KEGUNAAN FLUOR
Fluor di alam dapat ditemukan di tanah, di air maupun di udara, selain juga
ditemukan pada tanaman. Fluor merupakan elemen paling elektronegatif dan
semua elemen kimia, maka secara alamiah tidak pemah dijumpai dalam bentuk
elemen.tersendiri. Kombinasi secara kimiawi dalam bentuk fluorides, fluorine
adalah dalarn urutan ke 17 dari susunan elemen, dan keberadaannya merupakan
0.016-0.09% dari permukaannya tanah. Di daerah pegunungan, kandungan fluor
dalam tanah relatif rendah.
Semua air mengandung fluor dengan konsentrasi yang bervanasi. Air laut
mengandung fluor sekitar 0.18-1 .4mg/kg. Kandungan. fluor dalam air yang
didapatkan dari telaga, sungai, atau sumur buatan biasanya sebagian besar jauh
dibawah 0.5mg/kg, meskipun pernah dilaporkan ada yang mengaandung 95 mg/kg
yaitu di Republik Tanzania. Air yang mengandung fluor sangat tinggi biasanya
ditemukan di kaki gunung yang tinggi.
Data yang ada menunjukkan bahwa masukan (intake) fluor per hari oleh tiap
individu bervariasi dari satu negara ke negara lain. Meskipun tidak ada konsesus
dosis maksimum yang aman untuk intake fluor per hari, namun dianjurkan total
intake antara 0.05 dan 0.07 mg fluor per kg berat badan sebagai dosis optimum.
Untuk bayi 2-6 bulan, intake fluor per hari bervariasi antara 0.0 10mg sampai 0.127
mg per kg berat badan, tergantung pada kandungan fluor dalam air minum dan
Universitas Gadjah Mada
apakah bayi minum ASI atau susu formula. Dari analisis ekstensif yang dilaporkan
beberapa penulis, total pemasukan fluor per hari bervariasi antara 0.2 mg untuk
bayi sampai 5.0 mg pada orang dewasa.
Karies gigi merupakan penyakit gigi yang terbesar yang menyerang manusia
diseluruh dunia. Karies ini merusak kualitas hidup banyak orang dengan
menyebabkan sakit serta sepsis, dan bila tidak terawat dengan baik dapat
menyebabkan lebih beratnya penyakit sistemik yang diderita. Akibat lebih lanjut,
akan berdampak pada beratnya beban beaya pelayanan kesehatan baik oleh
swasta maupun non swasta.
Karies gigi adalah suatu penyakit yang merupakan interaksi dari 4 faktor:
host, agent, lingkungan dan waktu yang menghasilan kerusakan pada janngan
keras gigi yang tak bisa pulih kembali yaitu email, dentin dan sementum. Meskipun
selalu diusahakan pengembangan cara-cara untuk menurunkan jumlah bakteri
pada gigi dengan cara mekanis atau mengurangi aktivitas kanogenik dengan
bahan kimia, tetapi pemakaian fluor yang tepat masih tetap merupakan cara yang
terbaik dalam menanggulangi karies gigi. Sekitar seperempat abad yang lalu,
hampir semua ahli pergigian percaya bahwa pada prinsipnya kerja fluor adalah
meningkatkan resistensi email terhadap asam pada plak gigi yang dihasilkan oleh
bakten plak. Akhir-akhir ini, hasil berbagai penelitian menunjukkan adanya
penemuan penting tentang kerja fluor yang lain, yaitu fluor mempunyai efek
remineralisasi pada lesi awal atau pre karies serta mempunyai sejumlah efek
antimikrobial.
Fluorides
Systemics and
Topical benefits
Dietary fluoride
supplements Depends on age of 50-80 Birth to at least 14
Drops or tablets child and fluoride years
(home) concentration of
water
Sealantas
Applied to occlusal
surfaces - surfaces only)
14-19 (occlusal fissure
Preventsdecay after
pit and
permanent teeth erupt
(ages 6-7, 12-13 yrs);
replace as needed
containing foods
and drinks
Controlof
Control ofsugary
sugar-
foods at school reduced
reduction Proportional to Lifetime
infrequency of intake
reduction of national
consumption
Oral hygiene
measures
Closely supervised
(school) Equivocal Lifetime
Brushing
Flossing
Unsupervised
(school-home)
Brushing Equivocal Lifetime
Flossing Equivocal Lifetime
Source: WHO global oral health data bank Equivocal Lifetime
Fluor dapat dijumpai dalam air minum dan berbagai sumber. Pada
konsentrasi F yang berkisar antara 0.7-1.2 ppm, maka fluor dapat menurunkan
angka pengalaman karies antara 50-60% pada masyarakat yang seumur
hidupnya mengkonsumsi air minum dengan konsentrasi fluor seperti tersebut di
atas.
From Centers for Disease Control, Center for Prevention Services, Dental
Disease Prevention Activity
Salah satu alternatif fluoridasi air minum adalah dengan cara fluondasi air
minum sekolah. Hal ini dilakukan, karena ada masyarakat yang tinggal di daerah
yang belum mendapat distribusi air minum dari Pusat Air Minum (PAM). Untuk
fluondasi air minum sekolah, konsentrasi F yang dianjurkan adalah 4.5 kali
konsentrasi fluondasi air minum di area yang sama. Konsentrasi F yang lebih tinggi
mi diperlukan, karena anak sekolah minum air yang telah difluoridasi hanya pada
Ni Made Sirat
Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Denpasar
Abstract
Dental and oral health has increased in the last century, but the prevalence of dental
caries in children remains a clinical problem that significant. Suwelo reported prevalence of
caries in preschool children in Jakarta 89.16 % with def - t average of 7.02 or less 5.25 and
the results of the survey in 10 provinces ( 1984-1988 ) in urban areas, the prevalence of caries
children aged 8 years 45.20 % with DMF - T 0.94 and according to the 1995 survey of DMF
- T index 12 year olds showed an average 2.21 with a prevalence rate of 76.9 % . The purpose
of this paper to examine the effectiveness of NaF and SnF2 solution in the prevention of
dental caries. This study used a descriptive method. Missed issues through literature review
by presenting theories of books, scientific magazines and Journal. The result of this research is a
topical application with SnF2 solution 8% more effective than the solution NaF2% . Topical
application with SnF2 solution 8% every year or 6 months can reduce a significant caries . SnF2
solution is a solution that is very active and having an activity of the solution is so high that when the
fluoride solution in contact with emails regularly and will continue to make email more resistant to
caries. High fluorine concentration and low pH can facilitate the formation of compounds fluorapatit.
NaF2 % solution is not durable and should be stored in a dark bottle. Topical application with NaF
is less effective because the patient must visit 4 times ( interval 1 week ) . End of reviewing
fluorine , patients should rinse 1 times , so that the attachment of fluoride on teeth is not
maximal . Topical fluoride application with SnF2 8 % more effective than the NaF in prevention of
dental caries.
mengalami peningkatan pada abad daerah kota, prevalensi karies anak umur
222
Jurnal Kesehatan Gigi Vo.2 N2 (Agustus 2014)
serta menurut SKRT 1995 indeks
DMF- T anak umur 12 tahun
menunjukkan rata-rata 2,21 dengan
angka prevalensi sebesar 76,9%. Hal
ini menunjukkan suatu keadaan
kerusakan gigi yang hampir tanpa
penanganan. Agar target pencapaian
gigi sehat tahun 2010 menurut WHO
bahwa angka DMF-T anak umur 12
tahun sebesar 1 dan didominasi oleh
indikator F-T dapat tercapai maka
diperlukan suatu tindakan pencegahan.
Seluruh tindakan
223
Jurnal Kesehatan Gigi Vo.2 N2 (Agustus 2014)
pencegahan baik pencegahan primer, Penyakit gigi dan mulut yang
sekunder ataupun tersier harus umumnya ditemukan di masyarakat
berdasarkan pada pemeriksaan klinik adalah karies gigi.
dan radiografi, penilaian risiko karies,
Survei Kesehatan Rumah Tangga
hasil perawatan terdahulu, kemajuan
dari riwayat karies terdahulu, pilihan tahun 1995 menunjukkan bahwa 63%
dan harapan orang tua dan dokter gigi penduduk Indonesia menderita karies
akan perawatan serta penilaian kembali gigi aktif (kerusakan pada gigi yang
pada saat kunjungan berkala. belum ditangani). Beberapa propinsi,
angka tersebut lebih tinggi dari angka
Nasional, seperti di Kalimantan 80,2%,
Penilaian tingkat risiko karies
Sulawesi 74%, Sumatera 65,4%.
anak secara individu harus diketahui
Karies gigi aktif pada kelompok umur
oleh dokter gigi karena semua anak pada
umumnnya mempunyai risiko terkena 10-24 tahun adalah 66,8%-69,5%,
pada setiap tingkatan. Tingkat risiko adalah 55,3%. Karies gigi aktif pada
karies anak terbagi atas tiga kategori kelompok umur 65 tahun ke atas
yaitu risiko karies tinggi, sedang dan sebesar 43,8%. Keadaan ini
rendah. Pembagian risiko karies ini menunjukkan karies gigi aktif banyak
berdasarkan pengalaman karies terjadi pada golongan umur produktif.
terdahulu, penemuan di klinik, Rata-rata pengalaman karies per orang
kebiasaan diet, riwayat sosial, dari indek DMF-T di Indonesia adalah
penggunaan fluor, kontrol plak, saliva 6,44, namun beberapa daerah angka
dan riwayat kesehatan umum anak. tersebut bervariasi. Penduduk
Anak yang berisiko karies tinggi harus Kalimantan mempunyai keparahan
mendapatkan perhatian khusus karena karies gigi dengan nilai DMF-T rata-
perawatan intensif dan ekstra harus rata 7,8, Sulawesi 7, Sumatera 6,7,
segera dilakukan untuk menghilangkan
Jawa dan bali 6, sedangkan daerah
karies atau setidaknya mengurangi risiko
karies tinggi menjadi rendah pada lainnya 5,4 (Depkes RI, 2000)3.
225
Jurnal Kesehatan Gigi Vo.2 N2 (Agustus 2014)
gigi yang mengalami dekalsifikasi
sebagai bahan aplikasi topikal
yang ditandai dengan kerusakan
jaringan dimulai pada permukaan gigi
yang mudah terserang karies seperti pit
dan fissure serta daerah interproksimal
meluas kearah pulpa.
226
Jurnal Kesehatan Gigi Vo.2 N2 (Agustus 2014)
memiliki beberapa kelebihan, Cara Penelitian
antara lain: rasanya cukup enak,
Penelitian ini merupakan
tidak menimbulkan pewarnaan
penelitian deskriptif dengan tujuan
ekstrinsik dan tidak mengiritasi
untuk membuat suatu gambaran
jaringan gingival. Kekurangan
tentang keadaan secara objektif.
larutan NaF yaitu tidak tahan lama,
karena larutan mudah bereaksi
dengan sinar matahari, sehingga
harus disimpan dalam botol yang
berwarna gelap. Kekurangan
larutan SnF2 yaitu dapat
menimbulkan pigmentasi pada
beberapa bagian gigi,
penggunaannya praktis, rasanya
tidak enak dan dapat mengiritasi
jaringan
227
Jurnal Kesehatan Gigi Vo.2 N2 (Agustus 2014)
Penelitian ini dilakukan dengan cara pembentukkan kristal apatit (Forrest,
studi kepustakaaan yaitu dengan 1995)5.
menelaah teori-teori, literatur-literatur
Aplikasi topikal fluor
yang berkaitan dengan permasalahan.
merupakan salah satu cara pemberian
Hasil Penelitian fluor secara local. Pemberian fluor
melalui aplikasi topical dapat memakai
Fluor mempunyai kemampuan untuk
bermacam-macam bentuk fluor, antara
bereaksi dengan permukaan email gigi
lain: larutan NaF 0,1% (natrium
dalam membentuk kalsium fluor dan
fluoride 2% atau sodium fluoride 2%)
fluorapatit, sehingga membuat
dan larutan SnF2 10% atau Stannous
permukaan email lebih tahan terhadap
demineralisasi dan kerusakan. Fluor fluoride 10% (Nio,1989)7.
yang bereaksi dengan membentuk
kalsium fluor dan fluorapatit akan A. Pemberian Fluor Secara Sistemik
mempertinggi meneralisasi email dan Fluoride sistemik adalah fluoride
membuat email lebih resisten terhadap yang diperoleh tubuh melalui
5
serangan asam (Forrest, 1995) . pencernaan dan ikut membentuk struktur
gigi. Fluoride sistemik juga memberikan
jika diaplikasikan dalam konsentrasi di dalam air liur yang terus membasahi
gigi. Fluoride sistemik ini meliputi
rendah dan konstan terus menerus
fluoridasi air minum dan melalui
dipertahankan dalam plak dan air
pemberian makanan tambahan fluoride
ludah. Mekanisme fluor dalam
yang berbentuk tablet, tetes atau tablet
pencegahan karies adalah dengan cara
isap. Namun di sisi lain, para ahli sudah
menghambat proses demineralisasi dan
mengembangkan berbagai metode
meningkatkan remineralisasi. Fluor
penggunaan fluor, yang kemudian
yang ada pada plak saat bakteri akan
dibedakan menjadi metode perorangan
membentuk asam, akan turun ke
dan kolektif. Contoh penggunaan
bawah permukaan gigi dan melindungi kolektif yaitu fluoridasi air minum
email dari pelarutan oleh asam. Pada (biasa kita peroleh dari air kemasan) dan
saat meningkatkan proses fluoridasi garam dapur (Ars Creation,
remineralisasi, fluor bekerja dengan 2010)2. Terdapat tiga cara pemberian
cara mempercepat proses fluor secara sistemik, yaitu :
228
Jurnal Kesehatan Gigi Vo.2 N2 (Agustus 2014)
1. Fluoridasi air minum
229
Jurnal Kesehatan Gigi Vo.2 N2 (Agustus 2014)
Telah dibuktikan, apabila dalam fluoride. Karena itu makanan fluoride
air minum yang dikonsumsi oleh suatu
daerah, atau kota tertentu dibubuhi zat
kimia fluor maka penduduk di situ akan
terlindung dari karies gigi. Pemberian
fluor dalam air minum ini jumlahnya
bervariasi antara 1-1,2 ppm (part per
million). Selain dapat mencegah karies,
fluor juga mempunyai efek samping
yang tidak baik yaitu dengan adanya apa
yang disebut ‘mottled enamel’ pada
mottled enamel gigi - gigi kelihatan
kecoklat-coklatan, berbintik-bintik
permukaannya dan bila fluor yang
masuk dalam tubuh terlalu banyak,
dapat menyebabkan gigi jadi rusak
sekali (Zelvya P.R.D, 2003)13.
230
Jurnal Kesehatan Gigi Vo.2 N2 (Agustus 2014)
harus diberikan dengan hati-hati. anak 16 tahun. Umur 2 minggu-2
Makanan tambahan fluoride hanya tahun biasanya diberikan dosis 0,25
dianjurkan untuk mereka (terutama mg, 2-3
anak-anak) yang tinggal di daerah
tahun diberikan 0,5 mg, dan 3-16
yang sumber airnya rendah fluor
tahun sebanyak 1 mg (Nova, 2010)8.
atau tidak difluoridasi.
231
Jurnal Kesehatan Gigi Vo.2 N2 (Agustus 2014)
B. Penggunaan Fluor Secara
Topikal
Ca10(PO4)6(OH)2+F →
Ca10(PO4)6(OHF) menghasilkan
enamel yang lebih tahan asam
sehingga dapat menghambat proses
demineralisasi dan meningkatkan
remineralisasi.
1. Topikal Aplikasi
Yang dimaksud dengan
topikal aplikasi fluor adalah
pengolesan langsung fluor pada
enamel. Setelah gigi dioleskan fluor
lalu dibiarkan kering selama 5
menit, dan selama 1 jam tidak
boleh makan, minum atau
(Yanti, 2002)12.
229
Jurnal Kesehatan Gigi Vo.2 N2 (Agustus 2014)
topikal aplikasi yang banyak di
pasaran dan dijual bebas. APF dalam
bentuk gel sering mempunyai
tambahan rasa seperti rasa jeruk,
anggur dan jeruk nipis (Yanti, 2002)12.
Pemberian varnish fluor
B. Kontraindikasi
1. pasien anak dengan resiko karies
rendah
232
Jurnal Kesehatan Gigi Vo.2 N2 (Agustus 2014)
setelah aplikasi fluor dengan NaF menimbulkan pigmentasi pada beberapa
pasien diperbolehkan kumur-kumur bagian gigi (Forrest, 1995)5.
1 kali, sedangkan pada aplikasi fluor
dengan SnF2 pasien tidak boleh
kumur (Forrest, 1995)5.
2. Saran
Disarankan kepada tenaga
kesehatan khususnya tenaga
kesehatan gigi supaya
mengaplikasikan larutan fluor dan
dianjurkan untuk menggunakan
larutan stannous fluoride (SnF2),
baik di Poliklinik gigi maupun pada
SD UKGS sebagai program
pelayanan asuhan untuk tindakan
preventif.
Daftar Pustaka
Association.
5. Forrest, J O,. 1995, Pencegahan
Penyakit Mulut, alih bahasa: Lilian
Yuwono,
Jakarta: Hipokrates.
236
Jurnal Kesehatan Gigi Vo.2 N2 (Agustus 2014)
12. Yanti, S. 2002, Topikal Aplikasi
Pada Gigi Permanen Anak, USU
e- Repository.
237
Jurnal Kesehatan Gigi Vo.2 N2 (Agustus 2014)