Anda di halaman 1dari 4

PELAJARAN 2

MEMPERJUANGKAN KEBENARAN
KEBOHONGAN
Kebohongan memang terkesan akan membawa kenikmatan dan keberuntungan
tertentu, paling tidak untuk waktu tertentu. Tetapi untuk jangka waktu yang panjang di
masa depan, kebohongan akan membawa bencana. Bencana kemerosotan pribadi, karena
lama-kelamaan kita akan dikenal sebagai pembohong. Bencana yang lain ialah bahwa kita
akan kehilangan kepercayaan. Kita tidak akan dipercaya lagi. Pada zaman kita ini, kebiasaan
berbohong dan merekayasa tumbuh subur.
1. Bentuk-Bentuk Kebohongan
Kebohongan menunjukkan bentuk wajahnya dalam kehidupan masyarakat kita. Dapat
disebut antara lain:

Berdusta dan saksi dusta. Berdusta berarti mengatakan yang tidak benar dengan
maksud untuk menyesatkan. Dusta adalah pelanggaran paling langsung terhadap
kebenaran. Berdusta berarti atau berbuat melawan kebenaran untuk menyesatkan
seseorang, yang mempnyai hak untuk mengetahui kebenaran.

Rekayasa atau manipulasi. Rekayasa atau manipulasi berarti menyiasati atau membawa
orang lain kepada suatu tujuan yang menguntungkan dirinya sendiri, yang mungkin
saja orang lain mendapat rugi. Rekayasa dan manipulasi itu bersifat mengelabuhi.

Asal Bapak Senang (ABS). Kata-kata dan sikap manis yang dilakukan hanya sekedar
untuk menyenagkan atasan, yang mungkin saja jauh dari kebenaran. Kata-kata dan
sikap semacam ini hanya merupakan formalitas.

Fitnah dan umpatan. Fitnah dan umpatan adalah tindakan yang sangat jahat, sebab
yang difitnah tidak hadir untuk membela diri. Fitnah dapat berkembang tanpa
saringan.

2. Sebab-Sebab Kebohongan
Ada bermacam-macam alasan mengapa orang berbohong, antara lain:

Pertama, orang berbohong hanya sekedar iseng. Orang dapat berbohong hanya
karena mau menikmati kesenangan murahan. Orang merasa senang karena orang
lain tertipu.

Kedua, orang berbohong untuk memperoleh keuntungan tertentu. Para pedagang,


misalnya, dapat berbohong, supaya mendapat untung sebesar-besarnya.

Ketiga, orang berbohong karena berada dalam situasi terjepit. Untuk menyelamatkan
diri dari situasi terjepit, ia terpaksa berbohong.

3. Akibat Kebohongan

Bagi diri sendiri

Memang terkesan bahwa kebohongan dapat membawa kenikmatan dan keberuntungan


tertentu. Paling kurang untuk waktu tertentu. Tetapi untuk jangka waktu yang panjangdi
masa depan, ia akan membawa bencana. Bencana kemerosotan pribadi, karena lama
kelamaan kita akan dikenal sebagai pembohong. Bencana yang lain ialah bahwa kita akan
kehilangan kepercayaan. Kita tidak akan dipercaya lagi.

Bagi orang yang dibohongi

Orang yang dibohongi tentu saja mendapat gambaran yang salah dan dapat bertindak fatal
bagi dirinya sendiri dan mungkin saja bagiorang lain juga.
Orang yang dibohongi dapat masuk ke dalam komunikasi dan relasi yang semu dengan
membohonginya dan mungkin juga dengan orang lain.

Bagi masyarakat luas

Tindakan penipuan, rekayaasa, dan manipulasi dapat merugikan bagi masyarakat


luas. Dapatkah kalian memberi contoh-contohnya?
Dusta Dan Kebenaran Menurut Kitab Suci

Dalam Kitab Suci, kebenaran tidak hanya berarti tidak berbohong, tetapi juga
mengambil bagian dalam kehidupan Allah. Allah adalah sumber kebenaran,
karena Allah selalu berbuat sesuai janji-Nya. Maka Allah berfirman:Jangan bersaksi
dusta

Sebenarnya Kitab suci tidak berkata saksi dusta terhadap sesamamu, melainkan
saksi dusta tentang sesamamu manusia, sebab perintah ini semula menyangkut
kesaksian di pengadilan. Dengan kesaksian palsu, orang dicelakakan, karena ia
dihukum secara tidak adil (malah dihukum mati) dan tata keadilan
dijungkirbalikkan. Sebetulnya, masalahnya bukan bohong, melainkan tidak
adanya kepastian hukum yang dapat diandalkan. Maka dikatakan dalam Kel 23: 1-3,
6-8 demikian:

Jangan menyebarkan kabar bohong; janganlah engkau membantu orang yang


bersalah dengan menjadi saksi yang tidak benar. Janganlah engkau turut-turut kebanyakan
orang melakukan kejahatan, dan dalam memberikan kesaksian mengenai sesuatu perkara
janganlah engkau turut-turut kebanyakan orang membelokkan hukum. Juga janganlah
memihak kepada orang miskin dalam perkaranya. Janganlah engaku mempekosa hak orang
miskin di antaramu dalam perkaranya. Haruslah kau jauhkan dirimu dari perkara dusta.
Orang yang tidak bersalah dan orang yang benar tidak boleh kau bunuh, sebab Aku tidak
akan membenarkan orang yang bersalah. Suap janganlah kau terima, sebab suap membuat
buta mata orang-orang yang emlihat dan memutarbalikkan perkara orang-orang yang benar.
Semua itu diringkas dalam Ul 16:19, Jangan memutarbalikkan hukum; jangan memandang
bulu; dan jangan menerima suap. Inilah maksud firman kedelapan. Di muka pengadilan
orang menyatakan kesetiaannya baik terhadap si terdakwa, sesama manusia, maupun
terhadap masyarakat, uma Allah. Sebab dalam umat Allah, pengadilan adalah kepunyaan
Allah (lihat Ul 1: 17), yakni kepunyaan Allah yang setia dengan tiada kecurangan, adil dan
benar (lihat Ul 32:4)

Dalam tradisi Gereja, firman Tuhan kedelapan itu sudah ditafsirkan secara luas. Kita
dilarang untuk berbohong, dalam segala bentuknya. Bagi orang Kristen, mengatakan
kebenaran adalah ungkapan cinta kasih. Jujur tidak hanya berarti bicara sesuai
dengan kenyataan, melainkan harus mengungkapkannya dalam semangat cinta
kasih. Maka kita tidak perlu mengungkapkan semua kebenaran dengan sejujurjujurnya tanpa memikirkan perlunya, akibatnya, dan kewajarannya. Ada kalanya
kebenaran tidak perlu disebut-sebut, karena bila disebut akan berdampak buruk.
Diam atau menyimpan kebenaran tidak otomatis berdusta. Orang harus
menggunakan lidahnya dengan baik (bijaksana) (lih. Yak 3:1-6 atau Mat 12:36-37).
Apalagi kalau kebenaran itu berhubungan dengan masalah rahasia jabatan (imam,
dokter, advokat). Kebenaran tidak bolh diungkapkan kepada siapapun tanpa
mempertimbangkan perlunya dan tanpa persetujuan orang yang bersangkutan.

Dalam Kitab Suci, kebenaran tidak hanya berarti sesuai dengan kenyataan. Menurut
Kitab Suci Perjanjian Lama, kebenaran ada pada Allah, karena Allah tetap setia dan
memenuhi janji-Nya. Allah adalah sumber kebenaran, karena Allah telah berbuat
sesuai dengan janji-Nya.

Dalam Kitab Suci Perjanjian Baru, dikatakan bahwa Yesus adalah kebenaran. Ia
dibenarkan Allah. Dengan dibangkitkan-Nya, allah menyatakan bahwa Yesus adalah
orang benar. Ia adalah pewahyuan dari Allah sendiri. Orang yang percaya kepadaNya akan selamat (ikut dibenarkan Allah). Percaya disini bukan hanya yakin bahwa
Yesus itu ada dan hidup, tetapi lebih-lebih berarti mau mengandalkan hidupnya
kepada Yesus serta menjalankan apa yang dikehendaki-Nya. Maka membela

kebenaran berarti ikut dalam karya Allah menyelamatkan manusia. Membela


kebenaran berarti juga memperjuangkan kehendak Allah dan meneladan Yesus,
Sang Kebenaran sendiri. Karena iman terhadap Yesus inilah, kita berani
menyampaikan pemikiran-pemikiran atau maksud kepada siapapun yang melawan
cinta kasih Allah. Kita harus selalu mengatakan yang benar, walaupun mungkin
dengan resiko. Yesus pernah mengatakan: Jika ya, hendaklah kamu katakan ya, jika
tidak hendaklah kamu katakan tidak! Apa yang lebih daripada itu berasal dari si
jahat! (Mat 5:37). Ia (iblis) adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup
dalam kebenaran, sebab di dala dia tidak aaada keebanran. Apabila ia berkata dusta,
ia berkiata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala
dusta (lih. Yoh 8:44).

Anda mungkin juga menyukai