Anda di halaman 1dari 13

1 | Page

JURNAL
KESESATAN BAHASA PENYEBAB
KOMUNIKASI MENJADI MACET

Oleh:

WAWANDI (2211014 AN)

wawandi964@gamil.com

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NEGARA


SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL & ILMU POLITIK
WASKITA DHARMA MALANG
TAHUN AJARAN 2022/2023
2|Page

Abstrak
Salah satu kebutuhan manusia yang paling mendasar adalah berkomunikasi. Ini
tentu saja bertujuan agar isi pikiran dan hati kita tersampaikan kepada orang
lain dengan baik. Kegiatan berkomunikasi nyaris tidak mengenal waktu. Ini
bisa saja terjadi di pagi hari. siang, sore bahkan di malam hari. Kegiatan
berkomunikasi ini setiap hari kita lakukan, dan ini tentu saja melibatkan bahasa
untuk memberikan argumen terhadap berbagai isu. Sedangkan, isu bisa muncul
dari mana saja: media massa, anggota keluarga, teman atau orang-orang yang
ada di sekeliling kita. Namun, argumen kadang-kadang tidak selalu benar.
Bahkan, argumen yang nampak logis pun kadang menipu. Faktanya, argumen
yang keliru selalu menghasilkan kesimpulan yang keliru. Ini bisa saja tidak
valid dan jauh dari prinsip komunikasi yang baik; orang lain memahami
informasi yang kita sampaikan. Oleh karena itu, perlu adanya investigasi secara
holistik dan menghindari hambatan-hambatan komunikasi melalui berpikir
kritis agar masalah-masalah komunikasi di masyarakat dapat terselesaikan.
Makalah ini membahas 10 kesesatan bahasa: kesalahan berpikir yang sering
muncul di masyarakat ketika berkomunikasi dan merupakan penyebab
komunikasi menjadi macet.
Pembahasan
Indonesia merupakan Negara demokrasi yang memberikan warganya
legitimasi untuk secara bebas berargumentasi terhadap berbagai hal yang
ditemuinya. Ini juga dijamin oleh undang-undang tentunya. Namun, ini dapat
menjadi masalah karena orang-orang yang memiliki latar belakang pendidikan
yang berbeda dapat berserikat dan berkumpul kemudian berargumen terhadap
berbagai hal. Ini kemudian menciptakan kekacauan untuk memilah dan
memilih argumen-argumen yang membawa pada kesimpulan yang benar.
Kemudian pertanyaan mengemuka, bagaimana komunikasi yang kompleks ini
terjadi? Untuk menciptakan komunikasi yang baik dan benar tentu saja kita
3|Page

harus memiliki kapasitas untuk menentukan argumen mana yang benar dan
salah.
Kesesatan Bahasa
Dalam Komunikasi

Kebanyakan kita memperoleh informasi melalui visual, atau pun


Audiotori, dan terkadang menemui informasi itu tidak masuk akal. Mungkin kita
bertanya ― Apa yang anda maksud? Nalar adalah proses yang rumit;
mengklasifikasi hal umum menjadi bagian-bagian terkecil sehingga dapat
melihat segala hal menjadi lebih jelas. Masih banyak orang tidak memiliki
kapasitas untuk bernalar secara logis untuk tujuan komunikasi yang efektif.
Tentu perbedaan budaya turut mewarnai berlangsungnya komunikasi yang
logis. Di barat lebih mengacu pada fondasi dasar komunikasi merujuk pada
logika berpikir Yunani di mana setiap argumentasi harus memiliki unsur logis
yang kuat. Sementara di Timur seperti Indonesia nampaknya bernalar logis
tidak selalu menjadi prioritas karena terciptanya masyarkat harmonis jauh lebih
penting dari bernalar logis. Bagaimana pun juga, setiap manusia memiliki
modal untuk mampu bernalar logis. Karena manusia dibekali akal oleh Tuhan.
Terlepas dari pebedaan budaya barat dan Timur dalam memahami bernalar
logis, tetap saja komunikasi yang efektif tidak akan berjalan dengan baik tanpa
melibatkan bahasa yang logis.
Argumen:
Ahli logika mendefinisikan ― argumen adalah sekelompok pernyataan
(kalimat atau klausa), baik dalam satu kalimat yang lebih besar atau dalam
kelompok kalimat yang berbeda secara tata bahasa, sehingga satu atau lebih
pernyataan yang dikatakan yaitu untuk "mendukung" "membuktikan" atau
"memberikan bukti pada" pernyataan lain. Berikut adalah argumen paling dasar
dalam bahasa yang logis.
Karena (premis) dan
4|Page

(inferensi logis)
Oleh karena itu,
(Kesimpulan) Contoh:
Karena semua mahluk hidup akan mati
Dan semua yang akan mati adalah makhluk hidup
Sehingga, semua makhluk hidup akan mati
Dalam beberapa kesempatan premis bisa saja menjadi kesimpulan.
Namun, di kesempatan lain, kesimpilan dari suatu argumen memungkinkan juga
menjadi premis.

Para ahli logika menekankan pentingnya melihat argumen secara logis


agar setiap kesimpulan dapat diterima sebagai sesuatu yang benar. Mereka juga
berasumsi bahwa ketika menggunakan argumen secara deduktif dengan premis
yang benar, maka kesimpulan pun digaransi benar. Argumen jenis deduktif
polanya berawal dari premis menuju kesimpulan.

Akan tetapi, komunikasi yang berlangsung dalam kehidupan sehari-hari


kita sering menemui kebanyakan orang cenderung menggunakan argumen
induktif. Di dalam argumen induktif, premis-premis yang muncul umumnya
hanya memberikan dukungan pada kesimpulan.

Faktanya, argumen yang baik adalah memperoleh dukungan. Dengan


kata lain, pernyataan yang tidak mendapatkan dukungan adalah bukan
merupakan argumen melainkan hanya merupakan opini.

Argumen Bagus
Menurut T. E. Damer, argumen yang bagus adalah argumen ketika
premis-premisnya dapat diterima (masuk akal), relevan dengan kesimpulan,
juga mampu membantah terhadap pernyataan-pernyataan lain terhadap
kesimpulan.
Perlu dicermati bahwa ketika argumen yang buruk terjadi ketika
premispremisnya mengundang pemikiran orang lain untuk mengatakan
bahwa itu tidak masuk akal. Sehingga, ada kemungkinan bahwa premis-
premisnya tidak logis atau terdapat kekeliruan.
5|Page

Kesesatan Bahasa
Kesesatan bahasa adalah kesalahan ketika mengutarakan argumen
sehingga kesimpulanya tidak benar. Adapun kesesatan bahasa memiliki dua
kelompok: Formal dan informal.
Kesesatan bahasa formal: argumen deduktif yang salah.

Semua manusia adalah mamalia.

Semua anjing adalah mamalia.

Sehingga, semua manusia adalah anjing.


Tempatnya benar tetapi kesimpulannya salah. Argumen di atas tidak valid
karena strukturnya yang salah, yaitu:
Setiap A adalah C.
Setiap B adalah C.
Sehingga, setiap A adalah B.
Adapun kesalahan informal yaitu alasanya salah bukan karena tatanan
argumenya. Misalkan, bisa saja tatananya benar tapi kontenya salah. Argumen
ini tidak memiliki kapasitas untuk menunjukan kesimpilan yang benar. Adapun
kekeliruan ini umumnya karena semantik.
Semantik yang digunakan artinya adalah bertujuan untuk memanipulasi
makna.
Kesalalahan Melakukan Nalar
Para ahli sepakat bahwa manusia memiliki kecenderungan untuk hanya
meyakini apa yang dilihatnya dan didengarnya. Justru ini berakibat komunikasi
kita dengan orang lain menjadi macet. Banyak kesesatan bahasa yang muncul
kemudian. Kecenderungan ini sangat masuk akal. Sebab, manusia memiliki
insting untuk bertahan. Insting ini yang oleh para ahli seperti Marilyn Vos Savant
jelaskan bahwa manusia memiliki keinginan untuk selalu benar. Insting ini pula
yang kemudian disengaja maupun tidak di dalam komunikasi sesama manusia
6|Page

sering terjadi kesesatan dalam berbahasa. Ini bisa memiliki alasan:

1. Kapasitas Bahasa – hal ini sedikit banyaknya mempengaruhi proses


komunikasi. Sebab, di dalam bahasa terdapat begitu banyak diksi yang mana
satu sama lain seringkali tidak memiliki kesamaan wawasan.

2. Perbedaan Budaya – perolehan informasi setiap manusia berbeda. Secara


langsung ini membawa interpretasi kita pada pengertian bahwa setiap orang
akan juga menginterpretasi secara berbeda pula.

3. Terpragmentasi – ini dikenal juga dengan istilah Day Dreaming: keadaan


seseorang tidak menyadari bahwa dirinya telah membagi focus kepada hal
lain ketika proses komunikasi berlangsung. Sehingga, penarikan kesimpulan
berpotensi salah.

4. Cacat Otak – ini adalah kerusakan pada otak atau neurologi di mana ini
adalah tempat bagaimana informasi dikelola. Sehingga, jika mengalami
kerusakan akan membuat neurologinya tidak mampu mengambil kesimpulan
yang benar.

5. Kognitif yang Lemah


Namun, di kesempatan lain ada juga dengan sengaja kesesatan bahasa
digunakan oleh mereka yang bertujuan untuk membujuk, merayu, memanipulasi,
mengejek, atau menghina seseorang atau agar tentu saja tujuanya tercapai.
Adapun yang mendasari tindakan ini adalah argumen merupakan permainan
yang mana ini
berarti harus ada yang menang dan yang kalah.
Umumnya ini terjadi kepana mereka yang berkutat di dunia politik
(politisi), dunia periklanan, orang-orang yang memiliki kekuasaan dan terkadang
lebih sering ditemukan pada mereka yang anti sosial.
Komunikasi Logis dan Santun
Agar komunikasi kita senantiasa selalu berjalan dengan baik tentu saja
kita harus membangunya melalui bahasa. Terdapat setidaknya dua hal yang
7|Page

menjadi perhatian dalam hal ini: pertama adalah konsistensi dan kedua adalah
kontradiktif.
Keduanya sama-sama menjadi pondasi bagaimana pendapatnya ingin dianggap
benar.
Proses komunikasi selalu tidak berjalan mulus dan terkadang juga
kontradiksi di mana pendapat yang kita sampaikan mengundang kontradiksi.
Namun jika berjalan lancer, tidak jarang juga ini secara konsisten mempupuk
hubungan baik dengan sesama manusia karena menemui kesesuaian pendapat
dengan mereka. Ada pun yang melatarbelakangi ini semua adalah upaya untuk
menunjukan kebenaran pendapat yang kita sampaikan. Dengan kata lain, setiap
pendapat yang kita bagi dengan orang lain kita anggap benar. Namun, di sisi lain
informasi yang baik tentu saja mengandung unsur logis atau sesuai dengan fakta
dan actual.
T. E. Damer menyarankan agar di dalam komunikasi kita harus senantiasa
mengedepankan sopan santun. Dengan kata lain, kode etik perilaku
intelektualitas.
Faktanya, dalam kehidupan kita sehari-hari banyak menemui kesesatan
bahasa yang orang gunakan dengan sengaja hanya untuk mencapai tujuan
mereka. Meski benar dan salah merupakan definisi imperatif bagaimana kita
berkomunikasi dengan sesama manusia tetap saja ini merupakan bentuk
dilematis. Mengimplementasikanya menjadi tantangan tersendiri buat kita yang
ingin membangun komunikasi yang baik dan benar karena pada saat yang sama
kita akan berhadapan dengan kenyataan bahwa banyak orang yang memiliki
kecenderungan untuk membuat bias setiap pendapatnya agar tujuan tercapai.
Jika kita mampu mengaplikasikan komunikasi secara baik dan benar tentu saja
kita menemukan fakta banyak dari mereka mengalami terisolasi dalam
kehidupan sosial. Selain itu, ada juga yang mengalami mutasi di dalam
pekerjaanya. Ini adalah bentuk nyata bagaimana komunikasi yang dibangun atas
dasar kebenaran yang memiliki konsekuensi buruk dalam kehidupan kita sehari-
8|Page

hari.
Kesesatan bahasa di dalam komunikasi
Kesesatan bahasa informal tentu saja banyak macamnya; ini tidak akan
menjelaskan secara holistic semua jenis kesesatan bahasa di dalam komunikasi.
Namun, setidaknya yang paling penting dari semuanya adalah kesesatan bahasa
di dalam proses komunikasi yaitu argumen yang tidak memiliki kesesuaian
antara premis yang satu dengan yang lainya sehingga kesimpulanya tidak logis.
Berikut argumen menggunakan bahasa dalam proses komunikasi namun
merupakan pemicu terjadinya kemacetan di dalam komunikasi.

1. Ad Hominem
Argumen ini merupakan kesesatan bahasa di dalam komunikasi karena
cara kerjanya adalah Menyerang Pribadi Lawan Bicara. Ketika kita berdiskusi
dengan orang lain namun kita mulai merasa tidak nyaman dengan argumen dia
yang lebih cenderung menyerang pribadi kita daripada topik yang sedang
dibicarakan merupakan situasi sulit di dalam proses komunikasi. Ini juga dapat
meliputi penyerangan terhadap karakter kita, fisik, yang semuanya sama sekali
tidak ada
kaitanya dengan topik yang sedang didiskusikan.
Contoh:
Y: Kita harus rajin belajar agar kita dapat memperoleh masa depan yang cerah.
X: Apaan sih…! Kamu aja pemalas. Jangan sok bijak, sementara kamu aja malas
belajar.
Y: Kita perlu menjaga kerukunan umat beragama.
X: Tahu apa sih kamu tentang toleransi?
Ini sering terjadi di masyarakat kita dan menimpa siapa pun tidak
terkecuali di kalangan akademis – lebih suka menyerang pribadi daripada
argumenya.

2. Strawman Fallacy (Manusia Jerami atau citra palsu)


Straw man atau di dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah
9|Page

manusia jerami merupakan salah satu hambatan di dalam komunikasi karena


lawan bicara lebih suka memposisikan orang lain sebagai musuh yang layak
untuk diserang alih alih menyerang argumenya.
A: Harus ada inovasi dalam mengajar bahasa Inggris yaitu siswa harus merasa
malu jika ditanya guru tidak bisa.
X: Kamu suka dipermalukan orang lain?”. Kalo kamu suka mahasiswa
dipermalukan berarti kamu orang pertama yang akan dipermalukan.

Memposisikan pihak yang berseberangan sebagai pihak yang secara


ekstrem layak diserang (bak manusia jerami) bukan argumennya.

3. Bandwagon Fallacy
Menyandarkan kebenaran suatu argumen pada kebanyakan orang atau
popularitas seseorang.
Contoh:
Y: Jangan dating terlambat masuk kelas!
X: Tapi, mereka juga banyak kok yang terlambat.
Kesalahan: Argumen X tidak dengan memiliki kapasitas untuk
mematahkan kebenaran argumen Y hanya karena pandangan kebanyakan orang.

4. Appeal to Emotion or Pity


Melibatkan emosi ke dalam sebuah argumen dengan porsi yang besar dan
menjadikanya sebagai fondasi sebuah argument.
Contoh:
Y: Anak itu baru saja membunuh Ibu Kandungnya.
X: Sembarangan. Dia itu anak seorang Ustdz di kelurahan ini.
Kesalahan: Argumen X tidak memiliki kapasitas logis untuk menilai
apakah informasi itu benar atau tidak. Argumen X lebih cenderung
menggunakan emosi dirinya untuk menyimpulkan apakah anak itu benar-benar
membunuh ibunya atau
tidak.
10 | P a g e

5. Appeal to Force
Seseorang aka ada dalam posisi terancam dan berbahaya jika dia tidak
menyetujui pendapat lawan bicaranya.
Y: Saya tidak bisa memenuhi undangan pernikahan Dia minggu depan. X: Kamu
akan menjadi manusia paling menyesal di muka bumi ini jika tidak
menghadirinya. Selain itu, tidak akan ada satupun temanmu akan hadir ke pesta
pernikahanmu nanti.
Kesalahan: Argumen X memaksa Y menghadiri acara pernikahan.
11 | P a g e

6. Appeal to Authority
Berpegang teguh pada argument orang yang berpengaruh atau
mempunyai reputasi bagus.
Y: Kenapa kamu memilih judul thesis ini?
X: Kata Prof. Muhammad ini adalah judul thesis paling bagus yang pernah ia
temui.
Kesalahan: X berpegang teguh kebenaran pada Profesor Muhammad
hanya karena dia adalah Profesor dan secara tidak dia pikirkan bahwa itu bisa
saja salah.

7. Appeal to Tradition
Membuat orang lain yakin dengan mendasarkan kebenaran pada pandangan
tradisi dan keyakinan pribadi.
Contoh:
Y: Kenapa ketika kamu mengendarai motor lewat sini selalu membunyikan
klakson padahal tidak satupun orang menghalangi kamu untuk terus melaju? X:
Kualat kamu. Ini sudah turun temurun kami lakukan setiap melewati jalanan ini.
Kesalahan : Tradisi secara turun temurun tidak menjamin informasi itu
benar dan tidak dapat diubah.

8. False Dilemma, False Dichotomy


Seolah memaksa orang lain memilih satu diantara dua. Padahal, masih
banyak pilihan lain yang dapat menjadi solusi.
Contoh:
Y: Kita harus menghormati pendapatnya meskipun dia memiliki IQ di bawah
ratarata.
X: Kamu membela orang ber IQ rendah. Berarti kamu juga sama kayak dia
dong: IQ kamu jongkok.
Kesalahan: X memberikan pilihan berpihak pada dirinya karena jika
tidak, Y adalah bodoh.
12 | P a g e

9. Begging the Question


Berpendapat suatu hal telah menjadi kebenaran karena tengah dibuktikan.
Contoh:
Y: Kamu yakin dia menyukai kamu?
X: Ya! Karena dia sering mendekati saya dan setiap bertemu dengan saya selalu
melemparkan senyum manisnya.
Kesalahan: Meskipun masih dalam proses untuk membuktikan dia
menyukainya, X sudah meyakini kebenaran argumenya.

10. Fallacy of Composition


Memukul rata segala hal atau Generalisasi adalah asumsi bahwa jika dari
satu atau dua orang dari kelompok memiliki karakter A maka semuanya
memiliki karakter sama yaitu A.
Contoh:
Y: Orang Jawa kalo ngomong menggunakan bahasa Indonesia logat bahasa
Ibunya kebawa terus ya.
X: Enggak juga. Beberapa temen ku tuh enggak begitu.

Kesimpulan
Saat ini, kita semua berada di dunia di mana setiap orang mampu
berkumpul dan berserikat untuk menyerukan pendapatnya tidak peduli latar
belakang pendidikan dan keahlian yang mereka miliki. Setiap orang memiliki
hak yang sama untuk berpendapat. Namun, sering terjadi kesesatan-kesesatan
dalam mengutarakan pendapatnya. Oleh sebab itu, kita harus mampu
menginvestigasi setiap jenis kesesatan bahasa yang sering muncul sehingga
kehangatan bersosial tetap terjaga dan tentu saja komunikasi tetap efektif.
13 | P a g e

Referensi:
D. Bennett. Logic Made Easy. How to Know When Language Deceives You.
W.W: Norton & Co. New York, USA, 2004.
T.E. Damer. Attacking Faulty Reasoning. Wadsworth (Thomson Learning),
Belmont, CA, USA; 4th edition, 2001.

M.J. McCann. "Translator Ethics and Professionalism in Internet Interactions."


Part
I. Caduceus Summer 2006;19-21.
E.B. Sgarbossa. "A Health-related Fallacy: Appeal to Nature (Argumentum ad
naturam)." Caduceus Summer 2006;10-11.
M. Vos-Savant. The Power of Logical Thinking. St. Martin's Griffin, New York,
NY,1997.

Anda mungkin juga menyukai