Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam Rencana Strategi Nasional Making Pregnancy Safer di Indonesia 2001-2010
disebut bahwa dalam Rencana Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010,
Making Pregnancy Safer mempunyai misi dan visi untuk mencapai Indonesia sehat 2010.
Visi Making Pregnancy Safer adalah semua perempuan di Indosenia dapat menjalani
kehamilan dan persalinan dengan aman dan bayi dilahirkan hidup sehat. Sedangkan misinya
adalah menurunkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir melalui pemantapan
sistem kesehatan untuk menjamin ASKES terhadap intervensi yang cost-effective
berdasarkan bukti ilmiah yang berkualitas, memberdayakan wanita, keluarga dan masyarakat
dan mempromosikan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang lestari sebagai suatu prioritas
dalam program pembangunan nasional. Dan tujuan Making Pregnancy Safer adalah
menurunkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir di Indonesia (Depkes RI, 2011).
Vakum esktraksi merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan ekstraksi
menggunakan tekanan negatif dengan alat vakum. Adanya beberapa faktor ibu maupun janin
menyebabkan tindakan vakum ekstraksi dilakukan yaitu ketidakmampuan mengejan,
keletihan, penyakit jantung, seksio sesarea pada persalinan sebelumnya, kala II yang lama,
dan posisi janin oksiput posterior atau oksiput transverse menyebabkan persalinan tidak dapat
dilakukan secara normal. Maka perlu tindakan vakum ekstraksi. Vakum ekstraksi dapat
mengakibatkan terjadinya toleransi pada servik uteri dan vagina ibu sehingga mengakibatkan
perdarahan yang dapat meningkatkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi
(AKB). Disamping itu terjadi laserasi pada kepala janin yang dapat mengakibatkan
pendarahan intracranial (Depkes RI, 2012).
Menurut data WHO, sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah persalinan atau
kelahiran yang terjadi di negara-negara berkembang. Rasio kematian ibu di negara-negara
bekembang merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100.000 kelahiran bayi
hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di sembilan negara maju dan 51 negara
persemakmuran.
Dr. Ieke menegaskan bahwa 90% kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh pendarahan
(30%), infeksi (12%), eklampsia (25%), partus lama (11%), komplikasi abortus (12%) dan
penyebab lainnya (Depkes RI, 2001). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2002 menunjukkan bahwa terdapat peningkatan AKI dari 307 menjadi 390 per
100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2012).
Persalinan yang didapat dari WHO kejadian vakum ekstraksi berkisar antara 38% dan
pervaginam berkisar 62% pada presentase belakang kepala. Sekalipun kejadian kecil tetapi
mempunyai penyulit yang besar dengan angka kematian ibu 90% disebabkan oleh perdarahan
yaitu (Mochtar 1998) atonia uteri 50% - 60 %, retensio plasenta 16% -17 %, laserasi jalan
lahir 4% - 5%, kelainan darah 0,5% - 0,8%, infeksi, partus lama dan komplikasi lain (Depkes
RI, 2012).
Alasan pemilihan alat vakum ekstraksi (alat bantu persalinan pervaginam) adalah untuk
menghindari tingginya angka operasi caesaryang sudah membutuhkan biaya relatif lebih
besar dan resiko dari tindakan operasi terhadap ibu bila dibandingkan dengan tindakan vakum
ekstraksi, selain itu komplikasi yang terjadi pada partus buatan dengan vakum ekstraksi
biasanya timbul akibat terlalu lama dan terlalu kuatnya tarikan kadang juga operator
sering menemukan kendala dari pihak keluarga akibat sikap keluarga yang tidak siap operasi
dan meminta dokter untuk mencoba tetap lahir pervaginam.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut:
Bagaimana asuhan kebidanan yang diberikan pada persalinan patologis dengan vakum
ekstraksi?
C. Tujuan
Mengetahui asuhan kebidanan yang diberikan pada persalinan patologi dengan vakum
ekstraksi.

D. Manfaat
1. Bagi Instansi
Sebagai bahan referensi terkait pemberian asuhan kebidanan patologi pada persalinan
dengan vakum ekstraksi, serta perbedaan implementasi kasus berdasarkan teori atau praktek.
2. Bagi Institusi
Sebagai bahan referensi bahan pustaka untuk menambah pengetahuan dan wawasan.
3. Bagi Penulis
Penulis dapat mengaplikasikan konsep, teori, dan ilmu yang telah diperoleh dalam
melaksanakan asuhan kebidanan kepada klien.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Vakum Ekstraksi


Vakum ekstraksiadalah suatu persalinan buatan, janin dilahirkan dengan ekstraksi tenaga
negatif (vacum) di kepalanya (Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. 2001: 331).Vakum
ekstraksiadalah tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran
dengan sinergi tenaga mengejan ibu dan ekstraksi pada bayi (Buku Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. 2009: 495.)
Vakum ekstraksi adalah suatu tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat
persalinan pada keadaan tertentu dengan menggunakan vacum ekstraktor (Standar Pelayanan
Kebidanan: 60). Vaccum is an operation for the delivery of the fetal head from the mother by
use of a vacuum extractor applied to the fetal scalp on presence of maternal effort
(Hughes).Vakum ekstraksi adalah suatu instrumen obstetrik untuk melahirkan bayi. Aplikasi
ekstraktor vakum: outlet, rendah dan tengah seperti pada ekstraksi forsep.
Vakum ekstraksi adalah suatu persalinan buatan dengan prinsip antara kepala janin dan
alat penarik mengikuti gerakan alat vakum ekstraktor.
Vakum ekstraktor adalah alat yang menggunakan daya hampa udara (tekanan negatif) untuk
melahirkan bayi dengan tarikan pada kepala (Sarwono Prawirohardjo.2014. Ilmu Kebidanan:
831). Prinsip dari cara ini adalah mengadakan suatu vakum (tekanan negatif) melalui suatu
cup pada kepala bayi, dengan demikian akan timbul caput secara artificiil dan cup akan
melekat erat pada kepala bayi. Penurunan tekanan harus diatur perlahan-lahan untuk
menghindarkan kerusakan pada kulit kepala, mencegah timbulnya perdarahan pada otak bayi
dan supaya timbul caput succedaneum. Jadi, prinsip kerja vakum ekstraksi yaitu membuat
suatu caput succedaneum artifisialis dengan cara memberikan tekanan negatif pada kulit
kepala janin melalui alat ekstraktor vakum dan caput ini akan hilang dalam beberapa hari.
B. Indikasi dan Kontraindikasi Vakum Ekstraksi
1. Indikasi Ibu
a. Power Ibu Menurun
Tanda: frekuensi his semakin menurun, nadi ibu cepat > 100 x/mnt, napas cepat > 40x/mnt
b. Decom Tingkat I
Tanda: sesak napas yang dialami ibu setelah ibu mengejan.
c. Tekanan Darah Naik
Tanda: ibu pusing, ada kenaikan tekanan sistole dan diastole
d. Tidak Kuat Mengejan
Penurunan kepala janin statis, saat ibu mengejan dua kali kepala tidak mengalami penurunan.
e. Adanya Kenaikan Suhu
Suhu naik lebih dari normal, > 37,5
2. Indikasi Janin
a. Gawat Janin
DJJ janin 160x/mnt
3. Indikasi Waktu
a. Kala II Memanjang
Tanda: pada primi peralinan kala II > 2 jam, pada multi > 1 jam
4. Kontraindikasi Vakum Ektraksi
Ibu: ibu yang menderita rupture uteri membakat, ibu yang tidak boleh
mengejan (ibu dengan penyakit jantung, asma, hipertensi).
Janin : Mal presentasi kepala janin (dahi, muka, bokong, puncak kepala), bayi prematur,
gawat janin, caput succedaneum yang sudah besar.
(Ilmu Kebidanan: Patologi & Fisiologi Persalinan, 2010).
Komplikasi

Menurut Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal Edisi 1
Cetakan 13, 2014. Komplikasi yang akan terjadi pada vakum ekstraksi:

1. Ibu : perdarahan akibat atonia uteri / trauma, trauma jalan lahir.


2. Bayi : ekstraksi kulit kepala, sefal hematoma, nekrosis kulit kepala, perdarahan intracranial,
fraktur klavikula.

F. Keuntungan dan Kerugian Tindakan Vakum Ekstraksi


Keuntungan tindakan vakum ekstraksi:
1. Cup dapat dipasang waktu kepala masih agak tinggi, H III atau kurang dari demikian
mengurangi frekuensi SC. Tidak perlu diketahui posisi kepala dengan tepat, cup dapat di
pasang di belakang kepala, samping kepala ataupun dahi, tarikan tidak dapat terlalu berat.
Dengan demikian kepala tidak dapat dipaksakan melalui jalan lahir. Apabila tarikan
terlampau berat cup akan lepas dengan sendirinya.
2. Cup dapat di pasang meskipun pembukaan belum lengkap, misalnya pada pembukaan 8-9
cm, untuk mempercepat pembukaan. Untuk ini dilakukan tarikan ringan yang kontinu
sehingga kepala menekan pada cervik. Tarikan tidak boleh terlalu kuat untuk mencegah
robekan cervik. Di samping itu cup tidak boleh terpasang lebih dari ½ jam untuk menghindari
kemungkinan timbulnya perdarahan pada otak.
3. Vakum ekstraktor dapat juga dipergunakan untuk memutar kepala dan mengadakan fleksi
kepala (misal pada letak dahi).
(Ilmu Kebidanan: Patologi & Fisiologi Persalinan, 2010).
Kerugian tindakan vakum ekstraksi:
Kerugian dari tindakan vakum adalah waktu yang diperlukan untuk pemasangan cup
sampai dapat ditarik relatif lebih lama (kurang lebih 10 menit).Cara ini tidak dapat dipakai
apabila ada indikasi untuk melahirkan anak dengan cepat seperti misalnya pada fetal distress
(gawat janin) alatnya relatif lebih mahal dibanding dengan forcep biasa (Ilmu Kebidanan:
Patologi & Fisiologi Persalinan, 2010).
G. Pelaksanaan Vakum Ekstraksi
LANGKAH KLINIK
A. PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK
B. PERSIAPAN SEBELUM TINDAKAN
1. Pasien
a. Cairan dan selang infuse sudah terpasang. Perut bawah dan lipat paha sudah dibersihkan
dengan air dan sabun.
b. Uji fungsi dan perlengkapan peralatan ekstraksi vakum.
c. Siapkan alas bokong, sarung kaki dan penutup perut bawah.
d. Medikamentosa
1) Oksitosin
2) Ergometrin
3) Prokain 1%
e. Larutan antiseptic (providon lodin 10 %)
f. Oksigen dengan regulator.
g. Instrument
1) Set partus : 1 set
2) Vakum ekstraktor : 1 set. klem ovum : 2
3) Cunam tampon : 1
4) Tabung 5 ml dan jarum suntik No. 23 ( sekali pakain) : 2
5) Speculum sim’s atau L dan kateter karet : 2 dan 1
2. Penolong ( operator dan asisten)
a. Baju kamar tindakan, pelapis plastik, masker dan kacamata pelindung : 3 set.
b. Sarung tangan DTT/steril : 4 pasang.
c. Alas kaki (sepatu/”boot” plastik) : 3 pasang.
d. Instrument
1) Lampu sorot : 1
2) Monoaural stetoskop, tensimeter : 1
3. Bayi
a. Instrument
1) Penghisap lendir dan sudep/penekan lidah : 1 set.
2) Kain penyeka muka dan badan : 2.
3) Meja bersih, kering dan hangat (untuk tindakan) : 1.
4) Incubator : 1 set.
5) Pemotong dan pengikat tali pusat : 1 set.
6) Tabung 20 ml dan jarum suntik No. 23 /insulin (sekali pakai) : 2.
7) Kateter intravena atau jarum kupu-kupu : 2.
8) Popok dan selimut : 1.
9) Alat resusitasi bayi.
b. Medikamentosa
1) Larutan bikarbonas natrikus 7,5% atau 8,4%.
2) Nalokson (narkan) 0,01 mg/kg BB.
3) Epinefrin 0,01%.
4) Antibiotika.
5) Akuabidestilata dan dekstrose 10%.
c. Oksigen dengan regulator.
C. PENCEGAHAN INFEKSI SEBELUM TINDAKAN
D. TINDAKAN
1. Instruksikan asisten untuk menyiapkan ekstraktor vakum dan pastikan petugas dan persiapan
untuk menolong bayi telah tersedia.
2. Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan terpenuhinya persyaratan ekstraksi vakum.
a. Bila penurunan kepala di atas H IV (0/5), rujuk pasien kerumah sakit.
3. Masukan tangan kedalam wadah yang mengandung larutan clorin 0,5%, bersihkan darah dan
cairan tubuh yang melekat pada sarung tangan, lepaskan secara terbalik dan rendam dalam
larutan tersebut.
4. Pakai sarung tangan DTT/steril yang baru.

E. PEMASANGAN MANGKOK VAKUM


1. Masukan mangkok vakum melalui introitus vagina secara miring dan setelah melewati
introitus, pasangkan pada kepala bayi (perhatikan agar tepi mangkok tidak terpasang pada
bagian yang tidak rata/moulage didaerah ubun-ubun kecil)
2. Dengan jari tengah dan telunjuk, tahan mangkok pada posisinya dan dengan jari tengah dan
telunjuk tangan lain, lakukan pemeriksaan disekeliling tepi mangkok untuk memastikan tidak
ada bagian vagina atau porsio yang terjepit diantara mangkok dan kepala.
3. Setelah hasil pemeriksaan ternyata baik, keluarkan jari tangan pemeriksaan dan tangan
penahan mangkok tetap pada posisinya.
4. Instruksikan asisten untuk menurunkan tekanan (membuat vakum dalam mangkok) secara
bertahap.
5. Pompa hingga tekanan skala 10 (silastik) atau -2 (malmstroom) setelah 2 menit, naikan
hingga skala 60 (silastik) dan -6 (malmstroom) dan tunggu 2 menit.
 Ingat : jangan gunakan tekanan maksimal pada kepala bayi, lebih dari 8 menit
6. Sambil menunggu his, jelaskan pada pasien bahwa pada his puncak (fase acme) pasien harus
mengedan sekuat dan selama mungkin. Tarik lipat lutut dengan lipat siku agar tekanan
badomen menjadi lebh efektif.

F. PENARIKAN
1. Pada fase acme (puncak) dari his, minta pasien untuk mengedan, secara simultan lakukan
penarikan dan pengait mangkuk, dengan arah sejajar lantai (tangan luar menarik pengait, ibu
jari dan tangan dalam pada mangkuk, telunjuk dan jari tengah pada kulit kepala bayi).
2. Bila belum berhasil pada tarikan pertama, ulangi lagi pada tarikan kedua. Episiotomi (pada
pasien dengan perineum yang kaku) dilakukan pada saat kepala mendorong perineum dan
tidak masuk kembali.
a. Bila tarikan ketiga dilakukan dengan benar dan bayi belum lahir, sebaiknya pasien dirujuk
(ingat : penatalaksanaan rujukan).
b. Apabila pada penarikan ternyata mangkuk terlepas hingga dua kali, kondisi ini juga
mengharuskan pasien dirujuk.
3. Saat suboksiput berada dibawah simfisis, arahkan tarikan keatas hingga lahirlah berturut-
turut dahi, muka dan dagu.

G. MELAHIRKAN BAYI
1. Kepala bayi dipegang biparietal, gerakan kebawah untuk melahirkan bahu depan kemudian
gerakan keatas untuk melahirkan bahu belakang, kemudian lahirkan seluruh tubuh bayi.
2. Bersihkan muka (hidung dan mulut) bayi dengan kain bersih, potong tali pusat dan serahkan
bayi pada petugas bagian anak

H. LAHIRKAN PLASENTA
1. Suntikan oxitocin, lakukan traksi terkendali, lahirkan plasenta dengan menarik tali pusat dan
mendorong uterus kearah dorsokranial.
2. Periksa kelengkapan plasenta (perhatikan bila terdapat bagian-bagian yang lepas atau tidak
lengkap).
3. Masukan plasenta kedalam tempatnya (hindari percikan darah).

I. EKSPLORASI JALAN LAHIR


1. Masukan speculum sim’s/L atas dan bawah pada vagina.
2. Perhatikan apakah terdapat robekan perpanjangan luka episiotomy atau robekan pada dinding
vagina ditempat lain.
3. Ambil klemovum sebanyak 2 buah, lakukan penjepitan secara bergantian kearah samping,
searah jarum jam, perhatikan ada tidaknya robekan porsio.
4. Bila terjadi robekan diluar luka episiotomi, lakukan penjahitan dan lanjutkan kelangkah K.
 Bila dilakukan episiotomi, lanjutkan kelangkah J

J. PENJAHITAN EPISIOTOMI
1. Pasang penpang bokong (beri alas kain). Suntikan prokain 1% (yang telah disiapkan dalam
tabung suntik) pada sisi dalam luka episiotomi (otot, jaringan, mukosa dan subkutis) bagian
atas dan bawah.
2. Uji hasil infiltrasi dengan menjepit kulit perineum yang dianestesi dengan pinset bergigi.
3. Masukan tampon vagina kemudian jepit tali pengikat tampon dan kain penutup perut bawah
dengan kocher.
4. Dimulai dari ujung luka episiotomi bagian dalam, jahit otot dan mukosa secara jelujur
bersimpul kearah luar kemudian tautkan kembali kulit secara subkutikuler atau jelujur matras.
5. Tarik tali pengikat tampon vagina secara perlahan-lahan hingga tampon dapat dikeluarkan,
kemudian kosongkan kandung kemih.
6. Bersihkan noda darah, cairan tubuh dan air ketuban dengan kapas yang telah diberi larutan
antiseptic.
7. Pasang kasa yang dibasahi dengan providon lodin pada tempat jahitan episiotomi.

K. DEKONTAMINASI

L. CUCI TANGAN PASCA TINDAKAN


M. PERAWATAN PASCA TINDAKAN
1. Periksa kembali tanda vital pasien, lakukan tindakan dan beri instruksi lanjut bila diperlukan.
2. Catat kondisi pasien pasca tindakan dan buat laporan tindakan pada kolom yang tersedia
dalam status pasien.
3. Tegaskan pada petugas yang merawat untuk melaksanakan instruksi pengobatan dan
perawatan serta laporkan segara bila pada pemantauan lanjutan terjadi perubahan-perubahan
yang harus diwaspadai.
1.
BAB III
TINJAUAN KASUS

No. Register : 000593515 Tanggal : 04 Juni 2016


Tempat : Ruang Mawar Jam : 21.00 WIB
IDENTITAS
KLIEN SUAMI/PENANGGUNG JAWAB
Nama : Ny N Nama : Tn. R
Umur : 25 tahun Umur : 25 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh
Status : Menikah Status : Menikah
Suku Bangsa : Jawa, Indonesia Suku Bangsa : Jawa, Indonesia
Alamat : Bulu 3/2 Jepara Alamat : Bulu 3/2 Jepara

I. PENGKAJIAN
DATA SUBYEKTIF
1. Keluhan utama dan alasan datang
Ibu mengatakan kenceng-kenceng serta keluar lendir dari vagina jam 11.00 WIB.
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit jantung, hipertensi, DM (Diabetes Melitus),
malaria,ataupun HIV/AIDS.
b. Riwayat kesehatan saat ini
Ibu mengatakan saat ini tidak sedang menderita penyakit jantung,hipertensi, DM (Diabetes
Melitus), malaria, maupun HIV/AIDS.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Ibumengatakan keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular seperti TBC, hepatitis,
penyakit keturunan seperti DM maupun hipertensi, dan tidak memiliki riwayat kembar
maupun cacat.
3. Riwayat perkawinan
Menikah pada usia : 23 tahun
Menikah : 1 kali
Lama menikah : 2 tahun
4. Riwayat obstetric
a. Riwayat menstruasi
Menarche : 13 tahun
Siklus : 28 hari
Lamanya : 7 hari
Jumlah : 3 kali ganti pembalut
Warna darah : merah
Keluhan : dismenorhea
b. Riwayat kehamilan sekarang
G1P0A0
HPHT : 20 Agustus 2015
HPL : 27 Mei 2016
Umur kehamilan menurut klien : 9 bulan lebih
ANC : 12 kali
Dimana : Bidan
Tablet Fe : > 90 tablet
Imunisasi TT : 2 kali
Kebiasaan ibu
Merokok : tidak
Jamu : tidak
Obat-obatan : tidak
Gerakan janin 1 kali : Pada umur kehamilan 4 bulan
Kekhawatiran yang dirasakan : Ibu gelisah dengan persalinannya.
Rencana persalinan dimana : rumah sakit
c. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu: -
5. Riwayat KB
Pernah KB : tidak pernah
Rencana KB yang akan datang : suntik 3 bulan
6. Pola pemenuhan kebutuhan sehari – hari
Kebutuhan Sehari –
Selama Hamil Mendekati Persalinan
Hari
Pola Nutrisi Makan : 3x sehari Makan : 3x
Minum : 5-6 gelas sehari Minum : 2-3 gelas
Pola Eliminasi BAB : 1x sehari BAB : -
BAK : 5-6x sehari BAK : 5 sehari
Pola Istirahat Tidur malam : 6 jam Tidur malam : 4 jam
Tidur siang : 2 jam Tidur siang :30 menit
disela-sela kontraksi
Pola Aktivitas Bersih-bersih, memasak Berbaring
Personal Hygiene Mandi : 2-3 x sehari Mandi : -
Ganti pakaian : 2-3 x Ganti pakaian : 1x
sehari
Pola Seksual 1 x 2 minggu Belum pernah
7. Psikososio –spiritual
a. Tanggapan ibu terhadap dirinya secara fisik
Ibu mengatakan khawatir dengan keadaan tubuhnya.
b. Tanggapan ibu terhadap persalinannya
Ibu mengatakan gelisah dengan persalinannya.
c. Respon keluarga terhadap persalinan ibu
Ibu mengatakan keluarga bahagia dengan persalinannnya.
d. Dukungan apa yang di berikan kepada ibu
Ibu mengatakan keluarga selalu mendampingi ibu dan telah mempersiapkan perlengkapan
bayi.
e. Siapa yang membantu pekerjaan/aktivitas sehari –hari ibu
Ibu mengatakan keluarga membantu aktivitas ibu selama bersalin.
f. Pengambilan keputusan dalam keluarga,siapa yang lebih dominan
Ibu mengatakan suami sebagai pengambil keputusan dominan.
g. Pemecahan masalah
Ibu mengatakan musyawarah adalah jalan keluar dalam memecahkan permasalahan yang ada
dalam keluarganya.
h. Punya hewan peliharaan : Tidak

DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
Tingkat kesadaran : Compos mentis
TTV
TD : 120/80 mmHg
N : 84 x/rmenit
S : 360C
RR : 24 x/menit
BB sebelum hamil : 65 kg
BB saat ini : 86 kg
TB : 156 cm
LILA : 29,5 cm
2. Status present
Kepala
Rambut : Lurus, bersih dan tidak ada ketombe.
ata : Simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.
Hidung : Bersih, tidak ada polip
ulut : Bibir tidak kering, gigi tidak caries, rongga mulut bersih
Telinga : Simetris, ada serumen, pendengaran baik.
Muka : Tidak ada oedema, pucat.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
Dada : Simetris, tidak ada benjolan.
Mammae : Simetris, tidak ada benjolan.
Perut : Tidak ada bekas operasi, tidak ada benjolan.
Ekstermitas Atas & Bawah : Simetris, tidak oedema, tidak varises.
Genetalia : Ada lendir darah.
Anus : Tidak Haemoroid.
Tulang Belakang : Normal
3. Status obstetric
a. Inspeksi
Muka : Tidak ada cloasmagravidarum
Mammae
Aerola Mammae : Hyperpigmentasi.
Kelenjar Montogomery : Terlihat
Putting Susu : Menonjol
Colustrum : Belum Keluar.
Perut
Pembesaran perut : Sesuai umur kehamilan, linea nigra.
Genetalia : Ada lendir, tidak ada tanda chadwick.
b. Palpasi
Leopold I : TFU 2 jari dibawah px Mc Donald : 41 cm
Di bagian fundus uteri teraba bulat, lunak, tidak melenting.
Leopold II : di bagian kiri teraba tahanan memanjang.
: di bagian kanan teraba kecil-kecil/ekstermitas.
Leopold III : di bagian bawah teraba bulat, keras, melenting.
Leopold IV : Divergen.
TBJ : (TFU- 11) x 155
(41 – 11) x155
= 4650 gram
c. Auskultasi
DJJ : 140 x/menit.
d. Perkusi
Reflek patella kanan dan kiri : +/+
e. Vaginal Thoucer (VT)
Pembukaan : 3 cm
Effisement : 30 %
Kk :+
Presentasi : Kepala
Penurunan : H 1, 4/5
4. Data penunjang
Hasil pemeriksaan laborat :
HB : 12 gr %
HBsAG : - (negatif)
Protein urin : - (negatif)

C. Syarat Vakum Ekstraksi


Syarat-syarat dilakukan vakum ekstraksi
1. Pembukaan lengkap atau hampir lengkap.
2. Presentasi kepala.
3. Janin cukup bulan (tidak prematur).
4. Tidak ada kesempitan panggul (disproporsi sefalo pelvik).
5. Anak hidup dan tidak gawat janin.
6. Penurunan H III/III + (puskesmas H IV/dasar panggul).
7. Kontraksi baik.
8. Ibu kooperatif dan masih mampu untuk mengejan.
9. Ketuban sudah pecah atau dipecahkan.
Yang harus diperhatikan dalam tindakan vakum ekstraksi:
1. Cup tidak boleh dipasang pada ubun-ubun besar.
2. Penurunan tekanan harus berangsur-angsur.
3. Cup dengan tekanan negatif tidak boleh terpasang lebih dari ½ jam.
4. Penarikan waktu ekstraksi hanya dilakukan pada waktu ada his dan ibu mengejan.
5. Apabila kepala masih agak tinggi (H III) sebaiknya dipasang cup terbesar (diameter 7 cm)
6. Cup tidak boleh dipasang pada muka bayi
7. Vakum ekstraksi tidak boleh dilakukan pada bayi prematur

D. Kriteria Kegagalan Vakum Ekstraksi


1. Kriteria kegagalan
a. Dalam 30 menit traksi tidak berhasil
b. Mangkuk terlepas 3x
2. Penyebab kegagalan
a. Tenaga vakum terlalu rendah, tekanan negatif dibuat terlalu cepat.
b. Selaput ketuban melekat, bagian jalan lahir terjepit, koordinasi tangan kurang baik, traksi
terlalu kuat, cacat otot yang sebelumnya tidak diketahui.
(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal Edisi 1 Cetakan 13,
2014).
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Vakum ekstraktor adalah alat yang menggunakan daya hampa udara (tekanan negatif)
untuk melahirkan bayi dengan tarikan pada kepala. Prinsip dari cara ini adalah mengadakan
suatu vakum (tekanan negatif) melalui suatu cup pada kepala bayi, dengan demikian akan
timbul caput secara artificiil dan cup akan melekat erat pada kepala bayi. Penurunan tekanan
harus diatur perlahan-lahan untuk menghindarkan kerusakan pada kulit kepala, mencegah
timbulnya perdarahan pada otak bayi dan supaya timbul caput succedaneum. Jadi, prinsip
kerja vakum ekstraksi yaitu membuat suatu caput succedaneum artifisialis dengan cara
memberikan tekanan negatif pada kulit kepala janin melalui alat ekstraktor vakum. Dan caput
ini akan hilang dalam beberapa hari.

B. Saran
Diharapkan setelah membaca makalah ini, bidan mampu melakukan tindakan vakum
ekstraki sesuai prosedur. Sehingga dapat menurunkan AKI maupun AKB, serta
meminimalkan trauma pada ibu dan bayi.
DAFTAR PUSTAKA

Sarwono Prawirohardjo. 2009. Buku Acuan Nasional Maternal & Neonatal. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal Edisi 1 Cetakan 13.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2014.
Harry Oxorn & William R. Forte. 2010. Ilmu Kebidanan: Patologi & Fisiologi
Persalinan. Yogyakarta: Yayasan Essentia Medika.

Anda mungkin juga menyukai