Wa0054 PDF
Wa0054 PDF
KONSEP DASAR
A. Pengertian
tertutup (Nanda,2006).
Hernia adalah suatu keadaan keluarnya jaringan organ tubuh dari suatu
ruangan melalui suatu celah atau lubang keluar di bawah kulit atau menuju
2007.http://medlinux.blogspot.com/2007/09/hernia.html).
hernia yang keluar dari rongga peritonium melalui anulus inguinalis internus
8
B. Anatomi dan Fisiologi
1. Anatomi
a. Usus halus
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus
9
Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak
Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari
adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari
panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah
(netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan
garam-garam empedu.
10
b. Usus Besar
usus besar adalah rectum dan anus. Sphincter internal dan eksternal
Suddarth, 2001).
2. Fisiologi
11
bekerja pada polipeptida, dan enterokinase yang mengaktifkan
d. Mencerna secara kimiawi. Enzim dari pankreas dan empedu dari hati
e. Absorpsi. Nutrisi dan air akan bergerak dari lumen usus kedalam
12
d. Mensintesa vitamin. Bakteri pada usus halus akan mensintesa
keluar. Pada saat feses dan gas berada dalam rektum, tekanan
defekasi.
(http:referensikedokteran.blogspot.com/2010/08/referat-
hernia.html).
C. Klasifikasi
1. Bagian-bagian hernia
a. Kantong hernia
hernia intertitialis.
b. Isi hernia
13
c. Pintu hernia
hernia.
d. Leher hernia
2. Macam-macam hernia
a. Berdasarkan terjadinya:
b. Berdasarkan tempatnya:
1) Hernia Inguinalis
Adalah hernia isi perut yang tampak di daerah sela paha (regio
inguinalis).
2) Hernia femoralis
3) Hernia umbilikalis
4) Hernia diafragmatik
rongga dada.
14
c. Berdasarkan sifatnya
1) Hernia reponibel
2) Hernia ireponibel
rongga.
3) Hernia akreta
4) Hernia inkarserata
d. Berdasarkan isinya
1) Hernia adiposa
2) Hernia litter
3) Slinding hernia
15
D. Etiologi/Predisposisi
pintu masuk hernia pada anulus internus yang cukup lebar, sehingga dapat
dilalui oleh kantong dan isi hernia. Selain itu diperlukan pula faktor yang
dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar
itu.
yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut dan kelemahan otot
dinding perut karena usia. Tekanan intra abdominal yang meninggi serta
kronik seperti batuk kronik, hipertrofi prostat, konstipasi dan asites sering
karena kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan
16
E. Patofisiologi
kanalis inguinalis, faktor yang kedua adalah faktor yang didapat seperti hamil,
batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda berat dan faktor usia, masuknya isi
rongga perut melalui kanal ingunalis, jika cukup panjang maka akan menonjol
keluar dari anulus ingunalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut tonjolan
akan sampai ke skrotum karena kanal inguinalis berisi tali sperma pada laki-
laki, sehingga menyebakan hernia. Hernia ada yang dapat kembali secara
spontan maupun manual juga ada yang tidak dapat kembali secara spontan
ataupun manual akibat terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding
kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan
aktivitas akan terganggu. Jika terjadi penekanan terhadap cincin hernia maka
isi hernia akan mencekik sehingga terjadi hernia strangulate yang akan
yang bisa menyebabkan Iskemik. Isi hernia ini akan menjadi nekrosis.
Kalau kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi perforasi yang
akhirnya dapat menimbulkan abses lokal atau prioritas jika terjadi hubungan
17
strangulate akan timbul gejala ileus yaitu perut kembung, muntah dan
obstipasi pada strangulasi nyeri yang timbul letih berat dan kontineu, daerah
F. Manifestasi Klinis
timbul pada waktu mengedan, batuk, atau mengangkat beban berat dan
asimetris pada kedua inguinalis, skrotum, atau labia dalam posisi berdiri dan
berbaring. Pasien diminta mengedan atau batuk sehingga adanya benjolan atau
keadaan asimetris dapat dilihat. Palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjolan
cincin hernia dapat diraba berupa anulus inguinalis yang melebar (Jong,
2004).
Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaaan isi
paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk bersin, atau mengejan dan
viseral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus
masuk ke dalam kantong hernia. Nyeri yang disertai mual atau muntah baru
timbul kalau terjadi inkarserasi karena ileus atau strangulasi karena nekrosis
atau gangren.
18
Tanda klinis pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada
inspeksi saat pasien mengedan, dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul
sebagai penonjolan di regio ingunalis yang berjalan dari lateral atas ke medial
bawah. Kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada vunikulus
spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi
gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini disebut tanda sarung tangan sutera,
tetapi umumnya tanda ini sukar ditentukan. Kalau kantong hernia berisi organ,
atau ovarium. Dengan jari telunjuk atau kelingking pada anak, dapat dicoba
mendorong isi hernia dengan menekan kulit skrotum melalui anulus eksternus
sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi atau tidak. Dalam
hal hernia dapat direposisi, pada waktu jari masih berada dalam anulus
indirek karena keluar melalui dua pintu dan saluran yaitu, anulus dan kanalis
lonjong, sedangkan hernia medialis berbentuk tonjolan bulat. Dan kalau sisi
jari yang menyentuhnya, berarti hernia inguinalis medialis. Dan jika kantong
Diagnosis ditegakkan atas dasar benjolan yang dapat direposisi, atau jika tidak
dapat direposisi, atas dasar tidak adanya pembatasan yang jelas di sebelah
19
cranial dan adanya hubungan ke cranial melalui anulus eksternus. Hernia ini
harus dibedakan dari hidrokel atau elefantiasis skrotum. Testis yang teraba
G. Penatalaksanaan
kecuali pada pasien anak-anak, reposisi spontan lebih sering (karena cincin
hernia yang lebih elastis). Reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri
ke arah cincin hernia dengan sedikit tekanan perlahan yang tetap sampai
hernia yang telah direposisi dan tidak pernah menyembuhkan, sehingga harus
dipakai seumur hidup. Namun, cara yang sudah berumur lebih dari 4000 tahun
ini masih saja dipakai sampai sekarang. Sebaiknya cara seperti ini tidak
tonus otot dinding perut di daerah yang tertekan, sedangkan strangulasi tetap
mengancam.
20
ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan,
dipotong.
operasi dalam satu tahap kecuali jika ada kontra indikasi. Begitu juga pada
anak-anak dan bayi, operasi hernia bilateral dilakukan dalam satu tahap,
H. Komplikasi
hernia. Isi hernia dapat tertahan dalam kantong, pada hernia ireponibel ini
dapat terjadi kalau isi hernia terlalu besar, misalnya terdiri atas omentum,
benjolan. Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga
sederhana. Sumbatan dapat terjadi total atau parsial. Bila cincin hernia sempit,
kurang elastis, atau lebih kaku, lebih sering terjadi jepitan parsial. Jarang
kantong hernia dan satu segmen lainnya berada dalam rongga peritonium,
21
Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi
hernia. Pada permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ
Kalau isi hernia terdiri atas usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat
menimbulkan abses local, fistel, atau peritonitis, jika terjadi hubungan dengan
keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa. Bila sudah terjadi strangulasi
nyeri lebih hebat di tempat hernia. Nyeri akan menetap karena rangsangan
peritoneal.
dimasukkan kembali disertai nyeri tekan dan tergantung keadaan isi hernia,
22
I. Pengkajian Fokus
1. Pengkajian
a. Sirkulasi
trombus).
b. Integritas ego
stimulasi simpatis.
c. Makanan / cairan
operasi).
berjalan.
23
e. Neurosensori
f. Pernapasan
g. Keamanan
h. Kenyamanan
mobilisasi.
2. Diagnosa Keperawatan
nafas.
24
c. Perubahan pola eliminasi konstipasi berhubungan dengan penurunan
(Carpenito,2000).
J. PATHWAY
Faktor kongenital
J. Pathways Faktor didapat (batuk kronis,
(kegagalan penutupan mengejan saat miksi, mengejan
prosesus vaginalis saat defekasi, pekerjaan
pada waktu kehamilan) mengangkat benda berat)
25
26
K. Fokus Intervensi dan Rasional
a. Tujuan
b. Intervensi
keperawatan.
Rasional: posisi yang tepat dapat mengurangi stres pada area insisi.
27
Rasional: Rangsang kutan mengaftifkan serabut besar yang
a. Tujuan
b. Intervensi
28
4) Sarankan klien untuk tidak menyentuh area luka operasi.
infeksi.
a. Tujuan
b. Intervensi
melakukan mobilisasi.
29
3) Sarankan untuk makan makanan tinggi serat segera setelah
a. Tujuan
b. Intervensi
keadaan.
pasien.
pasien.
pasien.
30
Rasional: Keterbatasan aktivitas bergantung pada kondisi yang
toleransi.
31