Oleh: Kelompok 7
Anggota:
Penulis
DAFTAR TABEL
Berikut definisi beberapa komponen-komponen pengendalian yang terdapat pada blok diagram diatas
:
a. Process adalah tatanan peralatan yang mempunyai fungsi tertentu, contohnya Tangki yang
ada pada contoh simulasi sebelumnya. Pada input ke process inilah yang dimanipulasi oleh
final control element agar sesuai dengan yang diinginkan oleh kondisi operasional.
b. Process Variable adalah besaran atau variable yang dikendalikan sebagai output proses.
Contohnya adalah ketinggian level air yang ada pada simulasi.
c. Manipulated Variable adalah input dari dari suatu proses yang dapat dimanipulasi atau
diubah-ubah besarnya agar process variable sama dengan set point. Contohnya adalah flow air
yang mengalir ke dalam tangki pada simulasi.
Suatu sistem linear (LTI/Linear Time Invariant) dikatakan stabil jika respons natural sistem
tersebut mendekati nol pada waktu mendekati tak terhingga. Sistem LTI dikatakan tidak stabil jika
respons natural meningkat tanpa batas jika waktu mendekati tak terhingga.
2.3.2 Mode Kontrol
Pada kontroler terdapat empat mode kontrol, diantaranya adalah:
a. ON-OFF
Yaitu mode kontrol yang memanipulasi sinyal error menjadi sinyal yang memiliki perintah
on dan sinyal kontrol yang bernilai off. Respon dari proses akan berosilasi membentuk grafik
sinusoidal. Apabila error respon proses setelah dibandingkan dengan set point kurang dari 5% dan
2% maka mode ini dapat digunakan.
b. Proportional (P)
Yaitu mode kontrol yang digunakan untuk memperkecil amplitudo dari osilasi respon proses.
Hibungan antara antara keluaran kontroler m(t) dan sinyal sinyal kesalahan penggerak / error e(t)
adalah
m(t ) Kp.e(t ) (2.1)
Dalam aplikasi-aplikasi dasar yang sederhana kontrol P ini cukup mampu untuk memperbaiki
respon transien khususnya rise time dan settling time.
M ( s) K p 1 Ti s Ti Td s
2
(2.6)
E ( s) Ti s
Karakteristik kontroller PID sangat dipengaruhi oleh kontribusi besaran dari ketiga parameter
P, I dan D. Penyetelan konstanta Kp, Ti dan Td akan mengakibatkan penonjolan sifat dari masing –
masing elemen. Satu atau dua dari ketiga konstanta tersebut dapat diatur lebih menonjol dibandingkan
dengan yang lain, konstanta yang menonjol itulah yang akan memberikan pengaruh pada respon
sistem secara keseluruhan.
Penggunaan mode kontrol baik P, PI, maupun PID disesuaikan dengan kebutuhan dan
karakteristik dari proses yang dikendalikan. Mode kontrol P digunakan apabila adanya offset masih
dapat ditolerir oleh proses. Apabila tidak, maka mode kontrol PI dapat digunakan untuk memperbaiki
performasi sistem dan sedangkan mode kontrol PID seringkali digunakan pada sistem pengendalian
yang memiliki karakteristik pengendalian yang lambat seperti pengendalian temperatur. Untuk
mendapatkan performasi yang optimal pada algoritma kontrol PID pada berbagai perubahan daerah
operasi, disturbance dan sesuai dengan kebutuhan proses maka perlu dilakukan penalaan terhadap
nilai parameter kontrol PID (Kp, Ti, Td) (Pratomo, 2016).
2.3.3 Tuning PID Metode Osilasi
2.4Metode Ziegler-Nichols
Ziegler dan Nichols memberikan aturan untuk menentukan nilai Kp , Ti, dan Td yang didasarkan
pada karakteristik respon transien dari plant. Nilai parameter Kp , , dan berdasarkan pada rerspon step
plant secara eksperimental atau berdasarkan pada nilai Kp yang dihasilkan dalam kestabilan marginal
bila hanya aksi kendali proporsional yang digunakan. Mengatur nilai Kp dari nol ke suatu nilai kritis
Kcr. Mula-mula keluaran plant memiliki osilasi yang berkesinambungan dengan periode Pcr(Ogata,
1970).
(𝑠 + 𝑧1 )(𝑠 + 𝑧2 ) … (𝑠 + 𝑧𝑚 )
= −𝐾
(𝑠 + 𝑝1 )(𝑠 + 𝑝2 ) … (𝑠 + 𝑝𝑛 )
Dalam persamaan diatas, untuk suatu titik dalam bidang-s, tempat kedudukan akar untuk 0<k<∞, bila
memenuhi dua kondisi berikut,
Garis lurus menyebar dari suatu titik spada sumbu real dinyatakan dengan,
∑ 𝑝𝑜𝑙𝑒 𝐺(𝑠)𝐻(𝑠) − ∑ 𝑧𝑒𝑟𝑜 𝐺(𝑠)𝐻(𝑠)
𝜎𝑎 =
𝑛−𝑚
f. Sudut berangkat dan sudut datang
Anggap titik 𝑠𝜃 sebarang didekat pole (untuk berangkat) atau zero (untuk datang) dan
kemudian gunakan persamaan sudut sebagai berikut,
𝜃𝑑 = ∑ 𝜃𝑧𝑖 − ∑ 𝜃𝑝𝑖 + 𝑟(180°)
𝑖 𝑖
𝜃𝑎 = ∑ 𝜃𝑝𝑖 − ∑ 𝜃𝑧𝑖 + 𝑟(180°)
𝑖 𝑖
g. Titik breakawaydan titik re-entry
Titik-titik pada sumbu real dimana dua atau lebih cabang tempat kedudukan akar berangkat
dari atau datang pada sumbu real. Titik breakawaydapat ditentukan dengan pernyataan persamaan
karakteristik untuk gain K sebagai fungsi s, K=-1/(G(s)H(s)), dan kemudian menyelesaikan titik
breakaway s dari,
𝑑𝐾(𝑠)
| =0
𝑑𝑠 𝑠=𝑠𝐵
akar-akar real persamaan ini, yang sesuai dengan langkah (c), adalah titik breakawayatau re-entry.
Gambar 3. 1FlowchartPerancangan
80,75
𝐿(𝑠) =
306,398𝑠 + 1
𝑚𝑏 (𝑠) 𝐾𝑡𝑜𝑡
= (4.4)
𝑈(𝑠) 𝜏𝑣 𝑠 + 1
dengan
𝑚𝑎 (𝑠) = laju aliran Deaerator (kg/s)
𝑈(𝑠) = sinyal masukan ke control valve (Amp)
𝐾𝑡𝑜𝑡 = gain total control valve
𝜏𝑣 = time konstan control valve (s)
𝑆𝑝𝑎𝑛 𝑂𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡
𝐺𝑇 = ( ) (4.9)
𝑆𝑝𝑎𝑛 𝐼𝑛𝑝𝑢𝑡
Dimanaspan input adalah ketinggiana dari liquid yang terdapat pada Degasifying Basin yang dapat
dibaca sensor, sedangkan sebagai span output adalah arus yang keluar dari level transmitter. Maka
didapatkan gain transmitter dari persamaan diatas sebagai berikut :
𝐼𝑚𝑎𝑥 − 𝐼𝑚𝑖𝑛
𝐺𝑇 = ( ) (4.10)
𝑃𝑚𝑎𝑥 − 𝑃𝑚𝑖𝑛
20 − 4 𝑚𝐴
𝐺𝑇 = ( )
4.5114 𝑝𝑠𝑖
𝐺𝑇 = 3.5465 𝑚𝐴/psi
161,5𝐾𝑐 3,55
𝐶(𝑠) = (𝑅(𝑠) − 𝑐(𝑠))
(306,398𝑠 + 1)(0,2𝑠 + 1) 0,2𝑠 + 1
573,325𝐾𝑐 161,5𝐾𝑐
𝐶(𝑠) (1 + )= 𝑅(𝑠)
(306,398𝑠 + 1)(0,2𝑠 + 1)(0,2𝑠 + 1) (306,398𝑠 + 1)(0,2𝑠 + 1)
𝐶(𝑠) 161,5𝐾𝑐(0,2𝑠 + 1)
=
𝑅(𝑠) 12,25𝑠 + 122,59𝑠 2 + 306,798𝑠 + 1 + 573,325𝐾𝑐
3
4.3Root Locus.
Adapun persamaan Root Locus yang di lakukan dalam makalah ini ialah sebagai berikut : Persamaan
karakteristiknya:
1+G(s)H(s)=0 (4.12)
572,76𝐾
1+ =0
(306,398𝑠 + 1)(0,2𝑠 + 1)(0,2𝑠 + 1)
Pole: -0,00326,-5,-5 ; n(jumlah pole)=3
Zero:tidak ada; m(jumlah zero)=0
a. Uji letak pole/zero
572,76𝐾
= −1
(306,398𝑠 + 1)(0,2𝑠 + 1)(0,2𝑠 + 1)
𝐾 = −(0,02𝑠 3 + 0,21𝑠 2 + 0,54𝑠 + 1)
𝑑𝐾
= −(0,06𝑠 2 + 0,42𝑠 + 0,54) (4.14)
𝑑𝑠
Sehingga diperoleh s1=-1,11dan s2=-8,1. Karena -8,1 berada di luar letak kedudukan akar, maka yang
digunakan adalah -1,11 sebagai breakaway pointnya.
−0,21𝜔𝑢 2 + 1 + 𝑘 = 0
−0,21(27) + 1 + 𝑘 = 0
𝑘 = 5,67
Dari hasil perhitungan diatas dapat diplot letak kedudukan akar dari sistem sebagai berikut
Dengan Kc = 5,67
Menggunakan software Matlab:
num=[183.141 915.705];
den=[12.25 122.59 306.798 3251.75275]
w=logspace (-1,2);
[mag,phase]=bode (num,den,w);
dB=20*log10(mag);
subplot(211), semilogx(w,dB);grid,
title('Respon amplitudo (dB) vs w'),xlabel('w - rad/dt'), ylabel
('mag'),
subplot(212), semilogx(w,phase);grid,
title('Respon sudut (derajat) vs w'),xlabel('w - rad/dt'), ylabel
('phase (derajat)'),
s3 12,25 306,798
s2 122,59 1+573,25K
(122,59)(306,798)−(12,25)(1+573,25𝐾)
s1 122,59
Dan
Kedua nilai tersebut tidak jauh berbeda. Sistem dikatakan stabil apabila suku kolom pertama memiliki
satu tanda yaitu posistif, sehingga nilai K dapat ditulis 0<K<5,28
K = 80,75
𝜏 = 306,398
Sepesifikasi performansi respon yang diinginkan
- Ts(± 5%) = 15 Detik
- Zero offset
3𝜏∗=𝜏 (4.21)
3 𝜏 ∗ = 15
𝜏∗=5
Penentuan nilai Kp
1 𝜏
Kp = 𝐾 (𝜏∗ − 1) (4.22)
Kp = 0,75
b. Program Matlab Uji Respon Sistem
Sintaks program Matlab untuk Uji Pengendali dengan Gain Pengendali Hasil perhitungan
num=[24.225 121.125];
den=[12.25 122.59 306.798 430.99375];
t=0:0.02:10;
c=step(num,den,t);plot(t,c),
xlabel('t-det'),ylabel('c(t)'),grid,pause
timespec(num,den)
𝐶(𝑠) 161,5𝐾(0,2𝑠 + 1)
=
𝑅(𝑠) 12,25𝑠 + 122,59𝑠 2 + 306,798𝑠 + 1 + 573,325𝐾
3
1
Dengan nilai K yang didapatkan sebesar 0,76 (1 + 306,398𝑠
)
Maka sintaksnya sebagai berikut:
K < 5,28
Nilai K berada di antara K < 5,28 danK> -573,25. System dikatakan stabil apabila suku kolom
pertama memiliki satu tanda yaitu positif. Sehingga nilai K dapat ditulis 0<K<5,28. Osilasi
akan terjadi jika K= 5,28. Jadi penguatan kritisnya adalah Kcr = 5,28.
Frekuensi osilasi dicari dengan persamaan karakteristik :
0,02𝑠 3 + 0,21𝑠 2 + 0,54𝑠 + 1 + 𝑘 = 0 (4.25)
Substitusi 𝑠 = 𝑖𝜔𝑢
0,02𝑠 3 + 0,21𝑠 2 + 0,54𝑠 + 1 + 𝑘 = 0
−0,02𝑖𝜔𝑢 3 − 0,21𝜔𝑢 2 + 0,54𝑖𝜔𝑢 + 1 + 𝑘 = 0 (4.26)
−0,02𝑖𝜔𝑢 3 + 0,54𝑖𝜔𝑢 = 0
𝑖𝜔𝑢 (−0,02𝜔𝑢 2 + 0,54) = 0
𝜔𝑢 = 0 𝑑𝑎𝑛 𝜔𝑢 2 = 27
Antara pengendali Proposional (P) dan Proposional-Integral (PI) memiliki waktu yang lebih singkat
untuk respon naik dari nilai akhir yang digunakan. Namun pengendali PID memiliki puncak overshoot
yang paling kecil, dan juga walaupun settling time yang dibutuhkan cukup lama dibanding P dan PI tetapi
error steady state PID lebih kecil dibandingkan P dan PI yaitu 0,002 (0,2%). Sehingga hasil penerapan
pengendali PID menggunakan metode Ziegler Nichols ini menunjukan hasil bahwa pengendali yang
paling stabil menggunakan pengendali PID, dengan nilai Kp 3,168, 𝜏𝑖 0.6 dan 𝜏𝑑 0.15 agar dapat
menghasilkan karakteristik respon rise time sebesar 0,439 sekon, settling time sebesar 4,39 sekon,
maximal overshoot sebesar 0,174 (17,4%) dan peak time sebesar 0,877 sekon.
4.7 Perbandingan Karakteristik Respon Metode Konvensional dan Metode Ziegler Nichols
Berikut perbandingan karakteristik respon sistem berdasarkan dua metode pengendali yang telah
dilakukan
Tabel 4. 4 Perbandingan Karakteristik Respon Metode Konvensional dan Metode Ziegler Nichols
Pengendali Ess Ts Tr Tp Mov
Proposional (Konv) 0,016 (1,6%) 3,88 s 1,22 s 1.71 s 2%
Proposional-Integral (Konv) 0,016 (1,6%) 4,26 s 1,22 s 1.68 2,6%
Proposional (ZN) 0,004 (0,4%) 5,37 s 0,389 s 0,768 s 19,7%
Proposional-Integral (ZN) 0,003 (0,3%) 21 s 0,389 s 0,856 s 31,5%
PID (ZN) 0,002 (0,2%) 4,39 s 0,439 s 0,877 s 17,4%
Kedua metode tuning yang digunakan memberikan respon masing-masing dengan kriteria rise time,
settling time, overshoot, peak time, dan peak amplitude tertentu. Semakin kecil nilai parameter yang
dihasilkan dan osilasi yang kecil maka semakin baik. Respon terbaik pada metode konvensional diberikan
oleh pengendali Proposional, sedangkan pada metode Ziegler Nichols respon terbaik diberikan oleh
pengendali PID. Antara kedua respon tersebut, hasil terbaik diberikan oleh metode konvensional tipe
pengendali P. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai secara keseluruhan (rise time, settling time, overshoot,
peak time, dan peak amplitude) paling kecil di antara yang lain. Selain itu osilasi yang dihasilkan hanya
sekali sehingga mengurangi kemungkinan kerusakan yang terjadi pada komponen pengendalian level
deaerator. Metode konvensional lebih baik jika dibandingkan metode Ziegler Nichols, metode Ziegler
Nichols merupakan metode cepat melalui tabel Ziegler Nichols namun tidak semua plant bisa didapatkan
respon yang bagus karena belum tentu sesuai dengan karakteristik plant. (Mahistha, 2017)
Aisjah, A. S., & Arifin, S. (2018). Sistem Pengendalian Otomatis; Perkembangan Implementasi di Era
Revolusi Industri 1.0-4.0. Surabaya: ITS Press.
Firdayani, G. N. (2017). a. Penerapan Tuning PID Menggunakan Metode Ziegler Nichols pada
Pengendalian Level Deaerator di PLTU Indonesia Power Unit Pembangkit Semarang. Surabaya:
Departemen Teknik Fisika ITS.
Mahistha, D. S. (2017). [Laporan KP] Studi Penerapan Kontrol Propotional Integral Derivatif untuk
Sistem Pengendalian Level pada Deaerator PLTU Unit 3 PT. PJB UP-GRESIK. Surabaya:
Teknik Fisika ITS.
Ogata, K. (1970). Modern Control Engineering. Minnesota: University of Minnesota.
PLN, P. (2013). Pengoperasioan PLTU. PLN Corporate University.
Power, I. (2019, Mei 2). Indonesia Power. Retrieved from www.indonesiapower.co.id
Pratomo, N. H. (2016). ANALISIA PENGENDALIAN LEVEL STEAM DRUM PADA COAL FIRED
BOILER DENGAN METODE ZIEGLR NICHOLS DI PT. TPC INDO PLASTIC AND
CHEMICAL, GRESIK . Surabaya: Departemen Teknik Fisika ITS.