Anda di halaman 1dari 3

Apakah Allah masih berbicara kepada kita pada zaman sekarang?

(Yesaya 6:8)

Pertanyaan: Apakah Allah masih berbicara kepada kita pada zaman sekarang?

Jawaban: Alkitab mencatat bahwa Allah berulang kali berbicara dengan cara yang dapat didengar
kepada bermacam-macam orang (Keluaran 3:14; Yosua 1:1; Hakim-Hakim 6:18; 1 Samuel 3:11; 2
Samuel 2:1; Ayub 40:1; Yesaya 7:3; Yeremia 1:7; Kisah Para Rasul 8:26; 9:15 – ini hanya beberapa
contoh saja). Pada zaman ini, tidak ada alasan mengapa Allah tidak bisa atau tidak mau berbicara
kepada seseorang dengan cara yang dapat didengar.

Dari ratusan kali peristiwa Allah berbicara, sebagaimana dicatat dalam Alkitab, kita perlu mengingat
bahwa itu terjadi dalam kurun waktu 4000 tahun sejarah peradaban manusia.

Allah berbicara secara kedengaran adalah pengecualian, bukan kebiasaan. Ketika Alkitab
mengatakan Allah berbicara, tidaklah jelas apakah itu mengacu kepada suara yang kedengaran,
dalam hati atau kesan yang muncul dalam pikiran.

Alkitab mencatat bahwa Allah yang kita sembah di dalam Tuhan Yesus adalah Allah yang berbicara
kepada umat-Nya, dan bahkan Dia masih terus berbicara kepada orang-orang pada zaman sekarang
ini.

Tiga Cara Allah Berbicara:

PERTAMA,

Allah berbicara secara kedengaran kepada orang-orang yang dipilih-Nya. Alkitab mencatat bahwa
saat memilih seseorang untuk menjadi alat-Nya Allah berfirman atau berbicara secara langsung
kepada orang tersebut.

Apakah hal yang sama juga masih bisa terjadi saat ini? Kita tidak bisa katakan itu tidak terjadi lagi
pada masa kini, karena Allah itu Maha Kuasa. Apapun dapat Dia lakukan.

Memang ada sebagian orang yang menyalahgunakan hal ini untuk kepentingan pribadi. “Allah
terbicara kepada saya supaya kamu…..”. Bagaimana cara membedakan itu benar suara Tuhan atau
akal-akalan dari manusia? Lihatlah dari hasil perkataannya dan buah yang dihasilkan dalam
hidupnya.

Dalam Ulangan 18:22 dituliskan bahwa jika seorang nabi berkata demi nama Tuhan, namun
perkataannya tersebut tidak terjadi, berarti perkataannya itu tidaklah difirmankan Tuhan. Maka itu
bukan suara Tuhan yang dia katakan . Namun jangan salah di dalam Matius 24:24 dikatakan bahwa
ada juga nabi palsu yang bisa mengadakan mujizat, sehingga membuat orang percaya dan tersesat.
Untuk kasus seperti ini, kita perlu melihat buah yang dicerminkan dalam kehidupan orang tersebut.
Apakah buah-buah pertobatan yang mendatangkan sukacita bagi orang lain ataukah buah-buah
kejahatan di dalam hidupnya.

Jika ada orang yang mengaku-ngaku bahwa dia telah mendengar suara Tuhan, atau Allah telah
berbicara kepadanya, bandingkan dengan apa yang Alkitab katakan. Jika apa yang dia katakan itu
benar-benar terjadi maka bisa jadi benar itu berasal dari Tuhan. Tetapi jangan berhenti sampai di
situ, lihatlah pribadi orang tersebut, apakah memang benar Tuhan sungguh-sungguh hidup di dalam
dirinya atau tidak Oke, dia rajin ke gereja, rajin baca Alkitab, rajin berdoa dan melakukan apa yang
diperintahkan ajaran agama, tapi kalau keeehariannya masih suka mencari-cari kesalahan orang lain,
tidak bisa berdamai dengan orang lain, egois, istilahnya yidak ada buah Roh dalam dirinya seperti:
Kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan,
penguasaan diri, maka bisa jadi apa yang dia katakan itu bukan suara Tuhan, tetapi suara yang lain.

Allah tidak bertentangan dengan diriNya sendiri, karena itu tidak mungkin Dia memakai orang-orang
yang yidak sungguh-sungguh takut akan Fia dan mengasihi Dia.

KEDUA,,

Allah berbicara kepada kita melalui FirmanNya (2 Timotius 3:16-17). Melalui Yesaya 55:11, kita
diberitahu, ”Demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku
dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa
yang Kusuruhkan kepadanya” (Yesaya 55:11).

Alkitab mencatat kalau kata-kata Allah kepada kita dalam segala hal dalam rangka supaya kita bisa
diselamatkan dan untuk menghidupi kehidupan Kristiani kita. Dalam 2 Petrus 1:3-4, Petrus
menyatakan, ”Karena kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang
berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh
kuasa-Nya yang mulia dan ajaib. Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji
yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat
ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia.”

KETIGA,

Allah berbicara melalui kesan, kejadian dan pikiran. Allah menolong kita untuk membedakan yang
benar dari yang salah melalui hati nurani kita (1 Timotius 1:5; 1 Petrus 3:16). Allah bekerja
menyelaraskan pikiran kita dengan pikiranNya (Roma 12:2).

Allah mengijinkan kejadian-kejadian dalam hidup kita untuk mengarahkan, mengubah, dan
menolong kita bertumbuh secara rohani (Yakobus 1:2-5; Ibrani 12:5-11). Melalui 1 Petrus 1:6-7 kita
diingatkan, ”Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita
oleh berbagai-bagai pencobaan. Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu
—yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api—
sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus
menyatakan diri-Nya” (1 Petrus 1:6-7).

Anda mungkin juga menyukai