Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

kebenaran selalu aktual di zaman yang dipengaruhi perkembangan Ilmu


pengetahuan dan Teknologi. Berbagai perkembangan yang terjadi di dunia
memungkinkan manusia untuk terarah pada kebenaran. Usaha-usaha untuk
menghasilkan sesuatu yang benar dengan berbagai daya selalu digunakan.
Salah satu bias negatif dari dampak ini adalah adanya pemutlakkan
pandangan.Alhasil pandangan orang lain dilihat sebagai ancaman yang harus
diserang dan harus dihapuskan. Segala cara dan alat menjadi kudusdan atau
sangat halal untuk mencapai tujuan

Realitas yang ada menunjukkan bahwa manusia yang menerjemahkan


kebenaran mengarah pada satu tujuan untuk menghasilkan banyak materi.
Ide-ide yang dikatakan benarpun disalahgunakan hanya dengan motif agar
masyarakat mengakuinya dengan label yang berbeda. Penggunaan yang salah
atas ide-ide kebenaran tersebut didukung pula dengan gelar dan sertifikat yang
diperoleh seseorang. Manusia menjadi subjek utama menciptakan
kebenaran dengan kelangkapan akal budi.Akal budi manusia tertuju pada
sesuatu yang pasti dan benar. Objek akal-pun menginginkan sesuatu yang
benar dan dengan beragam cara.Akal budi memiliki sebuah proses untuk
membuat verifikasi terhadap sesuatu demi tujuan menghasilkan apa yg benar
dengan beragam percobaan yang ada dalam kenyataan

BAB 2

PEMBAHASAN
2.1 Arti dan makna kebohongan
Kebenaran adalah soal kesesuaian antara apa yang diklaim sebagai diketahui
dengan kenyataan yang sebenarnya. Benar dan salah adalah soal sesuai tidaknya
apa yang dikatakan dengan kenyataan sebagaimana adanya. Secara umum orang
merasa bahwa tujuan pengetahuan adalah untuk mencapai kebenaran. Problematik
mengenai kebenaran merupakan masalah yang mengacu pada tumbuh dan
berkembangnya ilmu filsafat.

Dalam kamus umum Bahasa Indonesia (oleh Purwadarminta), ditemukan arti


kebenaran, yaitu :

1. Keadaan yang benar (cocok dengan hal atau keadaan sesungguhnya).


2. Sesuatu yang benar (sungguh-sungguh ada, betul demikian halnya).
3. Kejujuran, ketulusan hati.
4. Selalu izin, perkenanan.
5. Jalan kebetulan.
Sebenarnya, arti secara verbal kebenaran menurut Aristoteles sudah cukup tepat.
Aristoteles mendefinisikan kebenaran adalah soal kesesuaian antara apa yang
diklaim sebagai diketahui dengan kenyataan yang sebenarnya. Benar dan salah
adalah soal sesuai tidaknya apa yang dikatakan dengan kenyataan sebagaimana
adanya. Kebenaran terletak pada kesesuaian antara subyek dan obyek yaitu apa
yang diketahui subyek dan realitas sebagaimana adanya.

2.2 Bentuk-bentuk kebohongan


Kebohongan yang sering terjadi di dalam masyarakat kita antara lain sebagai
berikut:

Berdusta dan Saksi Dusta. Berdusta berarti mengatakan yang tidak benar untuk
menyesatkan. Dusta adalah pelanggaran paling serius terhadap kebenaran.
Berdusta berarti berbicara atau berbuat melawan kebenaran untuk menyesatkan
orang yang mempunyai hak untuk mengetahui kebenaran.

Rekayasa atau Manipulasi. Rekayasa atau manipulasi berarti menyiasati atau


mengarahkan orang lain ke suatu tujuan yang menguntungkan dirinya sendiri,
meskipun barangkali orang lain merugi. Rekayasa dan manipulasi bersifat
mengelabui.

Asal Bapak Senang (ABS). Asal Bapak Senang (ABS) adalah kata-kata dan sikap
manis yang dilakukan hanya sekadar untuk menyenangkan atasan, meskipun jauh
dari kebenarannya. Kata-kata dan sikap itu hanyalah formalitas belaka.

Fitnah dan Umpatan. Fitnah dan umpatan ini sangat jahat, sebab yang difitnah
tidak hadir dan tidak selalu mengetahuinya sehingga sering kali tidak dapat
membela diri. Fitnah dapat berkembang tanpa saringan.

2.3 Sebab-sebab orang berhobong


1. Kebiasaan

sumber dari berbohong adalah kebiasaan yang lakukan sehari-hari.orang yang


memiliki kebiasaan semacam ini lebih suka mengatakan ketidakjujuran
dibandingkan kebenaran.

2. Malu

Seseorang berbohong karena ingin menyembunyikan kejelekan atau kekurangan


yang ada pada diri orang tersebut. Ini bisa saja berkaitan dengan masa lalu
seseorang dengan temannya atau rahasia terdalam yang tidak ingin diketahui
siapa-siapa.

3. Tidak ingin menyakiti orang lain

mungkin seseorang tidak ingin menyakiti hati temannya atau pasangannya.Orang


tersebut takut jika ia mengatakan yg sebenarnya akan mematahkan hati temannya
dengan mengungkapkan kebenaran tersebut.

4. Tidak ingin dihakimi

Beberapa orang tidak ingin membiarkan orang lain tahu rahasia terdalam mereka,
yang dapat membuat orang lain menghakimi mereka. Sikap ini kemudian
memunculkan keinginan untuk berbohong agar dapat menutupi kekurangan atau
rahasia yang disembunyikan.

5.Berbohong merupakan cara paling mudah

Mengatakan kebenaran itu sangat rumit dan sulit, dan bisa mempengaruhi hidup
seseorang secara negatif. Alhasil, berbohong menjadi cara termudah untuk
mengatasi masalah tersebut.

2.4 Akibat dari berbohong

1.Perasaan Tidak Tenang

Seseorang yang berbohong di dalam dirinya akan muncul perasaan takut jika suatu
waktu kebohongannya akan diketahui orang lain. Perasaan menjadi tidak tenang,
karena hanya memikirkan hal tersebut. Ketidakjujuran juga akan membuat
seseorang menjadi tidak fokus yang bisa berdampak pada saat tidur,saat melakukan
aktivitas, sering salah dalam berbicara dan sebagainya.

2.Memunculkan Kebohongan Baru

seseorang yang sering berbohong akan susah untuk berhenti dari kebiasaan buruk
tersebut. Satu kebohongan akan memunculkan puluhan kebohongan lainnya.
Sebab, saat berbohong seseorang akan menutupi kebohongannya dengan
kebohongan yang lain agar tetap dipercaya orang lain. Biasanya orang yang sering
berbohong akan mengeluarkan banyak alasan, sanggahan atau pendapat saat orang
lain mulai mempertanyakan tentang kebenaran hal yang diucapkan.

3.Menimbulkan Masalah Baru

Tidak hanya menimbulkan kebohongan lainnya, sikap berbohong juga akan


memperumit masalah hidup kita. Sebab, setiap perbuatan, baik itu buruk atau tidak
pasti akan berimbas pada hidup kita. Begitu juga dengan kebohongan, akan
menimbulkan masalah baru dalam hidup kita seperti sulit dipercaya, kehilangan
teman, dijauhi saudara, karier yang buruk dll.

4.Sulit Dipercaya

Bagi seseorang yang terkenal pembohong, akan menjadikannya sebagai seseorang


yang dilabeli atau dicap buruk dalam masyarakat dan lingkungannya. Jangankan
berkali-kali, hanya sekali saja seseorang ketahuan berbohong maka seterusnya
orang lain akan sulit mempercayainya.

2.5 Kebenaran menurut kitab suci

Ayat bacaan: Matius 12:36-37

========================

"Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus
dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. Karena menurut ucapanmu
engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum."

Perkataan yang keluar dari mulut kita seringkali tidak kita perhatikan. Kita sibuk
menjaga perilaku kita, tidak korupsi, tidak curang dalam bekerja atau berdagang,
tidak menyakiti orang lain secara fisik, tetapi lupa bahwa ucapan-ucapan yang
keluar dari mulut kita pun tidak terlepas dari pertanggungjawaban kita nanti.

Yesus sudah mengingatkan kita akan hal ini. "Tetapi Aku berkata kepadamu:
Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada
hari penghakiman. Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan
menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum." (Matius 12:36-37). Itu artinya,
segala kata yang keluar dari mulut kita, baik yang kita sadari maupun tidak
haruslah kita pertanggungjawabkan kelak pada hari penghakiman. Ini jelas
merupakan sesuatu yang serius yang harus kita sikapi dengan baik sejak dini.

Dari ribuan kata yang kita keluarkan perhari, apakah kita sudah mewaspadai
bahwa semua itu tidak berisi hal-hal yang bisa mengancam keselamatan kita?
Tidak saja untuk hari penghakiman kelak, tetapi dalam kehidupan kita sehari-hari
pun kita bisa dijauhkan dari resiko mendapat masalah karena ucapan-ucapan yang
keluar dari mulut kita. Pepatah mengatakan "mulutmu adalah harimaumu", itu
sungguh benar. Jika tidak hati-hati, kita bisa binasa diterkam oleh apa yang keluar
dari mulut kita. Sekali lagi, memang tidak mudah. Namun kita bisa mulai belajar
untuk mengendalikan omongan kita dan mengawasi segala sesuatu yang kita
ucapkan hari ini juga. Ingatlah bahwa kelak semua harus kita
pertanggungjawabkan. Oleh karena itu, isilah hati kita dengan firman Tuhan dan
pikiran-pikiran kita dengan segala sesuatu yang positif. Hiduplah terus bersama
tuntunan Roh Kudus yang akan memampukan kita untuk menjaga mulut kita.

Pakailah mulut untuk memperkatakan firman Tuhan, bersyukur dan memberkati


orang lain

2.6 Pola pendekatan untuk mengakan kebenaran

Beberapa pola pendekatan untuk menemukan kebenaran

ILMU = KEBENARAN • ada perbedaan antara pengetahuan (knowledge) dan


ilmu (science). Pengetahuan itu

ILMU = KEBENARAN • ada perbedaan antara pengetahuan (knowledge) dan


ilmu (science). Pengetahuan itu bisa benar bisa salah. Pengetahuan yang benar
disebut al-‘ilmu atau haq, sedangkan pengetahuan yang salah disebut persepsi atau
opini. Pendek kata, pada hakikatnya, kebenaran (al-haq, al-‘ilmu) adalah mutlak,
absolut, sedangkan yang berbeda-beda adalah persepsi orang tentang kebenaran.
• alam sebagai fakta dengan segala hukumnya adalah absolut, tetapi ilmu
pengetahuan alam

• alam sebagai fakta dengan segala hukumnya adalah absolut, tetapi ilmu
pengetahuan alam yang ditemukan manusia bersifat relatif. Sebagai contoh, bahwa
Al-Qur; an menjelaskan bahwa planet itu ada sebelas (ihda ‘asyrata kaukaban),
tetapi para ahli astronomi menyebutkan hanya sembilan. Demikian puluhan tahun
pendapat itu mendominasi. Kemudian ditemukan lagi satu planet sehingga
berjumlah 10, kini terakhir ditemukan satu planet lagi sehingga menjadi sebelas.
Jadi jumlah planet sebagai fakta adalah absolut namun pengetahuan manusia
tentang planet bersifat relatif.

• Manusia dengan rasionya berusaha mencari kebenaran (ilmu). Caranya, setiap


data yang masuk

• Manusia dengan rasionya berusaha mencari kebenaran (ilmu). Caranya, setiap


data yang masuk ke otak akan diolah dengan paradigma berfikirnya sehingga
menjadi sebuah pengetahuan (kesimpulan), tetapi apakah kesimpulan itu sebagai
ilmu atau hanya persepsi belumlah pasti. Karena itu wajar kalau kesimpulan
seseorang tentang sesuatu suka berubah-ubah. Teori yang hari ini dianggap benar
tetapi beberapa tahun kemudian direvisi bahkan dibuang. Dalam proses
menemukan kebenaran itu, manusia sering harus menempuh kesalahan-kesalahan
yang banyak tiada terhingga, atau bersifat trial and error.

• Untunglah turun wahyu. Fungsi wahyu adalah untuk membantu manusia agar
jangan terlalu

• Untunglah turun wahyu. Fungsi wahyu adalah untuk membantu manusia agar
jangan terlalu lama atau jangan terlalu sulit menemukan kebenaran, terutama
dalam persoalan-persolan metafisika atau tentang hakikat sesuatu. Dan sangat
mungkin kalau hanya mengandalkan kekuatan nalar semata, terlalu banyak hal
yang tak dapat ditemukannya padahal ilmu sangat penting dimiliki untuk bekal di
dunia ini, misalnya apa arti hidup, apa itu mati, bagaimana setelah mati, apa itu
syetan dan bagaimana sikap manusia terhadap syetan. Wahyu memberikan
informasi seputar masalah -masalah di atas yang tidak mungkin dapat ditemukan
melalui penelitian empirik.

• Manusia dengan rasio yang berfikir berlandaskan kausality, tidak dinilai serba
mampu untuk

• Manusia dengan rasio yang berfikir berlandaskan kausality, tidak dinilai serba
mampu untuk mencapai segenap ilmu, karena rasio memiliki daya deteksi yang
terbatas. Oleh karena itu, apabila rasio dijadikan sebagai ukuran segenap
kebenaran agaknya terlalu riskan

• Dengan hubungan kausality sebagaimana dijelaskan di atas, di Barat hanya


dikenal dua

• Dengan hubungan kausality sebagaimana dijelaskan di atas, di Barat hanya


dikenal dua katagori ilmu, yakni Empirical Science (ilmu Empirik) dan Rational
Science (ilmu rasional) Empirical science adalah manakala kebenarannya yang
bersumber kepada indera terutama mata, dengan kata lain dapat dilihat, diobservasi
atau dibuktikan melalui eksperimen, misalnya ilmu kedokteran, Fisika, Kimia,
Biologi, dll. Jika dalam uji coba tersebut tidak terbukti berarti teori itu salah

• Sedangkan Rational science ialah kebenaran yang bersumber kepada rasio (akal).
Benar tidaknya

• Sedangkan Rational science ialah kebenaran yang bersumber kepada rasio (akal).
Benar tidaknya sesuatu diukur oleh signifikansi hubungan antara sebab dan akibat.
Apabila terjadi hubungan sebab dan akibat yang jelas, maka itu dikatakan logis,
rasional dan dianggap benar. Tetapi jika hubungan antara sebab dan akibat itu tidak
nampak jelas maka dinilai tidak rasional dan salah.
• Di luar Empirical science dan Rational science adalah belief (kepercayaan)
semata-mata dan

• Di luar Empirical science dan Rational science adalah belief (kepercayaan)


semata-mata dan bukan ilmu. Jadi berita tentang bangkit dari kubur, jin, malaikat,
termasuk cerita tentang mukjizat, karena persoalan tersebut tak dapat dibuktikan
dengan indera maupun dengan rasio, maka dinyatakan bukan ilmu melainkan
sekadar kepercayaan
BAB 3
KESIMPULAN

Kebenaran adalah soal kesesuaian antara apa yang diklaim sebagai diketahui
dengan kenyataan yang sebenarnya. Benar dan salah adalah soal sesuai tidaknya
apa yang dikatakan dengan kenyataan sebagaimana adanya.contoh bentuk
kebohongan adalah bersaksi dusta,rekayasa atau manipulasi,fitnah.orang bisa
melakukan kebohongan karena kebiaasaan,perasaan malu,atau Karena dirinya
tidak mau menyakiti hati orang lain.Setelah kebohongan dilakukan pasti muncul
rasa tidak tenang di dalam diri manusia dan jika sampai kebohongan tersebut
diketahui oleh orang lain maka akan muncul rasa tidak percaya akan dirinya. Ayat
bacaan: Matius 12:36-37 telah memaparkan tentang perihal kebenaran yang
bunyinya sebagai berikut:

"Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus
dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. Karena menurut ucapanmu
engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum."

Perkataan yang keluar dari mulut kita seringkali tidak kita perhatikan. Kita sibuk
menjaga perilaku kita, tidak korupsi, tidak curang dalam bekerja atau berdagang,
tidak menyakiti orang lain secara fisik, tetapi lupa bahwa ucapan-ucapan yang
keluar dari mulut kita pun tidak terlepas dari pertanggungjawaban kita nanti.

Anda mungkin juga menyukai