PENDAHULUAN
1
1.2 TUJUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
Hari/tanggal :
2.2 SKENARIO
LBM 3
MENCRET
3
2.3 TERMINOLOGI
1. Mencret adalah merupakan suatu peningkatan buang air besar (BAB) lebih
dari 3 kali dalam sehari dengan konsistensi encer.
2.4 PERMASALAHAN
1. Mengapa BAK jarang pada pasien di skenario dan berwarna kuning pekat
dan jika menangis tidak mengeluarkan air mata?
4
menjadi cairan intrasel, ekstrasel dan interseluler. Ketika cairan ini kurang
pada sel atau jaringan tubuh pada keadaan dehidrasi, maka sel-sel akan
menciut, mengkerut, mengecil dan menjadi cekung. Karena palpebral
terdiri dari jaringan ikat longgar maka manifestasi yang tampak adalah
mata menjadi cekung.
3. Jenis-jenis diare?
a. Diare akut: Frekuensi buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali
perhari selama 24 jam dengan konsistensi cair atau setengah cair
tanpa disertai lendir maupun darah yang berlangsung selama
akurang dari 14 hari.
b. Diare kronis adalah Diare yang berlangsung lebih dari 14 hari yang
disebabkan oleh non infeksi
5
c. Diare presisten adalah Diare akut dengan atau tanpa disertai darah
dan berlanjut sampai 14 hari atau lebih biasanya disebabkan oleh
infeksi.
6
5. Interpertasi pemeriksaan tanda vital dan pemeriksaan fisik di
skenario?
Pemeriksaan fisik:
7
Refrensi
Direktorat Jendral Bina Gizi Ibu Dan Anak. 2014. Pedoman Penyelengaraan
Manajemen Terpadu Balita Sakit Berbasis Masyarakat (MTBS-M).
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI
Arif, M.2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1.edisi III. Jakarta : Media
Aesculapius FKUI
8
2.6 RANGKUMAN
infeksi
penyebab
non infeksi
berat
klasifikasi
Diare ringan- sedang
dehidradi
tanpa
pemeriksaan
dehidrasi
gastroenteritis
akut
diagnosis
banding
kolera
9
2.8 PEMBAHASAN LEARNING ISSUE
A. Gastroenteritis Akut
Definisi
Gastroenteritis akut adalah inflamasi lambung dan usus
yang disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan pathogen
parasitic. Gastroenteritis akut (gea) diartikan sebagai buang air
besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan / setengah cair
(setengah padat) dengan demikian kandungan air pada tinja lebih
banyak dari biasanya berlangsung kurang dari 7 hari, terjadi secara
mendadak. Dengan kata lain gastroenteritis adalah peradangan
yang terjadi pada daerah usus yang menyebabkan bertambahnya
keenceran dan frekuensi buang air besar (bab) lebih dari 3 kali
perhari yang dapat menyebabkan dehidrasi. Dehidrasi adalah suatu
keadaan kekurangan atau kehilangan cairan tubuh yang berlebihan.
secara klinis gastroenteritis dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu:
a. Gastroenteritis desentriform.
Disebabkan oleh antara lain: sighela, entamoeba hystolitica.
b. Gastroenteritis koleriform.
Disebabkan oleh antara lain: vibrio, klastrida, atau intoksikasi
makanan.
Etiologi
Lebih dari 90% diare akut disebabkan karena infeksi, sedangkan
sekitar 10% karena sebab-sebab lain antara lain obat-obatan,
bahan-bahan toksik, iskemik dan sebagainya.
a. Faktor infeksi
Infeksi virus :
- enterovirus (virus echo, coxsackie, poliomyelitis)
- adenovrus
- rotavirus
10
- norwalk virus
- astrovirus, dan lain-lain.
Patofisiologis
Sebanyak sekitar 9 - 10 liter cairan memasuki saluran cerna setiap
harinya, berasal dari luar (diet) dan dari dalam tubuh kita (sekresi
cairan lambung, empedu dan sebagainya). Sebagian besar (75 -
85%) dari jumlah tersebut akan diresorbsi kembali di usus halus
dan sisanya sebanyak 1500 ml akan memasuki usus besar.
Sejumlah 90 % dari cairan tersebut di usus besar akan diresorbsi,
sehingga tersisa jumlah 150 - 250 ml cairan yang akan ikut
membentuk tinja. Faktor-faktor faali yang menyebabkan gastro
enteritis sangat erat hubungannya satu sama lain, misalnya saja,
cairan intra luminal yang meningkat menyebabkan terangsangnya
usus secara mekanisme meningkatnya volume, sehingga motilitas
usus meningkat.
Sebaliknya bila waktu henti makanan di usus terlalu cepat akan
menyebabkan gangguan waktu penyentuhan makanan dengan
mukosa usus sehingga waktu penyerapan elektrolit, air dan zat-zat
lain terganggu.
Mekanisme dasar yang menimbulkan gastro enteritis :
a. Gangguan osmotik
Akibat terdapat makanan atau zat yang tidak dapat diserap
akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus
meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit
kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini
akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga
timbul diare.
b. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding
usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit
11
kedalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena
terdapat peningkatan isi rongga usus.
c. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya
kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga
timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya
dapat menimbulkan diare pula. Meningkatnya motilitas dan
cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan akibat
dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan dan elektrolit
yang berlebihan.
Gastro enteritis juga dapat terjadi karena kuman patogen
masuk ke dalam traktus gastro intestinal melalui makanan dan
minuman yang telah terkontaminasi kuman tersebut, kemudian
merusak sel-sel mukosa usus, khususnya melibatkan ileum dan
kolon, sehingga akan terjadi peradangan.
Manifestasi klinis
Secara umum, tanda dan gejala gastroenteritis adalah :
a. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
b.Terdapat tanda dan gejala dehidrasi : turgor kulit jelek
(elastisitas kulit menurun), ubun-ubun dan mata cekung,
membran mukosa kering.
c. Demam
d.Nafsu makan berkurang
e. Mual dan muntah
f. Anoreksia
g.Lemah
h.Pucat
i. Nyeri abdomen
j. Perih di ulu hati
k.Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan pernafasan cepat
12
l. Menurun atau tidak adanya pengeluaran urine.
B. Kolera
Definisi
Kolera adalah suatu penyakit akut yang menyerang saluran
pencernaan yang disebabkan oleh suatu enterotoksin yang
dihasilkan oleh vibrio Kolera, ditandai dengan diare cair ringan
sampai diare cair berat dengan muntah yang dengan cepat
menimbulkan syok hipololemik, asidosis metabolik dan tidak
jarang menimbulkan kematian.
Etiologi
Kolera adalah mikroorganisme berbentuk batang,
berukuran pendek, sedikit melengkung dapat bergerak, bersifat
gram negatif dan mempunyai flagela polar tunggal. Terdapat
berbagai serotipe V. Kolera yang dapat menimbulkan diare akut.
V. Kolera tumbuh dengan mudah pada bermacam media
laboratorium nonselektif yaitu agar Mac Conkey dan beberapa
media selektif termasuk agar garam empedu, agar gliserin-telurit-
taurokholat serta agar trosulfat-sitrat-garam-empedu-sukrosa
(TCBS). Dikenal 2 biotipe V.Kolera. 01 diklasifikasikan sebagai
klasik dan Elthor berdasarkan atas hemolisin, hemaglutinasi,
kerentanan terhadap polimiksin B, dan kerentanan terhadap
bakteriofag. Basil ini juga dibagi menjadi serogrup (yaitu serovar)
didasarkan pada aniten somatik atau O.V. Kolera 01 mempunyai
dua tipe antigenik O mayor (Ogawa dan India) dan tipe
intermediate tidak stabil (Hikojima).
Epidemiologi
Kolera dijumpai secara endemis di Delta sungai Gangga.
Sepanjang sejarah, dengan endemi tahunan di Bengali barat dan
Banglades. Antara tahun 1817-1926, penyakit tersebut menyebar
ke seluruh dunia.
13
Endemi dan epidemi kolera sering memperlihatkan suatu
pola musiman. Air serta makanan yang tercemar , terutama jenis
kerang-kerangan, memegang peranan besar dalam transmisi
penyakit. Penyebaran dari orang ke orang jarang ditemukan, tetapi
mungkin terjadi di tempat terlalu padat penduduknya, karena
diperlukan jumlah organisme yang besar untuk menimbulkan
infeksi, selain hambatan asam lambung yang akan membunuh
sebagian besar vibrio yang tertular pada daerah-daerah endemis
kolera, penyakit ini merupakan penyakit anak-anak, di daerah
pedesaan Banglades angka serangan penyakit adalah 5-10 kali
lebih besar pada anak-anak berusia antara 2-9 tahun. Dibandingkan
dengan orang-orang dewasa, hal ini terjadi diakibatkan karena
kekebalan yang timbul karena paparan yang berulang terhadap V.
Kolera 01. Kolera jarang dilaporkan terjadi pada anak-anak berusia
kurang dari 1 tahun, mungkin disebabkan oleh imunitas pasif yang
didapat dari ASI.
Patogenesis
Setelah tertelan, vibrio harus melewati lingkungan asam
lambung, apabila berhasil vibrio akan membentuk koloni di usus
kecil bagian atas yaitu pada permukaan sel-sel epitel di dalam
lapisan mukosa. Perlekatan terutama diperantarai oleh Toxin
Coregulated Pilus (TCP), dinamakan demikian karena sintosis TCP
diatur secara paralel dengan toksin kolera (Kolera Toxin, CT).
Toksin kolera adalah suatu toksin protein yang terutama
menimbulkan diare cair yang merupakan ciri khas kolera. Toksin
kolera tersusun dari sebagian enzimatikmonomerik (sub unit A)
dan sebagian ikatan pentamerik (sub unit B).
Pentamer B berikatan pada ganglioside G M1, suatu
reseptor glikolipid pada permukaan sel epitel jejenum, dan
kemudian mengirim sub unit A ke target sistoliknya. Sub unit A
aktif (A1) memindahkan secara irerversibel ribosa ADP dan
14
nikotinamid adenin dinukleotida (NAD) ke target protein
spesifiknya, komponen pengaturan ikatan GTP dari adenilat siklase
dalam sel epitel usus. Ketika rebosilasi ADP yang disebut protein
G menaikan pengaturan sub unit katalitik siklase, hasilnya adalah
tingginya kadar AMP siklik (CAMP) dalam akumulasi intraseluler.
CAMP sebaliknya menghambat sistem transpor ekskresi
florida dalam sel kriptus sehingga menimbulkan akumulasi natrium
klorida dalam lumen usus. Sejak air bergerak pasif untuk
mempertahankan osmolitas, cairan isotonik terakumulasi dalam
lumen. Ketika volume cairan melebihi kapasitas penyerapan usus,
terjadi diare cair. Cairan diare yang hilang bersifat isotonis
terhadap plasma dan relatif mengandung konsentrasi tinggi
bikarbonat dan kalium. Kehilangan cairan dengan cara demikian
ini biasanya mengakibatkan defisit isotonus natrium dalam air,
asidosis terjadi karena defisit biasa dan pengosongan kalium. Jika
cairan dan elektrolit yang keluar tidak diganti secara adekuat, dapat
terjadi syok karena dehidrasi berat dan asidosis karena kehilangan
bikarbonat.
Keparahan kehilangan cairan dan elektrolit pada kolera
diansdingkan dengan kehilangan karena enteropatogen lain yang
menghasilkan enterotoksin yan sangat terkait dengan toksin kolera
misalnya E. coli, salmonella dapat akibat dari toksin lain dalam
virulensi V. kolera.
Manifestasi Klinis
Diare cair dan muntah timbul sesudah masa inkubasi 6 jam
sampai 72 jam (rata-rata 2-3 hari) kadang-kadang sampai 7 hari.
Kolera dimulai dengan awitan diare berair tanpa rasa nyeri
(tenesmus) dengan tiba-tiba yang mungkin cepat menjadi sangat
banyak dan sering langsung disertai muntah. Feses memiliki
penampakan yang khas yaitu cairan agak keruh dengan lendir,
tidak ada darah dan berbau agak amis. Kolera di juluki air cucian
15
beras (rise water stool) karena kemiripannya dengan air yang telah
digunakan untuk mencuci beras. nyeri abdominal di daerah
umbilikal sering terjadi. Pada kasus-kasus berat sering dijumpai
muntah-muntah, biasanya timbul setelah awitan diare kurang lebih
25 % penderita anak-anak mengalami peningkatan suhu rektum
(38-39C), pada saat dirawat atau pada 24 jam pertama perawatan
gejala klinisnya sesuai dengan penurunan volume cairan, pada
kehilangan 3-5 % BB normal, mulai timbul rasa haus.
Kehilangan 5-8 %, hipotensi postural, kelemahan, takikardia dan
penurunan turgor kulit, di atas 10% BB atau lebih merupakan diare
masif, dimana terdapat dehidrasi berat dan kolaps peredaran darah,
dengan tanda-tanda tekanan darah menurun (hipotensi) dan nadi
lemah dan sering tak terukur, pernafasan cepat dan dalam, oliguria,
mata cekung pada bayi, ubun-ubun cekung, kulit terasa dingin dan
lembab disertai turgor yang buruk, kulit menjadi keriput, terjadi
sianosis dan nyeri kejang pada otot-otot anggota gerak, terutama
pada bagian betis. Penderita tampak gelisah, disertai letargi,
somnolent dan koma. Pengeluaran tinja dapat berlangsung hingga
7 hari. Manifestasi selanjutnya tergantung pada pengobatan-
pengobatan pengganti yang memadai atau tidak. Komplikasi
biasanya disebabkan karena penurunan volume cairan dan
elektrolit. Komplikasi dapat dihindari dan proses dapat dibatasi
apabila diobati dengan cairan dan garam yang menandai. Tanda
awal penyembuhan biasanya adalah kembalinya pigmen empedu di
dalam tinja. Pada umumnya diare akan cepat berhenti.
16
2. Diagnosis kerja di scenario
Definisi
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium meliputi :
a. Pemeriksaan feses
- Makroskopis dan mikroskopis.
- Ph dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet
dinistest, bila diduga terdapat intoleransi gula.
- Bila diperlukan, lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
b. Pemeriksaan darah
o Ph darah dan cadangan dikali dan elektrolit (natrium, kalium,
kalsium dan fosfor) dalam serum untuk menentukan keseimbangan
asama basa.
o Kadar ureum dan kreatmin untuk mengetahui faal ginjal.
c. Doudenal intubation
Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan
kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik.
17
Penatalaksanaan
Dasar pengobatan penderita gastroenteritis adalah pemberian cairan, 4 hal
yang perlu diperhatikan dalam pemberian :
a) Jenis cairan.
Cairan rehidrasi oral dan cairan rehidrasi parenteral.
b) Jalan pemberian.
Cairan rehidrasi oral diberikan untuk penderita dehidrasi atau belum,
tetapi kesadarannya menurun, tidak terdapat muntah-muntah hebat.
c) Jumlah cairan.
Jumlah cairan yang harus diberikan adalah:
- Dehidrasi ringan, penggantinya 50 cc/kg berat badan perhari.
- Dehidrasi sedang, penggantinya 60 – 90 cc/kg berat badan perhari.
- Dehidrasi berat, penggantinya 100 cc/hari berat badan perhari.
d) Jadwal pemberian.
Jadwal pemberian cairan tergantung pada derajat dehidrasi.
- Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran
klinik turgor kulit kurang elastis, suara serak, penderita belum
jatuh pada keadaan syok.
- Dehidrasi sedang
Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran
klinik turgor kulit jelek, suara serak, penderita jatuh pre syok nadi
cepat dan dalam.
- Dehidrasi berat
Kehilangan cairan 8 – 10 % dari berat badan dengan gambaran
klinik seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan
kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai
sianosis.
Berdasarkan MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit)
dalam pengobatan diare dibagi menjadi 3 macam rencana terapi,
yaitu :
18
- Rencana Terapi A : Penanganan Diare di Rumah
Beri cairan tambahan (sebanyak anak mau)
Pemberian Oralit :
Sampai umur 1 tahun: 50-100 mL tiap BAB 1- 5 tahun: 100-
200 mL tiap BAB
Beri tablet Zink selama 10 hari
Lanjutkan pemberian makan
Kapan harus kembali
- Rencana Terapi B : Penanganan Dehidrasi Ringan/Sedang dengan
Oralit
Menentukan jumlah oralit 3 jam pertama :
BB (dalam Kg) × 75 mL
Berikan tablet Zink selama 10 hari
Setelah 3 jam, nilai dan klasifikasikan kembali derajat
dehidrasinya
- Rencana Terapi C : Penanganan Dehidrasi Berat dengan Cepat
IV RL 100 ml/kgBB
Jika bias minum, berikan Oralit :
• < 12 bulan 1 jam pertama 30 ml/kgBB, 5 jam berikut 70
ml/kgBB
• 1-5 tahun 30 menit pertama 30 ml/kgBB, 2½ jam 70
ml/kgBB
Berikan juga tablet Zink
Periksa kembali kondisi anak sesudah 3-6 jam dan
klasifikasikan dehidrasi. Kemudian tentukan Rencana Terapi
yang sesuai (A,B, atau C) untuk melanjutkan pengobatan.
19
1. Rehidrasi
20
frekuensi dan volume buang air besar sehingga dapat menurunkan
risiko terjadinya dehidrasi pada anak. Pada kasus ini tidak
diberikan tablet zink karena keadaan pasien yang cepat membaik.
4. Antibiotik selektif
Antibiotik pada umumnya tidak diperlukan pada semua
diare akut oleh karena sebagian besar diare infeksi adalah rotavirus
yang sifatnya self-limited dan tidak dapat dibunuh dengan
antibiotika. Hanya sebagian kecil (10-20 %) yang disebabkan oleh
bakteri patogen seperti Shigella, Salmonella, Enterotoxin E. Coli,
Enteroinvasif E. Coli dan sebagainya.
21
5. Edukasi kepada orangtua
Edukasi yang dapat diberikan apabila penderita sudah
pulang ke rumah atau untuk penderita rawat jalan adalah segera
datang kembali kerumah sakit jika timbul demam, tinja berdarah,
berulang, makan atau minum sedikit, sangat haus, diare semakin
sering, atau belum membaik dalam 3 hari. Selain itu ibu disarankan
untuk selalu menjaga kebersihan bayi dan mencuci tangan dengan
baik dan benar sebelum dan sesudah memberi makan/minum bayi.
Hal ini bertujuan agar tercipta higienitas ibu dan bayi yang baik.
Pada kasus ini nasehat telah diberitahukan dan mendapat respon
yang baik dari kedua orangtua pasien.
22
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Jadi, dari hasil diskusi kelompok kami tentang scenario LBM III
‘MENCRET’ bahwa anak ibu Siti yang berusia 1 tahun tersebut mengalami
Gastroenteritis dengan derajat dehidrasi sedang, dimana pasien tersebut perlu
diberikan terapi cairan untuk memulihkan keadaannya.
23
DAFTAR PUSTAKA
Arif, M.2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1.edisi III. Jakarta : Media
Aesculapius FKUI
Direktorat Jendral Bina Gizi Ibu Dan Anak. 2014. Pedoman Penyelengaraan
Manajemen Terpadu Balita Sakit Berbasis Masyarakat (MTBS-M).
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI
24