Anda di halaman 1dari 3

WEB OF CAUTION ACUTE LIMFOSITIC LEUKIMIA Definisi:

Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) adalah


suatu keganasan pada sel-sel prekursor
Faktor Resiko: Sel neoplasma limfoid, yakni sel darah yang nantinya akan
Genetik (keturunan & penyimpangan kromosom), lingkungan (radiasi, berpoliferasi didalam berdiferensiasi menjadi limfosit T dan
benzen dan obat-obatan), dan virus (Human T-Cell Leukemia) (Nurarif & Limfosit B. (Landier dkk, 2004).
sumsum tulang
Kusuma, 2015).
Manifestasi klinis:
Menurut Mansjoer (2000) tanda dan gejala
Inflitrasi sumsumm tulang Penyebaran ekstramedular Sel onkogen luekemia limfoblastik akut adalah :
1. Anemina: mudah leleah, letargi, pusing,
Sel normal digantikan Pertumbuhan berlebih sesak, nyeri dada
oleh sel kanker Melalui sirkulasi darah Melalui sistem limfatik 2. Anoreksia, kehilangan berat badan,
malaise
Pembesaran hati dan Nodus limfe Kebutuhan nutrisi
3. Nyeri tulang dan sendi (karena infiltrasi
Depresi produksi sumsum limfe meningkat sumsum tulang oleh sel leukemia)
tulang Limfodenopati 4. Demam, banyak berkeringat pada malam
hepatosplenomegali WEB OF CAUTIONhipermetabolisme
BBLR hari (hipermetabolisme)
Penurunan eritrosit 5. Infeksi mulut, saluran nafas, selulitis, atau
Penekanan ruang Peningkatan tekanan Defisit Nutrisi sepsis. Penyebab tersering adalah
Penurunan trombosit gramnegatif usus.
abdomen intra abdomen
Penurunan leukosit 6. Perdarahan kulit, gusi, otak, saluran cerna,
Suplai oksigen ke hematuria
Infiltrasi periotel Anemia Nyeri 7. Hepatomegali, splenomegali,
jaringan inadekuat
limfadenopati
8. Massa di mediastinum (T-ALL)
Kelemahan tulang Trombositopenia Perfusi jaringan 9. Leukemia SSP (Leukimia cerebral); nyeri
perifer tidak efektif kelapa, takanan intrakranial naik, muntah,
Stimulasi saraf C Kecenderungan kelumpuhan saraf otak (VI dan VII),
(noicicereceptor) perdarahan Resiko kelainan neurologik fokal, dan perubahan
perdarahan status mental.
Nyeri
Daya tahan tubuh
Resiko Infeksi
menurun Pemeriksaan Medis:
Penatakansanaan medis yang dapat
Tulang lunak dan
Kelemahan Intoleransi Aktivitas dilakukan (Nurarif & Kusuma, 2015) :
lemah
1. Kemoterapi
2. Radioterapi
3. Transplantasi sum-sum tulang
4. Terapi suportif
NIC : NIC: Penatalaksanaan penunjang:
 Pertahankan teknik aseptif Manajemen Nutrisi: Pemeriksaan penunjang mengenai leukemia
 Identifikasi adanya alergi atau intoleransi
 Batasi pengunjung bila perlu adalah (Tanto dkk, 2014) :
makanan yang dimiliki pasien
 Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah 1. Hitung darah lengkap menunjukkan
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk normositik, anemia normositik
tindakan keperawatan
menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
 Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat 2. Retikulosit : jumlah biasanya rendah
dibutuhkan pasien
pelindung 3. Hemoglobin : dapat kurang dari 10 g/dL
 Atur diet yang diperlukan (menambah atau
 Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai 4. Jumlah trombosit : mungkin sangat rendah
mengurangi vitamin, mineral atau suplemen)
dengan petunjuk umum (<50.000/mm)
 Monitor kecenderungan terjadinya penurunan
 Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan 5. PT/PTT : memanjang
atau kenaikan berat badan
infeksi kandung kencing 6. LDH: mungkinn meningkat
 Monitor kalori dan asupan makanan
 Tingkatkan intake nutrisi 7. Asam urat serum/urine : mungkin
Monitor Nutrisi:
 Berikan terapi antibiotik
 Timbang berat badan pasien meningkat
 Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan
 Monitor turgor kulit dan mobilitas 8. Muramidase serum (lisozim) : peningkatan
lokal
 Identifikasi adanya abnormalitas kulit pada leukemia monositik akut dan
 Pertahankan teknik isolasi k/p
(misalnya memar berlebihan, perdarahan) melomonositik.\
 Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap
 Identifikasi adanya abnormalitas rambut 9. Copper serum : meningkat
kemerahan, panas, drainase
(misalnya kering, tipis, mudah patah) 10. Zinc serum : meningkat/menurun
 Monitor adanya luka
 Monitor adanya mual dan muntah 11. Biopsi sumsum tulang: SDM abnormal
 Dorong masukan cairan
 Monitor kadar albumin, protein total, Hb dan biasanya lebih dari 50% atau lebih dari
 Dorong istirahat Ht (Bulechek, et al., 2013).
 Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala SDP pada sumsum tulang belakang. Sering
infeksi 60%-90% dari blast, dengan prekusor
 Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap eritorid, sel matur dan megakariositis
4 jam menurun.

NIC
 Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap
panas/dingin/tajam/tumpul
 Monitor adanya paretese
 Monitor adanya tromboplebitis
 Diskusikan mengenai penyebab perubahan sensasi
 Monitor kemampuan BAB
 Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung
NIC : NIC NIC
 Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan Bleeding precaution Pain Management
aktivitas  Monitor tanda-tanda perdarahan  Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
 Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan  Catat nilai Hb dan HT sebelum dan sesudah termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
 Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat terjadinya perdarahan frekuensi, kualitas dan faktro presipitasi
 Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara  Monitor nilai lab (koagulasi) meliputi PT, PTT  Observasi reaksi nonverbal dari
berlebihan dan trombosit ketidaknyamanan
 Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas (takikardi,  Monitor TTV  Gunakan teknik komunikasi teraupetik
disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat, perubahan  Pertahankan bed rest selama perdarahan aktif  Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
hemodinamik)  Kolaborasi dalam pemberian tranfusi darah  Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
 Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien  Lindungi pasien dari yang dapat menyebabkan nyeri
 Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam perdarahan  Kurangi faktor presipitasi nyeri
merencanakan progran terapi yang tepat.  Hindari mengukur suhu melalui rektal  Pilih dan lakukan penanganan nyeri
 Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu  Hindarai pemberian aspirin dan anticoagulant (farmakologi, non farmakologi, dan inter
dilakukan
 Anjurkan pasien untuk banyak makan yang personal)
 Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan mengandung vitamin K  Monitor penerimaan pasien tentang
kemampuan fisik, psikologi dan sosial
 Hindari terjadinya konstipasi manajemen nyeri
 Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang Bleeding reduction
diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan  Identifikasi penyebab perdaraha Analgesik Adminitrasion
 Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi  Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan
 Monitor trend tekanan darah dan parameter
roda, krek derajat nyeri sebelum pemberian obat
hemodinamik
 Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai  Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis,
 Monitor status cairan yang meliputi intake dan
 Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang output dan frekuensi
 Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan  Monitor penentu pengirim oksigen ke jaringan  Cek riwayat alergi
dalam beraktivitas  Pilih analgesik yang diperlukan
 Pertahankan patensi IV line
 Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas  Monitor vital sign sbelum dan sesudah
 Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan pemberian analgesik pertama kali
penguatan  Evalusai evektifitas analgesik, tanda dan gejala
 Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual

Daftar pustaka:
Landier W, Bhatia S, Eselman DA, Forte KJ, Seweeney T, Hester AL, et al. (2004). Ribera JM, Oriol A. (2009). Acute Lymphoblastic Leukemia in Adolescents and
Development of risk based guidelines for pediatric cancer survivor: the Young Adult. Hematol Oncol Clin North Am, 23(5):33-42.
Children’s Oncology Group Long Term Follow-Up Guidelines from the Smeltzer & Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Children’s Oncology Group Late Effects Committe and Nursing Discipline. J Suriadi & Rita Yuliani. (2001). Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: FKUI.
Clin Oncol, 22(24):79-90. Tanto, C., dkk. (2014). Kapita selekta kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.
Mansjoer, A. (2000). Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta: Media Aesculapius.
Ngastiyah. (1997). Perawatan Kesehatan Anak. Jakarta: FKUI.
Nurarif, AH. & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC Edisi Revisi 2. Jogjakarta: Penerbit
Mediaction.
Ribera JM, Oriol A. (2009). Acute Lymphoblastic Leukemia in Adolescents and
Young Adult. Hematol Oncol Clin North Am, 23(5):33-42.
Smeltzer & Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai