Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat
dan anugrahnya, maka kelompok kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
”DAMPAK SOSIAL DAN LEGAL DARI IKLAN KESEHATAN” dengan baik.
Makalah ini di buat bertujuan agar dapat memahami dan mengembangkan materi
yang disajikan, kami sadar makalah ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi
materi maupun penyusunannya, maka kami para penyusun secara terbuka
menerima kritik dan saran yang bersifat membangun agar makalah selanjutnya
menjadi lebih baik.
Dengan terselesaikanya makalah ini, kami berharap semoga bermanfaat bagi
pembaca dan rekan-rekan sekalian. Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih
juga kepada semua pihak yang membantu menyelesaikan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi para pembacanya.
Terimakasih.
1..3 Tujuan
Untuk mengetahui iklan dalam komunikasi kesehatan
BAB II
PEMBAHASAN
Bias atau distorsi dalam sebuah tulisan merupakan sesuatu yang hendaknya
harus kita hindari manakala kita menulis. Terkadang tulisan yang bias, memuat
unsur subjektivitas dari penulisnya. Tak jarang pula terdapat beberapa kepentingan
tersembunyi atau kurangnya pemahaman tentang realitas yang disampaikannya.
Berkaitan masalah tersebut, Mochtar Pabottingi mengemukakan empat sisi distortif
(penyimpangan) penggunaan bahasa sebagai alat politik yang membantu kita untuk
mengetahui apa maksud dari adanya bias di dalam sebuah tulisan.
Artinya, menurut konteks ini, bahasa digunakan untuk membuat orang lain
beralih perhatian dari fokus tertentu. Di sini ihwal "lupa" tidak lagi dilihat sebagai
kodrat manusia, tapi sebagai sesuatu yang dapat dimanipulasi secara sadar. Dengan
memahami arti "lupa" sendiri sebagai tidak ingat sesuatu atau ingat yang lain,
dapat ditangkap pengertian bahwa ternyata "lupa" bukanlah suatu hal yang bersifat
alami pada manusia, namun juga sebagai suatu keadaan yang dapat direkayasa.
Dengan mengalihkan perhatian orang dari suatu fokus tertentu ke fokus yang lain,
berarti kita berusaha menciptakan kondisi lupa padanya.
1.1.3 Iklan melakukan manipulasi pesan sehingga kita membeli sesuatu yang
sebenarnya tidak kita butuhkan
Karena banyaknya iklan bertebaran terkadang kita sangat konsumtif,
membeli barang-barang yang sebenarnya kita sudah punya, atau barang yang tidak
perlu, dan produsenlah yang merasa diuntungkan dari kegiatan iklan-iklan ini,
karena penjualannya semakin meningkat. Namun kitalah yang harus terbebani
dengan cicilan atau uang yang tiba-tiba habis dengan membeli yang tidak perlu.
Stereotipe jarang sekali akurat, biasanya hanya memiliki sedikit dasar yang
benar, atau bahkan sepenuhnya dikarang-karang. Berbagai disiplin ilmu memiliki
pendapat yang berbeda mengenai asal mula stereotipe: psikolog menekankan pada
pengalaman dengan suatu kelompok, pola komunikasi tentang kelompok tersebut,
dan konflik antarkelompok. Sosiologmenekankan pada hubungan di antara
kelompok dan posisi kelompok-kelompok dalam tatanan sosial. Para humanis
berorientasi psikoanalisis, semisal Sander Gilman) menekankan bahwa
stereotipe secara definisi tidak pernah akurat, namun merupakan penonjolan
ketakutan seseorang kepada orang lainnya, tanpa mempedulikan kenyataan yang
sebenarnya. Walaupun jarang sekali stereotipe itu sepenuhnya akurat, namun
beberapa penelitian statistik menunjukkan bahwa dalam beberapa kasus stereotipe
sesuai dengan fakta terukur.
Dewasa ini, banyak iklan-iklan yang beredar di masyarakat, entah iklan yang
ada di televisi ataupun yang ada di papan reklame, yang pada hakikatya bersifat
manusiawi dan memberikan informasi serta representasi sebuah produk,
dimanfaatkan untuk tujuan bisnis semata dan berlebihan dengan mengesampingkan
unsur - unsur budaya dan etika. Terkadang, demi keuntungan pasar, tak jarang
iklan yang menampilkan pemahaman yang keliru soal produk yang akan
dipasarkan. Berikut ini adalah contoh iklan - iklan yang dapat dibilang melanggar
etika - etika dalam berbisnis dan juga melanggar norma serta etika.
Analisis:
Iklan pompa air sarat dengan unsur SARA yang melanggar norma kesopanan,
karena dalam iklan tersebut terdapat adegan seorang wanita yang mencari obat
kuat, namun dia ditawari pompa air. Kemudian dengan wajah yang menggoda si
wanita tadi disirami air oleh pasangannya. Dikhawatirkan iklan tersebut akan
berdampak kepada para penonton khususnya anak-anak dan remaja yang akan
berpikiran kotor setelah melihat tayangan ini.
Untuk iklan ini, tidak seharusnya menampilkan kesan vulgar dan unsur "sensual".
Karna dikhawatirkan jika iklan ini dilihat oleh anak - anak yang masih dibawah
umur, akan berdampak pada psikologis dan khayalan mereka tentang iklan ini.
Seharusnya, iklan ini hanya cukup menampilkan produk pompa air Shim*zu
dengan berbagai kelebihannya, bukan justru seorang wanita yang sedang disirami
air sehingga membuat kesan tak layak untuk iklan pompa air Shim*zu ini.
1. 2. 2 Pelanggaran HAM
Iklan rokok itu sebenarnya sudah masuk ranah pelanggaran terhadap hak
anak Indonesia karena mempengaruhi para anak dan remaja untuk menjadi
perokok pemula. Maka iklan rokok itu bukan hanya harus dibatasi, tetapi
seharusnya dilarang.
Dalam undang-undang itu harus dinyatakan bahwa rokok juga termasuk zat
adiktif yang harus dijauhkan dari anak.
1. 2.3 Menghina orang, kelompok, suku bangsa, agama dan golongan lain.
(menghina profesi guru)
Iklan Klinik To*g F*ng, menawarkan pengobatan alternatif yang berasal dari
Cina, namun materi iklan yang menayangkan testimoni pasien telah melanggar
peraturan menteri kesehatan. Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Dien
Emmawati mengatakan, pihaknya sudah menyatakan pelarangan terhadap iklan
tersebut. Beberapa waktu lalu, hasil rapat dari beberapa asosiasi klinik kesehatan,
iklan (Klinik T*ng F*ng) itu sudah tidak boleh diiklankan, sudah dipanggil oleh
Kementerian Kesehatan untuk melakukan pembinaan kepada Klinik To*g F*n
Kementerian Kesehatan mengakui pernah menegur Klinik To*g F*ng atas
iklannya di televisi yang memuat testimoni pasien. Hal ini karena pengakuan
pasien dalam iklan melanggar Peraturan Menteri kesehatan Nomor 1787 Tahun
2012 mengenai Iklan dan Publikasi Pelayanan Kesehatan. Melihat iklan To*g F*ng
yang masih terus tayang di televisi, Kemenkes segera memikirkan tindakan
lanjutan agar iklan yang melanggar itu disetop. Selain itu, pihaknya juga akan
mempelajari bersama Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) untuk menegur lembaga
penyiaran yang menayangkan iklan tersebut.
Untuk iklan testimoni Klinik "To*g F*ng", seharusnya para pasien dalam
testimoni tersebut tidaklah membandingkan pengobatan di kilinik tersebut dengan
pengobatan alternatif ataupun obat konvensional lainnya. Karena dapat membuat
kesalahpahaman bagi orang yang melihat dan menyaksikan iklan Klinik "To*ng
F*ng", terhadap cara pengobatan selain klinik tersebut.
Iklan pengobatan tradisional China, Klinik Tong Fang, dinilai telah
melanggar peraturan menteri kesehatan karena memuat testimoni pasien. Larangan
testimoni pasien ini hanya satu dari 15 larangan bagi iklan atau publikasi
pelayanan kesehatan dan/atau tenaga kesehatan.
Berikut 15 poin larangan yang diatur dalam pasal 5 Peraturan Menteri Kesehatan
1787/MENKES/PER/XII/2010:
Iklan dan/atau publikasi pelayanan kesehatan tidak diperbolehkan apabila bersifat:
1. Menyerang dan/atau pamer yang bercita rasa buruk seperti merendahkan
kehormatan dan derajat profesi tenaga kesehatan;
2. Memberikan informasi atau pernyataan yang tidak benar, palsu bersifat menipu
dan menyesatkan;
3. Memuat informasi yang menyiratkan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan
tersebut dapat memperoleh keuntungan dari pelayanan kesehatan yang tidak
dapat dilaksanakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan lainnya atau
menciptakan pengharapan yang tidak tepat dari pelayanan kesehatan yang
diberikan;
4. Membandingkan mutu pelayanan kesehatan yang diberikan fasilitas kesehatan
tersebut dengan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, atau mencela mutu
pelayanan kesehatan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya;
5. Memuji diri sendiri secara berlebihan, termasuk pernyataan yang bersifat
superlatif dan menyiratkan kata "satu-satunya" atau yang bermakna sama
mengenai keunggulan, keunikan, kecanggihan, sehingga cenderung bersifat
menyesatkan;
6. Mempublikasikan metode, obat, alat dan/atau teknologi pelayanan kesehatan
baru atau non-konvensional yang belum diterima oleh masyarakat kedokteran
dan/atau kesehatan karena manfaat dan keamanannya masih diragukan atau
belum terbukti;
7. Mengiklankan pelayanan kesehatan dan/atau tenaga kesehatan yang fasilitas
pelayanan kesehatannya tidak berlokasi di negara Indonesia.
8. Mengiklankan pelayanan kesehatan dan/atau tenaga kesehatan yang fasilitas
pelayanan kesehatannya tidak memiliki izin.
9. Mengiklankan obat, makanan suplemen dan alat kesehatan yang tidak memiliki
izin edar/tidak memenuhi standar mutu dan keamanan;
10. Mengiklankan susu formula dan zat adiktif;
11. Mengiklankan obat keras, psikotropika dan narkotika kecuali dalam majalah
atau forum ilmiah kedokteran;
12. Memberi informasi kepada masyarakat dengan cara yang bersifat mendorong
penggunaan jasa tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan tersebut;
13. Mengiklankan promosi penjualan dalam bentuk apa pun termasuk pemberian
potongan harga (diskon), imbalan atas pelayanan kesehatan dan/atau
menggunakan metode penjualan multi-level marketing;
14. Memberi testimoni dalam bentuk iklan dan publikasi di media massa; dan
15. Menggunakan gelar akademis dan/atau sebutan profesi di bidang kesehatan.
16.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Sumber : ( http://rararheyna.blogspot.co.id/2016/02/ada-tulisan-iklan-dan-gambar-
yang.html )
Sumber : ( http://calistafredlina.blogspot.co.id/2014/03/kasus-pelanggaran-etika-
pemasaran.html )
https://www.merdeka.com/peristiwa/komnas-perlindungan-anak-minta-iklan-
rokok-dihilangkan.html