PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
sejahtera yang positif bukan sekedar keadaan tanpa penyakit. Orang yang dinyatakan
memiliki jiwa yang sehat apabila mampu mengendalikan diri dalam menghadapi stressor
di lingkungan sekitar dengan selalu berpikir positif dalam keselarasan tanpa adanya
tekanan fisik dan psikologis, baik secara internal maupun eksternal yang mengarah pada
ditangani sebagai masalah medis. Terdapat berbagai sumber-sumber setressor yang dapat
mengakibatkan terjadinya berbagai masalah kesehatan jiwa, baik yang berat maupun
Kesehatan jiwa adalah suatu bagian yang tidak terpisahkan dari kesehatan atau
bagian integral dan merupakan unsur utama dalam menunjang terwujudnya kualitas
hidup manusia. Gangguan jiwa dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu gangguan jiwa
ringan (Neurosa) dan gangguan jiwa berat (Psikosis). Psikosis ada dua jenis yaitu
psikosis organik, dimana didapatkan kelainan pada otak dan psikosis fungsion tidak
terdapat kelainan pada otak. Psikosis salah satu bentuk gangguan jiwa merupakan ketidak
hari (Andayani,2012).
Kesehatan jiwa merupakan pengendalian diri dalam menghadapi stresor di
lingkungan sekitar dengan selalu berpikir positif dalam keseluruhan tanpa adanya
tekananfisik dan psikologis, baik secara internal maupun eksternal yang mengarah pada
kestabilan emosional yang mengganggu kesehatan jiwa atau juga yang disebut dengan
ditandai dengan adanya distorsi realita, disorganisasi kepribadian yang parah, serta
penduduk dunia mengalami skizofrenia dalam hidup mereka, ditemukan terbanyak pada
usia 15-35, dan dari 1000 orang dewasa 7 diantaranya mengalami skizofrenia (Elvira &
Hadisukanto,2010). Sementara hasil analisis terbaru yang dilakukan oleh World Health
Berdasarkan dari hasil Data Riset Kesehatan Dasar di Indonesia pada tahun 2018
untuk pasien gangguan jiwa atau Skizofrenia didapatkan hasil sebanyak 6,7 % dimana
terjadi peningkatan dari tahun 2013 yang didapatkan hasil sebanyak 0,17%, (Riskesdas).
Sedangkan untuk data Sumatera Barat pada tahun 2018 didapatkan hasil 9,1% pada
pasien Skizofrenia. Berdasarkan data yang di peroleh dari Puskesmas Guguk Panjang
jumlah pasien yang mengalami skizofrenia pada tahun 2019 adalah sebanyak 37 orang.
kehilangan motivasi dan apatis berarti kehilangan energi dan minat dalam hidup. Hal ini
membuat pasien menjadi orang yang malas, mereka tidak bisa melakukan hal-hal yang lain
hari seperti mandi, menyisir rambut, gosok gigi dan tidak mempedulikan kerapian diri
aktivitas kehidupan sehari hari seperti mandi, makan, berpakaian, dan toiletingyang
(Retno, 2018).
Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami
secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian atau berhias, makan, BAB dan BAK
(toileting). Kebersihan diri sangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan. Oleh
karena itu, personal hygiene sangat perlu diterapkan, mengingat banyak manfaat yang
ada untuk pencegahan segala penyakit yang bisa ditimbulkan (Fitria,N,2009). Personal
hygiene adalah perawatan diri dimana seseorang merawat fungsi-fungsi tertentu seperti
mandi, toileting, kebersihan tubuh secara umum dan bersih (Anggriana T.W,2010).
yang tinggi dan berat serta sulit ditangani oleh klien. Sehingga dirinya tidak mau
mengurus atau merawat dirinya sendiri dalam hal mandi, berpakaian, berhias, makan,
maupun buang air kecil dan buang air besar (Khaeriyah, Sujarwo, & Supriyadi, 2013).
segar, olahraga, istirahat cukup, merupakan syarat utama dan perlu mendapat perhatian
dan kesehatan diri seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya. Seseorang
dikatakan memiliki personal hygiene baik apabila, orang tersebut dapat menjaga
kebersihan tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit, gigi dan mulut, rambut, mata,
hidung, dan telinga, kaki dan kuku, genitalia, serta kebersihan dan kerapihan pakaiannya
(Arif,2008).
Berdasarkan survey awal yang telah dilakukan pada tanggal 5 Juli 2019, gejala
yang tampak diantaranya : badan klien bau, gigi klien kuning, klien jarang mengganti
pakaian, dan jarang mandi. Gejala tersebut menunjukkan bahwa terganggunya aktifitas
kebersihan diri dan berhias pada pasien. Berdasarkan fenomena diatas, maka penulis
hygiene terhadap kemandirian merawat diri pada pasien defisit perawatan diri dengan
B. Rumusan Masalah
pelaksanaan aktivitas mandiri personal hygiene terhadap kemandirian merawat diri pada
pasien defisit perawatan diri dengan skizofrenia di Wilayah kerja Puskesmas Guguk
1. Tujuan Umum
kemandirian merawat diri pada pasien defisit perawatan diri dengan skizofrenia di
2. Tujuan Khusus
tahun 2019
b. Memahami konsep tentang asuhan keperawatan jiwa pada Tn.Y dengan defisit
tahun 2019
d. Membandingkan asuhan keperawatan jiwa antara teoritis dengan kasus pada Tn.Y
diri dengan skizofrenia di Wilayah Kerja Puskesmas Guguk Panjang tahun 2019
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Pasien
kebersihan diri
KIA-N ini diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan bagi perawat dalam
meningkatkan defisit perawatan diri. Menjadi salah satu acuan bagi perawat untuk
3. Bagi Penulis
Hasil karya ilmiah ini menjadi bahan dasar untuk peneliti selanjutnya yang berkaitan
4. Bagi Puskesmas
Bahan panduan dan rujukan bagi puskesmas tentang tindakan pemberian asuhan