A. Definisi
sering terjadi pada bayi dan masa kanak-kanak awal (Wong, 2008). Pneumonia
adalah inflamasi atau infeksi pada parenkim paru. Pneumonia disebabkan oleh
satu atau lebih agens berikut : virus, bakteri (mikoplasma), fungi, parasit, atau
akut (ISNBA) dengan batuk dan disertai dengan sesak nafas disebabkan aden
asing,berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan konsolidasi (Nurarif &
Kusuma, 2013).
konsolidasi dan terjadi pengisian alveoli oleh eksudat yang disebabkan oleh
B. Etiologi
1. Bakteri
Bakteri yang dapat menyebabkan pneumonia adalah : Diplococus pneumonia,
Pneumococcus, Streptococcus Hemoliticus aureus, Haemophilus influenza,
Basilus friendlander (Klebsial pneumonia), Mycobacterium tuberculosis. Bakteri
gram positif yang menyebabkan pneumonia bakteri adalah steprokokus
pneumonia, streptococcus aureus dan streptococcus pyogenis
2. Virus
Pneumonia virus merupakan tipe pneumonia yang paling umum disebabkan
oleh virus influenza yang menyebar melalui transmisi droplet. Cytomegalovirus
merupakan penyebab utama pneumonia virus. Virus lain yang dapat menyebabkan
pneumonia adalah Respiratory syntical virus dan virus stinomegalik.
1
3. Jamur
Infeksi yang disebabkan oleh jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran
burung. Jamur yang dapat menyebabkan pneumonia adalah : Citoplasma
Capsulatum, Criptococcus Nepromas, Blastomices Dermatides, Cocedirides
Immitis, Aspergillus Sp, Candinda Albicans, Mycoplasma Pneumonia.
4. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Ini biasanya
terjadi pada pasien yang mengalami imunosupresi seperti pada penderita AIDS.
5. Faktor lain yang mempengaruhi
Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya pneumonia adalah daya tahan
tubuh yang menurun misalnya akibat malnutrisi energi protein (MEP), penyakit
menahun, pengobatan antibiotik yang tidak sempurna.
6. Bahan kimia
Minyak tanah, bensin
7. Aspirasi (cairan amnion, makanan, cairan lambung, susu) (Reevers, 2000; Sectish,
2003).
C. Klasifikasi Pneumonia
Menurut buku Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia yang
dikeluarkan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2003, menyebutkan 3 klaisfikasi
pneumonia, yaitu:
Berdasarkan klinis dan epidemiologi
a. Pneumonia komuniti ( Community-Acquired Pneumonia/ CAP)
Pneumonia yang didapatkan di masyarakat yaitu terjadinya infeksi di luar
lingkungan rumah sakit. Infeksi LRT yang terjadi dalam 48 jam setelah dirawat di
rumah sakit pada pasien yang belum pernah dirawat di rumah sakit selama > 14
hari.
b. Pneumonia yang didapat dari rumah sakit (nosokomial)
pneumonia yang terjadi selama atau lebih dari 48 jam setelah masuk
rumah sakit. jenis ini didapat selama penderita dirawat di rumah sakit (Farmacia,
2006). Hampir 1% dari penderita yang dirawat di rumah sakit mendapatkan
pneumonia selama dalam perawatannya. Demikian pula halnya dengan penderita
yang dirawat di ICU, lebih dari 60% akan menderita pneumonia.
2
c. Pneumonia aspirasi
Infeksi oleh bakteroid dan organisme anaerob lain setelah aspirasi
orofaringeal dan cairan lambung. Pneumonia jenis ini biasa didapat pada pasien
dengan status mental terdepresi, maupun pasien dengan gangguan refleks
menelan. Stroke, penyakit Parkinson, kesulitan menelan, dapat menyebabkan
aspiration pneumonia.
d. pada penderita immunocompromised/ oportunistik
Pneumonia jenis ini menyerang mereka yang lemah sistem kekebalan
tubuhnya. Misalnya penderita AIDS atau yang pernah melakukan transplantasi
organ tertentu. Kemoterapi dan penanganan corticosteroid juga dapat memicu
penyakit ini.
3
Berdasarkan predileksi infeksi:
a. Pneumonia lobaris
Pneumonia yang terjadi pada satu lobus (percabangan bsar dari pohon
bronkus) baik kanan maupun kiri.
b. Pneumonia bronkopneumonia
Pneumonia yang ditandai bercak-bercak infeksi pada berbagai tempat di
paru. Bisa kanan maupun kiri yang disebabkan virus atau bakteri dan sering
terjadi pada bayi atau orang tua
D. Patofisiologi
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada
beberapa mekanisma yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel
infeksius difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel
bersilia di saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel
tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme
imun sistemik, dan humoral. Bayi pada bulan-bulan pertama kehidupan juga memiliki
antibodi maternal yang didapat secara pasif yang dapat melindunginya dari
pneumokokus dan organisme-organisme infeksius lainnya. Perubahan pada
mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak mudah mengalami pneumonia
misalnya pada kelainan anatomis kongenital, defisiensi imun didapat atau kongenital,
atau kelainan neurologis yang memudahkan anak mengalami aspirasi dan perubahan
kualitas sekresi mukus atau epitel saluran napas. Pada anak tanpa faktor-faktor
predisposisi tersebut, partikel infeksius dapat mencapai paru melalui perubahan pada
pertahanan anatomis dan fisiologis yang normal. Ini paling sering terjadi akibat virus
pada saluran napas bagian atas. Virus tersebut dapat menyebar ke saluran napas
bagian bawah dan menyebabkan pneumonia virus.2
4
Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut
yang meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear di
alveoli yang diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan
konsolidasi lobaris yang khas pada foto toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia
menyebabkan inflamasi dengan dominasi infiltrat mononuklear pada struktur
submukosa dan interstisial. Hal ini menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam
saluran napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis (Brunner and Suddarth, 2010).
5
E. WOC
MK: ketidakefektifan
MK: defisiensi pengetahuan
Droplet terhirup bersihan jalan nafas
Demam, berkeringat
Peningkatan pemecahan Penggunaan otot
cadangan makanan bantu abdomen
Cairan tubuh <<
6
F. Manifestasi Klinis
Pada dasarnya gejala klinisnya dapat dikelompokkan atas :
a. Gejala umum infeksi : demam, sakit kepala, lesu, dll.gejala umum penyakit saluran
pernapasan bawah : seperti takipneu, dispneu, retraksi atau napas cuping hidung, sianosis.
b. Tanda pneumonia : perkusi pekak pada pneumonia lobaris, ronki basah halus nyaring
pada bronkopneumonia dan bronkofoni positif. Batuk disertai dengan napas cepat (usia <
2 bulan > 60 x/menit, 2 bulan – 1 tahun > 50 x/menit, 1-5 tahun > 40 x/menit)
c. Batuk yang mungkin kering atau berdahak mukopurulen, purulen, bahkan mungkin
berdarah.
d. Tanda di ekstrapulmonal
Leukositosis jelas pada pneumonia bakteri dan pada sputum dapat dibiak kuman
penyebabnya (Muttaqin, 2008).
G. Komplikasi
a. Otitis media akut (OMA) terjadi bila tidak diobati, maka sputum yang berlebihan
akan masuk ke dalam tuba eustachius, sehingga menghalangi masuknya udara ke
telinga tengah dan mengakibatkan hampa udara, kemudian gendang telinga akan
tertarik ke dalam dan timbul efusi.
b. Efusi pleura
Efusi pleura terjadi ketika penumpukan kelebihan cairan dan dahak pada lapisan
dinding dada, alveoulus dan ruang-ruang di antaranya. Ini adalah komplikasi umum yang
muncul dari pneumonia dan mungkin salah satu tanda-tanda pertama pada X-Ray dada.
Jika cairan luas di paru-paru, thoracentesis mungkin harus dilakukan.
e. Bakteremia
Bakteremia adalah suatu kondisi di mana ada sejumlah besar bakteri hadir dalam
aliran darah. Indikasi bakteri dalam darah terdeteksi oleh pemeriksaan darah rutin dan
pemeriksaan fisik. Bakteremia biasanya dicurigai jika pasien menunjukkan tanda-tanda
dan gejala seperti demam tinggi, batuk lendir hijau atau kuning, kelemahan ekstrim dan
timbulnya syok septik. Bakteremia harus ditangani dengan cepat atau infeksi dapat
menyebar dengan cepat ke seluruh tubuh dan menyebabkan organ utama mati.
f. Endokarditis
Endokarditis adalah infeksi lapisan dalam jantung. Ini merupakan komplikasi dari
pneumonia diobati jangka panjang atau pneumonia berulang. Karena gejala dapat mirip
pneumonia itu sendiri, seperti sesak napas, batuk atau nyeri, sering kali tidak terdeteksi.
Endokarditis yang tidak diobati dapat menyebabkan kerusakan ireversibel katup atau
gagal jantung.
7
g. Kegagalan ventilasi
Kegagalan ventilasi adalah nama lain umum untuk hiperkapnia. Otot-otot di paru-
paru, atau otot ventilator, bekerja keras untuk memungkinkan paru-paru naik dan turun
dan bekerja pada menyelesaikan fungsi tubuh yang tepat. Dalam beberapa kasus
pneumonia, pasien mungkin tidak dapat bernapas dengan adekuat. Sebuah ventilator
harus ditempatkan pada pasien sehingga mereka dapat bernapas dengan benar dan
mengisi aliran darah dan oksigen ke seluruh organ tubuh.
h. Kegagalan Pernafasan hipoksemia
Kondisi ini terjadi ketika ada peradangan parah di dinding paru-paru menyebabkan
aliran udara menutup atau menyempitkan darah dan aliran udara. Pengobatan awal adalah
untuk mengurangi peradangan. Hal ini dilakukan dengan antibiotik untuk menghilangkan
infeksi dan thoracentesis untuk menghapus cairan untuk meringankan tekanan udara dan
aliran kembali (Price, 2003; Sectish, 2003).
i. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru
merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.
j. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura
terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
k. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
H. Pemeriksaan Diagnostik
a. Sinar X
Mengidentifikasi distribusi structural (mis, lobar, bronkial); dapat juga menyatakan
abses luas/ infiltrate, ampiema (stapilococcus); infiltrasi menyebar atau terlokalisasi
(bakterial); atau penyebaran/ perluasan infiltrate nodul (lebih sering virus).
b. GDA/ nadi oksimentari
Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit
paru yang ada.
c. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah
Diambil dengan biopsi jarum, aspirasi transtrakeal, bronkoskopi fiberoptik, atau
biopsi pembukaan baru untuk mengatasi organisme penyebab. Lebih dari 1 tipe
organisme ada: bakteri yang umum meliputi Diplococcus pneumonia, stpilococcus
aereus, A- hemolitik strepcoccus, Haemopilus influenza; CMV. Catatan: Kultur sputum
dapat tak mengidentifikasi semua organism yang ada. Kultur darah dapat menunjukkan
baktremia sementara.
8
d. JDL
Leukositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada infeksi virus,
kondisi tekanan imun seperti AIDS, memungkinkan berkembangnya pneumonia bacterial
e. LED: meningkat
f. Pemeriksaan fungsi paru
Volume mungkin menurun (kogesti dan kolaps alveolar): tekanan jalan nafas
mungkin meningkat dan complain menurun. Mungkin terjadi pembebasan (hipoksemia).
g. Elektrolit: Natrium dan kalorida mungkin rendah
h. Bilirubin: mungkin meningkat
i. Aspirasi perkutan/ biopsy jaringan paru terbuka
Dapat menyatakan intranuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik (CMV);
karaktristik sel raksasa (rubeolla) (Misnadiarly, 2008).
9
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Data fokus
Data Subjektif
a) Klien mengatakan badan demam
b) Klien mengatakan merasa nyeri di daerah dada yang terasa tertusuk-tusuk,
terutama saat bernafas atau batuk
c) Klien mengatakan tenggorokan terasa sakit, sakit kepala, dan mialgia
d) Klien mengatakan sering mengeluarkan dahak yang kental, berbusa dan berwarna
kehijauan atau bercampur darah.
e) Klien mengatakan lebih merasakan nyaman saat duduk tegak di tempat tidur
dengan condong ke arah depan tanpa mencoba untuk batuk atau nafas dalam.
f) Klien mengatakan sering berkeringat banyak.
g) Klien mengatakan dada terasa sangat sesak dan sulit bernafas.
Data Objektif
a) Suhu tubuh klien teraba panas, lebih dari 37,5 0C dan klien tampak menggigil.
b) Wajah klien tampak meringis.
c) Takipnea (25-45x/menit), dyspnea
d) Terdengar pernafasan mendengkur, rhonchi saat auskultasi.
e) Tampak penggunaan pernafasan cuping hidung atau otot-otot aksesori pernafasan.
f) Klien tampak lemah dan pucat.
g) Tampak area solid (konsolidasi) pada lobus-lobus paru dalam hasil rontgen dada.
h) Terjadi peningkatan taktil fremitus saat dilakukan palpasi.
i) Suara pekak pada saat perkusi di daerah dada
j) Terdengar bunyi nafas bronkovesikuler atau bronkial, egofoni (bunyi mengembik
yang terauskultasi), dan bisikan pektoriloquy (bunyi bisikan yang terauskultasi
melalui dinding dada).
k) Ditemukannya ketidaknormalan pada hasil AGD.
10
l) Terdapat perubahan pada frekuensi, ritme, dan kedalaman pernafasan.
m) Kesadaran dapat menurun akibat perluasan infeksi menjadi sepsis
2. Pengkajian
11
h. Keamanan
Gejala : riwayat gangguan sistem imun misal: AIDS, penggunaan steroid, demam.
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar
i. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis
Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat 6-8 hari
Rencana pemulangan: bantuan dengan perawatan diri, tugas pemeliharaan rumah
3. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pertukaran gas b.d. perubahan membran aveolar-kapiler ditandai
dengan Gas Darah Arteri abnormal, PH artery abnormal,sianosis,nafas cuping
hidung,dan gelisah (rewel)
b. Hipertermia b.d. dehidrasi dan penyakit ditandai dengan peningkatan suhu tubuh
diatas normal, dan kulit terasa hangat.
c. Kekurangan volume cairan b.d. kehilangan cairan keluarga aktif ditandai dengan
penurunan turgor kulit, memebran mukosa kering, dan peningkatan suhu tubuh.
d. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya eksudat pada
alveoli akibat infeksi
e. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi dalam alveoli.
f. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, mual muntah.
g. Sindrom defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan kognitif dan
neuromuscular ditandai dengan pasien tidak mampu melakukan ADL
h. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan kesadaran
i. Perfusi jaringan cerebral tidak efektif berhubungan dengan gangguan aliran darah
ke otak dan penurunan suplai O2 ke serebral ditandai dengan penurunan
kesadaran, adanya riwayat kejang.
12
Nursing Care Planning (NCP)
13
ditandai dengan terpenuhi dengan kriteria 2. Atur catatan intake dan output cairan
penurunan turgor hasil : secara akurat
kulit, memebran Noc label:
mukosa kering, dan Hydrasi: 3. Beri cairan yang sesuai
peningkatan suhu - Turgor kulit kembali
tubuh. normal (skala 5) Fluid monitoring:
- Membrane mukosa 4. Identifikasi factor risiko
tampak lembab (skala ketidakseimbangan cairan (hipertermi,
5) infeksi, muntah dan diare)
- Intake cairan yang 5. Monitoring tekanan darah, nadi dan RR
adekuat (skala 5)
- Tidak terdapat diare
(skala 5)
Fluid balance:
- Nadi normal (skala 5)
- Intake dan output
cairan seimbang
dalam sehari(skala 5) IV teraphy:
6. Lakukan 5 benar pemberian terapi infuse
(benar obat, dosis, pasien, rute,
frekuensi)
7. Monitoring tetesan dan tempat IV
selama pemberian
Diarrhea managemenet:
8. Monitoring tanda dan gejala diare
9. Ketahui penyebab diare
14
perkembangan b.d month Developmental Care
nutrisi yang tidak - anak tersenyum (skala 5) 1. Ciptakan hubungan terapeutik dan
adekuat, dan - refleks menggenggam mendukung dengan keluarga
prematuritas (skala 5)
- menampilkan ketertarikan
dalam rangsang suara
(skala 5) 2. Ssediakan keluarga dengan akurat,
- menampilkan ketertarikan informasi yang actual berkenaan dengan
dalam rangsangan visual kondisi, pengobatan dan kebutuhan
(skala 5) anak
- Berinteraksi dengan
gembira terutama dengan
tenaga (skala 5) 3. Iinformasikan keluarga tentang
- Family functioning pentingnya perkembangan dan
(kekuatan dari system persoalan anaknya
keluarga untuk mencapai 4. Monitor stimulus (contohnya cahaya,
kebutuhan anggota keluarga kegaduhan), lingkungan anak dan
selama transisi kurani sebagaimana mestinya
perkembangan mental) 5. Sediakan tempat duduk yang nyaman
- Meregulasi kebiasaan di area yang tenang untuk menyusui
anggota keluarga (skala 5) 6. Gunakan gerakan yang lambat, lemah
lembut ketika menggendong, menyusui
dan merawat anak
7. Pertimbangkan partisipasi keluarga
dalam menyusui
8. Dukung keinginan ibu untuk menyusui
9. Sediakan stimulasi menggunakan
rekaman music instrumental dan lain-
lainnya sebagaimana mestinya
15
DAFTAR PUSTAKA
Aji, Tulus, Y, 2008.Faktor-faktor lingkungan fisik rumah yang berhubungan dengan kejadian
pneumonia pada anak balita. http://eprints .undip.ac.id/18058/1 /tulus-aji-Yuwono.pdf.
Diakses tanggal 2 Maret 2013.
Effendy, Nur. 2001. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.
Johnson M, Maas M, Moorhead S., Swanson, E. 2008. IOWA Outcome Project: Nursing Outcomes
Classification (NOC). 4th ed. Missouri: Mosby, Inc.
Kartasasmita, CB. 2010. Pneumonia Pembunuh Balita dalam Buletin Jendela Epidemiologi; 3; 22-26.
Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.
Mc Closkey, JC., Butcher, HK., Bulechek GM. 2008. IOWA Outcome Project: Nursing Interventions
Classification (NIC). 5h ed.Missouri: Mosby, Inc.
Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Nafas Pneumonia pada Anak, Orang Dewasa, Usia
Lanjut, Pneumonia Atipik, & Pneumonia Atypik Mycobacterium. Jakarta: Pustaka Obor
Populer.
Muttaqin, dkk. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan System Pernapasan. Jakarta :
Salemba Medika.
North American Nursing Diagnosis Association. 2010. Nursing Diagnoses: Definition &
Classification 2012-2014. Philadelphia.
Price, Sylvia. 2003 . Patofisiologi Volume 2. Jakarta: EGC
Reevers, Charlene J, et all. 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medica.
Riskianti, Annisa, 2009. Faktor-faktor yang menyebabkan pneumonia. http://www. lontar .ui. ac .id/
file ? file = digital / 1 2 6 5 6 0-s-5 738-faktor-faktor%20yang – literature.pdf. Diakses
tanggal 3 Maret 2013.
Sectish TC, Prober CG. 2003. Pnemonia. Dalam : Behrman RE, Kleigman RM, Jenson HB,
penyunting. NelsonTextbook of Pediatrics. Edisi ke-17. Philadelphia : WB Saunders,
1432-5.
16