Anda di halaman 1dari 38

BABV

KEGUNAAN FLUOR

A. KEBERADAN FLUOR DI ALAM

Fluor di alam dapat ditemukan di tanah, di air maupun di udara, selain juga
ditemukan pada tanaman. Fluor merupakan elemen paling elektronegatif dan
semua elemen kimia, maka secara alamiah tidak pemah dijumpai dalam bentuk
elemen.tersendiri. Kombinasi secara kimiawi dalam bentuk fluorides, fluorine
adalah dalarn urutan ke 17 dari susunan elemen, dan keberadaannya merupakan
0.016-0.09% dari permukaannya tanah. Di daerah pegunungan, kandungan fluor
dalam tanah relatif rendah.

Semua air mengandung fluor dengan konsentrasi yang bervanasi. Air laut
mengandung fluor sekitar 0.18-1 .4mg/kg. Kandungan. fluor dalam air yang
didapatkan dari telaga, sungai, atau sumur buatan biasanya sebagian besar jauh
dibawah 0.5mg/kg, meskipun pernah dilaporkan ada yang mengaandung 95 mg/kg
yaitu di Republik Tanzania. Air yang mengandung fluor sangat tinggi biasanya
ditemukan di kaki gunung yang tinggi.

Fluor juga didistribusikan secara luas di atmosfir, berasal dari debu-debu


tanah yang mengandung fluor, dan buangan gas industri, dan pembakaran batu
bara, dan dari semburan gas gunung berapi yang aktif Kandungan fluor di udara
dan beberapa pabrik dapat mencapai 1.4 mg F per m3. Kandungan fluor di daerah
non-industri didapatkan antara 0.05-1.90 ug F per m3.

Beberapa tanaman, misalnya bayam, ketela, mengandung fluor relatif tinggi.


Demikian juga daun teh mengandung fluor yang tinggi. Daging sapi mengandung
fluor yang rendah, namun kadang-kadang ditemukan daging ayam yeng
mengandung fluor relatif tinggi, mungkin ayam-ayam ini diberi makan ikan atau
tulang yang mengandung kadar fluor yang tinggi sekali.

B. JUMLAH MASUKAN FLUOR

Data yang ada menunjukkan bahwa masukan (intake) fluor per hari oleh tiap
individu bervariasi dari satu negara ke negara lain. Meskipun tidak ada konsesus
dosis maksimum yang aman untuk intake fluor per hari, namun dianjurkan total
intake antara 0.05 dan 0.07 mg fluor per kg berat badan sebagai dosis optimum.
Untuk bayi 2-6 bulan, intake fluor per hari bervariasi antara 0.0 10mg sampai 0.127
mg per kg berat badan, tergantung pada kandungan fluor dalam air minum dan
Universitas Gadjah Mada
apakah bayi minum ASI atau susu formula. Dari analisis ekstensif yang dilaporkan
beberapa penulis, total pemasukan fluor per hari bervariasi antara 0.2 mg untuk
bayi sampai 5.0 mg pada orang dewasa.

C. DOSIS DAN MANFAAT FLUOR DALAM PENCEGAHAN KARIES GIGI

Karies gigi merupakan penyakit gigi yang terbesar yang menyerang manusia
diseluruh dunia. Karies ini merusak kualitas hidup banyak orang dengan
menyebabkan sakit serta sepsis, dan bila tidak terawat dengan baik dapat
menyebabkan lebih beratnya penyakit sistemik yang diderita. Akibat lebih lanjut,
akan berdampak pada beratnya beban beaya pelayanan kesehatan baik oleh
swasta maupun non swasta.

Karies gigi adalah suatu penyakit yang merupakan interaksi dari 4 faktor:
host, agent, lingkungan dan waktu yang menghasilan kerusakan pada janngan
keras gigi yang tak bisa pulih kembali yaitu email, dentin dan sementum. Meskipun
selalu diusahakan pengembangan cara-cara untuk menurunkan jumlah bakteri
pada gigi dengan cara mekanis atau mengurangi aktivitas kanogenik dengan
bahan kimia, tetapi pemakaian fluor yang tepat masih tetap merupakan cara yang
terbaik dalam menanggulangi karies gigi. Sekitar seperempat abad yang lalu,
hampir semua ahli pergigian percaya bahwa pada prinsipnya kerja fluor adalah
meningkatkan resistensi email terhadap asam pada plak gigi yang dihasilkan oleh
bakten plak. Akhir-akhir ini, hasil berbagai penelitian menunjukkan adanya
penemuan penting tentang kerja fluor yang lain, yaitu fluor mempunyai efek
remineralisasi pada lesi awal atau pre karies serta mempunyai sejumlah efek
antimikrobial.

Seperti telah disebutkan di atas, penggunaan fluor yang tepat masih


merupakan cara yang terbaik untuk menanggulangi karies gigi. Kemanfaatan fluor
dalam pencegahan karies gigi dan penyakit gingivitis dapat diartikan sebagai
efektifas fluor dalam menurunkan angka karies gigi dan penyakit gingivitis dengan
konsentrasi/dosis fluor yang tepat untuk dipergunakan. Untuk pencegahan kanes
gigi WHO (1984) telah memberikan macam-macam metode-metode pencegahan
karies gigi, antara lain berbagai metode fluorithsi dengan dosis optimum fluor,
frekuensi dan cara aplikasi fluor yang dipergunakan, serta efektivitasnya seperti
yang disajikan pada tabel 3 di bawah ini.

Universitas Gadjah Mada


Table : 3. Methods for the prevention of dental caries

Prevention method Concentration or Reported reduction Frequency and

amount of fluorides dental caries* and duration of application


gingivitis (‘%,)

Fluorides
Systemics and
Topical benefits

Community water 0.7-1.2mg/litre 50-65 Lifetime consumption


fluoridation

School water 4.5 times optimum 40 Through school years


fluoridation for community
water fluoridation

Dietary fluoride
supplements Depends on age of 50-80 Birth to at least 14
Drops or tablets child and fluoride years
(home) concentration of
water

Tablets (school) 25-40 Through school years

Fluoridated salt 250mg/kg 60 Lifetime

Topical benefit 80g/kg stannous fluoride; acidulated


only phosphate fluoride (12g/kgF),fiuoride varnishes
Professionally
applied topical
20g/kg sodium
fluoride
fluoride;

Universitas Gadjah Mada


30-40 Once or twice a year depending on individual’s rate of tooth decay

Universitas Gadjah Mada


Prevention method Concentration or Reported reduction Frequency and
amount of fluorides dental caries* and duration of application
gingivitis (‘%,)
Self appliedfluoride: 0.5g/l sodium 20-50 At least through
Mouth rinses (home, fluoride daily school years
school)
2g/l sodium fluoride
weekly orfortnightly

Fluoride dentfrices 1-2.5g/kg 20-30 Lifetime


(toothpastes)

Sealantas

Applied to occlusal
surfaces - surfaces only)
14-19 (occlusal fissure
Preventsdecay after
pit and
permanent teeth erupt
(ages 6-7, 12-13 yrs);
replace as needed

containing foods
and drinks
Controlof
Control ofsugary
sugar-
foods at school reduced
reduction Proportional to Lifetime

infrequency of intake
reduction of national
consumption

Oral hygiene
measures

Closely supervised
(school) Equivocal Lifetime

Brushing
Flossing
Unsupervised
(school-home)
Brushing Equivocal Lifetime
Flossing Equivocal Lifetime
Source: WHO global oral health data bank Equivocal Lifetime

Universitas Gadjah Mada


*percentage caries reduction reported from short term (2-3 years) clinical
trials may underestimate the effect of lifetime use of a fluoride procedure. However,
it should also be appreciated that if a fluoride procedure is terminated, for example
when children leave school-based program, its effect may be short-lived. Adapted
from WHO (1984).

D. FLUORIDASI AIR MINUM

Fluoridasi merupakan cara penyesuaian konsentrasi fluor yang paling tepat


pada pusat sumber air minum untuk masyarakat, dengan konsentrasi fluor yang
optimal untuk mencegah kanes gigi. Untuk negara yang telah mempunyai sistem
distribusi air minum yang sudah mapan, fluoridasi merupakan tindakan yang paling
efektif dan efisien untuk mencegah karies gigi pada masyarakat. Diperkirakan
sekitar 170 juta orang dari 38 negara telah mengkonsumsi air minum yang sudah
difluoridasi.

Biaya untuk fluoridasi rendah, namun bervariasi, tergantung besarnya


populasi yang dilayani. Di Birmingham, biayanya per orang per tahun 3.4 Sen $
USA, di Basel, Swiss, 13.8 sen $ USA, di Amerika 35 sen $. Makin sedikit yang
dilayani, biayanya makin tinggi. Rasio cost effectiveness antara 1:25 dan 1:50. mi
berarti, setiap monetary unit yang dikeluarkan untuk fluondasi, antara 25 dan 50
unit dapat menyelamatkan gigi untuk dirawat.

1. Konsentrasi optimum fluor untuk fluoridasi air minum

Fluor dapat dijumpai dalam air minum dan berbagai sumber. Pada
konsentrasi F yang berkisar antara 0.7-1.2 ppm, maka fluor dapat menurunkan
angka pengalaman karies antara 50-60% pada masyarakat yang seumur
hidupnya mengkonsumsi air minum dengan konsentrasi fluor seperti tersebut di
atas.

Kisaran konsentrasi optimum fluor seperti tersebut di atas didasarkan


pada kenyataan bahwa masyarakat yang tinggal di iklim yang panas akan lebih
banyak minum dibandingkan dengan yang tinggal di iklim yang dingin. Maka,
telah dikembangkan standar konsentrasi optimum fluor di air minum pada iklim
yang berbeda-beda.

2. Penurunan angka karies gigi

Selama 30-40 tahun para ahli epidemiologi telah mempelajari hubungan


antara fluor yang secara alamiah terdapat di air minum dengan pencegahan
Universitas Gadjah Mada
karies gigi. Dan hasil penelitian eksperimental di Amerika Utara, penambahan
konsentrasi fluor pada air minum sebanyak 1 ppm selama 15-18 tahun, telah
dapat menurunkan prevalensi karies gigi 50-70 persen. Pengulangan
percobaan di berbagai negara, yaitu penambahan 1 ppm F pada air minum
dengan berbagai kondisi yang variatif, terbukti dapat menurunkan angka karies
secara konsisten sekitar 50%.

Tabel 4. Recommended optimal fluoride level


Annual average of

maximum daily air Recommended control range

temperatures * (F) Recommended fluoride Community system School system

Community School + 0,1 0,5 20% 20%


(ppm) (ppm) below above low high

40.0-53.7 1.2 5.4 1.1 – 1.7 4.3 – 6.5


53.8-58.3 1.1 5.0 1.0 – 1.6 4.0 – 6.0
58.4-63.8 1.0 4.5 0.9 – 1.5 3.6 – 5.4
63.9-70.9 0.9 4.1 0.8 – 1.4 3.3 – 4.9
70.7-79.2 0.8 3.6 0.7 – 1.2 2.9 – 4.3
79.2-90.5 0.7 3.2 0.6 – 1.2 2.6 – 3.8

From Centers for Disease Control, Center for Prevention Services, Dental
Disease Prevention Activity

*Based on temperature data obtained for a minimum of 5 years

+Based on 4.5 times the optimum fluoride level for communities

E. FLUORIDASI AIR MINUM SEKOLAH

Salah satu alternatif fluoridasi air minum adalah dengan cara fluondasi air
minum sekolah. Hal ini dilakukan, karena ada masyarakat yang tinggal di daerah
yang belum mendapat distribusi air minum dari Pusat Air Minum (PAM). Untuk
fluondasi air minum sekolah, konsentrasi F yang dianjurkan adalah 4.5 kali
konsentrasi fluondasi air minum di area yang sama. Konsentrasi F yang lebih tinggi
mi diperlukan, karena anak sekolah minum air yang telah difluoridasi hanya pada

Universitas Gadjah Mada


waktu belajar? di sekolah, sedangkan pada waktu libur mereka tithk mengkonsumsi
air minum sekolah. Pada konsentrasi fluor 4.5 kali konsentrasi optimum fluondasi

Universitas Gadjah Mada


air minum untuk masyarakat seperti yang dianjurkan, telah terbukti dapat
menurunkan angka karies secara signifikan, tanpa ada yang mengalami fluorosis
(WHO, 1978). Biaya yang dikeluarkan untuk fluoridasi air minum sekolah berkisar
antar 30 sen $ sampai 1.5 $ per anak per tahun.

Seperti telah diketahui, dengan pelayanan kesehatan gigi secara


konvensional saja (conventional repair and reconstruction dentistry), tidak akan
bisa menurunkan mordibitas dan mortalitas penyakit gigi. Sebaba dengan system
pelayanan tersebut, tidak akan seimbang antara biaya, waktu, tenaga yang
dikeluarkan dengan penyakit terawat. Atau dengan kata lain, efektivitas dan
efisiensinya tidak memadai. Sebagai gambaran, setiap pengeluaran $ 100.000
untuk fluoridasi air minum akan mencegah kerusakan 620.000 kavitas, self
application flour 230.000 kavitas, aplikasi flour oleh tenaga professional 80.000
kavitas, dan harga sebanyak 60.000 kavitas saja yang dapat disimpulkan bahwa
dipandang dari sudut cost effectiveness, maka flour memang paling efektif dan
efisien untuk pencegahan dan penanggulangan karies.

Universitas Gadjah Mada


PENGARUH APLIKASI TOPIKAL DENGAN LARUTAN NaF
DAN SnF2 DALAM PENCEGAHAN KARIES GIGI

Ni Made Sirat
Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Denpasar

Abstract
Dental and oral health has increased in the last century, but the prevalence of dental
caries in children remains a clinical problem that significant. Suwelo reported prevalence of
caries in preschool children in Jakarta 89.16 % with def - t average of 7.02 or less 5.25 and
the results of the survey in 10 provinces ( 1984-1988 ) in urban areas, the prevalence of caries
children aged 8 years 45.20 % with DMF - T 0.94 and according to the 1995 survey of DMF
- T index 12 year olds showed an average 2.21 with a prevalence rate of 76.9 % . The purpose
of this paper to examine the effectiveness of NaF and SnF2 solution in the prevention of
dental caries. This study used a descriptive method. Missed issues through literature review
by presenting theories of books, scientific magazines and Journal. The result of this research is a
topical application with SnF2 solution 8% more effective than the solution NaF2% . Topical
application with SnF2 solution 8% every year or 6 months can reduce a significant caries . SnF2
solution is a solution that is very active and having an activity of the solution is so high that when the
fluoride solution in contact with emails regularly and will continue to make email more resistant to
caries. High fluorine concentration and low pH can facilitate the formation of compounds fluorapatit.
NaF2 % solution is not durable and should be stored in a dark bottle. Topical application with NaF
is less effective because the patient must visit 4 times ( interval 1 week ) . End of reviewing
fluorine , patients should rinse 1 times , so that the attachment of fluoride on teeth is not
maximal . Topical fluoride application with SnF2 8 % more effective than the NaF in prevention of
dental caries.

Key words : Caries, Fluor, Topical application, NaF, SnF2.

Pendahuluan sekolah di DKI Jakarta 89,16% dengan


def-t rata-rata 7,02 ± 5,25 dan hasil

Kesehatan gigi dan mulut telah survei di 10 provinsi (1984–1988) pada

mengalami peningkatan pada abad daerah kota, prevalensi karies anak umur

terakhir, tetapi prevalensi terjadinya 8 tahun 45,20% dengan DMF-T 0,94


karies gigi pada anak tetap merupakan
masalah klinik yang signifikan. Suwelo
melaporkan prevalensi karies anak pra

222
Jurnal Kesehatan Gigi Vo.2 N2 (Agustus 2014)
serta menurut SKRT 1995 indeks
DMF- T anak umur 12 tahun
menunjukkan rata-rata 2,21 dengan
angka prevalensi sebesar 76,9%. Hal
ini menunjukkan suatu keadaan
kerusakan gigi yang hampir tanpa
penanganan. Agar target pencapaian
gigi sehat tahun 2010 menurut WHO
bahwa angka DMF-T anak umur 12
tahun sebesar 1 dan didominasi oleh
indikator F-T dapat tercapai maka
diperlukan suatu tindakan pencegahan.
Seluruh tindakan

223
Jurnal Kesehatan Gigi Vo.2 N2 (Agustus 2014)
pencegahan baik pencegahan primer, Penyakit gigi dan mulut yang
sekunder ataupun tersier harus umumnya ditemukan di masyarakat
berdasarkan pada pemeriksaan klinik adalah karies gigi.
dan radiografi, penilaian risiko karies,
Survei Kesehatan Rumah Tangga
hasil perawatan terdahulu, kemajuan
dari riwayat karies terdahulu, pilihan tahun 1995 menunjukkan bahwa 63%

dan harapan orang tua dan dokter gigi penduduk Indonesia menderita karies

akan perawatan serta penilaian kembali gigi aktif (kerusakan pada gigi yang
pada saat kunjungan berkala. belum ditangani). Beberapa propinsi,
angka tersebut lebih tinggi dari angka
Nasional, seperti di Kalimantan 80,2%,
Penilaian tingkat risiko karies
Sulawesi 74%, Sumatera 65,4%.
anak secara individu harus diketahui
Karies gigi aktif pada kelompok umur
oleh dokter gigi karena semua anak pada
umumnnya mempunyai risiko terkena 10-24 tahun adalah 66,8%-69,5%,

karies dan perawatannya juga berbeda kelompok umur 45 tahun ke atas

pada setiap tingkatan. Tingkat risiko adalah 55,3%. Karies gigi aktif pada
karies anak terbagi atas tiga kategori kelompok umur 65 tahun ke atas
yaitu risiko karies tinggi, sedang dan sebesar 43,8%. Keadaan ini
rendah. Pembagian risiko karies ini menunjukkan karies gigi aktif banyak
berdasarkan pengalaman karies terjadi pada golongan umur produktif.
terdahulu, penemuan di klinik, Rata-rata pengalaman karies per orang
kebiasaan diet, riwayat sosial, dari indek DMF-T di Indonesia adalah
penggunaan fluor, kontrol plak, saliva 6,44, namun beberapa daerah angka
dan riwayat kesehatan umum anak. tersebut bervariasi. Penduduk
Anak yang berisiko karies tinggi harus Kalimantan mempunyai keparahan
mendapatkan perhatian khusus karena karies gigi dengan nilai DMF-T rata-
perawatan intensif dan ekstra harus rata 7,8, Sulawesi 7, Sumatera 6,7,
segera dilakukan untuk menghilangkan
Jawa dan bali 6, sedangkan daerah
karies atau setidaknya mengurangi risiko
karies tinggi menjadi rendah pada lainnya 5,4 (Depkes RI, 2000)3.

tingkatan karies yang dapat diterima


pada kelompok umur tertentu sehingga Karies gigi merupakan suatu
target pencapaian gigi sehat tahun 2010 penyakit yang paling sering ditemukan
menurut WHO dapat tercapai. dalam rongga mulut. Menurut Brauer
(cit. Tarigan, 1990) karies gigi
224
Jurnal Kesehatan Gigi Vo.2 N2 (Agustus 2014)
merupakan penyakit jaringan keras

225
Jurnal Kesehatan Gigi Vo.2 N2 (Agustus 2014)
gigi yang mengalami dekalsifikasi
sebagai bahan aplikasi topikal
yang ditandai dengan kerusakan
jaringan dimulai pada permukaan gigi
yang mudah terserang karies seperti pit
dan fissure serta daerah interproksimal
meluas kearah pulpa.

Berbagai cara telah


dikembangkan untuk mencegah karies
gigi, salah satunya adalah dengan
penggunaan fluor. Penggunaan fluor
ini dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu sistemik dan lokal. Pemberian
fluor secara sistemik dilakukan dengan
kumur-kumur larutan fluor. Menyikat
gigi dengan pasta gigi berfluor serta
aplikasi topikal dengan larutan fluor
(Tarigan, 1990)11.

Aplikasi topikal fluor adalah


pengolesan langsung larutan fluor
yang pekat pada email setelah gigi
dibersihkan dan dikeringkan dengan
semprotan udara. Permukaan gigi
diolesi larutan fluor serta dibiarkan
kering selama 3 menit. Pemberian
fluor melalui aplikasi topikal dapat
memakai bermacam-macam bentuk
fluor, antara lain: pasta fluor dengan

konsentrasi tinggi (SnF2), larutan fluor


(NaF) dan fluor dalam bentuk gel
(APF) (Nio, 1989)7.

Penggunaan larutan NaF

226
Jurnal Kesehatan Gigi Vo.2 N2 (Agustus 2014)
memiliki beberapa kelebihan, Cara Penelitian
antara lain: rasanya cukup enak,
Penelitian ini merupakan
tidak menimbulkan pewarnaan
penelitian deskriptif dengan tujuan
ekstrinsik dan tidak mengiritasi
untuk membuat suatu gambaran
jaringan gingival. Kekurangan
tentang keadaan secara objektif.
larutan NaF yaitu tidak tahan lama,
karena larutan mudah bereaksi
dengan sinar matahari, sehingga
harus disimpan dalam botol yang
berwarna gelap. Kekurangan
larutan SnF2 yaitu dapat
menimbulkan pigmentasi pada
beberapa bagian gigi,
penggunaannya praktis, rasanya
tidak enak dan dapat mengiritasi
jaringan

gingival (Forrest, 1995)5.

Aplikasi topikal fluor


merupakan tehnik yang sederhana
untuk aplikasi larutan fluor yang
dilakukan oleh praktisi gigi dan
dapat diaplikasikan dengan mudah.
Fluoridasi topikal ini sangat
dianjurkan pada gigi anak yang
baru erupsi di dalam mulut untuk
memperkuat lapisan email gigi.

Penelitian ini bertujuan


untuk mengetahui pengaruh
aplikasi topikal dengan larutan
NaF dan SnF2 dalam mencegah
karies gigi.

227
Jurnal Kesehatan Gigi Vo.2 N2 (Agustus 2014)
Penelitian ini dilakukan dengan cara pembentukkan kristal apatit (Forrest,
studi kepustakaaan yaitu dengan 1995)5.
menelaah teori-teori, literatur-literatur
Aplikasi topikal fluor
yang berkaitan dengan permasalahan.
merupakan salah satu cara pemberian
Hasil Penelitian fluor secara local. Pemberian fluor
melalui aplikasi topical dapat memakai
Fluor mempunyai kemampuan untuk
bermacam-macam bentuk fluor, antara
bereaksi dengan permukaan email gigi
lain: larutan NaF 0,1% (natrium
dalam membentuk kalsium fluor dan
fluoride 2% atau sodium fluoride 2%)
fluorapatit, sehingga membuat
dan larutan SnF2 10% atau Stannous
permukaan email lebih tahan terhadap
demineralisasi dan kerusakan. Fluor fluoride 10% (Nio,1989)7.
yang bereaksi dengan membentuk
kalsium fluor dan fluorapatit akan A. Pemberian Fluor Secara Sistemik
mempertinggi meneralisasi email dan Fluoride sistemik adalah fluoride
membuat email lebih resisten terhadap yang diperoleh tubuh melalui
5
serangan asam (Forrest, 1995) . pencernaan dan ikut membentuk struktur
gigi. Fluoride sistemik juga memberikan

Fluor bekerja secara maksimal perlindungan topikal karena fluoride ada

jika diaplikasikan dalam konsentrasi di dalam air liur yang terus membasahi
gigi. Fluoride sistemik ini meliputi
rendah dan konstan terus menerus
fluoridasi air minum dan melalui
dipertahankan dalam plak dan air
pemberian makanan tambahan fluoride
ludah. Mekanisme fluor dalam
yang berbentuk tablet, tetes atau tablet
pencegahan karies adalah dengan cara
isap. Namun di sisi lain, para ahli sudah
menghambat proses demineralisasi dan
mengembangkan berbagai metode
meningkatkan remineralisasi. Fluor
penggunaan fluor, yang kemudian
yang ada pada plak saat bakteri akan
dibedakan menjadi metode perorangan
membentuk asam, akan turun ke
dan kolektif. Contoh penggunaan
bawah permukaan gigi dan melindungi kolektif yaitu fluoridasi air minum
email dari pelarutan oleh asam. Pada (biasa kita peroleh dari air kemasan) dan
saat meningkatkan proses fluoridasi garam dapur (Ars Creation,
remineralisasi, fluor bekerja dengan 2010)2. Terdapat tiga cara pemberian
cara mempercepat proses fluor secara sistemik, yaitu :

228
Jurnal Kesehatan Gigi Vo.2 N2 (Agustus 2014)
1. Fluoridasi air minum

229
Jurnal Kesehatan Gigi Vo.2 N2 (Agustus 2014)
Telah dibuktikan, apabila dalam fluoride. Karena itu makanan fluoride
air minum yang dikonsumsi oleh suatu
daerah, atau kota tertentu dibubuhi zat
kimia fluor maka penduduk di situ akan
terlindung dari karies gigi. Pemberian
fluor dalam air minum ini jumlahnya
bervariasi antara 1-1,2 ppm (part per
million). Selain dapat mencegah karies,
fluor juga mempunyai efek samping
yang tidak baik yaitu dengan adanya apa
yang disebut ‘mottled enamel’ pada
mottled enamel gigi - gigi kelihatan
kecoklat-coklatan, berbintik-bintik
permukaannya dan bila fluor yang
masuk dalam tubuh terlalu banyak,
dapat menyebabkan gigi jadi rusak
sekali (Zelvya P.R.D, 2003)13.

Konsentrasi optimum fluorida


yang dianjurkan dalam air minum adalah
0,7–1,2 ppm.18 Menurut penelitian
Murray and Rugg-gun cit. Linanof
bahwa fluoridasi air minum dapat
menurunkan karies 40–50% pada gigi
susu (Angela, 2005)1.

2. Pemberian fluor melalui makanan


Kadang-kadang makanan yang kita
makan sudah mengandung fluor yang
cukup tinggi, hingga dengan makanan
itu saja sudah mencegah terjadinya
karies gigi. Jadi harus diperhatikan
bahwa sumber yang ada sehari-hari
seperti di rumah, contohnya di dalam
airmineral, minuman ringan dan
makanan sudah cukup mengandung

230
Jurnal Kesehatan Gigi Vo.2 N2 (Agustus 2014)
harus diberikan dengan hati-hati. anak 16 tahun. Umur 2 minggu-2
Makanan tambahan fluoride hanya tahun biasanya diberikan dosis 0,25
dianjurkan untuk mereka (terutama mg, 2-3
anak-anak) yang tinggal di daerah
tahun diberikan 0,5 mg, dan 3-16
yang sumber airnya rendah fluor
tahun sebanyak 1 mg (Nova, 2010)8.
atau tidak difluoridasi.

Fluoride dapat berbahaya


jika dikonsumsi secara berlebihan.
Apabila pemakaian fluoride tidak
terkontrol dan tidak disiplin, maka
tidak akan mencapai sasaran dan
dapat menyebabkan kerusakan
gigi.

Contohnya adalah fluorosis (Ars


Creation, 2010)2.

1. Pemberian fluor dalam bentuk


obat- obatan

Pemberian fluor dapat juga


dilakukan dengan tablet, baik itu
dikombinasikan dengan vitamin-
vitamin lain maupun dengan
tablet tersendiri. Pemberian tablet
fluor disarankan pada anak yang
berisiko karies tinggi dengan air
minum yang tidak mempunyai
konsentrasi fluor yang optimal (2,2
mg NaF, yang akan

menghasilkan fluor sebesar 1 mg


per hari) (Angela, 2005)1.

Tablet fluor dapat diberikan sejak


bayi berumur 2 minggu hingga

231
Jurnal Kesehatan Gigi Vo.2 N2 (Agustus 2014)
B. Penggunaan Fluor Secara
Topikal

Menurut Angela (2005), tujuan


penggunaan fluor adalah untuk
melindungi gigi dari karies, fluor
bekerja dengan cara menghambat
metabolisme bakteri plak yang dapat
memfermentasi karbohidrat melalui
perubahan hidroksil apatit pada enamel
menjadi fluor apatit yang lebih stabil
dan lebih tahan terhadap pelarutan
asam. Reaksi kimia:

Ca10(PO4)6(OH)2+F →
Ca10(PO4)6(OHF) menghasilkan
enamel yang lebih tahan asam
sehingga dapat menghambat proses
demineralisasi dan meningkatkan
remineralisasi.

Remineralisasi adalah proses


perbaikan kristal hidroksiapatit dengan
cara penempatan mineral anorganik
pada permukaan gigi yang telah
kehilangan mineral tersebut (Kidd dan
Bechal, 1991). Demineralisasi adalah
proses pelarutan kristal hidroksiapatit
email gigi, yang terutama disusun oleh
mineral anorganik yaitu kalsium dan
fosfat, karena penurunan pH plak
sampai mencapai pH kritis (pH 5) oleh
bakteri yang menghasilkan asam

(Rosen, 1991;Wolinsky, 1994)10.


Penggunaan fluor sebagai
bahan topikal aplikasi telah dilakukan
227
Jurnal Kesehatan Gigi Vo.2 N2 (Agustus 2014)
sejak lama dan telah terbukti
larutan NaF 0,1 % (natrium fluoride
menghambat pembentukan asam
2% atau sodium fluoride 2%) dan
dan pertumbuhan
larutan SnF2 10% atau Stannous
mikroorganisme
fluoride 10% (Nio, 1989)7.
sehingga menghasilkan
Berdasarkan hasil penelitian
peningkatan yang signifikan
Mercer dan Muhler (1972), aplikasi
dalam
mempertahankan permukaan gigi
dari proses karies. Penggunaan
fluor secara topikal untuk gigi
yang sudah erupsi, dilakukan
dengan beberapa cara:

1. Topikal aplikasi yang


mengandung fluor

2. Kumur-kumur dengan larutan


yang mengandung fluor

3. Menyikat gigi dengan pasta


yang mengandung fluor

1. Topikal Aplikasi
Yang dimaksud dengan
topikal aplikasi fluor adalah
pengolesan langsung fluor pada
enamel. Setelah gigi dioleskan fluor
lalu dibiarkan kering selama 5
menit, dan selama 1 jam tidak
boleh makan, minum atau

berkumur (Lubis, 2001)9.

Aplikasi topical fluor merupakan


salah satu cara pemberian fluor
secara local. Pemberian fluor secara
topical dapat memakai bermacam-
macam bentuk fluor, antara lain:
227
Jurnal Kesehatan Gigi Vo.2 N2 (Agustus 2014)
topical fluor dengan menggunakan 2% sebagai bahan pencegah karies. NaF
natrium fluoride (NaF) atau 2%
sodium fluoride 3 kali dalam setahun
menghasilkan penurunan karies
sebesar 33%. Natrium fluoride dipilih
sebagai bahan aplikasi topical karena
larutan ini merupakan garam yang
mudah larut dan digunakan dalam
fluoridasi buatan sumber air minum.

Tehnik aplikasi topical fluor


dengan larutan NaF yang dianjurkan
adalah sebagai berikut: 1. Mahkota
gigi dibersihkan dan dipoles dengan
pasta propilaksis, 2. Permukaan gigi
yang telah dibersihkan, diisolasi dan
dikeringkan dengan gulungan kapas,

3. Oleskan larutan NaF 2%


pada permukaan gigi, 4. Biarkan gigi
basah 3-4 menit. 5. Pemberian
diulangi pada kwadran yang lain, 6.
Diberikan dengan interval waktu 1
minggu, 7. Pada akhir pengulasan
fluor, pasien diperbolehkan berkumur-
kumur 1 kali, 8. Perawatan
dianjurkan pada usia 3,7, 11 dan 13
tahun, bersamaan dengan erupsi gigi

baru (Forrest, 1995)5.

Sediaan fluor dibuat dalam


berbagai bentuk yaitu NaF, SnF, APF
yang memakainya diulaskan pada
permukaan gigi dan pemberian varnish
fluor. NaF digunakan pertama kali
228
Jurnal Kesehatan Gigi Vo.2 N2 (Agustus 2014)
merupakan salah satu yang sering
tidak menyebabkan pewarnaan pada
digunakan karena dapat disimpan
gigi dan tidak mengiritasi gingiva.
untuk waktu yang agak lama,
Bahan ini tersedia dalam bentuk
memiliki rasayang cukup baik,
larutan atau gel, siap pakai,
tidak mewarnai gigi serta tidak merupakan bahan
mengiritasi gingiva. Senyawa ini
dianjurkan
penggunaannnya dengan
konsentrasi 2%, dilarutkan dalam
bentuk bubuk 0,2gram dengan air
destilasi 10 ml

(Yanti, 2002)12.

Sekarang SnF jarang


digunakan karena menimbulkan
banyak kesukaran, misalnyarasa
tidak enak sebagai suatu zat
astringent dan kecenderungannya
mengubah warna gigi karena
beraksinya ion Sn dengan sulfida
dari makanan, serta mengiritasi
gingiva. SnF juga akan segera
dihidrolisa sehingga harus selalu
memakai sediaan yang masih
baru (Kidd dan Bechal, 1991)6.
Konsentrasi senyawa ini yang
dianjurkan adalah 8%. Konsentrasi
ini diperoleh dengan melarutkan
bubuk SnF2 0,8 gram dengan air
destilasi 10ml. Larutan ini sedikit
asam dengan pH 2,4-2, 8.APF
lebih sering digunakan karena
memiliki sifat yang stabil, tersedia
dalam bermacam-macam rasa,

229
Jurnal Kesehatan Gigi Vo.2 N2 (Agustus 2014)
topikal aplikasi yang banyak di
pasaran dan dijual bebas. APF dalam
bentuk gel sering mempunyai
tambahan rasa seperti rasa jeruk,
anggur dan jeruk nipis (Yanti, 2002)12.
Pemberian varnish fluor

dianjurkan bila penggunaan pasta gigi


mengandung fluor, tablet fluor dan obat
kumur tidak cukup untuk mencegah atau
menghambat perkembangan karies.
Pemberian varnish fluor diberikan setiap
empat atau enam bulan sekali pada anak
yang mempunyai resiko karies tinggi.
Salah satu varnish fluor adalah duraphat
(colgate oral care) merupakan larutan
alkohol varnis alami yang berisi 50 mg
NaF/ml (2,5 % sampai kira-kira 25.000
ppm fluor). Varnish dilakukan pada
anak-anak umur 6 tahun ke atas karena
anak di bawah umur 6 tahun belum
dapat menelan ludah dengan baik
sehingga dikhawatirkan varnish dapat
tertelan dan dapat menyebabkan
fluorosis enamel (Angela, 2005)1.

2. Pasta gigi fluor


Penyikatan gigi dua kali sehari
dengan menggunakan pasta gigi yang
mengandung fluor terbukti dapat
menurunkan karies (Angela, 2005)1.
Akan tetapi pemakaiannya pada anak
pra sekolah harus diawasi karena pada
umunya mereka masih belum mampu
berkumur dengan baik sehingga
sebagian pasta giginya bisa tertelan.
Kebanyakan pasta gigi yang kini
230
Jurnal Kesehatan Gigi Vo.2 N2 (Agustus 2014)
terdapat di pasaran mengandung
kira- kira 1 mg F/g (1 gram setara Menurut Donley (2003)4, meliputi:
dengan 12 mm pasta gigi pada sikat A. Indikasi
6
gigi) (Kidd dan Bechal, 1991) .

3. Obat kumur dengan fluor


Obat kumur yang
mengandung fluor dapat menurunkan
karies sebanyak 20-50%.
Penggunaan obat kumur disarankan
untuk anak yang berisiko karies
tinggi atau selama terjadi kenaikan
karies (Angela, 2005)1. Berkumur
fluor diindikasikan untuk anak yang
berumur diatas enam tahun karena
telah mampu berkumur dengan baik
dan orang dewasa yang mudah
terserang karies, serta bagi pasien-
pasien yang memakai alat ortho
(Kidd dan Bechal, 1991)6.

Efek fluor secara topikal


Ada beberapa pendapat
mengenai efek aplikasi fluor secara
topikal dalam menghambat karies
gigi yaitu enamel menjadi lebih tahan
terhadap demineralisasi asam, dapat
memacu proses remineralisasi pada
permukaan enamel, menghambat
sistem enzim mikrobiologi yang
merubah karbohidrat menjadi asam
dalam plak gigi dan adanya efek
bakteriostatik yang menghambat
kolonisasi bakteri pada permukaan
gigi (Lubis, 2001)9.

Indikasi dan Kontra indikasi


Penggunaan Fluor
231
Jurnal Kesehatan Gigi Vo.2 N2 (Agustus 2014)
1. Pasien anak di bawah 5 tahun yang permukaan gigi dan dibiarkan basah
memiliki resiko karies sedang sampai selama 4 menit.
tinggi
Pada tehnik aplikasi fluor antara SnF2
2. gigi dengan permukaan akar yang dengan NaF terdapat perbedaan yaitu
terbuka

3. gigi yang sensitif


4. anak-anak dengan kelainan motorik,
sehingga sulit untuk membersihkan gigi
(contoh: Down Syndrome)

5. pasien yang sedang dalam perawatan


orthodontic

B. Kontraindikasi
1. pasien anak dengan resiko karies
rendah

2. pasien yang tinggal di kawasan


dengan air minum berfluor

3. ada kavitas besar yang terbuka


Menurut Mercer dan Muhler

(1972, cit. Cadwell dan Stallard, 1977)


pemakaian larutan Stannous Fluoride
(SnF2) sebagai bahan aplikasi topical
mampu mengurangi kerusakan email
oleh asam sebesar 54,7%. Tehnik
aplikasi topikal fluor dengan Stannous
Fluoride adalah sebagai berikut:

1. Permukaan gigi dibersihkan dan


dipoles dengan pasta propilaksis
masing-masing selama 5-10 detik

2. Separuh mulut disolasi dan


dikeringkan

3. Larutan SnF2 dioleskan pada

232
Jurnal Kesehatan Gigi Vo.2 N2 (Agustus 2014)
setelah aplikasi fluor dengan NaF menimbulkan pigmentasi pada beberapa
pasien diperbolehkan kumur-kumur bagian gigi (Forrest, 1995)5.
1 kali, sedangkan pada aplikasi fluor
dengan SnF2 pasien tidak boleh
kumur (Forrest, 1995)5.

Konsentrasi yang digunakan


dalam aplikasi topical fluor yaitu
20g/kg natrium fluoride (Sriyono,
2005). Menurut Stooky (1972, cit.
Harris dan Garcia-Godoy, 2004)
pemakaian larutan natrium fluoride
(NaF) 2% mampu mereduksi karies
sebesar 32%. Konsentrasi larutan
Stannous Fluoride (SnF2) yang
digunakan dalam aplikasi topical
fluor adalah 80g/kg Stannous
Fluoride (Sriyono, 2005). Menurut
Muhler (1972, cit. Harris dan Garcia-
Godoy, 2004) pemakain larutan
Stannous Fluoride (SnF2) 8%
mampu mereduksi karies sebesar
54,7%.

Sifat larutan natrium fluoride


antara lain: larutan NaF cukup stabil,
rasanya cukup enak dan tidak
mengiritasi jaringan, tetapi tidak
tahan lama dan harus disimpan
dalambotol berwarna gelap. Sifat
larutan Stannous Fluoride (SnF2)
yaitu larutan SnF2 yang sangat aktif
dan memiliki aktivitas larutan yang
tinggi sehingga dapat digunakan
hanya dalam waktu 15–30 detik.
Larutan SnF2 rasanya kurang enak,
dapat mengiritasi jaringan serta
233
Jurnal Kesehatan Gigi Vo.2 N2 (Agustus 2014)
Berdasarkan hasil penelitian
Muhler dkk. (1950, cit. Siverstone dkk.,
1987) penggunaan Stannous Fluoride
(SnF2) lebih efektif dalam mengurangi
kerusakan email oleh asam. Penelitian
perbandingan keampuhan dari8% SnF2
dan 2% NaF saat diberikan berdasarkan
tehnik Knutson, menunjukkan bahwa
Stannous Fluoride lebih efektif daripada
sodium fluoride, SnF2 8% dapat
mengurangi karies 59% dan 30%.
Pemakaian larutan SnF2 8% setiap tahun
atau 6 bulan sekali menghasilkan
penurunan karies secara signifikan pada
perkembangan lesi karies baru.

Berdasarkan uraian di atas dapat


disimpulkan bahwa kedua bahan
tersebut sama-sama efektif, tetapi bahan
yang lebih efektif adalah larutan
stannous fluoride (SnF2) dilihat dari
aplikasi, konsentrasi serta sifatnya
dibandingkan dengan larutan natrium
fluoride (NaF), namun larutan SnF2
mempunyai kekurangan yaitu rasanya
tidak enak, kadang-kadang
menimbulkan iritasi jaringan gingiva,
pigmentasi dan bercak pada gigi.

Larutan NaF juga mempunyai


kekurangan antara lain: bahan ini tidak
tahan lama dan harus disimpan dalam
botol berwarna gelap, aplikasi NaF
kurang efektif karena memerlukan
waktu kunjungan pasien 4 kali dalam
waktu relative pendek (interval 1
minggu) dan pada akhir aplikasi pasien
234
Jurnal Kesehatan Gigi Vo.2 N2 (Agustus 2014)
diperbolehkan kumur-kumur 1 ggi,
kali (Forrest, 1995)5.
Majalah Kedokteran Gigi, (Dent.
Simpulan dan Saran J.), Vol. 38. No. 3.
1. Kesimpulan 2. Ars Creation, 2010, Fluor dan

Aplikasi topikal dengan Kesehatan Gigi,http: //goldenpen

larutan SnF2 8% 1 kali setahun


atau setiap 6 bulan sekali
merupakan upaya yang efektif dalam
mencegah terjadinya karies gigi,
dibandingkan dengan pemakaian
larutan NaF 2% yang memerlukan
kunjungan pasien 4 kali dalam
waktu yang relative pendek (interval
1 minggu). Pada akhir pengulasan
fluor pasien diperbolehkan kumur-
kumur 1 kali sehingga perlekatan
fluor pada gigi tidak maksimal.

2. Saran
Disarankan kepada tenaga
kesehatan khususnya tenaga
kesehatan gigi supaya
mengaplikasikan larutan fluor dan
dianjurkan untuk menggunakan
larutan stannous fluoride (SnF2),
baik di Poliklinik gigi maupun pada
SD UKGS sebagai program
pelayanan asuhan untuk tindakan
preventif.

Daftar Pustaka

1. Angela, A., 2005, Pencegahan


Primer Pada Anak Yang
Berisiko Karies
Tin
235
Jurnal Kesehatan Gigi Vo.2 N2 (Agustus 2014)
007x.blogdrive.com/archive and S. Rosen Essential.
147.html (diakses 14 Mei 2010).
11. Tarigan, R. 1990, Kesehatan Gigi
3. Depkes RI,. 2000, Pedoman Upaya dan Mulut, EGC, Jakarta.
Pelayanan Kesehatan Gigi dan
Mulut di
Puskesmas, Direktorat Kesehatan
Gigi, Jakarta.
4. Donley, Kevin J. 2003, Fluoride
Varnishes, Journal of Californian
Dental

Association.
5. Forrest, J O,. 1995, Pencegahan
Penyakit Mulut, alih bahasa: Lilian
Yuwono,

Jakarta: Hipokrates.

6. Kidd, E. A. M; dan S. J. Bechal,


1991, Dasar-Dasar Karies. Alih
Bahasa Narlan

Sumawinata dan Safrida Faruk,


Jakarta : EGC. 30-31.

7. Nio, B, K,. 1989, Preventive


Dentistry.

8. Nova, 2010, Rawat Gigi Sedini


Mungkin, http://www.pdgi-
online.com/v2/index. php

(diakses 14 Mei 2010).


9. Lubis. S.L.A., 2001, Fluor Dalam
Pencegahan Karies Gigi, USU e-
Repository.

10. Rosen, S. 1991a, Dental Caries,


Dalam Willet N. P.; R. R. White.;

236
Jurnal Kesehatan Gigi Vo.2 N2 (Agustus 2014)
12. Yanti, S. 2002, Topikal Aplikasi
Pada Gigi Permanen Anak, USU
e- Repository.

13. Zelvya D,. 2003, Kesehatan Gigi


dan Mulut,
http://beta.
tnial.mil.id/cakrad_cetak

(diakses 14 Mei 2010).

237
Jurnal Kesehatan Gigi Vo.2 N2 (Agustus 2014)

Anda mungkin juga menyukai