudah dilihat serta
mudah dicapai dari luar tapak rumah
Ruang Triase sakit (jalan raya) dengan tanda-
tanda yang sangat jelas dan mudah
Ruang Tindakan Resusitasi
dimengerti masyarakat umum.
Ruang Observasi ■■Area IGD harus memiliki akses masuk
Ruang Jaga/Pos Perawat yang berbeda dengan akses masuk
lain dan akses ke Area Servis dari
Ruang Obat rumah sakit.
Spoelhoek ■■Memiliki area dekontaminasi
Ambulance dan pasien
Ruang Gas Medis ■■Persyaratan lantai harus kuat, rata,
Toilet tidak licin dan tidak porous, mudah
dibersihkan..
■■Persyaratan dinding harus mudah
dibersihkan, tahan cuaca, tidak
berjamur dan non porosif (tidak
mengandung pori-pori).

8 Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama


■■Persyaratan langit-langit harus
non porosif, mudah dibersihkan,
tahan terhadap segala cuaca, tahan
terhadap air, tidak mengandung
unsur yang dapat membahayakan
pasien, tidak berjamur.
■■Persyaratan pintu : Lebar pintu
utama min. 120 cm atau dapat dilalui
brankar, lebar pintu akses pasien
min. 90 cm.
■■Persyaratan listrik : IGD harus
mendapatkan suplai backup genset.
Pada ruang resusitasi, harus tersedia
UPS, kotak kontak per tt minimal
5 buah dipasang pada ketinggian
+ 1.25 m dari permukaan lantai.
■■Persyaratan gas medik : memiliki
outlet gas medis (O2) an vakum
medic dengan urutan dan
pewarnaan yang sesuai (Urutan = O2
: putih, Vakum : Kuning)
■■Tersedia fasilitas pencucian tangan
yang penempatannya tidak
memungkinkan terjadinya infeksi
nosokomial.
■■Tata udara/pertukaran udara harus
baik (semua ruangan harus terjamin
adanya fresh air.
■■Tersedia APAR
4. Ruang Rawat Inap
Ruang Perawatan Pasien ■■Kebutuhan luas area perawatan pasien
dilengkapi toilet per tt termasuk sirkulasi min. 10 m2.
Ruang Jaga/Pos/Stasi Perawat ■■Di dalam ruang rawat pasien jarak
antar titik tengah tt min. 2,4 m2.
Ruang Tindakan ■■Satu kamar rawat dapat diisi 4 – 6 TT
Ruang Perawat dan Ruang Dokter ■■Pengelompokkan blok ruang rawat
inap berdasarkan:
Depo linen bersih –– Jenis Penyakit
Spoelhoek –– Usia
–– Jenis Kelamin
Toilet Petugas
■■Stasi perawat harus terletak di pusat
blok yang dilayani agar perawat
dapat mengawasi pesiennya secara
efektif, maksimum melayani 24
tempat tidur.

Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama 9


■■Koridor dilengkapi wall guard/
pegangan rambat yang mudah dipe­
gang dengan ketinggian 65 – 80 cm
diatas permukaan lantai.
■■Persyaratan lantai harus kuat, rata,
tidak licin dan tidak porous, mudah
dibersihkan.
■■Persyaratan dinding harus mudah
dibersihkan, tahan cuaca, tidak
berjamur dan non porosif.
■■Persyaratan langit-langit harus
non porosif, mudah dibersihkan,
tidak mengandung unsur yang
dapat membahayakan pasien, tidak
berjamur.
■■Persyaratan pintu : Lebar pintu
ruang perawatan min. 120 cm atau
dapat dilalui brankar.
■■Persyaratan listrik : pada ruang
tindakan harus mendapatkan suplai
backup genset. Kotak kontak pada
ruang perawatan jumlah min. 2 (dua)
buah, pada ruang tindakan min. 5
buah yang dipasang pada ketinggian
+ 1.25 m dari permukaan lantai.
■■Persyaratan gas medik :
mempunyai fasilitas gas medis (O2)
■■Toilet pasien aksesibel, pintu toilet
membuka keluar.
■■Tata udara/pertukaran udara harus
baik (semua ruangan harus terjamin
adanya fresh air.
■■Tersedia APAR
5. Ruang Tindakan
Denah (layout) Ruang Tindakan diatur sedemikian sehingga tidak
memungkinkan terjadinya aliran silang antara barang “bersih” dan “kotor”
dan lalu lintas orang yang menyebabkan terjadi infeksi silang.
Ruang Pendaftaran/Admisi
Ruang Ganti Petugas Bedah
Ruang Persiapan
Scrub Station

10 Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama


■■Area yang dibutuhkan untuk
melakukan kegiatan pembedahan
minor ± 36 m2, dengan ukuran
ruangan panjang × lebar × tinggi
adalah 6m × 6m × 3 m.
■■Persyaratan lantai harus kuat, rata,
tidak licin dan tidak porous. Lantai
mudah dibersihkan, tidak menyerap,
minimal tahan terhadap bahan kimia
dan anti bakteri.
■■Persyaratan dinding harus mudah
dibersihkan, tahan cuaca, tahan
bahan kimia, tidak berjamur dan anti
bakteri. Lapisan penutup dinding
harus bersifat non porosif (tidak
mengandung pori-pori) sehingga
dinding tidak menyimpan debu.
■■Persyaratan langit-langit harus
non porosif, mudah dibersihkan,
tahan terhadap segala cuaca, tahan
terhadap air, tidak mengandung
unsur yang dapat membahayakan
pasien, tidak berjamur serta anti
Ruang Tindakan bakteri.
■■Persyaratan pintu : lebar pintu
1200 - 1500 mm, dari bahan panil
dan dicat jenis cat anti bakteri
& jamur dengan warna terang.
Apabila menggunakan pintu swing,
maka pintu harus membuka ke
arah dalam dan alat penutup pintu
otomatis (;automatic door closer)
harus dibersihkan setiap selesai
pembedahan
■■Pertemuan antara dinding dengan
lantai melengkung (;hospital plint)
untuk memudahkan pembersihan.
■■Pertemuan antara dinding dengan
dinding melengkung untuk
memudahkan pembersihan.
■■Persyaratan listrik : jaringan listrik
di ruangan mendapat backup suplay
dari genset, tersedia UPS. Persyaratan
umum untuk sumber suplai daya
keselamatan termasuk dalam
kelompok 2

Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama 11


■■Persyaratan gas medik mengikuti
”Pedoman Teknis Instalasi Gas
Medik dan Vakum Medik di RS”
■■Persyaratan Tata Udara : di
dalam ruang operasi minor
harus mempunyai tekanan udara
positif. Ruangan ini minimal harus
dilengkapi dengan :
1. alat pengkondisian udara dengan
pre-filter yaitu jenis single unit/
split system.
2. alat untuk menarik udara masuk
ke dalam ruangan/memasukkan
udara (;supply fan/ inhauster).
3. alat untuk menarik udara ke luar
ruangan/ mengeluarkan udara
buangan (;exhause fan).
Ketentuan : Laju aliran udara (CFM)
yang ditarik ke luar ruangan (oleh
exhause fan) harus lebih kecil
dari laju aliran udara (CFM) yang
dimasukkan ke dalam ruangan (oleh
supplay fan) untuk menciptakan
tekanan udara positif.
■■Alat pengkondisian udara tersebut
harus dipasang dengan dibenamkan
dalam dinding (;wall mounted).
■■Penyediaan Air untuk ruangan
tindakan sesuai persyaratan yang
berlaku.
Persyaratan sama dengan ruang
Ruang Pemulihan
resusitasi.
Gudang Steril (linen, instrumen
dan bahan perbekalan steril)
Depo Farmasi
Spoelhoek, tempat membuang kotoran
pasien setelah operasi kecil, dilengkapi
kloset leher angsa untuk membuang
Spoelhoek kotoran dan washtafel untuk membilas
alat/ instrumen tersebut. Saluran
pembuangan diteruskan instalasi
pengolahan air limbah.
Area parkir brankar

12 Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama


6. Ruang Bersalin

Ruang Tindakan Obstetri ■■Kebutuhan luas ruangan min. 12 m2


■■Pintu ruang tindakan min. 90 cm,
atau dapat dilalui brankar.
■■Persyaratan lantai harus kuat, rata,
tidak licin & tidak porous.
■■Ruang tindakan dilengkapi washtafel
(fasilitas general prequotion)
■■Dilengkapi lemari untuk menyimpan
instrumen dan obat-obatan untuk
tindakan kegawatdaruratan
kebidanan.
Ruang Tindakan Neonatus ■■Kebutuhan luas ruangan min. 9 m2
■■Pintu ruang tindakan min. 90 cm,
atau dapat dilalui brankar.
■■Persyaratan lantai harus kuat, rata,
tidak licin & tidak porous.
■■Ruang tindakan dilengkapi washtafel
(fasilitas general prequotion)
■■Dilengkapi lemari untuk menyimpan
instrument dan obat-obatan
untuk tindakan kegawat daruratan
neonates.
Ruang Perawatan Pasca ■■Merupakan ruang rawat gabung ibu
Persalinan dan bayi normal.
■■Kebutuhan luas area perawatan
pasien dan bayinya per tt termasuk
sirkulasi min. 12 m2
■■Harus dilengkapi toilet pasien yang
berada di dalam ruang perawatan,
dengan pintu toilet membuka ke
arah luar toilet, dan dilengkapi kloset
duduk.
■■Pintu ruang rawat min. 90 cm, atau
dapat dilalui brankar.
■■Persyaratan lantai harus kuat, rata &
tidak porous.
Ruang Jaga Perawat/Dokter ■■Lokasi ruang jaga perawat/dokter
harus dekat dengan ruang rawat
pasien kebidanan dan pasca
persalinan sehingga dapat memonitor
kondisi pasien secara cepat.

Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama 13


■■Dilengkapi lemari untuk menyimpan
instrumen dan obat-obatan untuk
keperluan pasien rawat inap.
7. Ruang Laboratorium
Ruang Administrasi Terdiri dari area pendaftaran,
area penyerahan specimen, area
pembayaran, area penyerahan hasil.
Ruang Pengambilan specimen
Ruang Pemeriksaan Laboratorium ■■Persyaratan lantai harus kuat, rata,
tidak licin dan tidak porous. Lantai
mudah dibersihkan, tidak menyerap
dan tahan terhadap bahan kimia.
■■Persyaratan dinding harus mudah
dibersihkan, non porosif, tahan
cuaca, tahan bahan kimia.
■■Persyaratan langit-langit harus non
porosif, mudah dibersihkan.
■■Tata udara/pertukaran udara harus
baik.
■■Tersedia APAR
Ruang Tunggu
Toilet pasien
8. Ruang Radiologi
Ruang Administrasi ■■Pada ruang penyinaran, semua sisi
yang berhubungan dengan ruang
Ruang X-Ray
aktifitas manusia harus mengikuti
Ruang Operator Mesin X-Ray persyaratan khusus sistem proteksi
radiasi (Lapis timbal 2 mm/ketebalan
Ruang Ganti Pasien dinding bata min. 25 cm atau beton
Ruang USG 20 cm).
■■Pintu dan jendela pada ruangan
Kamar Gelap/AFP penyinaran dilapisi dengan timbal
Ruang Tunggu 2 mm.
■■Di atas pintu masuk ruang
Ruang Petugas penyinaran diberi lampu merah yang
dapat dinyalakan pada saat mesin
beroperasi.
■■Lebar pintu ruang yang dilewati
brankar pasien pasien min.120 cm.
■■Tata udara/pertukaran udara harus
baik.
■■Tersedia APAR

14 Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama


9. Ruang Farmasi
Apotek ■■Apabila ada limbah khusus sitotoksis
maka harus disediakan penanganan
Ruang Peracikan Obat
limbahnya.
Gudang Obat ■■Harus disediakan tempat penyim­
panan untuk obat-obatan khusus se-
Gudang Bahan Perbekalan
perti Ruang untuk obat yang termo-
Ruang Administrasi labil, narkotika dan obat psikotropika
serta obat/ bahan berbahaya.
10. Ruang Sterilisasi
Denah (layout) Ruang Sterilisasi diatur sedemikian sehingga tidak memung­
kin­kan terjadinya aliran silang antara barang “steril”, “bersih” dan “kotor”.
■■Harus mempunyai akses terpisah
dengan keluarnya barang steril dan
tidak memungkinkan terjadinya
Ruang Dekontaminasi Instrumen cross sirkulasi.
■■Tersedia outlet air bersih dengan
debit air yang mencukupi
Area Pengeringan Instrumen
Ruang Penerimaan Linen Bersih
dan Bahan Perbekalan
Area Pengemasan dan Sterilisasi ■■Persyaratan lantai harus kuat, rata,
tidak licin dan tidak porous. Lantai
mudah dibersihkan, tidak menyerap,
tahan terhadap bahan kimia.
■■Persyaratan dinding harus non
porosif, mudah dibersihkan, tahan
cuaca, tahan bahan kimia.
■■Persyaratan langit-langit harus non
porosif, mudah dibersihkan, tahan
terhadap segala cuaca, tidak berjamur.
■■Persyaratan Tata Udara : di dalam
ruang harus mempunyai tekanan
Gudang Barang Steril udara positif. Ruangan ini minimal
harus dilengkapi dengan :
1. alat pengkondisian udara
dengan pre-filter yaitu jenis
single unit/split system.
2. alat untuk menarik udara masuk
ke dalam ruangan/memasukkan
udara (;supply fan/ inhauster).
3. alat untuk menarik udara ke luar
ruangan/ mengeluarkan udara
buangan (;exhause fan).

Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama 15


Ketentuan : Laju aliran udara
(CFM) yang ditarik ke luar ruangan
(oleh exhause fan) harus lebih
kecil dari laju aliran udara (CFM)
yang dimasukkan ke dalam
ruangan (oleh supplay fan) untuk
menciptakan tekanan udara positif.
■■Alat pengkondisian udara tersebut
harus dipasang dengan dibenamkan
dalam dinding (;wall mounted).
Ruang Distribusi Barang Steril
11. Ruang Cuci/Laundry
Ruang Dekontaminasi ■■Harus mempunyai akses terpisah
dengan keluarnya barang bersih
dan tidak memungkinkan terjadinya
cross sirkulasi.
■■Tersedia outlet air bersih dengan
debit air yang mencukupi
Ruang Pencucian Linen ■■Tata udara/pertukaran udara harus
baik.
Ruang Setrika
Ruang Penyimpanan Linen Bersih
12. Ruang Dapur dan Gizi
Ruang Cuci Bahan Makanan ■■Tata udara/pertukaran udara harus
baik.
Ruang Cuci Peralatan Masak
■■Tersedia APAR
Ruang Simpan Bahan Makanan
Area Persiapan
Area Memasak dan Memanaskan
Makanan
Area Penyajian
13. Ruang Sekretariat dan Manajemen
Ruang Direktur
Ruang Administrasi/Tata Usaha
14. Ruang Pelayanan Serbaguna Sesuai kebutuhan
15. Ruang Jenazah Minimal tersedia ruang transit dan
administratif

16 Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama


Gambar 1 – Alur sirkulasi pasien di dalam rumah sakit umum

DAERAH PELAYANAN ELEKTIF DAN CEPAT

RUANG RAWAT JALAN

RUANG LABORATORIUM

RUANG LABORATORIUM

RUANG GAWAT
DARURAT
DAERAH PELAYANAN EMERGENSI

RUANG KEBIDANAN
RUANG TINDAKAN DAN KANDUNGAN

RUANG PEMULIHAN
DAERAH PELAYANAN JANGKA PANJANG

PULANG RUANG RAWAT INAP


SEHAT RUANG RAWAT INAP
KELUAR KEBIDANAN

RUANG JENAZAH
DAN KHUSUS

*) Pusat Sarana, Prasarana dan Peralatan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI, Pedoman
Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas C, 2004

Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama 17


B.2 Prasarana

B.2.1 Sistem tata udara

Sistem tata udara sangat penting karena bertujuan untuk


mempercepat pemulihan, mempertahankan kebugaran dan
daya faal tubuh dan jiwa, pencegahan dan pengendalian
infeksi yang ditularkan melalui udara, menghilangkan kalor
yang berlebihan, dan membantu mendapatkan kenyamanan
termal.

Agar dapat memenuhi tujuan tersebut, maka sistem tata


udara di Rumah Sakit Kelas D Pratama harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. Bangunan Rumah Sakit Kelas D Pratama harus
mempunyai tata udara alami dan/atau tata udara
mekanik/buatan yang optimal sesuai dengan peraturan
yang berlaku.
b. Penerapan sistem tata udara harus dilakukan dengan
mempertimbangkan prinsip-prinsip penghematan energi.
c. Ruangan tertentu membutuhkan exhauster untuk
mengalirkan udara ke luar. Lokasi exhauster harus
terhindar dari aktivitas manusia.
d. Udara segar (fresh air) dari luar ruangan harus dimasuk­
kan kedalam ruangan untuk menjaga kesegaran dan
kesehatan ruangan. Hal ini dipersyaratkan untuk
ruangan penyakit menular minimal pertukaran udara 12
kali per jam.
e. AC pada ruangan ber-AC harus dimatikan secara periodik.
Ruangan diupayakan mendapat penggantian udara segar
dengan cara membuka seluruh pintu dan jendela setiap
pagi selama 1 jam. Saringan/filter udara AC dibersihkan
secara periodik setiap satu bulan sekali.
f. Suhu dan kelembaban relatif/relatif humiditas di setiap
ruang disesuaikan dengan kondisi daerah setempat,
kecuali ruang tertentu seperti ruang farmasi, ruang
laboratorium dan ruang tindakan UGD mempunyai suhu
190°C - 240°C dan kelembaban 35-60 %.

18 Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama


B.2.2 Sistem Kelistrikan

Sistem Instalasi listrik harus mudah dioperasikan, diamati,


dipelihara, tidak membahayakan, tidak megganggu, dan
tidak merugikan lingkungan. Ketentuan sistem kelistrikan
mengikuti Permenkes 2306/Menkes/PER/XI/2011 tentang
Persyaratan Teknis Prasarana Instalasi Elektrikal RS.

1. Sumber Daya Listrik


Sumber daya listrik dibagi 3:
a. Sumber Daya Listrik Normal
Sumber daya listrik utama gedung diusahakan untuk
menggunakan tenaga listrik dari Perusahaan Listrik
Negara.

b. Sumber Daya Listrik Siaga


■■ Bangunan, ruang, atau peralatan khusus yang
daya listriknya tidak boleh terputus, harus
memiliki pembangkit/pasokan daya listrik siaga
yang dayanya dapat memenuhi kelangsungan
pelayanan.
■■ Sumber listrik cadangan berupa diesel generator
(Genset) sejumlah 2 (dua) unit dengan kapasitas
minimal 40% dari jumlah daya terpasang pada
masing-masing unit. Genset dilengkapi sistem
AMF dan ATS.

c. Sumber Daya Listrik Darurat


Pasokan Daya Listrik Darurat berasal dari Peralatan
UPS (Uninterruptable Power Supply) untuk melayani
ruang tindakan.

2. Jaringan Distribusi Listrik


a. Jaringan distribusi listrik terdiri dari kabel dengan
inti tunggal atau banyak dan/atau busduct dari
berbagai tipe, ukuran, dan kemampuan.

Tipe penghantar listrik harus disesuaikan dengan


sistem yang dilayani.

Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama 19


b. Peralatan pada papan hubung bagi pemutus arus,
sakelar, tombol, alat ukur, dan lain-lain harus
ditempatkan dengan baik sehingga memudahkan
pengoperasian dan pemeliharaan oleh petugas.
c. Jaringan yang melayani beban penting, seperti pompa
kebakaran, sistem komunikasi darurat, dan beban
penting lainnya, harus terpisah dari instalasi beban
lainnya dan dilindungi terhadap kebakaran dengan
penggunaan penghantar tahan api dan mengikuti
ketentuan yang berlaku.

3. Instalasi Listrik
a. Sistem instalasi listrik terdiri dari sumber daya listrik,
jaringan distribusi, papan hubung bagi, dan beban
listrik.
b. Perhitungan kebutuhan kapasitas daya listrik adalah
2,75 KVA per tempat tidur (TT).
c. Semua perlengkapan listrik, (pengantar papan
hubung bagi transformator, dll) tidak boleh dibebani
melebihi batas kemampuannya.
d. Masalah harmonisasi dalam sistem kelistrikan harus
ikut diperhatikan.
e. Untuk titik-titik stop kontak yang mensuplai
peralatan-peralatan medis penting (life support medical
equipment), termasuk dalam sistem kelistrikan
kelompok 2E minimal berkapasitas 5 KVA. Ketentuan
lebih lanjut mengikuti Permenkes 2306/Menkes/
per/XI/2011 tentang Persyaratan Teknis Prasarana
Instalasi Elektrikal RS.
f. Sistem Pembumian (grounding system) harus terpisah
antara grounding panel gedung dan panel alat. Nilai
grounding peralatan tidak boleh kurang dari 0,2 Ohm.

4. Pemeliharaan
Pemeliharaan kelistrikan mengikuti Permenkes 2306/
Menkes/per/XI/2011 tentang Persyaratan Teknis
Prasarana Instalasi Elektrikal RS.

20 Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama


B.2.3 Sistem pencahayaan

a. Bangunan Rumah Sakit Kelas D Pratama harus


mempunyai pencahayaan alami dan/atau pencahayaan
buatan.
b. Bangunan Rumah Sakit Kelas D Pratama harus
mempunyai bukaan untuk pencahayaan alami.
c. Pencahayaan harus didistribusikan rata dalam ruangan.

Tabel 2
Tingkat pencahayaan rata-rata yang direkomendasikan.

Tingkat pencahayaan min.


Fungsi ruangan
(lux)
Ruang administrasi, koridor dll 100 - 200
Ruang laboratorium, persalinan, UGD 300
Ruang perawatan 100 – 200
Ruang operasi minor 300 – 500
Ruang X-Ray Min. 60
Ruang Farmasi Min. 200
Ruang pantri/dapur Min. 200
Ruang cuci Min. 100
Toilet Min. 100

B.2.4 Sistem proteksi kebakaran

RS Pratama menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR)


jenis ABC untuk ruangan-ruangan dan CO2 untuk ruangan
genset.

B.2.5 Sistem Komunikasi

Komunikasi telepon diperlukan untuk hubungan keluar


rumah sakit.

B.2.6 Sistem Gas Medik dan Vakum Medik

Sistem gas medik harus direncanakan dan dipasang dengan


mempertimbangkan tingkat keselamatan penggunanya.
Ketentuan mengenai sistem gas medik dan vakum medik
di RS Pratama mengikuti ”Pedoman Teknis Instalasi Gas

Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama 21


Medik dan Vakum Medik di RS” yang disusun oleh Direktorat
Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan,
Direktorat Jendeal Bina Upaya Kesehan, Kenterian Kesehatan
RI, Tahun 2011.

B.2.7 Sistem Sanitasi

Sistem sanitasi harus dilengkapi dengan sistem air bersih,


sistem pembuangan air kotor/air limbah dan limbah padat,
serta penyaluran air hujan.
1. Sistem air bersih dan air minum.
a. Sistem air bersih dan air minum harus direncanakan
dan dipasang dengan mempertimbangkan sumber air
bersih dan sistem distribusinya.
b. Sumber air bersih dapat diperoleh dari sumber air
berlangganan dan/atau sumber air lainnya yang
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
c. Sistem penyediaan air bersih
■■ Sistem sambungan langsung
■■ Pipa distribusi dalam gedung yang disambung
dengan pipa utama penyediaan air.
d. Sistem tangki atap/tangki gravitasi
Jika sistem sambungan langsung tidak dapat
diterapkan karena terbatasnya tekanan dalam pipa
utama, air ditampung lebih dahulu dalam tangki
bawah (dipasang pada lantai terendah bangunan
atau di bawah muka tanah), kemudian dipompakan
ke suatu tangki atas yang biasanya dipasang di atas
atap atau di atas lantai tertinggi bangunan. Dari
tangki ini air didistribusikan ke seluruh bangunan.

2. Sistem pembuangan air kotor dan/atau air limbah.


a. RS Pratama harus direncanakan memiliki sistem
pengolahan dan pembuangan air kotor/air limbah.
b. Di dalam sistem penyaluran /pembuangan air kotor/air
limbah dari ruang pantri/dapur disediakan perangkap
lemak untuk memisahkan dan/atau menyaring
kotoran/lemak. Pengambilan kotoran/lemak bisa dila­
ku­kan secara manual maupun otomatis.

22 Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama


c. Harus disediakan sistem vent yaitu sistem instalasi
untuk mengeluarkan udara yang terjebak didalam
instalasi pipa air buangan.

3. Sistem pembuangan kotoran dan sampah medis dan non


medis.
a. RS Pratama harus direncanakan memiliki sistem
pengelolaan limbah padat medis dan nonmedis.
b. RS harus direncanakan memiliki penampungan
limbah padat yang terpisah untuk limbah padat
medis dan nonmedis yang penempatannya tidak
mengganggu kesehatan penghuni, masyarakat, dan
lingkungan serta tidak mengundang datangnya
vektor/binatang penyebar penyakit.
c. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
perencanaan, pemasangan, dan pengolahan fasilitas
pembuangan kotoran dan sampah sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

B.2.8 Sistem Pengendalian Terhadap Kebisingan

a. Intensitas kebisingan equivalent (Leq) pada lokasi rumah


sakit tidak lebih dari 55 dB (A).
b. Pengendalian sumber kebisingan disesuaikan dengan
sifat sumber.
c. Sumber suara genset dikendalikan dengan meredam dan
membuat sekat yang memadai.

B.2.9 Jalur Sirkulasi

a. Koridor ruang perawatan berukuran lebar 2,4 m dan


harus dilengkapi dengan pegangan rambat (handrail).
b. Apabila RS mempunyai tangga, tangga tersebut harus
memiliki dimensi pijakan dan tanjakan yang berukuran
seragam. Tinggi tiap-tiap pijakan/tanjakan adalah 15 –
17 cm, kemiringan tangga kurang dari 600, lebar tangga
minimal 120 cm, dan harus dilengkapi dengan pegangan
rambat (handrail) yang mudah dipegang dengan ketinggian
65-80 cm dari lantai.

Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama 23


c. Apabila RS mempunyai ramp, maka kemiringan tidak
boleh melebihi 7°, lebar minimum ramp adalah 120 cm
dengan tepi pengaman. Muka datar (bordes) pada awalan
atau akhiran dari suatu ramp harus bebas dan datar
sehingga memungkinkan sekurang-kurangnya untuk
memutar kursi roda dan stretcher, dengan ukuran
minimum 160 cm.

B.2.10 Aksesibilitas Penyandang Cacat (Disable)

a. Bangunan RS Pratama harus menyediakan fasilitas dan


aksesibilitas untuk menjamin terwujudnya kemudahan,
kemanan, kenyamanan dan kemandirian bagi penyandang
cacat dan lanjut usia.
b. Fasilitas dan aksesibilitas meliputi toilet, tempat parkir,
jalur pemandu, rambu dan marka, pintu, ramp, dan
tangga bagi penyandang cacat dan lanjut usia.

B.3 Fasilitas
Rumah Sakit Kelas D Pratama mempunyai kapasitas minimal 10
tempat tidur sesuai dengan kebutuhan pelayanan atau dapat mengacu
pada standar WHO 1 TT/ 1000 Penduduk.

C. Sumber Daya Manusia


Penyediaan sumber daya manusia Rumah Sakit Kelas D Pratama
diupayakan oleh penyelenggara pelayanan rumah sakit baik dari
pemerintah, pemerintah daerah, maupun masyarakat. Kekurangan
tenaga yang dibutuhkan dapat dikoordinasikan dengan kementerian
kesehatan atau institusi pendidikan kesehatan.

Penyelenggara Rumah Sakit Kelas D Pratama dapat melakukan


kerjasama dengan Rumah Sakit Umum Pusat maupun Rumah Sakit
Umum Daerah untuk memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan yang
dibutuhkan.

Ketenagaan Rumah Sakit Kelas D Pratama paling sedikit terdiri dari


tenaga medis, keperawatan, penunjang kesehatan, dan tenaga non­
kesehatan. Dokter atau dokter gigi yang bekerja di Rumah Sakit Kelas
D Pratama di antaranya harus menjadi pimpinan rumah sakit.

24 Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama


Kebutuhan minimal ketenagaan baik tenaga kesehatan maupun
tenaga non-kesehatan dalam rangka penyelenggaraan pelayanan di
Rumah Sakit Kelas D Pratama sebagai berikut:

Tabel 3
Persyaratan minimal ketenagaan

JUMLAH
NO JENIS TENAGA
TENAGA
1 Tenaga Dokter / Dokter Kewenangan Tambahan* 4
2 Tenaga Dokter Gigi* 1
3 Tenaga Keperawatan
- Perawat anastesi * 1
- Perawat 8
- Bidan 2
4 Tenaga Kesehatan Non-Keperawatan
- Asisten apoteker* 1
- Radiografer* 1
- Pranata Labkes* 1
5 Tenaga penunjang 10
6 Manajerial/Administrasi
- Direktur 1
- Seksi 2
- Subbag TU 1
- Tenaga administrasi 2

Keterangan :
* Apabila rumah sakit mempekerjakan tenaga kesehatan dengan kualifikasi
lebih tinggi sesuai dengan kewenangan sebagaimana ditentukan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, tenaga kesehatan tersebut pada saat
itu atau secara otomatis (yang tidak/belum sesuai dengan ketentuan) wajib
menyerahkan kewenangannya kepada tenaga kesehatan yang tertinggi
kewenangannya tanpa syarat.

Jumlah sumber daya manusia harus disesuaikan dengan kebutuhan


pelayanan dan ketersediaan sarana dan prasarana. Pelayanan medik
spesialis dasar yang sekurang-kurangnya 2 (dua) dari 4 (empat)
jenis pelayanan spesialis dasar meliputi pelayanan penyakit dalam,
kesehatan anak, bedah, dan obstetri ginekologi. Pelayanan medik
spesialis dasar dapat dilaksanakan oleh dokter dengan kewenangan

Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama 25


tambahan sesuai dengan kompetensi yang dimiliki selama tidak ada
dokter spesialis dengan bidang kompetensi yang sama.

D. Peralatan
Peralatan kesehatan dan non-kesehatan dibutuhkan untuk
mendukung kegiatan pelayanan Rumah Sakit Kelas D Pratama
dengan rumah sakit minimal 10 tempat tidur. Peralatan ini dikuasai
atau dimiliki dan dapat dibuktikan keberadaannya di ruang/tempat
masing-masing di dalam dan/atau di lingkungan rumah sakit
sebagaimana pada tabel berikut:

Tabel 4
Peralatan Medik dan Non Medik

NO JENIS RUANG DAN PERALATAN JUMLAH

A.   RUANG UGD    
  1 Meja Periksa, SS 2 buah
  2 Lemari Instrumen 1 buah
  3 Tiang Infus, SS 1 buah
  4 Suction Pump 1 buah
  5 Lampu periksa 1 buah
  6 Set Diagnostik 1 buah
  7 Tabung Oksigen O2 + Regulator (1500 l / besar) 2 buah
  8 Tabung Oksigen Kecil + Regulator + Troley 2 buah
  9 Oksigen Troley Besar 1 buah
  10 Nebulizer 1 buah
  11 Table Top Sterilizer 1 buah
  12 ECG 3 Chanel 1 buah
  13 Spirometri 1 buah
  14 Oxygen Concentrate 1 unit
  15 Emergency Set 1 buah
  16 Bedside Monitor 1 buah
  17 Stetoskop dewasa 2 buah
  18 Stetoskop anak 1 buah

26 Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama


  19 Stignomanometer Standing 2 buah
  20 Stignomanometer table 1 buah
  21 Termometer Digital 10 buah
  22 Dressing Drum 3 buah
  23 Tray 3 buah
  24 Ambulance Strecther/Brankar ambulas 1 buah
  25 Brankar, SS 1 buah
  26 Emergency Lamp With Battrey 1 buah
  27 Room Divider 3 Panel, SS 1 buah
  28 Film Viewer (single film) 1 buah
  29 Pen light 5 buah
  30 Tongue Spatel, SS 5 buah
  31 Nierbeken, SS 4 buah
  32 Waskom antiseptik + tutup, SS 3 buah
  33 Waskom Kasa + tutup, SS 3 buah
  34 Pispot urine 2 buah
  35 Wheel Chair 1 unit
  36 Emergency Trolley 1 buah
  37 Head Lamp 1 buah
  38 Kursi Tunggu, 3 seats 3 buah
  39 Cabinet Table 1 buah
  40 Kursi 3 buah
  41 Tempat Sampah (tutup) SS 2 buah
  42 Kulkas 1 pintu 1 buah
  43 Minor Set 2 buah
         
B.   RUANG BERSALIN    
  1 Obgyn Delivery Table 1 unit
  2 Lemari Instrumen 1 unit
  3 Instrument Trolley, SS 1 unit
  4 Amniotic Fluid Suction Pump 1 unit
  5 Vacuum Extractor 1 unit

Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama 27


  6 Baby Desk 1 unit
  7 Incubator 1 unit
  8 Infant Warmer 1 unit
  9 Mobile Examination Lamp 1 unit
  10 Stetoskop dewasa 1 unit
  11 Stetoskop bayi 1 unit
  12 Stignomanometer standing 1 unit
  13 Stignomanometer table 1 unit
  14 Dressing Drum 2 unit
  15 Tray 2 unit
  16 Head Lamp 1 unit
  17 Kursi tunggu, 3 Seats 1 unit
  18 Cabinet Table 1 unit
  19 Kursi 3 unit
  20 Foto Terapi 1 unit
NO JENIS RUANG DAN PERALATAN JUMLAH
  21 Set Resusitasi Neonatus 1 unit
  22 Forcep Naegele 1 unit
  23 Fetal Doppler 1 unit
  24 Partus Set 2 unit
  25 Tempat Sampah (tutup), SS 2 unit
  26 Emergency Set 1 unit
  27 Alat Pelindung Diri 1 unit
  28 Kulkas 1 pintu 1 unit
  29 Kuret Set 1 unit
  30 Spekulum Set 1 unit
  31 Cocor Bebek Set (SML) 1 unit
  32 Timbangan Bayi 1 unit
         
C.   RUANG POLIKLINIK    
  1 Meja Periksa 2 unit
  2 Lemari Instrumen 1 unit
  3 Set Diagnostik 1 unit

28 Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama


  4 USG + 2 Probe (Convage dan Vaginal) + Printer 1 unit
  5 Film Viewer (single) 1 unit
  6 Timbangan Berat & Tinggi Badan 1 unit
  7 Meja dan Kursi Dokter 2 unit
  8 ECG 1 Channel 1 unit
  9 Stetoskop Dewasa 2 unit
  10 Stetoskop Anak 1 unit
  11 Stignomanometer Standing 2 unit
  12 Stignomanometer Table 1 unit
  13 Dressing Drum 1 unit
  14 Head Lamp 3 unit
  15 Kursi Tunggu, 3 seats 2 unit
  16 Palu Refleks 2 unit
  17 Tongue Spatel, SS 5 unit
  18 Lampu Periksa 1 unit
  19 Room Devider 3 panel, SS (plastic layer) 1 unit
  20 Cabinet Table 1 unit
  21 Kursi 3 unit
  22 Tempat Sampah (tutup), SS 2 unit
  23 Minor Set 1 unit
  24 Nierbeken 3 unit
  25 Fetal Doppler 1 unit
         
D.   RUANG POLIKLINIK GIGI    
  1 Dental Unit 1 unit
  2 Dental Instrumen set 1 unit
  3 Lemari Instrumen 1 unit
  4 Kursi Tunggu, 3 Seats 1 set
  5 Cabinet Table 1 buah
  6 Kursi 3 unit
  7 Tempat Sampah (tutup), SS 2 unit
         

Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama 29


E.   RUANG RADIOLOGI    
  1 Mobile X-Ray Unit 100mA 1 unit
  2 Vertical Bucky Stand 1 unit
  3 X-Ray Cassete Stand 1 unit
  4 X-Ray Automatic Processing Film 1 unit
  5 X-Ray Film Cassette 1 unit
  6 Intensifying Screen, ukuran:    
    – 18 × 24 cm 1 unit
    – 24 × 30 cm 1 unit
    – 30 × 40 cm 1 unit
    – 35 × 35 cm 1 unit
  7 Apron Single 3,5 mm 1 unit
  8 Apron Double 3 mm 1 unit
  9 Thyroid Protection 1 unit
  10 Gonad Protection 1 unit
  11 Survey meter 1 unit
  12 Lead Letter & Figure 1 unit
  13 Pb ( Timbal ) 50 mtr2
  14 X - Ray Protection Screen with Lead Glass 1 unit
  15 X - Ray Film, Ukuran :    
    – 18 x 24 cm 1 unit
    – 24 x 30 cm 1 unit
    – 30 x 40 cm 1 unit
    – 35 x 35 cm 1 unit
  16 Medicine Cabinet 1 unit
  17 Film viewer (double film) 1 unit
  18 Tempat Sampah (Tutup) 1 unit
         

NO JENIS RUANG DAN PERALATAN JUMLAH

F.   RUANG LABORATORIUM    
  1 Centrifuge 8 Tabung 1 unit
  2 Centrifuge Hematokrit 1 unit

30 Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama


  3 Kulkas 1 pintu 1 unit
  4 Instrumen Kabinet 1 unit
  5 Photometer 1 unit
  6 Mikroskop Binokular 1 unit
  7 Mikropipet Set 1 set
  8 Glass Tube Set 1 set
  9 Rak - rak tabung set 1 set
  10 Perlengkapan dan pengambilan Sampel set 1 buah
  11 Reagensia set 1 buah
  12 Urinalisa set 1 buah
  13 Faeces set 1 buah
  14 Hematology Analizer 1 buah
  15 Hematology Set 1 buah
  16 LED Set 1 unit
  17 Glucometer 2 unit
  18 Urinometer 1 buah
  19 Laboratorium Table, SS 2 buah
  20 Cabinet Table 1 buah
  21 Kursi 3 unit
  22 Tempat Sampah (Tutup), SS 2 unit
         
G.   RUANG REKAM MEDIK    
  1 Filling Cabinet 2 unit
  2 Meja 2 unit
  3  Kursi 2 unit
  4 Komputer + Printer + UPS + Table 1 unit
   5 Lemari Arsip 2 unit
         
 H   RUANG JAGA DOKTER    
  1 Sleeping Sofa 2 unit
  2 Kulkas 1 pintu 1 unit
  3 TV 21" LCD + Receiver + Parabola 1 unit

Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama 31


  4 Cabinet Table 1 unit
  5 Kursi 1 unit
  6 Loker 2 pintu 1 unit
         

NO JENIS RUANG DAN PERALATAN JUMLAH

I.   RUANG JAGA PERAWAT    


  1 Sleeping Sofa 2 unit
  2 Kulkas 1 pintu 1 unit
  3 TV 21" LCD + Receiver + Parabola 1 unit
  4 Cabinet Table 1 unit
  5 Lemari Insrumen 1 unit
  6 Minor Set 2 unit
  7 Pen light 5 buah
  8 Tongue Spatel, SS 5 buah
  9 Nierbeken, SS 4 buah
  10 Waskom antiseptik + tutup, SS 3 buah
  11 Waskom Kassa + tutup, SS 3 buah
  12 Pispot urine 3 buah
  13 Dressing Drum 3 buah
  14 Tray 3 buah
  15 Kursi 1 unit
  16 Loker 2 pintu 1 unit
         
J.   RUANG TINDAKAN /OPERASI    
  1 Meja Periksa 1 unit
  2 Lampu Operasi 1 unit
  3 Mesin Anestesi 1 unit
  4 Bedside Monitor 1 unit
  5 Surgical Unit 1 unit
  6 Suction Pump 1 unit
  7 Defibrilator 1 unit
  8 Tabung Oksigen + Regulator (1500 L / besar) 4 unit

32 Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama


  9 Tabung Gas N2O + Regulator 2 unit
  10 Infusion Pump 1 unit
  11 Syringe Pump 1 unit
  12 Instrument Trolley, SS 1 unit
  13 Medicine Trolley 2 unit
  14 Dressing Trolley, SS 1 unit
  15 Major Surgery Set 1 set
  16 Caesarean Section Set 1 set
  17 Suture Set 1 set
  18 Minor Surgery Set 1 set
  19 Aerosol Sterilizer 1 unit
  20 Scrub Station 1 unit
  21 Lemari Instrumen 1 buah
  22 Lemari Obat 1 unit
  23 Venae Sectio Set 1 set
  24 Instrument Tray 1 unit
  25 Orthopaedic Set (Screw + Plate) Set 1 set
  26 Hysterectomy Set 1 set
  27 Pulse Oximetry 1 unit
  28 Emergency Lamp With Battery 1 unit
  29 Tempat Sampah (tutup), SS 2 unit
  30 Baju Operasi Set (Spek : ML dan XL ) 1 unit
  31 Stignomanometer standing 1 unit
  32 Stetoskope Dewasa 1 unit
  33 Film Viewer (single film) 1 unit
         
K. RUANG PEMULIHAN/PASCA TINDAKAN    
  1 Bed for Adult 2 Crank 1 unit
  2 Infusion Pump 1 unit
  3 Suction Pump 1 unit
  4 Syringe Pump 1 unit
  5 Bedside Monitor 1 unit

Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama 33


  6 Ventilator for Adult & Child 1 unit
  7 Dressing Trolley, ( SS ) 1 unit
  8 Tabung Gas O2 + Regulator 2 unit
  9 Stetoskop Dewasa 1 unit
  10 Stetoskop Anak 1 unit
  11 Stignomanometer Standing 1 unit
  12 Stignomanometer Table 1 unit
  13 Tempat Sampah (tutup), SS 2 unit
  14 Cabinet Table 1 buah
  15 Kursi 1 unit
         
L.   RUANG STERILISASI dan LOUNDRY    
  1 Otoklaf 1 unit
  2 Mesin Cuci 1 unit
  3 Lemari Instrumen 2 unit
  4 Laundry Trolley, SS 1 unit
  5 Meja setrika + Setrika 1 unit
  6 Instrument Tray + tutup 3 unit
         
M.   RUANG RAWAT INAP    
  1 Bed for Adult 2 Crank + Matras 8 unit
  2 Bed for Child 1 Crank, ( SS ) + Matras 2 unit
  3 Bedside Cabinet + Overbad Table 10 unit
  4 Baby Basket 3 unit
  5 Infusion stand, ( SS ) 5 unit
  6 Suction Pump 1 unit
  7 Tabung Gas O2 + Regulator 4 unit
  8 Syringe Pump 1 unit
  9 ECG 3 channel 1 unit
  10 Stignomanometer Standing 3 unit
  11 Stignomanometer Table 2 unit
  12 Stetoskop Dewasa 1 unit

34 Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama


  13 Stetoskop Anak 1 unit
  14 Kursi Tunggu, 3 seats 2 unit
  15 Oxygen Concentrator 2 unit
  16 Tempat Sampah + Tutup, SS 4 unit
         
N.   RUANG ADM/KANTOR    
  1 Filling Cabinet 2 unit
  2 Meja 4 unit
  3 Kursi 4 unit
  4 Komputer Desktop Set 1 unit
  5 Lemari Arsip 2 unit
         
O.   RUANG APOTIK    
  1 Medicine Cabinet 2 unit
  2 Filling Cabinet 1 unit
  3 Kulkas 1 unit
  4 Work Table for Medicine 1 unit
  5 Writing Desk 2 unit
  6 Kursi 2 unit
  7 Kursi Tunggu 1 unit
  8 Cawan + Mortir Obat 2 unit
  9 Tempat Sampah (Tutup) 2 unit
         
P.   RUANG GIZI / PANTRY    
  1 Kitchen Set 1 unit
  2 Kulkas 1 unit
  3 Kompor Gas 2 Tungku 1 unit
  4 Tabung Gas 15 Kg 2 unit
  5 Timbangan 1 unit
  6 Perlengkapan Masak Set 1 unit
  7 Perlengkapan Makan Set 100 unit
  8 Pantry Trolley 1 unit

Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama 35


Q.   RUANG DIREKTUR    
  1 Sofa Tamu 1 set
  2 Kulkas 1 pintu 1 unit
  3 TV 21" LCD + Receiver + Parabola 1 unit
  4 Writing Desk 1 unit
  5 Kursi 1 unit
  6 Filling Cabinet 1 unit
  7 Komputer Desktop Set 1 unit

R.   PRASARANA LISTRIK    
  1 Listrik PLN
   2  Genset 50 k VA 2   unit

S.   PRASARANA AIR BERSIH    


  1 Mesin Pompa Air 1 unit
  2 Penampungan Air (Toren) 2 bh
  3 Sumur Bor 1 bh
         
T.   PRASARANA ANTI KEBAKARAN    
  1 Alat Pemadam Api Ringan 5 unit
  2 Penangkal Petir 1 unit
         
U.   PRASARANA LIMBAH  
  1 Pengolahan Limbah Padat 1 unit
    – Incenerator    
  2 Pengolahan Limbah Cair 1 unit
       

36 Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama


Keberadaan dan fungsi semua peralatan kesehatan sebagaimana
dimaksud pada tabel 4 merupakan tanggung jawab pemilik dan
penyelenggara rumah sakit.

Fungsi masing-masing peralatan sebagaimana dimaksud pada tabel


4 harus berjalan. Uji dan kalibrasi dilakukan secara berkala sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.

E. Manajemen

E.1 Perizinan
a. Izin mendirikan Rumah Sakit Kelas D Pratama diberikan
oleh pemerintah daerah kabupaten/kota setelah mendapat
rekomendasi dari pejabat yang berwenang di bidang kesehatan
pada pemerintah daerah kabupaten/kota.
b. Izin operasional Rumah Sakit Kelas D Pratama diberikan oleh
pemerintah daerah kabupaten/kota atas rekomendasi dari dinas
kesehatan kabupaten/kota.

E.2 Administrasi
Rumah sakit yang didirikan oleh pemerintah dan pemerintah daerah
harus berbentuk unit pelaksana teknis dari instansi yang bertugas
di bidang kesehatan, instansi tertentu, atau lembaga teknis daerah
dengan pengelolaan badan layanan umum atau badan layanan umum
daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Rumah sakit yang didirikan oleh masyarakat harus berbentuk


badan hukum yang kegiatan usahanya hanya bergerak dibidang
perumahsakitan.

E.3 Organisasi
Organisasi dan tata kerja Rumah Sakit Kelas D Pratama disusun
berdasarkan prinsip hemat struktur dan kaya fungsi, menggambarkan
kewenangan, tanggung jawab, dan tata hubungan kerja dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan dan administrasi manajemen
sesuai kebutuhan.

Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama 37


Struktur organisasi paling sedikit terdiri atas kepala rumah sakit atau
direktur rumah sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan
medis serta administrasi umum dan keuangan . Penetapan organisasi
dan tata kerja rumah sakit menjadi wewenang pemilik rumah sakit
dengan mengacu pada peraturan yang berlaku.

38 Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama


BAB III
PENYELENGGARAAN

D
alam penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama, lingkup
pelayanan yang diberikan meliputi pelayanan medik umum,
pelayanan gawat darurat, pelayanan medik spesialistik dasar,
dan pelayanan penunjang medik. Disamping itu, Rumah Sakit Kelas D
Pratama diupayakan menjalin kerjasama operasional untuk meningkatkan
mutu pelayanan rumah sakit.

Pelayanan Rumah Sakit Kelas D Pratama sebagaimana rumah sakit,


yang mencakup pelayanan dasar dan pelayanan spesialistik. Pelayanan
ditujukan untuk kepentingan terbaik pasien dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang berwenang sesuai SOP dengan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:

A. Lingkup Pelayanan

A.1 Pelayanan Medik Umum


Pelayanan medik umum harus disediakan dan diberikan kepada
pasien sesuai dengan kompetensi dan kewenangan dokter dengan
memanfaatkan kemampuan fasilitas rumah sakit secara optimal.

A.2 Pelayanan Medik Spesialistik Dasar


Pelayanan medik spesialistik dasar dapat diberikan oleh dokter spesia­
lis atau dokter umum dengan kewenangan tambahan tertentu sesuai
dengan kebutuhan pelayanan spesialistik dasar meliputi:
a. Pelayanan Kebidanan dan Kandungan
b. Pelayanan Kesehatan Anak
c. Pelayanan Penyakit Dalam
d. Pelayanan Bedah

A.3 Pelayanan Gawat Darurat


Pelayanan Gawat Darurat dilaksanakan selama 24 jam sehari dan
7 hari seminggu dengan kemampuan melakukan pemeriksaan awal

Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama 39


kasus-kasus gawat darurat dan melakukan resusitasi dan stabilisasi
sesuai standar pelayanan kegawatdaruratan.

A.4 Pelayanan Pemulihan Pascatindakan

A.5 Pelayanan Keperawatan

A.6 Pelayanan Laboratorium


Dalam memberikan pelayanan laboratorium, rumah sakit harus
mempunyai prosedur untuk menjamin keselamatan bagi pasien dan
petugas, terutama dalam specimen handling dan dalam memberikan
pelayanan transfusi darah.

Secara khusus bagian dari laboratorium yang melayani gawat darurat


(lab. cito) dan rawat jalan serta bank darah hendaknya terletak tidak
jauh dari unit gawat darurat dan laboratorium induk, jadi merupakan
satu kelompok laboratorium.

A.7 Pelayanan Radiologi


Pelayanan radiologi telah memenuhi persyaratan dan perizinan dari
institusi yang berwenang untuk penyimpanan, penggunaan, dan
pembuangan bahan radioaktif.

Pelayanan radiologi wajib menjamin keamanan bagi pasien dan


petugas radiologi dengan cara pemeriksaan periodik terhadap
peralatan radiologi dan pemeriksaan tingkat paparan radiasi pada
petugas. Peralatan proteksi radiasi yang harus tersedia adalah apron
setara dengan 0,25 mm timbal, shielding berlapis 2,5 mm timbal,
sarung tangan berlapis timbal, dan kacamata timbal.

Pelayanan radiologi hanya diberikan berdasarkan atas permintaan


dokter secara profesional dan bukan oleh profesi kesehatan lainnya.

A.8 Pelayanan Farmasi


Pelayanan farmasi di Rumah Sakit Kelas D Pratama bertanggung
jawab terhadap semua barang farmasi yang beredar di rumah sakit
tersebut. Pelayanan farmasi meliputi penyediaan dan distribusi semua
perbekalan farmasi, pelayanan farmasi klinik, pelayanan informasi,
dan penjaminan pelayanan yang berhubungan dengan penggunaan
obat.

40 Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama


Semua kebijakan dan prosedur yang ada harus tertulis dan tanggal
dikeluarkannya peraturan tersebut harus tercantum. Peraturan dan
prosedur yang ada harus mencerminkan standar pelayanan farmasi
mutakhir yang sesuai dengan perturan dan tujuan dalam pelayanan
farmasi itu sendiri. Pelayanan farmasi harus mencerminkan kualitas
pelayanan kefarmasian yang bermutu tinggi, melalui cara pelayanan
farmasi rumah sakit yang baik.

A.9 Pelayanan Gizi

A.10 Pelayanan Sterilisasi

A.11 Pelayanan Kesehatan Tradisional Alternatif Komplementer

A.12 Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS)

B. Kerjasama Operasional
Untuk menjamin mutu dan ketersediaan pelayanan Rumah Sakit Kelas
D Pratama, diperlukan kerjasama operasional dengan rumah sakit
yang memiliki klasifikasi yang lebih tinggi. Kerjasama operasional yang
dilaksanakan Rumah Sakit Kelas D Pratama diantaranya kerjasama
dengan rumah sakit pemerintah atau swasta yang lokasinya terdekat
sebagai rumah sakit pengampu.

Pelaksanaan kerjasama Rumah Sakit Kelas D Pratama dengan rumah


sakit pengampu harus dituangkan dalam perjanjian kerjasama yang
disetujui kepala dinas kesehatan Kabupaten/Kota di wilayah Rumah
Sakit Kelas D Pratama berada.

Kerjasama operasional yang diberikan rumah sakit pengampu


dapat berupa penyediaan dokter spesialis dasar konsulen, pelatihan
tenaga kesehatan, pelatihan manajemen rumah sakit, dan kerjasama
lainnya.

Kerjasama dapat dijalin dengan institusi lain seperti institusi pendi­dik­


an kedokteran, BKKBN, dan lembaga lainnya. Kerjasama pembiayaan
pelayanan kesehatan dapat dilakukan dengan Jamkesmas, PT Askes
dan lembaga pembiayaan kesehatan lainnya.

Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama 41


C. Klasifikasi
Pengelompokan kelas pelayanan Rumah Sakit Kelas D Pratama
diklasifikasikan pada kelas D Pratama. Dalam proses pengembangan
pelayanan rumah sakit, Rumah Sakit Kelas D Pratama dapat
ditingkatkan menjadi rumah sakit umum kelas D atau kelas yang
lebih tinggi.

D. Pembiayaan Operasional

Pembiayaan operasional Rumah Sakit Kelas D Pratama menjadi


tanggung jawab pemilik rumah sakit.

E. Tarif
Pola tarif ditetapkan Menteri Kesehatan dan besaran tarif Rumah
Sakit Kelas D Pratama ditetapkan oleh pemilik rumah sakit.
Penentuan besaran tarif disesuaikan dengan tarif kelas III dan harus
memperhitungkan kemampuan perekonomian daerah setempat.

F. Peraturan Internal Rumah Sakit


Peraturan internal rumah sakit atau “hospital bylaws” merupakan
konstitusi rumah sakit yang mengatur secara administratif peran,
tugas dan wewenang pemilik rumah sakit, direktur rumah sakit, dan
staf medis. Peraturan internal rumah sakit ditetapkan oleh pemilik
rumah sakit atau perwakilannya.

G. Komite Medik
Seluruh dokter merangkap sebagai anggota komite medik dan salah
satunya menjadi ketua komite. Ketua komite medik tidak boleh dijabat
oleh direktur rumah sakit.

H. Penelitian dan Pengembangan dalam Bidang Kedokteran


Komunitas dan Humaniora Kesehatan.
Rumah Sakit Kelas D Pratama dapat merupakan bagian dari institusi
yang mengembangkan penelitian dan pengembangan dalam bidang

42 Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama


kedokteran komunitas dan humaniora kesehatan yang bekerjasama
dengan institusi pendidikan, institusi/lembaga kesehatan masyarakat
lainnya. Diprioritaskan kegiatan penelitian dan pengembangan
kesehatan di wilayah kerja setempat.

I. Pendidikan tenaga kesehatan dan SDM kesehatan


lainnya.
Pendidikan tenaga kesehatan dan SDM kesehatan lainnya diupayakan
untuk memenuhi kebutuhan pelayanan medik yang dibutuhkan
Rumah Sakit Kelas D Pratama. Pendidikan tenaga kesehatan dan SDM
kesehatan lainnya merupakan bagian dari kerjasama operasional
yang dilakukan Rumah Sakit Kelas D Pratama.

Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama 43


44 Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama
BAB IV
PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN

K
ementerian Kesehatan melalui Direktorat Jenderal Bina Upaya
Kesehatan melaksanakan pembinaan dan pengendalian
penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama dalam bentuk
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta melakukan
supervisi, konsultasi, evaluasi, dan bimbingan teknis. Pembinaan dan
pengendalian kegiatan pelayanan Rumah Sakit Kelas D Pratama dapat
juga dilakukan oleh pemerintah daerah dan organisasi profesi serta
asosiasi perumahsakitan sesuai dengan fungsi masing-masing.

Rumah Sakit Kelas D Pratama wajib melaporkan hasil penyelenggaraan


pelayanan laporan kinerja setiap triwulan ditujukan kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Dinas Kesehatan
Provinsi.

Laporan sebagaimana dimaksud di atas mencakup antara lain kelahiran,


morbiditas, mortalitas, dan kualitas hidup. Laporan mortalitas mencakup
data tentang penyebab kematian.

Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama 45


BAB V
PENUTUP

U
paya peningkatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat terus
diusahakan terutama pada sarana pelayanan kesehatan seperti
Rumah Sakit Kelas D Pratama. Dalam meningkatkan pelayanan
tersebut Rumah Sakit Kelas D Pratama berupaya mengacu kepada standar
pelayanan kesehatan yang berlaku.

Pedoman penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama ini dibuat


dengan tujuan agar dapat dijadikan acuan bagi penyelenggara Rumah
Sakit Kelas D Pratama dalam melakukan penyelenggaraan rumah sakit,
terutama petunjuk tentang hal-hal teknis yang diperlukan.

Penyusunan pedoman ini telah diusahakan dengan sebaik-baiknya


dengan melibatkan beberapa unsur terkait. Namun demikian tentu masih
terdapat kekurangan dan kekeliruan dalam penyusunannya. Untuk itu
saran dan kritik demi kesempurnaan buku ini sangat diharapkan.

46 Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama


ISBN 978-602-235-299-0

Anda mungkin juga menyukai