4.
Konsep PLT-GL
Energi ini dapat dikonversi ke listrik lewat 2 kategori yaitu off-shore (lepas pantai) andon-shore
(pantai). Kategori lepas pantai (off-shore) dirancang pada kedalaman sekitar 40 meter dengan
menggunakan mekanisme kumparan seperti SalterDuck yang diciptakan Stephen Salter
(Scotish) yang memanfaatkan pergerakan gelombang untuk memompa energi. Sistem ini
memanfaatkan gerakan relatif antara bagian/pembungkus luar (externalhull) dan bandul
didalamnya (internal pendulum) untuk diubah menjadi listrik. Peralatan yang digunakan yaitu
pipa penyambung ke pengapung di permukaan yang mengikuti gerakan gelombang. Naik
turunnya pengapung berpengaruh pada pipa penghubung selanjutnya menggerakan rotasi
turbin bawah laut.
PLTG (Pembangkit Listrik Tenaga Gas)
Gas yang dihasilkan dalam ruang bakar pada pusat listrik tenaga gas (PLTG) akan
menggerakkan turbin dan kemudian generator, yang akan mengubahnya menjadi energi listrik.
Sama halnya dengan PLTU, bahan bakar PLTG bisa berwujud cair (BBM) maupun gas (gas alam).
Penggunaan bahan bakar menentukan tingkat efisiensi pembakaran dan prosesnya.Prinsip kerja
PLTG adalah sebagai berikut, mulamula udara dimasukkan dalam kompresor dengan melalui air
filter/penyaring udara agar partikel debu tidak ikut masuk dalam kompresor tersebut. Pada
kompresor tekanan udara dinaikkan lalu dialirkan ke ruang bakar untuk dibakar bersama bahan
bakar.
Di sini, penggunaan bahan bakar menentukan apakah bisa langsung dibakar dengan udara atau
tidak. Jika menggunakan BBG, gas bisa langsung dicampur dengan udara untuk dibakar. Tapi
jika menggunakan BBM, harus dilakukan proses pengabutan dahulu pada burner baru dicampur
udara dan dibakar. Pembakaran bahan bakar dan udara ini akan menghasilkan gas bersuhu dan
bertekanan tinggi yang berenergi (enthalpy). Gas ini lalu disemprotkan ke turbin, hingga
enthalpy gas diubah oleh turbin menjadi energi gerak yang memutar generator untuk
menghasilkan listrik. Setelah melalui turbin sisa gas panas tersebut dibuang melalui
cerobong/stack. Karena gas yang disemprotkan ke turbin bersuhu tinggi, maka pada saat yang
sama dilakukan pendinginan turbin dengan udara pendingin dari lubang pada turbin. Untuk
mencegah korosi turbin akibat gas bersuhu tinggi ini, maka bahan bakar yang digunakan tidak
boleh mengandung logam Potasium, Vanadium dan Sodium yang melampaui 1 part per mill
(ppm).
PLTSa (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah)
Selain dengan cara pengelolaan tersebut di atas ada cara lain yang akan dilakukan oleh
Pemerintah Kota Bandung yaitu sampah dimanfaatkan menjadi sumber energi listrik (Wasteto
Energy) atau yang lebih dikenal dengan PLTSa (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah). Konsep
Pengolahan Sampah menjadi Energi (Wasteto Energy) atau PLTSa (Pembangkit Listrik Tenaga
sampah) secara ringkas (TRIBUN, 2007) adalah sebagai berikut :
1. Pemilahan sampah,Sampah dipilah untuk memanfaatkan sampah yang masih dapat di
daur ulang. Sisa sampah dimasukkan kedalam tungku Insinerator untuk dibakar.
2. Pembakaran sampah,Pembakaran sampah menggunakan teknologi pembakaran yang
memungkinkan berjalan efektif dan aman bagi lingkungan. Suhu pembakaran
dipertahankan dalam derajat pembakaran yang tinggi (di atas 1300°C). Asap yang keluar
dari pembakaran juga dikendalikan untuk dapat sesuai dengan standar baku mutu emisi
gas buang.
3. Pemanfaatan panas,Hasil pembakaran sampah akan menghasilkan panas yang dapat
dimanfaatkan untuk memanaskan boiler. Uap panas yang dihasilkan digunakan untuk
memutar turbin dan selanjutnya menggerakkan generator listrik.
4. Pemanfaatan abu sisa pembakaran,Sisa dari proses pembakaran sampah adalah abu.
Volume dan berat abu yang dihasilkan diperkirakan hanya kurang 5% dari berat atau
volume sampah semula sebelum di bakar. Abu ini akan dimanfaatkan untuk menjadi
bahan baku batako atau bahan bangunan lainnya setelah diproses dan memiliki kualitas
sesuai dengan bahan bangunan.
Dikota-kota besar di Eropah, Amerika, Jepang, Belanda dll wasteenergy sudah dilakukan sejak
berpuluh tahun lalu, dan hasilnya diakui lebih dapat menyelesaikan masalah sampah.
Pencemaran dari PLTSa yang selama ini dikhawatirkan oleh masyarakat sebenarnya sudah
dapat diantisipasi oleh negara yang telah menggunakan PLTSa terlebih dahulu. Pencemaran-
pencemaran tersebut seperti :
Dioxin
Dioxin adalah senyawa organik berbahaya yang merupakan hasil sampingan dari sintesa kimia
pada proses pembakaran zat organik yang bercampur dengan bahan yang mengandung unsur
halogen pada temperatur tinggi, misalnya plastic pada sampah, dapat menghasilkan dioksin
pada temperatur yang relatif rendah seperti pembakaran di tempat pembuangan akhir sampah
(TPA) (Shocib, Rosita, 2005).PLTSa sudah dilengkapi dengan sistem pengolahan emisi dan
efluen, sehingga polutan yang dikeluarkan berada di bawah baku mutu yang berlaku di
Indonesia, dan tidak mencemari lingkungan.
Residu
Hasil dari pembakaran sampah yang lainnya adalah berupa residu atau abu
bawah (bottom ash) dan abu terbang (flyash) yang termasuk limbah B3, namun hasil-hasil
studi dan pengujian untuk pemanfaatan abu PLTSa sudah banyak dilakukan di negara-negara
lain. Di Singapura saat ini digunakan untuk membuat pulau, dan pada tahun 2029 Singapura
akan memiliki sebuah pulau baru seluas 350 Ha (Pasek, Ari Darmawan, 2007).PLTSa akan
memanfaatkan abu tersebut sebagai bahan baku batako atau bahan bangunan.
Bau
Setiap sampah yang belum mengalami proses akan mengeluarkan bau yang tidak sedap baik
saat pengangkutan maupun penumpukkan dan akan mengganggu kenyamanan bagi
masyarakat umum.Untuk menghindari bau yang berasal dari sampah akan dibuat jalan
tersendiri ke lokasi PLTSa melalui jalan Tol, di sekeliling bagunanPLTSa akan ditanami pohon
sehingga membentuk greenbelt (sabuk hijau) seluas 7 hektar.
PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir)
Prinsip kerja PLTN, pada dasarnya sama dengan pembangkit listrik konvensional, yaitu ; air
diuapkan di dalam suatu ketel melalui pembakaran. Uap yang dihasilkan dialirkan ke turbin
yang akan bergerak apabila ada tekanan uap. Perputaran turbin digunakan untuk
menggerakkan generator, sehingga menghasilkan tenaga listrik. Perbedaannya pada
pembangkit listrik konvensional bahan bakar untuk menghasilkan panas menggunakan bahan
bakar fosil seperti ; batubara, minyak dan gas. Dampak dari pembakaran bahan bakar fosil ini,
akan mengeluarkan karbon dioksida (CO2), sulfur dioksida (SO2) dan nitrogen oksida (Nox),
serta debu yang mengandung logam berat. Sisa pembakaran tersebut akan ter-emisikan ke
udara dan berpotensi mencemari lingkungan hidup, yang bisa menimbulkan hujan asam dan
peningkatan suhu global. Sedangkan pada PLTN panas yang digunakan untuk menghasilkan uap
yang sama, dihasilkan dari reaksi pembelahan inti bahan fisil (uranium) dalam reactor nuklir.
Sebagai pemindah panas biasa digunakan air yang disirkulasikan secara terus menerus selama
PLTN beroperasi. Proses pembangkit yang menggunakan bahan bakar uranium ini tidak
melepaskan partikel seperti CO2, SO2, atau NOx, juga tidak mengeluarkan asap atau debu yang
mengandung logam berat yang dilepas ke lingkungan. Oleh karena itu PLTN merupakan
pembangkit listrik yang ramah lingkungan. Limbah radioaktif yang dihasilkan dari
pengoperasian PLTN, adalah berupa elemen bakar bekas dalam bentuk padat. Elemen bakar
bekas ini untuk sementara bisa disimpan di lokasi PLTN, sebelum dilakukan penyimpanan
secara lestari.
PLTPS (Pembangkit Listrik Tenaga Pasang Surut)
Energi pasang surut (tidalenergy) merupakan energi yang terbarukan. Prinsip kerja nya sama
dengan pembangkit listrik tenaga air, dimana air dimanfaatkan untuk memutar turbin dan
menghasilkan energi listrik.
Keuntungan dari energi pasang surut ini adalah listrik yang dihasilkan bisa dimanfaatkan secara
gratis, tidak membutuhkan bahan bakar, tidak menimbulkan efek rumah kaca, produksi listrik
stabil karena pasang surut air laut bisa diprediksi.
Tetapi energi pasang surut bukanlah energi masa depan karena memiliki berbagai kelemahan.
Diantaranya adalah biaya pembuatan damnya mahal dan dapat merusak ekosistem dipesisr
pantai.
Energi pasang surut diperkirakan dapat menghasilkan listrik 500 sampai 1000 MW pertahun.
Pembangkit listrik tenaga pasang surut (PLTPs) terbesar di dunia terdapat di muara sungai
Rance di sebelah utara Perancis. Pembangkit listrik ini dibangun pada tahun 1966 dan
berkapasitas 240 MW. PLTPs yang terbesar nanti akan dibangun di Korea Selatan dengan
kapasitas 300 MV yang mampu untuk mengaliri listrik untuk 200.000 rumah. Proyek ini akan
selesai tahun 2015.
Energi pasang surut memanfaatkan pergerakan air laut dalam jumlah besar (pasang surut).
Seperti yang kita ketahui pasang terjadi dua kali sehari, diperkirakan sekitar 12 jam sekali.
Karena siklusnya bisa diprediksi, maka sangat mudah untuk memanfaatkan energi pasang surut
ini.
Prinsip kerja energi pasang surut sangat sederhana. Saat pasang datang air laut masuk melewati
dam melalui katup yang bisa membuka secara otomatis. Saat pasang surut, katup yang ada di
dam tertutup sehingga air laut terjebak didalam dam. Air laut yang terjebak inilah yang
dimanfaatkan untuk memutar turbin.
Melihat beberapa hambatan yang dihadapi maka perlu adanya strategi-strategi khusus agar
dapat meningkatkan peranan energi terbarukan dalam bauran energi di Indonesia diantaranya
adalah :
a. Potensi energi terbarukan (matahari, angin, air, bioenergi, panas bumi) yang dimiliki
Indonesia perlu dimanfaatkan secara maksimal untuk menambah kapasitas terpasang
pembangkit listrik, rasio elektrifikasi dan penurunan emisi gas rumah kaca sesuai dengan
yang dicanangkan PP. No.79 tahun 2014, mengingat daya bangun pembangkit listrik yang
harus ditingkatkan dari 4 GW/tahun menjadi 6 GW/tahun dan bertahap menjadi 12
GW/tahun.
b. Menjalankan feed in tariff energi terbarukan yang ada untuk investor dan dibantu subsidi
listrik ET dari pemerintah untuk konsumen sampai biaya pokok penyedian listrik ET
memungkinkannya untuk dicabutnya subsidi harga listrik ET.
c. Memberikan pajak emisi C kepada pengelola pembangkit listrik energi fosil, sebagai
bentuk komitmen negara terhadap perjanjian penurunan emisi dengan dunia serta untuk
pembangunan energi ramah lingkungan di Indonesia.
d. Pembebasan pajak impor peralatan energi terbarukan dan mendorong produsen
peralatan energi terbarukan lokal melalui pembebasan pajak dan dukungan keuangan
secara langsung.
e. Menggencarkan studi dan penelitian serta mengidentifikasi setiap jenis potensi sumber
daya energi terbarukan secara lengkap di setiap wilayah, merumuskan spesifikasi dasar
dan standar rekayasa sistem konservasi energinya yang sesuai dengan kondisi di Indonesia
dengan didukung anggaran dana dari pemerintah.
f. Perlu adanya dukungan berupa kebijakan bantuan investasi dari pemerintah sekitar 20 –
30% untuk menggairahkan pembangunan energi terbarukan ditengah masih mahalnya
harga operasional untuk membangun pembangkitan energi terbarukan, faktor perizinan,
biaya eksplorasi dan pengeboran (panas bumi), pembelian bahan baku (biomassa),
perencanaan dan sebagainya.
g. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah, kemudian lembaga lembaganya baik
kementerian ESDM, Kementerian Riset, dan Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan atau pun lembaga lain saling bekerja sama secara nyata untuk pengembangan
di bidang energi terbarukan tanpa mengedepankan ego sektoral.
h. Mensosialisasikan dan memberi pendidikan kepada masyarakat mengenai energi
terbarukan agar isu-isu negatif yang ada pada benak masyarakat mengenai pemanfaatan
energi terbarukan dapat tertanggulangi.
KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan dan analisa yang dilakukan dari segi kebijakan dan keadaan yang ada
untuk mendukung berkembangnya energi terbarukan di Indonesia, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut :
a. Secara umum kebijakan energi Indonesia yang ada sangat mendukung terhadap prospek
pengembangan pemanfaatan energi terbarukan nasional dan efisiensi energi.
b. Energi fosil masih menjadi penopang terbesar kebutuhan energi listrik nasional ditengah-
tengah kebijakan prioritas pemanfaatan energi terbarukan yang ramah lingkungan untuk
menurunkan emisi gas rumah kaca. Dikarenakan harganya yang murah dan dapat
menghasilkan energi yang cukup besar untuk menutupi kebutuhan energi nasional yang
meningkat secara cepat.
c. Investasi merupakan kebutuhan vital bagi pengembangan energi terbarukan, untuk
meningkatkan dan menjaga iklim investasi tetap menarik ditengah biaya pokok pembangunan
pembangkit listrik energi terbarukan yang mahal dan perizinan yang sulit, maka bantuan
dukungan investasi sangat dibutuhkan.
d. Perpres No. 4 Tahun 2016 mengenai Percepatan Pembangunan Infrastruktur
Ketenagalistrikan yang didalamnyamengandung kebijakan mempermudah perizinan, perlu
diterapkan secara konkret oleh pemerintah dan lembaga-lembaga pemerintahan yang ada
serta tidak mengedepankan ego sektoral, terutama dalam masalah pembebasan lahan.
e. Harga energi listrik dari energi terbarukan yang dijual dari pengembang kepada PT. PLN
Persero tergolong tinggi, hal ini akan berdampak harga listrik yang dijual kepada masyarakat
Indonesia akan tinggi jika tidak di subsidi dan hanya menarik dari kalangan investor. Sehingga
faktor keterjangkauanharga (affordability) yang merupakan komponen kedaulatan energi
akan sangat sulit untuk dicapai untuk golongan energi terbarukan.
f. Beberapa strategi untuk mengembangkan energi terbarukan di Indonesia adalah dengan
penerapan pajak emisi C , menerapkan feedin tariff energi terbarukan yang telah ditetapkan
oleh Pemerintah, memaksimalkan seluruh potensi energi terbarukan yang ada,
mempermudah perizinan pembangunan energi terbarukan, memberikan bantuan investasi
energi terbarukan, mendukung industri energi terbarukan dalam negeri dan mensosialisasikan
serta memberi pendidikan masyarakat mengenai penerapan energi terbarukan
Konservasi Energi
• Konservasi energi adalah penggunaan energi dengan efisiensi dan rasional tanpa mengurangi
penggunaan energi yang memang benar-benar diperlukan.
• Upaya konseravasi energi diterapkan padaseluruh tahap pemanfaatan, mulai dari
pemanfaatan sumber daya energi sampai padapemanfaatan terakhir, dengan menggunakan
teknologi yang efisien, dan membudayakan pola hidup hemat energi.
Audit Energi sendiri adalah proses evaluasi pemanfaatan energi dan identifikasi peluang
penghematan energi serta rekomendasi peningkatan efisiensi pada pengguna energi dan
pengguna sumber energi dalam rangka konservasi energi, sehingga tecipta manajemen energi
yang baik untuk sebuah bangunan.
Jenis Audit Energi
Audit Energi Singkat (walkthrough audit)
Kegiatan audit energi yang meliputi pengumpulan data historis, data dokumentasi bangunan
gedung yang tersedia dan observasi, perhitungan intensitas konsumsi energi (lKE) dan
kecenderungannya, potensi penghematan energi dan penyusunan laporan audit.
Audit Energi Awal (preliminary audit)
Kegiatan audit energi yang meliputi pengumpulan data historis, data dokumentasi bangunan
gedung yang tersedia, observasi dan pengukuran sesaat, perhitungan IKE dan
kecenderungannya, potensi penghematan energi dan penyusunan laporan audit. Berdasarkan
dengan SNl 6196:2011. Persiapan pada Audit energi awal perlu dilakukan bila audit energi
singkat merekomendasikan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut pada seluruh bangunan
gedung atau secara langsung tanpa melalui audit energi singkat.