Anda di halaman 1dari 10

JUJUR DI HADAPAN TUHAN (Matius 5:33-37)

Pendahuluan
Suatu hari ada seorang tukang kayu yang terkenal jujur
sedang menebang kayu di hutan. Tak sengaja kapaknya jatuh ke
jurang. Si tukang kayu sedih karena itu kapak satu-satunya yang
dia miliki. Tak lama datang seorang malaikat dan terjadi percakapan
ini:

Malaikat : Tukang kayu, kamu kenapa sedih sekali ?

Tukang kayu : Iya nih malaikat, kapak saya satu-satunya jatuh ke


jurang. Saya tidak bisa nebang pohon lagi.

Malaikat : Oh..begitu. Oke kamu jangan sedih lagi karena saya


akan bantu ambilkan. (Malaikat pun turun ke jurang. Ia ingin
mengetes kejujuran tukang kayu.)

Malaikat : Pak ini kapaknya? (Sambil menunjukkan sebuah kapak


yang terbuat dari emas murni)

1
Tukang kayu : Bukan. Kapak saya jelek. (Malaikat tersenyum lalu
kembali ke dasar jurang)

Malaikat : Yang ini kapakmu? (Sambil menunjukkan kapak yang


terbuat dari perak)

Tukang kayu : Bukan juga. Kapak saya sudah tua dan agak
karatan.

(Malaikat senang karena kejujuran si tukang kayu. Ia lalu


memberikan ketiga kapak itu kepada sang tukang kayu. Si tukang
kayu pulang ke rumah dan menceritakan peristiwa itu kepada
istrinya. Karena penasaran, sang istri ingin melihat tempat
suaminya bertemu malaikan maka besoknya tukang kayu
membawa istrinya ke hutan. Karena ceroboh, sang istri pun jatuh ke
jurang. Betapa sedihnya si tukang kayu. Mendadak malaikat muncul
lagi).

Malaikat : Kenapa sedih? Apa kapakmu hilang lagi?

Tukang kayu : Tidak. Istri saya jatuh ke jurang, saya sedih sekali.

2
(Malaikat turun ke jurang untuk mencari si istri. Kembali ia ingin
mengetes kejujuran si tukang kayu. Ia naik sambil membawa
seorang perempuan yang sangat cantik).

Malaikat : Tukang kayu, apakah dia istrimu?

Tukang kayu : (agak gugup dan pelan menjawab) Iya! Betul! Dia
istri saya.

(Karena si Tukang kayu berbohong maka malaikat sedih).

Malaikat : Kenapa engkau berbohong pada saya kali ini?

Tukang kayu : Maaf saya terpaksa berbohong karena kalau saya


jujur maka engkau akan memberi saya 3 orang istri. Punya satu istri
saja sudah repot. Bagaimana saya sanggup memiliki 3 orang istri?

Bapak/Ibu dan Saudara, jika harus memilih antara berkata jujur


atau bohong, pasti semua orang ingin berkata jujur dan sedapat
mungkin untuk tidak berbohong. Namun, kenyataannya
berbohonglah yang seringkali menjadi pilihan akhir karena berbagai
alasan. Robert Feldman, seorang psikolog dari Universitas
3
Massachusetts Amherst mengemukakan beberapa alasan dibalik
kebohongan yang dilakukan, antara lain: 1) mengatasi rasa gugup;
2) berusaha meyakinkan seseorang; 3) menutupi kebohongan
sebelumnya; 4) melindungi diri; 5) menyenangkan orang lain. Mari
jujur kepada diri sendiri, kebohongan yang pernah kita lakukan
berdasarkan alasan yang mana?

RENUNGAN
Tema bagi kita hari ini adalah “Jujur di Hadapan Allah”. Apa
yang terlintas di pikiran kita saat mendengar kata “Jujur”?
Apa yang kita pahami tentang kata “Jujur?” Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), jujur adalah lurus hati, tidak
curang, dan kejujuran ialah kelurusan hati, ketulusan hati.
Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa jujur adalah
suatu sikap yang lurus hati, yang menyatakan hal benarnya, tidak
berbohong atau tidak mengatakan hal – hal yang menyalahi apa
yang sebenarnya terjadi.
Di dalam kehidupan sehari – hari, manusia cukup jauh dari
makna kata jujur seutuhnya, menutupi semua yang terjadi dengan
kebohongan demi kebohongan, berharap dengan semua itu
masalah akan selesai.

4
Lantas apa kata Firman Tuhan tentang Kejujuran?
Ayat ke 37 dari bacaan kita kali ini mengatakan “Jika ya
hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak hendaklah kamu katakan:
tidak.” Apa artinya ini saudara-saudara? Apa maksud Tuhan kita
Yesus Kristus ketika dia mengucapkan hal ini, sebagai bagian dari
Kotbah di Bukit-Nya yang terkenal itu?
Mungkin kita semua masih ingat akan Firman Tuhan melalui
Hukum Taurat yang kesembilan: “Jangan mengucapkan saksi dusta
atas sesamamu!” Tuhan Yesus mau kembali menegaskan apa yang
tertulis di Hukum Taurat dengan lebih mempertegasnya. Kehidupan
manusia dihancurkan bukan hanya oleh kebencian dan
pembunuhan, oleh perzinahan dan kecemaran, tetapi juga oleh
kepalsuan, kebohongan. Dalam hal ini Tuhan Yesus
mempertahankan kesungguhan akan Hukum Allah itu.
Pada waktu itu, di dalam praktek pergaulan hidup, orang Israel
mahir sekali mempergunakan segala tipu daya muslihat untuk
mengakali hukum Allah itu. Mereka mahir sekali dalam
memutarbalikkan fakta. Yang benar bisa mereka katakan tidak
benar dan yang tidak benar bisa mereka katakan benar. Dan untuk
hal itu mereka mengangkat sumpah untuk membuat supaya
kebohongan yang mereka nampak benar di mata orang lain.

5
Kita bisa membayangkan betapa kacaunya keadaan pada
waktu itu. Setiap orang yang berbohong dengan mengucapkan
sumpah, bahkan para pedagang yang ada di bait suci Allah berani
bersumpah demi sorga bahwa barang dagangan mereka dapat
dipercaya harganya. Segala sesuatu digunakan untuk
membenarkan sesuatu yang salah, bahkan mereka berani
mengatasnamakan sorga, atau bahkan demi nama Tuhan sendiri.
Karena kenyataan yang ada seperti itulah yang akhirnya
membuat Tuhan Yesus dengan tegas sekali mengatakan bahwa
semua kata ataupun sumpah yang diucapkan oleh seseorang itu
diketahui dengan jelas oleh Allah. Orang lain mungkin bisa tertipu
dengan segala kebohongan hati kita, tetapi Allah tidaklah bisa
dibohongi. Dia dapat melihat dan menyaksikan dengan jelas segala
sesuatu yang kita lakukan di tempat tersembunyi.
Karena itu kata Yesus: “Jika ‘ya’ hendaklah kamu katakan: ‘ya’,
jika ‘tidak’ hendaklah kamu katakan: ‘tidak’. Apa yang lebih daripada
itu berasal dari si jahat.
Bapak/Ibu dan saudara yang terkasih di dalam Kristus,
Keberanian untuk mengatakan yang Hal yang sejujurnya sangat
diperlukan pada saat ini. Tuhan menuntut kita supaya kita bertindak
jujur dalam segala hal. Bukan hanya kepada orang lain, tetapi juga
kepada diri kita sendiri. Kejujuran adalah sesuatu yang mahal
6
harganya pada saat ini. Akan ada akibat yang akan terjadi bila kita
memilih untuk tetap teguh memegang nilai kejujuran, tetapi itu
bukan berarti menjadi alasan bagi kita untuk berkompromi dengan
kebohongan.
Akibat-akibat yang mungkin ditimbulkan karena kejujuran
kita:
1. Akan ada orang yang tersakiti.
Tidak selamanya mengatakan “Ya” itu adalah Baik. Ada
saatnya kita harus mengatakan “Tidak!” jika memang hal itu
diperlukan. Kalau kita “Ya” padahal seharusnya kita berkata
“Tidak!” demi menyenangkan orang lain, maka sebenarnya
Kita bukanlah Orang Baik, tetapi Orang Egois yang hanya
memikirkan diri sendiri. Ada saatnya kita harus mengatakan
“Tidak”, walaupun itu terasa Pahit demi kebaikan sesama
daripada mengatakan “Ya” tetapi ujung-ujungnya hanya akan
mencelakakan orang-orang di sekitar kita.

2. Kita mungkin tidak disenangi.


Ini akibat kedua yang mungkin timbul karena sikap jujur
kita, yaitu kita menjadi tidak disukai atau dibenci oleh orang
lain, sebab mereka tidak mendapatkan apa yang mereka
inginkan dari kita. Mereka mungkin akan mencampakkan,
7
memfitnah, dan mengintimidasi kita, menganggap kita tidak
ada, tetapi itu harga yang harus kita bayar. Mau pilih mana,
“Menyenangkan Hati Manusia” ataukah “Menyenangkan Hati
Tuhan?”

Meskipun ada harga atau akibat yang harus kita bayar karena
kejujuran kita, tetapi itu tidak boleh menjadi alasan kita untuk tidak
menaati perintah Tuhan.
Jangan mengurangi standar atau ukuran yang Tuhan tetapkan
bagi kita untuk kita lakukan, demi kita diterima atau disenangi oleh
orang lain. Jangan mengkompromikan Perintah Tuhan tentang
Nilai-nilai Kejujuran dengan Kebiasan-kebiasaan Hidup Lama kita,
sebab Tuhan menuntut kesempurnaan Hidup kita.
Tuhan menuntut kita untuk berkata “ya” jika ya dan “tidak” jika
tidak. Dan apa yang lebih daripada itu berasal dari si jahat. Yang
lebih dari itu bukanlah berasal dari Tuhan. Apabila kita sebagai
Orang Percaya mulai mengatakan apa yang tidak benar, mulai
berlaku yang tidak jujur, maka itu lambat-laun mengikat Hidup kita.
Satu Kebohongan yang kita lakukan akan ditutupi oleh
Kebohongan-kebohongan lainnya.

Saudara-saudara yang terkasih di dalam Kristus.


8
Kita sebagai manusia biasa tentulah tidak bisa lepas dari keinginan
untuk berdosa. Kita sebagai manusia tentulah tidak bisa lepas dari
keinginan untuk berdusta.
Kalau demikian adanya, maka bagaimana caranya supaya
kita dapat terus bejalan dalam kejujuran?
1. Memenuhi hati dengan Tuhan dan firman-Nya (Mzm. 119:11:
“Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan
berdosa terhadap Engkau”).
Jadikan hati kita sebagai rumah bagi Tuhan dan Firman-
Nya. Pelajari dan simpanlah Firman Tuhan itu di dalam hati
kita, sebab hal itulah yang akan membuat kita tidak berlaku
serong atau berdosa kepada Tuhan.
2. Hal berikut adalah senantiasa meminta pertolongan Roh
Kudus untuk memimpin kita agar dapat mengerti apa maksud
dari Firman Tuhan itu dan mampu melakukannya.
Dengan kemampuan sendiri kita tidak akan mampu,
karena itu kita butuhkan pertolongan Allah Roh Kudus.

PENUTUP
Bapak/Ibu dan Saudara-saudara, keinginan untuk tidak mengatakan
‘ya’ jika ‘ya’ dan ‘tidak’ jika ‘tidak’ memanglah sangat besar. Resiko
9
mengatakannya juga sangat tinggi, tetapi itu bukan berarti bahwa
kita tidak bisa menjadi sebuah pribadi yang jujur di hadapan Tuhan
dan sesama. Dengan pertolongan kuasa Tuhan kita pasti akan
dimampukan untuk menjadi pribadi yang jujur di hadapan-Nya.
Karena itu kembalilah kepada Tuhan Yesus dan Injil-Nya dan
mohonlah pertolongan dan penyertaan dari Roh Kudus, niscaya kita
akan memiliki hidup yang dipenuhi dengan Kejujuran.

10

Anda mungkin juga menyukai