Anda di halaman 1dari 19

KARYA ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA BOHONG

DENGAN PSIKOLOGI MANUSIA

OLEH :

1. ARDYANSYAH
2. DINDA RISKIA CHAIRUNNISA
3. NIKEN TITIN TISNAWATI
4. PUTRI REZEKI HARDIANTI
KELAS : X6

SMA NEGERI 3 KOTA JAMBI


TAHUN AJARAN 2012/2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan ke hadapan Tuhan Yang Maha


Esa

karena dengan rahmat dan karunia-Nya, karya ilmiah kami yang


berjudul "Bohong dan Dusta " selesai kami susun.

Karya ilmiah ini kami susun untuk memenuhi tugas


bimbingan konseling. Dalam makalah ini, kami mengulas
mengenai permasalahan siswa ketika bergelut didunia
pendidikan yaitu mengenai kebohongan-kebohongan yang
berdampak negative bagi yang lainnya.

Tentunya banyak pihak yang telah membantu penyusunan


karya ilmiah ini. Oleh sebab itu,kami mengucapkan terima kasih
kepada seluruh pihak yang telah membantu penyusunan karya
ilmiah ini. Terutama kedua orang tua kami yang terus memberi
dukungan kepada kami dan guru BK kami ibu Nadius serta
teman-teman semua.

Kami menyadari bahwa tak ada gading yang tak retak,tidak


ada yang sempurna dalam hidup ini. Begitu juga dengan karya
ilmiah kami. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun dari para pembaca agar kami
dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan kami.

Jambi, Oktober 2012

Penyusun,
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebohongan dilakukan oleh seorang individu yang sudah


masuk dalam keseharian. Seorang profesor di Psikologi

Universitas Brandeis mengatakan, "Berbohong sudah lama


menjadi bagian dalam hidup. Kita tidak dapat melewati hari
tanpa menipu seseorang."

Jauh menjadi diri dewasa kita sekarang, seorang individu


sudah berbohong semenjak umur tiga tahun. Anak-anak
berbohong agar mereka dapat menghindari hukuman. Alasan
individu berbohong adalah untuk melindungi diri sendiri dan
menutupi kesalahan yang diperbuat. Selain itu, anak-anak juga
tidak jarang diajarkan untuk berbohong oleh orang dewasa
meskipun itu tidak disengaja.

Namun fenomena keseharian ini jarang dikaji oleh para


psikolog. Freud sendiri hanya menulis secara singkat sekali di
buku Encyclopedia of Psychology (1984) yang jumlah
halamannya sebanyak 1500 tentang aktivitas menipu ini. Tapi
bagi para psikolog yang memperdalam tentang berbohong,
mereka menemukan bahwa berbohong adalah sebuah fenomena
yang umum sekaligus rumit.

Nah, pada karya ilmiah ini kami akan mengulas secara


detail mengenai kebohongan-kebohongan yang sering kita
lakukan dikeseharian kita bahkan menjadi kebiasaan kita selama
ini.

1.2 TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk memenuhi


tugas Bimbingan Konseling dan untuk mengkaji hubungan antara
kebohongan dengan psikologi manusia.

1.3 RUMUSAN MASALAH

Identifikasi masalah :

1. Apa yang dimaksud dengan kebohongan dan psikologi


?

2. Factor apa yang mempengaruhi seseorang untuk


berbohong ?

3. Bagaimana ciri-ciri orang yang berbohong ?

4. Bagaimana cara mendeteksi seseorang yang sedang


berbohong ?
Dari identifikasi masalah diatas dapat disimpulkan suatu
rumusan (inti) permasalahan yaitu " Bagaimana hubungan
antara kebohongan dengan psikologi manusia ? "

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Bohong dan Psikologi

Secara umum diyakini bahwa bohong artinya mengatakan


sesuatu yang tidak ada dasar realitasnya. Kebohongan juga bisa
diartikan sebaliknya, yakni mengatakan sesuatu yang tidak ada
padahal ada dalam realitasnya. Misalnya saja mengatakan tidak
memiliki uang padahal punya, mengatakan tidak cemburu
padahal cemburu, mengatakan tidak apa-apa padahal apa-apa.
Cukup biasa terjadi mengatakan baik-baik saja padahal merintih
perih karena tangan tergores pisau.
Kebohongan yang mungkin terjadi bisa sebanyak fenomena
yang mungkin terjadi di dunia. Setiap fenomena bisa dibuat versi
bohongnya. Oleh sebab itu, berbohong luar biasa gampang
karena tinggal men´tidak´kan apa yang ada saja. Misalnya, ada

petir dibilang tidak ada, merasa rindu tapi bilang tidak rindu,
bilang tidak punya uang ternyata punya. Pendeknya, merupakan
bohong bila bilang tidak pada yang ada, dan bilang ada pada
yang tidak ada.

Ada beberapa kata dalam bahasa Indonesia yang memiliki


kemiripan arti dengan bohong, misalnya tipu,dan dusta.Secara
bergantian orang sering memakai kata-kata tersebut untuk hal

yang sama.
Dalam kehidupan keseharian, kata tipu, biasa digunakan
untuk seseorang yang mengatakan sesuatu tidak benar demi
meraih keuntungan pribadi. Misalnya mengatakan jam yang
dimiliki asli sehingga dijual dengan harga mahal. Padahal
sesungguhnya jam tersebut merupakan barang palsu. Pada
kasus semacam ini, meskipun kata bohong bisa dipakai, tapi
yang paling lazim digunakan adalah tipu (kata kerjanya adalah
menipu). Artinya, jelas ada perbedaan diantara kata-kata
tersebut meskipun semuanya mengandung makna adanya
sesuatu yang tidak sesuai dengan realitas yang terjadi atau
diharapkan.

Kata 'bohong´ (kata kerjanya adalah berbohong)


cenderung digunakan untuk kasus-kasus yang bernuansa netral
dan biasa. Sebaliknya kata 'tipu´ biasa digunakan pada kasus-
kasus yang cenderung menimbulkan kerugian pihak yang
dibohongi atau
yang ditipu. Nuansanya cenderung lebih suram atau berbau
kriminalitas daripada kata 'bohong´. Kata 'tipu´ juga cenderung
menyatakan kasus dimana ada seseorang yang mengingkari
kesepakatan atau perjanjian.

Kata 'dusta´ (kata kerjanya adalah berdusta) memiliki arti


sedikit rumit. Kata ini sepertinya digunakan untuk bohong yang
sangat berat jika ditimbang secara moral. Kata 'dusta´
cenderung digunakan pada saat bohong dilakukan, sekaligus
adanya pengingkaran terhadap sesuatu yang diyakini benar oleh
umumnya masyarakat. Misalnya kalimat "ia mendustai agama",
dimaksudkan adanya pengingkaran kebenaran agama yang

dianggap mutlak. Seseorang yang dikatakan berdusta seolah-


olah telah melakukan tingkat penyimpangan lebih besar dari
sekedar bohong biasa.

Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari


perilaku dan kejiwaan manusia dalam hubungan dengan
lingkungannya. Psikologi mempelajari segala sesuatu yang
berkaitan dengan kejiwaan seseorang, sehingga dengan ilmu
psikologi kita bisa mengetahui dan menanggapi karakteristik
yang ada pada diri kita sendiri. Sehingga,bohong mempunyai
relasi atau hubungan dengan psikologi itu sendiri.

2.2 Faktor penyebab kebohongan

1. Faktor internal
✓ Menutupi kelemahan/ketidakmampuan yang ada
pada dirinya
✓ Ingin dianggap "wah" oleh orang lain ( pamer)
✓ Sekedar ingin menyenangkan orang lain
✓ Tidak ingin hal-hal yang bersifat privasi diketahui
orang lain
✓ Usaha untuk meyakinkan orang lain

2. Faktor eksternal
✓ Dibayar oleh orang lain
Contohnya saksi palsu dalam pengadilan
✓ Melindungi diri dari beberapa ancaman
✓ Keinginan untuk merasa lebih
✓ Pergaulan yang salah

Selain factor diatas, ada juga factor lain yang mendorong


seseorang untuk berbohong yaitu kepribadiannya. Sangat
mungkin kepribadian tertentu yang membuat orang
tersebut menjadi lebih pembohong. Biasanya, mereka
yang melakukan kebohongan jauh lebih banyak daripada
umumnya disebut pseudologia fantastica. Adapun
kecenderungan patologis untuk secara rela dan sadar
berbohong dan membuat cerita khayalan disebut
mythomania.

Para penderita mythomania memiliki kecenderungan


sangat kuat untuk membuat cerita bohong pada orang
lain namun bukan karena ingin membohongi. Mereka
berbohong lebih karena keinginan mendapatkan
perhatian lebih besar. Jadi, bila Anda mengalami
keinginan sangat kuat untuk lebih diperhatikan oleh
orang lain, lalu karenanya mengarang cerita bohong, dan
Anda sering melakukannya maka Anda,
mengalami

mythomania.
Menurut banyak ilmuwan psikologi, ada tipe kepribadian
tertentu yang cenderung untuk melakukan kebohongan
lebih banyak daripada orang lain. Berbeda dengan

mythomania yang merupakan kecenderungan patologis


atau ketidakberesan mental. Ada jenis kepribadian
tertentu yang normal namun cenderung untuk lebih
mudah berbohong.
Mereka yang cenderung melakukan kebohongan adalah
mereka yang cenderung memiliki kepribadian manipulatif
(lebih suka memanipulasi segala sesuatu), lebih
memperhatikan penampilan diri (baik secara psikis

maupun fisik) dan lebih mudah melakukan interaksi


sosial dengan orang lain (sociable).

2.3 Tipe-tipe kebohongan

1. Pembohong Sesekali

Pembohong sesekali tidak biasa berbohong, hanya


karena beberapa alasan mereka melakukannya,
mungkin karena ingin melindungi dirinya, temannya,
orang yang ia cintai atau seseorang yang lain. Perlu
diketahui bahwa di balik setiap kebohongan selalu ada
ketakutan. Ketakutan untuk menghadapi suatu
kenyataan. Pembohong sesekali memikirkan betul-
betul apa yang akan diucapkannya sehingga tampak
masuk akal. Tetapi karena mereka tidak biasa
berbohong, bahasa tubuhnya tetap memperlihatkan
banyak tanda/sinyal yang menunjukkan bahwa
mereka sedang berbohong.

2. Pembohong Berkali-kali

Pembohong berkali-kali adalah orang-orang yang


berbohong 'dengan teratur´. Tidak seperti pembohong
sesekali, pembohong berkali-kali tidak mempunyai
waktu untuk berpikir tentang kebohongan karena
mereka berbohong sepanjang hidupnya. Tetapi
mereka sebetulnya menyadari bahwa mereka
berbohong. Orang-orang ini sering terjebak dengan
tindakan yang mereka lakukan yang tidak sesuai
dengan apa yang mereka ucapkan.

3. Pembohong Alami

Pembohong alami adalah orang-orang yang berbohong


secara terus menerus dan seringkali mereka tidak
menyadari bahwa mereka sedang berbohong. Bahasa
tubuh mereka pun terlihat sangat alami, karena

terbiasa berbohong. Namun ketika mereka ditekan


dengan pertanyaan-pertanyaan yang menyudutkan,
bahasa tubuhnya memperlihatkan adanya kontradiksi
yang mengidentifikasikan bahwa mereka sedang
menyembunyikan sesuatu. Tipe pembohong alami
agak mirip dengan pembohong berkali-kali.

4. Pembohong Profesional
Jenis pembohong ini berbohong untuk suatu tujuan
tertentu atau sengaja ingin mengelabui kita. Mereka
mempelajari segala kemungkinan dan mengetahui
persis apa yang ingin mereka ucapkan. Mereka

membuat skenario, memperhitungkan resiko


kegagalan dan membuat rencana-rencana cadangan.
Meskipun
mereka terlatih untuk menggunakan bahasa tubuhnya,
tetapi selalu ada ada hal kecil yang terlewatkan oleh
mereka. Kita dapat mengetahui hal-hal kecil tersebut
dengan sering mengamati tentu saja. Contoh yang lain
adalah para politikus yang korup, mereka sengaja
mengelabui publik untuk kepentingan pribadi.

2.4 Tujuan Orang Berbohong

Berdasarkan tujuan yang dibuat untuk melakukan


kebohongan, maka ada 3 kelompok besar yang bisa dibuat.
Pertama, kebohongan yang orientasinya diri sendiri.
Artinya semua kebohongan yang dilakukan ditujukan hanya
untuk kepentingan sendiri. Misalnya untuk menghindari
kesulitan. Kedua, kebohongan yang orientasinya orang lain.
Kebohongan yang dibuat ditujukan untuk kepentingan di
luar diri si pembohong. Misalnya untuk membantu teman,
untuk menjaga reputasi teman atau karena alasan lainnya.
Ketiga, kebohongan yang tidak berorientasi siapa-siapa
atau tidak memiliki orientasi.

1. Bohong yang orientasinya diri sendiri


Tujuannya :

1. Melindungi atau meningkatkan keadaan secara


psikologis

2. Melindungi atau menguntungkan kepentingan


pembohong

3. Menimbulkan respon emosional tertentu yang


diinginkan pembohong

4. Melindungi pembohong dari rasa malu, kehilangan


muka, atau terlihat buruk

5. Melindungi pembohong dari ketidaksetujuan atau luka


hati. Melindungi pembohong dari kekhawatiran,
konflik, dan ketidaknyamanan

6. Melindungi privasi pembohong

7. Membuat pembohong terlihat lebih baik dari yang


sebenarnya

8. Mendapatkan keuntungan personal bagi pembohong

9. Membantu pembohong mendapatkan apa yang


diinginkan

2. Bohong yang orientasinya orang

lain Tujuan :
1. Melindungi atau meningkatkan keadaan orang lain
secara psikologis

2. Melindungi atau menguntungkan kepentingan orang


lain

3. Melindungi orang lain dari rasa malu, kehilangan


muka, atau terlihat buruk

4. Melindungi orang lain dari ketidaksetujuan atau luka


hati.

5. Melindungi orang lain dari kekhawatiran, konflik dan


ketidaknyamanan

6. Melindungi privasi orang lain

3. Bohong tanpa orientasi

Bohong tanpa orientasi tidak memiliki akibat apapun dan


dilakukan tanpa tendensi apapun. Tidak banyak bohong
tanpa orientasi. Pada umumnya bohong memiliki

orientasi, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang


lain. Adapun bohong tanpa orientasi memiliki beberapa
alasan turunan:

1. Mengontrol berjalannya sebuah interaksi


2. Menciptakan efek tertentu, misalnya menghibur
3. Mematuhi kesepakatan bersama
4. Menyederhanakan respon
2.5 Cara Mendeteksi Kebohongan

Ada beberapa pedoman yang bisa digunakan


mendeteksi kebohongan. Semuanya mendasarkan

pada apa yang terjadi saat seseorang berbohong.


Pedoman bisa memperbesar peluang benar dalam
deteksi kebohongan. Namun bukan berarti bahwa
mereka yang memenuhi ciri-ciri seperti dalam
pedoman pasti melakukan kebohongan. Kita harus
tetap sangat berhati-hati dalam menyimpulkan
seseorang berbohong atau tidak.

Ciri-ciri orang berbohong :

1. Biasanya pembohong enggan mendekat secara


fisik kepada yang dibohongi, mereka cenderung
menjaga kontak fisik agar tidak terlalu dekat.

2. Biasanya ada ketidaksesuaian antara cerita yang


disampaikan dengan emosi yang muncul.
Misalnya menyampaikan ibunya meninggal tapi
dengan tertawa.

3. Menunda jawaban sedikit lebih lama pada


saat ditanya

4. Kadang terjadi kekeliruan ucapan dalam bercerita

5. Pada saat ditanya, jawaban yang diberikan


sangat singkat.
6. Pada saat menjawab kurang
menunjukkan keseriusan.

7. Biasanya pada saat berbohong dan sesudahnya,


sekitar kira-kira 10 detik, terjadi perubahan
ekspresi wajah secara spontan.

8. Tekanan suaranya berubah menjadi lebih berat


atau tinggi.

9. Menghindari terjadinya kontak mata

10. Melakukan gerakan-gerakan tidak biasa saat


berbohong, seperti memilin-milin rambut,
meremas- remas baju, dan lainnya.

11. Bicara tersendat-sendat

12. Terlihat tidak nyaman

Dari ciri-ciri orang yang berbohong diatas kita dapat


mendeteksi orang tersebut sedang berbohong atau

tidak.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bohong adalah mengatakan sesuatu yang tidak ada
dasar realitasnya. Orang berbohong tentu punya alasan
sehingga tidak semua jenis bohong bernilai negative.
Orang yang berbohong pasti memperlihatkan ciri-ciri
yang aneh, sehingga kita bisa mendeteksi kebohongan
tersebut.

3.2 Saran

Meskipun tidak semua kebohongan bernilai negative,


tetapi alangkah baiknya kita berperilaku jujur meskipun
jujur itu pahit. Kejujuran akan membawa kita pada suatu
kenyataan yang manis tetapi kebohongan akan
membawa kita pada suatu impian yang manis.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.psikoterapis.com/?en_mendeteksi-kebohongan,141
http://www.psikoterapis.com/?en_apakah-arti-bohong-,111

http://www.google.co.id/search?client=firefox-a&rls=org.mozilla
%3Aen
US
%3Aofficial&channel=s&hl=id&source=hp&biw=&bih=&q=penga
ruh+bohong+dengan+psikologi&meta=cr
%3DcountryID&oq=pengaruh+bohong+dengan+psikologi
http://www.psikoterapis.com/?en_psikologi-kepribadian,62
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

.. .iii
BAB I

..
.......
......1
1.1 LATAR BELAKANG

.1
1.2 TUJUAN PENULISAN

....1
1.3 RUMUSAN MASALAH
..

........2
BAB II


....3

2.1 BOHONG DAN PSIKOLOGI



...3
2.2 FAKTOR PNYEBAB KEBOHONGAN
..
..4

2.3 TIPE-TIPE KEBOHONGAN



.6

2.4 TUJUAN ORANG BERBOHONG



.. 7

2.5 CARA MENDETEKSI


KEBOHONGAN
...9

BAB III


11

3.1
KESIMPULAN
1.1

3.2 SARAN

....11

DAFTAR PUSTAKA

..12

Anda mungkin juga menyukai