Anda di halaman 1dari 4

3.

buanglah segala sesuatu yang kotor dan jahat

Firman Allah, baik yang dikhotbahkan maupun yang tertulis, tidak dapat menguasai seorang

dengan efektif kalau orang itu belum terpisah dari kekotoran dan kejahatan moral.

1). Allah memerintahkan orang percaya untuk mengesampingkan semua kekotoran berdosa

yang meresapi suatu masyarakat yang rusak sambil berusaha mempengaruhi mereka dan

keluarganya. Kotoran ini menajiskan jiwa dan merusak kehidupan mereka (bd. Ef

4:22,25,31; Kol 3:8; 1Pet 2:1).

2). Alkitab memberitahukan kita apa yang tidak layak bagi umat Allah yang kudus. Oleh

karena itu, jangan kita terlibat dalam bentuk percabulan dan kecemaran apa pun juga (Ef 5:3-

4). Kita harus menyadari bahwa mengizinkan jenis kekotoran moral apa pun ke dalam

kehidupan atau rumah-tangga kita, termasuk bahasa yang tidak senonoh atau kecabulan

melalui video atau televisi, mendukakan Roh Kudus dan melanggar standar Allah yang kudus

bagi umat-Nya. Firman Allah memperingatkan kita, "Janganlah kamu disesatkan orang

dengan kata-kata yang hampa, karena hal-hal yang demikian mendatangkan murka Allah ...

Sebab itu janganlah kamu berkawan dengan mereka" (Ef 5:6-7).

3). Sebagai orang percaya, kita harus bersungguh-sungguh dalam kebenaran dan kekudusan.

Rumah kita hendaknya dibersihkan dari kecemaran dan dipenuhi dengan Firman Allah dan

kekudusan Kristus (bd. Mat 12:43-45;

lihat art. PENGUDUSAN
Buanglah segala sesuatu yang kotor. Karena Firman Allah merupakan benih, maka

diperlukan tanah yang baik agar benih tersebut dapat bertumbuh dengan baik. "Sebab itu

tinggalkanlah," kata Yakobus, "kenajisan dan semua kejahatan lainnya"

(Phillips). Kejahatan yang begitu banyak, mungkin menunjukkan bahwa hanya kejahatan

berlebihan saja yang perlu dibuang. Sekalipun demikian, Tasker dengan tepat mengatakan

bahwa istilah begitu banyak berarti "yang masih tersisa." "Setiap orang Kristen yang telah

bertobat membawa ke dalam hidupnya yang baru banyak hal yang tidak pantas untuk hidup

yang baru tersebut. Semuanya itu harus dibuang, agar ia dapat lebih sungguh-sungguh

menyerahkan diri untuk secara positif menerima dengan lemah lembut firman yang

tertanam di dalam hati" (op. cit., hlm. 51). Firman ini berkuasa menyelamatkan jiwamu.

22. Kekristenan adalah agama dengan tindakan. Betapapun pentingnya mendengar

(bdg. 1:19), orang jangan berhenti di sini. Tindakan harus merupakan kelanjutan dari

pendengaran. Menjadi pendengar saja merupakan sebuah bentuk menipu diri.


Orang Kristen mengawali kehidupan baru mereka dengan dilahirkan kembali "oleh firman kebenaran" (ayat Yak 1:18;
lihat art. PEMBAHARUAN).
Hidup baru di dalam Kristus menuntut bahwa kita membuang semua kotoran moral yang melukai hati Roh Kudus (lih.
catatan sebelumnya) dan bahwa kita bertekun dalam menerima Firman Allah di dalam hati kita. Istilah "tertanam"
(Yun. _emphutos_) menyatakan bahwa Firman itu harus menjadi bagian dari tabiat kita. Firman yang tertanam
membawa kita kepada keselamatan yang terakhir (bd. Mat 13:3-23; Rom 1:16; 1Kor 15:2; Ef 1:13;
lihat cat. --> Yoh 6:54).
[atau ref. Yoh 6:54]

Anda mungkin juga menyukai