BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
akhir dari fase kehidupannya. Di seluruh dunia pada tahun 2015 ada
persen dari jumlah populasi global. Pada tahun 2015 dan 2030, jumlah
persen, dari 901 juta menjadi 1.4 milyar, dan pada tahun 2050 populasi
tahun 2010, jumlah lanjut usia di Indonesia yaitu 18,1 juta jiwa (7,6%
dari total penduduk). Pada tahun 2014, jumlah penduduk lanjut usia di
Indonesia menjadi 18,781 juta jiwa dan diperkirakan pada tahun 2025,
usianya lebih dari 7%. Provinsi yang memiliki jumlah lansia terbanyak
5.079.451 jiwa dan dari jumlah tersebut yaitu sekitar 424.895 jiwa adalah
yaitu terdapat 2.193 lansia dan diikuti dengan Puskesmas Tigo Baleh
Sari sebanyak 1.115 orang lansia, Puskesmas Mandi Angin Plus sebanyak
1.057 orang lansia, dan Puskesmas Gulai Bancah sebanyak 448 orang
lansia.
Meningkatnya populasi usia lanjut juga menimbulkan peningkatan
(Laking, 2011).
pada tahun 2030 dan 135.460.000 pada tahun 2050. Tiga puluh tujuh
1,2 juta jiwa dan masuk dalam 10 negara dengan demensia tertinggi di
lanjut usia yang terkena demensia. Ketika memasuki usia 80an tahun 4-5
dari 10 lanjut usia yang terkena demensia dan akhirnya saat memasuki
Kathryn, 2013).
Penurunan kemampuan fungsi kognitif pada lansia berasosiasi
dengan orang lain, bahkan dengan keluarganya sendiri dan tidak mampu
apabila tidak ditangani segera maka akan berlanjut ke tahap yang lebih
yang signifikan pada kesehatan otak dan merupakan faktor yang sangat
mengembangkan demensia.
otak. Orang yang berpendidikan lebih lanjut, memiliki berat otak yang
Beberapa yang berisiko terkena Demensia adalah orang lanjut usia (lebih
menyumbang 62% dari orang yang berusia lebih dari 80 tahun. Jumlah
(Rasmara, 2016).
risiko lebih tinggi terkena sendiri dibandingkan dengan orang yang tidak
Laili, dkk (2015) dengan judul Hubungan Aktifitas Fisik dan Aktifitas
demensia 64,9% (37 orang), dan aktivitas tinggi 41,8% (41 orang) tidak
7
mengalami demensia 27% (14 orang). Jadi pada penelitian tersebut dapat
yang memiliki aktivitas fisik sedang sebesar 56,8% (21 orang) tidak
Dan lansia yang memiliki aktivitas fisik buruk sebesar 21,6% (8 orang)
dari 120 responden lansia dimana berpendidikan rendah 80,8% (97 orang)
mengalami demensia 33% (32 orang) dan berpendidikan tinggi 19,2% (23
from mid-adult Life bahwa terdapat kasus insiden demensia yang terjadi
yang terdiri dari 4 orang perempuan dan 1 orang laki-laki, 1 orang tamat
perempuan dan 1 orang tidak tamat SD, 1 orang tamatan SMP. Dan 30%
mengurus cucu dan 20% yang mengalami demensia berat hanya berdiam
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah pada
Bukittinggi
f. Mengetahui hubungan tingkat pendidikan dengan kejadian
Kota Bukittinggi
g. Mengetahui hubungan jenis kelamin dengan kejadian demensia
Bukittinggi.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Lansia
Dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman pentingnya aktivitas
3. Bagi Puskesmas
Hasil pebelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan acuan untuk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
12
A. Demensia
1. Pengertian Demensia
Demensia adalah himpunan gejala penurunan fungsi
(Townsend, 2010).
Demensia adalah keadaan dimana seseorang mengalami
aktivitas sosial.
2. Etiologi
Menurut Townsend (2009) demensia disebabkan oleh beberapa
neurofibril.
b. Demensia Vaskular
Jenis demensia ini disebabkan penyakit serebrovaskular yang
ringan akibat hipertensi arteri atau emboli atau trombi serebri yang
menyebabkan demensia.
d. Demensia akibat taruma kepala
Terjadi sebagai akibat patofisiologi langsung trauma kepala.
korteks serebri.
g. Penyakit Pick
14
satu tahun.
i. Akibat Zat
Jenis demensia ini berkaitan dengan efek menetap zat tertentu,
(Splaine, 2012)
Aktivitas fisik adalah salah satu faktor risiko gaya hidup
yang dapat berperan dalam hal yang bermanfaat pada otak. Faktor
menyiapkan sel saraf untuk terhubung lebih mudah dan lebih kuat.
suatu aktivitas fisik akan memperkuat ikatan antar sel saraf. BDNF
dan daya tahan saraf terhadap kerusakan dan stres yang banyak
(Ambardini, 2009).
Ada 3 tipe aktivitas fisik lanjut usia menurut Pusat Promosi
2) Kelenturan (Flexibility)
17
memilih salah satu aktivitas yang mereka gunakan pada show card
tersebut.
Untuk menganalisa data dan menilai intensitas kegiatan
aktivitas sedang
tinggi seperti :
(Lewellyn, 2016).
e. Merokok
f. Konsumsi Alkohol
Penelitian lain telah menemukan bahwa minum berlebihan
Autralia, 2015)
g. Genetik
Lebih dari 20 gen telah ditemukan yang tidak secara langsung
2016).
j. Faktor Kardiovaskular
Faktor-faktor yang beresiko menyebabkan demenesia terdiri dari :
1) Diabetes
dan atrofi yang pada MRI terlihat lebih sering dan berat
kadar insulin.
2) Obesitas
jaringan otak.
3) Hipertensi
Tekanan darah tinggi di usia pertengahan meningkatkan
sebelumnya)
b. Hambatan dalam mengambil keputusan, berpikir abstrak dan
kontrol impuls
c. Hambatan kemampuan berbahasa, seperti sulit menamai benda
d. Perubahan kepribadian sering terjadi
e. Hambatan kemampuan melakukan aktivitas motorik walaupun
banyak kata tetapi biasanya hanya sedikit saja makna yang terdapat
sekitar.
6. Pengukuran Demensia
Pengukuran tingkat demensia Instrumen Penilaian Status
RI, 2013).
Dapat disimpulkan lansia adalah seseorang yang telah berusia
orang lain.
2. Batasan Umur Lansia
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut
tahun, usia lanjut (elderly) antara 60-74 tahun, usia tua (old) antara
75-90 tahun dan usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun (Padila,
2013).
Batasan umur lansia yang digunakan dalam penelitian ini
sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi
anak, dewasa dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis
dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian (Padila, 2013).
Teori-teori yang menjelaskan bagaimana dan mengapa penuaan
melawan penyakit.
Teori bilogis juga menjelaskan mengapa orang mengalami
kesehatan.
1) Teori Genetika
Teori genetika terdiri dari teori asam deoksiribonukleat
reaksi yang diatur oleh sistem saraf. Hal ini lebih jelas
pengetahuan.
a. Teori Psikososial
30
psikologis.
1) Teori kepribadian
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada
lanjut usia. Hal ini dapat dilihat dari gaya hidup, dan harapan
usia.
2) Teori tugas perkembangan
Tugas perkembangan adalah aktifitas dan tantangan
berkurangnya komitmen.
4) Teori aktifitas
Teori ini menyatakan bahwa lanjut usia yang sukses
kehidupan manusia.
5) Teori kontinuitas
Teori ini juga dikenal dengan teori perkembangan,
2006).
4. Perubahan-Perubahan yang Terjadi Pada Lansia
Menurut Nugroho (2008) perubahan yang terjadi pada lansia
kehidupannya,
2. Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini
hari.
C. Kerangka Teoritis
Lansia
> 60 tahun
Mengalami perubah :
Fisik
Psikososial
Spiritual
Mental
Demensia
34
1. Usia
2. Genetik
3. Jenis kelamin
4. Tingkat Pendidikan
5. Aktivitas fisik
6. Merokok
8. Alkohol
9. Faktor kardivaskular
(Splaine, 2012; Baumgart et
al, 2015; Alzheimer’s
Society, 2016).
1. Faktor Kardiovaskular
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara
Aktivitas Fisik
Bagan 3.1
Kerangka Konsep Hubungan Aktivitas Fisik, Tingkat Pendidikan dan Jenis
Kelamin terhadap Kejadian Demensia pada Lansia
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasional yaitu penelitian
Bukittinggi.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
36
orang).
2. Sampel
Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini
2011).
Menurut Arikunto (2006), apabila subjeknya kurang dari
populasi. Tetapi jika jumlah subjek besar, dapat diambil antara 10-
15% atau 15-25% atau lebih. Penelitian ini mengambil sampel 10%
n = 219,3
n = 219
Jadi, jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu
D. Kriteria sampel
1. Kriteria inklusi
a. Lanjut usia yang bersedia menjadi responden.
b. Lanjut usia yang berusia 60 tahun keatas
c. Lanjut usia yang dapat berkomunikasi
2. Kriteria eksklusi
a. Lanjut usia yang mengalami gangguan pendengaran (tuli).
b. Lanjut usia yang memiliki kondisi yang mempengaruhi struktur
Definisi Skala
Variabel Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
Aktivitas Kegiatan Wawancara Kusioner Ordinal 1. Tinggi
fisik yang biasa Global (MET ≥
dilakukan Physical 3000 )
lansia sehari- Activity 2. Sedang
hari, yang Questionnai (MET ≥
terdiri dari re (QPAQ) 600)
38
F. Instrumen Penelitian
1. Instrumen Aktivitas Fisik yaitu Global Physical Activity
Questionnaire (GPAQ)
Secara teori, jangka waktu yang lebih panjang lebih baik (Kristanti,
menggunakan rumus :
Folstein, et al pada tahun 1975 atau Folstein tes kusioner singkat 30-point,
kerusakan kognitif dibagi menjadi : (1) Tidak ada gangguan kognitif (24-
30), (2) Gangguan kognitif ringan (18-23) dan (3) Gangguan kognitif
berat (0-17).
dengan memberi tanda chek list (√) pada kotak yang telah
disediakan.
B. Etika Penelitian
42
tujuan penelitian.
Setelah responden menyetujui dan menandatangani Informed
berikut :
2. Pengolahan Data
MelihatSetelah dataditerkumpul
data lansia Puskesmaskemudian peneliti
terkait untuk melakukan
memilih sampel tabulasi
data menggunakan sistem komputerisasi menurut kriteria yang telah
berikut:
1) Perhitungan dan penjumlahan
Pada proses ini peneliti mengumpulkan semua kuesioner yang
berikut:
1) Usia : 1 = 60-74 Tahun
2 = 75-90 Tahun
2) Jenis Kelamin : 1 = Pria
2 = Wanita
3) Status Perkawinan : 1 = Memiliki Pasangan
2 = Tidak Memiliki Pasangan
4) Pekerjaan : 1 = Bekerja
2 = Tidak Bekerja
5) Pendidikan : 1 = Tinggi
2 = Sedang
3 = Rendah
Sedangkan untuk pengkodean berdasarkan kuesioner adalah
sebagai berikut:
1) Aktivitas Fisik : 1 = Aktivitas Fisik Tinggi
45
Pada tahap ini tidak terjadi kesalahan dan data sudah lengkap.
2. Analisa Data
Data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis. Analisis
kejadian demensia.
b. Analisis Bivariat
Analisa bivariate dilakukan untuk menganalisis hubungan
=0,05. Sehingga, jika pvalue < 0,05 maka hasil statistic disebut
Keterangan:
X2 = Nilai Chi-kuadrat
fe = Frekuensi yang diharapkan
f0 = Frekuensi yang diperoleh/diamati
BAB V
HASIL PENELITIAN
Barisan atau sekitar 90 km arah utara dari Kota Padang. Kota ini berada di
tepi Ngarai Sianok dan dikelilingi oleh dua gunung yaitu Gunung
yaitu seluruh lansia yang memenuhi kriteria inklusi dan bertempat tinggal
berikut :
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di
Wilayah Kerja Puskesmas Guguk Panjang
Kota Bukittinggi
lansia berusia 60-74 tahun yaitu sebanyak 164 orang (74.9%). Lebih
sebanyak 118 orang (53.9%). Lebih dari separuh lansia bekerja yaitu
1. Demensia
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Demensia pada Lansia di Wilayah
Kerja Puskesmas Guguk Panjang Kota Bukittinggi
2. Aktivitas Fisik
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Aktivitas Fisik pada Lansia
di Wilayah Kerja Puskesmas Guguk Panjang Kota Bukittinggi
3. Tingkat Pendidikan
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan pada Lansia
di Wilayah Kerja Puskesmas Guguk Panjang Kota Bukittinggi
orang (55.7%).
Lansia
Tabel 5.5
Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Demensia Pada
Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Guguk Panjang
Kota Bukittinggi
Aktivitas Demensia
Total
P
Fisik Normal Ringan Berat Value
f % F % F % f %
ringan.
Proporsi tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi aktivitas
fisik pada lansia maka akan semakin sedikit kejadian demensia pada
Lansia
Tabel 5.6
Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kejadian Demensia Pada
Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Guguk Panjang
Kota Bukittinggi
Tingkat Demensia
Total
P
Pendidikan Normal Ringan Berat Value
f % F % f % f %
52
orang lansia (5.9%) yang mengalami demensia ringan dan tidak ada
orang lansia (3.2%) mengalami demensia berat. Dan pada lansia yang
Bukittinggi.
53
Lansia
Tabel 5.7
Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Demensia Pada
Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Guguk Panjang
Kota Bukittinggi
Jenis Demensia
Total
P
Kelamin Normal Ringan Berat Value
F % F % f % f %
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Analisa Univariat
1. Kejadian Demensia
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 219 lansia di Wilayah
demensia, yaitu sebanyak 132 orang (60.3%) yang terdiri dari 85 orang
87 orang (39.7%).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
demensia adalah umur lansia, usia lansia yang semakin tua sulit untuk
macam organ terutama pada system saraf. Keadaan yang biasa dialami
(Wreksoatmodjo, 2014).
Baumgart (2015) mengatakan ada beberapa faktor lain yang
otak juga dapat dipengaruhi oleh kadar insulin. Di kalangan usia lanjut
bulan, sampai tahun. Lansiapun juga tidak tau nama daerah tempat
tinggalnya, kota, propinsi bahkan nama negara. Lansia juga lupa atau
peneliti. Dan lansia juga sulit untuk berkosentrasi atau fokus karena
lansia tidak bisa menyelesaikan soal kalkulasi dari kuesioner dan juga
fisik tinggi pada lansia yaitu sebanyak 55 orang (25.1%) dan lansia
buruk sebanyak 8 orang (21.6%). Selain itu juga ada penelitian lain
melakukan aktivitas fisik, maka pada masa tuanya tentu akan lebih
keadaan tubuh tetap terjaga dengan baik, baik itu aktivitas aerobik
yang baik itu yang bersifat aerobik. Banyak sekali aktivitas aerobik
kebugaran dan kesegaran jasmani tubuh pada lansia tetap terjaga dan
bersepeda baik yang stasioner maupun yang jalan serta senam lansia.
Menurut hasil yang didapatkan oleh peneliti di wilayah Kerja
aktivitas fisik pada lansia salah satunya faktor umur. Faktor umur
oleh berbagai aspek yang salah satunya yaitu aspek akan penurunan
diantaranya mudah jatuh, mudah lelah, nyeri pada kaki bagian bawah
(15.5%).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Ulfa (2015) didapatkan hasil yaitu dari 40 orang lansia yang
berkorelasi positif dengan hasil skor pada tes-tes inteligensi dan tugas-
akhirnya juga untuk bekerja, tidak perlu pendidikan yang tinggi untuk
pada lansia laki-laki yaitu lansia perempuan terdiri dari 152 orang
lansia perempuan lebiih banyak dari pada lansia laki-laki yaitu lansia
orang (33.3%).
Berdasarkan data Susenas (2012), penduduk lanjut usia yang
paling banyak adalah perempuan yaitu sebesar 8,2% dan laki - laki
jangka pendek membuat badan secara fisik lebih kuat, tapi dalam
62
dari pada lansia laki-laki karena banyak lansia perempuan yang tidak
tabel 5.6 diketahui persentase aktivitas fisik tinggi dari 55 orang lansia
orang (14.3%).
63
(11.6%).
Hasil penelitian ini sesuai dengan studi sebelumnya yang
(Splaine, 2012).
Blaydes (2011) mengatakan bahwa aktivitas fisik berperan
daerah otak, dan mereka memiliki fungsi kognitif yang lebih baik. Hal
efektif. Hal yang biasa bagi otak menyusut sedikit saat kita bertambah
65
tua, tapi penyusutan terkait usia ini berkurang pada orang yang
melakukan aktivitas fisik secara teratur orang dewasa yang lebih tua
yang aktif secara fisik memiliki volume otak dan konektivitas khas
dapat berperan dalam hal yang bermanfaat pada otak. Faktor – faktor
sel saraf dan memediasi manfaat jangka panjang dari exercise terhadap
demikian, aktivitas fisik ini menyiapkan sel saraf untuk terhubung lebih
mudah dan lebih kuat. Aktivitas fisik dapat meningkatkan aliran darah
fisik akan memperkuat ikatan antar sel saraf. BDNF (brain derived
Lansia
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 219 lansia di Wilayah
< 0.05 yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat
orang (33%) dan 4 orang (67%) tidak mengalami demensia, dan yang
kategori normal.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Maryam (2015) yang
berat otak. Orang yang berpendidikan lebih lanjut, memiliki berat otak
lebih banyak sinapsis yang dimiliki di hari tua yang dapat mencegah
0.062 sehingga p > 0.05 yang berarti tidak ada hubungan antara tingkat
70
Hasil uji statistik diperoleh p value = 0,878 yang berarti tidak ada
alzheimer pada wanita lebih tinggi dibandingkan pria. Namun, tidak ada
dan perempuan.
71
kelamin dengan kejadian demensia pada lansia. Hal ini disebabkan oleh
kelamin karena juga disebabkan oleh faktor resiko lain yaitu faktor
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
73
Sebagian besar lansia bekerja yaitu sebesar 157 orang (71.7%). Lebih
(55.7%).
2. Diketahui lebih dari separuh lansia mengalami demensia yaitu terdiri
Kota Bukittinggi
B. Saran
1. Bagi Petugas Puskesmas
74
serta dapat dijadikan sebagai bahan ajar pada mata kuliah ilmu
pada lanjut usia tidak hanya terbatas pada aktivitas fisik, tingkat
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Sumatera Barat. (2014). Jumlah Penduduk Sumatera Barat.
Diakses tanggal 18 Januari 2017 dari http://Badan Pusat Statistik.co.id
Baumgart, dkk. (2015). Sumaary of the Evidence on Modifiable Risk Factors for
Cognitive Decline and Dementia : A Population-based Perspective.
Alzheimer’s & Dementia, 11, 718-729.
76
Chen, J. H., Lin, K.P., & Chen, Y. C. (2009). Risk Factor for Dementia. J Formos
Med Assoc, 108(10), 754-764.
Dinas Kesehatan Kota (DKK) Bukittinggi. (2017). Data Sasaran Program Kota
Bukittinggi. Kota Bukittinggi : DKK
Depkes RI. (2015). Pelayanan dan peningkatan Kesehatan Usia Lanjut. 5 Januari
2017. http://www.depkes.go.id/article/view/15052700010/pelayanan-dan-
peningkatan-kesehatan-usia-lanjut.html
Effendi, A. D., Mardijana, A., & Dewi, R. (2014). Hubungan antara Aktivitas
Fisik dengan Kejadian Dimensia pada Lansia di UPT Pelayanan Sosial
Lanjut Usia Jember. e-Jurnal Pustaka Kesehatan, 2(2), 332-336.
Erol, R., Brooker, D., & Peel, E. (2015). Women and Dementia. London :
Alzheimer’s Disease International.
Farrow, K., & Ellis, K. (2013). Physical Activity for Brain Health and Fighting
Dementia. 4 Januari 2017.
https://www.yourbrainmatters.org.au/sites/default/files/YBM%20Paper
%2036_webfinal_0.pdf.
Hutapea, R. (2005). Sehat dan Ceria di Usia Senja. Jakarta : Rineka Cipta.
http://padk.kemkes.go.id/news/read/index/2/4/selamatkan-otak-peduli-
gangguan-demensiaalzheimer-pikun
Maryam, R. S., Hartini, T., & Sumijatun. (2013). Hubungan Tingkat Pendidikan
dan Activity Daily Living dengan Demensia pada Lanjut Usia di Panti
Werdha. 45-55.
Kognitif pada Lanjut Usia di Desa Pucangan.
Sari, M. N. L. P., Widodo, G. G., & Aini, F. (2016). Hubungan Aktivitas Fisik dan
Aktivitas Kognitif terhadap Kejadian Demensia pada Lansia Kecamatan
Boja. 1-10.
Splaine, M. (2012). Policy Brief Risk Factor for Dementia. Alzheimer’s Disease
International. 6 Desember. https://www.alz.co.uk/sites/default/files/policy-
brief-risk-factors-for-dementia.pdf
Stanley, M., & Beare, P. G. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta :
EGC.
Verghese, J, dkk. (2003). Leisure Activities and the Risk of Dementia in the
Elderly. The New England Journal of Medicine, 348(25), 2508-2516.
Tyson, D. (2010). Why more Education Lowers Dementia Risk. 6 Maret 2017.
http://www.cam.ac.uk/research/news/why-more-education-lowers-
dementia-risk