Anda di halaman 1dari 15

“ SELF CLEANING MATERIAL “

TUGAS – MATERIAL CERDAS

Disusun oleh
Farah Qonita 02311640000120
Yuli Mauliza 02311640000111
Yordan fanani 02311640000039
Faridhotul Ullah 02311640000084
Nailil farikhah 02311540000069

PROGRAM STUDI S – 1 TEKNIK FISIKA


DEPARTEMEN TEKNIK FISIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
2019

1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 3

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 3

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................ 3

1.3 Tujuan .................................................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 4

2.1 Mekanika Lengan Robot ...................................................................................................... 4

2.2 Self cleaning material ............................................................................................................ 5

2.3 Biomimetik............................................................................................................................. 8

2.4 Self Healing Materials ......................................................................................................... 10

2.5 Self assembly material .............................................................................................................. 11

BAB III KESIMPULAN..................................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 15

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman, banyak berdiri gedung-gedung pencakar langit di kota-kota
besar di seluruh dunia. Beberapa di antaranya setidaknya memiliki lebih dari 6 lantai yaitu lebih dari
30 meter. Gedung-gedung tersebut tentunya membutuhkan perawatan khusus agar tetap terlihat bersih
dan terawat, khusunya pada kaca gedung. Jasa layanan pembersih kaca gedung sangat dibutuhkan
untuk melakukan pekerjaan tersebut. Pekerjaan ini mengharuskan mereka bekerja di luar gedung
dengan menaiki gondola ataupun menggunakan seutas tali yang kuat menopang beban tubuhnya.
Tentunya pekerjaan ini tidak mudah dan memiliki risiko yang sangat besar.

Dengan resiko yang besar bagi para pekerja, dilakukan upaya untuk mengatasi masalah tersebut,
diantaranya adalah membuat robot pembersih kaca. Tak hanya itu, para peneliti juga berupaya untuk
mendapatkan bahan pelapismyang dapat membersihkan dirinya sendiri, yakni self cleaning material.
Salah satu bahan yang memiliki karakteristik ini adalah titania. Bahan-bahan lain dan struktur tentu
juga dibuat untuk kepentingan tersebut diantaranya self assembling dan self healing material.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana peranan robot robot sebagai pembersih kaca pada gedung pencakar langit?
b. Bagaimana mekanisme kerja self cleaning material?
c. Bagaimana cara kerja self assembling dan self healing material ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Peranan robot robot sebagai pembersih kaca pada gedung pencakar langit?
b. Mekanisme kerja self cleaning material?
c. Cara kerja self assembling dan self healing material ?

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Mekanika Lengan Robot

Robot lengan ini tersusun atas 5 buah servo,yakni empat buah servo (HS-5645MG) dan satu buah
servo (HS-311). empat buah servo tersebut memiliki torsi yang lebih besar karena beban yang
ditanggung juga lebih besar. Satu buah sebagai tumpuan keseluruhan lengan, dua buah untuk
mengangkat ruas lengan utama (digabung menjadi satu) dan satu buah untuk mengangkat lengan yang
terdapat alat pembersih kaca. Sedangkan servo dengan torsi lebih kecil hanya digunakan pada bagian
pembersih kacanya. Rancangan bentuk robot lengan dalam Free Body Diagram (FBD) tersaji pada
Gambar 2.1

Gambar 2.1 Rancangan Robot lengan dengan Free Body Diagram (FBD)

Kerangka robot lengan ini terdiri atas empatjoint (J1, J2, J3, J4) dan tiga lengan (L1, L2, L3).J1
berputar secara horisontal, sedangkan J2, J3,dan J4 berputar secara vertikal. J1, J2, J3 menggunakan
servo dengan torsi 10 kg sedangkan J4 menggunakan servo dengan torsi 3 kg karena beban yang
diangkat tidak terlalu berat, khusus untuk J2, digunakan dua buah servo. Posisi alat pembersih kaca
berada pada ujung lengan L3 dan menggunakan berat 3 kg. Bahan yang digunakan untuk membuat
konstruksi lengan ini adalah berupa aluminium dengan tebal 2 mm dan beberapa mur dan baut.Secara
sederhana, mekanik robot dapat dilustrasikan pada Gambar 2.2

Gambar 2.2 Mekanik Lengan Robot

4
Tahapan proses robot melakukan pembersihkan kaca adalah:

a. Pada awalnya posisi lengan menghadap depan dengan jarak kaca disebelah kiri robot dengan
jarakdari garis hitam ± 30 cm.
b. Lengan robot akan menghadap kearah kaca dengan memutar joint 1 dari lengan robot.
c. Memanggil sub servo naik, dengan posisi lengan robot dalam keadaan naik.
d. Lengan joint 2 akan mendekati kaca, setelah itu masuk ke sub servo bersih disaat robot
melakukan pembersihan kaca.
e. Pembersihan hanya dilakukan sekali saja, setelah selesai membersihkan masuk ke sub servo
turun dan servo dalam keadaan posisi awal kecuali untuk joint 1 yang tetap.
f. Robot berjalan kedepan dengan mengikuti garis yang tersedia sampai batas yang ditentukan,
yaitu perempatan pada garis yang berjarak ± 15 cm antar pembatas. Setelah sampai robot
melakukan langkah 3, 4, dan 5.
g. Robot akan berjalan lagi sampai batas yang ditentukan lagi. disini pembatas dibuat sebanyak
3 buah. Jadi setelah robot berhenti sebanyak 3 kali maka robot akan berhenti membersihkan
dan posisi servo kembali keposisi awal semuanya, termasuk untuk joint 1.
h. Gerakan lengan pada saat membersihkan kaca adalah bergerak ke kiri dan ke kanan,
selanjutnya ke atas bawah secara bergantian.

2.2 Self cleaning material


2.2.1 Pengertian Self Cleaning Material

Self-cleaning Material merupakan salah satu penemuan yang menakjubkan dari para peneliti
dalam teknik coating dengan performa tinggi. Saat ini, topik mengenai self-cleaning telah mendapat
perhatian yang begitu besar semejak. Barthlott dan rekan-rekannya menemukan sebuah
fenomenayang dikenal dengan “Lotos-Effect”. Mereka menemukan bahwa penyebab kebersihan dari
daun Lotus disebabkan oleh efek kombinasi dari topografi dan hidrofobik yang dimiliki senyawa
tersebut pada permukaannya. Berdasarkan penemuan ini para peneliti mencoba menerapkan
mekanisme“Lotos-Effect” ke dalam sistem coatings dengan berbagai cara. Material yang mempunyai
sifat self cleaning akan memberikan kualitas yang sangat baik karena material tersebut hanya
membutuhkan air untuk membersihkan permukaanya dan juga material tersebut tidak akan terlihat
kusam walaupun telah lama digunakan, sehingga akan sangat memudahkan aktivitas manusia secara
umum. Salah satu teknologi yang sedang dikembangkan untuk aplikasi self cleaning pada kaca
gedung pencakar langit adalah dengan memanfaatkan fotokatalisis bahan TiO2. Fotokatalisis adalah
reaksi yang terjadi pada suatu zat yang menjadi bersifat katalis pada saat menerima energi cari
cahaya. Perbandingannya seperti fotosintesis. Proses fotosintesis terjadi pada klorofil dimana klorofil
menjadi aktif saat menerima energi dari cahaya matahari. Klorofil tersebut mengubah CO2 dari

5
lingkungan untuk menghasilkan O2. Hal yang sama terjadi pada proses fotokatalisis, dimana suatu zat
menjadi bersifat katalis saat menerima energi berupasinar UV, sehingga dapat mereaksikan zat lain
disekitarnya [1]. Zat yang digunakan dalam proses fotokatalisis biasanya berupa bahan
semikonduktor seperti TiO2, ZnO, CdS, dan sebagainya.

2.2.2 TiO2 sebagai Self Cleaning Material

Penggunaan oksida logam TiO2 sebagai fotokatalis lebih sering dipilih karena
sifatnya yang aman bagi kesehatan (tidak berbahaya), harga yang lebih murah, stabil secara
kimia, berwarna putih, serta tidak memiliki absorbsi yang tampak. Meskipun stabilitas
TiO2 secara kimia hanya terjadi pada saat gelap, karena dibawah radiasi UV menyebabkan
reaksi kimia, namun reaksi TiO2 pada saat terkena cahaya tetap stabil (fotostabil).

a. Reaksi Fotokatalisis TiO2 dan Degradasi Senyawa Organik


Reaksi fotokatalisis TiO2 dimulai saat energi foton hv melewati jumlah energi pada celah
elektron (e-) dari pita valensi ke pita konduksi meninggalkan hole (h+). Elektron yang tereksitasi
berdifusi ke permukaan katalis dan mengambil bagian pada reaksi kimia dengan molekul pendonor
(D) dan akseptor (A). Sementara lubang elektron (hole) dapat mengoksidasi molekul
pendonor. Hole bereaksi dengan air untuk membuat radikal hidroksil yang sangat reaktif (OH -).
Sedangkan oksigen yang beraksi dengan hole akan membentuk O2 yang juga reaktif. O2- dan OH-
merupakan oksidator yang sangat kuat, sehingga dapat mengoksidasi kontaminan dari bahan organik.
Ketika senyawa organik (polutan, bakteri, dan sebagainya) jatuh ke permukaan fotokatalis TiO 2, akan
berkombinasi dengan O2- dan OH- dan berubah menjadi karbon dioksida (CO2) dan air (H2O). Hal ini
adalah prinsip utama dalam pemecahan bahan organik atau polutan pada penerapan teknologi self
cleaning. [5]
Pada saat terbentuk elektron dan hole setelah bahan menyerap cahaya hv yang berenergi sama
atau lebih besar dari energi gap nya, sebagian pasangan elektron dan hole akan berekombinasi
kembali, dan sebagian lagi dapat bertahan sampai pada permukaan bahan dan akan berikatan dengan
spesies organik maupun anorganik sehingga spesies tersebut mengalami reduksi. Berikut adalah
reaksi kimia yang terjadi dalam proses fotokatalitik.
1. Iluminasi TiO2 dengan cahaya menghasilkan elektron pada pita konduksi dan lubang positif
pita valensi.
TiO2 + hv -> e- + h+
2. Di permukaan, lubang positif dapat bereaksi dengan air yang teradsorpsi secara fisika maupun
gugus OH yang teradsorpsi secara kimia membentuk radikal OH-.
h+ + H2O -> OH-

6
h+ + OH -> OH-
3. Elektron pada pita konduksi kemungkinan bereaksi dengan oksigen membentuk ion
superoksida yang kemudian membentuk radikal OH-.
e- + O2 -> O2-
2 O2- + 2 H2O  2 OH- + 2 OH + O2
Selanjutnya radikal hidroksil tersebut yang meupakan pengoksidasi kuat (pH = 1) dan
memiliki potensial redoks 2,8 Volt (relatif terhadap elektroda hidrogen Nernst) sangat reaktif
menyerang molekul organik dan mendegradasinya menjadi karbon dioksida (CO2) dan air (H2O) dan
ion-ion halida jika molekul organik tersebut mengandung atom-atom halogen.

Gambar 2.1
b. Hidrofilisitas TiO2 dan Mekanisme Self Cleaning
Suatu permukaan bersifat hidrofilik atau suka air (adhesi lebih besar dari pada kohesi) jika
sudut kontak fasa air dengan permukaan benda lebih rendah dari 10o atau mendekati 0o. TiO2 saat
terkena sinar UV akan menghasilkan lectron di pita konduksi dan hole di pita valensi. Elektron
dan hole yang pindah ke permukaan bereaksi dengan bahan yang diserap di permukaan.
Beberapa hole bereaksi dengan oksigen mengisi permukaan oksigen yang kosong. Sementara lectron
bereaksi dengan logam Ti4+ menjadi Ti3+. Berikut adalah reaksi yang terjadi.
1. Pembentukan lectron dan hole
TiO2 + hv -> h+ + e-
2. Reduksi lectron terhadap atom Titanium dan pembentukan O2-
e- + Ti4+ -> Ti3+
Ti3+ + O2 -> Ti4+ + O2-
3. Hole mengoksidasi ion oksigen yang berasal dari kristal TiO2 membentuk oxygen vacancies
4 h+ + 2 O2- -> O2 (oxygen vacancies)
4. Permukaan menjadi hidrofilik karena air dapat dengan mudah mengisi tempat kosong dan
menghasilkan gugus OH teradsorbsi yang membentuk monolayer pada permukan dengan
reaksi
H2O + h+ -> OH- + H+
H+ + e- -> H

7
H + O2 -> 2 OH atau 2 H + O2 ® OH- + H2O

Gambar 2.2

Mekanisme self cleaning yang terjadi adalah menggabungkan dari dua keadaan yang telah
disebutkan yaitu degradasi polutan dan pembentukan hidrofilisitas. Pada saat polutan yang menempel
atau melewati permukaan TiO2 terdegradasi, maka polutan akan hancur. Kemudian pada saat air
dilewatkan terhadap permukaan TiO2, sifat hidrofilis membuat air mudah menempel pada permukaan
dan membawa polutan yang telah hancur.

Gambar 2.3

2.3 Biomimetik

Biomimimetik berasal dari kata bios, yang berarti kehidupan dan mimesis yang
meniru.Biomimetik (biomimetics) adalah istilah yangdigunakan untuk mendeskripsikan material,
mekanisme dan sistem yang dibuat oleh manusia dengan jalan meniru desain dan sistem yang terdapat
di alam, yang dalam penggunaanya hanya membutuhkan sebuah stimulasi atau rangsangan dari luar.
Digunakan pada bidang-bidang: robotika, teknologi nano,kecerdasan buatan, dan juga dipertahanan.

8
Biomimetik merupakan sains baru yang terus berkembang, merupakan metode pemecahan
masalah yang manusia hadapi dapat menemukan solusinya dengan belajar dari model yang berasal
dari rancangan alam. Alam merupakan rancangan dengan solusi terbaik, efisien dan optimal.
Metodologi biomimetik berupaya melihat solusi dari masalah yang manusia hadapi melalui perspektif
yang berdasarkan bagaimana alam menemukan solusi terhadap masalah yangsama yang manusia
hadapi. Tidak hanya itu, biomimetik juga merupakan metode yang tepatuntuk inovasi, invensi, dan
reinvensi rancangan yang sudah ada. Menemukan aspek baru dalam desain serta menambah nilai lain
terhadap desain tersebut seperti material yang lebih baik, ramah lingkungan, estetika, dan sebagainya.

Contoh : Studi Kasus

Gedung pencakar langit merupakan kebanggaan abad ke-21. Namun bangunan megah ini
memunculkan satu masalah baru yang memeras otak para arsitek dan insinyur, yakni bagaimana
menjaga bagian luar gedung tinggi agar tetap bersih. Banyak perusahaan di seluruh dunia melakukan
penelitian dan mencoba mencari jalan keluar permasalahan ini. Ternyata, jawaban itutak datang dari
laboratorium dan teknologi, tapi dari tempat yang sangat akrab: alam.

Bunga teratai yang dikenal sebagai lili putih tumbuh di lingkungan kotor berlumpur.
Meskipun begitu, daunnya selalu bersih. Ada butiran debu pada permukaan teratai ini. Namun bunga
ini menghilangkannya dengan cara paling menarik. Bunga teratai mengalirkan tetesan air hujan pada
permukaan daunnya ke arah butiran debu. Dimana tetesan air hujan tersebut akan menghimpunseluruh
debu, membawanya mengalir kebawah dan jatuh ke permukaan tanah. Akhirnya, daun pun kembali
bersih tanpa noda. Inilah mengapa teratai selalu tetap bersih.

Gambar 2.4 Bunga Teratai

Sifat yang menarik dari daunya bunga teratai ini, kini digunakan dalam perancangan bagian
luar gedung. Terdapat sebuah perusahaan, ISPO, yang mengaplikasikan hal ini dalam hal pembuatan
bahan pelapis luar yang disebut Lotusan (“Lotus” berarti “teratai”). Perbedaan antara dua
permukaan yang dilapisi dan yang tidak dilapisi Lotusan dapat dilihat jelas. Permukaan yang dilapisi
Lotusan mampu membersihkan permukaannya sendiri dengan tetesan air hujan,persis seperti teratai.

9
Gambar 2.5 Permukaan Jendela yang Dilapisi dengan Lotus

Dengan meniru dari prinsip kerja yang sudah ada didalam alam yakni pada daun bunga teratai
maka akan dihasilkan sebuah material yang dapat diaplikasikan pada jendela, dimana nanti sifat dari
jendela itu akan mirip dengan sifat daun bunga teratai yang akan selalu bersih meskipun dalam
lingkungan yang kotor, dengan begitu kita tidak susah payah dalam membersihkan kaca pada jendela,
khususnya pada kaca jendela di gedung bertingkat lebih dari 100 lantai.

2.4 Self Healing Materials

Self healing materials adalah buatan atau sintetis yang dibuat zat yang telah built-in kemampuan
untuk secara otomatis memperbaiki kerusakan sendiri tanpa diagnosis eksternal dari masalah atau
campur tangan manusia. Umumnya, material akan menurun seiring waktu karena kelelahan, kondisi
lingkungan, atau kerusakan yang terjadi selama operasi. Retak dan jenis kerusakan lainnya pada
tingkat mikroskopis telah terbukti mengubah sifat termal, listrik, dan akustik bahan, dan penyebaran
retak dapat menyebabkan kegagalan akhirnya dari materi. Secara umum, retakan sulit dideteksi pada
tahap awal, dan intervensi manual diperlukan untuk inspeksi dan perbaikan berkala. Sebaliknya,
bahan penyembuhan diri melawan degradasi melalui inisiasi mekanisme perbaikan yang merespons
kerusakan mikro. Beberapa bahan penyembuhan diri digolongkan sebagai struktur cerdas, dan dapat
beradaptasi dengan berbagai kondisi lingkungan sesuai dengan sifat penginderaan dan aktuasinya.

Meskipun jenis bahan penyembuhan diri yang paling umum adalah polimer atau elastomer,
penyembuhan diri (self healing) mencakup semua kelas bahan, termasuk logam, keramik,dan bahan
semen. Mekanisme penyembuhan bervariasi dari perbaikan instrinsik material hingga penambahan
agen perbaikan yang terkandung dalam wadah mikroskopis. Agar suatu materi dapat secara tegas
didefinisikan sebagai penyembuhan diri secara otonom, perlu bahwa proses penyembuhan terjadi
tanpa campur tangan manusia. Namun, polimer yang dapat menyembuhkan diri sendiri dapat
diaktifkan sebagai respons terhadap stimulus eksternal (cahaya, perubahan suhu, dll.) Untuk memulai
proses penyembuhan.
Suatu bahan yang secara intrinsik dapat memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh
penggunaan normal dapat mencegah biaya yang ditimbulkan oleh kegagalan material dan biaya yang

10
lebih rendah dari sejumlah proses industri yang berbeda melalui umur paruh yang lebih lama, dan
pengurangan inefisiensi yang disebabkan oleh degradasi dari waktu ke waktu.

Pelapis Self Healing

Pelapisan memungkinkan retensi dan peningkatan sifat curah suatu material. Mereka dapat
memberikan perlindungan untuk substrat dari paparan lingkungan. Jadi, ketika kerusakan terjadi
(sering dalam bentuk microcracks), elemen lingkungan seperti air dan oksigen dapat berdifusi melalui
lapisan dan dapat menyebabkan kerusakan atau kegagalan material. Pelapisan mikro dalam pelapis
dapat menyebabkan degradasi mekanis atau delaminasi pelapisan, atau kegagalan listrik dalam
komposit serat-diperkuat dan mikroelektronika, masing-masing. Karena kerusakan pada skala kecil
seperti itu, perbaikan, jika mungkin, seringkali sulit dan mahal. Oleh karena itu, pelapis yang dapat
secara otomatis menyembuhkan dirinya sendiri ("pelapisan penyembuhan sendiri") dapat terbukti
bermanfaat dengan sifat pemulihan otomatis (seperti sifat mekanik, listrik dan estetika), dan dengan
demikian memperpanjang masa pakai pelapisan. Dan pengenalan ikatan fisik reversibel seperti ikatan
hidrogen, ionomer dan ikatan kimia (kimia Diels-Alder). Mikroenkapsulasi adalah metode paling
umum untuk mengembangkan pelapis penyembuhan diri. Pendekatan kapsul awalnya dijelaskan oleh
White et al., Menggunakan monomer microencapsulated dicyclopentadiene (DCPD) dan katalis
Grubb untuk menyembuhkan diri epoksi polimer kemudian diadaptasi ke film perekat epoksi yang
biasanya digunakan dalam industri dirgantara dan otomotif untuk ikatan substrat logam dan
komposit.Baru-baru ini, suspensi cair mikroenkapsulasi logam atau karbon hitam digunakan untuk
mengembalikan konduktivitas listrik dalam perangkat mikroelektronika multilayer dan elektroda
baterai masing-masing; namun penggunaan mikroenkapsulasi untuk memulihkan sifat listrik dalam
pelapis terbatas. Mikrodroplet logam cair juga telah disuspensikan dalam silikon elastomer untuk
membuat konduktor listrik yang dapat direnggangkan yang menjaga konduktivitas listrik ketika rusak,
meniru ketahanan jaringan biologis lunak.Aplikasi paling umum dari teknik ini terbukti dalam pelapis
polimer untuk perlindungan korosi. Perlindungan korosi dari bahan logam sangat penting pada skala
ekonomis dan ekologis. Untuk membuktikan efektivitas mikrokapsul dalam pelapis polimer untuk
perlindungan korosi, para peneliti telah merangkum sejumlah bahan. Bahan-bahan ini termasuk
isosianat monomer seperti DCPD GMA resin epoksi, minyak biji rami dan minyak tung.Dengan
menggunakan bahan-bahan yang disebutkan di atas untuk penyembuhan sendiri dalam pelapis,
terbukti bahwa mikroenkapsulasi secara efektif melindungi logam terhadap korosidan memperpanjang
umur pelapisan.

2.5 Self assembly material

Self-assembly adalah proses di mana sistem yang tidak teratur dari komponen yang sudah
ada membentuk struktur atau pola yang terorganisir sebagai konsekuensi dari interaksi lokal dan

11
spesifik di antara komponen itu sendiri, tanpa arah eksternal. Ketika komponen konstitutif adalah
molekul, prosesnya disebut self-assembly molekul .
Perakitan sendiri dapat diklasifikasikan sebagai statis atau dinamis. Dalam perakitan
mandiri statis , keadaan tertib terbentuk ketika suatu sistem mendekati keseimbangan ,
mengurangi energi bebasnya . Namun, dalam perakitan mandiri dinamis , pola komponen yang sudah
ada sebelumnya yang diselenggarakan oleh interaksi lokal tertentu biasanya tidak digambarkan
sebagai "dirakit sendiri" oleh para ilmuwan dalam disiplin ilmu terkait. Struktur-struktur ini lebih baik
dideskripsikan sebagai "self-organized", meskipun istilah-istilah ini sering digunakan secara
bergantian.
Perakitan diri dalam ilmu kimia dan material

Perakitan-diri dalam pengertian klasik dapat didefinisikan sebagai organisasi spontan


dan reversibel dari unit-unit molekuler ke dalam struktur-struktur yang dipesan oleh interaksi non-
kovalen . Properti pertama dari sistem rakitan bahwa definisi ini menunjukkan adalah spontanitas dari
proses self-assembly: interaksi yang bertanggung jawab untuk pembentukan tindakan sistem rakitan
pada ketat lokal tingkat-kata lain, yang struktur nano membangun sendiri .

Meskipun perakitan sendiri biasanya terjadi di antara spesies yang berinteraksi lemah, organisasi ini
dapat ditransfer ke sistem kovalen yang terikat kuat . Contoh untuk ini dapat diamati dalam perakitan
sendiri polioksometalat. Bukti menunjukkan bahwa molekul-molekul tersebut berkumpul
melalui mekanisme tipe fase padat dimana ion oksometalat kecil pertama kali berkumpul secara non-
kovalen dalam larutan, diikuti oleh reaksi kondensasi yang secara kovalen mengikat unit-unit yang
dirakit. Proses ini dapat dibantu oleh pengenalan agen templating untuk mengendalikan spesies yang
terbentuk. Sedemikian rupa, molekul kovalen yang sangat terorganisir dapat dibentuk dengan cara
tertentu.

Struktur nano yang dirakit sendiri adalah objek yang muncul sebagai hasil pemesanan dan agregasi
objek skala nano individual yang dipandu oleh beberapa prinsip fisik .

Contoh kontra-intuitif dari prinsip fisik yang dapat mendorong perakitan-diri


adalah maksimalisasi entropi . Meskipun entropi secara konvensional terkait dengan gangguan dalam
kondisi yang sesuai [6] entropi dapat mendorong benda berskala nano untuk berkumpul sendiri ke
dalam struktur target dengan cara yang terkendali.

Kelas perakitan mandiri penting lainnya adalah perakitan yang diarahkan langsung ke
lapangan. Contoh dari ini adalah fenomena perangkap elektrostatik. Dalam hal ini medan
listrik diterapkan antara dua elektroda-nano logam. Partikel-partikel yang ada di lingkungan
terpolarisasi oleh medan listrik terapan. Karena interaksi dipol dengan gradien medan listrik, partikel
tertarik pada celah antara elektroda. Generalisasi pendekatan tipe ini melibatkan berbagai jenis
bidang, misalnya, menggunakan medan magnet, menggunakan interaksi kapiler untuk partikel yang

12
terperangkap di antarmuka, interaksi elastis untuk partikel yang tersuspensi dalam kristal cair juga
telah dilaporkan.

Terlepas dari mekanisme yang mendorong perakitan mandiri, orang mengambil pendekatan perakitan
mandiri untuk sintesis bahan untuk menghindari masalah keharusan membuat bahan satu blok
bangunan pada satu waktu. Menghindari pendekatan satu per satu sangat penting karena jumlah waktu
yang dibutuhkan untuk menempatkan blok bangunan ke dalam struktur target sangat sulit untuk
struktur yang memiliki ukuran makroskopik.

Setelah bahan ukuran makroskopik dapat dirakit sendiri, bahan-bahan tersebut dapat digunakan di
banyak aplikasi. Misalnya, struktur nano seperti celah vakum-nano digunakan untuk menyimpan
energi dan konversi energi nuklir. [6] Bahan merdu yang dapat dirakit sendiri merupakan kandidat
yang menjanjikan untuk elektroda area permukaan yang luas dalam baterai dan sel fotovoltaik
organik, serta untuk sensor dan filter mikrofluida.

13
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Proses pembersihan kaca oleh robot tidak terlalu sempurna, contoh robot tidak dapat
membersihkan hingga bagian bawah kaca, ini disebabkan karena mekanik robot yang terlalu
tinggi. Gerakan robot lengan dalam proses pembersihan kaca hampir sama dengan gerakan
lengan manusia, hanya saja derajat kebebasan pada lengan robot terbatas sehingga
gerakannya tidak sesempurna dengan gerakan lengan manusia.
b. Material yang mempunyai sifat self cleaning akan memberikan kualitas yang sangat baik
karena material tersebut hanya membutuhkan air untuk membersihkan permukaanya.
Mekanisme self cleaning yang terjadi adalah menggabungkan dari dua keadaan yang telah
disebutkan yaitu degradasi polutan dan pembentukan hidrofilisitas. Pada saat polutan yang
menempel atau melewati permukaan TiO2 terdegradasi, maka polutan akan hancur. Kemudian
pada saat air dilewatkan terhadap permukaan TiO2, sifat hidrofilis membuat air mudah
menempel pada permukaan dan membawa polutan yang telah hancur.
c. Self healing materials adalah buatan atau sintetis yang dibuat zat yang telah built-in
kemampuan untuk secara otomatis memperbaiki kerusakan sendiri tanpa diagnosis eksternal
dari masalah atau campur tangan manusia. Sedangkan Self-assembly adalah proses di mana
sistem yang tidak teratur dari komponen yang sudah ada membentuk struktur atau pola yang
terorganisir sebagai konsekuensi dari interaksi lokal dan spesifik di antara komponen itu
sendiri, tanpa arah eksternal. Ketika komponen konstitutif adalah molekul, prosesnya
disebut self-assembly molekul .

14
DAFTAR PUSTAKA

[1] Valentina. http://edukasi.kompasiana.com/2010/05/17/ajaib-fotokatalisis-143311.html.


[2] Natakusuma, Mahandika. Pengembangan Kain Nilon Swabersih Dan Swasteril Berbasis
Fotokatalisis Menggunakan Film Ag-TiO2-Aerosil. 2012. Depok: Teknik Kimia Universitas
Indonesia.
[3] https://en.wikipedia.org/wiki/Self-assembly#External_links_and_further_reading
[4] https://en.wikipedia.org/wiki/Self-healing_material#Self-healing_coatings
[5] I. Usuman, W. Prijodiprodjo, E. Ardiansyah dan P. Asmarasejati. Implementasi Sistem Robot
BerodaDengan Lengan SebagaiFungsi Pembersih Kaca
[6] https://hot.liputan6.com/read/3979141/gantikan-manusia-ini-robot-pembersih-kaca-gedung-
pertama-di-dunia

15

Anda mungkin juga menyukai