Anda di halaman 1dari 8

PEMANFAATAN LIMBAH BIJI DURIAN (Durio zibethinus Murr) SEBAGAI BAHAN

BAKU PEMBUATAN TEMPE ALTERNATIF MELALUI PROSES FERMENTASI


OLEH JAMUR Rhizopus oligosporus

Yovita Harmiatun1, Sunarto2, Marisa Gultom3


1
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia
2
Prodi pendidikan Biologi FKIP UKI (sunarto@uki.ac.id)
3
SMA Cahaya Sakti Jakarta

Abstract
Tempe is a traditional Indonesian fermented food in which fungi, particularly Rhizopus spp. Durian seeds can be
used as food alternative in the form of tempe that can add information about nutrition to the community and can
create environmentally friendly. This study aims to find out how to process the waste of durian seed into an
alternative tempe and tempe yeast concentration which produces the best tempe through the test of organoleptic
properties. This study used Completely Randomized Design (RAL) with 3 (three) treatments and 3 (three)
replicates, in which the treatments were given: control, 1 gram tempe yeast concentration and 2 gram.
Organoleptic testing of durian seed tempeh viewed in terms of color, smell, texture, compactness, and taste.
Organoleptic tests were used by hedonic test on a hedonic scale performed on 30 panelists. Research data were
analyzed using ANAVA (Variance Analysis), followed by BNT test 95% level. The results showed that the tempe
yeast concentration had significant effect on all organoleptic parameters. Testing of organoleptic tempe of
durian seeds showed that most panelists liked the color, smell, texture, compactness and taste with 2 gram yeast
concentration treatment.
Keywords: Durian seed, tempe, yeast, organoleptic test.

PENDAHULUAN Di Indonesia, selain sebagai negara


Indonesia merupakan negara produsen produsen kedelai terbesar di dunia, juga sebagai
kedelai terbesar di dunia dan menjadi pasar negara produsen buah-buahan seperti misalnya
kedelai terbesar di Asia. Kedelai merupakan durian. Durian terkenal sebagai buah yang
bahan makanan yang bernilai gizi tinggi, di daging buahnya sangat lezat, sangat disukai
dalam setiap 100 g kedelai mengandung 18,3 g oleh masyarakat dan bernilai jual tinggi. Namun
protein, 12,7 g karbohidrat , 4,0 g lemak dan 64 sayang, kebiasaan masyarakat setelah makan
g air (Radiyati, 2002). Sebanyak 50% dari hasil daging buahnya, maka biji durian yang
produksi kedelai dimanfaatkan sebagai bahan volumenya besar itu dibuang begitu saja,
baku pembuatan tempe, dengan cara sehingga pada musim buah durian di
difermentasikan dengan jamur tempe atau lingkungan banyak kita dapati limbah biji
Rhizopus oligosporus (Adisarwanto, 2010). durian yang berlimpah banyaknya di buang
Tempe sehari-hari dikonsumsi sebagai lauk begitu saja. Berdasarkan penelitian Paulina
pauk, dapat digunakan untuk memenuhi (2010) setiap 100 g biji durian mengandung
kebutuhan sumber protein, karbohidrat, dan nilai gizi tinggi juga, yaitu 2,4 g protein, 28,0 g
mineral. Tempe sangat digemari tidak hanya Karbohidrat, 3,0 g lemak, dan 65,5 g air, maka
oleh masyarakat Indonesia, tetapi juga oleh peneliti ingin memanfaatkan limbah biji durian
masyarakat mancanegara misalnya Perancis dan tersebut sebagai bahan baku alternatif dalam
Belanda. pembuatan tempe, dengan
memfermentasikannya dengan jamur tempe

526
ISSN e-journal 2579-7557
Jurnal Pro-Life Volume 5 Nomor 1, Maret 2018

atau Rhizopus oligosporus (jamur tersebut durian, di antaranya ialah Durio kutejensis, D.
merupakan jamur yang biasa digunakan untuk oxleyanus, D. dulcis, D. graveolens, D.
fermentasi dalam pembuatan tempe kedelai). grandiflorus, D. testudinarium, dan D.
Bila hal itu dapat dilakukan, maka limbah yang zibethinus Murr, dan yang buahnya paling enak
mengandung nilai gizi tinggi tersebut dari pada ialah D. zibethinus. (Paulina, 2010). Bagian
dibuang, dapat dimanfaatkan untuk utama tanaman durian yang mempunyai nilai
meningkatkan industri rumahan, untuk ekonomi tinggi adalah daging buahnya. Daging
memenuhi kebutuhan akan sumber karbohidrat, buah yang sudah matang berwarna putih sampi
protein, dan mineral dengan biaya yang sangat kekuningan, dengan rasa manis dan enak, dapat
murah. Pembuatan tempe dengan bahan baku dimakan secara langsung atau dijadikan jus,
biji durian ini penulis lakukan dengan kontrol atau dijadikan makanan yang dapat tahan lama
pembuatan tempe dengan bahan baku kedelai. seperti dodol, dan selai. Daging buah durian
Dengan menyesuaikan jumlah pemakaian ragi mengandung berbagai nutrisi yang bermanfaat
dengan kondisi biji durian, hasil yang diperoleh bagi tubuh. Biji durian di Jawa Tengah disebut
diuji secara organoleptik (warna, aroma, juga beton, karena bijinya besar dan keras,
tekstur, kekompakan, dan rasa). mirip beton bangunan. Biji durian terdapat di
Durian (Durio zibethinus Murr), dalam daging buah durian. Sampai sekarang,
merupakan tanaman buah berupa pohon yang masyarakat setelah makan atau memanfaatkan
sangat dikenal oleh masyarakat Indonesia, dan daging buah durian, langsung membuang
mendapat julukan the king of the fruit. Buah bijinya, dan biji tersebut diperlakukan sebagai
durian merupakan buah musiman, rasa daging limbah (sampah). Padahal biji durian
buahnya lezat, sehingga harganya termasuk mengandung nutrisi yang tinggi, yang bila
mahal, sebuah durian dapat berharga antara Rp diolah bermanfaat bagi tubuh. Ada sebagian
50.000 sampai dengan Rp 150.000 tergantung kecil masyarakat yang mencoba makan biji
besar kecilnya. Tanaman durian berasal dari durian setelah direbus atau dibakar, atau
hutan Malaysia, Sumatera, Kalimantan, dan dijadikan kripik lebih dahulu, namun sangat
Irian Jaya (Djaeni, 2010). Akhir-akhir ini jarang.
tanaman durian tersebut dapat dibudidayakan di Mengingat kandungan gizi yang begitu
berbagai tempat di Pulau Jawa. Pada masa tinggi, alangkah baiknya bila biji durian
musim durian, produksi buah durian di tersebut dimanfaatkan sebagai makanan olahan,
Indonesia sangat berlimpah hingga dapat misalnya menjadi bahan baku tempe alternatif.
mencapai 741.841 ton (Djaeni 2010). Tempe merupakan makanan hasil fermentasi
Buah durian termasuk sub divisi kedelai oleh jamur Rhizopus oligosporus.
Spermatophyta (menghasilkan biji), kelas Fermentasi pada kedelai oleh jamur tadi
Magniliopsida (dikotil), genus Durio, dan menghasilkan suatu massa yang padat dan
berbagai macam spesies. Sampai sekarang kompak, dan jamur tersebut menghidrolisis
sudah ditemukan sebanyak 27 spesies tanaman senyawa kompleks seperti karbodidrat, lemak,
527
ISSN e-journal 2579-7557
Yovita Harmiatun, dkk: Pemanfaatan Limbah Biji Durian (Durio zibethinus Murr) Sebagai Bahan Baku
Pembuatan Tempe Alternatif Melalui Proses Fermentasi oleh Jamur Rhizopus
oligosporus

dan protein menjadi senyawa sederhana, dalam kondisi steril, agar tidak ada kontaminan
sehingga zat gizi pada tempe mudah dicerna, terhadap jamur Rhizopus oligosporus.
diserap, dan dimanfaatkan oleh tubuh Fermentasi (fervere Yunani, mendidih)
(Kasmidjo, 1996). merupakan tahap terpenting dalam proses
Teknik pembuatan tempe melalui proses pembuatan tempe. Kondisi seperti mendidih ini
fermentasi oleh jamur Rhizopus oligosporus terjadi karena terbentuknya gelembung CO 2dan
sudah dikuasai dengan baik oleh para pembuat energi sebagai akibat proses katabolisme gula
tempe yang tidak terhitung banyaknya di bumi dalam kedelai secara anaerob menjadi senyawa
Indonesia ini, mengingat tempe mempunyai yang sederhana (Mujianto, 2013). Secara
nilai ekonomi tinggi dan mudah pemasarannya. biokimia, fermentasi dapat diartikan sebagai
Masyarakat pada umumnya (awam) pembentukan energi, melalui katabolisme
menggunakan istilah “ragi tempe” sebagai bibit senyawa organik dengan memanfaatkan
yang dipergunakan untuk pembuatan tempe, mikroba, sedangkan dalam bidang industri,
dan sering disebut sebagai starter tempe. Ragi fermentasi diartikan sebagai proses
tempe di sini berbeda dengan ragi tape. Ragi pemanfaatan mikroba untuk menghasilkan
tempe berbentuk bubuk yang mengandung suatu produk. Beberapa contoh makanan hasil
jamur Rhizopus oligosporus, sedangkan ragi fermentasi adalah tempe, tauco, kecap, oncom,
tape berbentuk bulat pipih, mengandung khamir keju, yoghurt, anggur (Said, 1944). Fermentasi
Saccharomyces cereviceae (Dwinaningsih, dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu (1)
2010). Secara tradisional, masyarakat fermentasi aerob bila memerlukan oksigen
Indonesia membuat ragi tempe dengan cara dalam dalam perubahan gula menjadi hasil
mengiris tipis tempe yang sudah jadi, akhir berupa asam piruvat dan CO2, dan (2)
0
dikeringkan dengan oven pada suhu 40 C- 45 fermentasi anaerojika tidak memerlukan
0
C, kemudian digerus menjadi bubuk halus oksigen, gula diubah menjadi asam piruvat,
(Irdawati, 2012). kemudian asetaldehid dan akhirnya menjadi
Secara umum pembuatan tempe terdiri alkohol (etanol atau metanol dan asam laktat.
atas tahap-tahap: pencucian, perendaman, Proses fermentasi memerlukan: mikroba
perebusan, perendaman, pengupasan, sebagai inokulum (starter), Wadah untuk
pencucian,dan penirisan/pengeringan kedelai. fermentasi, substrat (medium) dan sumber
Berikutnya barulah dilakukan inokulasi nutrisi bagi mikroba, dan produk sesuai hasil
(pencampuran kedelai dengan jamur Rhizopus), proses (Nurcahyo, 2011).
dan seterusnya diinkubasikan di dalam daun Biji durian mempunyai tekstur keras
pembungkus atau plastik pembungkus selama seperti kedelai, dan biji durian mengandung
sekitar 2 hari pada suhu 25 0C- 30 0C agar karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan
terjadi fermentasi kedelai oleh jamur Rhizopus berbagai mineral, maka biji durian dapat
oligosporus. Pembuatan tempe diusahakan menjadi substrat bagi Rhizopus oligosporus
atau R. Oryceae, sehingga biji durian dapat
528
ISSN e-journal 2579-7557
Jurnal Pro-Life Volume 5 Nomor 1, Maret 2018

dijadikan tempe alternatif dengan konsentrasi menggunakan metoda eksperimen dengan


jamur tempe yang tepat. Yang menjadi menggunakan dua variabel: variabel bebas (X)
permasalahan pada penelitian ni adalah apakah yang berupa konsentrasi atau jumlah ragi dalam
limbah biji durian yang jumlahnya berlimpah di gram dan variabel terikat (Y) yang berupa biji
lingkungan rumah tangga dan pedagang durian durian (Durio zibethinus Murr) dalam gram
dapat digunakan sebagai bahan baku dalam diikuti dengan uji organoleptik. Desain
pembuatan tempe alternatif. Tujuan penelitian penelitian menggunakan Rancangan Acak
adalah untuk mengetahui cara pengolahan biji Lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan dan tiap
durian dan konsentrasi jamur tempe Rhizopus perlakuan diadakan 2 kali ulangan dengan
oligosporus dalam menghasilkan tempe variasi konsentrasi ragi:
alternatif biji durian. Parameter pemanfaatan 1. Perlakuan A : tempe dari bahan
tempe biji durian yang diamati adalah warna, kedelai (kontrol)
aroma, tekstur, kekompakan, dan rasa. 2. Perlakuan M1 : tempe dari bahan biji
Penelitian ini sebagai sumber informasi bagi durian dengan ragi 1 gram
masyarakat luas tentang pemanfaatan salah satu 3. Perlakuan M2 : tempe dari bahan biji
limbah biji durian menjadi bahan makanan yang durian dengan ragi 2 gram
bernilai gizi tinggi, sehingga dapat Masing-masing perlakuan dengan dua kali
dikembangkan menjadi industri rumahan ulangan, sehingga diperoleh 3 X 3 = 9
dengan modal yang sangat kecil dan terjangkau. perlakuan. Kriteria uji organoleptik oleh 30
mahasiswa meliputi: warna, aroma, tekstur,
METODE PENELITIAN kekompakan dan rasa.
Penelitian ini dilakukan di lingkungan HASIL DAN PEMBAHASAN
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Hasil penelitian pemanfaatan biji durian
Universitas Kristen Indonesia, Jl. Mesjid menjadi bahan baku tempe alternatif melalui
Bendungan, Rt 07/Rw 11 Cawang, Jakarta proses fermentasi oleh jamur Rhizopus
Timur. Penelitian berlangsung dari bulan Juni oligosporus dengan uji organoleptik yang
sampai dengan Juli 2016. Uji sifat organoleptik meliputi warna, aroma, tekstur, kokompakan,
dibandingkan dengan tempe kedelai sebagai dan rasa.Warna tempe biji durian yang diamati
kontrol, dilakukan di FKIP UKI. dengan indera penglihatan yaitu bagian
Alat yang digunakan berupa timbangan, permukaan tempe. Secara umum, warna penting
panci, kompor gas, pisau, saringan, baskom, bagi makanan, karena warna memegang
sendok, tampah, gunting, talenan, rak piring, peranan penting dalam penerimaan makanan.
kain lap, kertas label, ember, jam dinding, lilin, Selain itu warna dapat memberikan petunjuk
dan kamera. Bahan penelitian berupa biji mengenai perubahan kimia dalam makanan.
durian sebanyak 2 kg, kedelai 2 kg, ragi tempe, Hasil uji analisis variasi (ANAVA) pada sifat
air, plastik bening, wajan, minyak goreng, air, organoleptik warna menunjukkan bahwa variasi
garam, dan bawang merah. Penelitian ini konsentrasi ragi tempe memberikan pengaruh
529
ISSN e-journal 2579-7557
Yovita Harmiatun, dkk: Pemanfaatan Limbah Biji Durian (Durio zibethinus Murr) Sebagai Bahan Baku
Pembuatan Tempe Alternatif Melalui Proses Fermentasi oleh Jamur Rhizopus
oligosporus

yang signifikan terhadap ketiga perlakuan merupakan ransangan yang dihasilkan oleh
dengan jumlah F hitung > F tabel 5% yaitu tempe setelah dimakan, terutama dirasakan oleh
50,88 > 5,14. indera pengecap. Uji organoleptik pada rasa
Aroma pada tempe dapat diketahui tempe biji durian adalah tempe biji durian
dengan menggunakan indera pembau. Hasil uji yang sudah digoreng. Hasil uji analisis variasi
analisis variasi pada organoleptik aroma tempe (ANAVA) pada sifat organoleptik rasa tempe
menunjukkan bahwa variasi konsentrasi ragi menunjukkan bahwa variasi konsentrasi ragi
memberikan pengaruh yang signifikan memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap ketiga perlakuan yang jumlah F hitung terhadap ketiga perlakuan yang F hitung > F
> F tabel 5% yaitu 104,05 > 5,14. Tekstur pada tabel 5% yaitu 15,88 >5.
tempe merupakan sifat kekompakan dan Berdasarkan hasil analisis data secara
kekerasan dari tempe yang dihasilkan dengan statistik menunjukkan bahwa konsentrasi ragi
menggunakan indera peraba. Hasil uji analisis tempe berpengaruh nyata terhadap semua
variasi (ANAVA) pada organoleptik tekstur parameter pengamatan yang meliputi warna,
tempe menunjukkan bahwa variasi konsentrasi aroma, tekstur, kekompakan, dan rasa pada tiga
ragi tempe memberikan pengaruh yang perlakuan tempe. Selama proses fermentasi
signifikan terhadap tiga perlakuan, karena F terjadi peningkatan jumlah kandungan asam-
hitung > F tabel 5% yaitu 225,16 > 5,14. asam amino dan banyak kapang yang aktif
Kapang yang kompak pada tempe akan memecah senyawa kompleks (Astawan, 2009).
membuat tempe lebih enak. Hasil uji analisis Kapang tersebut menghasilkan enzim protease
variasi (ANAVA) pada kekompakan tempe yang mampu merombak senyawa kompleks
menunjukkan bahwa konsentrasi variasi ragi protein menjadi senyawa yang lebih sederhana.
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap Komponen asam lemak juga terhidrolisis oleh
ketiga perlakuan tempe, karena F hitung > F enzim lipase (Hidayat, 2006).
tabel 5% yaitu 81,721 > 5,14. Rasa pada tempe

Gambar 1. Grafik histogram rata - rata hasil uji sifat organoleptik tempe

530
ISSN e-journal 2579-7557
Jurnal Pro-Life Volume 5 Nomor 1, Maret 2018

Menurut Sarwono (2010) makanan yang jamur yang tumbuh pada permukaan biji
telah mengalami fermentasi mempunyai kadar durian.
gizi lebih tinggi dibanding dengan bahan asal. KESIMPULAN
Hal tersebut disebabkan oleh adanya kerja Berdasarkan hasil penelitian biji durian
enzim yang dihasilkan oleh mikroba sendiri dapat digunakan sebagai bahan alternatif
dan enzim tersebut bersifat katabolik atau pembuatan tempe. Uji organoleptik terbaik
memecah senyawa-senyawa yang kompleks menurut 30 panelis yaitu pemberian
menjadi sederhana sehingga mudah dicerna. konsentrasi ragi tempe 2 gram yaitu dengan
Proses fermentasi mengahsilkan enzim rata-rata warna 4,16, aroma 4,46, tekstur 3,43,
protease dan kapang tempe menghasilkan kekompakan 4,31, rasa 4,83. Dari uji
enzim hidrolase sehingga dapat menghidrolisis organoleptik yang diberikan kepada panelis
molekul-molekul besar menjadi komponen jika dibandingkan dengan tempe yang biasa
kecil yang dapat digunakan oleh tubuh seperti yaitu tempe yang berbahan baku kedelai tidak
glukosa. jauh berebeda warna, aroma, kekompakan
Sifat organoleptik yang diamati dalam dan rasa menurut 30 panelis. Dari data hasil
penelitian ini meliputi warna, aroma, tekstur, uji statistik pada warna tempe diperoleh F
kekompakan dan rasa tempe biji durian. hitung 50,88 > 5,14 F tabel, pada aroma
Tempe yang baik dicirikan oleh permukaan tempe diperoleh F hitung 104,05 > 5,14 F
yang ditutupi oleh miselium kapang (benang- tabel, pada tekstur tempe diperoleh F hitung
benang halus) secara merata, kompak dan 225,16 > 5,14 F tabel, pada kekompakan
berwarna putih. Berdasarkan grafik hirtogram tempe diperoleh F hitung 81,721 > 5,14 F
tersebut di atas dapat dilihat bahwa terdapat tabel, pada rasa tempe diperoleh F hitung
beda nyata pada organoleptik warna tempe 15,88 > 5,14 F tabel. Hasil ini menunjukkan
dari ketiga perlakuan. Terjadi penurunan bahwa terdapat pengaruh pemberian variasi
kesukaan panelis terhadap warna tempe ragi 1 gram dan 2 gram terhadap pembuatan
konsentrasi 1 gram. Menurut Kasmidjo tempe biji durian.
(1990), tempe mempunyai ciri-ciri SARAN
kenampakan berwarna putih. Warna putih Berdasarkan permasalahan dan hasil
disebabkan adanya miselia jamur yang penelitian ini dan pembahasan serta
tumbuh pada permukaan biji kedelai. kesimpulan perlu adanya penelitian lebih
Berdasarkan gambar histogram pada lanjut terhadap pengolahan biji durian
tempe biji durian dari segi warna semakin menjadi bahan baku tempe untuk
banyak jumlah ragi yang digunakan kesukaan memperbaiki tekstur tempe, dan perlu
panelis terhadap warna semakin tinggi. Warna penelitian lebih lanjut dengan menguji
putih tempe ini disebabkan adanya miselia kandungan gizi yang terdapat pada tempe
berbahan baku biji durian.

531
ISSN e-journal 2579-7557
Yovita Harmiatun, dkk: Pemanfaatan Limbah Biji Durian (Durio zibethinus Murr) Sebagai Bahan Baku
Pembuatan Tempe Alternatif Melalui Proses Fermentasi oleh Jamur Rhizopus
oligosporus

DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto T. 2010. Strategi Peningkatan Kanza dan Umar. 2015. Mutu Gizi dan
Produksi Kedelai Sebagai Upaya Untuk Keamanan Pangan. Bandung. UNPAD.
Memenuhi Kebutuhan di Dalam Negeri dan Kartika dan Bambang. 1998. Pedoman
Mengurangi Impor. Jurnal Inovasi Pengujian Inderawi Bahan Pangan.
Pertanian, 3(2): 2-10. Yogyakarta. Gizi Universitas Gadjah Mada.
Anwar dan Afrisanthi. 2007. Pemanfaatan Yogyakarta.
Tepung Biji Durian Menjadi Glukosa Cair Kasmidjo R. 1996. Mikrobiologi dan Biokimia
Melalui Proses Hidrolisa Dengan Pengolahan Serta Pemanfaatan, PAU
Menggunakan Enzim α-amilase. Jurnal Pangan dan Gizi. Yograkarta. UGM.
Teknik Kimia, 4(2) : 10 – 13. Kementrian Kesehatan RI. 2014. Pedoman
Aryaraja A. 2000. Dominasi Amerika Serikat Gizi Seimbang. Jakarta. Bakti Husada.
dalam Perdagangan Kedelai Impor Lestari S dan Wahibah. 2011.
Indonesia. Jurnal Ilmu Hubungan Keanekaragaman Durian (Durio zibethinus
Internasional: 16. Murr) di Pulau Bengkalis Berdasarkan
Astawan M. 2009. Sehat dengan Hidangan Karakter Morfologi. Jurnal MIPA
Kacang dan Biji-bijian. Jakarta. Swadaya. Universitas Riau, 14(2):29-44.
Chaerul P. 2013. Durian dan kandungannya. Marwoto dan Inayati A. 2011. Kutu kebul :
Jurnal Ilmu pendidikan. Hama Kedelai Yang Pengendaliannya
http://Isp.FKIP.uns.ac.id/durian-dan- Kurang Mendapat Perhatian. Artikel
kandungan-kulitnya-more-benefit-forus/ Pertanian. Malang. Balai Penelitian
De mann JM. 1989. Principle of Food Tanaman Kacang Kacangan dan Umbi-
Chemistry. The Avi Pub Co. Inc. Westport, Umbian.
4(2):10-13. Mujianto. 2013. Analisis yang mempengaruhi
Direktorat Gizi Departemen Kesehatan Proses produksi Tempe Produk UMKM di
Indonesia. 2009. Kandungan Nutrisi Biji kabupaten Sdoarjo. Jurnal Teknologi
Durian. Departemen Kesehatan Indonesia. Industri Pertanian, 1(1) : 1-8.
Jakarta. Nurcahyo H. 2011. Diktat Bioteknologi.
Djaeni M. 2010. Kelayakan Biji durian Yogyakarta. Universitas Negeri
Sebagai Bahan Pangan Alternatif: Aspek Yogyakarta.
Nutrisi dan Teno Ekonomi. Jurnal Nurfiana F., dkk. 2009. Pembuatan Bioethanol
teknologi Pangan, 4(2):37-45. Dari Biji Durian Sebagai Sumber Energy
Dwinaningsih E. 2010. Karateristik Kimia dan Alternatif. Yogyakarta. STTN-BATAN
Sensori Tempe dengan Variasi Bahan Nurrahman., Mary Astuti., Suparmo dan
Kedelai/Beras dan Penambahan Angkak Marsyawan. 2012. Pertumbuhan Jamur,
Serta Variasi Lama Fermentasi. Skripsi. sifat organoleptic dan aktivitas Antioksidan
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Tempe Kedelai Hitam yang Diproduksi
Maret. dengan Berbagai Jenis Inokulum. Jurnal
Hidayat., Mediara dan Sri S. 2006. Agriteknologi, 32(1).
Mikrobiologi Industri. Yogyakarta. Andi Prihatman K. 2000. Budidaya Durian
Irawan B., dkk. 2007. Kajian Taksonomi (Bombaceae sp). Jakarta. BAPPENAS.
Kultivar Durian di Kabupaten Subang Jawa Purba., Lely., Sentosa dan Nurminah. 2013.
Barat. Sumbang. FMIPA UNPAD. Perbandingan Berat kacang Kedelai
Irdawati., Fifendy M dan Biomed M. 2012. Bergeminasi dan Biji Nangka dan
Pengaruh Penambahan Angkak Terhadap Konsentrasi Laru Pada Pembuatan Tempe.
Mutu Tempe Kacang Buncis Putih. Padang. Jurnal Rekayasa Pangan dan Pertanian,
DIPA. 1(2).
Jhonprimen., dkk. 2012. Pengaruh Massa Ragi, Paulina H. 2010. Pembuatan Tepung Biji
Jenis Ragi dan Waktu Fermentasi Ragi Durian dengan Variasi Perendaman dalam
pada Bioetanol dari Biji Durian. Jurnal Air Kapur dan Uji Mutunya. Skripsi. FKM
Teknik Kimia, 18(2):43-51. USU Medan.
Junaidi. 2015. Titik Persentasi F tabel 5 %. Pinondang dkk. 2013. Pengaruh Jus Buah
http: //junaidichaniago. wordpress.com. Durian (Durio zibethinus Murr.) Terhadap
Profil Famakokinetik Parasetamol Pada
532
ISSN e-journal 2579-7557
Jurnal Pro-Life Volume 5 Nomor 1, Maret 2018

Tikus Putih (Rattus norvegicus L.). Jurnal Terhadap Sifat Organoleptik dan Sifat
Farmasi,18(3): 178-186. Kimia. Jurnal Ilmu Gizi. Poltekes
Radiyati T. 2002. Pembuatan Tahu dan Tempe. Kenmenkes Mataram.
Jakarta. Balai Pengembangan Teknologi Sukardi., dkk. 2008. Uji Coba Penggunaan
Tepat Guna (BPTTG). Inokulum Tempe dari Kapang Rhizopus
Said E. 1994. Bioindustri Teknologi oryzae dengan Subztrat Tepung Beras dan
Fermentasi. Jakarta.Mediyatama Saran Ubi kayu pada Unit Produksi Tempe Sanan
Perkasa. Kodya Malang, 9(3): 207-215
Sarwono. 2010. Usaha Membuat Tempe Dan Ulandari., dkk. 2014. Uji daya Terima Tempe
Oncom. Jakarta. Penebar Swadaya Gembus Pada Masyarakat Kota Mataram.
Soediaoetama A. 1999. Ilmu Gizi Untuk Jurnal pendidikan Biologi. Vol 13(2):183-
Mahasiswa dan Profesi. Jakarta. Balai 192.
Pustaka Wignyanto S dan Purwaningsih I. 2008. Uji
Soediaoetama A. 2000. Ilmu Gizi Untuk Coba Penggunaan Inokulum Tempe Dari
Mahasiswa dan Profesi. Jakarta. Balai Kapang Rhizopus oryzae dengan Substrat
Pustaka. Tepung Beras Dan Ubi Kayu Pada Unit
Soekarto ST. 1995. Penilaian Organoleptik Produksi Tempe Sanan Kodya Malang.
untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian. Jurnal Teknologi Pertanian,9(3) : 207-215.
Bhratara Karya Aksara. Jakarta. Winarno F. 2004. Kimia Pangan dan Gizi.
Soekarto ST. 1985. Penilaian Organoleptik. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama
Bhrathara karya Aksara. Jakarta. Yuliana dan Rindjani. 2015. Pengaruh
Soewarno. 1985. Penilaian Organoleptik. Penambahan Variasi Berat Jamur Tempe
Bhrathara Karya Aksara. Jakarta. (Rhizopus oligosporus) Terhadap Tembe
Sofiyatin R., Jaya dan Handayani. 2012. Studi Biji Nangka (Artocarpus heterophyllus
Pembuatan Tempe Gude dengan Berbagai Lam.) Jurnal Kesehatan Bakti Tunas
Konsentrasi Ragi dan Lama Fermentasi Husada,13(1) : 9-13

533
ISSN e-journal 2579-7557

Anda mungkin juga menyukai