PENDAHULUAN
Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang signifikan
dan sosial dengan keanekaragaman penduduk; maka jumlah kasus gangguan jiwa terus
bertambah yang berdampak pada penambahan beban negara dan penurunan produktivitas
Gangguan jiwa merupakan penyakit multi kausal bervariasi. Klien gangguan jiwa
banyak mengalami distorsi kognitif yang akhirnya mengarah pada gangguan perilaku, hal
tersebut disebabkan oleh kesalahan logika, kekeliruan penggunaan alasan atau pandangan
individu yang tidak sesuai dengan kenyataan (Stuart, 2009). Kesalahan logika
menyebabkan klien gangguan jiwa mempunyai pemikiran sempit tentang sesuatu hal,
termasuk tentang dirinya. Mereka tidak merasa memiliki perilaku menyimpang dan tidak
Gangguan jiwa dapat terjadi pada siapa saja dan kapan saja. Hasil analisis dari
WHO sekitar 450 juta orang menderita gangguan jiwa termasuk skizofrenia. Skizofrenia
menjadi gangguan jiwa paling dominan dibanding gangguan jiwa lainnya. Penderita
gangguan jiwa sepertiga tinggal di negara berkembang, 8 dari 10 orang yang menderita
skizofrenia tidak mendapatkan penanganan medis. Gejala skizofrenia muncul pada usia
15-25 tahun lebih banyak ditemukan pada laki-laki dibandingkan pada perempuan.
Skizofrenia adalah salah satu jenis psikotik yang menunjukan gelaja halusinasi
dan waham (Townsend, 2011). Pasien dengan skizofrenia mempunyai gejala salah
satunya adalah halusinasi akibat cemas berkepanjangan yang tidak mampu dihadapi
pasien menggunakan mekanisme koping dalam diri pasien. Pendapat lain menyebutkan
bahwa halusinasi yang terjadi pada pasien skizofrenia halusinasi gangguan alam perasaan
yang tidak menentu, isi kebesaran atau kejaran, sering bertengkar atau berdebat, dan
perilaku cemas yang tidak menentu dan kemarahan (Hawari, 2014). Penyebab gangguan
jiwa salah satunya adalah adanya tekanan yang berat dalam peristiwa hidup. Stres berasal
berkembang dan hampir 1% dari populasi dunia merupakan pasien penyakit ini (National
Institute of Mental Health, 2014). Anggaran dari populasi dunia yang berusia 18 tahun,
sebanyak 1,1% menderita penyakit skizofrenia (NIMH, 2014). Berdasarkan World Health
Jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia saat ini adalah 236 juta orang,
dengan kategori gangguan jiwa ringan 6% dari populasi dan 0,17% menderita gangguan
berusia 15-24 tahun mengalami gangguan jiwa. Dari 34 provinsi di Indonesia, Sumatera
Barat merupakan peringkat ke 9 dengan jumlah gangguan jiwa sebanyak 50.608 jiwa dan
prevalensi masalah skizofrenia pada urutan ke-2 sebanyak 1,9 permil. Peningkatan
gangguan jiwa yang terjadi saat ini akan menimbulkan masalah baru yang disebabkan
Berdasarkan data yang di peroleh dari Puskesmas Guguk Panjang jumlah pasien
Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah yang timbul pada pasien
gangguan jiwa kronis sering mengalami ketidakpedulian merawat diri. Keadaan ini
merupakan gejala perilaku negative dan menyebabkan pasien dikucilkan baik dalam
keluarga dan di masyarakat (Yusuf, 2015). Menurut Heppi, (2012) defisit perawatan diri
adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias,
toileting, makan). Dampak dari defisit perawatan diri secara fisik jika ditangani maka
akan menyebabkan gangguan intergritas kulit, gangguan membrane mukosa mulut, resiko
infeksi mata dan telinga, serta gangguan fisik pada kuku. Selain itu juga berdampak pada
masalah psikososial seperti kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri, dan gangguan interaksi social (Parendrawati, 2009).
Ada beberapa terapi untuk merobah gangguan perilaku klien defisit perawatan diri
diantaranya: terapi kognitif, terapi keluarga, terapi lingkungan, terapi psikoreligius, terapi
kelompok, terapi individu, dan terapi perilaku. Salah satu jenis terapi perilaku yang
dapat digunakan disini adalah metode token economy yang merupakan sebuah prosedur
kepingan (isyarat / tanda) sesegera mungkin setiap kali setelah perilaku sasaran muncul.
Kelebihan dari metode ini adalah dapat langsung diberikan sesudah perilaku target
terbentuk, dan dapat ditukarkan dengan benda bila waktu dan tempat memungkinkan,
cara ini akan efektif bila diberlakukan pada sekelompok orang ( Heppi, 2012).
Token ekonomi adalah jenis terapi perilaku yang efektif untuk menetapkan
perilaku target yang terkait dengan peningkatan kehadiran individu dalam kegiatan
sehari-hari, menentukan imbalan lansung (token) dan memberikan hadiah ini pada waktu
yang telah ditentukan sebagai unit pertukaran yang dikelola untuk individu tersebut
setelah dia mengekspresikan perilaku adaptif positif yang diinginkan ( Dimitrios, dkk,
2013).
Token ekonomi adalah bentuk dari reinforcement positif yang digunakan baik
secara individu maupun kelompok pasien di ruang psikiatri atau pasien anakanak (Stuart
& Laraia, 2005). Token ekonomi, yaitu sebuah teknik bedasarkan prinsip-prinsip
pengkondisian overan. Conditioned reinforce dalam bentuk token diberikan pada pasien
yang memunculkan respon yang diinginkan seperti mampu memperagakan tehnik napas
dalam atau menyelesaikan tugas secara baik. Menurut Carson (2003) manfaat lain dari
token ekonomi adalah mengajarkan nilai pada pasien karena token ini diberikan apabila
Berdasarkan survey awal yang telah dilakukan pada tanggal 5 Juli 2019, gejala
yang tampak diantaranya : badan klien bau, gigi klien kuning, klien jarang mengganti
pakaian, dan jarang mandi. Gejala tersebut menunjukkan bahwa terganggunya aktifitas
kebersihan diri dan berhias pada pasien. Berdasarkan fenomena diatas, maka penulis
merasa tertarik untuk mengetahui pengaruh terapi token economy terhadap aktifitas
perawatan diri pada pasien defisit perawatan diri dengan skizofrenia di Puskesmas Guguk
Panjang.
B. Rumusan Masalah
terapi token ekonomi terhadap perawatan diri pada pasien defisit perawatan diri dengan
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penulis dapat melakukan terapi token ekonomi terhadap perawatan diri pada
2. Tujuan Khusus
b. Memahami konsep tentang asuhan keperawatan jiwa pada Tn.Y dengan defisit
c. Menerapkan evidence based (terapi token ekonomi) pada Tn.Y dengan defisit
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Pasien
kebersihan diri
KIA-N ini diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan bagi perawat dalam
meningkatkan defisit perawatan diri. Menjadi salah satu acuan bagi perawat untuk
3. Bagi Penulis
Hasil karya ilmiah ini menjadi bahan dasar untuk peneliti selanjutnya yang berkaitan
4. Bagi Puskesmas
Bahan panduan dan rujukan bagi puskesmas tentang tindakan pemberian asuhan