Anda di halaman 1dari 12

Terjemah Surat Ar Rahman Ayat 1-25

1. [1](Allah) yang Maha Pengasih,

[1] Surah yang mulia ini dimulai dengan nama Allah Ar Rahman yang menunjukkan luasnya rahmat-Nya,
meratanya ihsan-Nya, banyaknya kebaikan-Nya dan luasnya karunia-Nya. Selanjutnya Allah Subhaanahu
wa Ta'aala menyebutkan sesuatu yang menunjukkan rahmat-Nya dan atsar(pengaruh)nya yang Allah
sampaikan kepada hamba-hamba-Nya berupa nikmat-nikmat agama, dunia maupun akhirat, dan setelah
itu Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengingatkan manusia dan jin yang mendapatkan nikmat itu agar
bersyukur kepada-Nya dengan firman-Nya, “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu
dustakan?”

2. Yang telah mengajarkan Al Qur’an[2].

[2] Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan, bahwa Dia telah mengajarkan Al Qur’an, yakni Dia telah
mengajarkan lafaz dan maknanya serta memudahkannya kepada hamba-hamba-Nya. Ini adalah nikmat
dan rahmat yang paling besar yang Allah limpahkan kepada hamba-hamba-Nya, dimana Dia
menurunkan kepada mereka Al Qur’an berbahasa Arab dengan lafaz dan keterangan yang paling baik
yang mengandung semua kebaikan dan melarang semua keburukan.

3. Dia menciptakan manusia[3],

[3] Dia telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya; sempurna anggota badannya dan
tepat bagian-bagiannya (seperti meletakkan mata di kepala tidak di anggota badan yang lain), Allah
Subhaanahu wa Ta'aala telah merapihkan dan menyempurnakannya serta membedakannya dengan
makhluk-makhluk yang lain, yaitu dengan mengajarkannya pandai berbicara.

4. mengajarnya pandai berbicara[4].

[4] Al Bayaan artinya menerangkan, sehingga termasuk pula menerangkan dengan lisan maupun tulisan.
Al Bayaan yang Allah lebihkan manusia dengannya termasuk nikmat yang besar yang diberikan
kepadanya.

5. Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan[5].

[5] Allah Subhaanahu wa Ta'aala menciptakan matahari dan bulan dan menundukkannya untuk beredar
menurut perhitungan sebagai rahmat kepada hamba-hamba-Nya dan perhatian-Nya kepada mereka dan
agar maslahat mereka dapat tegak dengannya, demikian juga agar mereka dapat mengetahui
perhitungan tahun.
6. Dan tetumbuhan dan pepohonan[6], keduanya tunduk (kepada-Nya).

[6] Ada yang menafsirkan ‘najm’ dengan tumbuhan yang tidak berbatang, sedangkan ‘syajar’ dengan
tumbuhan yang memiliki batang. Ada pula yang menafsirkan najm di sini dengan bintang, yakni bintang
yang ada di langit dan pepohonan yang ada di bumi mengenal Tuhannya, sujud, taat dan tunduk kepada-
Nya. Dia menundukkannya untuk maslahat dan manfaat hamba-hamba-Nya.

7. Dan langit telah ditinggikan-Nya[7] dan Dia letakkan keseimbangan (keadilan)[8].

[7] Sebagai atap untuk makhluk-makhluk di bumi.

[8] Yakni keadilan di antara hamba-hamba-Nya baik dalam ucapan maupun perbuatan. Mizan
(timbangan atau keseimbangan) di sini bukan hanya sekedar timbangan saja, akan tetapi termasuk pula
takaran yang dengannya dapat diukur segala sesuatu, pengukur untuk mengukur sesuatu yang belum
jelas dan hakikat yang dengannya dipisahkan di antara makhluk serta ditegakkan keadilan di antara
mereka. Oleh karena itulah, Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman di ayat selanjutnya, “Agar kamu
jangan merusak keseimbangan itu,”

8. Agar kamu jangan merusak keseimbangan itu[9],

[9] Hal itu, karena jika Allah tidak menurunkan keseimbangan itu dan menyerahkan perkara tersebut
kepada akal dan pendapat mereka yang terbatas, tentu akan terjadi kerusakan yang besar yang hanya
diketahui oleh Allah Subhaanahu wa Ta'aala, dan tentu langit dan bumi akan hancur.

9. Dan tegakkanlah keseimbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi keseimbangan
itu[10].

[10] Yakni jangan kamu kurangi keseimbangan itu dan kamu kerjakan hal yang bertentangan dengannya,
yaitu zalim, aniaya dan melampaui batas.

10. Dan bumi telah dibentangkan-Nya untuk makhluk(-Nya)[11],

[11] Agar mereka dapat tinggal di atasnya, dapat mendirikan bangunan, dapat menggarap tanahnya,
bercocok tanam, membuat jalan, menggalinya, memanfaatkan barang tambangnya dan segala yang
perlu mereka lakukan.
11. [12]di dalamnya ada buah-buahan[13] dan pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang[14],

[12] Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala sebutkan berbagai makanan pokok yang mereka sangat
butuhkan.

[13] Yang dapat dinikmati oleh hamba, seperti buah anggur, buah tin, buah delima, buah apel, dan lain-
lain.

[14] Yakni yang mempunyai wadah yang terbelah dari tangkai-tangkai yang keluar sedikit demi sedikit
sehingga menjadi sempurna sehingga menjadi makanan yang dimakan dan disimpan, dipakai bekal oleh
musafir serta sebagai makanan yang lezat bagi mereka.

12. dan biji-bijian yang berkulit[15] dan bunga-bunga yang harum baunya[16].

[15] Seperti gandum, beras dsb.

[16] Bisa juga maksud ‘raihaan’ adalah semua rezeki yang dimakan manusia.

13. [17]Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?[18]

[17] Setelah Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan sekian nikmat-nikmat-Nya yang dapat dilihat
oleh mata dan dipikirkan oleh hati, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala mentaqrir mereka (membuat
mereka (jin dan manusia) mengakuinya) dengan firman-Nya di atas.Sungguh bagus jawaban jin ketika
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam membacakan kepada mereka surah ini, dimana Beliau tidak
membacakan ayat, “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” kecuali mereka
mengatakan, “Tidak ada satu pun dari nikmat-nikmat Engkau wahai Tuhan kami yang kami dustakan.
Maka untuk-Mulah segala puji.” Demikianlah yang seharusnya dilakukan seorang hamba, yakni ketika
disebutkan kepada mereka nikmat-nikmat Allah, maka ia mengakuinya dan mensyukurinya serta memuji
Allah Ta’ala terhadapnya.

[18] Pertanyaan di sini adalah untuk mengokohkan.

14. [19]Dia menciptakan manusia[20] dari tanah kering[21] seperti tembikar,

[19] Termasuk nikmat-nikmat-Nya kepada hamba-hamba-Nya adalah Dia memperlihatkan kepada


mereka atsar (pengaruh) dari qudrah(kekuasaan)-Nya dan indahnya ciptaan-Nya.

[20] Bapak manusia yaitu Adam ‘alaihis salam.

[21] Yaitu tanah yang basah, yang dikokohkan sehingga menjadi kering dan berbunyi seperti suara
tembikar yang dibakar di atas api.
15. dan Dia menciptakan jin[22] dari nyala api tanpa asap[23].

[22] Bapak jin yaitu Iblis yang terlaknat.

[23] Yakni kobaran api yang bersih. Hal ini menunjukkan keutamaan unsur (bahan baku) manusia yang
diciptakan dari tanah, dimana tanah dapat dimanfaatkan, seperti dengan digarap dan ditanam tumbuh-
tumbuhan. Berbeda dengan api, yang keadaannya ringan, tidak tentu arah, buruk dan merusak.

16. [24]Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

[24] Setelah Allah Subhaanahu wa Ta'aala menerangkan penciptaan manusia dan jin serta bahan
bakunya, dimana hal itu merupakan nikmat Allah Subhaanahu wa Ta'aala kepada mereka, Allah
Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”

17. Tuhan (yang memelihara) dua timur dan Tuhan (yang memelihara) dua barat[25].

[25] Maksudnya tempat terbit dan terbenam matahari di musim panas dan di musim dingin.

18. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

19. Dia membiarkan dua laut mengalir yang (kemudian) keduanya bertemu,

20. di antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing[26].

[26] Sehingga tidak bercampur. Di antara ahli tafsir ada yang berpendapat bahwa la
yabghiyan maksudnya masing-masingnya tidak menghendaki. Dengan demikian maksud ayat 19-20 ialah
bahwa ada dua laut yang keduanya terpisah karena dibatasi oleh tanah genting, tetapi tanah genting itu
tidaklah dikehendaki (tidak diperlukan), maka pada akhirnya, tanah genting itu dibuang (digali untuk
keperluan lalu lintas), maka bertemulah dua lautan itu, seperti terusan Suez dan terusan Panama.

Menurut Syaikh As Sa’diy, maksud dua buah laut adalah; laut yang terasa tawar dan laut yang terasa
asin, keduanya bertemu bersama, sehingga laut yang berair tawar mengena kepada laut yang berair asin
sehingga keduanya bercampur. Akan tetapi, Allah Subhaanahu wa Ta'aala menjadikan di antara
keduanya ada batas pemisah dari daratan sehingga yang satu tidak dapat dilampaui oleh masing-masing,
namun tercapai manfaat dari keduanya. Dari air yang tawar dapat dimanfaatkan dengan diminum oleh
manusia dan hewan serta digunakan menyirami tanaman, sedangkan dari air laut yang asin ada udara
menjadi sejuk, ikan, mutiara dan marjan. Demikian pula menjadi tempat berlayar perahu dan kapal-
kapal.

Dua lautan yang tidak bercampur itu terletak di Selat Gibraltar, selat yang memisahkan benua Afrika dan
Eropa, tepatnya antara negera Maroko dan Spanyol.

21. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

22. Dari keduanya keluar mutiara dan marjan (permata)


23. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

24. Milik-Nyalah kapal-kapal yang berlayar di lautan bagaikan gunung-gunung[27].

[27] Allah Subhaanahu wa Ta'aala telah menundukkan kapal-kapal untuk hamba-hamba-Nya sehingga
kapal yang dibuat mereka itu dapat membelah lautan dengan izin-Nya. Saking besarnya kapal itu, maka
ia bagaikan gunung yang besar, dimana manusia dapat menaikinya, mereka dapat membawa barang-
barang mereka ke atasnya serta yang mereka butuhkan lainnya untuk dibawa ke atasnya. Allah
Subhaanahu wa Ta'aala yang menjaga lagit dan bumi telah menjaga kapal itu untuk mereka. Ini
termasuk di antara nikmat-nikmat Allah yang besar yang diberikan-Nya kepada mereka.

25. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

Terjemahan ayat 26-45


26. Semua yang ada di bumi itu[1] akan binasa.

[1] Baik manusia, jin, hewan dan makhluk-makhluk lainnya.

27. Tetapi zat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran[2] dan kemuliaan[3] tetap kekal.

[2] Yakni yang mempunyai keagungan dan kebesaran; yang diagungkan dan dibesarkan.

[3] Ikraam artinya yang luas karunia dan kemurahan-Nya, serta yang menghendaki untuk memuliakan.

28. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

29. Apa yang di langit dan di bumi selalu meminta kepada-Nya[4]. Setiap waktu Dia dalam kesibukan[5].

[4] Baik dengan lisaanul maqaal (lisan) maupun lisaanul haal (keadaan).

Allah Subhaanahu wa Ta'aala Mahakaya zat-Nya tidak membutuhkan semua makhluk-Nya dan Mahaluas
kemurahan-Nya. Semua makhluk butuh kepada-Nya meminta dipenuhi kebutuhannya dan mereka tidak
pernah cukup terhadapnya sekejap mata pun atau kurang dari itu.

[5] Dia mengayakan yang miskin, menutupi hati yang sedih, memberi kepada suatu kaum dan
menghalangi yang lain, menciptakan, menghidupkan dan mematikan, memuliakan dan menghinakan,
meninggikan dan merendahkan, memelihara, memberi rezki, mengabulkan doa dan lain lain. Dia tidak
pernah lelah terhadapnya dan tidak pernah bosan terhadap permintaan makhluk-Nya yang begitu
banyak dan terus menerus. Dia senantiasa menampilkan apa yang telah ditetapkan-Nya di zaman azali
(yang tidak ada awalnya) pada waktu-waktunya yang sesuai hikmah-Nya, baik ketetapan agama yang
berupa perintah dan larangan, ketetapan qadari terhadap hamba-hamba-Nya selama mereka tinggal di
dunia, sehingga ketika telah sempurna makhluk itu dan Allah telah membinasakan mereka, Dia
menampilkan ketetapan jaza’i(pembalasan)-Nya dan memperlihatkan kepada mereka keadilan, karunia
dan ihsan-Nya yang banyak, dimana dengannya mereka dapat mengenal-Nya dan mentauhidkan-Nya.
Dia memindahkan manusia dari tempat ujian (dunia) menuju kepada kehidupan yang sesungguhnya.
Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Tidaklah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan
main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, kalau mereka
mengetahui.” (Al ‘Ankabut: 64)

Maka Mahasuci Allah Tuhan Yang Maha Pemberi yang pemberian-Nya merata kepada penduduk langit
dan bumi, dan kelembutan-Nya mengena kepada semua makhluk di setiap waktu dan setiap saat. para
wali dan makhluk pilihan-Nya dengan berbagai bentuk pemuliaan, dimana Dia dimuliakan, diagungkan,
dicintai dan diibadahi oleh para wali-Nya.

30. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

31. Kami akan memperhatikan sepenuhnya kepadamu[6] wahai (golongan) manusia dan jin.

[6] Untuk menghisab dan memberikan balasan terhadap amal yang kamu kerjakan selama di dunia.

32. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

33. [7]Wahai golongan jin dan manusia! Jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan
bumi, maka tembuslah. Kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan[8].

[7] Apabila Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengumpulkan mereka di mauqif (tempat perhentian seperti
di padang mahsyar) pada hari Kiamat, maka Allah memberitahukan kelemahan mereka, sempurnanya
kekuasaan-Nya, berlakunya kehendak dan kekuasaan-Nya, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman
sebagaimana pada ayat di atas menerangkan kelemahan mereka.

[8] Bagaimana mereka memilikinya sedangkan mereka tidak berkuasa memberikan manfaat kepada diri
mereka dan menghindarkan madharrat dari diri mereka, tidak bisa menghidupkan dan tidak bisa
mematikan serta tidak bisa membangkitkan?! Pada tempat itu (padang mahsyar) tidak ada seorang pun
yang berani bicara kecuali dengan izin-Nya dan tidak terdengar selain suara bisik-bisik. Di tempat itu,
semua manusia sama, baik raja maupun rakyatnya, pemimpin maupun yang dipimpin, orang kaya
maupun orang miskin.

34. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

35. [9]Kepada kamu (jin dan manusia), akan dikirim nyala api dan cairan tembaga (panas)[10] sehingga
kamu tidak dapat menyelamatkan diri (darinya)[11].

[9] Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan apa yang disiapkan-Nya untuk mereka di
tempat itu.
[10] Syaikh As Sa’diy menerangkan tentang syuwaazh, yaitu nyala api yang bersih, sedangkan nuhaas,
yaitu nyala api yang bercampur asap. Maksudnya kedua ini adalah bahwa keduanya akan dikirimkan
untuk mengepung jin dan manusia agar tidak melarikan diri.

[11] Mujahid berkata, “Tembaga adalah kuningan yang dilebur lalu dituangkan di atas kepala
mereka.” Maksudnya, Kalau kamu (wahai jin dan manusia) pergi melarikan diri pada hari Kiamat, tentu
para malaikat dan malaikat Zabaniyah akan mengembalikan kamu dengan mengirimkan nyala api dan
tembaga yang dileburkan yang akan ditimpakan kepada kamu agar kamu kembali (ke padang mahsyar).

36. [12]Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

[12] Oleh karena penakutan-Nya kepada hamba-hamba-Nya merupakan nikmat-Nya kepada mereka
sekaligus sebagai cemeti untuk menggiring mereka ke tempat yang tinggi dan untuk memperoleh
pemberian yang paling baik yang diberikan-Nya kepada mereka, maka Dia berfirman, “Maka nikmat
Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”

37. [13]Maka apabila langit telah terbelah[14] dan menjadi merah mawar seperti (kilauan) minyak[15].

[13] Pada hari Kiamat karena dahsyatnya keadaan ketika itu, banyaknya kegelisahan, rasa takut tidak
kunjung henti, matahari dan bulan diredupkan dan bintang-bintang berjatuhan maka langit menjadi
merah mawar seperti (kilauan) minyak, yakni seperti cairan logam dan timah yang mencair.

[14] Menjadi pintu-pintu untuk turunnya malaikat.

[15] Jika demikian, maka sungguh dahsyat dan mengerikan kejadian ketika itu.

38. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

39. Maka pada hari itu manusia dan jin tidak ditanya tentang dosanya[16].

[16] Tetapi pada waktu yang lain. Atau maksudnya, bahwa pada hari itu manusia dan jin tidak dimintai
informasi tentang apa yang terjadi karena Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengetahui yang gaib dan yang
tampak, yang lalu dan yang akan datang. Dia ingin memberikan balasan kepada hamba sesuai yang
diketahui-Nya terhadap keadaan mereka, dan Dia telah mengadakan tanda pada hari Kiamat untuk
orang-orang yang baik dan orang-orang yang buruk yang dengannya mereka dapat dikenali sebagaimana
firman-Nya di ayat lain, “Pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka
yang hitam muram. (Terj. Ali Imran: 106)

40. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?


41. Orang-orang yang berdosa itu diketahui dengan tanda-tandanya[17], lalu direnggut ubun-ubun dan
kakinya[18].

[17] Yaitu dengan hitam wajahnya dan biru matanya sebagaimana yang dikatakan Qatadah dan Al
Hasan.

[18] Maksudnya, ubun-ubun orang yang berdosa dan kakinya direnggut lalu dilempar ke dalam neraka
dan mereka diseret di sana. Allah Subhaanahu wa Ta'aala jika bertanya kepada mereka, maka
maksudnya pertanyaan untuk menghinakan dan agar mereka mengakuinya karena Dia lebih mengetahui
dari mereka, akan tetapi Dia ingin menunjukkan kepada makhluk hujjah-Nya yang kuat dan hikmah-Nya
yang dalam.

42. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

43. Inilah neraka Jahanam yang didustakan oleh orang-orang yang berdosa.

44. Mereka berkeliling di sana dan di antara air yang mendidih[19].

[19] Mereka akan meminumnya ketika meminta pertolongan dari panasnya api neraka.

45. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

Terjemahan ayat 46-78


46. Dan bagi siapa yang takut akan saat menghadap Tuhannya[1] ada dua surga[2].

[1] Yakni berdiri di hadapan-Nya untuk dihisab.

[2] Yakni bagi orang yang takut kepada Tuhannya dan takut berhadapan dengan-Nya, dimana hal itu
membuatnya mengerjakan perintah dan menjauhi larangan, maka dia memperoleh dua surga. Menurut
Syaikh As Sa’diy, dia akan mendapatkan dua surga dari emas, baik bejana, perhiasan, bangunan dan apa
yang ada di sana (dari emas); surga yang satu sebagai balasan karena meninggalkan larangan, sedangkan
surga yang satu lagi karena mengerjakan ketaatan.

47. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

48. Kedua surga itu mempunyai aneka pepohonan dan buah-buahan[3].

[3] Ada pula yang menafsirkan kata ‘afnaan’ dengan berbagai jenis kenikmatan, baik kenikmatan luar
maupun dalam yang belum pernah dilihat oleh mata, didengar oleh telinga dan terlintas di hati manusia.

49. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?


50. Di dalam kedua surga itu ada dua buah mata air yang memancar[4].

[4] Mereka dapat memancarkannya ke tempat yang mereka inginkan dan mereka kehendaki.

51. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

52. Di dalam kedua surga itu terdapat aneka buah-buahan yang berpasang-pasangan[5].

[5] Setiap jenisnya memiliki rasa dan warnanya masing-masing yang tidak dimiliki oleh jenis yang lain.

53. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

54. Mereka bersandar di atas permadani yang bagian dalamnya dari sutera tebal[6]. Dan buah-buahan di
kedua surga itu dapat (dipetik) dari dekat[7].

[6] Syaikh As Sa’diy menerangkan, ini adalah sifat permadani penghuni surga dan sifat duduknya mereka
di atasnya, dan bahwa mereka sambil bersandar sambil santai. Permadani ini tidak diketahui sifatnya
kecuali oleh Allah Subhaanahu wa Ta'aala, sampai-sampai bagian dalamnya dari sutera tebal yang
merupakan sutera terbaik dan dibanggakan, lalu bagaimana dengan luarnya yang bersentuhan langsung
dengan kulit mereka?

Ibnu Mas’ud berkata, “Ini bagian dalamnya, lalu bagaimana kalau kamu melihat bagian luarnya?”

[7] Yakni bisa dipetik sambil berdiri, sambil duduk dan sambil berbaring.

55. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

56. Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang membatasi pandangan[8], yang tidak pernah disentuh
oleh manusia maupun jin sebelumnya[9].

[8] Kepada suami mereka karena cakep dan gantengnya suami mereka, dan cintanya mereka kepadanya.

[9] Mereka masih sebagai gadis.

57. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

58. Seakan-akan mereka itu permata yakut dan marjan[10].

[10] Yakni karena bersih, cantik dan indahnya mereka.

59. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?


60. Tidak ada balasan untuk kebaikan[11] selain kebaikan (pula)[12].

[11] Yakni tidak ada balasan bagi orang yang berbuat ihsan dalam beribadah kepada Allah dan berbuat
ihsan dalam bergaul dengan manusia kecuali dibalas dengan kebaikan, berupa pahala yang besar,
keberuntungan yang besar, kenikmatan yang kekal, dan kehidupan yang sentosa. Kedua surga yang
tinggi yang terbuat dari emas ini diperuntukkan bagi orang-orang yang didekatkan dengan Allah
Subhaanahu wa Ta'aala (Al Muqarrabiin).

[12] Dengan kenikmatan surga.

61. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

62. Dan selain dari dua surga itu ada dua surga lagi[13].

[13] Selain dari dua surga yang tersebut di atas ada dua surga lagi yang disediakan untuk orang-orang
mukmin yang derajatnya di bawah orang-orang mukmin yang dimasukkan ke dalam kedua surga yang
pertama. Menurut Syaikh As Sa’diy, kedua surga yang lain itu dari perak, baik bangunannya, bejananya,
perhiasannya, dan apa yang ada di dalamnya. Kedua surga ini diperuntukkan kepada As-habul Yamin
(Golongan kanan).

63. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

64. Kedua surga itu (kelihatan) hijau tua warnanya.

65. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

66. Di dalam keduanya (syurga itu) ada dua buah mata air yang memancar.

67. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

68. Di dalam kedua surga itu ada buah-buahan, kurma dan delima.

69. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

70. Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik (akhlaknya) dan cantik wajahnya[14].

[14] Mereka menggabung antara indahnya luar dan dalam; fisiknya indah dan akhlaknya baik.

71. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

72. Bidadari-bidadari yang dipelihara di dalam kemah-kemah[15].

[15] Bidadari itu tertahan dalam kemah-kemah mutiara; yang telah mempersiapkan diri mereka untuk
suami mereka, namun hal itu tidaklah menafikan mereka untuk keluar ke kebun-kebun dan taman-
taman surga sebagaimana kebiasaan putri-putri raja dan wanita-wanita yang dipingit
73. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

74. Mereka sebelumnya tidak pernah disentuh oleh manusia maupun oleh jin.

75. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

76. Mereka bersandar pada bantal-bantal yang hijau dan permadani-permadani yang indah[16].

[16] Orang-orang yang mendapatkan kedua surga yang kedua ini tempat sandaran mereka adalah rafraf
(permadani) hijau, yaitu permadani yang berada di atas majlis-majlis (tempat duduk) yang tinggi yang
menjadi tambahan terhadap majlis (tempat duduk) mereka. Dengan demikian, majlis tersebut memiliki
rafrafah (permadani) di atas majlis mereka sehingga semakin indah dan bagus. Adapun ‘abqariy sebagai
nisbat kepada setiap yang ditenun dengan tenunan yang indah dan mewah, oleh karenanya, disifati
dengan keindahan yang menyeluruh karena bagus buatannya, indah dilihat serta halus disentuh. Kedua
surga ini bukanlah surga yang sebelumnya sebagaimana disebutkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla, “Dan selain
dari dua surga itu ada dua surga lagi.” Selain itu, Allah Subhaanahu wa Ta'aala telah menyifatkan dua
surga yang pertama dengan beberapa sifat yang tidak disifatkan kepada dua surga yang setelahnya.
Pada dua surga yang pertama Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Di dalam kedua surga itu ada
dua buah mata air yang memancar,” sedangkan pada kedua surga setelahnya, Allah Subhaanahu wa
Ta'aala berfirman, “Di dalam keduanya (syurga itu) ada dua buah mata air yang memancar.” Sudah
menjadi maklum, bahwa keduanya berbeda, yang satu mengalir, sedangkan yang satu lagi memancar.
Pada kedua surga yang pertama, Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Kedua surga itu mempunyai
aneka pepohonan dan buah-buahan.” Dan Dia tidak berfirman demikian pada surga yang kedua. Pada
kedua surga yang pertama, Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Di dalam kedua surga itu terdapat
aneka buah-buahan yang berpasang-pasangan.” Sedangkan pada kedua surga yang setelahnya, Allah
Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Di dalam kedua surga itu ada buah-buahan, kurma dan delima.”
Pada kedua surga yang pertama, Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Mereka bersandar di atas
permadani yang bagian dalamnya dari sutera tebal. Dan buah-buahan di kedua surga itu dapat (dipetik)
dari dekat.” Sedangkan pada dua surga yang kedua (setelahnya), Allah Subhaanahu wa Ta'aala
berfirman, “Mereka bersandar pada bantal-bantal yang hijau dan permadani-permadani yang indah.”
Pada kedua surga yang pertama, Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Di dalam surga itu ada
bidadari-bidadari yang membatasi pandangan, yang tidak pernah disentuh oleh manusia maupun jin
sebelumnya.” Sedangkan pada kedua surga yang setelahnya, Allah Subhaanahu wa Ta'aala
berfirman, “Bidadari-bidadari yang dipelihara di dalam kemah-kemah.” Sudah menjadi maklum adanya
perbedaan di antara keduanya.

Pada kedua surga yang pertama, Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Tidak ada balasan untuk
kebaikan selain kebaikan (pula).” Dan Dia tidak berfirman demikian, pada dua surga setelahnya, maka
hal ini menunjukkan bahwa hal itu sebagai balasan bagi orang-orang yang berbuat ihsan.

Di samping itu, didahulukan kedua surga yang pertama daripada yang kedua menunjukkan keutamaan
yang pertama.

Berdasarkan sisi-sisi di atas dapat diketahui kelebihan dua surga yang pertama daripada dua surga yang
kedua, dan bahwa kedua surga yang pertama itu dipetuntukkan kepada orang-orang yang didekatkan
dari kalangan para nabi, para shiddiqin dan hamba-hamba pilihan Allah Subhaanahu wa Ta'aala yang
saleh, sedangkan pada kedua surga yang kedua disiapkan untuk kaum mukmin pada umumnya. Di
semua surga itu terdapat sesuatu yang belum pernah terlihat oleh mata, terdengar oleh telinga dan
terlintas di hati manusia, di dalamnya terdapat apa yang diinginkan jiwa dan indah dipandang mata,
penduduknya benar-benar santai, ridha, tenang, dan mendapatkan tempat tinggal yang terbaik, bahkan
masing-masing dari mereka tidak melihat bahwa orang lain lebih bagus darinya dan lebih tinggi
kenikmatannya darinya.

77. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

78. [17]Mahasuci nama Tuhanmu Pemilik Keagungan dan Kemuliaan.

[17] Setelah Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan luasnya karunia dan ihsan-Nya, maka Dia
berfirman, “Mahasuci nama Tuhanmu Pemilik Keagungan dan Kemuliaan.” Yakni Mahaagung dan
banyak kebaikan Allah Subhaanahu wa Ta'aala yang memiliki kebesaran yang unggul di atas segalanya,
Mahamulia secara sempurna, serta memuliakan para wali-Nya.

Anda mungkin juga menyukai