Anda di halaman 1dari 8

FAKTOR PENGHAMBAT KOMUNIKASI

ANTARA ORANG TUA DAN ANAK REMAJA


Muhammad Faza Al-Mubdi | 07031182328044 | Ilmu Komunikasi | Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik | Universitas Sriwijaya | falmubdi@gmail.com | 08996620330

Manusia sebagaimana layaknya makhluk sosial, individu yang hidup dalam


sebuah kelompok masyarakat, dalam menjalani kehidupannya senantiasa terlibat
kegiatan komunikasi. Kegiatan di mana tiap aksinya memiliki konsekuensi
tersendiri. Kita pastinya banyak melakukan kegiatan komunikasi setiap harinya,
seperti mengobrol, membaca berita di koran, dan lain sebagainya.

Individu yang paling dekat dengan kita ketika berkomunikasi adalah


keluarga. Keluarga merupakan unit sosial-ekonomi terkecil dalam suatu
masyarakat di mana sebagai landasan dasar dari seluruh institusi (Paspitawati,
2012). Maka dari itu, pasti kita berinteraksi dengan keluarga.

Komunikasi merupakan proses penciptaan makna antara dua orang atau


lebih (Tubbs & Mass). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
Komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang
atau lebih agar pesan yang dimaksud dapat dipahami. Komunikasi merupakan hal
yang penting di kehidupan, agar terciptanya ikatan yang nyaman, diperlukan
komunikasi yang baik.

Di dalam komunikasi terdapat istilah pengungkapan diri atau Self


Disclosure. Self Disclosure (Pengungkapan diri) merupakan kemampuan yang
dimiliki seseorang untuk menyatakan informasi tentang dirinya kepada orang lain
yang tujuannya untuk mencapai hubungan yang akrab. (Altman & Taylor 1973).
Pengungkapan diri dapat dilakukan oleh individu secara verbal dan/atau non-
verbal. Pengungkapan diri kerap lebih sering dilakukan kepada teman dekat,
kerabat kerja, maupun keluarga. Dikarenakan pengungkapan diri biasanya hanya
dilakukan kepada orang-orang yang dipercaya oleh individu.

1
Namun, sering ditemui bahwa tidak semua orang memiliki kualitas
komunikasi yang baik terhadap sesama. Dan salah satu bentuk kualitas yang tidak
baik ditunjukkan dengan hubungan orang tua dan anak. Di mana sang anak kian
tidak mengungkapkan dirinya kepada keluarga mereka. Meskipun telah
disebutkan bahwa keluarga merupakan kelompok terkecil dan paling awal dalam
terjalinnya suatu komunikasi.

Di masa sekarang, teknologi sudah berkembang pesat, banyak individu


yang lebih memilih bercerita di dunia maya ketimbang bercerita dengan keluarga.
Hal ini merupakan salah satu faktor dari terhambatnya pengungkapan diri antara
anggota keluarga.

Selain itu, privasi antarpersonal juga ikut serta dalam hal ini, dikarenakan
tak jarang orang menganggap suatu hal yang ia ceritakan merupakan privasi yang
tidak perlu diketahui oleh semua orang. Maka dari hal inilah yang membuat anak
terkhusus yang beranjak remaja kerap tidak mengkomunikasikan hari-hari kepada
keluarganya.

Dan pola komunikasi orang tua terhadap anak pun menjadi salah satu
pengaruh akan permasalahan ini. Karena dengan pola komunikasi yang tidak baik,
maka hasil yang mengikuti dari hal itu pun tidak baik. Terutama anak usia remaja
yang cenderung sensitif dan sudah memiliki dunianya masing-masing.

Dalam penelitian ini didapati tujuan untuk mencari tahu faktor penyebab
dari terhambatnya komunikasi antar individu (terutama anak usia remaja) kepada
keluarga (terutama orang tua). Dan diharapkan dari penelitian ini dapat
meningkatkan komunikasi antara anak dan orang tua, serta membuat kondisi
rumah tangga kian semakin erat.

Komunikasi merupakan proses penyamaan pemikiran antara dua orang atau


lebih. Komunikasi juga proses untuk bertukar informasi satu sama lain. Dan di dalam
komunikasi terdapat Self Disclosure. Self Disclosure (Pengungkapan diri) merupakan
kemampuan yang dimiliki seseorang untuk menyatakan informasi tentang dirinya kepada

2
orang lain yang tujuannya untuk mencapai hubungan yang akrab. (Altman & Taylor
1973).

Morton, Sears, DKK (1989) mengemukakan bahwa informasi diri dapat berupa
deskriptif maupun evaluatif. Di mana informasi deskriptif berarti informasi yang
disampaikan melalui pengambaran sesuai fakta oleh individu tentang dirinya yang belum
diketahui oleh orang lain. Misalnya alamat, pekerjaan, atau gaji. Sedangkan informasi
evaluatif merupakan informasi yang berupa perasaan atau pendapat terhadap suatu hal.
Misalnya hal yang ia benci ataupun ia sukai. Informasi diri pun bisa berupa eksplisit, di
mana informasi tersebut tidak memungkinkan untuk diketahui kecuali diberitahu oleh
individu secara langsung.

Jourard Dkk mengemukakan“When we want to let certain people into our lives,
we engage in self-dis- closure and start sharing information with them that we wouldn’t
divulge to just anybody, even making ourselves vulnerable” (Jourard and Lasakow 1958;
Archer 1980; McKenna et al. 2002). Yang berarti jika kita ingin membiarkan orang-orang
tertentu masuk ke dalam hidup kita, kita terlibat dalam menutup diri dan mulai berbagi
informasi dengan mereka yang tidak akan kita ungkapkan kepada sembarang orang,
bahkan membuat diri kita rentan.

Emosi merupakan suatu perasaan dan pikirain individu yang khas, suatu keadaan
biologis serta psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak (Goleman,
2002). Kita diciptakan berserta dengan seluruh perasaan yang telah diberikan. Terlepas itu
marah; sedih; gembira; senang; ragu-ragu; takut; dll. Emosi membuat kita kerap untuk
bertindak berdasarkan kondisi emosi itu sendiri. Misalnya ketika kita bersedih, tindakan
kita cenderung mengarah kepada suatu kesedihan lainnya. Atau misalnya ketika kita
sedang marah, tindakan yang kerap kita lakukan ialah suatu hal yang tidak bisa kita
kendalikan.

Keluarga merupakan unit sosial-ekonomi terkecil dalam suatu masyarakat di


mana sebagai landasan dasar dari seluruh institusi (Paspitawati, 2012). Dengan kata lain,
keluarga ialah kelompok paling awal yang didapati oleh tiap individu dalam melakukan
komunikasi. Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 pun dinyatakan bahwa
keluarga diharapkan dapat berperan penting dalam mempertahankan nilai kebudayaan
bersama.

3
Teknologi dimengerti sebagai sebuah hasil yang diciptakan oleh manusia untuk
merekayasa tahapan penyimpanan informasi antara komunikator kepada komunikan,
sehingga lebih mudah untuk didapatkan hasil dari informasi tersebut Teknologi
merupakan bagian penting yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Seperti
yang disebutkan oleh Alvin Tofler bahwa situasi saat ini merupakan era digitalisasi
industri dan komunikasi.

Salah satu teknologi komunikasi yang pada saat ini sering digunakan individu
untuk mengungkapkan dirinya ialah X (Twitter). Dalam hal ini individu mengirimkan
cuitan mereka kepada khalayak maya.

Privasi merupakan hak setiap individu. Misalnya hak untuk berbicara, hak untuk
bersuara, hak untuk menerima gaji, bahkan hak untuk tidak menceritakan tentang diri
mereka ke orang lain. Dengan kata lain, bahwa setiap manusia memiliki haknya untuk
bercerita dan tidak menceritakan tentang dirinya kepada orang lain. Dan orang lain pun
tidak bisa memaksakan hak dari individu tersebut.

Pola Komunikasi merupakan cara seorang individu atau kelompok masyarakat


berkomunikasi. Pola komunikasi adalah cara kerja suatu kelompok maupun individu
dalam berkomunikasi secara bersama berdasarkan teori-teori komunikasi yang sudah
dikemukakan (Andrik Purwasito, 2002). Seperti halnya kita merajut sebuah baju, pasti
akan terdapat sebuah pola atau Pattern dalam proses perajutan baju tersebut. Komunikasi
pun demikian, terdapat suatu pola yang akan terbentuk ketika terjadi suatu kegiatan
komunikasi antar individu maupun kelompok.

Dalam pengungkapan diri, individu hanya memberi tahu tentnag dirinya kepada
orang yang ia yakini. Sama halnya dengan ikatan antara orang tua dan anak. Keyakinan
sang anak terhadap orang tua merupakan kunci utama dari pengungkapan diri ini.

Teknologi yang semakin pesat berkembang dan semakin mudah diakses,


membuat para anak muda lebih memilih untuk mengungkapkan dirinya kepada media
maya ketimbang dari orang tuanya. Dalam permasalahan ini, terdapat beberapa teknologi
komunikasi yang kerap digunakan anak muda untuk mengungkapkan diri, yakni :
Instagram; X (Twitter); Tiktok; Snapchat; Story Whatsapp. Hal ini didapati dikarenakan
sang anak merasa lebih nyaman bercerita tentang dirinya di dunia maya dan didengarkan
oleh teman maya. Atas dorongan inilah yang membuat anak menjadi tak acuh dan
mengabaikan untuk bercerita kepada orang tua.

4
Privasi anak merupakan suatu hal yang sangat sensitif bahkan bagi anak itu
sendiri. Seperti nama teman yang ia kenal, cerita yang membuatnya malu, atau bahkan
hal yang ia sukai. Tak jarang bahwa orang tua memaksakan atau bertanya dengan cara
yang keras terhadap anak perihal tersebut. Meskipun ikatan antara anak dan orang tua
kerap dirasa sebagai suatu ikatan yang sangat erat dan hangat. Namun, di sisi lain anak
tetap memiliki batas privasi yang menurutnya terlalu sensitif untuk diketahui oleh orang
lain.

Pola komunikasi orang tua terhadap anak merupakan faktor utama dari
terhambatnya pengungkapan diri anak kepada orang tua. Dikarenakan, telah disebutkan
bahwa pola komunikasi merupakan cara individu melakukan komunikasi sesama
makhluk. Dalam hal ini jika orang tua melakukan pola komunikasi yang buruk terhadap
anak. Maka anak akan merasa tidak nyaman dan akan menganggap orang tuanya Over-
Protective. Terutama jika pola komunikasi yang digunakan oleh orang tua bersifat tidak
dua arah, hal tersebut dapat menyebabkan rasa tidak nyaman berlebih yang dirasakan oleh
anak.

Jika pola komunikasi sedari awal sudah tidak baik, maka anak akan merasa tidak
nyaman. Dikarenakan hal ini juga akan mengakibatkan anak kerap untuk menutup diri
kepada orang tuanya, dan memilih untuk bercerita dengan temannya di dunia maya.

Dapat dikatakan bahwa faktor-faktor di atas saling berkaitan satu sama lain dan
saling mempengaruhi. Jika pola komunikasi yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak
baik, maka anak akan cenderung untuk bercerita dan mengungkapkan dirinya atas
dorongan rasa nyaman. Namun, jika hal yang terjadi ialah sebaliknya. Maka, anak akan
menutup diri dan berkemungkinan untuk membatasi dirinya terhadap orang tua.

Tentu hasil dari permasalahan ini kian menimbulkan dampak negatif bagi kedua
belah pihak, bahkan untuk kondisi keluarga itu sendiri. Dampak yang bisa terjadi jika
permasalahan ini diabaikan bagi orang tua ialah ikatan sosial antara orang tua dan anak
hanya sebatas formalitas belaka dan tidak ada memiliki yang erat terhadap anak. Hal ini
dapat memicu kesalahpahaman antara orang tua dan anak. Terlebih orang tua tidak bisa
mengetahui apa yang diperlukan dan apa yang diinginkan oleh sang anak.

Di sisi lain, anak pun pasti merasakan dampak negatif juga. Dikarenakan anak
memiliki peran untuk berbakti kepada orang tua. Dampak yang dirasakan oleh sang anak
secara psikologis. Karena ia kerap merasa tidak nyaman, dan jika diteruskan maka akan

5
berpotensi untuk terjadinya kemuakan ataupun bahkan kemarahan oleh sang anak.
Sebaiknya orang tua agar untuk lebih memperhatikan kualitas komunikasi antar pribadi
dengan anak.

Pun dalam kasus ini bisa mempengaruhi kondisi rumah tangga. Dikarenakan
dengan kondisi seperti ini akan membuat keadaan di dalam rumah menjadi lebih dingin
tanpa adanya pembicaraan yang menghangatkan suasana. Apabila hal ini terus
berkelanjutan, maka dikhawatirkan dapat membuat hubungan individu di dalam rumah
semakin renggang dan meningkatkan potensi untuk terjadinya kesalahpahaman satu sama
lain.

Penyelesaian dari permasalahan ini tentu dapat dilihat melalui dua pihak. Yakni
pihak oran tua dan pihak anak. Jika kita lihat dari pihak orang tua, hal yang bisa
dilakukan untuk menangani permasalahan ini ialah dengan memperbaiki pola
komunikasi, yang berawal pola komunikasi satu arah, menjadi pola komunikasi dua arah.
Jika komunikasi yang digunakan kerap berupa nasihat, maka akan lebih baik jika
komunikasi yang digunakan berupa obrolan ringan bersama-sama. Dengan adanya hal ini
membuat anak merasa bahwa dirinya memiliki kesempatan untuk berbicara serta
kesempatan untuk memberitahu apa yang ia inginkan kepada orang tua.

Dan dari pihak anak. Hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini
ialah dengan cara mengurangi pemakaian sosial media menjadi secukupnya. Dan
berusaha untuk lebih berbicara kepada orang tua perihal apa yang diinginkan. Serta
membicarakan hal yang mereka rasa merupakan privasi mereka yang tidak ingin
diketahui.

Pengungkapan diri hanya dilakukan oleh orang yang diyakini oleh individu.
Dalam permasalahan ini ialah anak yang meyakini orang tuanya. Namun, di masa
sekarang orang tua kerap tidak memperdulikan beberapa hal terkait anak yang membuat
anak tidak ingin mengungkapkan dirinya.

Beberapa faktornya ialah pola komunkasi yang buruk; privasi pribadi sang anak
yang tidak dihargai; dan teknologi yang kian berkembang pesat. Tiga faktor ini saling
berkaitan, dan faktor utama dalam permasalahan ini ialah pola komunikasi yang
digunakan oleh orang tua.

6
Faktor ini dikatakan sebagai faktor utama disebabkan faktor ini merupakan
sebagai pintu dari faktor-faktor lain. Dengan pola komunikasi yang buruk, maka anak
akan merasa tidak nyaman. Mengakibatkan anak akan membatasi privasinya dengan
orang tua dan cenderung bercerita di dunia maya.

Terlebih, efek dari hal ini ialah emosi yang dirasakan oleh sang anak kian
menumpuk, berawal dari rasa tidak nyaman, rasa muak, dan bisa berakhir dengan rasa
marah terhadap orang tua itu sendiri.

Diharapkan kepada orang tua agar untuk mengolah pola komunikasi yang lebih
baik, agar sang anak dapat mengungkapkan dirinya lebih baik terhadap orang tua itu
sendiri.

7
DAFTAR PUSTAKA
Amorisa Wiratri (2018). MENILIK ULANG ARTI KELUARGA PADA MASYARAKAT
INDONESIA. Jurnal Kependudukan Indonesia, Vol. 13(1), 15–26. -Link-

Budi Sarasati, Okta Nurvia (2021). Emosi dalam Tulisan. Psympathic : Jurnal
Psibernetika, Vol. 14(1). -Link-

Buku Pola Komunikasi. -Link-

Dila Septiani, Putri Nabilla Azzahra, Sari Nurul Wulandari, Ardian Renata Manuardi
(2019). SELF DISCLOSURE DALAM KOMUNIKASI INTERPERSONAL:
KESETIAAN, CINTA, DAN KASIH SAYANG. Fokus, Vol. 2(6). -Link-

Frisca Amalia Zain, Novinda Zahra Ramadhani, Afifah Dini Nurmalitasari (2020).
PENGARUH PRIVASI DAN KOMUNIKASI TERHADAP HUBUNGAN
KELUARGA ANTARA ORANG TUA DAN ANAK. Academia. -Link-

Henri Weijo (2012). Self-Disclosure. Academia. -Link-

Mhd. Kadip Kahpi (2020). Pengaruh Teknologi Komunikasi Informasi Terhadap


Pergaulan Remaja., 140-156. -Link-

Putri Nur Anggraeni, Syafa Herdiani, Tin Rustini, Muh. Husen Arifin (2022). Pengaruh
Kemajuan Teknologi Komunikasi Terhadap Perkembangan Sosial Anak. Jurnal
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (JPIPS), 144-147. -Link-

Self-Disclosure. -Link-

Widya Ackles (2018). Komunikasi Orang Tua dan Anak. Academia. -Link-

Zikri Fachrul Nurhadi, Achmad Wildan Kurniawan (2017). KAJIAN TENTANG


EFEKTIVITAS PESAN DALAM KOMUNIKASI. Jurnal Komunikasi, Vol. 3, No.
1. -Link-

Anda mungkin juga menyukai