Anda di halaman 1dari 20

7 Kebiasaan Berikut Tingkatkan Risiko

Demensia
Sebanyak 60 sampai 70 persen kasus demensia merupakan penyakit alzheimer atau pikun,
simak gejalanya berikut ini.

Liputan6.com, Jakarta Demensia adalah gangguan yang menimbulkan kerusakan progresif


pada sistem saraf. Hal ini nantinya menyebabkan kumpulan gejala seperti penurunan daya
ingat, penalaran, menilai, serta berbahasa.

Berbeda dengan pikun yang hanya lupa pada hal detil, sementara orang dengan demensia bisa
lupa sama sekali akan dirinya. Gaya hidup tak sehat bisa meningkatkan risiko seseorang
terkena demensia.

Bila Anda ingin menurunkan risiko terkena penyakit ini, berikut beberapa hal yang perlu
dihindari seperti mengutip Reader's Digest, Sabtu (13/5/2017).

1. Asupan makan buruk

Asupan makan yang tidak seimbang bukan hanya membuat berat badan jadi tidak sehat, tapi
merugikan otak. Hasil studi menunjukkan orang yang mengonsumsi lemak jenuh cenderung
berisiko tinggi terkena demensia.

Nah, untuk mencegah demensia konsumsi makanan seimbang mulai dari sayur, buah,
kacang-kacangan, karbohidrat, lemak dan protein.

"Otak membutuhkan lemak sehat, protein tanpa lemak, serta vitamin dan mineral," kata
ilmuwan Alzheimer's Drug Discovery Foundation (ADDF), Howard Fillit.

2. Mengonsumsi minuman alkohol berlebih

Mengonsumsi minuman beralkohol meningkatkan risiko demensia serta masalah kesehatan


lain seperti tekanan darah tinggi, stroke dan penyakit hati.
"Beberapa studi menunjukkan korelasi antara konsumsi alkohol dalam jangka panjang dan
banyak serta kemampuan kognitif," kata dokter spesialis saraf, Clifford Segil.

Lebih baik mengonsumsi minuman beralkohol dalam jumlah secukupnya yakni satu gelas
sehari bagi wanita dan dua gelas bagi pria.

3. Merokok

Ada lebih dari 4.700 senyawa kimia berbahaya dari rokok dan asap rokok. Aneka studi juga
menunjukkan orang yang merokok berisiko tinggi mengembangkan demensia. Selain itu 79
persen berisiko terkena Alzheimer.

4. Rendah aktivitas fisik

Terlalu banyak duduk dan sedikit bergerak merugikan kesehatan otak. Untuk mengurangi
risiko terkena demensia ada baiknya rutin melakukan olahraga. Badan Kesehatan Dunia
(WHO) merekomendasikan olahraga aerobik dengan intensitas sedang lima kali seminggu
dengan masing-masing sekitar 30 menit.

Dokter Fillit menjelaskan olahraga memompa oksigen dan darah ke jantung dan otot, yang
kemudian menguntungkan otak juga.

"Hasil studi menunjukkan dengan kuat bahwa olahraga bermanfaat bagi otak serta
menurunkan risiko sakit dan kematian dini," kata Fillit.

5. Jarang latihan olahraga otak

Olahraga otak sama pentingnya dengan olahraga fisik. Sehingga pastikan melatih otak
dengan bermain teka-teki silang, bermain catur, atau permainan yang memerlukan pemikiran
strategis.

6. Kesepian

Peneliti dari Brigham and Women's Hospital mengungkapkan ada hubungan kuat antara
perasaan kesepian dengan pembentukan beta-amyloid , protein yang terkait dengan penyakit
Alzheimer.
Jadi, meskipun Anda merasa menyukai aktivitas sendirian, sesekali luangkan waktu
berkumpul bersama komunitas. Misalnya bergabung dalam komunitas kelompok, pecinta
hewan, atau kelompok olahraga.

7. Kurang atau berlebihan tidur

Tidurlah secukupnya dan berkualitas. Bila kurang tidur, memicu risiko demensia. Studi yang
dipublikasikan dalam jurnal Alzheimer's & Dementia menyebutkan wanita yang tidur kurang
dari enam jam risiko terkena demensia meningkat 36 persen. Namun bila lebih dari delapan
jam, risiko terkena demensia meningkat 35 persen.

Gangguan Tidur Bisa Timbulkan


Parkinson dan Demensia
30 Mei 2017, 16:30 WIB

Gangguan tidur bisa memunculkan parkinson dan demensia.

Liputan6.com, Kanada Anda mungkin tak menyangka, bergerak dalam mimpi termasuk
kategori gangguan tidur. Orang yang bergerak saat mimpi kemungkinan berisiko besar
mengalami penyakit parkinson (kerusakan otak dan saraf) dan demensia (penurunan fungsi
otak).

Kondisi ini berasal dari area batang otak yang mengendalikan mimpi saat tidur, sebuah sel
bernama neuron aktif-REM.

Temuan ini diteliti oleh Dr. John Peever dari University of Toronto, Kanada.

"Kami mengamati bahwa lebih dari 80 persen orang yang menderita gangguan tidur ini
berisiko mengalami parkinson dan demensia. Penelitian kami menunjukkan, gangguan tidur
dapat menjadi tanda peringatan dini untuk berbagai penyakit yang mungkin muncul sekitar
lima belas tahun kemudian dalam hidup Anda," kata dr Peever, dikutip dari EurekAlert!
Selasa (30/5/2017).
Dari hasil temuan ini dr Peever menargetkan, diagnosis gangguan tidur dari sel neuron aktif
REM dapat memberi tindakan pencegahan agar mereka tetap sehat.

"Target ini akan memakan waktu bertahun-tahun untuk dikembangkan lebih lanjut. Namun,
jika berhasil, kelak bisa membantu ribuan orang menjalani kehidupan yang lebih sehat,
sebelum mereka memerlukan perawatan medis serius," jelasnya.

Hasil temuan dipresentasikan pada 2017 Canadian Neuroscience Meeting, pertemuan tahunan
Canadian Association for Neuroscience - Association Canadienne des Neurosciences (CAN-
ACN).

Penelitian ini juga didukung Canadian Institute of Health Research (CIHR) dan Natural
Sciences and Engineering Research Council (NSERC) di Kanada.

Kafein punya Potensi Besar Melawan


Demensia
09 Mar 2017, 16:00 WIB

Kafein bisa bermanfaat untuk melawan demensia.

Liputan6.com, Bloomington, Amerika Serikat Khasiat kafein ternyata mampu melindungi


seseorang dari serangan demensia (kemampuan otak mengalami penurunan). Temuan ini
merupakan hasil studi yang dilakukan para peneliti dari Indiana University Bloomington,
Amerika Serikat.

Mereka telah mengidentifikasi 24 senyawa--termasuk kafein--yang berpotensi meningkatkan


enzim dalam otak sehingga dapat melawan demensia. Efek perlindungan dari enzim, yang
disebut NMNAT2, ditemukan tahun lalu melalui penelitian yang dilakukan di IU
Bloomington.

Studi baru muncul pada 7 Maret 2017, yang dipublikasikan di jurnal Scientific Reports.
"Penelitian ini bisa membantu upaya sebelumnya untuk mengembangkan obat yang dapat
meningkatkan kadar enzim di otak. Pengembangan ini akan menciptakan 'blokade' kimia
melawan efek, yang melemahkan gangguan neurodegeneratif (sel mengalami kehilangan
struktur)," kata Hui-Chen Lu, profesor Biomolecular Science and the Department of
Psychological and Brain Sciences, bagian dari IU Bloomington College of Arts and Sciences.

Studi ini adalah studi pertama untuk mengungkapkan fungsi pendamping di enzim. Pada
protein yang gagal melipat, berhubungan dengan gangguan neurodegeneratif, seperti
alzheimer, parkinson, atau penyakit huntington (kerusakan saraf otak), sesuai dikutip dari
laman Indiana University Bloomington, Kamis (9/3/2017).

Untuk mengidentifikasi zat yang memengaruhi produksi enzim NMNAT2 di otak, tim
peneliti menyaring lebih dari 1.280 senyawa, termasuk obat. Total senyawa yang
teridentifikasi sebanyak 24 senyawa.

Kafein tingkatkan produksi enzim

Kafein tingkatkan produksi enzim

Salah satu zat yang terbukti meningkatkan produksi enzim adalah kafein. Kafein juga telah
terbukti meningkatkan fungsi memori pada tikus, yang dimodifikasi secara genetik untuk
menghasilkan kadar kadar protein yang gagal melipat (bahasa ilmiah: tau).

Untuk mengkonfirmasi efek kafein, kafein diberikan pada tikus yang dimodifikasi untuk
menghasilkan kadar lebih rendah NMNAT2. Hasilnya, tikus mulai memproduksi kadar enzim
yang sama dari enzim yang ada pada tikus normal.

Ada 13 senyawa tambahan berhasil diidentifikasi yang berpotensi menurunkan produksi


NMNAT2. Senyawa ini juga penting karena berkontribusi besar melawan demensia.

Penelitian ini didanai National Institutes of Health National Institute of Neurological


Disorders and Stroke dan the Belfer Family Foundation.
Efektif Cegah Demensia dengan Rutin
Makan Ini
01 Feb 2017, 14:20 WIB

Menurut laporan, jamur memiliki kandungan protein yang bisa dengan mudah hancur dengan
enzim dan mikroorganisme. (Wisegeek)

Liputan6.com, Jakarta Jamur merupakan salah satu sumber pangan yang mudah didapatkan
di pasar dan supermarket. Jangan sia-siakan banyaknya jamur lezat seperti kuping, enoki,
tiram, dan kancing di sekitar kita. Menurut studi ini mengonsumsi jamur dalam menu sehari-
hari mampu menurunkan risiko demensia.

Dalam studi yang dipublikasikan Journal of Medicine Food, menyebutkan ada 11 tipe jamur
yang membantu menyehatkan bagian otak terkait memori. Konsumsi jamur, kata peneliti,
meningkatkan produksi senyawa yang menguatkan pertumbuhan neuron dalam otak.

"Konsumsi jamur memiliki fungsi mencegah perkembangan penyakit demensia," kata


peneliti.

Demensia merupakan gejala permanen yang disebabkan penyakit atau kelainan pada otak.
Gejala utama orang yang memiliki kondisi ini sering lupa, sulit berkomunikasi, hingga terjadi
perubahan psikis.

"Rutin mengonsumsi jamur bisa mengurangi atau menunda degenerasi saraf di otak," kata
Professor Vikineswary Sabaratnam dari Malaya University seperti mengutip laman Fox
News, Rabu (1/2/2017).

Selain baik bagi otak, mengonsumsi jamur yang aman memiliki beragam manfaat baik lain.
Mulai dari menurunkan kolesterol jahat, mengatur tekanan darah, meningkatkan imunitas
tubuh.
Tablet Dinilai Aman dan Efektif Bantu
Obati Pasien Demensia
11 Jan 2017, 12:40 WIB

Tablet Aman bagi Penderita Demensia. (Ilustrasi: Medscape)

Liputan6.com, Amerika Serikat Para peneliti di McLean Hospital di Massachusetts,


Amerika Serikat menemukan penggunaan gawai tablet termasuk aman dan berpotensi efektif
untuk mengelola agitasi (kegelisahan) pada pasien yang menderita demensia. Kondisi ini
menyebabkan otak mengalami kemunduran daya ingat.

"Tablet sebagai intervensi nonfarmakologis (bukan dengan pemberian obat-obatan) untuk


agitasi pada orang dewasa yang lebih tua, termasuk mereka yang menderita demensia akut,
dinilai aman dan bermanfaat," kata Ipsit Vahia, direktur medis dari Geriatric Psychiatry
Outpatient Services di McLean Hospital, rumah sakit jiwa yang berafiliasi dengan Harvard
Medical School.

Ipsit menambahkan, langkah pertama mengembangkan data empiris sangat dibutuhkan bagi
dokter dan perawat untuk bisa menggunakan tablet sebagai terapi secara efektif.

Tim peneliti mengembangkan, cara menggunakan teknologi tablet sebagai alat meningkatkan
perawatan serta berbagai aplikasi yang bekerja melayani kebutuhan penderita demensia.

Penelitian baru-baru ini diterbitkan dalam versi daring dari The American Journal of
Geriatric Psychiatry.

Aplikasi seni dan musik

Aplikasi seni dan musik

Penelitian ini dibangun berdasarkan penelitian sebelumnya yang menunjukkan, seni, musik,
dan terapi lain yang sejenis secara efektif mengurangi gejala demensia tanpa harus tergantung
pada obat-obatan.
"Terapi seni dan musik dapat bekerja efektif untuk penderita demensia. Bagaimanapun tablet
ini memberikan Anda pilihan untuk beralih dari satu aplikasi ke aplikasi lain dengan mudah
sehingga Anda tidak perlu berinvestasi perangkat teknologi lainnya," jelas Ipsit.

Para peneliti mengunggah 70 aplikasi ke tablet untuk diteliti. Aplikasi ini tersedia secara
bebas di iTunes dan bervariasi sesuai kebutuhan kognitif mereka.

Misal, dari sebuah aplikasi ditampilkan foto anak anjing kemudian bisa beralih ke aplikasi
permainan sodoku.

Penggunaan tablet termasuk aman bagi tiap pasien. Pengawasan dan pelatihan yang tepat
dapat meningkatkan keterlibatan mereka dengan perangkat sebesar hampir 100 persen.

Studi ini juga menemukan, tablet sangat efektif mengurangi gejala agitasi, terutama namun
tak hanya, pada pasien dengan tingkat demensia yang masih ringan.

Bangun interaksi

Bangun interaksi

Melansir laman PsychCentral, Rabu (11/1/2017), Ipsit mengutip beberapa contoh potensi
tablet untuk meningkatkan kondisi pasien. Seorang pasien, yang hanya bisa berbicara
Rumania sangat agresif dan mudah marah, sedangkan obat-obatan tidak efektif mengontrol
gejala-gejalanya.

"Kami mulai menunjukkan kepadanya video klip (berbahasa) Rumania di YouTube. Dan
perilakunya berubah secara dramatis. Suasana hatinya makin membaik. Ia menjadi lebih
interaktif. Ia dan tim medis juga mulai menggunakan aplikasi terjemahan sehingga tim medis
bisa menanyakan pertanyaan sederhana soal Rumania. Hal ini meningkatan interaksi antara
dirinya dan tim medis," ungkapnya.

Berdasarkan bukti tersebut, peneliti memperluas penggunaan perangkat tablet sebagai alat
mengontrol agitasi pada pasien demensia di McLean Hospital.
Selain itu, para peneliti berpeluang mengembangkan data yang lebih akurat dan memperluas
ruang lingkup penelitian, termasuk faktor klinis tertentu yang dapat memengaruhi bagaimana
pasien demensia merespons aplikasi pada tablet.

Tinggal di Desa Kurangi Risiko Terserang


Demensia
11 Jan 2017, 08:00 WIB

Tinggal di Desa Kurangi Risiko Terserang Demensia

Liputan6.com, Jakarta Tinggal di desa mengurangi risiko mengalami demensia. Hidup


masyarakat yang tinggal di desa biasanya lebih tenang karena jauh dari bisingnya suara
kendaraan.

Berbeda dengan orang-orang yang tinggal di kota. Sebuah studi dari jurnal medis The
Lancet menyebut, individu yang tinggal di pemukiman dekat jalanan ramai, 12 persen
mengalami demensia.

Risiko demensia itu muncul akibat polusi dari kendaraan yang bisa memengaruhi daya ingat
seseorang, seperti dikutip dari situs Good Housekeeping, Selasa (10/1/2017).

Sejumlah kendaraan terjebak kemacetan di jalur 3 in 1 di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta,


Selasa (10/5). Pemprov DKI Jakarta secara resmi akan menghapus aturan jalur 3 in 1 pada
Senin (16/5). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Fakta ini didapat setelah peneliti dari Ontario, Kanada, melakukan studi terhadap 6,6 juta
penduduk di sana dari 2001 sampai 2012. Mereka yang tinggal berjarak sekitar 50 meter dari
jalan raya dan penuh polusi berisiko terserang demensia sebesar tujuh sampai 12 persen.

Semakin dekat dengan jalanan yang ramai, risiko terserang demensia pun semakin besar.
Namun, mereka yang jarak antara rumah dan jalan raya sekitar 200 meter, kemungkinan
terserang demensia relatif kecil.
Peneliti yang menjalankan studi ini sebenarnya tidak sepenuhnya yakin bahwa polusi
memiliki keterkaitan dengan kondisi otak. Prediksi mereka menyebutkan polusi memicu
peradangan pada otak sehingga terjadi gangguan ingatan dari waktu ke waktu alias
demensia.

Hidup di Kota Perbesar Kemungkinan


Alami Kelainan Otak Demensia
07 Jan 2017, 14:18 WIB

Liputan6.com, Jakarta Kita hidup di era globalisasi sekaligus urbanisasi di mana gedung-
gedung bertingkat tinggi menghiasi hampir semua kota besar di negara-negara seantero
dunia.

Kota besar identik dengan keramaian dan polusi. Sebuah penelitian baru-baru ini menunjukan
adanya kecenderungan seseorang mengalami penyakit kelainan otak demensia apabila tinggal
di area perkotaan yang ramai dan umumnya sudah terkontaminasi dengan zat-zat beracun
yang hadir dalam bentuk polusi.

Melansir CNN, Sabtu (7/1/2017), para peneliti dari Public Health Ontario yang dipimpin oleh
Ray Copes menemukan fakta bahwa, orang-orang yang berdomisili di area 50 meter dari
keramaian memiliki 7 persen kemungkinan mengalami penyakit demensia.

“Penelitian kami menunjukan salah satu faktor utama yang menjadi biang gejala penyakit
kelainan otak demensia adalah paparan dari polusi yang bersifat terus-menerus,” kata Copes.

Ia meneruskan, “salah satu zat berupa polusi yang sangat mungkin memicu demensia adalah
nitrogen dioksida. Paparan berlebih pada manusia diyakini dapat membuatnya lemah
terhadap kecenderungan alami demensia."
Demensia adalah suatu gejala yang disebabkan oleh penyakit atau kelainan pada otak.
Dementia ditandai dengan terganggunya mental seseorang yang menyebabkan gangguan
berpikir dan juga hilang ingatan.

Demensia juga bisa menyebabkan perubahan pada sifat dan perilaku seseorang.

Ini Terapi Paling Mujarab untuk Penderita


Demensia, Penasaran?
26 Okt 2016, 14:30 WIB
Musik juga memiliki manfaat kesehatan yang besar dan bisa menjadi terapi yang efektif,
salah satunya pada orang dengan demensia. (foto: baycrest)

Liputan6.com, Jakarta Mendengarkan musik memang menyenangkan dan bisa membantu


memperbaiki suasana hati yang sedang gundah.

Selain itu, mendengarkan atau memainkan alat musik juga memiliki manfaat kesehatan yang
besar dan bisa menjadi terapi yang efektif untuk penderita penyakit demensia.

Menurut peneliti di Bournemouth University Dementia Institute (BUDI) di Dorset, Inggris,


mendengarkan musik, khususnya orkestra, bisa membantu meningkatkan suasana hati serta
meningkatkan kepercayaan diri para penderita penyakit demensia.

Musik orkestra adalah salah satu dari beberapa proyek yang ditargetkan untuk menjadi bahan
penelitian pihak BUDI.

Penelitian tersebut mengungkap fakta bahwa musik orkestra bisa membantu para penderita
demensia mengasah keterampilan otak mereka sekaligus merasakan kegembiraan yang
biasanya sulit dirasakan oleh para penderita penyakit ini.

Dalam penelitian itu, delapan penderita demensia, tujuh pengasuh mereka, bersama dengan
beberapa mahasiswa dan musisi profesional dilibatkan.
Menurut pemimpin penelitian pihak BUDI, Anthea Innes, PhD, musik orkestra terbukti
sebagai instrumen yang dapat meningkatkan kehidupan semua orang yang terlibat di
dalamnya.

Terlebih, proyek ini bisa menjadi senjata penangkal persepsi negatif publik terhadap orang
yang didiagnosis dengan penyakit demensia.

Para peserta dalam penelitian didorong untuk mempelajari alat musik baru, dan melibatkan
dirinya dalam permainan perkusi dan menyanyi. Hasilnya, ternyata latihan tersebut
memberikan efek positif pada semua peserta yang telah mempelajari keterampilan baru dan
menemukan kembali keterampilannya yang dahulu.

“Musik dapat menyentuh hati semua orang dalam beberapa cara, baik dengan
mendengarkannya saja atau bermain alat musiknya,” ujar Anthea Innes dalam siaran pers.

“Bekerja bersama-sama dan berkolaborasi adalah cara yang ampuh untuk mengeluarkan hal
terbaik dari diri setiap orang – bukan hanya dalam hal kemampuan musik mereka saja.
Namun keterampilan komunikasi, persahabatan, perawatan, dan dukungan satu sama lain,”
tutupnya.

Makan Buah Ini Tiap Hari Bakal Cegah


Demensia
13 Jul 2017, 06:30 WIB

Ilustrasi minuman lemon dan mint (Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta Buah-buahan sitrus atau asam seperti jeruk, lemon, jeruk nipis atau
grapefruit bukan hanya memiliki kandungan vitamin C tinggi yang baik untuk daya tahan
tubuh. Menurut studi terbaru, buah ini juga dapat mencegah risiko demensia (kerusakan
sistem saraf otak).

Dalam studi yang dilakukan pada lebih dari 13.000 orang di Jepang ini, para ilmuwan
menemukan makan buah sitrus bisa mengurangi 23 persen risiko demensia.
Peneliti tidak tahu persis apa hubungan antara sitrus dan demensia, tulis studi yang
diterbitkan British Journal of Nutrition tersebut. Namun mereka yakin, ada kandungan
tertentu di jeruk yang bisa melindungi otak.

"Selama masa penelitian, jeruk mandarin paling banyak dikonsumsi. Namun tak menutup
kemungkinan jeruk lainnya mengandung sejumlah flavanoid tertentu yang dapat melindungi
neuron di otak sehingga mencegah peradangan pada otak," ujar peneliti, seperti dikutip
Menshealth, Kamis (13/7/2017).

Para peneliti berharap, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi temuan
tersebut. Tapi sementara itu, tidak ada kerugian untuk meningkatkan asupan buah Anda.

Sebuah penelitian sebelumnya menemukan, semakin banyak buah yang Anda konsumsi,
maka semakin rendah risiko diabetes. Dan jika Anda khawatir akan ukuran pinggang, maka
serat buah akan melindungi Anda, kata penasihat nutrisi Kesehatan Pria, Mike Roussell,
Ph.D.

Mengonsumsi Suplemen Kalsium Dapat


Meningkatkan Risiko Demensia?
21 Agu 2016, 17:01 WIB

Sebanyak 60 sampai 70 persen kasus demensia merupakan penyakit alzheimer atau pikun,
simak gejalanya berikut ini.

Liputan6.com, Jakarta Untuk wanita yang lebih tua dengan kondisi kesehatan tertentu,
mengkonsumsi suplemen kalsium dapat dihubungkan dengan peningkatan risiko demensia.
Dalam studi terbaru, para peneliti menemukan bahwa wanita yang sebelumnya mengalami
stroke dan yang secara teratur mengambil suplemen kalsium rupanya tujuh kali lebih
mungkin mengembangkan demensia selama periode lima tahun dibandingkan dengan wanita
yang telah memiliki stroke tapi tidak mengambil suplemen kalsium mereka.

Selain itu, para peneliti menemukan bahwa wanita yang memiliki tanda-tanda gangguan yang
mempengaruhi aliran darah di otak dan yang secara teratur mengonsumsi suplemen kalsium,
dua kali lebih mungkin untuk mengembangkan demensia selama lima tahun dibandingkan
wanita yang memiliki tanda-tanda gangguan ini, tetapi tidak meminum suplemen mereka.

Namun, penelitian sementara menunjukkan hubungan antara mengonsumsi suplemen kalsium


dan risiko yang lebih tinggi dari demensia pada beberapa wanita, tapi tidak membuktikan
bahwa mengonsumsi suplemen kalsium menyebabkan demensia, kata rekan penulis studi Dr.
Silke Kern, seorang peneliti neuroscience di Universitas Gothenburg di Swedia.

Penelitian lebih lanjut diperlukan sebelum dibuatnya rekomendasi bagi perempuan mengenai
potensi risiko mengonsumsi suplemen kalsium, kata Kern. Dalam studi tersebut, para peneliti
melihat riwayat kesehatan 700 wanita antara usia 70 dan 92 yang tidak memiliki demensia
pada awal penelitian. Para peneliti meminta para wanita untuk secara teratur mengonsumsi
suplemen kalsium dan diuji kemampuan memori dan pemikiran mereka. Para ilmuwan juga
memindai otak dari 447 peserta.

Penelitian menunjukkan bahwa 54 wanita telah mengalami stroke sebelum studi dimulai, dan
98 perempuan mengonsumsi suplemen kalsium pada awal penelitian. Di antara wanita yang
dipindai otaknya pada awal penelitian, 71 persen memiliki lesi pada materi putih otak
mereka, yang merupakan penanda untuk penyakit serebrovaskular--sekelompok gangguan
yang mempengaruhi aliran darah di otak.

Lesi yang umum terjadi pada orang dewasa yang lebih tua, dengan satu ulasan studi
memperkirakan bahwa di mana saja dari 50 persen menjadi 98 persen orang dewasa tua
mungkin memilikinya.

Para peneliti kemudian memantau semua wanita yang terlibat dalam penelitian selama lima
tahun, dan menemukan bahwa 59 wanita mengembangkan demensia, dan 54 wanita
mengalami stroke selama periode ini hingga 17 Agustus kemarin.

Ketika para peneliti melihat hubungan antara mengonsumsi suplemen kalsium pada awal
studi dan risiko perempuan terkena demensia selama masa studi, ternyata risiko ini lebih
tinggi, tapi hanya untuk wanita yang memiliki tanda-tanda penyakit serebrovaskular di awal
studi atau yang sebelumnya mengalami stroke.

Penyakit serebrovaskular kadang-kadang didefinisikan juga termasuk stroke. Namun dalam


penelitian ini, para peneliti tidak memasukkan stroke dalam definisi mereka dari penyakit
serebrovaskular, melainkan hanya menyebutnya termasuk jenis penyakit serebrovaskular.
Sebagai contoh, enam dari 15 wanita yang sebelumnya telah stroke dan menbgonsumsi
suplemen kalsium mengembangkan demensia selama masa studi. Sebagai perbandingan,
proporsi yang lebih kecil - 12 dari 93 wanita yang sebelumnya mengalami stroke tapi tidak
mengambil suplemen - mengembangkan demensia selama periode waktu yang sama.

Para peneliti mengatakan bahwa mereka tidak tahu pasti mengapa penggunaan suplemen
kalsium terkait dengan risiko tinggi demensia pada wanita dengan kondisi ini. "Mekanisme
untuk efek berbahaya dari suplementasi kalsium tidak sepenuhnya dipahami," kata Kern,
dilansir dari Live Science, Minggu (21/8/2016).

Namun, mungkin bahwa suplemen kalsium mempengaruhi pembuluh darah dan dengan
demikian bahkan berpotensi mengubah aliran darah di pembuluh ini, kata Kern.

Penelitian sebelumnya telah mengaitkan masalah pembuluh darah dengan risiko tinggi
demensia. Dr. Marc Gordon, kepala neurologi di Rumah Sakit Zucker Hillside di Glen Oaks,
New York, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, juga mengatakan bahwa terlalu dini untuk
menentukan langsung apakah suplemen kalsium menyebabkan demensia pada beberapa
perempuan. Jumlah perempuan yang mengonsumsi suplemen dalam penelitian ini hanya
sebagian kecil, katanya. Studi ke depannya dengan peserta lebih banyak harus dilakukan,
katanya.

Jalan 1 Jam Sebanyak 3 Kali Seminggu Menurunkan


Risiko Demensia

Vemale.com - Dibandingkan dengan olahraga lainnya, olahraga jalan kaki merupakan


olahraga paling mudah dan murah yang bisa dilakukan oleh siapa saja. Jalan kaki, juga
merupakan salah satu olahraga sederhana yang memiliki segudang manfaat buat kesehatan.
Salah satu manfaatnya adalah menurunkan risiko demensia. Dikutip dari
laman asiantown.net, jalan kaki selama 1 jam sebanyak 3 kali dalam seminggu
dipercaya mampu menurunkan risiko demensia dan membuat otak makin cerdas juga
terhindar dari risiko alzheimer.
Untuk menurunkan risiko demensia ini, para ahli mengungkapkan bahwa olahraga jalan kaki
bisa menjadi solusinya. Dengan jalan kaki, seseorang bisa mendapatkan tubuh yang
senantiasa bugar dan sehat. Ia, juga dikatakan akan mendapatkan otak yang senantiasa sehat
dan sistem peredaran darah dalam tubuh yang mengesankan. Dr Rosa Sancho, kepala
penelitian di Alzheimer Research UK mengatakan,

"Kami menemukan olahraga jalan kaki baik buat kesehatan jantung. Selain itu,
kami juga menemukan bahwa jalan kaki sangat baik buat kesehatan otak dan
mencegah alzheimer serta demensia."

Sementara itu, Dr Doug Brown, direktur penelitian dan pengembangan di Alzheimer's


Society mengungkapkan,

"Kami menemukan bahwa jalan kaki akan menjaga kesehatan fisik dan psikis
dengan baik. Terlebih, ketika jalan kaki dilakukan di waktu yang tepat dan masih
sehat yakni pagi dan sore hari serta dilakukan di tempat yang asri lagi sejuk."

Well, agar jalan kaki semakin sehat dan berdampak positif buat kesehatan fisik maupun
psikis, para ahli menyarankan agar jalan kaki dilakukan pada pagi atau sore hari. Jalan kaki,
juga sangat disarankan untuk dilakukan di taman atau di tempat yang masih segar dengan
pemandangan menyejukkan pandangan.
Penelitian yang dilakukan oleh para ahli di University of British Columbia di Kanada
menemukan bahwa olahraga ringan seperti halnya jalan kaki adalah salah satu
aktivitas yang bisa menurunkan risiko masalah kognitif hingga demensia dengan
sangat baik. Jalan kaki, juga menjadi salah satu aktivitas yang bisa membuat seseorang
terhindar dari berbagai risiko penyakit berbahaya seperti jantung, stroke, obesitas hingga
diabetes.

Para peneliti juga menemukan bahwa lansia dengan usia di atas 60 tahun yang rutin olahraga
jalan kaki setidaknya selama 1 jam setiap harinya dan minimal dilakukan sebanyak 3 kali
dalam seminggu, hal ini membuatnya sehat secara fisik maupun psikis. Lansia ini juga
dikatakan terbebas dari masalah demensia atau masalah kognitif lainnya.
Mengalami depresi hampir dua kali lipat risiko
perkembangan Demensia
Liputan6.com, Massachusetts: Mengalami depresi hampir dua kali lipat risiko
perkembangan Demensia di kemudian hari, menurut sebuah penelitian. Para ahli tahu bahwa
ada dua kondisi yang sering terlihat, tetapi masih belum jelas juga apakah benar-benar bisa
mengarah pada yang lain. Sekarang sudah ada dua penelitian yang diterbitkan dalam jurnal
Neurology Amerika menyarankan depresi dapat beresiko Demensia.

Demensia merupakan istilah digunakan untuk menjelaskan penurunan fungsional yang


disebabkan oleh kelainan yang terjadi pada otak. Demensia bukan berupa penyakit dan
bukanlah sindrom. Pikun merupakan gejala umum Demensia, walaupun pikun itu sendiri
belum berarti indikasi terjadinya Demensia.

Para peneliti yang menemukan bahwa stress tersebut ada hubungannya dengan Demensia,
dan bukan penyebab langsung. Mereka mengatakan akan mengadakan penelitian lebih lanjut
untuk mengetahui mengapa dua kondisi yang terkait. Mereka meyakini otak kimia dan faktor
gaya hidup seperti diet dan jumlah waktu sosial seseorang yang padat.

Dr. Jane Saczynski dari Universitas Massachusetts, yang memimpin pertama dari dua
penelitian ini mengatakan: "Meskipun belum jelas apakah depresi menyebabkan Demensia,
tetapi ada beberapa cara depresi yang mungkin berdampak risiko demensia." "Peradangan
jaringan otak yang terjadi ketika seseorang depresi bisa berkontribusi untuk Demensia.
Protein tertentu yang ditemukan meningkat di otak dengan depresi juga dapat meningkatkan
resiko terjadinya Demensia."

Penelitiannya yang diikuti 949 orang manula selama 17 tahun, menunjukkan Demensia lebih
sering disebabkan oleh depresi. Pada akhir penelitian, 164 orang telah mengalami Demensia.
Secara spesifik, 22% dari mereka yang mengalami depresi lalu mengalami Demensia,
sedangkan 17% dari mereka yang tidak mengalami depresi.

Penelitian kedua yang diikuti 1.239 orang Amerika dan terlihat beberapa kali seseorang
mengalami depresi yang terkait dengan risiko demensia. Hal ini menunjukkan bahwa
seseorang yang sering mengalami depresi, risiko mereka semakin tinggi terkena Demensia
suatu saat nanti. Memiliki dua atau lebih pengalaman depresi hampir dua kali lipat akan
beresiko demensia.

Rebecca Wood, selaku Chief Executive Research Trust Alzheimer mengatakan: "Kemiripan
di antara gejala demensia dan depresi yang kadang-kadang membingungkan pada saat
diagnosis, tetapi kita tidak tahu apakah mereka secara biologis terkait. Studi-studi terbaru
menunjukkan bahwa mungkin ada hubungan yang lebih jauh antara demensia dan depresi
sehingga kami harus memperluas penelitian ini untuk mengetahui lebih lanjut."

Profesor Clive Ballard dari Alzheimer Society setuju bahwa sekarang diperlukan lebih
banyak penelitian untuk mengetahui apa sebenarnya hubungan tersebut. "Depresi memang
biasa terjadi pada tahap awal demensia. Maksud penelitian ini menunjukkan bahwa depresi
pada usia muda mungkin merupakan faktor resiko yang signifikan untuk demensia," katanya.
(BBC/ARI)

Yuk, Cegah Demensia dengan Beberapa


Permainan Berikut Ini!

Herry Heryanto, 1 month ago 3 min read

Kamu pernah dengar demensia dan alzheimer? Nah, baik demensia maupun alzheimer
merupakan gangguan pada otak yang menyebabkan penurunan daya ingat. Sederhananya
boleh kita sebut dua gangguan otak ini dengan sebutan pikun. Umumnya, penurunan daya
ingat atau pikun memang menyerang orang yang berusia 60 tahun ke atas. Akan tetapi, para
ahli bilang gangguan daya ingat juga bisa menyerang usia muda, lho. Mumpung masih ada
waktu, saat ini sudah banyak bermunculan sejumlah developer yang mengembangkan
aplikasi atau game yang mampu mengasah otak atau bahkan bisa mencegah gangguan otak
tersebut. Yuk, coba cegah demensia dengan beberapa permainan berikut ini.
Word Search Puzzles

Pada game ini tersusun huruf-huruf secara acak. Kamu hanya perlu mencari kata sebagai
jawaban yang tersedia di bawah susunan huruf tersebut dengan cara menjawabnya yaitu
tinggal tarik atau geser huruf awal-akhir atau sebaliknya secara horisontal, vertikal, atau pun
diagonal. Game ini dapat meningkatkan ketajaman mata dan merangsang sel-sel otak.

Onet

Game ini sempat booming beberapa tahun yang lalu. Tapi jangan salah kalau game ini juga
bermanfaat bagi kesehatan otak. Pasalnya pada game ini kamu perlu mencari gambar yang
sama pada susunan gambar yang tersedia pada board. Dari sekian banyak gambar yang
tersusun secara acak, kamu harus mampu menyelesaikannya sebelum waktu yang disediakan
habis. Kegunaan game ini ialah mambantu kamu mengingat di mana letak gambar yang satu
dengan yang lainnya.

Jigsaw Puzzles

Game ini berisi berbagai macam bentuk potongan gambar yang harus disusun oleh
pemainnya agar menghasilkan gambar yang utuh. Pada game ini, kamu sebagai pemain
ditantang untuk menyelesaikan berapa banyak potongan gambar dalam waktu yang
ditentukan sesuai dengan tingkat kesulitannya. Manfaatnya, game ini dapat membantu
meningkatkan daya ingat.

Candy Crush Saga

Game yang pernah menempati posisi sepuluh besar top free di Google Play Store ini ternyata
dapat membantu meningkatkan kinerja sel-sel otak yang diantarkan oleh mata. Pasalnya
game jenis match 3 ini menuntut kejelian mata kamu dalam mencocokkan permen-permen
dalam bentuk tiga jajar, empat jajar, lima jajar, atau lebih.

Tetris
Game ini merupakan sekumpulan balok yang terdiri dari berbagai macam bentuk. Ada yang
berbentuk kubus, panjang (huruf i kapital), huruf L kapital, huruf T, atau hurf Z. Kamu harus
menyusun dan menghancurkan balok-balok yang keluar sesuai dengan goal/target level game
ini. Gunanya untuk meningkatkan kemampuan spasial pada otak.

Tebak Gambar

Game karya anak bangsa ini jelas berguna untuk mengasah otak. Kamu tinggal menebak dan
menjawab kata/frasa apa yang tersembunyi pada gambar yang muncul. Tingkat kesulitannya
juga disesuaikan dengan level yang sudah diselesaikan.

Logo Quiz

Pada awal-awal kemunculannya, game tebak-tebakan ini hanya memuat logo perusahaan-
perusahaan terkenal. Namun seiring beerjalannya waktu, banyak developer yang membuat
game serupa seperti tebak logo klub sepak bola. Game ini bisa juga lho membantu daya ingat
pemainnya yang otomatis sangat berhubungan dengan otak.

Scrabble

Gampangnya, game ini dimainkan untuk membuat kata sebanyak mungkin secara bergantian
dengan 7 ubin (tile) huruf yang muncul secara acak. Jumlah tile-nya sebanyak 100 tiles, tiap
tile hurufnya memiliki poin yang berbeda-beda, dan kamu sebagai pemain diberi waktu 25
menit untuk memainkannya. Sejumlah developer membuat game ini agar bisa dimainkan di
smartphone kamu. Kegunaan game ini bisa melatih daya ingat kamu dan seberapa banyak
kosakata yang sudah kamu kuasai.

Anda mungkin juga menyukai